You are on page 1of 12

Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774

Volume 8 No. 1 Maret 2021 e-ISSN: 2579-4647


Page : 1-12

ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH BERKELANJUTAN


PADA WILAYAH PERKOTAAN DI INDONESIA
Ade Fia Rahmawati 1, Amin 2, Rasminto 3, *Fetro Dola Syamsu 4
1
Pendidikan Geografi FKIP Universitas Islam 45 Bekasi, Jalan Cut Meutia No.83-85, Kota Bekasi, Jawa Barat,
Indonesia. adefia.edu@gmail.com
2
Dosen Program Studi Pendidikan FKIP Universitas Islam 45 Bekasi, Jalan Cut Meutia No.83-85, Kota Bekasi,
Jawa Barat, Indonesia. aminunisma@gmail.com,
3
Dosen Program Studi Pendidikan FKIP Universitas Islam 45 Bekasi, Jalan Cut Meutia No.83-85, Kota Bekasi,
Jawa Barat, Indonesia. rasminto45@unismabekasi.ac.id,
4
Dosen STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong Kec. Meureubo
Kab. Aceh Barat 23615, Email: defetro@gmail.com

Abstract This study aims to determine the municipal solid waste management system in Indonesia and to
determine the extent to which the sustainable concept is applied in municipal solid waste management. The
research method used is a literature study, with descriptive writing techniques and making books,
encyclopedias, and data from previous studies that have relevance as research analysis materials. The
results of the analysis show that urban area produces 70% of waste generation and as much as 32% of
unmanaged waste. This is because the level of public concern for the environment is low, only 0.72. The
average monthly expenditure figure as a form of meeting food and non-food needs increases to a minimum
value of Rp. 400,000 and a maximum of Rp. 1,200,000. Humans cannot be separated from activities that
produce waste so that the form of reduction and management is the key to solving the waste problem.that
the activities of urban communities have resulted in quite high waste generation. The implementation of the
waste management system still refers to the conventional method with the form of collect-transport-waste
habits and burdens the burden of waste management at the final stage with a reactive approach so that it can
be said that the implementation of municipal solid waste management is still low. Efforts to achieve the
goals in the SDGs and fulfill the existing aspects of sustainable municipal waste management that have not
been implemented properly, it is necessary to increase environmental awareness by emphasizing
socialization and education for the community in seeing the waste itself so as to form behavior patterns that
support the reduction 1and processing of municipal waste.

Keywords: Implementation Analysis, Sustainable Waste Management, Characteristics


of Municipal Waste.

Pendahuluan telah dilakukan dalam pengelolaan sampah


Sampah merupakan masalah yang baik secara terpusat maupun mandiri, namun
aktual sejak lama bagi Negara Indonesia, pelaksanaanya dirasa masih belum optimal.
utamanya bagi Perkotaan karena pengaruh Permasalahan yang akan timbul dari
dari kondisi sosial, budaya serta ekonomi sampah antara lain hilangnya nilai estetika
masyarakat setempat, hal ini dapat dilihat dalam lingkungan, baik berupa pencemaran
dengan adanya pertumbuhan penduduk, tanah, air, maupun udara hingga
peningkatan aktivitas serta perubahan pola menyebabkan sumber penyakit dan dalam
konsumsi masyarakat yang secara langsung jangka panjang berpotensi terjadinya
menimbulkan pertambahan volume, jenis, bencana alam seperti banjir dan longsor, atas
dan karakteristik sampah. Beragam alternatif dasar tersebut sampai saat ini sampah

