You are on page 1of 11

KEJUJURAN DAN KEADILAN DALAM AL-QUR’AN DAN

HADIS
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadis)
Dosen Pengampu : Dr. Nasrulloh, Lc, M. Th. I

Disusun oleh :
Fathur Rahman :
Ahmad Fikri Azami :

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini
masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk
menyelesaikan makalah tentang "Kejujuran dan keadilan Al-Qur’an dan Hadis". Makalah ini
ditulis untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadis.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap
pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama proses penyelesaian tugas
akhir ini hingga selesainya makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada :
bapak Dr. Nasrulloh, Lc, M. Th. I selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan tugas yang
diberikan.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi
masyarakat. Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran yang signifikan dalam
membangun masyarakat yang cinta tanah air. Makalah ini berisi paparan peran secara
keseluruhan pendidikan kewarganegaraan bagi masyarakat.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna serta
kesalahan yang penulis yakini di luar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis

Malang 21, November, 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................
PENDAHULUAN........................................................................................................................
Latar Belakang............................................................................................................................
Rumusan Masalah........................................................................................................................
Tujuan Penulisan........................................................................................................................
Pembahasan..................................................................................................................................
Definisi Kejujuran dan Keadilan................................................................................................
Kejujuran dan Keadilan dalam Al-Qur’an...................................................................................
Kejujuran dan keadilan dalam Hadis...........................................................................................
PENUTUP...................................................................................................................................
Kesimpulan...................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak dapat terhindar dari mengekspresikan dirinya dengan


akhlak dan tingkah lakku kepada orang lain dimasyarakat. Untuk mejadi seseorang yang ideal
di masyarakat, kita diharuskan untuk memiliki budi pekerti yang mulia, salah satunya adalah
bersifat jujur dan adil kepada siapapun atau apapun yang kita hadapi di lingkungan kita

Rumusan Masalah
Apa definisi Kejujuran dan Keadilan ?
Bagaimana Kejujuran dan Keadilan dalam Al-Qur’an ?
Bagaimana Kejujuran dan keadilan dalam Hadits

Tujuan Penulisan
Mengetahui definisi Kejujuran dan keadilan
Mengetahui Kejujuran dan keadilan dalam Al-Qur’an
MengetahuiKejujuran dan Keadilan dalam Hadis
BAB II
PEMBAHASAN

1.Definisi Kejujuran dan Keadilan


Kejujuran merupakan kata berimbuhan yang berasal daari kata “jujur”. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa jujr berarti “sukap lurus hati; tidak berbohong;
tidak curang dalam sebuah permainan.” Sedangkan kejujuran sendiri diartikan sebagai sebuah
ketulusan hati dari seseorang uuntuk bersikap atau berkata apa adanya.
Tidak jauh berbeda dengan definisi yang ada dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa
Arab kejujuran disimbolkan dengan kata al-shidq. Selain menggambarkan kejujuran, kata
tersebut juga dapat diartikan sebagai kebenaran, ketulusan, kesungguhan, kenyataan, dan
lain-lain.
Dari arti kata tersebut dapat kita ketahui bahwa jujur merupakan bentuk sifat terpuji
yangg mengedepankan kebenaran. Sifat ini dapat diketahui dengan sinkronnya perkataan dan
perbuatan. Mereka yang bersifat jujur biasanya memiliki perkataan yang selaran dan dapat
dibuktikan dengan perilaku real yang ia praktikkan.
Keadilan berasal dari kata “adil”. Secara bahasa. “adil” diartikan sebagai sesuatu yang
sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak dalam memberikan keputusan, dan juga dapat
diartkan sebagai sesuatu kondisi yang berpegang kepada kebenaran. Sedangkan keadilan
dalam bahasa dikatakn sebagai sifat, perbuatan maupun tingkah laku yang mencerminkan adil
tersebut.
Secara bahasa “adil” juga merupakan kata serapan dari bahasa Arab al-adl. Sehingga
tidak ada perbedaan yang menonjol antara keduanya. Kata ini pun pada mulanya diartikan
dengan makna serupa. Persamaan yang sering dikaitkan dengan hal ini merupakan persamaan
itulah yang menjadi pelakunya tidak berpihak, dan berpihak kepada yan benar serta bersikap
adil, karena baik sama, yang kemudia dari sikap tersebut pelakunya akan menjadi orang yang
selalu melakukan sesuatu yang patut dilakukan dan tidak bertindak sewenang-wenang.

