You are on page 1of 9

KLOROFIL Vol. 4 No.

2, 2020 : 62 - 70 ISSN 2598-6015

PEMATAHAN DORMANSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.).


MENGGUNAKAN METODE SKARIFIKASI DAN GIBERELIN
Nurul Huda Panggabean1, Isnaini Nurwahyuni2, Elimasni3

1
STKIP Asy – Syafi’iyah Internasional Medan (Pendidikan Biologi)
2,3
Universitas Sumatera Utara (Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
*Corresponding author: (nurulhudapanggabean@gmail.com)

ABSTRACT

Oil palm seed germination takes a long time because of the dormancy mechanism in the seeds
and it is a constraint for both seed consumers and producers. Gibberellin is often used to aid
seed breaking and activate hydrolytic enzymes that play a role in breaking down food reserves in
seeds. The purpose of this study was to determine the process of breaking the dormancy of oil
palm seeds, with scarification method and gibberellin concentration and to find out the real
interactions in helping to break dormancy of oil palm seeds.. This study used RAL (completely
randomized design) with 2 factors, namely the location of the fruit in the bunch, namely Apical
(A), Median (M) and Basal (B) and the concentration of Gibberellins, namely G0 (0 ppm), G1
(200 ppm), G2 ( 300 ppm) and G3 (400 ppm). The results obtained showed that the position of
the seeds in the bunch and the concentration of gibberellin given had a significant effect on
germination (DB) where the G3 treatment showed the percentage of seeds germinated 36.67%
and control was 6.67%. The average percentage of normal embryos that had not germinated was
found in control (G0). The results also showed that the smallest percentage of dormancy
intensity was found in G3, namely 81.11% and 77.5% in the apical part. The average PTM was
found at a gibberellin concentration of 400 ppm of 26.67% and it was found in the apical part,
but the concentration of gibberellin had no significant effect on PTM.

Keywords: Dormancy breaking, scarification, gibberellin, oil palm

sehingga radikula dapat keluar dan mendorong


PENDAHULUAN terlepasnya serabut (fibre plug) yang ada diatasnya (
Komoditas tanaman perkebunan di Indonesia
Nuraini et al., 2016).
merupakan salah satu komoditas unggulan penyumbang
Lamanya waktu perkecambahan merupakan suatu
devisa terbesar dari sektor pertanian. Kelapa sawit di
kendala bagi konsumen dan produsen benih. Konsumen
Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona.
benih memerlukan kecambah dalam waktu yang cepat,
Luas dari perkebunan ini terus berkembang, seiring
sementara proses perkecambahan yang membutuhkan
dengan banyaknya permintaan akan kebutuhan minyak
waktu yang lama mengharuskan konsumen memesan 6
nabati. Peningkatan luas lahan kelapa sawit Indonesia
bulan sebelumnya, sedangkan produsen sendiri harus
pada tahun 2003 sebesar 5.283.557 Ha meningkat
terus melakukan proses perkecambahan untuk
menjadi 5.447.563 Ha pada tahun 2004 dengan tingkat
memenuhi permintaan konsumen, dimana menjadi
pertumbuhan 3% bahkan akan lebih di tahun mendatang
kendala bagi produsen di saat permintaan kecambah
(Pahan, 2010). Perkecambahan benih kelapa sawit
kelapa sawit menurun dan menyebabkan banyaknya
memerlukan waktu yang lama untuk berkecambah yaitu
kecambah yang terbuang. Permasalahan tersebut dapat
3 – 4 bulan karena adanya mekanisme dormansi pada
diatasi dengan cara mempercepat periode
benih. Dormansi benih kelapa sawit disebabkan karena
perkecambahan dengan perlakuan pematahan dormansi
adanya penghalang berupa struktur di germpore yaitu
benih kelapa sawit.
operculum. Dengan adanya perlakuan pendahuluan
diharapkan operculum yang menutupi embrio retak

