Professional Documents
Culture Documents
1 (2020) | 93
Abstract
The purpose of this study was to determine the strategies, approaches, stages
and results of the living value education program in the education of
supernormal children in MAN 2 Madiun City. Qualitative research method was
conducted by direct observation and gained the results of this study which were
that the Living Values Education Program (LVEP) acceleration class of MAN
2 in Madiun City is done by habituation, lecture, hands-on practice, discussion,
performance, assignments, and visits to religious places, and acts as good role
model. The holistic approach (integrated and synchronized) in which the
development of character values is integrated and interconnected in all aspects
of the madrasa environment. The stages of reviving the value in children
accelerated starting with the quarantine process. Through this LVEP, it is
certain that children have personalities based on religious and cultural noble
values. The conclusion of this research is that the LVEP approach has
delivered supernormal children of MAN 2 Madiun City to have an awareness
of high values, virtuous character and aware of the importance of exemplary
and practice of values themselves in appreciating "good value" in children, as
well as reflect on it.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi, pendekatan,
tahapan dan hasil program pendidikan nilai kehidupan dalam pendidikan anak-
anak supernormal di MAN 2 Kota Madiun. Metode penelitian kualitatif
dilakukan dengan observasi langsung dan diperoleh hasil penelitian ini yaitu
bahwa kelas akselerasi Living Values Education Program (LVEP) MAN 2 di
Kota Madiun dilakukan dengan pembiasaan, kuliah, praktik langsung, diskusi,
kinerja, tugas, dan kunjungan ke tempat-tempat relijius, dan uswah hasanah.
Pendekatan holistik (terintegrasi dan tersinkronisasi) di mana pengembangan
nilai karakter terintegrasi dan saling berhubungan dalam semua aspek
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 94
Kata kunci: Nilai dan Pendidikan Nilai, Program Pendidikan Living Values,
Anak Supernormal
1. Pendahuluan
Dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa
Indonesia harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar
mampu mengikuti kemajuan tersebut. SDM yang berkualitas adalah
berkembangnya manusia secara menyeluruh. Manusia yang berkualitas adalah
manusia yang berkembang optimal baik secara fisik, kognitif, emosi, sosial,
maupun spiritual. Di sisi lain, di antara bangsa Indonesia terdapat anak-anak
yang memiliki kecerdasan luar biasa atau bisa dikatakan anak supernormal.
Anak supernormal memiliki keunggulan-keunggulan berbeda dengan
anak normal. Dari segi fisik sedikit lebih unggul baik tinggi, bobot dan
kesehatan. Lebih mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama,
mampu mencipta, mampu memahami mulai dari masalah material sampai
masalah abstrak. Karena kelebihan dalam hal kecerdasan, maka cenderung
bergaul dengan anak-anak yang lebih tua yang lebih banyak memiliki
kemahiran fisik dan pengalaman.1
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki anak supernormal sangat penting
untuk dikembangkan dan dibimbing secara optimal. Karena anak yang
memiliki kecerdasan lebih laksana tanaman yang membutuhkan seseorang
yang dapat membimbing dan membantunya agar ia bisa tumbuh dan
berkembang secara alamiah, menghilangkan berbagai kendala yang ada di
1
Ma’ruf Zurayk, Aku dan Anakku Bimbingan Praktis Mendidik Anak Menuju Remaja
(Bandung: Al-Bayan, 1998),76
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 95
2
Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya (Jakarta: Bina
Aksara, 1984),14
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 96
3
