You are on page 1of 10

‫‪KHUTBAH‬‬

‫‪Khutbah Idul Fitri: Momentum Menebar‬‬


‫‪Islam Rahmatan lil Alamin‬‬
‫‪Rabu, 13 Juni 2018 | 09:30 WIB‬‬

‫‪Khutbah I‬‬

‫اُهلل
َا ْكَب ْر (‪ )×3‬اُهلل َا ْكَب ْر (‪ )×3‬اُهلل َا كَب ْر (‪ )×3‬اُهلل َا ْكَب ْر
ُكَّلَم ا َه َّل ِه َالٌل َو َا ْبَد َر اُهلل َا ْكَب ْر ُكَّلمَا َص اَم َص اِئٌم
َو َاْف َط ْر‬
‫اُهلل َا ْكَب ْر ُكَّلمَا َت َر اَكَم َس َح اٌب َو َا ْم َط ْر
َو ُكَّلمَا َن َب َت َن َب اٌت َو َا ْز َه ْر َو ُكَّلَم ا َا ْط َع َم َق اِنُع
ْا لُم ْع َت ْر ‪ .‬اُهلل َا ْكَب ْر اُهلل َا ْكَب ْر اُهلل‬
‫َا ْكَب ْر َال ِا َلَه
ِا َّال اُهلل َو اُهلل َا ْكَب ْر اُهلل َا ْكَب ْر َو ِهلل ْا لَح ْم ُد ‪َ
.‬اْلَح ْم ُد ِهلل اَّلِذ ى َج َع َل ِل ْلُم ْس ِلِم ْي َن ِع ْي َد ْا لِف ْط ِر َبْع َد
ِص يَاِم‬
‫َرَم َض اَن َو ْع يَد ْا َالْض َح ى َبْع َد َي ْو ِم َع َر َف َة ‪ .‬اُهلل
َا ْكَب ْر (‪َ )×3‬ا ْش َه ُد َا ْن َال ِا َلَه ِا َّال اُهلل َو ْح َد ُه َال
َش ِر ْي َك َلُه َلُه ْا لَم ِلُك‬
‫ْا لَع ِظ ْي ُم ْا َالْكَب ْر َو َا ْش َه ٌد َا َّن
َس ِّي َد نَا ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُلُه الَّش اِف ُع ِف ى ْا لَم ْح َش ْر
َن ِب َّي َق ْد َغ َف َر اُهلل َلُه َم ا َتَق َّد َم ِم ْن‬
‫َذ ْن ِب ِه َو َم ا
َت َأ َّخ َر ‪ .‬اللُه َّم َص ِّل َع لَى َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى َا ِلِه
َو َا ْص َح اِب ِه اَّلِذ ْي َن َا ْذ َه َب َع ْن ُه ُم الِّر ْج َس َو َط َّه ْر ‪ .‬اُهلل
َا ْكَب ْر ‪.‬‬
‫َا َّم ا َبْع ُد ‪َ .‬ف َي ا ِع َب اَد اِهلل ِا َّتُق وااَهلل َح َّق
ُتَق اِتِه َو َال َت ُم ْو ُت َّن ِا َّال َو َا ْن ُت ْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬
‫ ِب ْس ِم اِهلل الَّر ْح َم ِن الَّر ِح ْي ِم َو اْع َت ِص ُم وا‬، ‫ َأ ُع ْو ُذ ِب اِهلل ِم َن
الَّش ْي َط اِن الَّر ِج ْي ِم‬، ‫َف َق ْد
َق اَل اُهلل َت َع اَلى ِف ْي ِك َت اِب ِه اْلَكِر ْي ِم‬
×
‫ِب َح ْب ِل اِهَّلل َج ِم يًع ا َو اَل َتَف َّر ُق وا ۚ َو اْذ ُكُر وا ِنْع َم َت
اِهَّلل َع َلْي ُكْم ِإ ْذ ُكْنُت ْم َأ ْع َد اًء َف َأ َّلَف َب ْي َن ُق ُلوِب ُكْم
َف َأ ْص َب ْح ُت ْم ِب ِنْع َم ِت ِه‬
‫ِإ ْخ َو اًن ا َو ُكْنُت ْم َع َلٰى َش َف ا ُح ْف َر ٍة
ِم َن الَّناِر َف َأ ْنَق َذ ُكْم ِم ْنَه ا ۗ َكَٰذ ِلَك ُي َب ِّي ُن اُهَّلل
َلُكْم آَي اِتِه َلَع َّلُكْم َت ْه َت ُد وَن‬

