Professional Documents
Culture Documents
1
Referensi
Pustaka Utama:
Bruneau, et.al, Ductile Design of Steel Structures, 2nd Ed.
Pustaka Pendukung
AISC LRFD Manual, 14th Ed, Vol. 1 dan 2
Beedle, Structural Steel Design
Galambos, Surovek, Structural Stability of Steel, Concept and Application
for Structural Engineers
McCormac, Csernak, Structural Steel Design, 5th Ed
Popov, Engineering Mechanics of Solids
Salmon, Johnson, Steel Structures: Design and Behavior, 5th Ed.
SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung
SNI 1729-2015 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 3
Behavior of
Steel Structures
Ductile Design of Steel Structures
2
Advantages of Steel as
A Structural Material
High strength per unit of weight less structural weight,
important for long-span bridges, tall buildings, and structures
situated on poor foundations
Uniformity properties do not change appreciably with time
Elasticity linear up to fairly high stresses, behaves closer to
design assumptions
Permanence long lasting if properly maintained
Ductility may yield locally at critical points and preventing
premature failures, large deflections when overloaded give
warning prior to failure
Toughness have both strength and ductility thus able to
absorb large amount of energy
Additions to existing structures can be done easily
Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 5
Advantages of Steel as
A Structural Material
Others:
a) Ability to be fastened together by several simple
connection devices, including welds and bolts;
b) Adaptation to prefabrication;
c) Speed of erection;
d) Ability to be rolled into a wide variety of sizes and shapes
e) Possible reuse after a structure is disassembled;
f) Scrap value, even though not reusable in its existing form.
Steel is the ultimate recyclable material.
3
Ductility Concept
Metal Handbook of the American Society for Metals
(ASM 1964):
Ductility: ability of a material to deform plastically
without fracture
Brittleness: quality of a material that leads to crack
propagation without plastic deformations
Ductile material: one that is capable to undergo large
inelastic deformations without losing strength
Ductility concept is advantageous for unexpected load,
e.g. earthquake load
24
25
4
History of Ductile Design
1860s – plastic behavior of ductile metals
1900 to 1950s – plastic properties of steel and steel
cross sections subjected to various stress conditions
1950s to 1960s – significant research in plastic
behavior and plastic design
End of 1960s – earthquake loads were addressed in
plastic design
Prior to 1988 – no specific code regulations for
detailing seismic resistant steel structures
Present – most of the design of ductile steel
structures to resist earthquakes is implemented in
codes and standards
Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 26
26
27
5
Structural Analysis
Objectives
Better understanding of steel structures in
inelastic range using simple models
In most cases predicting P vs Δ for a structure
into the inelastic range
Sequence of Analysis
28
29
6
Structural Steel
Main characteristics: strength, stiffness, toughness,
ductility, and strain hardening
Properties of materials depend on chemical
properties of steel (max 0.5% of carbon, or similar
value of carbon equivalent)
Types of steel:
Low-carbon steel: <0.15%
Mild steel: 0.15 – 0.29% (typical for common
structural steel)
Medium carbon steel: 0.3-0.59%
High carbon steel: 0.6-1.70%
30
31
7
Kekuatan (Strength)
Kemampuan material baja untuk mengakomodasi
tegangan yang terjadi
Sangat dipengaruhi komposisi kimia material baja
Kekuatan tekan baja sama dengan kekuatan tarik
Terdiri atas:
kuat leleh material, atau tegangan leleh (Fy)
kuat tarik material, atau tegangan tarik (Fu)
32
Kekakuan (Stiffness)
Kemampuan material baja untuk mengatasi
deformasi yang terjadi
Pada kondisi elastis:
Modulus Elastisitas (E) atau Modulus Young
Modulus Geser (G)
Modulus Elastisitas: kemiringan kurva tegangan regangan
baja sebelum kuat leleh tercapai (kondisi elastis)
stress
E
strain
Nilai Modulus Elastisitas umumnya sama untuk berbagai
mutu baja: ≈ 200,000 MPa (29,000 ksi)
33
8
Keliatan (Toughness)
Kemampuan material baja dalam menyerap energi
sebelum mengalami kegagalan
Besar energi yang diserap dihitung sebagai luas area di
bawah kurva tegangan-regangan baja
Baja dengan kuat leleh yang rendah (lower grade)
umumnya memiliki nilai keliatan yang tinggi, dan baja
dengan kuat leleh yang tinggi umumnya memiliki nilai
keliatan yang lebih rendah
Baja dengan kuat leleh yang rendah memiliki kinerja lebih
baik untuk diaplikasikan pada bangunan tahan gempa
34
