You are on page 1of 21

MAKALAH DESAIN PONDASI 1

“PONDASI SUMURAN”

STUDI PELAKSANAAN PONDASI SUMURAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN


GEDUNG

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
JEFRIANTO PAYUNG (217213209)
YUSTIN RURU (219213002)
DEY PONGMANGATTA (219213009)
ELPHIS PANDIN (219213022)
NURI TUMBA SARANGA’ (219213031)
ALVIANTO KAMBANE (219213034)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULITAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

MAKALAH...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................4
2.1 Pengertian Pondasi.......................................................................................................4
2.2 Hal-hal yang diperhatikan dalam pengaplikasian Pondasi Sumuran...........................5
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Pondasi Sumuran............................................................5
BAB III......................................................................................................................................7
3.1 Proses Pengerjaan Pondasi Sumur...............................................................................7
3.2 Dasar Perencanaan Pondasi Sumuran........................................................................12
3.3 Daya Dukung Pondasi Sumuran................................................................................14
BAB IV....................................................................................................................................18
4.1 Kesimpulan................................................................................................................18
4.2 Saran..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan perkembangan serta pertumbuhan penduduk yang begitu pesat, mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan pembangunan, baik dalam pembangunan sarana transportasi
maupun sarana pelayanan umum lainnya. Adapun sarana-sarana tersebut antara lain seperti
kantor, pusat perbelanjaan, rumah sakit, rumah tempat tinggal, jalan dan lain sebagainya.
Begitu juga dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak alternatif desain
struktur yang digunakan sesuai dengan fungsinya. Hal ini mendorong para perencana,
pelaksana, dan pengawas pembangunan untuk menindak lanjuti seberapa jauh konsep-konsep
teknologi itu dapat di terapkan [1].
Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi
teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam
penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga, target 3T yaitu tepat
mutu/kualitas, tepat biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.
Pelaksanaan Pekarjaan Pondasi Sumuran Pada Proyek Pembangunan Gedung juga
memerlukan teknik khusus dalam pelaksanaannya[2].
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu metode
terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan lapangan. Khususnya pada saat menghadapi
kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan
sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai dengan
kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi
bersangkutan.Pondasi berfungsi untuk memikul dan menahan beban yang bekerja diatasnya
yaitu beban konstruksi diatasnya ke lapisan tanah keras [3].
Dalam pelaksanaan pondasi khususnya pondasi sumuran pada proyek di maksud
