ID Analisis Kinerja Dan Budaya Mutu Di Igd

You might also like

You are on page 1of 13

ANALISIS KINERJA DAN BUDAYA MUTU DI IGD RS PKU MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA II

PERFORMANCE ANALYIS AND QUALITY CULTURE IN UNIT EMERGENCY OF PKU


MUHAMMADIYAH HOSPITAL UNIT II YOGYAKARTA

Erwin Santosa
Program Studi Manajemen Rumahsakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183
Email: santosaerwin@yahoo.com

Yunita Pransisca
Program Studi Manajemen Rumahsakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183
Email: iyun_rafles@yahoo.com

ABSTRACT
Concern to quality service in nowadays becoming global issue that triggered by consciousness to
give best service for patient or by request from eksternal side of hospital. Goverment push
hospital to give good quality of service by giving evaluation of hospital standarization. PKU
Muhammadiyah Hospital Jogjakarta unit II which new one of health service unit right now
striving to improve quality of service. Result of the beginning observation findout evaluation of
activity are often neglected, particularly on unit emergency. The objective of this observation is
to find out performance and quality culture in management unit emergency of PKU
Muhammadiyah Hospital Jogjakarta unit II, This observation using qualitative method with case
study as observation plan that using interview as observation instrument involving board of
management and officer of unit emergency of PKU Muhammadiyah Hospital Jogjakarta unit II.
The Self Assesment accreditation in 2008 and first edition of accreditation standard in 2012
result show that quality service standard that using by unit emergency of PKU Muhammadiyah
Jogjakarta unit II for develop their quality of service its guided line for survey of hospital
accreditation in 2008 instructed by Indonesia health ministry that poured into activity guidance
of unit emergency, but because lack availability of unit emergency officer make unit emergency
FDQ¶W VXSSRUW LPSOHPHQWDWLRQ RI XQLW HPHUJHQF\ DFWLYLW\ JXLGDQFH :RUNLQJ FXOWXUH LQ XQLW
emergency of PKU Muhammadiyah Hospital Jogjakarta unit II its only doing fast emergency
response but not yet support quality service development because not yet develop service
evaluation process. Service process evaluation hard to do because of limitation number of
human resource. The result of unit emergency performance show by AKPPGD, DOA and result
of accreditation in 2008 already achieve the standard, but not yet fulfill quality standard
evaluation of health service management base on first edition of accreditation in 2012.

Key Word: Performance, Quality, Accreditation, IGD


ABSTRAK
Perhatian terhadap mutu pelayanan telah menjadi isu global yang dipicu oleh kesadaran untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pasien maupun karena tuntutan dari pihak ekternal
Rumah Sakit. Pemerintah mendorong Rumah Sakit untuk memberikan pelayanan yang bermutu
dengan penilaian Akreditasi Rumah Sakit. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
merupakan unit pelayanan yang relatif baru yang sedang mengupayakan perbaikan mutu
pelayanan. Hasil observasi awal menemukan bahwa evaluasi kegiatan sering terabaikan, khususnya di
IGD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja dan budaya mutu dalam pengelolaan
IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan rancangan penelitian studi kasus, yaitu dengan menggunakan instrumen penelitian
berupa wawancara mendalam terhadap manajemen dan petugas IGD PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II, Self Assesment Akreditasi 2008, dan Standar Akreditasi 2012 Edisi-1. Hasil
menunjukkan bahwa Standar yang digunakan IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
untuk pengembangan mutu pelayanannya adalah Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit 2008
dari Kementerian Kesehatan RI yang dituangkan dalam Pedoman kerja IGD, namun ketersediaan
jumlah petugas belum mendukung penyelenggaraan Pedoman kerja IGD tersebut. Budaya Kerja
di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II hanya melakukan pelayanan yang cepat
tanggap namun belum mendukung pengembangan mutu pelayanan karena belum
mengembangkan evaluasi proses penyelenggaraan pelayanan. Evaluasi proses pelayanan
terhambat oleh keterbatasan jumlah SDM. Hasil kinerja yang berupa AKPPGD, DOA dan hasil
akreditasi 2008 telah memenuhi standar, namun belum memenuhi penilaian standar mutu
pengelolaan pelayanan berdasarkan akreditasi 2012 Edisi-1.