Ma’asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Id hafidhakumullah,


Alhamdulillah,
rasa syukur terpanjatkan kepada Tuhan semesta alam, Allah SWT, Tuhan
yang telah memberikan kepada kita kekuatan untuk terus melangkah dan
menyebarkan
nilai-nilai kebaikan kepada alam semesta. Shalawat beriring
salam kita sampaikan kepada
Nabi akhir zaman, pembawa kedamaian, penuh
cinta kasih, penyebar risalah rahmah bagi
alam  semesta. Beliaulah
Rasullullah, Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di
yaumil qiyamah nanti. Semoga kita menjadi hamba yang mendapatkan syafaatnya kelak di
hari pembalasan. Amin ya Allah ya Rabbal Alamin.

Pagi
ini segenap kaum muslimin di persada negeri menunaikan shalat dan
merayakan Idul
Fitri dengan khusyuk dan penuh kepasrahan. Gema takbir,
tahlil, tahmid, dan tasbih
berkumandang di segenap cakrawala dengan
segala  kerendahan hati dan penuh
pengharapan dari setiap insan beriman.
Semuanya berpusat dan bermuara sebagai wujud
ibadah untuk mendekatkan
diri kepada dzat Ilahi guna meraih ridha dan anugerah Allah
yang maha penyayang dan maha

bijaksana.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, ALlahu Akbar Walillahil Hamd. Ma’asyiral Muslimin Jama'ah
Shalat Id hafidhakumullah,

Ramadan
telah mendidik dan mengajarkan kepada kita banyak hal, agar kelak
menjadikan
kita pribadi yang bertakwa. Pribadi yang bertakwa akan
menghasilkan efek yang sangat
kuat, bukan hanya pada diri sendiri
(individu) tetapi juga kepada masyarakat (sosial).
Diantara indikator
orang-orang yang bertaqwa sebagaimana di dalam Al-Quran, Allah
berfirman:

‫ َو اَّلِذ يَن‬. ‫اَّلِذ يَن


ُي ْن ِف ُق وَن ِف ي الَّس َّر اِء َو الَّض َّر اِء َو اْلَكاِظ ِم يَن اْلَغ ْي َظ
َو اْلَع اِف يَن َع ِن الَّناِس ۗ َو اُهَّلل ُي ِح ُّب اْلُم ْح ِس ِن يَن‬
‫ِإ َذ ا َف َع ُلوا َف اِح َش ًة َأ ْو َظ َلُم وا َأ ْنُف َس ُه ْم َذ َكُر وا اَهَّلل
َف اْس َت ْغ َف ُر وا ِل ُذ ُن وِب ِه ْم َو َم ْن َي ْغ ِف ُر الُّذ ُن وَب ِإ اَّل اُهَّلل
َو َلْم ُي ِص ُّر وا‬
‫َع َلٰى َم ا َف َع ُلوا َو ُه ْم َي ْع َلُم وَن‬
“Orang-orang
yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.
Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan, dan (juga)
orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
×selain daripada Allah?
Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui.” (QS Ali Imran: 134-135).

Indikator
tersebut Allah berikan sebagai bukti, bahwa takwa bukan hanya melekat
kepada
diri manusia sendiri, namun juga dapat berefek kepada sekitarnya.
Menafkahkan harta,
menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain,
berbuat kebajikan merupakan bagian
dari kesalehan sosial,buah dari
ketakwaan. Sementara memohon ampun atas segala
perbuatan keji serta
tidak mengulanginya lagi merupakan kesalehan individu kepada
Tuhannya,
yang telah menciptakannya ke alam dunia ini. Dengan begitu, sejatinya
implikasi sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan
menghasilkan
pribadi-pribadi yang saleh secara individual, sekaligus
saleh secara sosial.

Kaum Muslimin hafidhakumullah,

Kesalehan
individual dan kesalehan sosial merupakan indikasi seseorang menjadi
pribadi
yang bertakwa. Implementasi kesalehan tersebut akan membentuk
pribadi yang selalu
berorientasi kepada rahmat (memberikan kasih sayang)
kepada alam semesta.
Sebagaimana orientasi Allah yang diberikan kepada
Nabi Muhammad yakni sebagai
pembawa risalah Rahmatan lil Alamin.

‫َع َلِميَن‬ٟ‫َن َك ِإ َّل ا َرْح َمًۭة ِّلْل‬ٟ‫َوَمآ َأ ْرَس ْل‬

”Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi
seluruh alam.”  (Q.S. Al Anbiya: 107).

