Professional Documents
Culture Documents
A. DEFINISI
Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen
(menimbulkan penyakit) maupun apatogen atau non patogen (tidak menimbulkan
penyakit), baik dalam keadaan vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam
bentuk spora (dalam keadaan statis tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi
diri dengan lapisan pelindung yang kuat). Berbeda dengan sediaan farmasi pada
umumnya, produk steril haruslah dibuat dengan persyaratan khusus, dengan tujuan
meniadakan (memperkecil) risiko kontaminasi mikroba, partikel partikulat, pirogen
dan produk interaksi lainnya (Agoes, 2009).
Sediaan steril adalah sediaan farmasi yang memenuhi syarat bebas dari
mikroorganisme, bebas kontaminasi pirogenik dan endotoksin, bebas partikulat, stabil
secara fisika, kimia, dan mikrobiologi, isotonis, dan isohidris.
Keuntungan
a. Dapat dicapai efek fisiolgis segera, untuk kondisi penyakit tertentu
(Jantung berhenti)
b. untuk sediaan yang tidak efektif diberikan secara oral (tidak tahan
asam lambung)
c. Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral
(Sakit jiwa atau tidak sadar)
d. Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk
mengontrol obat, karena pasien harus kembali melakukan pengobatan
e. Sediaan parenteral dapat menimbulkan efek lokal seperti pada
kedokteran gigi/anastesiologi
f. Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk mengoreksi
ganggun serius cairan dan keseimbangan elektrolit
Kerugian
a. harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan waktu pemberian lebih
lama
b. Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan ketentuan
prosedur aseptik dengan rasa nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak
selalu dapat dihindari
c. Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk
menghilangkan/merubah efek fisiologisnya karena obat telah berada
dalam sirkulasi sistemik
d. Harganya relatif lebih mahal
e. Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral
seperti septisema, infeksi jamur, inkompatibilias karena pencampuran
sediaan parenteral dan interaksi obat
f. Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari partikel
partikulat, bebas dari pirogen, dan stabilitas sediaan parenteral harus
disadari oleh semua personel yang terlibat
2. Infus
Infus adalah cairan yang di berikan melalui intravena : nutrisi
(dekstrosa), menjaga keseimbangan elektrolit (larutan ringer), untuk cairan
pengganti (kombinasi dekstrosa dan NaCl), dan untuk tujuan khusus
(hiperalimentasi parenteral)
Terapi intravena digunakan untuk mengobati berbagai kondisi pasien.
Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan
langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak. Infus cairan intravena
(intravenous fluids infusion) merupakan pemberian sejumlah cairan ke dalam
tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Pemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukan cairan atau obat
langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu
dengan menggunakan infus set (potter,2005). Tindakan infus diberikan pada
klien dengan dehidrasi, sebelum transfusidarah, pra dan pasca bedah sesuai
program pengobatan, serta klien yang sistem pencernaannya terganggu.
Keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus
adalah :
1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah)
2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah)
3. Fraktur tulang, khususnya di pelvis (panggul) dan paha
4. Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi
5. Diare dan demam
6. Luka bakar luas
Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung
3. Solid
Misalnya sediaan parenteral rekonstitusi. Pencampuran intravena
(intravenous admixtures) merupakan suatu proses pencampuran obat steril
dengan larutan intravena steril untuk menghasilkan suatu sediaan steril yang
bertujuan untuk penggunaan intravena. Ruang lingkup dari intravenous
admixtures adalah pelarutan atau rekonstitusi serbuk steril, penyiapan suntikan
intravena sederhana, dan penyiapan suntikan intravena kompleks (Kastango,
2004). Sesuai Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, apoteker bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa pencampuran sediaan steril di rumah sakit
sesuai dengan Praktek Penyiapan Obat yang Baik (Good Preparation Practices,
GPP) sehingga terjamin sterilitas, kelarutan dan kestabilannya. Bila terjadi
ketidaktepatan dalam pencampuran intravena, baik dari segi prosedur aseptis,
teknik pencampuran, pelarutan, dan penyimpanannya dapat menyebabkan
pengendapan obat yang beresiko menimbulkan penyumbatan pada alat injeksi
dan membahayakan pasien. Tempat dan lama penyimpanan juga berpengaruh
pada stabilitas obat. Obat yang sudah direkonstitusi memiliki batas waktu
kestabilannya sehingga perlu diperhatikan lama penyimpanannya.