Kata kunci : Kinerja, Mutu, Akreditasi, IGD.
PENDAHULUAN darurat. IGD RS PKU Muhammdiyah
Paradigma baru pelayanan medis Yogyakarta Unit II merupakan pelayanan
lebih diarahkan pada kepedulian terhadap pertama sebagai ujung tombak pelayanan
keinginan memberi pelayanan yang sesuai RS sehingga dituntut untuk memberikan
dengan kebutuhan dan harapan pasien, pelayanan yang tepat. Unit ini terdiri dari 12
kegiatan memastikan dan menjamin mutu dokter umum dan 13 perawat. Mereka
layanan, upaya memberdayakan pasien dipekerjakan secara bergiliran dan terbagi
dalam semua proses pelayanan medis, serta menjadi 3 shift, yaitu shift pagi, siang dan
memberikan pelayanan kesehatan yang malam. Lama setiap shift kurang lebih 8
aman (1).
Perhatian terhadap mutu pelayanan jam. IGD di PKU Muhammadiyah
telah menjadi isu global yang dipicu oleh menyelenggarakan pelayanan 24 jam setiap
kesadaran untuk memberikan pelayanan hari serta melayani 2 pelayanan gawat
yang terbaik kepada pasien maupun karena darurat yaitu False Emergency dan True
tuntutan dari pihak eksternal RS. Emergency, yang diselenggarakan oleh 1
RS PKU Muhammdiyah Yogyakarta dokter umum dan dibantu 2-3 perawat setiap
merupakan salah satu RS swasta di shift jaga. Pada pelayanan ini terdapat 3 kali
Yogyakarta. RS tersebut memiliki 2 unit. shift jaga yaitu pagi, siang, malam.
RS PKU Muhammdiyah Yogyakarta AKPPGD atau Waktu tanggap yang
PHPSXQ\DL YLVL \DLWX ³0enjadi rumah sakit ditetapkan untuk pelayanan pertama gawat
,VODP \DQJ EHUGDVDU SDGD $O 4XU¶DQ GDQ darurat yang diitetapkan Manajemen RS
Sunnah Rasulullah SAW, dan sebagai PKU Muhammadiyah kurang dari 15 menit.
rujukan terpercaya di Daerah Istimewa Manajemen membuat toleransi angka
Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan keterlambatan kurang dari 10 persen. Pada
kualitas pelayanan kesehatan yang Islami, tahun 2011, jumlah pasien true emergency
profesional, cepat, nyaman dan bermutu, sebanyak 4455. Angka keterlambatan
setara dengan kualitas pelayanan rumah pelayanan pertama gawat darurat
sakit - rumah sakit terkemuka di Indonesia (AKPPGD) IGD RS PKU Muhammadiyah
dan Asia. Yogyakarta Unit II cukup baik karena hanya
Salah satu unit pelayanan yang 4.02 persen. Selain itu angka DOA (Death
dimiliki RS PKU Muhammdiyah On Arrival) juga menunjukkan angka 1,25
Yogyakarta Unit II adalah instalasi gawat perseribu yaitu dimana pasien yang masuk
dalam keadaan meninggal atau kematian Mutu pelayanan kesehatan dapat diukur
kurang dari 24 jam dimana angka dengan menggunakan 3 faktor yang
maksimalnya adalah 2 perseribu kasus yang digolongkan menjadi input (aspek struktur),
ditangani di IGD. Hal tersebut menunjukkan proses dan output/outcome (keluaran).
bahwa angka AKPPGD dan DOA IGD RS Faktor input merupakan faktor yang
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II menentukan terwujudnya kegiatan-kegiatan
cukup baik. Walaupun hasil AKPPGD dan (proses) agar menjadi langkah-langkah nyata
DOA baik, hasil observasi awal menemukan untuk mencapai hasil (output) (3)
bahwa evaluasi kegiatan sering terabaikan.