Menurut tokoh pendidikan seperti Barbara Clark dan Seageo, anak berbakat memiliki
karakter khusus sehingga memungkinkan ia memiliki masalah dengan lingkungannya. Anak
berbakat memiliki keunggulan dalam aspek intelegensinya, yang ditandai dengan kecepatannya
dalam menangkap dan mengingat informasi yang diberikan, menyukai pemecahan masalah,
memiliki kemampuan konseptual, abstraksi dan sintesis yang baik, selalu berusaha mencari
hubungan sebab akibat, memiliki perbendaharaan kata yang cukup banyak, memiliki ilmu
pengetahuan yang luas, memiliki konsentrasi yang tinggi serta dapat menahan diri terhadap hal-hal
yang menarik minatnya. Akan tetapi hal ini dapat menimbulkan kesulitan bagi anak tersebut untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya terutama teman sebaya. Anak menjadi tidak sabar
terhadap orang lain dan tidak menyukai hal yang monoton, serta tugas-tugas rutin. Pemikiran
mereka sering loncat-loncat dan tidak dimengerti oleh teman sebayanya. Mereka tidak menyukai
sesuatu yang tidak jelas dan tidak masuk akal, senang menggunakan kata-kata untuk memanipulasi
serta cepat bosan dengan teman sebaya. Kepribadian anak berbakat yang khas juga rentan
menimbulkan konflik bagi lingkungannya. Biasanya mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar
dan keinginan yang kuat untuk selalu mencari jawaban atas sesuatu, yang mengakibatkan mereka
sering menanyakan hal-hal yang dianggap kurang pantas atau tabu, sehingga membuat orang lain
kewalahan. (Lihat “Warna-Warni Kecerdasan Anak” karangan Tim Pustaka Familia, (Yogyakarta;
Kanisius, 2006) hal; 109-110)
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 97
dapat dipungkiri bahwa yang terjadi seringkali bertolak belakang dengan teori-
teori di atas. Di mana anak supernormal di MAN 2 Kota Madiun ini yang
seharusnya mendapat perhatian dan pengertian atas sikap dan tindakannya
yang mungkin berbeda dengan anak normal malah kurang mendapat perhatian
dan pengertian dari orang tua maupun pihak yang belum atau kurang
mengetahuinya.
Seorang anak tidak bisa dibiarkan tumbuh dan berkembang begitu saja
tanpa ada yang merawat dan membimbing, karena anak bisa tumbuh liar tak
terkendali sesuai dengan pola hidup dan lingkungannya. Pendidikan
merupakan tanggung jawab dan kewajiban orang tua karena anak sebagai
amanah Allah SWT. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh menelantarkan
kebutuhan-kebutuhan anak yakni kasih sayang, perlindungan, pendidikan, dan
sebagainya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
6
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004), 9.
7
Mulyana R, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004), 11
8
Sumantri, Pendidikan Nilai Kontemporer (Bandung: Program Studi PU UPI, 2007), 134
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 100
9
Somad, Pengembangan Model Pembinaan Nilai-Nilai Keimanan dan Keberagamaan
Siswa di Sekolah (Studi Kasus di SMAN 2 Bandung) (Disertasi Doktor pada SPs UPI: tidak
diterbitkan, 2007), 22
10
Sofyan Sauri dan Herlan Firmansyah, Meretas Pendidikan Nilai (Bandung: CV Armico,
2010), 7
11
Mulyana R, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai .., 120
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 101
Communication, 2000). h. ii
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 102
14
Departemen Agama, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan
(Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), 9.
15
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Setrategi Mendidik Anak di Zaman Global
(Jakarta: Grasindo. 2007), 44
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 103
16
Muqowim, Materi Workshop; Disampaikan pada Workhsop tentang Pendidikan Nilai
di STAIM Nglawak Nganjuk Jawa Timur pada tanggal 10-11 Februari 2018.