4. Suspensi
Obat tersuspensi dalam pembawa yang sesuai untuk parenteral
5. Obat Mata (larutan, suspensi, salep)
Sediaan obat mata adalah sediaan steril berupa salep, larutan atau
suspensi, digunakan untuk mata dengan jalan meneteskan, mengoleskan pada
selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.
Khusus untuk salep mata, zat aktif baik dalam bentuk terlarut atau
serbuk tersuspensi halus di masukkan kedalam basis salep yang non iritan.
Salep di sterilkan dengan cara panas atau radiasi dan sebagian di buat secara
asptik. Sediaan ini harus di kemas dalam wadah tertutup dan bebas partikel
logam.
6. Larutan untuk Irigasi
Larutan yang di gunakan untuk mandi atau mencuci luka terbuka.
Larutan di gunakan secara topikal.
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar. Larutan tidak
disuntikkan ke dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan
umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan,
sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan cepat. Larutan ini
digunakan untuk merendam atau mencuci luka2. Sayatan bedah atau jaringan
tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan. Persyaratan larutan irigasi
adalah sbb :
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak disbsorpsi
4. bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat diekskresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
8. bebas pirogen
Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang
operasi, sterilisasi pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut
langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan
tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.
Indikasi masing-masing bahan:
1. Dekstrosa : Dekstrosa digunakan sebagai pengisotonis karena syarat irigasi
yaitu larutan harus isotonis. Dekstrosa dikhususkan untuk sediaan parenteral
sedangkan glukosa cair tidak cocok untuk sediaan parenteral. Dosis Dekstrosa
untuk sediaan parenteral adalah 5%
2. NaCl : digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan irigasi setara
dengan0,9% larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan
osmosis yang sama dengan cairan tubuh. NaCl merupakan zat aktif yang
digunakan untuk mengatasi iritasi luka.
3. Aqua pro injeksi : digunakan sebagai pelarut zat aktif dan zat tambahan,
karena NaCl dan dekstrosa larut dalam air.
Kelebihan:
- Pemberian secara parenteral (melalui cairan pembuluh darah) lebih efektif
- Dapat diberikan pada pasien yang tidak sadarkan diri dan sulit untuk menelan obat
- Bebas bakteri/mikroba
Kekurangan
- Penggunaannya menggunakan tenaga khusus. Contohnya infus
- Harganya relative mahal karena biasanya dipengaruhi oleh kualitas bahan
obat,wadah,kecanggihan alat, dll
Karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh lain
yang pertahanannya terhadap zat asing tidak selengkap saluran cerna.
Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik injeksi, tablet implant, tablet
hipodermik, dan sediaan untuk mata seperti tetes mata, cuci mata, dan salep mata.
Cara A (Pemanasan secara basah, autoklaf pada suhu 115-116 C selama 30 menit
dengan uap air panas)
1. Cara B (dengan penambahan bakterisida)
2. Cara C (dengan penyaring bakteri steril)
3. Cara D (pemanasan secara kering, oven pada suhu 150 C selama 1 jam dengan
udara panas)
4. Cara aseptic (mencegah dan menghindarkan lingkungan dari cemaran bakteri
seminimal mungkin)
Menurut FI IV
1. Sterilisasi uap. Menggunakan siklus autoklaf ditetapkan bahwa untuk media atau
pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 121 C kecuali dinyatakan lain
2. Sterilisasi panas kering. Menggunakan suatu siklus oven modern dilengkapi
dengan udara yang dipanaskan dan disaring.
3. Sterilisasi gas. Digunakan sebagai alternative sterilisasi termal, jika bahan yang
akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap atau panas
kering.
4. Sterilisasi dengan radiasi ion. Dilakukan jika bahan yang disterilkan tidak tahan
terhadap sterilisasi panas dan terdapat kekhawatiran mengenai keamanan etilen
oksida . keunggulan sterilisasi ini adalah reaktivitas kimia dan residu yang rendah
yang dapat diukur, dan variable yang dikendalikan lebih sedikit.