BAHAN DAN CARA
Evaluasi yang terabaikan juga berkaitan
dengan sistem informasi serta prosedur yang Penelitian ini dilakukan dengan
telah dikembangkan sehingga tidak berjalan metode wawancara langsung kepada subyek
dengan lancar. Hal tersebut juga berdampak penelitian dengan menggunakan pedoman
pada lemahnya perencanaan dan wawancara yang berisi pertanyaan-
pengembangan termasuk perencanaan dan pertanyaan terbuka, Assesment dengan
pengembangan sumber daya manusia. pedoman akreditasi 2008 dan Standar
Proses akreditasi dirancang untuk Akreditasi 2012 Edisi-1 tanpa telusur dan
menciptakan budaya kualitas dalam suatu telaah dokumen, serta alat bantu lainnya
organisasi pelayanan kesehatan, sehingga meliputi tape recorder, buku dan alat tulis.
organisasi itu akan berusaha meningkatkan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
mutu proses pelayanannnya. Tuntutan- diperoleh dengan melakukan wawancara
WXQWXWDQ WHUVHEXW µPHPDNVD¶ 56 XQWXN VHODOX mendalam terhadap manajemen dan petugas
memperbaiki mutu pelayanan dengan IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
mengembangkan budaya organisasi yang Unit II dalam 1 shift serta observasi
berorientasi pada mutu. Konsep mutu dokumen.
pelayanan kesehatan adalah tingkat Analisa data kualitatif dilakukan dengan
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang cara mentranskrip catatan serta seluruh hasil
dapat menimbulkan kepuasan pasien dengan rekaman wawancara mendalam secara
menggunakan tatacara penyelenggaraan bertahap
yang sesuai dengan kode etik dan standar 1. Mengumpulkan data yang diperoleh
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.(2)
2. Data yang telah dikumpulkan kemudian dapat dikerjakan karena keterbatasan jumlah
dibuat transkrip data yaitu mencatat SDM. Tim evaluasi terdiri dari petugas yang
seluruh data yang diperoleh seperti apa juga terlibat dalam pelayanan. Karena
adanya tanpa membuat kesimpulan Keterbatasan SDM, manajemen lebih
3. Setelah data dibuat transkrip kemudian mengutamakan kecepatan pelayanan kepada
dilakukan pemilihan sesuai kategori data pasien. Sampai saat ini, evaluasi yang
yaitu pengelompokkan data sesuai dilakukan hanyalah evaluasi verbal antar
dengan sub topik. seluruh petugas yang dilaksanakan pada saat
Apel pagi yang rutin dilaksanakan setiap
HASIL hari.
Hasil Akreditasi tahun 2008 yang
Ketersediaan sumber daya manusia di
sudah baik karena mendapatkan nilai lebih
IGD RS PKU Muhammadiyah II telah
dari 80%. Akan tetapi setelah dilakukan
memadai dari sisi kualitas. Petugas yang
Assesment dengan menggunakan Standar
bertugas di IGD berlatar belakang
Akreditasi Versi 2012 Edisi-1 didapatkan
pendidikan dan pelatihan memenuhi
hasil yang belum sesuai dengan standar
persyaratan yang telah ditetapkan. Secara
tersebut. Sebagian besar mendapatkan skor
kuantitas, jumlah dokter umum yang bekerja
5 yang berarti bahwa kelengkapan
di IGD telah memenuhi kebutuhan. Jumlah
dokumentasi berdasarkan standar sudah
perawat di IGD sebanyak 13. Jumlah
lengkap akan tetapi belum dilaksanakan.
tersebut dianggap kurang jika dihitung
Perbedaan hasil penilaian tersebut karena
berdasarkan jumlah pasien yang dilayani.
penilaian akreditasi 2008 lebih pada
Keterbatasan tersebut semakin
kelengkapan dokumentasi standar
memperburuk mutu pelayanan karena
sedangkan Akreditasi 2012 lebih
perawat IGD merangkap bertugas di OK.
menekankan pada dokumentasi
Faktor proses dipengaruhi oleh faktor
pelaksanaan/proses dari standar tersebut.