1
menjadi 5 permasalahan nasional utama di kehidupan sederhana, sejahtera dan
Indonesia namun pengelolaannya masih ketahanan perubahan sistem tragedi
belum sepenuhnya disadari oleh semua kebiasaan yang erat kaitannya pada
pihak sehingga pada akhirnya permasalahan pemahaman pengelolaan sampah skala kota
ini belum juga usai meski sudah berlangsung dengan menciptakan sikap dan kebiasaan
lama. bijak berupa partisipasi aktif dalam
Menurut Joga (2018:63) mengelola sampah.Tabel 1. Tabel Populasi
menjelaskan bahwa pembangunan kota yang Penduduk Dan Volume Sampah
ramah lingkungan atau dikenal dengan kota
hijau memiliki kata kunci meliputi filosofi
dan definisi terkait modernisasi ekologis,
pemahaman terhadap lingkungan
dampaknya, pembangunan berkelanjutan,
etika konsumerisme, rekam jejak ekologis
Berdasarkan data Sistem Informasi Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Pengelolaan Sampah Nasional mengungkap Rumah Tangga dan Sampah sejenis sampah
bahwa ada 5 kota di Indonesia yang Rumah Tangga mengamanatkan, bahwa
menghasilkan sampah cukup tinggi tiap perlunya perubahan paradigma yang
tahunnya dan Menurut data Badan Pusat mendasar dalam pengelolaan sampah yang
Statistik dan Kementrian Dalam Negeri bertumpu pada pengurangan dan
bahwa kelima kota tersebut berada pada penanganan sampah. Kegiatan pengurangan
jajaran atas kota dengan populasi terbanyak, sampah bermakna agar seluruh lapisan
hal tersebut mendukung teori bahwa masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha
semakin tinggi angka populasi akan maupun masyarakat luas melaksanakan
meningkat pula potensi keberadaan sampah. kegiatan pembatasan timbulan sampah,
Pada dasarnya tiap individu menghasilkan pendauran ulang dan pemanfaatan kembali
sampah, selain itu kebutuhan lahan akan sampah.
tempat tinggal juga menjadi ketimpangan Menurut Kardono dalam
akan keberadaan TPA yang luasnya cukup Mahyudin (2017:69) bentuk pengelolaan
terbatas, sedangkan jumlah sampah yang baik adalah pengelolaan sampah yang
mengalami peningkatan sehingga diperlukan terintegrasi ialah sistem yang
kesadaran serta pengelolaan dari hulu mengkombinasikan teknologi yang
hingga hilir.Berdasarkan UU RI No.18/2008 diaplikasikan dengan menyesuaikan pada
tentang pengelolaan sampah dan Peraturan kondisi lokal, artinya, penetapan sistem
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 haruslah disesuaikan dengan kondisi

2
lingkungan sumber daya serta kebutuhan
sosial masyarakat terhadap pengelolaan Hasil Dan Pembahasan
sampah.Beberapa Rumusan masalah yang Berdasarkan hasil analisis
Penulis tentukan berdasarkan uraian latar penelitian, maka berikut ini hasil dan
belakang adalah sebagai berikut: pembahasan penelitian ini.
1) Bagaimana Sistem Pengelolaan A. Analisis Sistem Pengelolaan Sampah
Sampah Kota di Indonesia? Kota di Indonesia.
2) Bagaimana Penerapan Konsep Sistem pengelolaan sampah di
Berkelanjutan terhadap Pengelolaan Indonesia termasuk Perkotaan,
Sampah Kota di Indonesia? penyelenggaraannya diatur dalam UU RI
Ada aspek-aspek yang harus dipenuhi No.18/2008 Bab VI Bagian Kesatu Pasal 19
untuk mendukung berkelanjutan dalam yangpelaksanaanya dinilai masih belum
pengelolaan sampah di antaranya aspek optimal diindikasikan dengan dominasi
lingkungan, sosial, ekonomi, teknis, sikap konsumtif, timbulan sampah yang sulit
kebijakan, dan kelembagaan, maka perlu terkontrol dan angka kelola yang belum
adanya analisis serta kajian dalam menyeluruh serta masih tingginya dampak
pengelolaan sampah kota yang mendukung negatif pada lingkungan.
konsep berkelanjutan sehingga dapat 1. Pengurangan Sampah
menghasilkan data yang dapat digunakan Menurut data BPS (2018) dalam Laporan
sebagai wawasan serta pertimbangan dalam Indeks Ketidakpedulian Lingkungan Hidup
melakukan pengelolaan sampah yang baik menyatakan bahwa tingkat kepedulian
dan tepat serta dapat mengurangi masyarakat terhadap lingkungan masih
permasalahan sampah yang ada. Penelitian rendah di angka 0,75 dan didapati pada
ini bertujuan untuk mengetahui sistem sebagian besar masyarakat yang membeli
pengelolaan sampah kota yang ada di serta menggunakkan produk minim
Indonesia serta mengetahui sejauh mana melakukan pertimbangan-pertimbangan pro
penerapan konsep berkelanjutan pada lingkungan yang mengabaikan perilaku 3R
pengelolan sampah kota yang diterapkan. dalam menggunakkan barang yang berujung
pada peningkatan timbulan sampah.
Metodologi Kebiasaan masyarakat perkotaan
Penelitian ini menggunakan yang memperburuk permasalahan sampah
metodologi studi literatur, dengan ialah penggunaan produk sekali pakai,
memanfaatkan sepenuhnya data dari hasil setelah penggunaanya selesai maka langsung
dokumentasi sebagai data utama dalam dibuang sembarang sehingga mengganggu
mencapai tujuan penelitian. keindahan serta kebersihan lingkungan