Ajaran
Rasulullah yang berorientasi pada Rahmatal lil Alamin telah
dibuktikannya
sepanjang sejarah kerasulannya. Tiga hubungan yang saling
keterkaitan yakni manusia
dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia
dan manusia kepada alam sekitar telah
diajarkan dalam ajaran dan risalah
kerasulan Muhammad SAW.

“Wa'tashimu bihablillahi jami'an walaa tafarraqu" (Dan


berpegangteguhlah kamu semuanya
pada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai-berai) merupakan ajaran Allah dan
Rasul-Nya agar sesama
umat Islam bersatu padu, senantiasa menghormati perbedaan yang
terjadi.
Tidak boleh menuduh seseorang sebagai orang kafir, munafiq, atau
mengejek
sesama muslim karena perbedaan itu. Apalagi menghalalkan darah
dan kehormatan
seorang muslim karena perbedaan pemahaman atau penafsiran
sebuah teks. Ajaran untuk
bersatu dalam ikatan agama inilah yang
disebut dengan ukhuwwah Islamiyah.

Indikasi seseorang bersaudara dalam satu ikatan agama (ukhuwwah Islamiyah)


×terimplementasi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan seperti
terlihatnya rasa
persaudaraan. Salah satu indikasi persaudaraan adalah
selalu berdamai ketika berinteraksi
dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, sebagaimana dalam firman Allah:

‫ِإ َّن َم ا اْلُم ْؤ ِم ُنوَن ِإ ْخ َو ٌة َف َأ ْص ِلُح وا َب ْي َن َأ َخ َو ْي ُكْم ۚ َو اَّتُق وا اَهَّلل َلَع َّلُكْم ُت ْر َح ُم وَن‬
”Orang-orang
beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu
mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat ayat 10).

Selain selalu berorientasi kepada perdamaian, indikasi ukhuwwah Islamiyah


adalah adanya
saling menghargai, dan berkarakter baik dalam menjalin
hubungan. Sebagaimana dalam
firman Allah dalam Surat Al-Hijr ayat 88:

‫َو اْخ ِف ْض َج َناَح َك ِل ْلُم ْؤ ِم ِن يَن‬


“Berendah dirilah (sopanlah) kamu terhadap orang-orang yang beriman”.

Karakteristik
sopan kepada sesama merupakan implementasi menjaga persaudaraan.
Sesama
muslim tidak boleh berkata kasar, bermuka masam, bersikap pongah,
apalagi
menghina, mencaci dan merendahkan harkat dan martabatnya.
Terlebih tidak boleh
menghalalkan darah seorang Muslim atas nama jihad
di negeri yang damai ini.

Rahmatan lil Alamin juga dicerminkan


dalam ajaran Islam yang telah dibawa oleh
Rasulullah SAW. Hal ini
tercermin dalam kehidupan Rasulullah yang senantiasa berlaku
baik pada
setiap manusia, tanpa memandang jenis kelamin, suku, agama, dan
golongan.Sebagaimana dalam hadits Shahih Muslim No.1596 diceritakan
ketika Qais bin
Saad ra. dan Sahal bin Hunaif RA sedang berada di
Qadisiyah, tiba-tiba ada iringan jenazah
melewati mereka, maka keduanya
berdiri. Lalu dikatakan kepada keduanya: Jenazah itu
adalah termasuk
penduduk setempat (yakni orang kafir). Mereka berdua berkata:
Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah dilewati iringan jenazah, lalu beliau
berdiri.  Ketika 
dikatakan: Jenazah itu Yahudi. Rasulullah SAW
bersabda: Bukankah ia juga manusia?. Dan
lebih lanjut beliau bersabda:
"Kematian adalah suatu perkara yang menyedihkan dan
dahsyat, sebab itu,
apabila kamu melihat iring-iringan jenazah berlalu, kamu seharusnya
berdiri sebagai suatu hadiah penghormatan".

Sikap Rasulullah
kepada umat yang berbeda agama tersebut mencerminkan Rasulullah
menghargai  sisi  kemanusian. Sikap tersebut merupakan sikap seorang
yang humanis.
Menjunjung tinggi sisi kemanusiaan. Sikap inilah  yang
disebut dengan ukhuwah
basyariyah/ insaniyah
(persaudaraan sesama umat manusia). Rasulullah mengajarkan
kepada kita
bahwa perbedaan agama tidak menghalangi untuk menghormati dan berbuat
×baik kepada mereka. Apapun keyakinan seseorang terdapat satu persamaan,
yaitu sebagai
sesama ciptaan Allah SWT maka tidak dibenarkan dalam Islam
untuk menyakiti mereka
yang berbeda agama, apalagi sampai menghalalkan
darah mereka, sebagaimana dilakukan
oleh teroris beberapa waktu lalu.