input. Keterbatasan SDM yang dimiliki IGD
Hasil Assesment terhadap kelengkapan
menyebabkan pelayanan di IGD tidak
dokumantasi yang mengacu pada Standar
sesuai dengan pedoman pelayanan yang
Akreditasi Versi 2012 Edisi-1 merupakan
ditetapkan. Proses pelayanan kesehatan yang
fakta bahwa evaluasi proses pelayanan
diselenggarakan belum dievaluasi secara
belum dilaksanakan dengan baik. Dalam
rutin dan berkala. Kegiatan evaluasi tidak
manajemen mutu, proses menjadi fokus Ketersediaan sumber daya manusia
perhatian karena harus dikendalikan agar di IGD RS PKU Muhammadiyah II telah
dapat mempertahankan keunggulan atau memadai dari sisi kualitas. Petugas yang
meningkatkan kinerja total dari suatu proses. bertugas di IGD berlatar belakang
pendidikan dan pelatihan memenuhi
PEMBAHASAN persyaratan yang telah ditetapkan. Secara
kuantitas, jumlah dokter umum yang bekerja
1. Faktor Input
di IGD telah memenuhi kebutuhan. Jumlah
Pengukuran mutu pelayanan
perawat di IGD sebanyak 13. Jumlah
kesehatan diukur dengan menggunakan 3
tersebut dianggap kurang jika dihitung
variabel yang digolongkan menjadi input
berdasarkan jumlah pasien yang dilayani.
(aspek struktur), proses dan output/outcome
Keterbatasan tersebut semakin
(keluaran). Input (aspek struktur) adalah
memperburuk mutu pelayanan karena
segala sumber daya yang diperlukan untuk
perawat IGD merangkap bertugas di OK.
melakukan pelayanan kesehatan, seperti
Usulan untuk penambahan perawat
tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan,
di IGD telah dilakukan namun pihak
bahan, teknologi, organisasi, informasi dan
manajemen IGD maupun RS tidak
lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
mempunyai kewenangan untuk pengadaan
memerlukan dukungan input yang bermutu
SDM karena pengadaaan SDM merupakan
pula.(3)
kebijakan Yayasan. Yayasan melakukan
Sumber daya yang dimiliki IGD
perekrutan lebih diorientasikan membuka
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
bangsal Unit II yang belum berfungsi. Hal
diantaranya pedoman pelayanan. Pedoman
tersebut mendorong pihak manajemen IGD
pelayanan tersebut mengacu pada standar
mengupayakan untuk mengoptimalkan
akreditasi RS yang ditetapkan oleh
jumlah perawat yang ada. Optimalisasi
Kementrian Kesehatan. Pedoman tersebut
perawat dilakukan dengan membuat jadwal
sebagai standar mutu pelayanan IGD RS
jaga dengan pola 3 perawat shift pagi, 2
PKU Muhammadiyah. Pedoman pelayanan
perawat shift siang dan 2 orang shift malam.
tersebut diantaranya mengatur mengenai
Optimalisasi tersebut berisiko pada
ketersediaan sumber yang harus disediakan
penurunan kualitas pelayanan. Pada saat
untuk menjalankan pelayanan kesehatan di
pelayanan resusitasi yang seharusnya
IGD.
dilakukan oleh 3 orang perawat sering yang sesuai dengan standar sarana IGD
terganggu karena keterbatasan jumlah berdasarkan type RS yang ditetapkan oleh
perawat tersebut dan juga kualitas pelayanan kementrian kesehatan. Pengetahuan,
yang diberikan pada pasien lain yang datang keterampilan dan kompetensi karyawan
pada saat bersama. Untuk mengatasi hal melakukan tugasnya serta sinergi antara
tersebut, manajemen membuat kebijakan SDM akan menghasilkan kinerja yang
memobilisasi perawat bangsal untuk optimal. Sumber daya manusia (SDM) yang
membantu IGD bila IGD membutuhkan. berkualitas merupakan aset utama suatu
Manusia sebagai faktor input organisasi, baik organisasi bisnis maupun
terpenting dalam proses manajemen dan organisasi nirlaba.(5)
faktor non manusia merupakan faktor input Faktor lain yang kemungkinan
yang menentukan terwujudnya kegiatan- berpengaruh terhadap kinerja adalah
kegiatan (proses) agar menjadi langkah- motivasi kerja petugas yang cukup tinggi.
