You are on page 1of 17

SIPIL MESIN

ek
ARSITEKTUR ELEKTRO

IDENTIFIKASI PENYIMPANGAN TATA RUANG WILAYAH


PROPINSI SULAWESI SELATAN
Abdul Wahid *

Abstract
This research was aimed to analyze the research questions i.e. (1) are there any spatial
arrangement deviation in term of Perda 44/2001, (2) if any, what did the factors influence
the deviation, and (3) what goverment policies should be implemented to avoid the spatial
arrangement deviation in the future.
This research has closen multi cases: the cities of Makassar, Pare-pare and Palopo, and the region
of Barru and East Luwu. Data collectingof has employed by combinating the focused group
discussion (FGD), field observation and the secondary data method.
The results show there are many spatial arrengement deviations. They were caused by (1)
the issuance of same acts. Act 56/2004 (formation of West Sulawesi Province) has lessened
the coverage area of the province, while the Act 7/2003 (formation of East Luwu and North
Mamuju Regions), Act 13/99 (formating of North Luwu Region) and Act 11/2002 (formating
of Mamasa Region and Palopo City) have changed are, (2) the population growth and
distribution, (3) less implementative contents of the spatial planning, (4) the less attention to
the RTRWP due to the local autonomy, (5) the emergency of sector development planning,
(6) less coordination of planning and development, (7) weakness of monitoring, and (8) lact of
socialization of the RTRWP to all parties.
For the future. To avoid the spatial arrangement deviation, this research suggests to (1) revise the
RTRWP sooner, (2) sharpen and to make contents as well as the coverage of the RTRWP
more details, (3) revitalize the related spatial institutions, (4) involve the stakeholders, and (5)
socialize the new RTRWP to stakeholders intensively.
Key words: : deviations, spatial planning

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian (1) apakah dinamika
pembangunan telah menyebabkan penyimpangan tataruang, (2) bila terjadi penyimpangan,
faktor apa yang menjadi penyebab, dan (3) kebijakan apa yang disarankan agar dimasa
datang tidak terjadi penyimpangan ketataruangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi penyimpangan terhadap RTRWP.
Penyimpangan disebabkan karena (1) Pemekaran wilayah dengan terbitnya UU No. 56/2004
tentang Pembentukan Propinsi Sulawesi Barat, UU No.7/2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Luwu Utara, dan UU No.11/2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan
Kota Palopo. Penyebab lain adalah (2) Pertambahan dan distribusi penduduk, (3) Lingkup dan
muatan RTRWP yang tidak implementatif, (4) Otonomi daerah yang membuat kekurang
patuhan pada Perda,
(5) Munculnya berbagai pembangunan sektoral, (6) Kurangnya koordinasi perencanaan, (7)
Lemahnya monitoring, dan (8) Kurangnya sosialisasi RTRWP.
Penelitian ini menyarankan agar (1) Melakukan revisi RTRWP, (2) Mempertajam muatan RTRWP,
(3) Revitalisasi kelembagaan, (4) Pelibatan stakoholders, dan (5) Sosialisasi RTRWP baru kepada
semua pihak.
Kata kunci: Penyimpangan, tata ruang

1. Pendahuluan
dinamika pembangunan di wilayah
Dibagian latar belakang Sulawesi Selatan (Sul-Sel) yang
masalah ini akan diuraikan terjadinya