5. Sterilisasi dengan penyaringan. Untuk larutan yang labil terhadap panas dilakukan
dengan penyaringan menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba sehingga
mikroba yang dikandungnya dapat dipisahkan secara fisika.
6. Sterilisasi dengan cara aseptic. Untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke
dalam komponen steril atau komponen yang melewati proses-antara sehingga
produk setengah jadi atau produk ruahannya bebas dari mikroba hidup.
Mekanisme Sterilisasi
Sesuai dgn Persyaratan CPOB, Produk steril dibuat dengan PERSYARATAN KHUSUS.
Tujuannya adalah memperkecil resiko pencemaran mikroba, partikulat, dan pirogen.
Pembuatan produk steril sangat tergantung dari KETERAMPILAN, PELATIHAN DAN
SIKAP PERSONALIA yang terlibat dalam pembuatan.
• Pembuatan produk steril harus sepenuhnya mengikuti metode pembuatan dan prosedur yg
ditetapkan, secara ketat, karena risiko yang ditimbulkan dari obat jenis juga sangat besar.
Praformulasi sangat penting dilakukan dalam setiap pengembangan sediaan farmsi karena
meliputi penelitian farmasetik dan analitik bahan obat untuk menunjang proses
pengembangan formulasi.Sifat suatu sediaan dapat berpengaruh besar terhadap kecepatan
onset efek terapi dari suatu obat, lamanya efek tersebut, dan bentuk pola absorbsi yang
dicapai.
Tujuan preformulasi adalah untuk membuat formula yang tepat sehingga menghasilkan
produk akhir berupa sediaan farmasi yang stabil, berkhasiat, aman dan nyaman ketika
digunakan.
Dasar-Dasar Formulasi
Warna
Warna memegang peranan penting dalam identifikasi suatu sediaan sebelum
membuat suatu sediaan injeksi. Karena hal yang akan dilihat pertama kali adalah
warna dari bahan-bahan itu. Warna biasanya merupakan fungsi inheren kimia obat
karena terkait dengan ketidakjenuhan. Intensitas warna terkait dengan keberadaan
konjugasi ketidakjenuhan di samping keberadaan khromofor , seperti –NH2, -NO2
Bentuk
Bentuk juga memegang peranan yang sangat penting dalam identifikasi. Setelah
menentukan warna, biasanya yang dilihat terlebih dahulu adalah bentuk dari bahan
itu. Sehingga akan benar-benar yakin bahwa yang digunakan dalam formulasi adalah
bahan-bahan yang tepat.
2. Analisis Fisikokimia
Analisis fisiskokimia merupakan bidang kajian yang tidak dapat terpisahkan
dalam ilmu farmasi terutama untuk pemastian mutu produk obat yang dihasilkan.
Tujuan dari analisis adalah untuk memperoleh informasi mengenai suatu senyawa.
Senyawa tersebut dapat berupa padatan, cairan atau gas, atau materi biologis.
Data analitik mencakup data kualitataif, kuantitatif dan kemurnian.
G. PERTIMBANGAN PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN STERIL
Sterilitas
Sediaan steril harus bebas mikroorganisme patogen dan non patogen.
Bebas Pirogen
Pirogen atau endotoksin adalah produk metabolisme mikroorganisme hidup,
ataupun mati yang menyebabkan respon piretik sperifik setelah penyuntikan
sediaan steril.
Kejernihan
Tidak terdapat partikel yang tidak larut dalam sediaan tersebut
Stabilitas
Obat dalam padatan lebih stabil dibandingkan larutan. Ketidakstabilan sediaan dalam
bentuk larutan ditandai dengan timbulnya endapan atau perubahan warna selama
penyimpanan.
Tonisitas
Tonisitas berhubungan dengan tekanan osmose yang diberikan oleh suatu larutan dari
zat atau zat padat yang terlarut.
pH yang Sesuai
Metode
Kebanyakan dibuat secara kompresi tetapi dalam skala kecil, karena cara mencetak
ini lebih mudah dan dianggap lebih murah.