langkah nyata untuk mencapai hasil Semua petugas di pelayanan IGD adalah
(4)
(output). Secara factual, keterbatasan pekerja full time dan mendapat kompensasi
ketersediaan SDM secara kuantitas tidak yang memadai diantaranya gaji, uang
mempengaruhi kinerja IGD secara nyata. lembur dan jaminan kesehatan penuh bagi
Hasil studi dokumentasi menunjukkan petugas dan keluarganya. Motivasi kerja lain
bahwa AKPPGD sebesar 4,02 persen masih yang mempengaruhi kinerja petugas adalah
di bawah standar maksimal 10 persen. membantu sesama dengan ikhlas sebagai
Angka DOA 1,25/1000 juga masih lebih ibadah yang selalu diinternalisasikan
kecil dibandingkan standar sebesar 2/1000 melalui wadah pengajian rutin karyawan
kasus kematian kurang dari 24 jam di IGD. PKU Muhammadiyah. Motivasi kerja
Keberhasilan tersebut kemungkinan adalah suatu kekuatan potensial dalam diri
dipengaruhi kualitas SDM dan fasilitas IGD seorang manusia, yang dapat
yang memadai. Secara kualitas seluruh dikembangkannya sendiri atau
perawat IGD sudah bersertifikasi PPGD. dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar
Dokter yang bertugas di IGD semuanya yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya.
sudah bersertifikasi ATLS dan sebagian Kekuatan luar yang berpengaruh terhadap
ACLS. Kualitas SDM yang memadai motivasi kerja diantaranya imbalan moneter
didukung oleh fasilitas/peralatan di IGD dan imbalan non moneter.(6)
2. Faktor Proses Apel pagi yang rutin dilaksanakan setiap
Faktor proses merupakan rangkaian hari.
kegiatan dokter, perawat dan tenaga Keberhasilan tim IGD PKU
profesional lainya serta petugas administrasi Muhammadiyah memenuhi target output
dalam interaksinya dengan pasien, yang yang ditetapkan manajemen tersebut tidak
meliputi apa dan bagaimana kegiatan lepas dari pengaruh budaya kerja yang
profesional dan tenaga administrasi itu dikembangkan oleh manajemen. Budaya
dilaksanakan. Proses ini mencakup organisasi sebagai suatu sistem makna
(penilaian tentang pasien, penegakan bersama yang dianut oleh anggota yang
diagnosis, rencana pengobatan, indikasi membedakan organisasi tersebut dengan
tindakan, prosedur asuhan keperawatan, organisasi yang lain. Budaya organisasi
prosedur tindakan pengobatan dan segi-segi adalah sistem gagasan dari organisasi yang
teknis tindakan itu sendiri serta penanganan menjadi ideologi dan merupakan ciri
yang dilakukan).(3) organisasi yang tercermin dalam perilaku
Faktor proses dipengaruhi oleh anggotanya atau atribut lain.(7)
faktor input. Keterbatasan SDM yang Pihak manajemen mengembangkan
dimiliki IGD menyebabkan pelayanan di budaya kerja di IGD dengan budaya cepat
IGD tidak sesuai dengan pedoman tanggap. Budaya kerja tersebut
pelayanan yang ditetapkan. Proses dikembangkan secara alamiah.
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Pengembangan budaya secara ilmiah seperti
belum dievaluasi secara rutin dan berkala. penggunaan teori standar mutu seperti TQM,
Kegiatan evaluasi tidak dapat dikerjakan GKM, CQI, dan lain-lain belum dijalankan.
karena keterbatasan jumlah SDM. Tim Petugas menjalankan proses pelayanan
evaluasi terdiri dari petugas yang juga merujuk pada pendidikan dan pelatihan
terlibat dalam pelayanan. Karena yang sudah diikuti.
