You are on page 1of 11

HAK PATEN DAN CARA MENDAPATKAN

Oleh :

NAMA : FADIL SAYONTU

NIM : D10120268

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TADULAKO 2022/2023


DAFTAR ISI

SAMPUL.......................................................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................

1. 1 Latar Belakang...........................................................................................................

1. 2 Rumusan Masalah.....................................................................................................

1. 3 Tujuan.........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................

2. 1 Peraturan perundang-undangan yang mengatur Paten.........................................

2. 2 Proses Pendaftaran Paten........................................................................................

2. 3 Hak dan Kewajiban Pemegang Paten......................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................

3. 1 Kesimpulan.................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada awal abad 21, sudah banyak para ilmuwan, sastrawan dan pekerja seni lainnya yang
menemukan atau menciptakan suatu inovasi dalam bidang teknologi maupun bidang disiplin
ilmu lainnya. Saat ini, teknologi mempunyai peran yang sangat signifikan dalam kehidupan
sehari-hari. Negara yang menguasai dunia adalah negara yang menguasai teknologi. Amerika
serikat, Jerman, Perancis, Rusia dan Cina merupakan contoh negara yang sangat maju dalam
bidang teknologi sehingga mereka mampu memberi pengaruh bagi negara lain. Negara-nnegara
tersebut melindungi teknologi mereka secara ketat. Jadi jika ada seorang mahasiswa asing yang
belajar dalam bidang teknologi di negara-negara tersebut, maka dosen tidak menularkan
seluruh ilmunya kepada si mahasiswa tersebut. Karena itu, Indonesia perlu merangsang warga
negaranya untuk mengembangkan teknologi dengan mengembangkan sistem perlindungan
terhadap karya intelektual di bidang teknologi yang berupa pemberian hak paten.

Akar sejarah paten sudah cukup tua, pada awalnya memang sekedar perlindungan yang bersifat
monopolistik di Eropa dan memperoleh wujud yang jelas pada abad ke 14. Perlindungan
tersebut pada awalnya diberikan sebagai hak istimewa kepada mereka yang mendirikan usaha
industri baru dengan teknologi yang diimpor. Dengan perlindungan tersebut, pengusaha indutri
yang bersangkutan diberi hak untuk dalam jangka waktu tertentu menggunakan teknologi yang
diimpornya, hal tersebut diberi dalam bentuk Surat Paten. Tujuannya adalah memberikan
kesempatan kepada pengusaha pengimpor teknologi yang baru agar benar-benar dapat
terlebih dahulu menguasai seluk-beluk an cara penggunan teknologi yang bersangkutan.
Dengan demikian, tujuan pemberian paten tersebut pada awalnya memang bukan pemberian
perlindungan pada penemu, tetapi lebih pada rangsangan untuk pendirian industri baru dan
pengalihan teknologi.

Hak Paten yang dapat dilakukan oleh para masyarakat atau pihak-pihak yang akan
mempatenkan hasil inovasinya sebagai hak dari mereka sendiri. Pengetahuan mengenai hak
paten ini sangat penting untuk melindungi dan menjaga hasil karya mereka yang memiliki
inovasi. Menyadari pentingnya pengetahuan hak paten ini, maka disusunlah makalah mengenai
hak paten agar mampu memberikan penjelasan dan menambah wawasan kita semua. Agar kita
bisa belajar mengetahui betapa pentingnya hak paten seseorang

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Jelaskan Peraturan perundang-undangan yang mengatur Paten!


2. Bagaimana Proses Pendaftaran Paten?
3. Jelaskan Hak dan Kewajiban Pemegang Paten!

1.3 Tujuan

Tujuan pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui Peraturan perundang-undangan yang mengatur Paten.