digunakan suatu metode pelaksanaan yang berbeda dari pada biasanya seperti penggunaan
alat berat excavator dalam pekerjaan penggalian sehingga waktu pekerjaan menjadi lebih
cepat. Namun dalam pelaksanaanya masih banyak hal-hal yang perlu di perhatikan dalam
metode pelaksanaan sehingga perlunya membandingkan suatu metode pelaksanaan dengan
metode yang lainya sehingga kita bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam
mengaplikasikan suatu trobosan metode pelaksanaan yang yang khusus. Sehingga tidak
terjadi masalah atau bisa di minimalisir, maka metode pelaksanaan pondasi sumuran pada
proyek dimaksud serta perbandinganya dengan satu metode pondasi sumuran yang lain,
sangat diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah di maksud Dalam pembangunan
khususnya pembangunan struktur pondasi. Pondasi merupakan kontruksi yang
menghubungkan suatu struktur dengan tanah, dimana tanah sebagai penopangnya. Untuk
membangun suatu struktur bangunan perlu di rencanakan pondasi yang mampu
menghubungkan suatu struktur bangunan dengan tanah secara baik. Dan untuk memilih
pondasi pondasi yang memadai harus sesuai dengan kondisi tanahnya, sehingga pondasi
tersebut cocok untuk berbagai keadaan di lapangan. Pada umumnya pondasi terbagi menjadi
dua, yaitu pondasi dangkal yang mana termasuk di dalamnya adalah pondasi telapak dan
pondasi rakit. Dan pondasi dalam yang mana termasuk di dalamnya termasuk pondasi tiang
pancang, tiang bor, pondasi sumuran dan pondasi strauss [2].
Banyak faktor yang harus diperhitungkan dalam pemilihan jenis pondasi, antara lain
beban yang bekerja, jenis lapisan tanah dan faktor non teknis seperti biaya konstruksi, dan
waktu konstruksi. Jenis pondasi yang dipilih harus mampu menjamin kedudukan struktur
terhadap semua gaya yang bekerja. Selain itu, tanah pendukung harus mempunyai kapasitas
daya dukung yang cukup untuk memikul bebanyang bekerja sehingga tidak terjadi
keruntuhan. Dalam kasus tertentu, apabila tidak memungkinkan untuk menggunakan pondasi
dangkal, maka digunakan pondasi dalam. Pondasi dalam yang sering dipakai adalah pondasi
tiang dapat berupa tiang pancang dan tiang bor. Menurut Bowles (1984), pondasi tiang
banyak digunakan pada struktur gedung tinggi yang mendapat beban lateral dan aksial.
Pondasi jenis ini juga banyak digunakan pada struktur yang dibangun pada tanah
mengembang (expansive soil). Daya dukung tiang yang diperoleh dari skin friction yang
dapat diaplikasikan untuk menahan gaya yang terjadi. Faktor erosi pada sungai juga menjadi
pertimbangan penggunaan dengan tiang pada jembatan[2].
Pemilihan jenis pondasi ditentukan oleh beban struktur atas dan keadaan tanah disekitar
bangunan, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat yang mendukung
pondasi. Jika bangunan terletak pada tanah miring >10%, maka pondasi bangunan tersebut
harus dibentuk tangga dengan bagian bawah dan atas.Pondasi adalah bagian terendah
bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan yang berada di
bawahnya[2].
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pondasi sumuran?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan pondasi sumuran?
3. Hal-hal apa saja yang perlu di perhatikan dalam pengaplikasian pondasi sumuran?
4. Bagaimana proses pengerjaan pondasi sumuran?
5. Contoh perhitungan pondasi sumuran