Keterbatasan SDM, manajemen lebih Pengembangan budaya cepat
mengutamakan kecepatan pelayanan kepada tanggap didukung dengan program
pasien. Sampai saat ini, evaluasi yang penyegaran keterampilan petugas secara
dilakukan hanyalah evaluasi verbal antar berkala. Program penyegaran pelatihan
seluruh petugas yang dilaksanakan pada saat dilakukan di rumah sakit sendiri atau
mengirim petugas untuk mengikuti pelatihan
di luar. Program pelatihan sebagai dengan kode etik dan standar pelayanan
penyegaran keterampilan petugas belum profesi yang telah ditetapkan.(2) Pelaksanaan
dilakukan evaluasi karena program SOP merupakan bagian dari tatacara
penyegaran baru dilakukan. Evaluasi penyelenggaraan yang sesuai standar
pelatihan direncanakan setelah satu tahun pelayanan yang ditetapkan oleh lembaga
pelaksanaan pelatihan. Selain meningkatkan Akreditasi RS Kementerian Kesehatan.
kemampuan SDM untuk mencapai budaya IGD telah memiliki SOP yang sudah
pelayanan yang cepat tanggap, manajemen ditetapkan dan disesuaikan dengan
juga meningkatkan koordinasi dengan pedoman survey akreditasi 2008, namun
instalasi lain, seperti meningkatkan SOP belum dijalankan secara baik. SOP
koordinasi dengan instalasi laboratorium dan tersebut tidak dibagikan kepada petugas
radiologi. melainkan disimpan oleh supervisor. Fakta
Pengembangan budaya cepat tersebut menunjukkan bahwa SOP tidak
tanggap ternyata tidak dapat memenuhi disosialisasikan kepada petugas sebagai
kriteria akredsitasi RS yang ditetapkan pedoman kerja.
Kementerian Kesehatan. Berdasarkan Hasil Faktor struktur organisasi terdapat
Assesment terhadap kelengkapan pada upaya peningkatan mutu staf medis dan
dokumantasi yang mengacu pada Standar keperawatan.(8) Upaya peningkatan
Akreditasi Versi 2012 Edisi-1 untuk standar kemampuan staf keperawatan dan medis
IGD menunjukan RS sebagian besar telah dilakukan oleh manajemen dengan
mempunyai skor 5, yang berarti terdapat membuat pola pelatihan secara berkala.
dokumentasi namun pelaksanaannya belum Upaya tersebut belum didukung oleh
dilakukan. Konsep mutu pelayanan kegiatan evaluasi kemampuan petugas pasca
kesehatan pada umumnya menunjuk pada pelatihan. Pengembangan pelaksanaan
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan. (SOP) sesuai dengan akreditasi RS hanya
Kesempurnaan pelayanan kesehatan sebatas untuk memenuhi kelengkapan
seharusnya dapat menimbulkan kepuasan administrasi akredistasi, karena pelaksanaan
setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan SOP belum dilakukan. Dengan demikian,
rata-rata penduduk. Pemenuhan kepuasan kemampuan teknis organisasi yang
pasien tersebut harus dengan menggunakan merefleksikan kemampuan organisasi dalam
tatacara penyelenggaraan yang sesuai menggunakan perangkat manajemen mutu
hanya sekedar untuk mendapatkan Permenkes, yaitu berupa AKPPGD dan
akreditasi. Peran stake holder dalam struktur angka DOA. AKPPGD dan angka DOA
organisasi dapat dikembangkan dengan merupakan penyusunan indikator penilaian
mengoptimalkan kegiatan evaluasi. sistem keselamatan pasien rumah sakit
Peningkatan kualitas merupakan dalam sistem akreditasi rumah sakit tersebut
aktivitas tehnis dan manajemen untuk dilakukan dengan mengacu pada standar
mengukur karakteristik kualitas suatu keselamatan pasien rumah sakit WHO.