Daktilitas/Kelenturan (Ductility)
Kemampuan baja dalam berdeformasi plastis
sebelum mengalami kegagalan
Umumnya dihitung sebagai rasio dari nilai
perpanjangan atau nilai regangan ultimate,
terhadap nilai perpanjangan atau nilai regangan
pada saat leleh
Manfaat daktilitas:
Memungkinkan redistribusi tegangan
Memungkinkan terjadinya deformasi besar sebelum
terjadi keruntuhan struktur warning/awareness
35
9
Daktilitas/Kelenturan (Ductility)
36
37
10
Uji Material Baja
38
39
11
Tensile Test
40
Regangan (strain):
perpanjangan spesimen (e) dibagi dengan
panjang awal (L0)
e L L0
L0 L0
41
12
Kurva Tegangan-Regangan
Daerah elastis
Zone/daerah Daerah plastis
pada kurva σ - ɛ Daerah strain hardening
Daerah necking
42
43
13
True Stress-Strain Curve
True stress-strain curve
44
Regangan plastis
Dibatasi oleh awal strain hardening
Regangan putus/ultimate, u
Regangan pada saat spesimen putus =
regangan maksimum
Umumnya 150-200 kali regangan elastis
45
14
Perilaku
Material Baja
46
Perilaku
Material Baja
f stress
E
strain
Mencerminkan kekakuan material di daerah elastis
Nilai E umumnya sama untuk material baja dengan berbagai
kekuatan
Nilai yang umum digunakan: E = 200,000 MPa atau 29,000 ksi
Kekakuan yang tinggi adalah keuntungan utama baja
Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 47
47
15
Perilaku
Material Baja
Modulus Tangen, ET
Slope/kemiringan kurva di atas batas proporsional
Kekakuan material di daerah inelastis
Modulus Strain Hardening, Est
Slope/kemiringan kurva di awal daerah strain hardening
Nilai tertinggi slope dicapai pada awal daerah strain
hardening, Est
Nilai Est bervariasi untuk pemodelan umumnya diambil
2% dari E (Modulus Elastisitas)
Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 48
48
Perilaku
Material Baja
Daktilitas
Kemampuan material baja untuk mengalami deformasi
yang besar tanpa putus
Dapat ditinjau dari persentase perpanjangan yang terjadi
pada spesimen
L f L0
e 100
L0
Standar material baja: minimum 15%-20% perpanjangan
untuk suatu spesimen dengan panjang awal L0 = 20 cm
Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 49
49
16
Ductile vs Brittle
https://subsurfwiki.org/wiki/Brittle_ https://www.eurekamagazine.co.uk/design-engineering-
and_ductile_behaviour news/ ductile-high-strength-steel-developed-in-wmg-
project/156839/
50
x
m y
z z
Tanda negatif menunjukkan pengurangan dimensi di arah
transversal (bidang xy) jika z adalah positif (seperti
perpanjangan pada spesimen yang mengalami gaya Tarik)
Untuk material baja: m = 0.3 (kondisi elastis) dan m = 0.5
(kondisi plastis)
Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 51
51
17
Tegangan Geser dan Modulus Geser
Tegangan Leleh Geser, τy
Umumnya diambil sebagai fungsi dari tegangan leleh tarik
y 0.58Fy 0.6Fy
Modulus Geser, G
Rasio dari tegangan geser terhadap regangan geser di
daerah elastis
Nilai modulus geser:
E
G
2(1 m )
Nilai G baja: 75,800 - 83,000 MPa (11,000 - 12,000 ksi)
52
Uji Torsi
Untuk mendapatkan modulus geser material
53
18
Uji Getas –
Charpy V Notch Impact Test
Untuk menentukan toughness dari material
54
Uji Getas –
Charpy V Notch Impact Test
Toughness baja berkaitan erat dengan temperatur
material berubah dari daktail menjadi getas dengan
turunnya temperatur
55
19
Uji Lentur
Untuk mengetahui daktilitas
baja (kemampuan
mengakomodasi lentur)
dengan meninjau ketahanan
retak akibat lentur
56
Hardness Test
Untuk mengetahui kekerasan
material
Umumnya murah, sederhana,
dan nondestruktif
Properties mekanik lain seperti
kekuatan dapat diestimasi dari
kekerasan
Metoda yang umum:
Brinnell hardness test
57
20
Uji Siklik (Cyclic Test)
Evaluasi karakteristik material pada saat loading,
unloading, dan reverse loading
Tipikal kurva tegangan-regangan pada uji siklik
58
59
21
Baja Mutu Tinggi
Pada kurva tegangan dan regangan: semakin tinggi
kandungan karbon, tegangan ultimit akan bertambah
(mutu naik), yield plateau (daerah plastis) akan
semakin pendek, dan daktilitas akan semakin
berkurang
Semakin tinggi kandungan karbon, baja akan semakin
keras dan semakin kuat tetapi semakin getas
Semakin tinggi kandungan karbon, semakin sulit
proses pengelasan pada baja
Pemakaian baja mutu tinggi dibatasi untuk struktur
bangunan tahan gempa
60
61
22
Sifat Isotropis Baja
Generally assumed to be a
homogeneous and isotropic
material
In the production of structural
members, the final shape may
be obtained by cold rolling
Undergo plastic deformations
during cold rolling, with
degree of deformation
varying throughout the
member
Plastic deformation causes an Example of effect of specimen
orientation on measured
increase in yield strength and tensile properties of steel.