17
Ibid..,
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 104
Values-based Atmosphere
Values Stimulus
Exploring
Reflecting Values in the Receiving
Internally Real World Information
imagining and through stories,
reflective through news, reflection points
activities games and and literature
various content
Discussion
Sharing, cognitive exploration
and affective understanding
Exploration of Ideas
Further discussion, self-reflection, small
group study, and mind mapping
Transfer of Learning
Integrating Values in Life
Implementation of values-based behaviors
4. Anak Supernormal
Sebelum menguraikan tentang anak supernormal, terlebih dahulu akan
penulis uraikan apa itu intelegensi dan IQ serta bagaimana cara pengukurannya,
karena patokan anak supernormal dalam tulisan ini adalah tingkat tingginya
intelegensi. Intelegensi atau kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi
dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia dan diperoleh sejak
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 105
18
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1993),111
19
Samsu Yusuf, Psikologi Perkembanngan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), 106
20
Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi (Yogyakarta: Pustaka Utama, 2002),
5
21
Ibid Hal., 7
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 106
22
S.C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah; Petunjuk
Guru dan Orang Tua (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), 19
23
Alisuf sabri., 111
24
Irwanto Dkk. Psikologi Umum (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1977), 171
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 107
ini diperoleh dengan menggunakan rumus: hasil bagi umur mental dengan
umur Cronologis atau kalender dikalikan seratus atau IQ = (MA/ CA) X 100.25
MA singkatan dari Mental Age (usia mental) yang merupakan suatu
norma pembanding pada kelompok usia tertentu. Misalnya pada kelompok
anak-anak usia 8 tahun sebagian besar diantara mereka mampu menjawab
dengan benar sebanyak 24 soal dalam tes, maka skor atau angka itu dijadikan
norma untuk kelompok anak-anak usia 8 tahun, dan disebut usia mental 8
tahun. Bila seorang anak dalam mengerjakan tes yanng sama mampu
menjawab dengan benar sebanyak 24 soal maka ia mempunyai usia mental 8
tahun.26 CA singkatan dari Chronological Age (usia kronologis) yaitu usia anak
sejak dilahirkan yang dapat dinyatakan dalam satuan tahun atau dalam satuan
bulan. Misalnya apabila seorang anak yang berusia 8 tahun mampu menjawab
dengan benar sebanyak 24 soal, maka ia dikatakan memiliki usia mental 8
tahun dan IQ-nya dihitung sebagai IQ = (8/8) x 100 = 100. Seorang anak lain
yang berusia 6 tahun tetapi sudah mampu menjawab dengan benar sebanyak 24
dalam tes yang sama akan memperoleh usia mental 8 tahun pula namun IQ-nya
adalah (8/6) x 100 = 133.27
Jelaslah bahwa apabila seorang anak mencapai usia mental yang sama
dengan usia kronologisnya, maka ia akan mendapat IQ = 100 yang secara logis
diartikan sebagai berintelegensi normal. Bila seorang anak memperoleh usia
mental lebih tinggi daripada usia kronologisnya maka anak tersebut tergolong
anak yang berintelegensi di atas normal, sebaliknya bila usia mental lebih kecil
dari usia kronologisnya berarti intelegensinya di bawah normal. Demikianlah
gambaran prinsip perhitungan IQ.28 Berdasarkan prinsip-prinsip perhitungan
IQ tersebut, indikasi awal lahirnya konsep kecerdasan dinyatakan bahwa
“semakin tinggi IQ seseorang maka semakin tinggi pula kecerdasannya”.
Adapun pengertian anak supernormal yaitu anak yang mempunyai
kecerdasan di atas anak-anak normal dan memiliki IQ di atas 110. Anak yang
25
Alisuf Sabri.., Hal.113
26
Saifudin Azwar..,. 52
27
Ibid.,. 53
28
Ibid
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 108
29
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989) hal. 359
30
Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya., hal. 31-32
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 109
mereka paling rendah 140 sedang yang paling tinggi dapat mencapai 200
lebih.
Para jenius lebih dari super cerdas ataupun sangat berbakat, mereka
adalah orang-orang yang betul-betul hebat dan jauh mendahului masyarakat,
bahkan dunia yang berbeda karena kontribusinya, sebagai contoh Beed
Hoven, Picasso, Issac Newton Maria Currie, Leonardo Da Vinci dan
sebagainya.31
b. Anak Gifted/ Very superior
Anak gifted atau very superior memiliki tingkat kecerdasan tinggi
bila diukur dengan tes intelegensi kurang lebih 125-140. Tingkat gifted
berada di bawah tingkat genius dan di atas tingkat superior. Gifted adalah
suatu terminologi bagi individu yang mempunyai IQ atau tingkat kecerdasan
yang lebih dari normal yaitu IQ nya antara 120-140. Di samping itu
mempunyai pula bakat yang istimewa atau menonjol antara lain berbakat
dalam seni musik, drama, ketrampilan, dan keahlian memimpin
masyarakat.32
Dalam bukunya Samsu Yusuf yang berjudul “Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja” dijelaskan bahwa gifted atau very
superior ber-IQ 130-139 yaitu seorang yang cakap dalam membaca,
mempunyai pengetahuan tentang bilangan yang sangat baik, perbendaharaab
kata yang luas dan memahami pengertian abstrak. Faktor kesehatan,
31
Joan Freeman, Utami Munandar, Cerdas dan Cemerlang (Jakarta, Pustaka, 2001) hal. 7
32
Ibid., hal. 33
33
Samsu Yusuf., 112
34
Sutratinah Tirtonegoro., hal 33
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 110
memahami dan lebih peduli.37 Sikap malu bersikap egois dapat ditumbuhkan
dalam diri setiap siswa sejak dini, sejak masa kanak-kanak, bahkan
sebagaimana pandangan Ibnu Sina, sejak masa memilih jodoh. Dengan
menanamkan kesadaran bahwa apapun yang dilakukan seseorang, baik atau
buruk, akan membawa dampak kepada diri sendiri dan orang lain.