62
KLOROFIL Vol. 4 No. 2, 2020 : 62 - 70 ISSN 2598-6015

Menurut Silomba (2006), umumnya perlakuan adanya interaksi nyata dalam penggunaan metode
pematahan dormansi diberikan secara fisik, seperti skarifikasi dan giberelin dalam membantu mematahkan
skarifikasi mekanik dan kimiawi. Skarifikasi mekanik dormansi benih kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.).
meliputi pengamplasan, pengikiran, pemotongan dan Komoditas tanaman perkebunan di Indonesia
penusukan bagian tertentu pada benih. Selain merupakan salah satu komoditas unggulan penyumbang
penggunakan skarifikasi penggunaan zat pengatur devisa terbesar dari sektor pertanian. Kelapa sawit di
tumbuh sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona.
tanaman. Giberelin merupakan salah satu zat pengatur Luas dari perkebunan ini terus berkembang, seiring
tumbuh yang sering digunakan dalam membantu dengan banyaknya permintaan akan kebutuhan minyak
pematahan biji (Feurtado dan Kermode, 2007). nabati. Peningkatan luas lahan kelapa sawit Indonesia
Giberelin mengaktifkan enzim hidrolitik yang pada tahun 2003 sebesar 5.283.557 Ha meningkat
berperan dalam pemecahan cadangan makanan di dalam menjadi 5.447.563 Ha pada tahun 2004 dengan tingkat
benih. Giberelin membantu mempercepat hidrolisis pertumbuhan 3% bahkan akan lebih di tahun mendatang
amilase menjadi gula maltosa danglukosa. Semakin (Pahan, 2010). Perkecambahan benih kelapa sawit
banyak ketersediaan giberelin, proses hidrolisis amilase memerlukan waktu yang lama untuk berkecambah yaitu
juga semakin cepat dan gula-gula sederhana yang 3 -4 bulan karena adanya mekanisme dormansi pada
dihasilkan juga semakin banyak. Adanya cadangan energi benih. Dormansi benih kelapa sawit disebabkan karena
yang tinggi dapat memacu pembelahan dan adanya penghalang berupa struktur di germpore yaitu
pemanjangan sel sehingga pertumbuhan kecambah operculum. Dengan adanya perlakuan pendahuluan
meningkat, akibatnya kualitas kecambah yang dihasilkan diharapkan operculum yang menutupi embrio retak
menjadi lebih baik (Nuraini et al., 2016). sehingga radikula dapat keluar dan mendorong
Penelitian penggunaan metode skarifikasi sudah terlepasnya serabut (fibre plug) yang ada diatasnya (
pernah dilakukan oleh Kartika et al., 2015 dan Nuraini et al., 2016).
penggunaan giberelin 100 ppm dapat membantu Lamanya waktu perkecambahan merupakan suatu
penambahan panjang radicula dan plumula dari benih kendala bagi konsumen dan produsen benih. Konsumen
kelapa sawit yang pernah dilakukan (Nuraini et al., 2016). benih memerlukan kecambah dalam waktu yang cepat,
Penggunaan metode skarifikasi dan giberelin diharapkan sementara proses perkecambahan yang membutuhkan
dapat menambah metode yang membantu pematahan waktu yang lama mengharuskan konsumen memesan 6
dormasi benih kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). bulan sebelumnya, sedangkan produsen sendiri harus
penelitian pematahan dormansi benih kelapa sawit terus melakukan proses perkecambahan untuk
dengan perendaman air panas dan giberelin pernah memenuhi permintaan konsumen, dimana menjadi
dilakukan oleh Aminarni (2015) dimana intensitas kendala bagi produsen di saat permintaan kecambah
perendaman dalam air panas berpengaruh nyata kelapa sawit menurun dan menyebabkan banyaknya
terhadap perkecambahan benih kelapa sawit, perlakuan kecambah yang terbuang. Permasalahan tersebut dapat
terbaik terdapat pada benih yang direndam dalam air diatasi dengan cara mempercepat periode
panas dengan suhu 80 0C selama 3 x 24 jam dan perkecambahan dengan perlakuan pematahan dormansi
menghasilkan daya kecambah 42%. benih kelapa sawit.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menurut Silomba (2006), umumnya perlakuan
mengetahui proses pematahan dormansi benih kelapa pematahan dormansi diberikan secara fisik, seperti
sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan metode skarifikasi skarifikasi mekanik dan kimiawi. Skarifikasi mekanik
dan konsentrasi giberelin yang sesuai dan mengetahuai meliputi pengamplasan, pengikiran, pemotongan dan