3
setempat maka secara sederhana masyarakat langsung dengan mengumpulkannya pada
menanganinya dengan dengan cara dibakar pelaku-pelaku informal seperti pemulung,
karena menganggap cara tersebut lebih baik tukang loak, serta komunitas Bank Sampah.
dibandingkan dibiarkan menumpuk, selain Tabel 3. Presentase IPKLH 2018 terhadap
itu untuk membuang sampah ke TPA juga Pengelolaan Sampah
memerlukan biaya tambahan dan terkadang
waktu pengangkutan yang tidak konsisten.
Sangat disayangkan karena dengan
Sumber: BPS, 2018
membakar sampah dapat memicu bahaya
Pada laporan tersebut juga diuraikan tingkat
negatif namun budaya bakar sampah ini
ketidakpedulian terhadap pengelolaan
masih sulit dipisahkan dengan perilaku
sampah di Indonesia dengan bentuk
masyarakat terlebih lagi lemahnya
pembakaran sampah (53%), membuang
implementasi kebijakan untuk mencegah
sampah ke badan air (selokan/sungai)
pembakaran sampah.
sebesar 5% dan membuang sampah secara
Tabel 2. Cara Pengumpulan Barang bekas
sembarang sebanyak (2,7%)
(Reuse)

Gambar 1Hubungan Stakeholder Pelaku


Daur Ulang

Dari tabel di atas maka diperoleh


kesimpulan bahwa barang-barang yang
digunakkan dapat dimanfaatkan secara Sumber: Pengelolaan Sampah Terpadu
langsung dan dikelola mandiri maupun tidak (2019)
Menurut data dari Damanhuri dan Para pemulung biasa mengumpulkan
Padmi (2019:91) daur ulang sampah di sampah dari wadah-wadah pengumpul
Indonesia dilakukan pada empat sektor sampah di kawasan pemukiman, pasar, serta
informal sebagai pemegang pertokoan dari jenis sampah yang diangkut
kepentingan.alah: ialah sampah plastik dengan jenis PP dan
(1) Penghasil atau penimbul (generator); PET dan untuk selanjutnya dijual ke lapak
(2) Pengumpul (collector); (pengepul, komunitas lingkungan, bank
(3) Pelaku daur-ulang (rescycler); sampah).
(4) Konsumen pengguna produk (user). 2. Penanganan Sampah
Sektor yang memiliki aktivitas Data UN-MEA-2006 mengungkap
tinggi dalam daur-ulang ialah pemulung. sebanyak 70% dari kurang lebih 64 juta

4
ton/tahun sampah dihasilkan pada kawasan
perkotaan dan sampah-sampah tersebut tidak
ditangani seutuhnya, menurut pernyataan
Direktorat Jendral PSLB3 KLHK sebanyak
69% sampah dibuang ke TPA, 24% melalui
tahap 3R dan 7% dibuang tanpa penanganan
khusus. Gambar 2Presentase Penanganan Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup dan
Sampah Keutanan, 2019
Dibuktikan sampah-sampah yang dibuang di sampah di TPA dibiarkan menumpuk dan
TPA tidak sepenuhnya dikelola dengan baik, mengalami kesulitan proses degredasi
hanya sekitar 76% dikelola melalui proses karena pengaruh komposisi dan karakteristik
3R, insinerasi, hingga menghasilkan bahan sampah sulit dikelola
baku dan barang jadi dan sebanyak 34%

