Professional Documents
Culture Documents
Konsep Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami Di Kabupaten Karangasem, Pulau Bali
Konsep Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami Di Kabupaten Karangasem, Pulau Bali
ABSTRACT
The island of Bali and its surrounding are part of Indonesia's seism tectonic system. The
condition has been faced including by Karangasem Regency. Karangasem Regency is prone by
seismic and tsunami disaster. The high level of disaster proneness in Karangasem Regency
requires disaster preparedness in pre-disaster phase. Rehabilitation and reconstruction responses
are not been effective since these steps require expensive funding and investment. Preparedness
efforts in pre-disaster phase are carried out through quality enhancement of spatial plans based on
Disaster Risk Reduction (DRR). This research is aimed to provide recommendation for spatial
plan, including spatial pattern (land use) plan and development of mitigation infrastructure. This
research uses qualitative and quantitative research methods. Analysis tools are Geographic
Information Systems (GIS), good practices, and literatures, as well as policies from various
sources. The output of this study resulted in a spatial assessment according to the level of tsunami
disaster prone level.
Keywords: disaster mitigation, spatial plan, tsunami
ABSTRAK
Pulau Bali dan kawasan sekitarnya termasuk bagian dari seismotektonik Indonesia. Kondisi
tersebut juga terjadi di Kabupaten Karangasem. Kabupaten Karangasem memiliki tingkat
kerawanan bencana gempa bumi maupun tsunami. Tingkat kerawanan bencana yang tinggi di
Kabupaten Karangasem membutuhkan kesiapsiagaan di tahapan pra bencana. Respon rehabilitasi
dan rekonstruksi tidaklah efektif karena memerlukan pembiayaan dan investasi yang besar. Upaya
kesiapsiagaan pada tahapan pra bencana dilakukan melalui peningkatan kualitas tata ruang
berdasarkan Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Penelitian ini bertujuan memberikan
rekomendasi muatan rencana pola ruang dan pengembangan infrastruktur mitigasi. Dalam
penelitian ini menggunakan kolaborasi metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan alat
analisis Sistem Informasi Geografis (SIG), praktek baik, dan literatur, maupun kebijakan dari
berbagai sumber. Output dari penelitian ini menghasilkan arahan rekomendasi tata ruang sesuai
dengan tingkat kerawanan bencana tsunami.
Kata kunci: mitigasi bencana, tata ruang, tsunami
1
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 1-14
R. K.Yuniartanti 2
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 1-14
tingkat risiko bencana dengan sumber data asumsi jumlah penduduk berasosiasi dengan
kerawanan bencana Gerakan Tanah (2016), keberadaan bangunan/properti (Cross, 2001).
Letusan Gunungapi (2015), Alur Bahan
Rombakan (2016), dan Tsunami (2013) yang HASIL DAN PEMBAHASAN
berasal dari Badan Geologi, Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral. Arahan Kerawanan Bencana Tsunami
rekomendasi tata ruang berdasarkan kebijakan Kabupaten Karangasem
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Seluruh kawasan pesisir dan sempadan
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No pantai di Kabupaten Karangasem termasuk
1 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan pada KRB Tsunami. Kecamatan Abang,
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kecamatan Karangasem, Kecamatan Kubu, dan
Kabupaten, dan Kota dan juga hasil telaah Kecamatan Manggis termasuk dalam KRB
literatur dan praktik pemanfaatan ruang dan tsunami. Kecamatan Manggis dan Kecamatan
mitigasi bencana pada kawasan pesisir di Karangsem merupakan area dengan luasan
Jepang dan Yunani serta mitigasi bencana di terbesar untuk wilayah yang berada di KRB
Gunung Rainier di Washington. tsunami tinggi, dengan luas 181.40 Ha dan
Metode perhitungan risiko bencana 117.58 Ha.