63
KLOROFIL Vol. 4 No. 2, 2020 : 62 - 70 ISSN 2598-6015

penusukan bagian tertentu pada benih. Selain METODE PENELITIAN


penggunakan skarifikasi penggunaan zat pengatur Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga
tumbuh sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan september 2020 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
tanaman. Giberelin merupakan salah satu zat pengatur Universitas Sumatera Utara, Bahan yang digunakan yaitu
tumbuh yang sering digunakan dalam membantu biji kelapa sawit varietas Tenera yang diambil dari
pematahan biji (Feurtado dan Kermode, 2007). perkebunan rakyat daerah Deli Serdang, Sumatera
Giberelin mengaktifkan enzim hidrolitik yang Utara. Penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan
berperan dalam pemecahan cadangan makanan di dalam Acak Lengkap) dengan 2 faktor yaitu letak buah pada
benih. Giberelin membantu mempercepat hidrolisis tandan yaitu Apikal (A), Median (M) dan Basal (B) dan
amilase menjadi gula maltosa danglukosa. Semakin Konsentrasi Giberelin yaitu G0 (0 ppm), G1 (200 ppm),
banyak ketersediaan giberelin, proses hidrolisis amilase G2 (300 ppm) dan G3 (400 ppm).
juga semakin cepat dan gula-gula sederhana yang Skarifikasi Benih
dihasilkan juga semakin banyak. Adanya cadangan energi Benih kelapa sawit di skarifikasi menggunakan kertas
yang tinggi dapat memacu pembelahan dan amplas tepat pada bagian titik tumbuh sampai terlihat
pemanjangan sel sehingga pertumbuhan kecambah bagian embrionya. Kemudian benih kelapa sawit yang
meningkat, akibatnya kualitas kecambah yang dihasilkan selesai diskarifikasi dicuci menggunakan air bersih agar
menjadi lebih baik (Nuraini et al., 2016). bersih dari kotoran yang melekat pada benih.
Penelitian penggunaan metode skarifikasi sudah Perlakuan Giberelin
pernah dilakukan oleh Kartika et al., 2015 dan Perendaman I
penggunaan giberelin 100 ppm dapat membantu Biji dimasukkan ke dalam kantung polietilen yang telah
penambahan panjang radicula dan plumula dari benih dilubangi terlebih dahulu, lalu biji dan kantung plastik
kelapa sawit yang pernah dilakukan (Nuraini et al., 2016). direndam seluruhnya dalam bak yang berisi air bersih
Penggunaan metode skarifikasi dan giberelin diharapkan selama kurang lebih 7 hari. Setelah selesai direndam,
dapat menambah metode yang membantu pematahan benih dikeluarkan lalu direndam dalam larutan fungisida
dormasi benih kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Dithane M 45 0,2% selama 2-3 menit. Setelah itu
penelitian pematahan dormansi benih kelapa sawit dikeringanginkan di ruangan selama 1 hari. Pada
dengan perendaman air panas dan giberelin pernah perendaman I kadar air benih harus ditingkatkan menjadi
dilakukan oleh Aminarni (2015) dimana intensitas 18% - 20%.
perendaman dalam air panas berpengaruh nyata Pemanasan
terhadap perkecambahan benih kelapa sawit, perlakuan Setelah perendaman I, biji dimasukkan ke dalam tray.
terbaik terdapat pada benih yang direndam dalam air Pemanasan dilakukan selama 40, 50, dan 60 hari sesuai
panas dengan suhu 80 0C selama 3 x 24 jam dan perlakuan dengan suhu ruang pemanasan ± 40oC. Setiap
menghasilkan daya kecambah 42%. 7 hari sekali biji-biji tersebut dikeluarkan dari ruangan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk pemanas dan dianginkan selama ± 3 menit guna
mengetahui proses pematahan dormansi benih kelapa penggantian udara. Ini dilakukan untuk semua perlakuan.
sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan metode skarifikasi Perendaman II
dan konsentrasi giberelin yang sesuai dan mengetahuai Prosesnya hampir sama seperti perendaman pertama,
adanya interaksi nyata dalam penggunaan metode hanya pada perendaman kedua direndam selama 3 hari
skarifikasi dan giberelin dalam membantu mematahkan pada air panas dengan suhu 80 0C dan dibiarkan dingin.
dormansi benih kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Tujuan dari perendaman ini adalah untuk meningkatkan
persentase kadar air benih menjadi 22-23% sehingga