b. Keteladanan (Values are caught)
Teknik pendidikan karakter ini meskipun sering terlupakan dalam
diskursus pendidikan merupakan salah satu teknik yang efektif dan dapat
membuahkan hasil gemilang. Al-Abrasyi menulis bahwa keteladanan
merupakan faktor utama dalam membentuk kebiasaan. Itulah sebabnya, Ibnu
Sina menegaskan perlunya guru yang bertindak sebagai mursyid dan referensi
hidup peserta didik yang dapat diteladani di mana kita bisa mengetahui bahwa
manusia teladan terbesar dalam alam nyata adalah Nabi Muhammad saw..
Sebagaimana yang telah ada di MAN 2 Kota Madiun, bahwa guru agama
juga menjadi teladan yang baik dalam pendidikan ibadah. Misalnya dalam hal
shalat, guru agama biasanya yang menjadi imam dalam shalat dzuhur secara
berjamaah. Orang-orang Arab dalam masa jahiliyyah telah melihat pada diri
Muhammad saw. keistimewaan dan kemuliaan akhlaknya, sehingga beliau
digelari "al-shaadiqu al-amiin" (yang benar lagi amanah). Orang tua di rumah,
guru di madrasah, dan pemuka masyarakat baik formal (atasan) maupun
informal di masyarakat, adalah pendidik yang menanamkan benih-benih
pertama karakter mulia serta sikap dan perilaku determinan dalam diri anak
didik.
c. Sentuhan Kalbu melalui Kata Hikmah dan Dialog
Di dalam menanamkan nilai-nilai, yang disentuh adalah rasa dan
kesadaran manusia yang lebih dalam yang letaknya tidak di otak, tapi di hati
dan kalbu. Hal ini tentunya terkait dengan aspek afektif dan psikomotorik. Ada
suatu hal yang menarik untuk diaktualkan kembali dalam kaitannya dengan
pendidikan nilai untuk menyentuh kesadaran manusia yang lebih dalam setelah
hilang dalam peredaran di lembaga-lembaga pendidikan Islam; yaitu pelajaran
37
Ibid..,
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 112
38
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 196.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 113
39
Wawancara dengan Bapak Ridho (Pengelola Akselerasi) MAN 2 Kota Madiun.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 114
40
Wawancara dengan Bapak Imron (Pengelola Asrama) MAN 2 Kota Madiun.
41
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), 23.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 115
anak didik.42 Hand out materi akan mempermudah guru dalam menyampaikan
materi yang banyak sehingga teringkas dalam hand out tersebut secara
menyeluruh. Materi yang padat itu akan lebih baik jika seorang guru memiliki
bahan ajar yang berupa hand out materi yang berasal dari pemikiran dan
rangkuman guru berbasis nilai itu sendiri.
Oleh sebab itu penting seorang guru tahu, kreatif membuat hand out
materi/modul, dan faham dengan bahan ajar berbasis nilai yang akan
disampaikannya. Sebagaimana kita tahu dari data di lapangan bahwasanya para
guru MAN 2 Kota Madiun juga berusaha untuk kreatif membuat hand out
materi/modul pembelajaran baik dari ringkasannya sendiri, membuat
slide/power point,43 yang bisa ditampilkan melalui OHP karena sebagian
kelasnya juga sudah ada LCD proyektor,44 sehingga mempermudah dan
mendukung guru untuk selalu kreatif dalam penyampaian materinya.