Pengikat
Sebagai pengikat, gunakan pelarut yang tidak melarutkan massa tablet
Kelarutan
Harus dapat larut seluruhnya dengan cepat dan mudah didalam air, sehingga tidak
membutuhkan tekanan yang besar saat dibuat dengan cara kompresi
Granulasi
Cara suntik mempengaruhi formulasi yang diperlukan untuk menentukan bentuk dan
sediaan serta volume sediaan
• Pengaruh pembawa
Sebagian besar pembawa sediaan parenteral adalah air. Pembawa minyak kadang-
kadang dipilih untuk melarutkan zat non polar. Untuk meningkatkan kelarutan
kadang-kadang diperlukan penambahan solubilisasi ataupun digunakan campuran
pelarut.
• Pengaruh eksipien
Bahan tambahan adalah zat yang dimasukkan ke dalam sediaan obat yang dimaksudkan
untuk menjaga kestabilan, menjaga viskositas serta tidak mempengaruhi efek terapi dari obat.
Menurut FI edisi IV, bahan tambahan untuk mempertinggi stabilitas dan keefektifan harus
memenuhi syarat antara lain tidak berbahaya dan tidak memengaruhi efek teraapeutik atau
respons pada uji penetapan kadar.
Dalam memformulasi sediaan steril, sering kali ditambahkan suatu bahan untuk
meningkatkan kegunaan dan kestabilan dari sediaan.
Pertimbangan pemanbahan suatu bahan tergantung pada manfatnya:
1. Untuk menjaga kelarutan obat
2. Untuk menjaga kestabilan obat
3. Untuk menjaga kesterilan obat untuk memudahkan pemberian obat
- Niasinamid Riboflavin
- Na Benzoat Kofein
Penambahan kelebihan etilen diamin harus berlebih karena jika ada CO2 di udara ikatannya
putus, maka teofilinnya bisa mengendap karena terkontaminasi.
1. Antioksidan sejati: alkil galat, BHA (Butil Hidroksi Anol), BHT( Butil Hidroksi
Toluen), Tokoferol
Penggunaan pengawet pada sediaan injeksi selain dibatasi juga tidak boleh pada infus, injeksi
intraspinal, injeksi intrasistenal, injeksi sub dural
1. Efektif pada konsentrasi rendah terhadap berbagai jenis mikroorganisme secara luas
3. tidak toksik dan tidak sensitif secara eksternal maupun internal pada konsentrasi yang
didinginkan
6. Aktif dan stabil untuk jangka waktu lama pada rentang pH yang luas dan terhadap
suhu
Bahan Pengisotonis
Bahan Pengisotonis adalah Bahan yang digunakan untuk membuat larutan yang mempunyai
sifat osmostis yang sama dengan cairan fisiologis. Contoh : dekstrosa, natrium klorida. jika
suatu tekanan osmotik larutan obat yang sama besar dengan tekanan osmotik dalam sel darah
merah sehingga tidak terjadi pertukaran cairan diantara keduanya, maka larutan tersebut
dikatakan isotonis . Maksud penambahan bahan pengisotonis yaitu dapat mengurangi rasa sakit
dan iritasi selama penyuntikan, karena diharapkan mampu menyamakan tekanan osmosis
didalam tubuh.
ADJUST pH (Dapar)
ISOHIDRIS : kondisi suatu larutan zat yang pH nya sesuai dengan pH fisiologis tubuhsekitar 7,4.
Euhidris : usaha pendekatan larutan suatu zat secara teknis ke arah pH fisiologistubuh dilakukan
pada zat yang tidak stabil pada pH fisiologis seperti garam alkaloid,vitamin C.
Penstabil
Penstabilan adalah bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan atau
mengentalkan yang dicampurkan dengan air sehingga membentuk kekentalan tertentu. pH
stabilitas dicapai dengan menambahkan zat encer, basa lemah atau dapar.
Pada gelas atau wadah kaca, unsur logam mudah lepas sehingga terjadi endapan alkaloid akibat
sifat alkalis dari gelas. Maka ditambahkan stabilisator helating agent EDTA (Etilen Diamin Tetra
Asetat) untuk mengikat ion logam yang lepas dari gelas atau wadah kaca. Bisa juga ditambahkan
dengan HCl hinggan bersuasana asam.
Antioksidan
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menyerap atau menetralisir radikal bebas
sehingga mampu mencegah penyakit- penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler,
karsinogenesis, dan penyakit lainnya.
