Professional Documents
Culture Documents
Bahan 1
Bahan 1
Abstract
Abstrak
Pengukuran keterampilan proses peserta didik pada matapelajaran IPA oleh
guru dapat diterapkan melalui proses penilaian autentik. Metode penilaian ini
sesuai dengan yang diamanatkan pada kurikulum 2013. Permasalahan terkait
implementasi penilaian autentik oleh guru IPA Biologi di Kabupaten Bogor
adalah guru kurang terampil dalam menerapkan penilaian autentik pada proses
pembelajaran. Kegiatan pengabdian ini bertujuan supaya guru tidak hanya
memahami tetapi juga terampil dalam menerapkan penilaian auntentik dengan
61
Rizhal Hendi Ristanto, Refirman Djamahar
baik. Sasaran kegiatan pengabdian ini adalah guru IPA yang tergabung pada
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di Kabupaten Bogor. Guru yang
dilibatkan pada kegiatan ini berjumlah 40 orang yang terdiri dari berbagai
Sekolah yang terdapat di Kabupaten Bogor. Kegiatan dilaksanakan di SMPN 1
Cibinong, Kabupaten Bogor pada Bulan Agustus 2018. Instrumen pelaksanaan
pengabdian kepada masyarakat mencakup instrumen tes dan angket.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini meliputi beberapa tahapan yaitu 1) pre test
dan observasi, 2) Sosialisasi tentang pengertian, bentuk dan contoh penilaian
autentik, 3) praktik mengembangkan dan menyusun penilaian autentik, 4)
presentasi hasil, dan 5) postes. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan skor nilai pemahaman konsep penilaian autentik guru pada pretes dan
postes. Skor rata-rata pretes adalah tergolong sangat rendah yaitu 20,06 dan skor
rerata postes adalah 68,75 pada kategori cukup. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa penyapaian informasi terhadap penilaian autentik dapat diterima baik
oleh guru Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA Kabupaten Bogor.
Kata kunci: Bogor, guru, ipa, penilaian autentik.
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Hal ini dapat diartikan sebagai
suatu proses pendidikan yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran. Penerapan pendidikan yang baik akan mengutamakan
keterampilan pada proses belajar peserta didik (Arif, 2014). Pengukuran keterampilan
proses peserta didik oleh guru dapat diterapkan melalui proses penilaian autentik.
Penilaian autentik dapat diartikan sebagai suatu penilaian yang memadukan
antara kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar (Arif, 2014; Kunandar, 2014).
Keterpaduan ketiga komponen sehingga dapat menggambarkan kapasitas, gaya, dan
perolehan belajar peserta didik atau bahkan mampu menghasilkan dampak
instruksional dan dampak pengiring dari kegiatan pembelajaran. Hasil penilaian
autentik dapat dijadikan dasar oleh guru untuk merencanakan program kegiatan
lanjutan seperti perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Bentuk penerapan penilaian autentik juga dapat digunakan sebagai bahan
untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan standar penilaian pendidikan
(Larkin, 2014; Ngadip, 2010; Swacker, 2003).
Kegiatan peningkatan kompetensi guru setalah implementasi kurikulum 2013
terkait pedagogik telah banyak dilakkan (Amin, Bain, & Suryadi, 2016; Nurjananto &
Kusumo, 2015; Safitri & Oktavia, 2017). Salah satu keterampilan guru untuk
menerapkan kurikulum adalah penilaian autentik (Djamahar, Ristanto, Sartono, Ichsan,
& Muhlisin, 2018; Safitri & Oktavia, 2017; Wangid, Mustadi, Senen, & Herianingtyas,
2018). Penilaian autentik merupakan suatu metode penilaian yang dilakukan kepada
guru yang mencakup pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Astriyandi,
62
BAKTIMAS Vol. 1, No. 1, Juni 2019 eISSN 2685-113x
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat pISSN 2685-0303
Chotimah, & Faisal, 2016; Siswanto, Saptaningrum, Saefan, Patonah, & Nuvitalia,
2015). Hasil studi menunjukkan bahwa guru masih kesulitan dalam menerapkan
penilaian autentik dengan tepat (Astriyandi et al., 2016; Sridharan & Mustard, 2016).