2. Kejujuran dan Keadilan dalam Al-Qur’an


A. Kejujuran.
Anjuran untuk berlaku jujur cukupp banyak disebutkan dalam Al-Qur’an. Diantaranya
pada surat Al-Taubah yang menganjurkan kita untuk berlaku jujr dengan perkataan dan
perbuatan. Dengannya kita harus berkata sesuai dengan yang sesungguhnya berlandaskan
takwa (Al-Taubah[9]: 119)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar.
Tidak semua orang sanggup untuk berlaku jujur dalam setiap tingkah laku mereka. Hanya
mereka yang telah terbiasa dengan kejujuran dan bersama orang-orang jujurlah yang sanggup
untuk istiqamah dalam kejujuran. Hal itu merupakan sebuah kebaikan bagi setiap orang yang
melakukannya, sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut (Muhammad[47]: 21 ):
Tetapi jikamereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya demikia itu lebih baik bagi
mereka.
Sikap jujur dapat dikatakan sebagai fadhillah yang menentukan status dan kemajuan
perseorangan maupun masyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah satu
kemaslahatan dalam hubungan antara manusia secara individu maupun kelompok.
Secara individual, dampak dari sifat jujur dapat menimbulkan rasa berani, karena
tidak ada orag yang merasa tertipu dengan sifat yang diberikan kepada orang lain dan bahkan
orang merasa senang dan percaya terhadap pribadinya. Dengan demikian dampaknya pasti
berimbas kepada kelompok yang menjadi domisili para individu yang memiliki kejujuran
tingkah laku.
Sebagaimana firman Allah pada Surat Al-Zumar dan Al-Ahzab, sikap ini tidak dapat
dimiliki dan dilaksanakan secara sempurna oleh orang yang tidak kukuh imannya. Para orang
beriman dan bertakwa, dengan dorongan iman dan takwanya, biasa merasakan bahwa dirinya
wajib untuk selalu berbuat dan bersikap benar serta jujur yang mewajibkan kepada paraorang
beriman untuk bertakwa dan dengan bertakwa tersebuttt ia pun diharuskan untuk berlaku
jujur (Al-Zumar [39]): 33;Al-Ahzab [33]: 70 )
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah
orang-orang yang bertakwa.
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah
perkataan yang benar.
B. Keadilan
a. Makna Keadilan
Dalam Al-Qur’an kata “adil” dapat kita temukan dengan kata-kata: al-adl, al-qisth,
al-mizan. Keadilan biasanya diseberangkan dengan kata kezaliman, walaupun pengertian
kadilan tidak selalu menjadi antonim kezaliman.
Al-adl, yang berarti sama, biasa digunaka pada hal-hal yang berkesan adanya dua pihak atau
lebih untuk mewujudkan persamaan sehingga manusia di tuntuk untuk memberikan keadilan
kepada para pihak yang bersangkutan (QS Al-Nahl [16]: 90).
Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan (kebajikan).
Makna harfiah qisth adalah bagian yang wajar dan patut. Hal ini tidak harus mewujudkan
adanya persamaan, karena sebuah bagian dapat di peroleh oleh satu pihak tanpa adanya pihak
lain. Makna ini juga menjadikan qisth sebagai satu kata yang menginterpretasikan keadilam
dalam artian yang lebih umum daripada ‘adl. Meski demikian Allah tetap mendorong kita
untuk berlaku adil qisth (Al-A’raf[7] 29).
Katakanlah Tuhanku memerintahkan menjalankan al-qisth (keadilan).
Mizan berasal dari akar kata wazn yang berarti “timbangan”. Mizan memang sebuah alat
untuk menimbang namun ia dapat digunakan sebagai neraca yang menunjukkan sebuah
“keadilan”. Karena biasanya penggunaan dan hasil dari sebuah timbangan memiliki suatu
korelasi untuk menentukan makna dari hasil penggunaan tersebut yang berbuah suatu