64
KLOROFIL Vol. 4 No. 2, 2020 : 62 - 70 ISSN 2598-6015

benih telah siap untuk dikecambahkan. Setelah diambil dengan menggunakan cutter. Embrio tersebut
perendaman II, dilakukan pengeringan selama 4 jam. diletakkan di cawan petridis yang berisi aquades. Embrio
Benih terlebih dahulu direndam dalam larutan dithane yang masih viabel (hidup) akan tampak segar dan
(fungisida) dengan konsentrasi 0,2% selama 3-5 menit berwarna kehijauaan, sedangkan benih yang sudah tidak
untuk mencegah serangan cendawan. viable akan kelihatan pucat dan keputi-putihan atau
Perendaman dalam Giberelin busuk.
Sebelum dimasukkan ke dalam ruang perkecambahan, Embrio normal dihitung dengan menggunakan
biji kelapa sawit direndam dalam Giberelin sesuai dengan persamaan :
perlakuan selama 1 hari. Setelah direndam dengan GA3, ∑ Embrio Normal
EN = x 100%
benih lalu disiapkan untuk proses pengecambahan. ∑ benih yang dikecambahkan
Pengecambahan
Biji-biji tersebut dimasukkan ke dalam kantung polietilen Intensitas Dormansi (ID)
Setelah itu dimasukkan ke ruang perkecambahan dengan Intensitas dormansi adalah persentase benih yang tidak
suhu ± 27- 300C Setelah 2 hari dimasukkan ke dalam tumbuh sampai akhir pengamatan. Benih yang terserang
ruang perkecambahan, dilakukan penyemprotan pada cendawan sebelum akhir pengamatan dan belum
benih menggunakan larutan Dithane 0,2% untuk berkecambah (dorman) termasuk ke dalam perhitungan
mencegah serangan cendawan serta menjaga intensitas dormansi, sedangkan benih yang sudah
kelembaban benih untuk merangsang pertumbuhan berkecambah. Persamaan ditunjukkan dengan rumus :
kecambah. Pengamatan disesuaikan dengan model ∑ benih yang tidak tumbuh
ID = x 100%
∑ benih yang dikecambahkan
pengamatan yaitu pengamatan pertama dilakukan 2
minggu setelah pengecambahan, lalu dilakukan setiap
minggu hingga 6 kali pengamatan.
Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
Potensi tumbuh maksimum benih merupakan
Parameter yang diamati adalah : keserempakan
persentase benih yang berkecambah (normal dan
tumbuh (persentase perkecambahan saat First Day Count
abnormal) sampai akhir pengamatan terhadap jumlah
yaitu 14 hari), daya berkecambah, Indeks dormansi.
keseluruhan benih yang dikecambahkan. Potensi
Daya Berkecambah (%)
tumbuh maksimum digunakan untuk mengidentifikasi
Daya berkecambah diukur dengan menghitung
viabilitas total dari benih kelapa sawit yang di uji.
persentase kecambah normal pada pengamatan pertama
dan kedua. Perhitungan kecambah normal yaitu hari ke- PTM

35 dan hari ke 42. Pengamatan yang dilakukan meliputi Jumlah benih yang berkecambah
= x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
kecambah normal, kecambah abnormal dan benih
Analisis Data
dorman.
Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis
∑ KN hit. 1 + ∑ KN hit. 2
DB = x 100% SPSS Versi 21 . Bila hasil uji F berpengaruh nyata maka
∑ benih yang dikecambahkan
Keterangan : KN = Kecambah Normal dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test)
pada taraf 5%.

Embrio Normal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peubah embrio normal dihitung berdasarkan persentase
Kondisi Umum Penelitian
embrio viabel dari benih
Metode penelitian mengacu pada metode penelitian
yang masih dorman hingga akhir inkubasi (42 hari).
Aminarni (2015) dengan penggunaan air panas 800C
Benih yang dorman dibelah kemudian embrionya
selama 3 x 24 jam untuk perendaman benih kelapa sawit.