 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 2, Mei 2009: 99 -
112

berimplikasi pada penyimpangan tata berdampak pada sistem wilayah


ruang. Sulsel.
 Kebijakan pembangunan Pemprov
a. Isu dinamika pembangunan Sulsel yang dikenal dengan
Gerbang Emas, (Gerakan
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi
Pembangunan Ekonomi Berbasis
(RTRWP) Sulawesi Selatan 2001-2005
Masyarakat) diharapkan akan
telah ditetapkan sebagai Peraturan
mampu mendorong aktifitas
Daerah Nomor 44 tahun 2001 tentang
ekonomi dengan melibatkan
Rencana Tata Ruang Propinsi
potensi masyarakat, yang
Sulawesi Selatan (Perda 44/2001
gilirannya akan membentuk pusat
tentang RTRWP Sulsel). Sejak
pengembangan ekonomi baru.
ditetapkan sampai saat ini, telah
 Konurbasi Mamminasata. Kota
terjadi dinamika perubahan
Makassar, Kabupaten Maros,
pembangunan di wilayah Sulsel
Sungguminasi dan Takalar
antara lain :
berdasarkan Peraturan Daerah
 Pemekaran wilayah propinsi. Nomor 10 tahun 2003 tentang
Berdasarkan Undang-undang Rencana Tata Ruang
Nomor 56 tahun 2004 tentang Mamminasata (Perda 10/2003)
Pembentukan Propinsi Sulawesi telah ditetapkan sebagai
Barat (UU 56/2004) sebagian Metropolitan Mamminasata.
wilayah Sulsel telah dimekarkan Keempat wilayah tersebut dikelola
menjadi Propinsi Sulawesi Barat. dalam satu sistem terpadu.
Pemekaran ini disatu pihak akan Kebijaksanaan ini berarti akan
mendorong pembangunan memperbesar potensi Metro
wilayah Sulbar sebagai suatu sistem Mamminasata sebagai kutub
wilayah pembangunan dengan pertumbuhan wilayah Sulsel.
otonomi penuh, tidak lagi  Eksistensi beberapa kawasan
bergantung pada Sulawesi Selatan. andalan seperti Kawasan
Di pihak lain, dengan melihat Pengembangan Ekonomi Terpadu
wilayah Sulsel sebagai satu sistem, (Kapet), khususnya Kapet Pare-
pemekaran ini akan mengubah pare yang telah mulai
sistem struktur tata ruang wilayah dikembangkan secara serius. Ini
Sulsel. Bila sistem berubah, maka juga berarti tampilnya Kapet ini
dengan sendirinya perlu dilakukan sebagai pusat pertumbuhan
perubahan tata ruang pada sistem wilayah Sulsel.
tersebut.  Sejumlah rencana sektoral,
 Pemekaran beberapa kabupaten misalnya pengembangan
dan kota. Telah terjadi pemekaran Pelabuhan Makassar yang akan
beberapa wilayah berdasarkan memperluas kawasan pelabuhan
keputusan politik yaitu : Undang- dan terintegrasi dengan beberapa
undang Nomor 7 tahun 2003 fungsi utama di Kota Makassar,
tentang Pembentukan Kabupaten sejalan dengan kebijakan
Luwu Timur dan Kabupaten pembangunan transportasi sungai
Mamuju Utara (UU 7/2003), dan laut.
Undang-undang Nomor 13 tahun  Terjadinya pertambahan
1999 tentang Pembentukan penduduk. Dengan berjalannya
Kabupaten Luwu Utara (UU waktu, pertambahan penduduk
13/99) dan Undang-undang diduga telah terjadi. Pertambahan
Nomor 11 tahun 2002 tentang ini tentu saja berimplikasi pada
Pembentukan Kabupaten Mamasa dimensi spasial dan prasarana
dan Kota Palopo (UU 11/2002). Bila wilayahnya.
masing- masing wilayah baru
tersebut menjadi titik tumbuh baru,
maka ini
1
Identifikasi Penyimpangan Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi
Selatan