1.3 Tujuan Penelitian


1. Memenuhi syarat akademik dalam menyelesaikan studi di Universitas Kristen Indonesia
2. Mengetahui apa itu pondasi sumuran.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pondasi sumuran.
4. Mengetahui proses pengerjaan pondasi sumuran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pondasi


Pondasi bangunan adalah konstruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan.
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan beban menuju lapisan
tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun, beban yang terjadi baik yang
disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat beban rencana harus disalurkan ke dalam suatu
lapisan pendukung dalam hal ini adalah tanah yang ada di bawah struktur tersebut [2].
Cyclops atau pondasi sumuran adalah jenis pondasi bangunan yang memiliki bentuk
silinder seperti sumur. Rangka pondasi tersebut terdiri dari susunan pipa beton silinder yang
kemudian dicor dan diisi sejumlah batu belah[4].
Kondisi tanah cenderung bukan menjadi permasalahan dalam pembangunan pondasi ini.
Namun memang pada umumnya, pondasi sumur digunakan pada konstruksi bangunan di atas
tanah yang keras dan punya kedalaman sekitar 3-5 meter[4].
Pondasi sumur memiliki fungsi untuk memperkokoh tanah bangunan. Misalnya gedung
atau rumah yang akan dibangun berada di kawasan pinggiran bukit atau tanah berbatu. Maka
untuk menahan tekanan tanah yang rentan terhadap longsor, pondasi ini cocok untuk
dijadikan pilihan. Selain itu, pondasi ini juga jenis yang pas untuk digunakan pada kawasan
rawan gempa seperti beberapa daerah di Indonesia. Pondasi sumur bisa memperkuat daya
tahan bangunan dari tekanan gempa[4].
Detail pondasi sumuran sedikit banyak memiliki perbedaan dengan jenis lainnya. Seperti
yang telah disebutkan, pondasi sumur dibuat dari susunan rangka pipa beton silinder. Lebih
rincinya, ukuran pipa tersebut yang biasa digunakan para ahli konstruksi untuk membangun
pondasi ini berkisar pada ukuran 80 cm, 300 cm, hingga 400 cm. Sedangkan untuk material
beton, jenis beton bertulang atau beton pracetak lebih pas untuk digunakan [2].
2.2 Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pengaplikasian pondasi sumuran
Yang perlu di perhatikan dalam memilih jenis pondasi yang akan digunakan yaitu sebagai
berikut :
1. Keadaan dari tanah yang akan dibangun pondasi.
2. Keadaan lingkungan sekitar.
3. Daya dukung beban yang akan ditopangnya.
4. Biaya pekerjaan serta waktu yang akan digunakan selama proses pekerjaan
Selain itu, tanah pendukung harus mempunyai kapasitas daya dukung yang cukup untuk
memikul beban yang bekerja sehingga tidak terjadi keruntuhan. Daya dukung tiang yang
diperoleh dari skin friction yang dapat diaplikasikan untuk menahan gaya yang terjadi. Faktor
erosi pada sungai juga menjadi pertimbangan penggunaan dengan tiang pada jembatan.
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Pondasi Sumuran
Selama ini kita banyak mengenal jenis pondasi yang bisa digunakan dalam pembangunan
infrastruktur apapun. Selain penentuan pondasi biasanya disesuaikan dengan jenis dan besar
gedung yang akan dibangun, nilai unggul dan kerugian yang bisa disebabkan dari jenis
pondasi juga harus dipertimbangkan.
Semua hal tersebut dilakukan demi menjaga keamanan siapapun penghuni di dalamnya
serta ketahanan bangun di masa yang akan datang. kelebihan dan kekurangan dari pondasi
sumuran berikut ini.
1. Kelebihan Pondasi Sumuran
a) Pondasi sumuran adalah jenis pondasi yang tergolong murah, namun tetap memiliki
kualitas yang bersaing. Jika Anda mencari rangka yang ramah di kantong, maka jenis ini
akan cocok untuk dipilih.
b) Rangkanya bisa ditanam dan dibangun pada tanah yang berada di dalam air. Sehingga
jenis tanah bukan menjadi aspek yang harus dikhawatirkan.
c) Pembangunan rangka sumur tidak membutuhkan peralatan yang kompleks.
d) Saat proses pembangunan rangka, polusi suara yang dihasilkan cenderung minim.
e) Tingkat ketahanan pondasi sumuran termasuk unggulan. Hal ini karena, penanamannya
bisa mencapai titik tanah yang keras sekalipun. Dalam arti lain, beban yang bisa ditumpu
pondasi ini juga cukup besar.
2. Kekurangan Pondasi Sumuran
a) Penuangan semen saat pembangunan pondasi sumur memakan waktu yang cukup lama.
Hal ini karena penuangannya harus dilakukan dengan hati-hati dan ditunggu sampai
kering. Dengan begitu, pondasi akan aman untuk digunakan.
b) Proses pengerjaan pondasi ini sangat bergantung dengan cuaca. Karena jika ada
perubahan cuaca yang ekstrem, lapisan tanah yang dijadikan alas pengerjaan cenderung
melunak. Sehingga untuk menggali pada kedalaman tertentu jadi penghambat tersendiri.
c) Pondasi Sumuran Sensitif bagi Kepadatan Tanah
Penerapan pondasi sumuran cukup sensitif bagi kepadatan tanah. Saat melakukan
pengeboran, kepadatan tanah di sekitar akan terganggu. Apabila karakteristik tanah
berpasir atau berkerikil, maka ada risiko terjadi longsor. Jika terpaksa dilakukan, maka
tanah tersebut perlu diberikan bentonite dan casing terlebih dahulu. Masalah yang satu ini
dapat mempengaruhi kapasitas dan daya dukung tanah terhadap tiang.
BAB III
ISI