keadilan (QS Al-Rahman [55] : 7-8 )
Dan langit ditinggikan-Nya dan dia meletakkan neraca (keadilan) agar kamu tidak
melampaui batas tentang neraca itu.
Banyak ayat yang menganjurkan kita untuk mengaplikasikan keadilan dalam
kehidupan sehari-hari kita. Sebagai contoh, Firman Allah dalam surah Al-Nisa’ [4] : 135;
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak al-qisth (keadilan), menjadi saksi
karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri...
Meskipun demikian, Al-Qur’an membicarakan keadilan dalam berbagai masalah yang
berbeda, terkadang keadilan dibicarakan untuk menentukan proses hukum, memutuskan
perkara pada mereka yang berselisih satu sama lain, atau bahkan menuntut seseorang untuk
berlaku adil terhadap diri sendiri, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Sebagaimana
dinyatakan pada kedua ayat berikut (Al-An’am [6] : 152 ) :
Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil walaupun terhadap
kerabat....!
Imam Al-Razi dalam tafsirnya Mafatih al-Ghaib ,berkenaan dengan ayat tersebut,
mengatakan bahwa salah satu hal yang sederhana yang telah diwajibkan kepada seluruh
hambanya menunaikan amanah. Tetapi para mufassir menurut Al-Razi, menafsirkan ayat
tersebut dengan perintah untuk bersaksi dengan benar meskipun kesaksiannya untuk saudara-
kerabatnya. Hanya saja beliau menukil pendapat dari salah satu ulama bahwa ayar tersebut
berlaku secara umum, termasuk ucapan seorang da’i dalam menyeruh amar ma’ruf nahi
mungkr, tidak boleh ditambah dan dikurangi baik dalil yang disampaikan maupun riwayat
yang dijadikan pijakan. Begitu juga cerita yang disampaikan haruslah benar.
Begitu pun juga halnya berlaku untuk keputusan seorang hakim yang disampaikan
melalui ucapan haruslah adil dan tidak memandang unsur kekerabatan dan hubungan
pertemanan (QS Al-Baqarah [2] : 282 )
Dan hendaklah ada diantara kamu seorang penulis yang menulis dengan adil.
Kehadiran para rasul juga di tegaskan dalam Al-Qu’an bahwa mereka bertujuan untuk
menegakkan sistem bermasyarakat yang adil.
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul, dengan membawa bukti-bukti nyata dan
telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat
melaksanakan keadilan (QS Al-Hadid [57]: 25 )
Dengan hadirnya Rasul tersebut, Al-Qur’an memandang kepemimpinan sebagai perjanjian
ilahi yang melahirkan tanggung jawab menentang kedzaliman dan menegakkan keadilan.
Sehingga kepemimpinan bukan sekedar kontrak sosial, tetapi juga menjadi kontrak atau
perjanjian antara Allah dan sang pemimpin untuk menegakkan keadilan.
b. Urgensi Keadilan
Keadilan harus ditegakkan di mana pun, kapan pun, dan terhadap siapapun, bahkan
jika perlu dengan tindakan tegas. Salah satu ayat Al-Qur’an menggandengkan “timbangan”
(alat ukur yang adil ) dengan “besi” yang antara lain digunakan sebagai senjata. Ini untuk
memberi isyarat bahwa kekerasan adalah salah satu cara dan bukan satu-satunya untuk
menegakkan keadilan [QS Al-Hadid [57] : 25 )
Seseungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata,
dan Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan Al-Mizan (neraca keadilan ), dan Kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan hebat dan berbagai manfaat bagi manusia
(supaya besi itu digunakan ). Allah mengetshui siapa yang menolong (mempergunakan nilai-
nilai ) agama-Nya dan membantu rasul-rasul-Nya, walaupun Allah gaib dari pandangan