65
KLOROFIL Vol. 4 No. 2, 2020 : 62 - 70 ISSN 2598-6015

Benih kelapa sawit direndam dalam suhu 80 0C dan Tabel 1. Persentase Daya Kecambah Benih Kelapa Sawit
dibiarkan dingin selama 24 jam, kemudian diganti
dengan air panas kembali hingga 3 x 24 jam. Setelah Persentase Daya Rata
perendaman dengan air panas, benih direndam dengan Bagian Kecambah (%) –
dengan GA3 sesuai konsentrasi perlakuan (0 ppm, 200 G0 G1 G2 G3 Rata
ppm, 300 ppm dan 400 ppm). Kecambah diseleksi 20 40 40 90 47.50
berdasarkan standar kecambah normal PPKS (Lubis A 20 50 40 40 37.50
dalam Hadi, 2017) yaitu : 0 0 40 40 20.00
1. Kecambah tumbuh sempurna dan secara jelas dapat 0 20 60 50 32.50
dibedakan antara radikula dan plumula M 0 0 40 50 22.50
2. Plumula dan radikula tumbuh berlawanan arah 20 20 0 20 15.00
3. Panjang antara plumula dengan radikula 0,5 – 2 cm 0 20 0 40 15.00
4. Kecambah segar, tidak patah atau cacat dan tidak B 0 20 20 20 15.00
terserang cendawan
0 20 40 20 20.00
Gambar 1. Biji Kelapa Sawit Yang Berkecambah Dan
Rata – Rata 6.67 16.67 24.44 36.67
Terserang Cendawan
Skarifikasi bertujuan untuk menipiskan benih kelapa
sawit sehingga benih kelapa sawit lebih permeabel
terhadap air dan gas dibandingkan tanpa proses
skarifikasi, dengan permeabelnya kulit benih kelapa sawit
maka air akan lebih mudah masuk untuk berimbibisi dan
lebih mudah untuk melakukan metabolisme sehingga
benih lebih cepat berkecambah (Kartika, 2015). Menurut
Keterangan : A. Kecambah Normal, B. Biji yang
Marsiwi (2012) air panas dapat mematahkan dormansi
terserang cendawan, C. Biji Double Tone
fisik pada legumonoseae melalui tegangan yang
DAYA BERKECAMBAH
menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereid atau merusak
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukan bahwa
tutup strophiolar. Metode ini efektif apabila benih
posisi benih pada tandan dan konsentrasi giberelin yang
direndam dalam air panas bukan dimasak dengan air
diberikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
panas. Pencelupan sesaat juga baik dilakukan untuk
daya berkecambah (DB) dimana pada perlakuan G3
mencegah kerusakan embrio. Cara yang umum dilakukan
menunjukan persentase benih berkecambah 36,67% dan
yaitu dengan menuangkan benih ke dalam air yang
kontrol 6,67% dapat dilihat dari tabel 1, hal ini dapat
mendidih dan membiarkannya untuk dingin dan
dipengaruhi dengan adanya perlakuan skarifikasi yang
menyerap air selama 12 – 24 jam.
sebelumnya dilakukan terhadap benih.
Tabel 2. Pengaruh Giberelin Terhadap Daya Kecambah