3.1 Proses Pengerjaan Pondasi Sumuran


Di dalam teknik pondasi istilah sumuran mempunyai dua pengertian yang berbeda
maksudnya. Menurut penggunaan yang pertama, sumuran adalah sebuah bagian struktur
bawah tanah yang melayani penggunaan yang sama seperti telapak, yaitu untuk meneruskan
beban ke lapisan yang mampu mendukungnya tanpa bahaya keruntuhan atau penurunan yang
berlebih. Tetapi masih ada perbedaannya dengan telapak, yaitu, perbandingan kedalaman
pondasi terhadap lebar alas sumuran biasanya lebih besar dari 4, sedangkan untuk telapak,
perbandingan ini umumnya kurang dari satu[5].
Menurut penggunaan kedua, sumuran ialah pendukung, biasanya dari beton atau pasangan
batu, bagi struktur atas jembatan. Sumuran bisasanya muncul di atas permukaan tanah, dan
umumnya muncul hingga di atas air hingga suatu ketinggian di atas ketinggian air
maksimum. Maka suatu sumuran dapat dianggap sebagai suatu struktur di dalam dirinya
sendiri. Untuk menghindari kerancuan, maka pengertian tiang sumuran akan digunakan untuk
mengartikan bagian di atas pondasi.
Untuk cara tersebut diatas dapat di laksanakan dengan dua cara yaitu :
1. Dengan cara menggali hingga kedalaman alas pondasi
Sumuran dibuat di dalam lubang, Bila tanah dapat dipotong tegak tanpa terganggu
stabilitasnya maka kondisi sumuran ini dapat dilaksanakan tanpa casing, sedangkan kondisi
sebaliknya berarti perlu casing.
a. Tanpa casing Pelaksanaan dilaksanakan dengan menggali lubang seperti sumuran
sampai lapisan yang ditetapkan dengan tenaga manusia. Kemudian lubang tersebut diisi
dengan material yang ditetapkan, beton cyclop.

1 2 3
Gambar 1 Proses Pondasi Sumuran tanpa casing
Pada Gambar 1 Pekerjaan dilaksanakan dengan menggali lubang seperti sumuran sampai
lapisan yang dikehendaki. Kemudian dimasukan besi tulangan yang sudah dirangkaikan lalu
dicor beton atau cyclop tanpa casing.
b. Dengan casing yang diambil Penggalian dilakukan secara bertahap Casing diturunkan
seperlunya kemudian tanah di dalam casing digali, kemudian casing diturunkan
seperlunya kemudian tanah di dalam casing diturunkan lagi dan tanah digali lagi, begitu
seterusnya sampai mencapai kedalaman yang diinginkan. Sesudah itu dilakukan
pengisian lubang dengan beton atau cyclop tambah menarik ke atas casingnya. Demikian
seterusnya hingga casing ke luar lagi dari lubang.

1 2 3 4
Gambar 2 Proses Pondasi Sumuran dengan Casing Diambil
Gambar 2 menunjukkan proses memasukkan dan mengeluarkan casing. Penggalian
dilakukan secara bertahap, yaitu casing diturunkan seperlunya kemudian tanah di dalam
casing digali, kemudian casing diturunkan seperlunya kemudian tanah di dalam casing
diturunkan lagi dan tanah digali lagi, begitu seterusnya sampai mencapai kedalaman yang
diinginkan. Kemudian dilakukan pengisian lubang dengan material beton atau cyclop sambil
casingnya ditarik secara bertahap hingga casing ke luar lagi dari lubang.
c. Dengan casing yang ditinggal umumnya casingnya terbuat dari beton buis (beton
sumuran), sehingga casing ini berfungsi juga sebagai bagian struktur. Beton buis ini
diturunkan dengan cara menggali tanah di bagian dalam buis, dan beton buisnya
diturunkan sampai mencapai elevasi yang ditetapkan, secara bertahap. Kemudian lubang
diisi dengan material yan ditetapkan, misalnya beton cyclop. Proses pelaksanaan jenis
pondasi ini terkadang sudah harus menghadapi air tanah.
1 2 3
Gambar 3 Proses Pondasi Sumuran dengan Cassing Ditinggal
Gambar 3 menunjukkan tentang Pemasangan pondasi sumuran dengan casing yang tinggal
membutuhkan beton buis (beton sumuran). Dengan beton buis sebagai casing, maka
casingnya ini juga bisa berfungsi sebagai bagian struktur. Sama seperti yang lainnya,
pekerjaan pertama yang harus dilakukan adalah penggalian. Namun, yang membedakan
adalah penggalian tanah dilakukan di bagian dalam buis, dan beton buisnya diturunkan
sampai mencapai elevasi yang ditetapkan, secara bertahap. Kemudian lubang dicor dengan
material beton. Proses pelaksanaan jenis pondasi sumuran dengan casing yang ditinggal harus
siap jika menghadapi air tanah yang muncul.
2. Dengan penggunaan caisson
Yakni sebuah corong atau kotak yang dibenamkan hingga posisi yang diinginkan, yang
kemudian akan merupakan bagian luar sumuran. Biasanya untuk pondasi sumuran dalam air.
Prosedur ini dikenal sebagai metode udara tertekan yang memungkinkan pembersihan
gangguan-gangguan di bawah pinngiran caisson dan memudahkan pembersihan bagian
bawah.
3. Galian. Penggunaan metode ini membawa resiko dan bahaya bagi kesehatan pekerja,
karena itu sedapat mungkin ditinggalkan.
Gambar 4 Potongan melintang caisson terbuka
(a). Jenis mengapung (b). Proyek