produk dibandingkan dengan hasil yang Hasil observasi dokumen laporan
diinginkan (standar).(9) Pengertian tersebut pelayanan IGD pada tahun 2012 didapatkan
dapat dimaknai evaluasi merupakan kegiatan bahwa AKPPGD sebesar 4,02 dan DOA
yang harus dilakukan. Evaluasi IGD sebesar 1,25/1000. Angka keterlambatan
dilakukan oleh supervisor perawat atau tersebut masih dibawah toleransi 10 persen
koordinator dokter umum dengan membuat dan angka DOA masih di bawah 2/1000. Hal
laporan pelayanan. Dalam kasus penelitian tersebut berarti pelayanan IGD telah
ini evaluasi yang dilakukan oleh manajemen memenuhi target yang ditetapkan oleh
cenderung pada evaluasi mengenai hasil manajemen.
bukan evaluasi mengenai proses pelayanan. AKPPGD singkatan dari Angka
Keterbatasan SDM menyebabkan kegiatan keterlambatan pelayanan pertama gawat
evaluasi proses pelayanan tidak dapat darurat. Manajemen RS menetapkan standar
dilakukan secara optimal. pelayanan pertama gawat darurat kurang
dari 15 menit dengan toleransi AKPPGD
3. Faktor Output
kurang dari 10 persen. Waktu 15 menit
Output/outcome (aspek keluaran)
tersebut diukur dari pasien datang hingga
adalah merupakan hasil pelayanan
penegakan diagnosis. Hal tersebut berarti
kesehatan berupa kegiatan dan tindakan
AKPPGP bukan response time (waktu
dokter, perawat dan tenaga profesional
tanggap). Waktu tanggap di IGD merupakan
lainnya serta pelayanan bagian administratif
gabungan dari waktu tanggap saat pasien
terhadap pasien dalam arti perubahan derajat
tiba di depan pintu rumah sakit sampai
kesehatan dan kepuasannya, baik positif
mendapat tanggapan atau respon dari
maupun sebaliknya.(3) Output pelayanan
perawat IGD. Waktu tanggap dapat dihitung
kesehatan yang berupa perubahan derajat
dengan hitungan menit.(10) Angka
kesehatan yang ditetapkan mengacu pada
keterlambatan waktu tanggap atau response tatacara penyelenggaraan yang sesuai
time pelayanan dokter di IGD ditetapkan dengan kode etik dan standar pelayanan
maksimal 5 menit. Perbedaan indikator profesi yang telah ditetapkan.(2)
tersebut sebaiknya disesuaikan karena Hasil Akreditasi tahun 2008 yang
response time merupakan salah satu sudah baik karena mendapatkan nilai lebih
indikator akreditasi RS. dari 80%. Akan tetapi setelah dilakukan
Dalam pasal 10 ayat 1 Permenkes Assesment dengan menggunakan Standar
Nomor 147/2010 tentang Perizinan Rumah Akreditasi Versi 2012 Edisi-1 didapatkan
Sakit disebutkan bahwa setiap RS yang telah hasil yang belum sesuai dengan standar
mendapakan izin operasional harus tersebut. Sebagian besar mendapatkan skor
diregistrasi dan diakreditasi. Akreditasi 5 yang berarti bahwa kelengkapan
Rumah Sakit adalah pengakuan yang dokumentasi berdasarkan standar sudah
diberikan oleh pemerintah kepada lengkap akan tetapi belum dilaksanakan.
manajemen RS yang telah memenuhi Perbedaan hasil penilaian tersebut karena
standar yang telah ditetapkan. Akreditasi RS penilaian akreditasi 2008 lebih pada
merupakan sistem yang bertujuan kelengkapan dokumentasi standar
merangsang profesi untuk berperan serta di sedangkan Akreditasi 2012 lebih
dalam pengembang mutu pelayanan menekankan pada dokumentasi
kesehatan. Proses akreditasi dirancang untuk pelaksanaan/proses dari standar tersebut.
menciptakan budaya kualitas dalam suatu Hasil Assesment terhadap
organisasi pelayanan kesehatan, sehingga kelengkapan dokumantasi yang mengacu
organisasi itu akan berusaha meningkatkan pada Standar Akreditasi Versi 2012 Edisi-1
mutu proses perawatannya. merupakan fakta bahwa evaluasi proses
Konsep mutu pelayanan kesehatan pelayanan belum dilaksanakan dengan baik.