Dalam obat Antioksidan bermanfaat untuk menjaga kestabilan obat. Antioksidan memutus
reaksi berantai yang timbul dengan menyediakan atom hidrogen dan elektron bagi radikal
bebas. Antioksidan dengan rantai fenolik mampu menyerang langsung autoksidasi dalam
mekanisme radikal dimana radikal yang terbentuk akan ditangkapnya dan dirubah menjadi
produk yang stabil.
Sediaan Injeksi:
digunakan (%)
Thiourea 0,005
Ada dua metode pembuatan sediaan steril yaitu cara sterilisasi akhir dan cara aseptik.
1. Sterilisasi Akhir
Metode ini merupakan metode yang paling umum dan paling banyak digunakan
dalam pembuatan sediaan steril. Persyaratannya adalah zat aktif harus stabil
dengan adanya molekul air dan tingginya suhu sterilisasi. Sediaan disterilkan pada
tahap terakhir pembuatan sediaan.
Contoh yang paling banyak digunakan pada metode ini adalah sterilsasi dengan
autoklaf (suhu 121 °C, selama 15 menit).
2. Aseptik
Metode ini biasanya digunakan untuk zat aktif yang sensitif terhadap suhu tinggi
yang dapat mengakibatkan penguraian dan penurunan kerja farmakologinya.
Antibiotika dan beberapa hormon tertentu merupakan zat aktif yang sebaiknya
dikerjakan secara aseptik. Metode aseptik bukanlah suatu cara sterilisasi
melainkan suatu cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan mencegah
kontaminasi jasad renik dan partikulat dalam sediaan jadi.
Keterangan :
- Penimbangan zat aktif Zat aktif biasanya ditimbang dilebihkan sesuai persyaratan
yang ada di monografi untuk mencegah kemungkinan berkurangnya kadar dalam
sediaan akibat proses pembuatan ataupun dalam penyimpanan. (Contoh :
persyaratan kadar zat X = 98-102 %, maka penimbangan zat aktif dilebihkan 2 %)
- Bebas pirogen Hal ini baru dilakukan jika volume larutan suntik sebanyak 10 ml
atau lebih. Pembebasan pirogen dilakukan dengan penambahan 0,1 % karbon aktif
dihitung terhadap volume total (b/v), kemudian dipanaskan pada suhu 60-70 °C
selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Waktu dihitung setelah suhu mencapai
60-70 °C
- Bebas oksigen atau karbondioksida Hal ini baru dilakukan jika diperlukan
terutama jika zat aktif diketahui peka terhadap kedua gas tersebut. Pembebasan
oksigen atau karbondioksida dilakukan dengan cara memanaskan air suling
selama 30 menit dihitung sejak mendidih kemudian dialiri gas nitrogen sambil
didinginkan.
- Sterilisasi lemari dan ruang Lemari disterilkan dengan uap formaldehid hasil
pemanasan serbuk para-formaldehid dalam cawan penguap panas yang diletakkan
dalam lemari. Ruang disterilkan dengan sinar UV selama 24 jam sebelum
digunakan.
3. Pirogenitas
Pirogen adalah senyawa dengan berat molekul tinggi yang dinyatakan sebagai senyawa
lipopolisakarida yang diproduksi oleh kira- kira 5-10% massa total bakteri.
Cara Menghilangkan Pirogen
Untuk alat/zat yang tahan terhadap pemanasan (jarum suntik, alat suntik dll.)
Dipanaskan pada suhu 250 °C selama 30 menit
Untuk aqua p.i (air untuk injeksi) bebas pirogen:
1. Dilakukan oksidasi :
Didihkan dengan larutan H2O2 1 % selama 1 jam 1 liter air yang dapat diminum,
ditambah 10 ml larutan KMnO4 0,1 N dan 5 ml larutan 1 N, disuling dengan wadah
gelas, selanjutnya kerjakan seperti pembuatan Air untuk injeksi.
2. Dilakukan dengan cara absorpsi :
Saring dengan penyaring bakteri dari asbes. Lewatkan dalam kolom Al2O3 . Panaskan
dalam Arang Pengabsorpsi 0,1 % ( Carbo adsorbens 0,1% pada suhu 600 selama 5 – 10
menit ( literatur lain 15 menit ) sambil sekali-sekali diaduk, kemudian disaring dengan
kertas saring rangkap 2 atau dengan filter asbes.