Tabel 4Jenis Tempat Pembuangan dari 25 km. pada tahap


Sampah ini dibangun pos
pengendali reduksi
Jenis TPS Keterangan dengan memadatkan
Tempat Merupakan tahap sampah yang sudah
Penampungan pewadahan sampah yang sejenis. Tahap ini
Sampah masih bercampur, tidak dikendalikan oleh pihak
Sementara ada kegiatan pemilahan formal di bawah
(TPS) dan pemisahan sampah. kewenangan Dinas
Tempart Pada tahap ini sampah- Lingkungan Hidup.
Pengolahan sampah dikumpulkan Tempat Multi tahap untuk
Sampah 3R selanjutnya dipisah Pengelolaan melakukan pengumpulan,
(TPS-3R) berdasarkan Sampah pemilahan, penggunaan
karakteristiknya, sampah Terpadu ulang, pendaur ulang,
anorganik yang dapat pengolahan sampah
digunakkan kembali dengan skala wewenang
tanpa diproses atau kerja pada tingkat kota
memalui tahap mesin yang dioperasikan secara
inesinerator. swasta maupun terpusat
oleh PEMKOT. Meski
Jenis TPS Keterangan tahap ini merupakan
Stasiun Ialah proses pemindahan tahap akhir namun
Peralihan sampah dari wadah merupakan tahap terberat
Antara (SPA) sementara ke wadah dan paling besar
dengan ukuran yang lebih mempengaruhi tingkat
besar kaena area bahaya sampah ke
penangananya pada lingkungan.
tingkat kota dengan jarak Sumber: Buku Pengelolaan Sampah
lokasi ke TPA harus lebih
Terpadu (2019)

5
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 8 No. 1 Maret 2021 e-ISSN: 2579-4647
Page : 1-12

Tipe-tipe TPS di Indonesia dibedakan secara mandiri dan cenderung sembarang di


berdasarkan fungsinya, dan dibagi pada area sisi jalan yang dijadikan tempat
kategori transfer tahap-1, transfer tahap-2 pembuangan sampah. TPS ini berisiko tinggi
dan transfer tahap-3. Pada tahap transfer karena areanya sangat dekat dengan
tipe-1 biasa disebut dengan transfer depo aktivitas masyarakat secara umum dan
TPS-3R merupakan fasilitas yang sulit apabila ditempatkan di daerah banjir
dibangun pada kota-kota besar karena menyebabkan sampah-sampah tersebut
transfer tahap ini memerlukan lahan yang terbawa air dan menyebar ke beberapa area
cukup besar sedangkan ketersediaan lahan di dan menyebabkan terganggunya kebersihan,
kawasan kota besar sangat terbatas. kenyamanan dan keamanan sebagai dampak
Kebutuhan lahan tahap 1 dengan minimal dari penempatan yang sembarang.
luas 200 meter persegi untuk pendirian area Masalah pada pembangunan
kantor, bangunan tempat penampungan TPA/TPS yang kurang sesuai juga masih
sampah, area parkir, dan tempat cukup memicu konflik sosial di masyarakat
penyimpanan peralatan dalam proses seperti terganggunya kebersihan,
pengelolaan sampah dengan kegiatan kenyamanan, dan keamanan masyarakat
menampung sampah sementara, dan sekitar area TPA/TPS karena adanya
memperbaiki sampah yang memiliki nilai kegiatan operasional yang masih cukup
ekonomi dan area pelayanannya pada radius asing bagi kultur sosial masyarakat setempat
kurang dari satu kilometer berbasis utamanya dari segi lingkungan yang
masyarakat.. seharusnya dihindari.
Pada transfer tipe-iii yang merupakan Tabel 5 Konflik Sosial Akibat
Keberadaan TPA
fasilitas paling minimal yang harus
disediakan pada kawasan namun TPS ini
memberikan risiko yang cukup tinggi karena
memicu merusak keindahan lingkungan
karena tidak konsistennya proses
pengangkutan sampah yang pendiriannya Sumber: Analisis Data Penelitian, 2019

Contoh konflik yang disebutkan di seperti Jakarta (TPS Bantar gebang),


atas merupakan bentuk terganggunya Surabaya (TPS Kayuputih dan TPS
kesehatan keselamatan, kenyamanan serta Sukolio), Semarang dan Jatibarang yang
kesenjangan akan lahan. Bagi kawasan kota menjurus pada terjadinya konflik vertikal,
besar dan kawasan penghasil sampah tinggi yaitu konflik yang terjadi antara individu