Pada Gambar 4 caisson  pada bagian atas dan bawahnya terbuka selama proses pelaksanan.
Jenis ini dapat digunakan pada area yang tergenang air. Pelaksanaanya dengan cara
membenamkan dan menggali tanah dibagian dasarnya dan dibenamkan dengan penggalian
tanah. Pada proses penggalian tanah untuk caisson terbuka umumnya dilakukan dengan cara
pengerukan. Volume yang tergali selalu lebih besar dari volume caisson terpasang[6].
Keuntungan yang di peroleh dari pemakaian tiang sumuran ini adalah :
1. Tidak adanya getaran sehingga cocok untuk pekerjaan pada daerah yang padat
penduduk.
2. Karena tanpa sambungan, dapat dibuat tiang yang lurus dengan diameter yang besar
dan juga untuk tiang yang panjang dapat dilakukan dengan mudah.
3. Diameter biasanya lebih besar dari pada tiang pracetak dan daya dukung tiap tiang
juga lebih besar sehingga tumpuan dapat di buat lebih kecil.
4. Pengaruh yang di timbulkan terhadap bangunan di dekatnya cukup kecil.
5. Kedalaman tiang dapat divariasikan.
6. Tanah dapat diperiksa dan dicocokan dengan data laboratorium.
7. Tiang dapat dipasang sampai kedalaman yang direncanakan, dengan diameter besar
dan dapat dilakukan pembesaran pada ujung bawahnya jika tanah dasar berupa
lempung atau batu lunak.
Adapun dampak dan kerugian yang dapat di peroleh apabila menggunakan pemakaian tiang
sumuran adalah :
1. Dalam banyak hal, beton dari tubuh tiang yang berada dibawah air kualitasnya setelah
selesai lebih rendah dari tiang pracetak. Disamping itu, pemeriksaan kualitas hanya dapat
dilakukan secara tidak langsung.
2. Ketika beton dituangkan, di khawatirkan adukan beton akan bercampur dengan runtuhan
tanah. Oleh karena itu beton harus di tuangkan dengan seksama setelah penggalian di
lakukan.
3. Walaupun penetrasi sampai tanah pendukung pondasi dianggap telah terpenuhi kadang-
kadang terjadi bahwa tiang pendukung kurang sempurna karena adanya lumpur yang
tertimbun di dasar.
4. Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton sehingga biaya yang
di butuhkan jaga cukup besar.
5. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena dapat mengurangi mutu beton
tersebut.
6. Pembesaran ujung bawah tiang tidak dapat dilakukan bila tanah berupa pasir
3.2 Dasar Perencanaan Pondasi Sumuran
Pondasi tiang digunakan bila mana lapisan-lapisan bagian atas dari tanah tidak cukup kuat,
sehingga tidak cukup kuat untuk memikul bangunan dengan memakai pondasi langsung.
Bentuk tampang pondasi sumuran dapat bermacam-macam sesuai dengan beban yang akan
bekerja dan kuat dukungan tanah dasar pondasi, tetapi pada umumnya mempunyai bagian-
bagian yang sama.
Bentuk tampang pondasi dapat berupa:
a. Lingkaran tunggal
b. Segi empat
c. Lingkaran/hexagonal/octagonal ganda
d. Sumuran ganda
e. Bentuk D ganda.