Kegiatan evaluasi dalam proses pembelajaran biologi kepada peserta didik
merupakan suatu kewajiban oleh guru. (Astriyandi et al., 2016). Kegiatan menilai
peserta didik selama proses belajar biologi meliputi proses dan hasil belajar dengan
menerapkan prinsip ketuntasan belajar secara berkesinambungan (Frey, Schmitt, &
Allen, 2012). Berdasrkan jenisnya, evaluasi hasil belajar pada satuan pendidikan
mencakup penilaian kelas, ujian akhir, test kemampuan dasar dan penilaian mutu
(Afrianto, 2019; Delita, 2018). Evaluasi proses pembelajaran biologi kepada peserta
didik dapat dilakukan secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk
mencapai standar kompetensi tertentu. (Komalasari, 2011; Wangid et al., 2018)
Implementasi kurikulum 2013 menemukan berbagai kendala (Delita, 2018;
Hobma, Ram, Muijtjens, Grol, & Van Der Vleuten, 2004; Ngadip, 2010; Safitri &
Oktavia, 2017). Kendala tersebut meliputi teknik evaluasi yang dilakukan oleh guru
harus bersifat nyata dan autentik, kesulitan penerapan scientific approach pada proses
pembelajaran dan kesulitan mengembangkan proses pembelajaran yang dapat
membuat siswa aktif (Djamahar et al., 2018; Zuriyani, 2010). Penilaian autentik
penting diterapkan pada proses pembelajaran biologi agar peserta didik dapat
dibimbing untuk tidak hanya memiliki kemampuan pada bidang pengetahuan saja,
tetapi juga sikap dan keterampilan (Satrianawati, 2014). Tuntutan pada kurikulum 2013
salah satunya adalah penilaian autentik (Kusmana, 2017; Lestari, Mertha, & Kusmiyati,
2019). Setelah diberlakukan kurikulum 2013 maka penilaian autentik dianggap sebagai
penilaian yang tepat dalam menilai hasil belajar peserta didik (Kuntari, 2013). Hal
tersebut sesuai dengan Permendikbud No. 104 tahun 2014 pasal 2 ayat 2 yang
menyebutkan bahwa penilaian autentik merupakan pendekatan utama dalam penilaian
hasil belajar peserta didik oleh pendidik.
Penilaian autentik difenisikan sebagai suatu proses pengumpulan informasi
yang dilakukan oleh guru untuk memantau perkembangan dan pencapaian
pembelajaran peserta didik(Jerez, Baloian, & Zurita, 2017; Plake & Impara, 1996).
Kegiatan tersebut dilakukan melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan,
membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-
benar dikuasai dan dicapai (Nurjananto & Kusumo, 2015). Penilaian autentik tidak
hanya menekankan aspek kognitif saja, melainkan juga aspek afektif dan psikomotor
(Afrianto, 2019; Djamahar et al., 2018). Permasalahan terkait implementasi penilaian
autentik oleh guru IPA Biologi di Kabupaten Bogor adalah guru IPA masih kurang
terampil dalam menerapkan penilaian autentik pada proses pembelajaran (Amin et al.,
2016; Astriyandi et al., 2016; Satrianawati, 2014). Minimnya pemahaman guru IPA
Biologi dalam terhadap bentuk penilaian autentik (Lestari et al., 2019; Siswanto et al.,
2015). Hasil observasi menyebutkan bahwa guru masih kesulitan dalam melaksanakan
penilaian autentik dengan prosedur yang benar dan lebih memilih menggunakan
evaluasi pembelajaran secara konvensional. Kondisi tersebut dikarenakan belum
intensifnya kegiatan yang mendukung guru dalam memberdayakan keterampilan
menerapkan keterampilan autentik. Oleh karena itu diperlukan adanya kegiatan diskusi
kepada guru-guru IPA Biologi di Kabupaten Bogor tentang berbagai dimensi
63
Rizhal Hendi Ristanto, Refirman Djamahar
pengetahuan dan praktik penilaian autentik. Harapannya, melalui diskusi dan pelatihan
tersebut guru IPA Biologi di Kabupaten Bogor memahami dan terampil dalam kegiatan
mengavaluasi pembelajaran IPA Biologi.
Peningkatan pemahaman dan keterampilan guru IPA Biologi di Kabupaten
Bogor tentang dimensi penilaian autentik sesuai yang diamanatkan pada kurikulum
2013 perlu diberdayakan melalui kegiatan diskusi dan pelatihan. Kegiatan tersebut
bertujuan supaya guru tidak hanya memahami tetapi juga semakin terampil dalam
menerapkan penilaian auntentik dengan baik. Sehingga pencapaian belajar IPA Biologi
oleh peserta didik benar mencerminkan hasil belajarnya. Penilaian autentik diyakini
sebagai salah satu model penilaian terhadap peserta didik yang objektif, metode ini
tidak hanya sekadar simbol, angka dan huruf, melainkan dapat mendeskripsikan
kemampuan peserta didik dalam belajar IPA biologi secara nyata. Tujuan dari kegiatan
ini adalah guru IPA Biologi di Kabupaten Bogor secara umum adalah guru mampu
memahami dan terampil dalam menerapkan penilaian autentik pada mata pelajaran
IPA Biologi di kelas.