b. Implikasi dinamika wilayah terhadap


2) Menguji faktor atau aspek yang
tata ruang
mempengaruhi terjadinya
Aktifitas manusia berimplikasi penyimpangan pemanfaatan
erat dengan tata ruang. Berdasarkan ruang tersebut.
Undang-undang Nomor 24 tahun 3) Memberikan rekomendasi kepada
1992 tentang Penataan Ruang (UU pihak terkait (stakeholders) apa
24/92), ruang adalah wadah yang yang harus dilakukan bila
meliputi ruang daratan, lautan dan penyimpangan dinilai signifikan.
udara, sebagai satu kesatuan
wilayah tempat manusia dan
makhluk lainnya hidup dan 2. Kerangka Pemikiran
melakukan kegiatan serta Alur pikir penelitian didasarkan
memelihara kelangsungan hidupnya. pada kajian perkembangan
Sedangkan tata ruang adalah wujud pembangunan dan kebijakan dalam
struktural dan pola pemanfaatan lingkup eksternal dan internal selama
ruang, baik yang direncanakan kurun waktu tahun 2001-2015 (tahap
maupun tidak. Pasal dalam UU 24/92 awal implikasi RTRWP Sulsel) di Sulawesi
tersebut memberi makna bahwa Selatan.
tata ruang adalah struktur pola Kondisi tersebut akan
pemanfaatan wilayah daratan, dibandingkan dengan arahan
udara dan lautan oleh kegiatan pengembangan wilayah menurut
manusia dan makhluk lainnya. RTRWP Sulsel 2001-2015, indikasi adanya
Dikaitkan dengan adanya penyimpangan pembangunan di
dinamika pembangunan di wilayah wilayah Sulawesi Selatan akan terlihat
Sulsel yang berubah tersebut, dengan adanya beberapa parameter
dinamika perubahan pasti akan simpangan, diantaranya : parameter
memerlukan tempat atau ruang dan simpangan laju pertumbuhan
lokasi. Dinamika yang tinggi diduga penduduk menurut RTRWP 2001-2015
akan berasosiasi dengan tata dengan laju pertumbuhan saat ini,
ruang. Dengan demikian dapat parameter simpangan ketersediaan
disimpulkan bahwa pemanfaatan lapangan kerja saat ini dan target
ruang diperkirakan mengalami RTRWP 2001-2015, parameter
perubahan di wilayah Sulsel. simpangan arahan
pengembangan prasarana dan sarana
Adanya dinamika sektoral dengan alokasi anggaran dan
pembangunan yang sangat tinggi pembangunan prasarana dan sarana
seperti diuraikan pada latar belakang selama tahun 2001 sampai dengan
merupakan gejala perubahan tahun 2005.
keruangan di Provinsi Sulawesi Selatan. Kasus penelitian difokuskan
Perubahan tersebut dapat pada populasi orde kota di Sulawesi
menimbulkan kesenjangan apakah Selatan, dengan mengambil salah satu
pemanfaatan ruang yang telah kabupaten/kota dari masing-masing
berlangsung sudah sesuai dengan kelompok orde/peringkat kota yang
RTRWP Sulawesi Selatan 2001 - 2015. ada (menurut RTRWP Sulsel 2001-2015).
Oleh karena itu tujuan penelitian ini Adapun rekomendasi yang
adalah untuk : dikeluarkan dari hasil penelitian ini
1) Mengidentifikasi adanya menjadi masukan pada instansi-instansi
penyimpangan tata ruang diukur terkait pada tingkat propinsi dan
dan dibandingkan dengan RTRWP kabupaten/kota guna menyelaraskan
2001-2015. kembali pembangunan di daerahnya
masing-masing.

1
Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 2, Mei 2009: 99 -
112

Isu Eksternal Wilayah Sulsel:


 Rencana Integrasi
Pemb. Sulawesi – Perda No.44/2001 ttg RTRWP Sulsel:
BKPRS  Konsep penataan ruang
Isu Internal Wilayah Sulsel:  Arahan pengelolaan kawasan
 Pemekaran Wil. Sulsel  Arahan pengembangan kawasan
 Pemekaran Kota  Arahan kebijakan tataguna
Palopo dan Kab. Ex tanah, air dan udara
Luwu  Kebijakan penunjang tata ruang
 Kependudukan  Indikasi program pembangunan
 Gerbang Emas
 Renstra dan

PEMANFAATAN
RUANG

Menyipang Sesuai

Teori dan Hasil Penelitian:


Identifikasi Penyimpangan Tata Ruang:
Ketimpangan pertumbuhan
Sistem wilayah
Kependudukan
Kependudukan
Konsep berkelanjutan
Pemanfaatan ruang
Struktur ruang wilayah
Pertumbuhan ekonomi
Partisipasi masyarakat
Sarana dan Prasarana wilayah
Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