66
KLOROFIL Vol. 4 No. 2, 2020 : 62 - 70 ISSN 2598-6015

Ket : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama pada Tabel 3. Persentase Embrio Normal Kelapa Sawit
kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda Persentase Embrio Normal Rata
nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 1% dan angka Bagian (%) –
– angka yang sama pada baris yang sama menunjukkan G0 G1 G2 G3 Rata
hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 60 30 30 20 35
pada taraf 5% A 30 20 30 10 22.5
Daya kecambah menunjukkan kemampuan benih 30 30 30 10 25
untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman 30 20 10 20 20
normal. Peningkatan konsentrasi giberelin dapat M 50 20 20 20 27.5
meningkatkan daya berkecambah benih. Hal ini 70 30 10 20 32.5
dikarenakan pemberian giberelin eksogen dapat 50 20 10 30 27.5
membantu giberelin endogen sehingga mengaktifkan
B 40 10 10 20 20
enzimatik dalam biji sehingga perkecambahan terjadi
40 10 10 20 20
lebih cepat (Ali dan Rostiwati, 2011). Selama proses
Rata – Rata 44.44 21.11 17.78 18.89
perkecambahan benih, embrio sedang berkembang
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat rata – rata
melepaskan giberelin ke lapisan aleuron. Giberelin
persentase embrio normal yang masih belum
tersebut menyebabkan terjadinya transkripsi beberapa
berkecambah terdapat pada kontrol (G 0) hal ini
gen penanda enzim – enzim hidrolitik diantaranya α –
dikarenakan hormon giberelin berpengaruh terhadap
amilase, kemudian enzim tersebut masuk ke dalam
proses perkecambahan benih. Hormon giberelin ini
endosperma dan menghidrolisis pati dan protein sebagai
berperan sebagai katalisator dalam perubahan pati
sumber makanan bagi perkembangan embrio (Aminarni,
menjadi glukosa yang oleh benih digunakan untuk
2015).
pertumbuhan dan perkembangan embrio menjadi
EMBRIO NORMAL
kecambah (Krisnamoorthy dalam Supardi, 2016).
Embrio yang normal menunjukkan kemampuan benih
Tabel 4. Pengaruh Giberelin Terhadap Embrio Normal
untuk berkecambah masih ada meskipun perlu waktu
Posisi Konsentrasi Giberelin
yang lama untuk perkembangannya. Embrio normal Rata
Benih G0 (0 G1 (200 G2 G3
dapat dilihat dari warna embrio yang masih segar dan -
ppm) ppm) (300 (400
untuk embrio yang tidak normal akan kelihatan pucat rata
ppm) ppm)
atau busuk. Berdasarkan hasil dapat dilihat dari tabel 3
A 40c 26,66abc 30bcd 13,33ab 27,5a
yang menunjukkan persentase embrio normal di akhir
M 43,33de 23,33ab 13,33ab 20ab 26,6a
penelitian.
B 43,33de 13,33ab 10a 23,33ab 22,5a
Rerata 44,44b 21,11a 17,77a 18,88a
Ket : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama pada
kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 1% dan angka
– angka yang sama pada baris yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
pada taraf 5%

67
KLOROFIL Vol. 4 No. 2, 2020 : 62 - 70 ISSN 2598-6015

Embrio yang normal menunjukkan kemampuan Tabel 5. Persentase Intensitas Dormansi Benih Kelapa
kemampuan benih untuk berkecambah masih ada Sawit
meskipun perlu waktu yang lama untuk Persentase Intensitas Rata
perkecambahannya. Karena benih viabel dan non Bagian Dormansi (%) –
G0 G1 G2 G3 Rata
dorman akan berkecambah sempurna. Benih yang viabel
90 80 80 60 77.5
dapat dapat diidentifikasi dari pertumbuhan organ
A 90 80 80 80 82.5
seminalnya, bahkan bisa diketahui pada saat munculnya
100 100 80 80 90
radikula dari testa benih tanpa perlu mengetahui
100 90 70 80 85
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. M 100 100 80 80 90
90 90 100 90 92.5
100 90 100 80 92.5
B 100 90 90 90 92.5
100 90 80 90 90
Rata – Rata 96.67 90.00 84.44 81.11
Perkecambahan benih kelapa sawit secara

Keterangan : A. Kecambah Median Dengan Konsentrasi konvensional dilakukan dengan perlakuan awal

Giberelin 400 ppm, B. Kecambah Dari Apikal Dengan pemanasan benih pada suhu 39 – 400C selama 60 hari.