merupakan modifikasi dari metode yang Luas wilayah total yang berada pada
terdapat dalam Perka BNPB No 2 Tahun 2012. KRB tsunami adalah 1,194.38 atau 1.42% dari
Pada formula risiko [Gambar 1], tingkat luas total Kabupaten Karangasem. Luas
ancaman kawasan direpresentasikan secara wilayah yang termasuk pada KRB tsunami
spasial sebagai tingkat bahaya yang diambil tinggi adalah 32.52 Ha atau 0.40% dari luas
dari klasifikasi Peta Kawasan Rawan Bencana wilayah Kabupaten Karangasem. Wilayah yang
(KRB) pada setiap jenis bencana. termasuk dalam KRB menengah luasnya adalah
Tingkat kerentanan diwakili oleh 34.25 Ha atau 0.41% dari luas wilayah
keterpaparan fisik terhadap kondisi bahaya Kabupaten Karangasem. Sedangkan wilayah
dengan menggunakan komposit keterpaparan yang termasuk pada KRB tsunami rendah
dari parameter kepadatan penduduk dan luasnya adalah 520.61 Ha atau 0.62 dari luas
kepadatan bangunan dengan asumsi bahwa keseluruhan Kabupaten Karangasem [Gambar
apabila tinggal pada wilayah yang terdapat 2].
bahaya bencana, maka penduduk tersebut
menjadi rentan terhadap bencana tersebut serta
Delineasi KRB tsunami hanya pada Karangasem, seperti terlihat pada Tabel 1 dan
kawasan pesisir. Sehingga dapat disimpulkan Gambar 4. Pantai sisi selatan Kabupaten
bahwa memang KRB tsunami hanya Karangasem memiliki risiko bencana tsunami
mendominasi pada wilayah pesisir di yang tinggi. Apabila dibandingkan pantai yang
Kabupaten Karangasem [Gambar 3]. berada pada sisi utara dengan sisi selatan, maka
risiko tsunami pada pantai yang berada di sisi
Analisis Risiko Bencana Tsunami selatan lebih besar karena terdapat potensi
Klasifikasi risiko bencana terbagi tsunami dari gempa di selatan Pulau Bali.
menjadi 3 (tiga), yaitu rendah, sedang, dan Hanya saja perhatian khusus diperlukan pada
tinggi. Kabupaten Karangasem didominasi oleh daerah yang mempunyai risiko tinggi maupun
risiko sedang, seperti Kecamatan Kubu yang sedang karena merupakan daerah padat
berada pada pantai sisi utara Kabupaten penduduk dan pusat perekonomian.
R. K.Yuniartanti 4
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 1-14
Tabel 1 Tingkat risiko bencana tsunami di Kebijakan dan Praktik Baik terkait Sistem
Kabupaten Karangasem Prasarana Mitigasi Bencana Tsunami
No. Kecamatan Tingkat Risiko
(Jumlah Desa) Kebijakan dan praktik baik penetapan
Rendah Sedang Tinggi sempadan pantai minimal 100 meter, upaya
1 Abang 3 3 3 pengembangan mitigasi struktural dan
2 Karangasem 4 3 5 nonstruktural, dan penyediaan sistem prasarana
3 Kubu 8 8 3
4 Manggis 6 6 6
mitigasi bencana tsunami yang dapat dijadikan
Sumber: Hasil pengolahan data tim penyusunan acuan untuk kawasan pesisir di Kabupaten
masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Karangasem. Berikut ini penjelasannya.
Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, 2019
R. K.Yuniartanti 6
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 1-14
tanggul alami yang lokasinya dekat dengan struktural. Gambar 8 adalah elaborasi
daratan [Gambar 6]. Fungsi tanggul alami mitigasi struktural dan non struktural.
dapat juga untuk menangkap debris saat
tsunami. Antara layer pertama dan layer Sabuk Hijau
Jalur
Air
Gambar 8. Elaborasi mitigasi struktural dan non
struktural
Sumber: Tanaka, 2010
peringatan dini sebagai contoh mitigasi pengumpulan material debris tsunami sehingga
struktural (Edyanto, 2015). Mitigasi non terbentuk hutan pantai. Taman pantai dapat juga
struktural sebagai sebagai upaya mitigasi dari dimanfaatkan sebagai lapangan olah raga
struktur alami untuk melindungi kawasan dari hingga fasilitas wisata pantai yang lain dengan
bencana tsunami, seperti RTH dan hutan tetap memperhatikan fungsi ekologinya, tetapi
mangrove. dapat diakses oleh masyarakat luas.