Gambar 5 Bentuk-bentuk Tampang Sumuran


Pada Gambar 5 menunjukkan bentuk-bentuk tampang saluran. Tipe beton bertulang
dicetak di daratan dan peletakkannya dilakukan dengan mengapungkan caison tersebut
setelah beton mengeras. Pembebanan caison ke dalam air atau tanah yang berair, dilakukan
dengan dengan cara mengisikan, pasir, kerikil, beton atau air ke dalamnya. Permukaan air
12
harus diperhitungkan selalu berada pada beberapa meter di bawah puncak caison untuk
mencegah air masuk ke dalamnya. Stabilitas pengapungan dirancang menurut prinsip-prinsip
hidrolika. Ada beberapa cara yang dipergunakan untuk memasang tiang, salah satunya
dengan membuat lubang terlebih dahulu kemudian dimasukan besi tulangan yang sudah
dirangkaikan lalu dicor beton atau cyclop tanpa casing. Tiang semacam ini biasanya disebut
tiang pondasi.
Cara pengerjaan pondasi tiang sumuran adalah sebagai berikut:
1. Pada tempat tiang sumuran yang akan didirikan dibuat lubang vertikal dengan cara
galian tangan dengan menggunakan kayu atau alat cangkul sampai dengan kedalaman
yang direncanakan. Dalam pengerjaan ini dapat dilaksanakan tanpa casing karena tanah
dapat dipotong tegak tanpa terganggu stabilitasnya.
2. Kemudian lubang tersebut diisi dengan rangkaian tulangan bulat dimasukkan dan
kemudian dilakukan pengecoran dengan beton cair yang sudah diaduk dalam truck
beton. Bersamaan dengan pengecoran beton cair tersebut dipadatkan dengan vibrator.
Untuk perencanaan (design), tiang dapat dibagi menjadi dua golongan:
1. Tiang yang tertahan pada ujung
Tiang semacam ini dimasukan sampai lapisan yang keras sehingga beban bangunan dipikul
pasa lapisan ini. Bila lapisan ini merupakan batu keras maka penentuan data dukung tiang
tidak menjadi soal. Daya dukung dalam hal ini tergantung pada kekuatan tiang sendiri dan
dapat dihitung dari tegangan yang diperbolehkan bahan tiang. Apabila lapisan keras
terdiri dari pasir maka daya dukung tiang tergantung pada sifat-sifat pasir tersebut dan kita
harus dapat mengetahui besarnya gaya melawan lapisan tersebut terhadap ujung tiang.
2. Tiang yang tertahan oleh perletakan antara tiang dan tanah
Bila ujung tiang tidak mencapai tanah keras, maka yang tertahan adalah perletakan antara
ting dengan tanah. Tiang semacam ini juga disebut tiang terapung atau floating pile. Bila
tiang semacam ini tidak dimasukan dalam pasir maka sebagian besar daya dukungnya
masih tergantung pada ujungnya dan dapat dihitung dari hasil sondir dan bilamana tiang ini
dimasukan dalam lapisan lempung maka perlawanan ujung akan lebih kecil dari perlawanan
akibat pelekatan antara tiang dengan tanah, karena itu untuk menghitung daya dukung tiang
ini dalam lempung kita harus dapat menentukan besarnya gaya pelekatan antara tiang dengan
tanah.
3.3 Daya Dukung Pondasi Sumuran
Untuk menentukan daya dukung pondasi, terlebih dahulu kita mengetahui data-data tanah,
momen yang bekerja dan beban yang di terima. Karena data yang digunakan adalah data
sondir maka perhitungan daya dukung atau kapasitas tiangnya juga didasarkan pada uji
kerucut statis (sondir) [7].
Dalam perencanaan pondasi sumuran ini, daya dukung tiang menggunakan rumus pondasi
sebagai berikut :
Persamaan daya dukung tiang sumuran secara umum sebagai berikut :
Qu = Qp + Qs - WP
Dimana :
Qu = daya dukung ultimit tiang
Qp = daya dukung ujung tiang (ton)
Qs = daya dukung selimut = 0 (ton)
WP = berat tiang
Rumus daya dukung ujung dengan data sondir (Manual Pondasi Tiang Edisi 3, Universitas
Katolik Parahyangan), yaitu:
Qu = A x qc
Faktor-faktor lain kemudian ditentukan berdasarkan tingkat pengendaliannya pada saat
konstruksi.
1. Pengendalian Baik : Kondisi tanah cukup homogen dan konstruksi di dasarkan pada
program penyelidikan geoteknik yang tepat dan profesional, terdapat informasi uji
pembebanan di atau dekat proyek dan pengawasan konstruksi di laksanakan secara ketat.
2. Pengendalian Normal : Situasi yang paling umum, hampir serupa dengan kondisi diatas,
tetapi kondisi tanah bervariasi dan tidak tersedia data pengujian tiang.
3. Pengendalian Kurang : Tidak ada uji pembebanan, kondisi tanah sulit dan bervariasi,
pengawasan pekerjaan kurang, tetapi pengujian geoteknik dilakukan dengan baik.
4. Pengendalian Buruk : Kondisi tanah amat buruk dan sukar ditentukan, penyelidikan
geoteknik tidak memadai.
( Soft Clay )