Inilah contoh perilaku dan sikap Rasulullah dalam merawat sisi kemanusiaan (ukhuwah
basyariyah/ insaniyah).
Sehingga tidak dibenarkan dalam konteks ke-Indonesia-an,
melukai umat
yang berbeda agama. Sebab Indonesia adalah Negara damai (Darussalam).
Barangsiapa yang melukai non muslim di Negara yang damai, maka sama
saja melukai
Nabi. Sebagaimana dalam sebuah hadits “Barangsiapa yang
menyakiti orang dzimmi
(nonmuslim
yang berinteraksi secara baik), berarti dia telah menyakiti diriku.
Dan, barang
siapa menyakiti diriku, berarti dia menyakiti Allah. Man Adza Dzimmiyyan faqod adzani.
Man adzani faqod azdallah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd. Kaum


Muslimin hafidhakumullah

Rahmatan
lil Alamin dalam konteks konstitusi kenegaraan juga diterapkan oleh
Rasulullah.
Salah satunya melalui pencanangan Piagam Madinah. Beberapa
pasal dalam piagam
tersebut seperti pasal 16, 25, dan 46 dinyatakan
bahwa kaum Yahudi yang mengikuti kita
berhak mendapat perlindungan dan
hak persamaan tanpa ada penganiayaan atas mereka
dan tidak ditolong
orang- orang yang menjadi musuh mereka. Bagi orang Yahudi agama
mereka
dan bagi kaum muslimin agama mereka pula. Kaum Yahudi al Aus,
sekutu dan diri
mereka, memiliki hak dan kewajiban seperti kelompok
lain pendukung piagam ini, dengan
perlakuan yang baik dan penuh dari
semua pendukung piagam ini.

Piagam Madinah tersebut yang


membebaskan  rakyatnya untuk memeluk agamanya tanpa
gangguan,  serta
mendapatkan perlindungan dari kaum Muslimin  ketika terjadi sesuatu
yang
membahayakan. Hal ini  merupakan bagian dari kasih sayang yang diatur
dalam
regulasi atau konstitusi tersebut. Konsep inilah yang disebut
dengan ukhuwwan
wathaniyyah
(persaudaraan sebangsa dan setanah air). Dalam berbangsa dan bernegara,
setiap individu tanpa mengenal suku dan agama, semuanya berkewajiban
menjaga hak dan
kewajiban sesama anak bangsa. Saling melindungi dan
memberikan kebebasaan untuk
melaksanakan ibadah. Tidak ada paksanaan
dalam beragama dan berinteraksi sosial. Maka
mereka yang memaksakan
kehendak untuk merubah sistem kenegaraan dan mendzalimi
kaum yang
berbeda dalam sebuah ikatan negara, tidak dibenarkan dalam Islam.
‫َباَرَك
اُهلل ِل ْي َو َلُكْم ِف ي ْا لُق ْر آِن ْا لَع ِظ ْي ِم َو َنَف َع ِن ْي
َو ِإ َّي اُكْم ِب َم ا ِف ْي ِه ِم َن ْا آليَاِت َو ِذ ْكِر ْا لَح ِك ْي ِم ‪َ
.‬و َتَق َّب َل ِم ِّن ْي َو ِم ْن ُكْم‬
‫×‬
‫ِت َالَو َت ُه ِإ َّن ُه ُه َو الَّس ِم ْي ُع
اْلَع ِل ْي ُم‬