mereka.
Allah menciptakan dan mengelola alam raya ini dengan keadilan, dan menuntut agar
keadilan mencakup semua aspek kehidupan : akidah, syariat atau hukum, akhlak, bahkan
cinta dan benci.
c. Keadilan Ilahi
Segala sesuatu diciptakan oleh Allah dan segala sesuatu bersumber dari-Nya pasti
baik. Keburukan adalah akibat dari keterbatasan pandangan. Segala sesuatu sebenarnya tidak
buruk, tetapi nalar manusia mengiranya demikian (QS Ai-Baqarah [2] : 216 ).
Boleh jadi engkau membenci sesuatu padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi engkau
menyenangi sesuatu padahal ia burukk bagimu. Allah mengetahui dan kamu tidak
mengetahui.
Nalar tidak dapat menembus semua dimensi Seringkali ketika seseorang memandang
sesuatu secara mikro, hal itu dinilainya buruk dan jahat, tetapi jika dipandang secara makro
dan menyeluruh, justru hal itu merupakan unsur keindahan dan kebaikan. Bukankah jika
pandangan hanya ditujukan kepada tahi lalat di wajah seseorang wanitaa akan terlihat buruk ?
Tetapi, nila wajah dipandang secara menyeluruh, tahi lalat tadi justru menjadi unsur
kecantikannya ! Bukankah jika anda melihat kaki seseorang dipotong, Anda akan menilainya
kejam, tetapi bila anda mengetahui bahwa sang dokterlah yang mengamputasi pasiennya,
Anda justru akan berterima kasih dan memujinya ? Karena itu, jangan memandang
kebijaksanaan Allah secara mikro Kalaupun Anda mampu memandangnya scara makro,
yakinilah ada hikmah dibaliksemua itu.
Jika seperti itu adanya, persoalan keadilan Ilahi bukan problem nlar, melainkan
problem rasa, sebagai akibat dari keinginan manusia untuk selalu mendapatkan yang tebaik
untuk diri, keluarga, atau sejenisnya saja, hingga melupakan pihak lain. Jika problemnya
demikian, yang mampu menanggulanginya adalah rasa juga. Disinilah agama dan keyakinan
berperan amat besar.
d. Macam-macam Keadilan
Keadilan dalam memberi keputusan
Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya engkau menetapkannya
dengan adil. Sungguh Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh,
Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.(QS An-Nisa’ [4] :58)
Keadilan terhadap istri
Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yatim (bilamana kamu menikahinya ). Maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi :
dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka
(nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih
dekat agar kamu tidak berbuat zalim. (An-Nisa’ [4] : 3)
Adil Dalam Ucapan
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut
ksanggupannya. Apabila kamu berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu)
dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu ingat. (QS
Al-An’am [6] : 152 )
Adil dalam Timbangan dan Takaran
Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang )! (Yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan
apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi. Tidaklah
mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang
besar, (yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam. (Al-
Mutaffifin [83] :1-6)
Adil Kepada non-Muslim
Wahai orang-oran yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena
Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum
mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah!, karena (adil) itu lebih dekat dengan
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu
kerjakan. (QS Al-Ma’idah [5] : 8 ).