Tanggul pantai berupa tanah tinggi
buatan yang dibangun dengan konstruksi beton Ketentuan Pemanfaatan
yang memanjang sejajar dengan garis pantai. Ruang KRB Tsunami
Pemecah gelombang sebagai mitigasi struktural Ketentuan pemanfaatan ruang akan
lepas pantai yang dapat menghalangi terjangan menghasilkan arahan pengembangan mitigasi
gelombang tsunami dan badai ke pelabuhan. struktural dan non struktural beserta rencana
Tetrapod merupakan unit perlindungan terhadap pola ruangnya. Hasil analisis ini juga dapat
tekanan gelombang pantai yang terbuat dari menjadi masukan Perda Nomor 17/2012
beton dengan empat kaki. Teknik menyusunan tentang RTRW Kabupaten Karangasem dan
unit ini di garis pantai, sehingga akibat Raperda Perubahan RTRW Kabupaten
gelombang tsunami yang besar tidak terjadi Karangasem.
pergeseran yang terlalu besar terhadap tetrapod Pengembangan mitigasi bencana pada
tersebut. Pintu air pada kawasan pantai sempadan pantai dan KRB tsunami dapat
digunakan untuk melindungi lokasi tertentu meminimalisir risiko bencana tsunami sekaligus
terhadap gelombang tsunami. Pintu air ini akan sebagai aset pariwisata yang berkontribusi
bekerja secara otomatis dalam hitungan detik terhadap Pendapatan Asli Daerah dan dapat
akan tertutup, setelah sensor sismik mendeteksi mendukung perkembangan perekonomian dari
gempa. Sistem pertahanan struktural juga aspek pariwisata.
dibangun untuk membatasi ruang antara laut Penetapan sempadan pantai 100 meter
dan pemukiman dengan ketinggian tertentu. dengan mempertimbangkan landaan tsunami di
Pantai setimbang berfungsi untuk perlindungan kawasan pesisir Kabupaten Karangasem.
dan pengelolaan garis pantai. Cara kerja pantai Dengan begitu penetapan Batas Sempadan
setimbang adalah garis pantai ini berorientasi Pantai (BSP) mempertimbangkan KRB
secara pararel terhadap garis puncak gelombang tsunami, yaitu 100 meter yang dihitung dari
datang, sehingga dapat meminimalkan transport titik pasang tertinggi ke arah daratan dengan
sedimen disepanjang pantai dan dapat luasan kurang lebih 826 hektar yang terletak di
menghasilkan pola pantai seimbang. Sistem 4 (empat) kecamatan, yaitu Kecamatan Kubu,
peringatan dini tsunami sebagai Kecamatan Abang, Kecamatan Manggis, dan
suatu sistem yang dirancang untuk mendeteksi Kecamatan Karangasem.
bencana tsunami yang terdiri atas 2 (dua) jenis, Penetapan sempadan pantai dengan
yaitu sistem peringatan dini interasional dan mempertimbangkan landaan tsunami di
sistem peringatan dini tsunami regional. kawasan pesisir Kabupaten Karangasem yang
Mitigasi non struktural yang mencapai 100 meter. Sempadan pantai juga
dikembangkan di kawasan pantai adalah RTH berfungsi sebagai zona penyangga (buffer zone)
berupa taman pantai dan mangrove sebagai untuk mengurangi energi gelombang tsunami
kawasan pembatas yang peruntukkan sebagai agar daya rusaknya menurun (Widiati, 2008).