‪Khutbah II‬‬

‫َا ُهلل
َأ ْكَب ُر ‪َ ،×7‬اْلَح ْم ُد ِِهلل َر ِّب اْلَع اَلِم ْي َن ‪َ ،‬أ ْش َه ُد َأ ْن
َالِإ َلَه ِإ َّال اُهلل َو ْح َد ُه َالَش ِر ْي َك َلُه َو َأ ْش َه ُد َأ َّن
ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه‬
‫َو َر ُس ْو ُلُه ‪َ ،‬ا لَّلُه َّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى
َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آِلِه َو َأ ْص َح اِب ِه َأ ْج َم ِع ْي َن ‪َ
.‬ف َي اِع َب اَد اِهلل ِا َّتُق ْو ا اَهلل َح َّق ُتَق اِتِه‬
‫َو َال َت ُم ْو ُت َّن
ِإ َّال َو َأ ْن ُت ْم ُم ْس ِلُم ْو َن ‪َ .‬ق اَل
اُهلل َت َع الَى ِف ْي ِك َت اِب ِه ْا لَع ِظ ْي ِم ِإ َّن اَهلل َو َم َالِئ َكَت ُه
ُي َص ُّلْو َن َع لَى الَّن ِب ِّي ‪َ ،‬ي ا َأ ُّي َه ا‬
‫اَّلِذ ْي َن َأ َم ُن ْو ا َص ُّلْو ا
َع َلْي ِه َو َس ِّلُم ْو ا َت ْس ِل ْي ًم ا‪َ .‬ا لَّلُه َّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع لَى
َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّم ٍد َو َع لَى َا ِلِه َو ًأ ْص َح اِب ِه َأ ْج َم ِع ْي َن ‪.‬‬
‫َو الَّت اِب ِع ْي َن َو َت اِب ِع الَّت اِب ِع ْي َن َو َم ْن َت ِب َع ُه ْم ِب ِإ ْح َس اٍن
ِإ لَى َي ْو ِم الِّد ْي ِن ‪َ .‬و َع َلْي َنا َم َع ُه ْم ِب َر ْح َم ِت َك َي ا َأ ْر َح َم
الَّر اِح ِم ْي َن‬

‫‪Dalam khutbah ke dua ini marilah


kita implementasikan ketakwaan kita sebagai hasil dari‬‬
‫‪buah sebulan
penuh kita menjalankan ibadah puasa. Buah dari ketakwaan adalah‬‬
‫‪menjalankan risalah kenabian yakni menjadi penebar rahmat bagi semesta
alam (Rahmatan‬‬
‫‪lil Alamin).
Akhirnya, marilah kita bermunajat kepada Allah Swt agar ketakwaan dapat‬‬
‫‪kita raih, dan memberikan kebaikan, kemanfaat serta keberkahan dalam
menjaga diri,‬‬
‫‪agama, nusa dan bangsa.‬‬

‫لَاَّل ُهَّم
اْغِفْر ِلْلُمْس ِلِمْيَن َوْالُمْسِلمَاِت ‪َ ,‬وْالُمْؤِمِنْيَن
َوْالُمْؤِمَناِت ‪َ ,‬اْلَأ ْح َياِء ِمْنُهْم َوْالَأ ْمَواِت ِإ َّن َك َسِمْيٌع
َقِرْيٌب ُمِجْيُب الَّد َعَواِت َيا‬
‫َقاِضَي ْالَحاَجاِت ‪َ .‬رَّب َنا
اْفَتْح َبْيَنَنا َوَبْيَن َقْوِمَنا ِبْالَحِّق َوَأ ْنَت َخْيُر
ْالَفاِت ِحْيَن‪َ .‬رَّب َنا َأ ِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَسَنًة َوِفي
ْالآِخَرِة َحَسَنًة‬
‫ِء‬ ‫ِء‬
‫َوِقَنا َعَذاَب الَّن اِر‪ِ .‬عَباَد اللِه ِإ َّن
اللَه َيْأ ُمُر ِباْلَعْدِل َوْالِإ ْح َساِن ِإَو ْيَتا ِذي ْالُقْربَى
َوَيْنهَى َعِن ْالَفْح َشا َوْالُمْنَكِر َوْالَبْغِي‬
‫َيِعُظُكْم
َلَعَّل ُكْم َتَذَّك ُرْوَن‪َ .‬فاْذُكُرْوا اللَه َيْذُكْرُكْم َواْدُعْوُه
َيْسَتِجْب َلُكْم َوَلِذْكُر اللِه َأ ْك َبُر‬

‫‪Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag, Ketua Tanfidziyyah Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama‬‬
‫‪(PWNU) Lampung, Rektor UIN Raden Intan Lampung‬‬


‪Baca juga:‬‬


‪    - Khutbah Idul Fitri: Pembentukan Jati Diri Pasca-Ramadhan‬‬


‪    - Khutbah Idul Fitri: Islam dan Tantangan Konsumerisme di Dunia Global‬‬


‪    - Khutbah Idul Fitri: Keseimbangan antara Kehambaan dan Kekhalifahan‬‬

‫‪    - Khutbah Idul Fitri: Tiga Manifestasi Syukur Sambut Hari Kemenangan‬‬


Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan
×informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.