6
dan kelompok. Pada pembangunan TPA Indonesia dalam salah satu program yang
yang tidak tepat akan berdampak salah diusung PBB, yaitu SDGs di mana
satunya pada kondisi air lindi, di mana Sustainable Development Goals. SDGs ini
cairan lindi dapat berpengaruh bagi sifat air secara jelas mengatur dan menjamin terkait
bawah tanah (kandungan padatan terlarut, Sistem Pengelolaan Sampah Kota yang
konduktivitas elektrik, kekerasan, klorida, berkelanjutan, yang tertera pada tujuan
COD, nirtat dan Sulfat serta mengandung SDGs poin ke 6,11 dan 12 dan diuraikan
logam berat yang akan memberikan dampak dalam indikato-indikator di dalamnya.
buruk bagi kesehatan masyarakat secara
tidak langsung karena polutan udara yang
dihirup serta mengandung bahan kimia
berbahaya serta tanah, air, padatan lain yang
terkontaminasi secara langsung terkena
limbah dari keberadaan TPA tersebut. poin ke enam untuk menjamin Air Bersih
dan Sanitasi Layak, pemenuhannya sudah
B. Analisis Penerapan Konsep cukup baik karena menurut data BPS
Berkelanjutan pada Pengelolaan masyarakat di kawasan perkotaan yang
Sampah Kota di Indonesia. memiliki akses terhadap layanan tersebut
Dari proses telaah pada penelitian ada pada angka 82,27% di tahun 2019 dan
relevan sebelumnya maka hasil analisis yang meningkat sebesar 2% dari tahun 2017 yaitu
didapat terkait penerapan konsep 80,27% namun ada sekitar 18% yang belum
berkelanjutan pada sistem pengelolaan terpenuhi diindikasi dari permasalahan
sampah dapat diuraikan pada 2 subbab di mengenai air bersih masih cukup santir
bawah ini yang dibagi atas pemenuhan 3 dirasakan oleh masyarakat hal ini karena
poin terkait pengelolaan sampah pada SDGs masih banyaknya Perusahaan maupun
dan pemenuhan keenam aspek pengelolaan Industri yang melakukan proses
sampah berkelanjutan. pembangunan dan produksi tanpa
memperhatikan AMDAL dan CSRsehingga
1. Kondisi Pengelolaan Sampah Kota dalam pelaksanaannya masih cukup tinggi
dalam mendukung Pembangunan menimbulkan masalah lingkungan dan sosial
Berkelanjutan. di masyaraka. Pada poin ke sebelas yaitu
Upaya Indonesia dalam mendukung mewujudkan Kota dan Komunitas yang
Pengelolaan Sampah Kota Berkelanjutan Berkelanjutan, Intregated Risk Based
atau Intregated Sustainable Waste Approach (IRBA) merupakan metode yang
dibuktikan dengan keikutsertaan Negara dirasa tepat untuk digunakkan dalam