kawasan konservasi dan pariwisata pantai Dengan begitu ditetapkan Batas Sempadan
terhadap zona terbangun di kawasan pantai. Pantai (BSP) yang mempertimbangkan KRB
Kawasan ini juga dapat dibangun hutan pantai tsunami, yaitu 100 meter yang dihitung dari
yang berfungsi sebagai penghadang terjangan titik pasang tertinggi ke arah daratan dengan
tsunami dan dapat diperkuat dengan luasan kurang lebih 826 hektar yang terletak di
pembangunan bukit buatan hasil dari 4 (empat) kecamatan, yaitu Kecamatan Kubu,
R. K.Yuniartanti 8
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 1-14
l
merehabilitasi pantai untuk mengembalikan
kawasan pantai dengan pengisian pasir (sand
nourishment). Teknik ini tidak akan mengubah Gambar 9. Pemanfaatan ruang kawasan pesisir
Kabupaten Karangasem
bentang lahan pantai karena bersifat sebagai Sumber: Draft pedoman pemanfaatan ruang
struktur alami (Kementerian Pekerjaan Umum Kawasan Sempadan Pantai, 2019
dan perumahan Rakyat, 2018). Beach
nourishment perlu dilakukan secara kontinu Penyediaan sistem evakuasi dapat
untuk mengurangi dampak dari erosi atau dikembangkan bersama oleh pemerintah dan
berkurangnya kawasan pantai. Pasokan material pihak swasta karena melibatkan kedua pihak
pasir diambil dari lepas pantai atau lahan di tersebut. Rambu dan papan informasi yang
sekitarnya. Pengisian material pasir sebagai terdapat di KRB tsunami, terutama di hotel dan
suatu keharusan bagi pemulihan stabilitas restoran memberikan informasi level KRB pada
pantai. Tindakan ini dapat bersifat terus lokasi tersebut (ASEAN, 2016). Bangunan
menerus atau periodik, yang dihentikan setelah hotel di KRB tsunami dapat berfungsi sebagai
pasokan alami dapat terjadi lagi. TES dengan begitu persyaratan dari bangunan
Keterlanjuran pemanfaatan ruang hotel adalah minimal 2 lantai, sedangkan TEA
sempadan pantai perlu diimbangi dengan adalah lokasi yang aman dari bencana tsunami.
mitigasi bencana struktural dan non struktural. Pengembangan sistem evakuasi perlu
Pengembangan infrastruktur mitigasi struktural mempertimbangkan sistem peringatan dini baik
meliputi tanggul pantai dan pemecah pada aset pariwisata dan permukiman di
gelombang. Infrastruktur mitigasi non struktural sepanjang pesisir Kabupaten Karangasem.
meliputi pengisian pasir pantai, sabuk hijau, dan
Tabel 1. Rencana sistem evakuasi bencana tsunami
kawasan mangrove. Kolaborasi infrastruktur
No. Jalur Evakuasi
mitigasi struktural dan non struktural dapat 1 Angantelu ke Jalan Yeh Malet ke Pertigaan
menjaga keseimbangan lingkungan. Sempadan Pakel
sungai merupakan kawasan publik yang dapat 2 Padangbai-Silayukti ke Angantelu-
Padangbai
diakses dan dimanfaatkan oleh wisatawan dan
3 Jalan Pantai-Ulakan ke Batas Kota
masyarakat, sehingga tidak diperbolehkan Amlapura-Angantelu
menutup akses pariwisata sebagai milik swasta 4 Jalan Tanah Ampo ke Jalan Pantai
ataupun privatisasi. Selain itu, untuk 5 Jalan Batas Kota Amlapura-Angantelu ke
Jalan Sengkidu Ke Jalan Ngis
mendukung fungsi sempadan pantai maka wajib
6 Jalan Raya Sengkidu
menyediakan akses publik, melakukan proteksi 7 Jalan Pertigaan Samuh ke Jalan Samuh
dan adaptasi bangunan terhadap bencana 8 Jalan Bugbug ke Batas Kota Amlapura-
tsunami dan/atau konservasi pantai untuk Angantelu
9 Jalan Labuhan ke Jalan Labuhan Amuk ke
mengembalikan sempadan pantai minimal 100 Jalan Padang Bai ke Angantelu-Padangbai
meter yang diperuntukan infrastruktur mitigasi 10 Batas Kota Amlapura- Angantelu
struktural dan non struktural, dan penyediaan Sumber: Hasil pengolahan data tim penyusunan
Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan juga masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB)
Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, 2019
Tempat Evakuasi Akhir (TEA) sebagaimana
[Gambar 9].
Jalur evakuasi tidak hanya terdapat di TEA. Pemasangan sistem peringatan dini di
kawasan pariwisata, tetapi juga pada kawasan beberapa titik kawasan pesisir Kabupaten
permukiman. Jaringan jalan di sekitar pantai Karangasem. Pengembangan sistem peringatan
sebagai akses publik, sehingga pada saat dini berfungsi untuk memberikan tanda dan
bencana akses terbuka untuk wisatawan dan peringatan jika terjadi gempa bumi, maka
masyarakat. Jalur evakuasi harus terkoneksi gempa bumi tersebut memicu terjadinya
dengan jaringan arteri dan moda transportasi tsunami.
yang digunakan untuk transportasi menuju
Sistem peringatan dini dilengkapi oleh peringatan dan arahan penyelamatan diri
peralatan berupa seismometer, GPS, Buoy, tide kepada masyarakat.