2. Mengetaui Proses Pendaftaran Paten.
3. Mengetahui Hak dan Kewajiban Pemegang Paten.

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Peraturan perundang-undangan yang mengatur Paten


Di Indonesia pengaturan hak paten ini sebelum keluarnya UU no. 6/1989 yang telah
diperbaharui dengan UU No.13/1997 dan terakhir dengan UU No. 14 Tahun 2001 tentang hak
paten adalah berdasarkan Octroiwet 1910 sampai keluarnya pengumuman Menteri Kehakiman
tertanggal 12 Agustus 1953 No. J.S 5/41/4 tentang pendaftaran sementara oktroi dan
pengumuman Menteri Kehakiman tertanggal 29 Oktober 1953 J.G. 1/2/17 tentang permohonan
sementara oktroi dari luar negeri. Berikut adalah Undang-Undang tentang Paten, diantaranya:

1. Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten (UUP);


2. Undang-undang No.7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing the Word Trade
Organization(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia);
3. Keputusan persiden No. 16 Tahun 1997 tentang Pengesahan Paris Convention for the
protection of Industrial Property;
4. Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 1991 tentang Tata Cara Pemerintah Paten;
5. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1991 tentang Bentuk dan Isi Surat Paten;
6. Keputusan Menkeh No. M.01-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Paten Sederhana;
7. Keputusan Menkeh No. M.02-HC.01.10 Tahun 1991 tentang Penyelenggaraan
pengumuman paten;
8. Keputusan Menkeh No. N.04-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Persyaratan, Jangka Waktu,
dan Tata Cara Pembayaran Biaya Paten;
9. Keputusan Menkeh No.M.06.- HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Pengajuan
Permintaan Paten;
10. Keputusan Menkeh No. M.07-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Bentuk dan Syarat-syarat
Permintaan Pemeriksaan Substantif Paten;
11. Keputusan Menkeh No. M.08-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pencatatan dan Permintaan
Salinan Dokumen Paten;
12. Keputusan Menkeh No. M.04-PR.07.10 Tahun 1996 tentang Sekretariat Komisi Banding
Paten;
13. Keputusan Menkeh No. M.01-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Tata Cara Pengajuan
Permintaan Banding Paten.
2. 2 Proses Pendaftaran Paten

Proses pendaftaran paten ini dimulai dengan mengajukan permohonan paten. Pasal 20
Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 menyatakan bahwa paten diberikan atas dasar
permohonan dan Pasal 21 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 menyatakan bahwa
setiap permohonan hanya dapat diajukan untuk satu Invensi atau beberapa Invensi yang
merupakan satu kesatuan Invensi.Dari ketentuan Pasal 20 dan 21 Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2001 ini, jelas ditentukan bahwa pemberian paten didasarkan pada permohonan yang
diajukan oleh Inventor atau kuasanya. Artinya, tanpa adanya permohonan seseorang paten
tidak akan diberikan. Permohonan paten dimaksud hanya dapat diajukan baik untuk satu
Invensi atau beberapa Invensi yang merupakan satu kesatuan dan saling berkaitan erat.

Pada dasarnya, permohonan paten harus diajukan oleh Inventor dan disertai dengan
membayar biaya permohonan kepada Direktorat Jenderal HaKI. Dalam hal permohonan tidak
diajukan oleh Inventor atau diajukan oleh pemohon yang bukan Inventor, menurut Pasal 23
Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 permohonan tersebut harus disertai pernyataan
yang dilengkapi bukti yang cukup bahwa ia berhak atas Invensi yang bersangkutan dan Inventor
dapat meneliti surat permohonan dimaksud dan atas biayanya sendiri dapat meminta salinan
dokumen permohonan tersebut.

Ada dua sistem pendaftaran paten yang dikenal di dunia, yaitu : sistem registrasi dan sistem
ujian. Menurut sistem registrasi setiap permohonan pendaftaran paten diberi paten oleh kantor
paten secara otomis. Spesifikasi dari permohonan tersebut hanya memuat uraian dan monopoli
yang diminta dan tidak diberi penjelasan secara rinci. Karenanya batas-batas monopoli tidak
dapat diketahui sampai pada saat timbul sengketa yang dikemukakan di sidang pengadilan yang
untuk pertama kali akan menetapkan luasnya monopoli yang diperbolehkan.