METODE
Sasaran kegiatan pengabdian ini adalah guru IPA yang tergabung pada
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di Kabupaten Bogor. Kegiatan
dialaksanakan di SMPN 1 Cibinong, Kabupaten Bogor pada Bulan Agustus 2018. Guru
yang dilibatkan pada kegiatan ini berjumlah 40 orang yang terdiri dari berbagai
Sekolah yang terdapat di Kabupaten Bogor. Terlaksananya kegiatan ini dengan
memperhatikan beberapa hal berikut: 1) pemateri dipersyaratkan memiliki kompetensi
teoritis dan praktis yang memadai dalam hal penilaian autentik, serta mampu
mengimplementasikan pada proses pembalajaran, 2) persiapan pelaksanaan kegiatan
PKM dilakukan secara menyeluruh, terutama yang berkaitan dengan materi kegiatan
yang berupa: materi dan makalah tentang penilaian autentik; bentuk penilaian yang
sesuai dan dengan penilaian autentik; media pembelajaran yang komunikatif dan
menarik bagi peserta; materi kegiatan secara lengkap harus sudah diberikan kepada
peserta kegiatan diawal sebelum kegiatan pengenalaan dan bimbingan teknis penilaian
autentk dilaksanakan.
Instrumen pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat mencakup instrumen tes
dan angket. Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini meliputi beberapa tahapan yaitu 1)
pre test dan observasi, 2) Sosialisasi tentang pengertian, bentuk dan contoh penilaian
autentik, 3) praktik mengembangkan dan menyusun penilaian autentik, 4) presentasi
hasil, dan 5) postes.
64
BAKTIMAS Vol. 1, No. 1, Juni 2019 eISSN 2685-113x
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat pISSN 2685-0303
dengan memberikan pretes dan angket mengenai penilaian autentik kepada guru. Hasil
dari angket terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1
Rangkuman hasil angket penilaian autentik
No Pertanyaan Skor
1 Pelaporan hasil belajar IPA peserta didik saya selama ini selalu 37,5
memperhatikan proporsi yang jelas aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan
2 Penilaian prestasi belajar siswa, saya lakukan hanya melalui 75,0
ulangan harian, UTS dan UAS
3 Saya senantiasa mempersiapkan penilaian kepada peserta didik 43,8
dengan menyusun kisi-kisi dan rubrik penilaian
4 Saya mengetahui prosedur dan berbagai macam penilaian autentik 50,0
5 Saya sudah terbiasa menerapkan penilaian autentik kepada siswa 45,0
6 Saya memiliki pemahaman yang baik dalam mengevaluasi dan 52,5
menilai hasi belajar peserta didik
7 Penilaian autentik perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA 87,5
8 Selama ini saya telah menerapkan penilaian autentik, hal tersebut 65,0
memberatkan guru
9 Penilaian autentik memberikan keadilan kepada peserta didik 62,5
10 Saya memahami pentingnya penilaian autentik pada pembelajaran 75,0
IPA, tetapi saya tidak melaksanakan metode tersebut
Berdasarkan hasil angket awal kepada guru IPA MGMP di Kabupaten Bogor
dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu 1) guru telah memahami pentingnya penilaian
autentik dalam proses pembelajaran IPA, namun dominan guru tidak melaksanakan
metode tersebut. 2) beberapa alasan guru tidak menerapkan penilaian autentik karena
dianggap memberatkan. 3) guru merasa keberatan menerapkan pembelajaran autentik
diasumsikan karena belum memahami prosedur penilaian autentik. 4) Guru IPA di
Kabupaten Bogor belum terbiasa menerapkan penilaian autentik. Data skor pemahaman
awal terkait konsep penilaian autentik terhadap guru di MGMP IPA di Kabupaten
terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2
Data skor pretes dan postes pemahaman konsep penilaian autentik
Skor Pretes Postes
Nilai min 5,00 45,00
Nilai max 55,00 90,00
Rerata 20,06 68,75
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa terjadi perbedaan skor nilai pemahaman
konsep penilaian autentik guru pada pretes dan postes. Skor rata-rata pretes adalah
tergolong sangat rendah yaitu 20,06 dan skor rerata postes adalah 68,75 pada kategori
cukup. Hal ini dapaat disimpulkan bahwa penyapaian informasi terhadap penilaian
autentik dapat diterima baik oleh guru MGMP IPA Kabupaten Bogor.