3. Metode Penelitian Multi Kasus


3.2Lokasi penelitian
Orde Kota: Orde II, Orde III dan Ode
3.1Jenis Penelitian
Penelitian IV ini dilakukan di
Berdasarkan pada rumusan wilayah Sulawesi Selatan, khususnya
masalah dan tujuan, penelitian ini pada 5 kasus, yaitu Kota Makassar,
termasuk penelitian deskriptif, yang REKOMENDASI KEBIJAKAN
Pare- pare, Palopo, serta Kabupaten
berciri menguraikan secara lengkap REVISI RTRWP SULSEL 2001-2015
Barru dan Luwu Timur. Sampai dengan
dan menyeluruh. Sementara tahap Laporan Akhir ini, Tim Peneliti
berdasarkan data yang diperoleh, telah melakukan analisis data dan
penelitian ini dapat dikelompokkan mengungkapkan beberapa kesimpulan
pada jenis penelitian gabungan dari hasil analisis tersebut, serta
kualitatif dan kuantitatif. melahirkan beberapa rekomendasi
kebijakan kepada pihak-pihak yang

1
Identifikasi Penyimpangan Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi
Selatan

terkait dengan rencana tata ruang,


kasus lebih menekankan untuk
khususnya RTRWP Sulawesi Selatan.
mengungkapkan gambaran
Dalam rangka memperoleh data menyeluruh dan lengkap serta
yang berkaitan dengan analisis, Tim mendalam (holistic picture) suatu kasus.
telah melakukan beberapa indepth
Dengan demikian bahwa kota
interview yaitu dengan Kota Makassar,
dan wilayah adalah suatu sistem yang
Pare-pare dan Palopo, serta Kabupaten
utuh, maka pemilihan kasus akan
Barru dan Lutim. Dalam jajaran propinsi,
dilakukan berdasarkan tingkatan sistem.
Tim telah melakukan indepth interview
RTRWP Sulsel menguraikan bahwa
dengan Bappeda Sulawesi Selatan,
sistem tata ruang Sulsel terdiri dari orde
Badan Pengendalian Dampak
II, III dan IV sebagai berikut :
Lingkungan Sulawesi Selatan, Dinas
Praswil Sulawesi Selatan, Dinas Tarkim  Kota pada orde II, Pusat Kegiatan
Sulawesi Selatan, Dinas PSDA Sulawesi Nasional (PKN) adalah Makassar.
Selatan, Dinas Pertambangan dan  Pada orde III, terdapat 4 Pusat
Energi Sulawesi Selatan, Dinas Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu
Kehutanan Sulawesi Selatan dan Dinas Palopo, Watampone, Pare-pare dan
Perdagangan dan Perindustrian Bulukumba.
Sulawesi Selatan.  Pada orde IV, Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) yaitu Pangkep, Maros, Takalar,
Sungguminasa, Makale, Rantepa,
3.3Waktu kegiatan Masamba, Wotu, Malili, Soroako,
Penelitian ini dilakukan sesuai Mamasa, Sinjai, Jeneponto,
dengan KAK yang ada, yaitu Bantaeng, Sengkang,
dilaksanakan sejak bulan Agustus Watansoppeng, Pinrang, Sindenrang
sampai akhir bulan November 2005. Rappang, Enrekang, Barru, Mamuju,
Namun demikian laporan ini kembali Majene dan Polewali Mandar.
disempurnakan dengan
mengakomodasi beberapa masukan Pemilihan kasus dilakukan
dari berbagai pihak termasuk berdasarkan struktur sistem orde
rekomendasi seminar akhir, sehingga tersebut, sebagai berikut :
finalisasi laporan ini dapat  Untuk orde II dipilih Kota Makassar.
dirampungkan pada awal Desember  Untuk orde III terdiri dari 4 Pusat
2005. Kegiatan Wilayah (PKW), 2 kota di
antaranya terpilih sebagai kasus
3.4Penentuan kasus yaitu Kota Palopo dan Kota Pare-
Berdasarkan buku Pedoman pare.
Penyusunan RTRWP 2002 yang Untuk orde IV dipilih
diterbitkan oleh Departemen Kimpraswil, berdasarkan Pusat Kegiatan Lokal
unit analisis pada RTRWP adalah (PKL) yang dianggap memiliki ciri
kabupaten dan kota. Berdasarkan pertumbuhan yang khas yaitu : Kab.
ketentuan tersebut berarti populasi RTR Luwu Timur, sebagai Kabupaten yang
Wilayah Sulsel adalah sebanyak 23 beru hasil pemekaran, Kab. Barru
kota dan kabupaten. Dengan sebagai wilayah pengembangan
mempertimbangkan manajibilitas dan agropolitan.
waktu, penelitian ini tidak melakukan
sampling dengan prinsip
3.5Instrumen pengambilan data
representativeness, tetapi memilih
beberapa kabupaten dan kota sebagai Sesuai dengan sifat dan jenis
kasus. Didasari bahwa kesimpulan penelitian, instrumen pengambil data
penelitian kasus (case study) tidak adalah kerangka wawancara, kuisione,
bermaksud melakukan generalisasi peta dan gambar. Kerangka
terhadap populasi. Tetapi penelitian wawancara bersifat open ended yaitu
peneliti memungkinkan untuk