7
melakukan penilaian indeks risiko respons masyarakat sebanyak 63%
lingkungan pada kawasan di Negara mendukung dan bersedia menggunakan dan
Berkembang, seperti di Indonesia yang membli produk yang berkelanjutan meski
memiliki tingkat bahaya sedang dan dengan daya jual sedikit lebih tinggi, karena
diperlukan reklamasi untuk menggeser pola adanya keresahan akan masih maraknya
lahan urug menjadi lahan urug saniter penggunaan produk yang merusak
terkontrol. Pada Komunitas dan Kota yang lingkungan, seperti penggunaan sedotan, alat
Berkelanjutan merancang sedemikian rupa makan kayu, tas berbahan kain pengganti
untuk menekan risiko bencana akibat plastik karena peniadaan kantong plastik
keberadaan sampah. Bencana yang akan belanja oleh penyedia jasa produk,
timbul akibat dari timbulan sampah yang penggunaan tumblr air minum yang bisa
ialah banjir dan longsor. digunakkan secara berulang-ulang, atas
Pada poin ke dua belas SDGs dasar itu maka pihak produksi harus
menjamin Pola Produksi dan Konsumsi bertanggungjawab menciptakan produk
yang Berkelanjutan.SDGs menetapkan yang baik.
standar pelaporan secara terpadu dalam
bentuk Intregated Reporting Council (IISC) 2. Pemenuhan Enam Aspek
Berkelanjutan dalam Mengelola
sehingga tiap kegiatan produksi dan
Sampah Kota.
konsumsi dapat terkontrol bagaimana pola Setelah menganalisis Pengelolaan
timbulan sampah yang dihasilkan pada tiap Sampah Kota berdasarkan pemenuhan dari
prosesnya. segi Pembangunaan Berkelanjutan secara
Global atau SDGs, maka perlu dilakukan
analisis terhadap pemenuhan aspek-aspek
berkelanjutan dalam pengelolaan sampah
kota yaitu;a) Aspek Lingkungan,
Kondisi kota untuk mendukung tujuan ke 12 pemenuhan konsep berkelanjutan pada
ini bisa dilihat dari bagaimana pihak sistem pengelolaan sampah kota yang
Pemerintah memantau dan memberikan diterapkan selama ini dalam kategori
baatsan secara jelas bagaimana Pola Pola membaik namun belum optimal. Pemerintah
Produksi dan Konsumsi melalui program melalui Kementrian Lingkungan Hidup dan
yang diusung oleh WWF pada tahun 2015, Kehutaanan berkomitmen dapat
Indonesia telah melakukan kampanye menciptakan kota yang lestari dengan
#BeliyangBaik secara intensif baik bagi menerapkan kebijakan-kebijakan, secara
konsumen maupun retail untuk menjual dan terpusat Dinas Lingkungan Hidup untuk
mengkonmsi produk yang berkelanjutan, mengelola sampah kota yang terpadu,

8
dengan membuka lahan untuk TPA/TPS pengelolaan sampah di Indonesia saat ini
yang aman dan jauh dari masyarakat, ditekankan pada pendekatan padat karya
penyediaan sarana dan prasarana bukan pendekatan padat modal.Biaya
pengelolaan sampah kota berkelanjutan, pengelolaan sampah dapat ditinjau dari
penekanan dan peninjauan 3R, Bank jumlah retribusi yang diterima dibandingkan
Sampah dan program zero waste.Secara dengan jumlah sampah yang terkelola,
garis besar terdapat beberapa dampak menurut bahwa pengelolaan sampah
negatif ke lingkungan sehingga pelaksanaan perindividu melebihi jumlah biaya
pengelolaan sampah berkelanjutan pengelolaan sampah yang diskemakan.
dilakukan semaksmimal mungkin, yaitu; 1) Pada biaya pengelolaan didapat dari hasil
Pencemaran udara karena tumpukan sampah keputusan Pemerintah Pusat dan
secara sembarang pada area dan kawasan direkomendaikan atas pertimbangan Dinas
umum; 2) Pencemaran air tanah karena air Lingkungan Hidup setempat sesuai dengan
lindi yang meresap dan merusak komposisi kondisi dan urgensi permasalahannya.
netral pada air bersih dan menyebabkan Dengan pembagian 40% untuk tahap
tercampurnya bahan kimia pada air tanah pengumpulan, 50% untuk tahap
sehingga air bersih berubah menjadi berbau, pengangkutan dan 10% untyuk tahap
berasa dan berwarna. Rembesan air lindi pemrosesan akhir.Pada pengelolaan sampah
berasal dari sampah yang tidak diolah yang berkelanjutan maka skema yang tepat
dengan baik dan masuk ke dalam badan air, dilakukan adalah meningkatkan dana
serta air limpasan hujan yang tidak partisipasi masyarakat. APBD untuk
tertampung dan teralirkan dengan baik mengelola sampah sebesar 10%. c) Aspek
sehingga air hujan tercampur dengan air Sosial,paradigma masyarakat harus digeser
lindi; 3) Hilangnya estetika lingkungan yang dari budaya end to pipe atau kumpul, angkut
sehat, bersih, aman dan nyaman dan buang menjadi budaya pembatasan, daur
menganggu keberlangsungan aktivitas ulang, olah sampah, merekayasa produk dan
manusia secara umum; dan 4) Polusi udara remediasi. Sosialisasi akan pelestarian
dan memicu ISPA dari debu dan sampah lingkungan dan kepedulian sampah harus
yang berserakan serta langkah pembakaran terus digalakkan agar pemahaman akan
sampah secara terus menerus. b) Aspek pentingnya mengolah sampah dari sumber
Ekonomi,dalam menjalankan pengelolaan dapat menyetuh semua peran.
sampah mota maka tidak akan lepas dari Kebiasaan pengelolaan sampah dari
unsur ekonomi utamanya pada segi sumber bentuk lanjutan dari kepedulian
pembiayaan baik biaya yang ke luar maupun terhadap lingkungan, yang dapat dilakukan
yang masuk. Pola pendekatan dalam secara sederhana dengan kebiasaan