Konsentrasi 400 ppm, C. Biji Kelapa Sawit Kontrol Metode pemanasan selama 60 hari dapat meningkatkan
perkecambahan benih kelapa sawit (Martine dalam

INTENSITAS DORMANSI Aminarni,2015). Pematahan dormansi benih kelapa

Intensitas dormansi (ID) digunakan sebagai tolok ukur sawit dengan pemanasan merupakan metode yang

viabilitas dormansi benih. ID benih adalah persentase umum digunakan oleh produsen dikarenakan metode ini

benih yang tidak tumbuh sampai akhir pengamatan. dapat menigkatkan daya berkecambah kelapa sawit

Semakin kecil nilai ID, maka semakin baik karena hingga 80%. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tabel

semakin tinggi nilai perkecambahan benih. Berdasarkan 6, menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi dan

hasil yang ditampilkan pada tabel 5. Persentase terkecil giberelin memberikan pengaruh nyata terhadap

pada intensitas dormansi terdapat pada G3 yaitu 81,11% intensitas dormansi kelapa sawit.

dan pada bagian apikal 77,5%. Hasil ini menunjukkan Tabel 6. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Giberelin

bahwa perlakuan skarifikasi dan giberelin yang Terhadap Intensitas Dormansi Benih Kelapa Sawit

sebelumnya juga diberikan perendaman dalam air panas


efektif untuk pematahan dormansi benih kelapa sawit.

Ket : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama pada


kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 1% dan angka
– angka yang sama pada baris yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
pada taraf 5%

68
KLOROFIL Vol. 4 No. 2, 2020 : 62 - 70 ISSN 2598-6015

Perkecambahan benih dimuli dari proses penyerapan Keadaan benih juga mempengaruhi potensi tumbuh
air oleh benih diikuti melunaknya kulit benih dan hidrasi maksimum, dimana jumlah kecambah yang tumbuh
dari protoplasma. Setelah biji menyerap air, maka biji masih dapat dikategorikan dalam jumlah yang kecil, hal
akan menghasilkan hormon tumbuh asam giberelin yang ini juga dapat disebabkan karena ada beberapa benih
berfungsi untuk menstimulir kegiatan enzim – enzim di yang bagian inti (kernel) sudah tidak menempel dengan
dalam biji. Menurut raharjo (2012) dalam Harahap bagian dalam cangkang benih. Berdasarkan tabel 8,
(2018) perendaman menggunakan air bersuhu tinggi menunjukkan hasil bahwa konsentrasi giberelin tidak
teruji efektif menghilangkan bahan – bahan penghambat berpengaruh nyata terhadap potensi tumbuh maksimum.
perkecambahan dan memicu pembentukan hormon Tabel 8. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi
pertumbuhan sehingga biji dapat berkecambah, asam Giberelin Terhadap Potensi Tumbuh Maksimum
giberelin adalah kelompok hormon tanaman yang ada Posisi Konsentrasi Giberelin
secara alami. Hormon ini berperan dalam proses awal Benih G0 (0 G1 (200 G2 (300 G3 (400
perkecambahan melalui aktivitas produksi enzim dan ppm) ppm) ppm) ppm) Rata - rata
pengangkutan cadangan makanan. A 6,67abc 20cdef 26,67def 33,33f 21,67b
M 3,33ab 6,67abc 20cdef 30ef 15a
POTENSI TUMBUH MAKSIMUM B 0,0a 13,3abcd 10abc 16,67bcde 10a

Potensi tumbuh maksimum (PTM) merupakan tolok Rerata 3,33a 13,33b 18,89b 26,67c

ukur untuk melihat viabilitas total benih kelapa sawit. Ket : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama pada
Semua benih yang berkecambah baik kecambah normal kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
maupun abnormal dihitung sebagai potensi tumbuh nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 1% dan angka
maksimum. Berdasarkan hasil yang diperoleh rata – rata – angka yang sama pada baris yang sama menunjukkan
PTM terdapat pada konsentrasi giberelin 400 ppm hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
sebesar 26,67% dan terdapat pada bagian apikal. pada taraf 5%
Tabel 7. Persentase Potensi Tumbuh Maksimum Benih
Kelapa Sawit KESIMPULAN
Persentase PTM (%) Rata 1. Metode pematahan dormansi benih dengan
Bagian – skrafiksai dan perendaman dalam giberelin
G0 G1 G2 G3
Rata
memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya
10 20 30 40 25
berkecambah, embrio normal dan intensitas
A 10 30 20 30 22.5
dormansi namun tidak berpengaruh nyata terhadap
0 10 30 30 17.5
potensi tumbuh maksimum. Pertumbuhan terbaik
0 10 30 40 20
M 0 0 20 30 12.5 benih berasal bagian apikal dari tandan kelapa