Qp

Gambar 6 Skema End Bearing Pile

Gambar 6 tentang skema end bearing pile. Tiang ini akan menyalurkan beban yg ia terima
dari struktur atas yg selanjutnya diteruskan melalui tahan ujung ke lapisan tanah pendukung
(Tanah Keras). Bisa dikatakan ujung tiang ini menyentuh lapisan tanah keras[7].
f) Contoh Perhitungan Pondasi Sumuran
Perhitungan Penulangan Sumuran
Diketahui data :
Diameter sumuran = 1,2m = 1200 mm
Diameter tulangan utama = D19 mm
Diameter tulangan sengkang = D13 mm
Fc’ = 30 MPa
Fy = 4000 Kg/cm² = 392,266 Mpa
Panjang tiang = 5 m
Selimut beton = 70 mm
Dari data-data diatas, dapat dihitung untuk perhitungan tulangan sumuran sebagai berikut :
d’ = 2 x (selimut beton) = 2 x 70 = 140 mm
d = 1200 – 140 = 1060 mm
Ast = n x ( 1/4 x 𝜋 x D²) = 24 x ( 1/4 x 3,14 x 19²) = 6801,24 mm2
Ag = 1/4 x 𝜋 x d² = 1/4 x 3,14 x 1200² = 1130400 mm²
𝜌g = 𝐴𝑠𝑡/𝐴𝑔 = 6801,24 / 1130400 = 0,00601
Dengan nilai 𝜌 = 0,00601, didapatkan :
As = 𝜌 x ( 1/4 x 𝜋 x d²) = 0,00601 x (1/4 x 3,14 x 1060²) = 5300,976 mm²
As tul. = 1/4 x 𝜋 x D tul² = 1/4 x 3,14 x 19² = 283,385 mm²
Menghitung tulangan yang dibutuhkan :
Diameter tulangan utama = 19 mm (D 19)
As Tulangan = 1/4 x 3,14 x 19²
= 283,385 mm²
Jumlah Tulangan Yang Dibutuhkan :
= 𝐴𝑠 /𝐴𝑠.𝑡𝑢𝑙
= 5300,976 283,385
= 18,705 mm2 ~ 19 tulangan

