You are on page 1of 2

Sekolah Ramah Anak (SRA) muncul dari adanya amanat dalam memenuhi hak anak berdasarkan

tuntutan dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014. Adapun tahapan dalam Implementasi Sekolah Ramah Anak adalah sebagai
berikut:

No Tahapan Kegiatan Implementasi


.
1. Persiapan 1.1 Sosialisasi Melakukan sosialisas tentang konvensi hak Anak serta
tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak kepada para warga
Pemenuhan Hak sekolah dan SKPD terkait
dan Perlindungan
Anak
1.2 Penyusunan Membuat dan menjadikan komitmen SRA sebagai
Kebijakan SRA di landasan dalam pelaksanaan kebijakan SRA di sekolah.
masing-masing Setelah membuat kebijakan SRA, maka perlu adanya
satuan penandatangan kebijakan SRA oleh warga sekolah
pendidikan (Kepala Sekolah, Wakil Guru, Wakil Guru BK, Wakil
OSIS, Wakil peserta didik dari setiap jenjang kelas,
wakil dari Komite Sekolah/madrasah, wakil dari
persatuan Orang Tua/Wali) dan kegiatan ini difasilitasi
oleh KPPPA
1.3 Konsultasi Anak Memilih perwakilan siswa perempuan maupun laki-
laki untuk mengidentifikasi kebutuhan dan aspirasi
anak di sekolah serta memetakan pemenuhan hak &
perlindungan anak yang dilaksanakan di sekolah
1.4 Pembentukan Tim Tim SRA dapat dipilih dari warga sekolah ditambahkan
Pelaksana SRA perwakilan wali murid, komite atau bisa juga dari
alumni. Kegiatan ini juga didampingi oleh KPPPA.
3. Perencanaan 2.1 proses Dalam kegiatan ini membuat perencanaan
penyusunan pengembangan SRA ke dalam RKAS sehingga program
rencana atau dapat berkesinambungan dengan
program inovasi
untuk
mewujudkan SRA
2.2 membuat
mekanisme
pengaduan terkait
SRA

Keterangan :
1. Pelapor : siswa (korban/ saksi), guru, tenaga
kependidikan, orang tua, masyarakat
Saksi : Setiap orang yang menyaksikan
kejadian
2. Pengaduan diterima oleh tim pengaduan (guru
kelas, wakasek, guru BK/BP)
3. Teknis Pengaduan :
Pelapor/ Saksi Menyampaikan laporan
pengaduan Guru BK menanyakan kronologis
kejadian (Harus ada saksi)
4. Tim Pengaduan melakukan klarifikasi masalah
mengenai kebenaran informasi serta
mendokumentasikan bukti kejadian/ kasus
5. Analisis Masalah Kasus yang biasa terjadi
antara lain hamil/menghamili, narkoba dan
pencurian
6. Menetapkan Tindakan
Misal :
 Diselesaikan secara internal (mediasi,
terminasi), memerlukan keahlian/
pengetahuan mengenai kasus
 Membutuhkan rujukan ke pihak lain
(Orang Tua, Puskesmas, P2TP2A,
Polisi, Pusat layanan)
 Jika sekolah tidak sanggup
menyelesaikan, meminta bantuan ke
UPT Kecamatan Dinas Pendidikan
dan/ atau kepolisian
 Menyampaikan informasi kepada
pemohon/ penyampai pengaduan
tentang tindakan/ rujukan yang akan
diambil
5. Pelaksanaan Pelaksanaan program Tim dan seluruh warga sekolah melaksanakan
SRA program SRA yang telah dibuat bersama berdasarkan
komitmen awal yang dibuat dan ditandatangani
bersama. Komitmen dan kerjasama TIM dan warga
sekolah perlu diuji agar program yang sudah
disepakati dapat berjalan dan berkesinambungan
6. Pemantauan, 4.1 Pemantauan Pemantauan dilakukan oleh gabungan dari dinas dan
evaluasi lembaga terkait SRA ke sekolah, pemantauan dapat
pelaporan dilakukan secara internal dan eksternal. Pemantauan
program dilakukan dengan membuat kuesioner yang nantinya
akan dibagikan kepada pendidik dan tenaga
kependidikan, orang tua dan juga peserta didik
4.2 Evaluasi Evaluasi dibuat berdasarkan hasil kuesioner yang telah
disebar kepada responden selanjutnya ditelaah dan
dianalisa serta dibuat kesimpulan dan rekomendasi
yang ditujukan kepada pihak-pihak terkait
4.3 Pelaporan Hasil evaluasi dilaporkan oleh Tim dan dilaporkan
kepada Gugus Tugas KLA Kabupaten/Kota yang akan
melaporkan secara berjenjang kepada Gugus Tugas
Provinsi dan selanjutnya dilaporkan kepada
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak

You might also like