Gauge, dan juga sistem komunikasi yang Keterbatasan waktu dan kondisi
mengintegrasikan semua peralatan menjadi ketidakpastian terkait dengan bahaya tsunami
suatu sistem pemantauan yang sesuai dengan lokal dan peringatan dini merupakan satu
waktu sebenarnya dan kontinu. Sistem tantangan besar bagi kawasan pesisir di
peringatan dini tsunami terdiri atas bagian Kabupaten Karangasem. Pengembangan sistem
upstream dan downstream. Data peralatan peringatan dini bencana merupakan bentuk
observasi, misalnya seismometer akan mengalir kesiapsiagaan. Pada saat alarm atau sirine
dalam bagian sistem informasi bencana tsunami berbunyi dari sistem peringatan dini harus
yang dioperasikan oleh Badan Meteorologi, memberikan waktu kepada masyarakat dan
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Data wisatawan untuk mencapai TES sebelum
tersebut kemudian digunakan sebagai dasar terjangan tsunami mencapai daratan.
untuk menentukan peringatan kejadian tsunami. Pada KRB tsunami terdapat pemanfaatan
Ketika BMKG memutuskan untuk ruang sebagai kawasan pariwisata dan kawasan
mengeluarkan peringatan tsunami, maka proses permukiman yang juga memerlukan mitigasi
downstream dimulai dengan menyebarkan bencana. Pada kawasan tersebut perlu
informasi tersebut ke institusi di daerah dan dikembangan infrastruktur mitigasi struktural
media elektronik. Institusi daerah harus segera dan non struktural dan juga sistem evakuasi.
merespon dengan meneruskan informasi Kegiatan transportasi diperbolehkan asalkan
R. K.Yuniartanti 10
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 1-14
Tabel 3. Arahan Rekomendasi Pemanfaatan Ruang pada Sempadan Pantai dan KRB Tsunami
Peruntukan atau Fungsi Ruang Sempadan Pantai KRB I KRB II KRB III
KAWASAN HUTAN PRODUKSI
Hutan produksi terbatas
Hutan produksi tetap
Hutan produksi yang dapat dikonversi
KAWASAN PERTANIAN
Pertanian tanaman pangan
Pertanian hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
Tabel 3. Lanjutan
Peruntukan atau Fungsi Ruang Sempadan Pantai KRB I KRB II KRB III
Pertambangan mineral logam
Pertambangan mineral bukan logam
Pertambangan batuan
KAWASAN PERIKANAN
Perikanan tangkap
Perikanan budidaya
KAWASAN PARIWISATA
Pariwisata
KAWASAN PERMUKIMAN
Perumahan
Perdagangan dan Jasa
Perkantoran
Ruang Terbuka Hijau
Tempat Evakuasi Bencana
Sektor Informal
Peribadatan
Pendidikan
Kesehatan
Olahraga
Transportasi
Sumber Daya Air
Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan
(KKOP)
JARINGAN PRASARANA
Terminal
Stasiun
Pelabuhan
Bandar Udara
Persampahan
Keterangan:
Kegiatan yang Diperbolehkan
Kegiatan yang Diperbolehkan dengan Syarat
Kegiatan yang Tidak Diperbolehkan
R. K.Yuniartanti 12
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 1-14
Sempadan pantai dan KRB III tsunami Areti, K., Dimelli, D. & Ragia, L. (2017). Land
ditetapkan sebagai kawasan lindung. Use Planning for Sustainable
Keterlanjuran pemanfaatan ruang sempadan Development of Coastal Regions.
pantai perlu diimbangi dengan mitigasi bencana Proceedings of the 3rd International
struktural dan non struktural. Pengembangan Conference on Geographical
infrastruktur mitigasi struktural meliputi Information Systems Theory,
tanggul pantai dan pemecah gelombang di Applications and Management (GISTAM
sepanjang kawasan pesisir Kabupaten 2017), ISBN: 978-989-758-252-3, 290-
Karangasem. 294.