65
Rizhal Hendi Ristanto, Refirman Djamahar
PEMBAHASAN
Pengabdian masyarakat merupakan suatu kegiatan bagian dari tri dharma
perguruan tinggi. Kegiatan pengadian bertujuan untuk membantu masyarakat tertentu
berupa tindakan nyata untuk membantu menyelesaikan masalah khususnya dalam
mengembangkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia tanpa mengharapkan
imbalan dalam bentuk apapun. Pengabdian kepada masyarakat merupakan pelaksanaan
pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya langsung pada masyarakat
secara kelembagaan melalui metodologi ilmiah sebagai penyebaran Tri Dharma
Perguruan Tinggi serta tanggung jawab yang luhur dalam usaha mengembangkan
kemampuan masyarakat, sehingga dapat mempercepat laju pertumbuhan tercapainya
tujuan pembangunan nasional.
Salah satu upaya dalam mencapai tujuan tersebut dilaksanakan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat dengan tujuan peningkatan kompetensi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran IPA di kelas. Kegiatan ini diterapkan penilaian
autentik proses belajar siswa kepada guru IPA biologi di Kabupaten Bogor. Kegiatan
ini memiliki tujun agar guru dapat melakukan pencanaan penilaian peserta didik sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, dapat
melaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif,
efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan sekaligus dapat melaksanakan
laporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.
Penilaian pembelajaran seharusnya dilakukan secara komprehensif, mencakup
semua ranah baik pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), maupun sikap
(attitude). Penilaian juga seharusnya menekankan pada proses dan hasil pembelajaran.
Instrumen yang dapat digunakan dalam penilaian dapat berupa tes dan non tes.
(Ermawati & Hidayat, 2017). Pada pelaksanaan kegiatan pengabdian, guru MGMP IPA
dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman bahwa dalam proses pembelajaran IPA
di SMP hendaknya guru tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi juga
afektif. Selain itu juga diberikan contoh mengenai pelaksanaan penilaian autentik pada
pembelajaran IPA.
Proses penilaian dalam pembelajaran diperlukan sebagai satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan pada kurikulum dan pembelajaran (Hyde, 2013). Implikasi
pernyataan tersebut disesuaikan dengan kurikulum 2013, yaitu keberhasilan belajar
peserta didik dalam mencapai standar kompetensi harus memuat aspek sikap,
keterampilan dan pengetahuan (Ani, 2013). Pada setiap mata pelajaran, sebaiknya
penilaian tidak hanya mengacu pada aspek pengetahuannya saja, tetapi juga
keterampilan dan sikap. Oleh karena itu, penilaian autentik sangat penting diterapkan
pada proses pembelajaran agar peserta didik dapat dibimbing untuk tidak hanya
memiliki kemampuan di bidang pengetahuan saja, tetapi juga sikap.
Penilaian autentik diperlukan sebagai alat untuk mengukur kemampuan dalam
tugas yang mewakili masalah dunia nyata (Frey & Schmitt, 2007). Menurut
Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 menyebutkan bahwa penilaian autentik adalah
penilaian yang komprehensif dan menyeluruh. sedangkan autentik menurut Frey, et al.,
(2012) sering digunakan sebagai tugas cerminan dari kenyataan pengetahuan yang
dimiliki oleh peserta didik.
66
BAKTIMAS Vol. 1, No. 1, Juni 2019 eISSN 2685-113x
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat pISSN 2685-0303
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan data hasil pre tes dan postes pada pelaksanaan kegiatan dan
analisis proses maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian masyarakat ini
terbukti berhasil meningkatkan pengetahuan guru IPA Biologi Kabupaten Bogor.
Penyapaian informasi terhadap penilaian autentik dapat diterima baik oleh guru MGMP
IPA Kabupaten Bogor
Saran
Kegiatan pelaksanaan kegiatan mengenai sosialisasi tentang penilaian autentik
diharapkan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga kemajuan pencapaian
tujuan kegiatan dapat termonitor, dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan bila
terdapat hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pengenalan dan bimbinan teknis
penilaian autentik.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kegiatan Kepada Masyarakat ini terlaksana berkat bantuan dana dari BLU
FMIPA Universitas Negeri Jakarta sesuai dengan surat perjanjian no. 41/spk
pengabdian masyarakat/5.fmipa/2018 dan bantuan dari MGMP IPA Kabupaten Bogor,
SMP Negeri 1 Cibinong dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bogor.
67
Rizhal Hendi Ristanto, Refirman Djamahar
DAFTAR PUSTAKA
68
BAKTIMAS Vol. 1, No. 1, Juni 2019 eISSN 2685-113x
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat pISSN 2685-0303
69