3.Kejujuran dan keadilan dalam Hadits


1) Manfaat kejujuran
• Kejujuran membuka pintu kebaikan
Sebagai salah satu sifat terpuji, sifat ini sangat dianjurkan. Terbukti dengan banyaknya anjuran
di dalam hadits yang ada sebagaimana berikut:
• Kejujuran memberikan ketenangan Hati
Dengan kejujuran seseorang maupun sekelompok orang akan merasakan ketenangan. Berbeda
dengan sebuah kebohongan, mereka yang bisa dengan kebohongan akan terbelenggu didalam
keraguan dan ketidaknya mantan dalam keseharianya.
• Kejujuran sebagai ciri orang beriman
Sifat ini juga pernah dijadikan salah satu slogan untuk berdakwah kepada kerajaan, yang
dengannya dapat kita ketahui bahwa kejujuran adalah suatu hal yang penting dalam agama
yang rahmatan lil'alamin.
• Terkabulnya Doa
Selain itu, kejujuran dalam meminta sepenuh hati kepada Allah SWT. Merupakan salah satu
bentuk keutamaan. Karena meskipun Allah mengetahui isi hati setiap mahkluk nya, hal ini
tidak menafikan upaya manusia dalam meminta kepada nya. Bahkan ketika sahabat meminta
untuk dimatikan sebagai syahid di saat tidak ada peperangan, Rasulullah mengatakan
kepadanya untuk meminta dengan segenap hati kepada Allah SWT
• Kejujuran mendatangkan keberkahan
Dalam lingkup lain, kejujuran sangat penting untuk dijadikan dasar bermuamalah dalam jual
beli. Dijadikan ajang untuk saling tipu menipu, baik oleh sang pembeli maupun sang penjual.
Namun, ketika semua hal ini didasarkan kepada kejujuran, akan berkahlah semua upaya
muamalah tersebut.
2 ) macam-macam keadilan
• Bersikap adil dalam memberi keputusan
Tidak jauh berbeda dengan keadilan yang terdapat dalam Al-Quran, Hanya saja karena hadits
lebih tertuju kepada bahasa yang lugas, hadits banyak menyatakan keadilan sebagai bentuk
hasil keputusan yang diberikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan: kepada pihak yang
bersengketa, kepada para hakim sebagai seorang pemutus perkara, dan kemimpinan.
Rasulullah Saw. Bersabda sesungguhnya mereka mereka yang berbuat adil disisi Allah ta'ala,
kelak mereka akan berada di atas mimbar dari cahay, dari tangan kanan Allah Ar Rahman
azzawajallah, dan kedua tangan Allah ta'ala adalah kanan. Mereka adalah orang-orang yang
adil dalam menghukumi sesuatu Bahakan terhadap keluarga mereka sendiri, juga terhadap
orang-orang yang mereka pimpin.
• Al-musawah
prinsip yang Mesti harus di taati dalam upaya menegakkan keadilan adalah al- musawah dan
al-atswiyah. Al-musawah mempunyai arti memperlakukan semua pihak secara sejajar di depan
hukum atau peradila, sedangkan al-taswiyah mempunyai makna menyamakan antara hak satu
dengan hak lain. Nabi Saw. Bersabda dalam hadits nya yang diriwayatkan oleh imam al-
Bukhari dan disampaikan oleh Aisyah:
sesungguhnya sesuatu yang menghancurkan umat sebelum kalian adalah ketidak Adilan, bila
yang mencuri seseorang dari kalangan Terhorma, mereka tidak menghukumi nya, tetapi bila
yang mencuri seseorang dari kalangan yang lemah, mereka menghukumi nya, Demi Allah,
jikalau Fatimah putri Muhammad saw. Mencuri, maka aku pasti memotong tangan nya.
Hadits tersebut secara jelas memberikan pelajaran tentang penerapan keadilan yang tidak
memandang dan tidak terbatas oleh agama.hadits diatas menjadi landasan bagi perinsip
keadilan, terutama dalam konteks tidak membuat jarak dan perlakuan antara yang kuat dan
lemah, antara kaya dan miski, antara yang terhormat dan tidak terhormat.
persaman gak sebagai salah satu prinsip keadilan mempunyai cakupan yang lua, di antara nya
adalah hak setiap orang untuk mendapatkan perlakuan yang wajar dalam pergaulan sosia, posisi
yang setara didepan hukum, pendidikan yang baik, pelayanan kesehatan yang memadai,
kesempatan bekerja dan mendapatkan kesempatan untuk hidup sejahtera.

You might also like