TAGS:

KHUTBAH LAINNYA

Khutbah Jumat: Ramadhan Bulan Literasi, Mari


Mengaji!
Khutbah

Khutbah Jumat: Menjaga Kualitas Puasa di Era


Digital
Khutbah

Khutbah Jumat: Puasa, Hakikat dan


Tingkatannya
Khutbah

Khutbah Jumat: Agar Tak Gampang Merendahkan


Orang Lain
Khutbah

Khutbah Jumat: Belajar dari Kisah Nabi Ibrahim


dan Orang Majusi
Khutbah

Khutbah Jumat: Keistimewaan Lima Huruf


‘Ramadhan’
Khutbah

Khutbah Jumat: Cinta Tanah Air, Sunnah Nabi


yang Tak Boleh Diabaikan
Khutbah
×
Khutbah Jumat: Isi Ramadhan dengan Akhlak
Mulia
Khutbah

Khutbah Jumat: Mari Sambut Ramadhan dengan


Ilmu!
Khutbah

Khutbah Jumat: Mengenal Sifat Wali Allah


Khutbah

TERPOPULER KHUTBAH

1 Khutbah Jumat: Puasa, Hakikat dan Tingkatannya

2 Khutbah Jumat: Keistimewaan Lima Huruf ‘Ramadhan’

3 Khutbah Jumat: Menjaga Kualitas Puasa di Era Digital

4 Khutbah Jumat: Belajar dari Kisah Nabi Ibrahim dan Orang Majusi

5 Khutbah Jumat: Ramadhan Bulan Literasi, Mari Mengaji!

6 Khutbah Jumat: Isi Ramadhan dengan Akhlak Mulia

7 Khutbah Jumat: Mari Sambut Ramadhan dengan Ilmu!

8 Khutbah Idul Fitri: Lebaran, Mudik, dan Orang Tua

9 Khutbah Jumat: Anugerah Allah di Akhirat bagi yang Berpuasa Ramadhan

REKOMENDASI

Abu Manshur al-Maturidi, Imam Aqidah Ahlusunnah wal Jama’ah


Sirah Nabawiyah

Rukun-Rukun Khutbah dan Penjelasannya


Jumat

Sejarah Nuzulul Quran


Ilmu Al-Qur'an

Mengurai Kontroversi Zakat Fitrah dengan Uang


Zakat
× Baha: Perlu Persiapan Cari Lailatul Qadar
Gus
Nasional

Ramadhan di Saat Perang Badar dan Fathu Makkah


Ramadhan

Renungan Syukur Ramadhan


Hikmah

Tiga Sebab yang Membatalkan Pahala Puasa


Ramadhan

Puasa dengan Niat Diet, Apa Hukumnya?


Ramadhan

TOPIK 

Penjelasan Lengkap soal Zakat Fitrah


Kump
Kumpulan Penjelasan Kumpulan Kultu
Khutbah Idul Fitri Lengkap seputar Khutbah Bulan Rama
Terfavorit Lailatul Qadar Ramadhan Terfa
BERITA LAINNYA

Task Force Energy, Sustainability & Climate B20 Terus Bergerak Merancang Kebijakan yang Konstruktif
Nasional | Jumat, 22 Apr 2022

Bersama Menteri BUMN, Pertamina Menuju Perusahaan Raksasa Dunia


Nasional | Rabu, 20 Apr 2022

×
Erick Tohir Sapa Pekerja Pertamina
Nasional | Selasa, 19 Apr 2022

Satgas Rafi Pertamina Dimulai, Pertamina Tambah Rata-rata Harian Stok BBM dan LPG
Nasional | Sabtu, 16 Apr 2022

Direktur SDM Pertamina Resmikan Jargas Rumah Tangga di Kota Batam


Nasional | Sabtu, 16 Apr 2022

Beragam Upaya Pemberdayaan dan Perlindungan bagi Pekerja Perempuan 


Ketenagakerjaan | Senin, 11 Apr 2022

Upaya Pertamina Jaga Daya Beli Masyarakat


Nasional | Senin, 11 Apr 2022

Perusahaan Berprofit Tinggi Diimbau Bayar THR Lebih


Ketenagakerjaan | Senin, 11 Apr 2022

Kemnaker Bangun Sistem Aplikasi Perjanjian Kerja


Ketenagakerjaan | Ahad, 10 Apr 2022

You might also like