9
memisahkan antara sampah organik dan digunakkan sebagai penggerak alat,
anorganik, selanjutnya meningkatkan penggunaan kembali bahan baku yang
pengelolaan sampah secara komunal dengan tercecer yang sebenarnya masih dapat
teknis dan manajerial yang lebih terstruktur digunakkan, sehingga bahan baku yang
dan dampaknya terhadap masyarakat digunakkan dapat optimal serta
sekitar.Kebiasaan menggunakkan produk- penghematan energi dan sumber daya,
produk yang ramah lingkungan serta dapat sehingga akan meminimalkan bahaya yang
dipakai berulang kali sehingga upaya dihasilkan dari proses pengolahan sampah
pengurangan sampah dari sumber bergerak dengan memperhatikan aspek-aspek
secara signifikan mendukung keberhasilan sebagaimana berikut; a) Aspek
pengelolaan sampah yang berkelanjutan. d) Kebijakan.Aspek kebijakan ini sifatnya
Aspek Teknis, pengelolaan sampah kota menguatkan sistem yang diterapkan, jika
yang banyak diterapkan di Indonesia sejauh ditinjau dari kondisi sistem pengolahan
ini mengacu pada pendekatan reaktif yaitu sampah di Indonesia, sifatnya masih cukup
penerapan sistem yang sifatnya end to pipe lemah.Landasan hukum utama harus
dengan kebiasaan kumpul-angkut-buang didukung dengan landasan hukum yang
sehingga kebutuhan lahan untuk proses dibuat oleh tiap daerah melalui kebijakan
pengurukan cukup besar, serta teknologi Peraturan Daerahnya masinng-masing, hal
yang digunakan dalam pengolahan sampah ini karena pada tiap kota atau daerah di
menggunakkan teknik 3R dengan tingkat Indonesia memiliki potensi dan hambatan
partisipasi yang masih cukup rendah yang beraagam.
meskipun telah mengalami peningkatan,
Di mana peran kebijakan yang
ditandai dengan sebagaian masyarakat
ditetapkan dalam melakukan pengelolaan
secara mandiri melakukan pemilahan tempat
sampah kota sangat memberikan pengaruh
pembuangan sampah berdasarkan sifat
pada efektivitas pelaksanaan dan
organik dan anorganik, lalu pada tahap
ketercapaian keberhasilan. Penetapan
lanjutan dengan menciptakan karya
kebijakan dasar hukum di Indonesia dinilai
kreatifitas olahan oleh bank sampah yang
masih lemah sehingga upaya pengelolaan
meningkat namun kondisi peminatnya masih
sampah kota yang berkelanjutan masih
cukup rendah.
terhambat, dengan lemahnya kebijakan
Pengolahan sampah kota yang
dasar yang ada maka pelaksanaanya tidak
berkelanjutan menekankan pada pendekatan
optimal, masih banyak peraturan yang tidak
proaktif, di mana penerapan good
dijalankan dapat dilihat dari masih tingginya
housekeeping yang dapat menghemat bahan
kebiasaan mencampur sampah di
baku, fluida dan energi lain yang
masyarakat sehingga proses pengolahan