pada umumnya menunjuk pada tingkat Dalam manajemen mutu, proses menjadi
kesempurnaan pelayanan kesehatan. fokus perhatian karena harus dikendalikan
Kesempurnaan pelayanan kesehatan agar dapat mempertahankan keunggulan
seharusnya dapat menimbulkan kepuasan atau meningkatkan kinerja total dari suatu
setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan proses.(9) Salah satu ciri dari sistem
rata-rata penduduk. Pemenuhan kepuasan pengendalian kualitas yaitu terdapat
pasien tersebut harus dengan menggunakan aktivitas yang berorientasi pada tindakan
untuk mencegah kerusakan produk karena Input berupa standar yang untuk
kesalahan dan kelalaian dalam proses pengembangan mutu pelayanan IGD adalah
produksi. Tindakan mencegah kerusakan Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit
produk dalam pelayanan kesehatan 2008 dari Kementerian Kesehatan yang
merupakan tindakan manajemen mutu. dituangkan dalam Pedoman kerja IGD.
Bentuk tindakan tersebut adalah tindakan Standar input tidak terpenuhi karena
mengawasi atau mengevaluasi proses ketersediaan jumlah perawat belum sesuai
pelayanan agar sesuai dengan standar yang Pedoman kerja IGD. Budaya mutu yang
ditetapkan. Disisi lain, proses akreditasi dikembangkan di IGD RS PKU
Rumah Sakit dirancang untuk menciptakan Muhammadiyah Yogyakarta Unit II hanya
budaya kualitas dalam suatu organisasi melakukan pelayanan yang cepat tanggap
pelayanan kesehatan, sehingga organisasi itu namun belum mengembangkan evaluasi
akan berusaha meningkatkan mutu proses proses penyelenggaraan pelayanan. Budaya
pelayanannya. Sistem manajemen mutu mutu sebagai standar proses pelayanan
merupakan suatu pendekatan, seperangkat terhambat oleh keterbatasan jumlah SDM.
cara dan metoda spesifik untuk Input SDM yang terbatas dan budaya mutu
melaksanakan program aktivitas yang berorientasi hasil menyebabkan
peningkatan mutu. Salah satu factor yang AKPPGD dan DOA di PKU
mempengaruhi penerapan sistem Muhammadiyah Unit II dapat memenuhi
manajemen, yaitu : budaya organisasi standar output yang ditetapkan oleh
(dalam mengembangkan standar dan nilai- Manajemen, namun belum memenuhi
nilai berhubungan dengan keterpaduan, standar mutu pengelolaan pelayanan yang
kerja tim dan inovasi, asumsi tentang ditetapkan akreditasi.
perubahan dan pengambilan risiko).
Pendekatan ini memerlukan dukungan dari
struktur organisasi dan kemampuan teknis
organisasi.(9)

DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN
1. Wright, J. and P. Hill (2003). Clinical
Governance. London, Churchill
Livingstone
2. Azwar, A.(1998). Pengantar Excellence. PT Gramedia. Jakarta
Administrasi Kesehatan, Edisi ketiga, 7. Robbin, R. P. (2006) Perilaku
Binapura Aksara, Jakarta. Organisasi, edisi kesepuluh. Jakarta: PT
3. Donabedian, A., (1988), The Quality of Indeks
Care; Journal of Jama, No.23/30 (12) P; 8. Wardhani, V., A. Utarini, et al. (2009).
260. "Determinants of quality management
4. Siagian, S.P., 1999, Manajemen Sumber systems implementation in hospitals."
Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta HealthPolicy 89.
5. Handoko, T.H., 2001. Manajemen 9. Gasper V (2003), Total Quality
Personalia dan Sumber Daya Manusia. Management, Jakarta, PT Gramedia
BPFE, Cetakan 15, Yokyakarta. Pustaka Umum
6. Winardi W (2007), Peran Pemimpin 10. Departemen Kesehatan, 2008, Surat
Membangun Budaya Perusahaan, dalam keputusan Menteri Kesehatan nomor :
Moeljono D dan Sudjatmiko S (eds) 129 tahun 2008 tentang Standar
Corporate Culture Challange to Pelayanan Minimal Rumah Sakit

You might also like