Pada awalnya, sistem pendaftaran paten yang banyak dipakai adalah sistem registrasi. Namun
karena jumlah permohonan makin lama semakin bertambah, beberapa sistem registrasi lambat
laun diubah menjadi sistem ujian dengan pertimbangan bahwa paten seharusnya lebih jelas
menyatakan monopoli yang dituntut dan selayaknya sejauh mungkin monopoli-monopoli yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan tidak akan diberi paten. Sebuah syarat telah ditetapkan
bahwa semua spesifikasi paten harus meliputi klaim-klaim yang dengan jelas menerangkan
monopoli yang akan dipertahankan sehingga pihak lain secara mudah dapat mengetahui yang
mana yang dilarang oleh monopoli dan yang mana yang tidak dilarang.

Dengan sistem ujian, seluruh instansi terkait diwajibkan untuk menguji setiap permohonan
pendaftaran dan bila perlu mendesak pemohon agar mengadakan perubahan (amandement)
sebelum hak atas paten tersebut diberikan. Pada umumnya ada tiga unsur (kriteria) pokok yang
diuji :

a. Invensi harus memenuhi syarat-syarat untuk diberi hak atas paten menurut Undang-
Undang Paten. Sedangkan syarat untuk mendapatkan hak paten yaitu:
 Penemuan tersebut merupakan penemuan baru.Penemuan tersebut diproduksi
dalam s
 kala massal atau industrial. Suatu penemuan teknologi, secanggih apapun, tetapi
tidak dapat diproduksi dalam skala industri (karena harganya sangat mahal / tidak
ekonomis), maka tidak berhak atas paten.
 Penemuan tersebut merupakan penemuan yang tidak terduga sebelumnya (non
obvious). Jadi bila sekedar menggabungkan dua benda tidak dapat dipatenkan.
Misalnya pensil + penghapus menjadi pensil dengan penghapus diatasnya. Hal ini
tidak bisa dipatenkan.

b. Invensi baru harus mengandung sifat kebaruan.

c. Invensi harus mengandung unsur menemukan sesuatu yang bersifat kemajuan


(invention step) dari apa yang telah diketahui.

Di Indonesia sendiri ketentuan tentang sistem pendaftaran paten semula merujuk pada
Pengumuman Menteri Kehakiman tanggal 12 Agustus 1853 No. J.S.5/41/4 (Berita Negara No.
53-69) tentang Permohonan Sementara Pendaftaran Paten.
Adapun syarat-syarat permohonan pendaftaran menurut Pengumuman Menteri Kehakiman
tersebut adalah :

a. Permohonan pendaftaran paten harus disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
si pemohon dengan disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Surat permohonan
harus ditandatangani oleh si pemohon sendiri dan harus disebut dalam surat itu nama,
alamat dan kebangsaan pemohon. Syarat demikian harus dipenuhi pula apabila
permohonan diajukan oleh seseorang yang bertindak bagi dan atas nama pemohon selaku
kuasanya;
b. Surat permohonan harus disertai : Sebuah uraian dari ciptaan baru (maksudnya temuan
baru dari penulis yang dimintakan rangkap tiga (3). Jika perlu sebuah gambar atau lebih dan
setiap gambar harus dibuat rangkap dua (2). Surat kuasa, apabila permohonan diajukan
oleh seorang kuasa. Surat pengangkatan seorang kuasa yang bertempat tinggal di
Indonesia;
c. Biaya-biaya yang ditentukan;
 Permohonan paten: Rp. 575.000,-/permohonan
 Permohonan pemeriksaan subtantif paten: Rp. 2 juta (diajukan dan dibayarkan setelah 6
bln dari tanggal pemberitahuan pengumuman paten)
 Permohonan paten sederhana: Rp. 475.000,- (terdiri dari biaya permohonan paten
sederhana Rp. 125.000 dan biaya permohonan pemeriksaan subtantif Rp. 350.000,-)

d. Keterangan tentang belum atau sudah dimintakannya hak paten di luar negeri atas
permohonan yang diajukan itu dan kalau sudah dimintakannya, apakah sudah diberi hak paten
di luar negeri negeri tersebut.

Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 menggunakan sistem pemeriksaan yang ditunda.
Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap pemeriksaan, yaitu pemeriksaan substansi dilakukan
setelah dipenuhi syarat-syarat administratif. Adapun syarat-syarat administratif yang harus
dipenuhi untuk mengajukan permintaan paten dapat dilihat dalam Pasal 24 Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2001 yang berbunyi sebagai berikut:
 Mengajukan permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia
 Permohonan harus memuat:
1. Tanggal, bulan, dan tahun permohonan.
2. Alamat lengkap pemohon.
3. Nama lengkap dan kewarganegaraan inventor.
4. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa.

5. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa.


6. Pernyataan permohonan untuk diberi paten.
7. Judul invensi.
8. Klaim yang terkandung dalam invensi.
9. Deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang cara
melaksanakan invensi.
10. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk memperjelas
invensi dan Abstraksi invensi.

Setelah melalui tahapan pemeriksaan, Direktorat Jenderal berkewajiban memberikan


keputusan untuk menyetujui permintaan paten dan dengan demikian memberi paten atau
menolaknya. Apabila berdasarkan pemeriksaan dihasilkan kesimpulan bahwa penemuan yang
dimintakan paten dapat diberi paten, Direktorat Jenderal memberikan Surat Paten kepada
orang yang mengajukan permintaan paten. Begitu pula sebaliknya bila kesimpulannya tidak
memenuhi syarat, maka permintaan ditolak.

Namun kemudian setelah keluar Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989, yang telah
diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997, ketentuan ini disempurnakan lagi
melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, prosedur permohonan paten sudah disebut
secara rinci dan menyamai prosedur permohonan paten di negara-negara lain di seluruh dunia.
2. 3 Hak dan Kewajiban Pemegang Paten

Mengenai Hak Pemegang paten diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001
yang menyatakan :

1) 1) Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang dimilikinya,
dan melarang orang lain yang tanpa persetujuan:
 dalam hal paten produk: membuat, menjual, mengimport, menyewa, menyerahkan
memakai, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang
diberi paten. dalam hal paten proses:
 menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang dan
tindakan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a.
2) Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain berdasarkan surat
perjanjian lisensi.
3) Pemegang paten berhak menggugat ganti rugi melalui pengadilan negeri setempat,
kepada siapapun, yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam butir 1 di atas.
4) Pemegang paten berhak menuntut orang yang sengaja dan tanpa hak melanggar hak
pemegang paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana yang dimaksud
dalam butir 1 di atas.

Mengenai kewajiban pemegang paten wajib membuat produk atau menggunakan proses yang
diberi paten di Indonesia. Dengan kewajiban ini, berarti setiap pemegang paten diharuskan
untuk melaksanakan patennya yang diberi di Indonesia melalui pembuatan produk atau
menggunakan proses yang dipatenkan tersebut, dengan harapan dapat menunjang adanya alih
teknologi, penyerapan investasi, dan penyediaan lapangan kerja. Kewajiban lainnya disebutkan
dalam Pasal 18 Undang-Undang Paten Tahun 2001, bahwa pemegang paten atau penerima
lisensi suatu paten diwajibkan untuk membayar biaya tahunan untuk pengelolaan
kelangsungan berlakunya paten dan pencatatan lisensi.
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Hak paten merupakan bentuk perlindungan hak kekayaan inelektual yang sangat efektif karena
dapat mencegah pelaksanaan invensi oleh pihak lain tanpa seizin hak paten, walaupun pihak
lain memperoleh teknologinya secara mandiri (bukan meniru). Hak paten diatur dalam Undang-
Undang No. 14 tahun 2001, hak paten diberikan untuk invensi yang memenuhi syarat kebaruan,
mengandung langkah inventif dan dapat diterapkan dalam industri selama 20 tahun.

You might also like