a reduction in ductility
Ref: Mamlouk and Zaniewski, Materials
Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 for Civil and Construction Engineers 62
62
Lamellar Tearing
Lamellar berarti ‘terdiri dari lapisan-lapisan tipis’
Bentuk keruntuhan getas yang terjadi pada “bidang paralel
terhadap arah rolling dari ketebalan permukaan plat baja”
Akibat proses hot rolling, properties baja berbeda di arah
sejajar, tegak lurus, dan tebal dari proses rolling
Tidak berpengaruh signifikan terhadap kekuatan kekuatan
baja di segala arah hampir sama
Berpengaruh terhadap daktilitas baja umumnya daktilitas
di arah tebal baja lebih rendah dibandingkan arah
longitudinal dan transversal
Berpengaruh terutama untuk plat yang tebal atau profil
ukuran besar (jumbo sections/heavy shapes)
63
23
Lamellar Tearing
64
Kelelahan (Fatigue)
Keruntuhan yang diakibatkan oleh adanya beban
siklik atau berulang, meskipun tegangan leleh belum
terlampaui
Keruntuhan bersifat progresif, dengan kondisi akhir
perambatan retak yang tidak dapat dihentikan
Ditentukan oleh: jumlah siklus pembebanan,
rentang beban maksimum dan minimum, serta
cacat awal pada baja
Problem umum pada struktur jembatan dan offshore
65
24
Tegangan Sisa (Residual Stress)
Tegangan yang (masih) bekerja pada profil baja setelah
dibentuk menjadi produk jadi
Terjadi akibat adanya deformasi plastik yang disebabkan:
Proses pendinginan yang tidak merata setelah ‘hot-rolling'
66
Efek Temperatur
Material baja memuai dengan adanya kenaikan
temperatur
Nilai rata-rata koefisien ekspansi termal baja
a = 0.0000065 in./in. per derajat Fahrenheit pada
suhu 70- 100F
a = 12 x 10-6 / per derajat Celcius (SNI 03-1729-2002)
Properties mekanik (tegangan leleh, tegangan ultimit,
dan modulus elastisitas) berkurang dengan naiknya
temperatur
67
25
Effect of Temperature
Effect of temperature on
a) yield strength,
c) modulus of elasticity
of structural steels
68
Stress-Strain Curve
Baja Struktural – US Standard
≈ 350 MPa
≈ 250 MPa
69
26
Material Baja
Typical carbon steels
Ref: Brockenbrough and Merritt, Structural Steel Designer's Handbook: AISC, AASHTO, AISI, ASTM,
and ASCE-07 Design Standards
Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 70
70
Material Baja
Typical High-strength low-alloy (HSLA) steels
Ref: Brockenbrough and Merritt, Structural Steel Designer's Handbook: AISC, AASHTO, AISI, ASTM,
and ASCE-07 Design Standards Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 71
71
27
Material Baja
Typical heat-treated carbon and HSLA steels
Ref: Brockenbrough and Merritt, Structural Steel Designer's Handbook: AISC, AASHTO, AISI, ASTM,
and ASCE-07 Design Standards Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 72
72
Material Baja
Typical heat-treated constructional alloy steels
Ref: Brockenbrough and Merritt, Structural Steel Designer's Handbook: AISC, AASHTO, AISI, ASTM,
and ASCE-07 Design Standards Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 73
73
28
Steel Grades
74
Structural Steel
Common structural steel (per US Standard):
A36 steel (mild carbon)
min Fy = 36 ksi, min Fu = 58 ksi
A572 Gr. 50 steel (high strength low alloy)
min Fy = 50 ksi, min Fu = 65 ksi
AISC requirement:
Fy < 65 ksi (general)
Fy < 50 ksi (seismic design)
Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 75
75
29
Material Baja (SNI 1729-2002)
Klasifikasi (berdasarkan kekuatan)
Kuat Tarik Minimum Kuat Leleh Minimum
Regangan Minimum
Jenis Baja (Fu) (Fy)
(%)
(MPa) (MPa)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Persyaratan:
Fy/Fu < 0.85
Daerah plateau cukup panjang
Elongasi > 20% (untuk panjang pengukuran 50 mm)
Mudah dilas
Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 76
76
77
30
Mill Certificate
78
Mill
Certificate
79
31
Mill Certificate
80
Codes/Standards
Ensuring that all new construction and renovated buildings
provide a minimum level of safety, health, and welfare to the
occupants and public at large
Do not regulate aspects of design that relate to a building’s
appearance (aesthetics, color, and form-related attributes)
Regulated by an impartial authority, such as the government
In more specific terms, a building code regulates the
following aspects of building design and construction:
Life safety
Fire safety
Structural safety
Health and welfare
Property protection
81
32
Standar, Pedoman, dan Manual
SNI 1729-2015 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural
SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
untuk Bangunan Gedung
RSNI T-03-2004 Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan
SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung
SNI 1727-2013 Beban Minimum untuk Perancangan
Bangunan Gedung dan Struktur Lain
SKBI 1.3.53.1987 Pedoman Perencanaan Pembebanan
untuk Rumah dan Gedung
RSNI T-02-2005 Pembebanan untuk Jembatan
Set 1 - SI 5211 - Sem 2, 2021/2022 82
82
83
33