1
Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 2, Mei 2009: 99 -
112

mengembangkan secara bebas  Analisis distribusi/kepadatan


pertanyaan dan jawaban sesuai penduduk propinsi, perkotaan
dengan situasi wawancara. Kuisioner dan perdesaan.
bertujuan sebagai daftar periksa
3) Analisis Ekonomi Wilayah
(check list) atas data yang
Analisis ini dilakukan untuk melihat
dikehendaki. Peta dan gambar foto
profil dan perkembangan ekonomi
digunakan dalam merekam kondisi
propinsi :
yang ada di lapangan.
a. Analisis mengenai ekonomi
wilayah propinsi terutama
3.6Indikator keterkaitan dengan sektor
Mengacu pada pedoman unggulan.
penyusunan RTRWP (2002), indikator b. Analisis mengenai pertumbuhan
yang akan diidentifikasi adalah : ekonomi.
1) Batas wilayah administratif. c. Analisis pergerakan barang dan
2) Pertambahan penduduk propinsi jasa.
sulawesi selatan dan di lima kasus d. Analisis untuk memperlihatkan
kota (Makassar, Pare-pare, Palopo, pola persebaran ekonomi dalam
serta Kab.Barru dan Kab.Lutim). wilayah propinsi.
3) Pertumbuhan ekonomi Propinsi
4) Analisis Sarana dan Prasarana
Sulawesi Selatan.
Analisis dilakukan untuk melihat
4) Pembangunan sarana dan
kondisi sumber daya buatan, yaitu :
prasarana wilayah, khususnya sistem
a. Analisis mengenai kondisi, jenis
jaringan transportasi di Propinsi Sulsel.
dan jumlah sarana ekonomi
5) Pemanfaatan ruang di Propinsi Sulsel
dengan memperhatikan potensi
dan di lima kasus (Makassar, Pare-
industri dan jasa.
pare, dan Palopo, serta Kab.Barru
b. Analisis sarana prasarana
dan Kab.Lutim).
transportasi darat dan transportasi
lainnya dengan memperhatikan
3.7Model analisis sarana transprotasi laut.
Beberapa analisis yang c. Analisis sarana prasarana
digunakan dalam mengidentifikasi pengairan, listrik dan
penyimpangan, menganalisis telekomunikasi dengan
penyebab perubahan dan menyusun memperhatikan sarana air bersih.
saran kebijakan yang dilakukan
5) Analisis Pemanfaatan Ruang
sebagai berikut :
Analisis ini dilakukan untuk melihat
1) Analisis Sistem Wilayah kecenderungan perkembangan
Analisis ini membahas cakupan dan pemanfaatan ruang wilayah yang
dimensi wilayah yang ada dan meliputi kawasan lindung dan
perubahan yang terjadi selama 5 kawasan budidaya.
tahun di Sulawesi Selatan. Analisis ini
berdasar pada data sekunder. Pendekatan dan prosedur
Dinamika politik menyebabkan pelaksanaan penelitian yang telah
perubahan dimensi wilayah. dilakukan dapat diungkapkan sebagai
berikut :
2) Analisis Demografi
Analisis ini dimaksudkan untuk 1) Tahap persiapan
melihat profil dan perkembangan Pada tahap ini Ketua Tim bersama
penduduk, yaitu : semua anggota peneliti, yaitu ahli
 Analisis tingkat perkembangan ekonomi wilayah, perkotaan dan
penduduk ahli prasarana melakukan
 Analisis mengenai pertemuan awal untuk persiapan.
pergerakan/mobilitas penduduk Pertemuan ini membicarakan
antar propinsi dan dalam propinsi. jadwal, pembagian