Maka jumlah tulangan yang dibutuhkan adalah 19 D19. Digunakan sengkang spiral praktis
10-250
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pondasi sumuran adalah jenis pondasi bangunan yang memiliki bentuk silinder seperti
sumur. Rangka pondasi tersebut terdiri dari susunan pipa beton silinder yang kemudian
dicor dan diisi sejumlah batu belah. Penerapan pondasi sumuran cukup sensitif bagi
kepadatan tanah. Saat melakukan pengeboran, kepadatan tanah di sekitar akan terganggu.
Apabila karakteristik tanah berpasir atau berkerikil, maka ada risiko terjadi longsor. Jika
terpaksa dilakukan, maka tanah tersebut perlu diberikan bentonite dan casing terlebih
dahulu.
2. Kelebihan dari pondasi sumuran adalah jenis pondasi yang tergolong murah namun tetap
memiliki kualitas yang bersaing, rangkanya bisa ditanam dan dibangun pada tanah yang
berada didalam air, pembangunan rangka sumur tidak membutuhkan peralatan yang
kompleks, polusi suara yang dihasilkan cenderung minim, dan tingkat ketahanan pondasi
sumuran termasuk unggul.
3. Kekurangan dari pondasi sumuran adalah penuangan semen saat pembangunan pondasi
sumur memakan waktu yang cukup lama, proses pengerjaan pondasi ini sangat
bergantung dengan cuaca, dan pondasi ini sensitif bagi kepadatan tanah.
4. Proses pengerjaan pondasi adalah Pada sumuran yang akan didirikan dibuat lubang
vertikal dengan cara galian tangan dengan menggunakan kayu atau alat cangkul sampai
dengan kedalaman yang direncanakan. Dalam pengerjaan ini dapat dilaksanakan tanpa
casing karena tanah dapat dipotong tegak tanpa terganggu stabilitasnya. Kemudian
lubang tersebut diisi dengan rangkaian tulangan bulat dimasukkan dan kemudian
dilakukan pengecoran dengan beton cair yang sudah diaduk dalam truck beton.
Bersamaan dengan pengecoran beton cair tersebut dipadatkan dengan vibrator.
4.2 Saran
1. Saat pengecoran pondasi sumuran, saat memasukkan tulangan diharapkan memeriksa
ketegakan tulangan. Untuk menghindari bentuk pondasi sumuran yang melengkung.
2. Pada saat pelaksanaan pemancangan dan pengeboran pondasi tiang sebaiknya periksa
ketegakan dan kerataan mesin bor. Untuk menghindari kemiringan pondasi saat proses
pemancangan.
3. Untuk mendapatkan properties tanah yang mendeskripsikan kondisi tanah asli.
Diharapkan saat pengujian ditingkatkan ketelitian pengujian properties tanah.
4. Proses pengujian Tarik pondasi tiang diharapkan memperhatikan kerataan kaki mesin uji.
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Adrianus, “STUDI PERENCANAAN PONDASI SUMURAN PADA


PEMBANGUNAN GEDUNG APARTEMENT RIVERSIDE MALANG,” PhD Thesis, ITN
Malang, 2014.
[2] B. Wilar, “PELAKSANAAN PONDASI SUMURAN PADA PROYEK
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH JURUSAN FARMASI POLITEKNIK
KESEHATAN MANADO,” PhD Thesis, Politeknik Negeri Manado, 2016.
[3] R. Hidayat, “STUDI ALTERNATIF PERENCANAAN PONDASI SUMURAN
PADA PEMBANGUNAN MASJID RADEN PATAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG,” skripsi, ITN MALANG, 2012. Accessed: Apr. 04, 2022. [Online]. Available:
http://eprints.itn.ac.id/2347/
[4] S. Dewi Sulaksono, “PROYEK PEMBANGUNAN RAMP RSUD UNGARAN
KABUPATEN SEMARANG JALAN DIPONEGORO NO. 125 UNGARAN
(KONSENTRASI BAHAN BANGUNAN),” 2019.
[5] M. V. C. Kisbandy, “OPTIMALISASI BIAYA PEKERJAAN PONDASI DAN
METODE PELAKSANAAN PONDASI SUMURAN PADA PEMBANGUNAN GEDUNG
KESEHATAN RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. VL RATUMBUYSANG MANADO,”
PhD Thesis, Politeknik Negeri Manado, 2016.
[6] R. Kinitasari, “Analisis konfigurasi pondasi tiang pancang terhadap gaya lateral pada
pembangunan Dermaga CPO (Crude Palm Oil) Ketapang Cabang Pelabuhan Pangkal
Balam,” PhD Thesis, Universitas Bangka Belitung, 2018.
[7] R. Rifandi, “ANALISIS DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI TIANG
PANCANG MENGGUNAKAN METODE TEORI KURVA LINEAR STUDI KASUS
GEDUNG SMPN 7 TARAKAN,” PhD Thesis, Universitas Islam Indonesia, 2020.

You might also like