Akomodasi dan penunjang pariwisata Association of Southeast Asian Nations
dengan desain struktur bertingkat maksimal 15 (ASEAN). (2016). ASEAN Community
(lima belas) meter atau minimal 3 (tiga) lantai Based Tourism Standard. ASEAN.
dengan mempertimbangkan sejarah tsunami Badan Geologi. (2013). Pemetaan Kawasan
dan landaan tsunami yang sekaligus Rawan Bencana Tsunami.
difungsikan sebagai Tempat Evakuasi Berkes, F., Colding, J. & Folke, C. (2003).
Sementara (TES) tsunami, bila berjarak lebih Navigating Social-Ecological Systems.
dari 100 meter dari perbukitan terdekat. Cambridge University Press.
Pada kawasan permukiman yang berada Blaikie, P., Cannon, T., Davis, I. & Wisner, B.
pada KRB tsunami, desain huniannya At Risk: Natural Hazards, People’s
menggunakan konstruksi bangunan tahan Vulnerability and Disasters. Routledge.
gempa dan dapat berfungsi ganda sebagai BMKG. (2018). Catatan Sejarah Gempa di
tempat evakuasi vertikal bencana tsunami. Bali. BMKG.
Cross, J. A. (2001). Megacities and Small
UCAPAN TERIMA KASIH Towns: Different Perspectives on Hazard
Vulnerability. Environmental Hazards, 3
Penulis ucapkan terimakasih kepada
(2), 63-80.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN
Edyanto, H. (2015). Sistem Pertahanan
yang telah memberikan kesempatan kepada
Kombinasi untuk Melindungi Kota
penulis untuk berkontribusi pada kegiatan
Pantai dari Bahaya Tsunami. Jurnal
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan
Sains dan Teknologi Indonesia, 17,2.
Bencana (KRB) Gunung Agung di Kabupaten
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Karangasem. Hasil dari kegiatan tersebut
pertanahan Nasional. (2019). Draft
menjadi acuan dalam kajian "Konsep penataan
Pedoman Pemanfaatan Ruang Kawasan
ruang Kawasan Rawan Bencana (KRB)
Sempadan Pantai.
Gunungapi Agung di Kabupaten Karangasem,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Pulau Bali”.
Rakyat. (2018). Coastal Protection and
Beach Nourishment in Indonesia.
Dipresentasikan dalam International
Symposium Beach Erosion Management
in East Asia pada 1 November 2018.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Yusup, Y. 2014. Hidup Bersama Risiko
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Bencana: Konstruksi Ruang dalam
Nasional No 1 Tahun 2018 tentang Perspektif Ruang Reasional. Jurnal
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Perencanaan Wilayah dan Kota, 25 (1),
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan 59-77.
Kota.
Peraturan Daerah Kabupaten Karangasem
Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Karangasem Tahun 2012-2032.
Soemabrata, J., Zubair, A., Sondang, I., &
Suyanti, E. (2018). Risk mapping studies
of Hydro-Meteorological Hazard in
Depok Middle City. International
Journal of GEOMATE, 14 (44), 128-133.
Sutanta, H. (2012). Spatial planning support
system for an integrated approach to
disaster risk reduction. PhD thesis,
Centre for Spatial Data Infrastructures &
Land Administration, Department of
Infrastructure Engineering, The
University of Melbourne.
Tanaka, N. (2012). Effectiveness AND
Limitations of Coastal Forest in Large
Tsunami: Conditions of Japanese Pine
Trees On Coastal Sand Dunes in
Tsunami Caused by Great East Japan
Earthquake. Journal of Japan Society of
Civil Engineers. 68, 7-15.
Tsimopoulou, V., Jonkman, S. N., Kolen, B.,
Maaskant, B., Mori, N. & Yasuda, T.
(2013). A Multi Layered Safety
Perspective on The Tsunami Disaster in
Tohoku Japan. Comprehensive Flood
Risk Management. Taylor & Francis
Group. London.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.
Widiati, A. 2008. Aplikasi Manajemen Risiko
Bencana Alam dalam Penataan Ruang
Kabupaten Nabire. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia, 10 (1), 7-15.
R. K.Yuniartanti 14