10 10 10 20 12.5 sawit.
0 10 0 20 7.5 2. Skarifikasi bertujuan untuk menipiskan benih
B 0 20 10 20 12.5 kelapa sawit sehingga benih kelapa sawit lebih
0 10 20 10 10 permeabel terhadap air dan gas dibandingkan tanpa
Rata – Rata 3.33 13.33 18.89 26.67 proses skarifikasi, dengan permeabelnya kulit benih
kelapa sawit maka air akan lebih mudah masuk
Menurut sari (2016) giberelin menggiatkan enzim
untuk berimbibisi dan lebih mudah untuk
hidrolitik dalam perombakan cadangan makanan dalam
melakukan metabolisme sehingga benih lebih cepat
benih menyerap air. Giberelin membantu mempercepat
berkecambah
hidrolisis amilase menjadi gula maltosa dan glukosa.

69
KLOROFIL Vol. 4 No. 2, 2020 : 62 - 70 ISSN 2598-6015

3. Peningkatan konsentrasi giberelin dapat Silomba SDA. 2006. Pengaruh Lama Perendaman dan
Pemanasan Terhadap Viabilitas Benih Kelapa Sawit
meningkatkan daya berkecambah benih. Hal ini
(Elaeis guineensis Jaqc.) [skripsi]. Bogor: Fakultas
dikarenakan pemberian giberelin eksogen dapat Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
membantu giberelin endogen sehingga
Supardi, dkk. 2016. Pengaruh Lama Perendaman Dan
mengaktifkan enzimatik dalam biji sehingga Konsentrasi Giberelin (GA3) Terhadap Viabilitas
Benih Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Agrotekbis
perkecambahan terjadi lebih cepat
2 (3) : 425 – 431

Sari, D.I. 2016. Perlakuan Pemecahan Dormansi Benih


DAFTAR PUSTAKA
pada Perkecambahan Kopi. BBPPTP. Surabaya

Feurtado, J.A, and A.R. Kermode. 2007. A merging of


paths: absisic acid and hormonal cross-talk in the
control of seed dormancy maintenance and
alleviation. In: Bradford, K and H. Nonogaki (eds).
Seed development dormancy and germination. Blackwell,
Oxford, U.K.

Hadi, P. Dkk. 2017. Aplikasi Enzim Ligninase dan


Selulase Untuk Meningkatkan Perkecambahan Benih
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat
Penelitian kelapa Sawit, Pematang Siantar, Sumatera
Utara

Julyan, A. Q. Supijatno. 2017. Pengolahan Tandan


Benih Kelapa Sawit (Elaeis guiinensis Jacq) di Pusat
Penelitian KelapA Sawit Marihat, Sumatera Utara.
Vol.8 No. 2, hal 48- 55

Kartika, Dkk. 2015. Pematahan Dormansi Benih Kelapa


Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menggunakan KNO3
Dan Skarifikasi. Enviagro, Jurnal Pertanian dan
Lingkungan, Vol. 8 No.2

Lubis A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di


Indonesia. Edisi 2. Medan. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit.

Marsiwi, T. 2012. Beberapa Cara Perlakuan Benih Aren


(Arenga pinnata Merr.) Untuk Mematahkan
Dormansi. Laporan Seminar Umum, UGM,
Yogyakarta.

Nuraini,I. Cucu, Suherman. 2016. Pemecahan Dormansi


Benih Kelapa Sawit Dengan Metode Dry Heat
Treatment Dan Pemberian Giberelin. Agrin Vol. 20,
No. 2, Oktober 2016.

Rawi DFA, Hariyadi P, Budijanto S. 2004. Kajian


Hidrolisis Enzimatis MinyakSawit Secara In Situ.
Forum pascasarjana 27:2..

Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budidaya,


Panen dan Pengolahan. Yogyakarta: Kanisius.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan,


Biokimia Tumbuhan. Jilid 2. Penerjemah: Lukman,
D.R. dan Sumaryono. ITB, Bandung..

70

You might also like