42
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1996), hal. 50.
43
Wawancara dengan Bapak Zaenuri (Waka Kurikulum) MAN 2 Kota Madiun.
44
Ibid..,
45
Wawancara dengan Bapak Ari selaku Kepala Sekolah MAN 2 Kota Madiun.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 116
anak. Living Values Education Program (LVEP) adalah pendidikan nilai yang
komprehensif, program pendidikan nilai yang memperhatikan kebutuhan anak-
anak, remaja, dan dewasa saat ini. Model teori dari program ini adalah
mendorong terciptanya suatu suasana berbasis nilai dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas pendidikan untuk manusia secara utuh.
8. Penutup
Dari hasil penelitian ini, maka penulis menyimpulkan beberapa hal, yaitu;
a. Strategi Living Values Education Program (LVEP) dalam pendidikan anak
supernormal.
1) Melalui Pembiasaan di kelas Akselerasi MAN 2 Kota Madiun, di
antaranya:
a) Pembiasaan Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan jadwal
yang telah disusun oleh MAN 2 Madiun.
b) Pembiasaan Spontan, Pembentukan perilaku memberi senyum,
salam, sapa, membuang sampah pada tempatnya, budaya antri,
mengatasi silang pendapat(pertengkaran),saling mengingatkan ketika
melihat pelanggaran tata tertib sekolah, kunjungan rumah,
kesetiakawanan sosial, kerja sama.
c) Pembiasaan Keteladanan, dalam bentuk perilaku sehari-hari,
meliputi: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca,
memuji kebaikan dan keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.
2) Melalui implementasi Kurikulum 2013 (K-13) yang sudah diintegrasikan
dan dinamakan kurikulum differensiasi di kelas akselerasi. Strategi ini
dikembangkan melalui penerapan K-13 disemua mata pelajaran karena K-
13 menuntut untuk melakukan pembelajaran berbasis tematik (terpadu).
3) Melalui memaksimalkan peran orang tua dalam memonitoring setiap
kegiatan anak di lingkungan rumah.
b. Pendekatan Living Values Education Program (LVEP) dalam pendidikan
anak supernormal.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 118
Daftar Referensi
Abi Abdillah Muh. Bin Yazid, Al-Khafiz, Sunan Ibnu Majah, Beirut, Dar Alfikr,
t.thn.
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan: Jakarta, Pedoman
Ilmu Jaya, 1993.
Azwar, Saifudin. Pengantar Psikologi Intelegensi, Yogyakarta: Pustaka Utama,
2002.
Bahri Djamarah, Syaiful, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996.
Departemen Agama, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang
Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen
Agama RI, 2006.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Jakarta, Balai Pustaka, 1989.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Rajawali Press: Jakarta,
2011.
http://www.terwujud.com/2012/01/tujuan-program-pendidikan-nilai-
nilai.html?m=1
Irwanto Dkk, Psikologi Umum: Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1977.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya:
Bandung, 2010.
Koesoema A, Doni, Pendidikan Karakter Setrategi Mendidik Anak di Zaman
Global Jakarta: Grasindo. 2007.
Ma’ruf Zurayk, Aku dan Anakku, Bimbingan Praktis Mendidik Anak Menuju
Remaja: Bandung, Al-Bayan, 1998.
Mulyana, Rohmat, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2004.
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Ilmu, 2004.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006.
Sabri, Ahmad, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Jakarta: Quantum
Teaching, 2005.
Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi: Yogyakarta, Pustaka Utama,
2002.
Sauri dan Herlan Firmansyah, Sofyan, Meretas Pendidikan Nilai, Bandung: CV
Armico, 2010.
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1 (2020) | 120
© 2020 pada penulis. Diterbitkan oleh LP2M INSURI Ponorogo, artikel jurnal ini dapat diakses secara terbuka
dan memiliki lisensi CC-BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).