10
menjadi sulit, kemudian dapat dilihat dari pelaksanaan sistem pengelolaan sampah
masih tingginya pembangunan dan masih dengan kebiasaan kumpul-angkut-
pengembangan industri tanpa menekankan buang dengan pola pendekatanreaktif;
pada aspek AMDAL sehingga Ketiga, Pelaksanaan pengelolaan sampah
operasionalnya mengganggu bahkan kota berkelanjutan di Indonesia masih
merusak lingkungan. Dan b) Aspek menemui banyak hambatan yang serius,
Kelembagaan. Pada pelaksanaan sistem ditinjau dari implementasi dalam menjamin
pengelolaan sampah, struktur kelembagaan air bersih dan sanitasi layak, komunitas dan
harus tergambar dengan jelas agar dapat kota yang berkelanjutan serta menjamin pola
memperlihatkan alur koordinasi dengan konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
baik, sehingga kewenangan operasional serts pemenuhan aspek eksiting pengelolan
memuat fungsinya masing-masing.Aspek sampah yang pelaksanaan teknis dan
Kelembagaan mengacu pada stakeholder dampaknya belum menyeluruh dirasakan;
dalam Sistem Pengolahan Sampah Kota, Keempat, Dasar permasalahan sampah kota
baik sebagai regulator bagi Pemerintah di Indonesia ada pada pandangan
Pusat, Operator bagi Pemerintah Daerah. masyarakat terhadap sampah, di mana
Pihak Regulator dan Operator harus pemahaman sampah yang baik akan
berkoordinasi agar dalam pelaksanaanya membentuk pola perilaku dalam
optimal dan mampu memengaruhi pihak pengurangan dan pengolahan sampah kota
swasta serta masyarakat untuk berperan aktif namun jika dilihat berdasakan data di
melalui partisipasinya dalam proses lapangan dan analisis yang dilakukan
pengolahan sampah kota secara mandiri pemahaman akan sampah masih kurang
maupun komunal. mendukung meski sudah mengalami
Kesimpulan peningkatan 2 tahun terakhir sehingga
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan, pelakanaan pengelolaan sampah kota secara
dapat ditarik kesimpulannya sebagai berikut, berkelanjutan belum terpenuhi dengan baik.
yaitu; Pertama, Aktivitas masyarakat Referensi
perkotaan telah menghasilkan timbulan Damanhuri, dan Padmi. (2019). Pengelolaan
sampah dengan presentase 70% dari total Sampah Terpadu. Bandung: ITB
volume sampah tahunan 62 juta ton yang Press.
dipengaruhi oleh fungsi dan tingkat
Dermawan, D., Lahming, L., & Mandra, M.
mobilitas kawasan kota; Kedua, Pelaksanaan
A. S. (2018). Kajian Strategi
sistem pengelolaan sampah kota di
Pengelolaan
Indonesiamasih rendah sebanyak 32%
Sampah. UNM Environmental
sampah belum terkelola. Mayoritas
Journals, 1(3), 86-90.

11
Indonesia, R. (1992). Undang-Undang No Dinas Lingkungan Hidup. JESS
24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
(Journal of Education on Social
Jakarta: Sekertariat Negara.
Science), 3(2), 213-221.
Indonesia, R. (2008). Undang-Undang No.
18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sudirman, F. A., & Phradiansah, P. (2019).
Sampah. Jakarta: Sekretariat
Tinjauan Implementasi Pembangunan
Negara
Berkelanjutan: Pengelolaan Sampah
Indonesia, P. R. (2012). Peraturan
Kota Kendari. JURNAL SOSIAL
Pemerintah Republik Indonesia No. 81
Tahun 2012 POLITIK, 5(2), 291-305.
tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Melfionora. (2018). Penulisan
Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga. Jakarta: Karya Ilmiah dengan Studi
Sekretariat Negara.
Literatur. Pekanbaru:UPT Balai
Mahyudin, R. P. (2017). Kajian
Pelatihan Penyuluh Pertanian.
permasalahan pengelolaan sampah dan
dampak
lingkungan di TPA (Tempat
Pemrosesan Akhir). Jukung (Jurnal
Teknik Lingkungan), 3(1), 66-74.
Nizar, M., Munir, E., Munawar, E., & Irvan,
I. (2017). Manajemen Pengelolaan Sampah
Kota Berdasarkan Konsep Zero
Waste: Studi Literatur. Jurnal
Serambi Engineering, 1(2).
Nirwono Joga, (2017). Kota Cerdas
Berkelanjutan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Nuh, W. (2017). Kebijakan Pembangunan


Perkotaan. Malang: UB Press.

Sapari, M. S., Rahim, I. R., & Lando, A. T.


Sistem Pengelolaan Sampah
Secara Berkelanjutan Di Kota
Jayapura.
Saputri, Y., Adnan, M. F., & Alhadi, Z.
(2019). Manajemen Pengelolaan Sampah
oleh

12

You might also like