1
Identifikasi Penyimpangan Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi
Selatan

tugas dan tanggung jawab, serta


3) Tahap tabulasi data dan
pembiayaan. Ketua Tim melakukan
penggambaran peta
koordinasi menyeluruh sementara ahli
Data yang terkumpul pada tahap
bertanggung jawab pada bidang
(2) diatas sebelumnya
masing-masing. Pertemuan ini juga
diinventarisasi, ditabulasikan dan
menghasilkan jadwal rinci. Pada
sebagian data digambarkan secara
tahap ini telah disusun Laporan
spasial dalam peta digital sehingga
Rencana Operasional Pelaksanaan
menjadi data yang sistematik. Pada
Penelitian (ROPP) yang berisi
tahap ini dapat dihasilkan
kesiapan Tim dalam melakukan
identifikasi aspek atau sektor yang
penelitian. Waktu yang diperlukan
diduga menyimpang terhadap RTRWP
sekitar 2 minggu sejak kontrak
2001- 2015. Ketua Tim bersama
ditandatangani dan akhirnya
anggota serta pembantu peneliti
Laporan ROPP dapat disampaikan
bekerja di studio, dibantu oleh para
pada akhir Juni.
pekerja dan waktu yang
2) Tahap pengumpulan data primer dimanfaatkan selama 2 bulan.
dan sekunder
4) Tahap analisis data dan penarikan
Pada tahap awal dilakukan proses kesimpulan
pengumpulan data sekunder berupa
Sektor dan aspek yang tertuang
dokumen perencanaan (RTRWK,
dalam data dalam format berupa
Propeda, Renstra, Statistik)
tabel, gambar dan peta, selanjutnya
dimasing- masing kota/kabupaten
dianalisis menurut tingkat
yang terpilih sebagai kasus. Setelah
penyimpangannya. Analisis data
dipelajari data sekunder, Tim
dilakukan secara komprehensif,
selanjutnya melakukan dengar
dimana Tim dibantu oleh satu orang
pendapat dengan key persons atau
tenah dalam penggambaran peta,
informan misalnya bupati/walikota,
perhitungan proyeksi kependudukan
pengusah, tokoh
dan analisis ambang batas. Waktu
masyarakat/adat/agarama. Dengar
yang diperlukan kurang lebih 1 bulan.
pendapat diarahkan pada apakah
terjadi penyimpangan dan apa 5) Tahap penulisan draft laporan
penyebabnya. Dari data sekunder Hasil analisis akan dituliskan dalam
ini dapat ditentukan langkah draft laporan. Pada tahap ini Ketua
lanjutan yaitu data primer apa saja Tim bersama seluruh anggota
yang diperlukan, dimana serta menyusun draft dibantu oleh
sumber datanya dan bagaimana pembantu peneliti. Pekerjaan ini
memperolehnya. Data primer secara efektif memakan waktu
meliputi data ekonomi, sosial, selama 1 bulan.
lingkungan dan prasarana. Pada
tahap ini Tim lengkap akan 6) Tahap seminar
melakukan perjalanan ke 5 Draft laporan selanjutnya
kota/kabupaten sebagai kasus. diseminarkan untuk memperoleh
Data yang berhasil dikumpulkan masukan dan koreksi dari berbagai
meliputi batas administrasi wilayah, pihak terkait. Dalam keseluruhan
aktifitas ekonomi, kependudukan, proses kegiatan penelitian ini Tim
struktur tata ruang dan pemanfaatn telah melaksanakan seminar
ruang kabupaten/kota, kondisi sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu seminar
sumber daya alam/lingkungan awal, seminar antara dan seminar
dan kebijakan akhir.
pembangunan yang telah
dirumuskan. Waktu yang 7) Tahap finalisasi hasil penelitian
dimanfaatkan dalam pengumpulan Hasil seminar menjadi bahan untuk
data ini selama 2 bulan. menyempurnakan laporan akhir,

1
Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 2, Mei 2009: 99 -
112

yang dibuat sebanyak 3 (tiga) beberapa instansi ditingkat


rangkapdan digandakan oleh pihak kota/kabupaten (sesuai dengan lokasi
Balitbangda. kasus yang ditetapkan dalam
penelitian ini), secara umum
8) Tahap penyerahan hasil penelitian beranggapan bahwa sosialisasi Perda
Hasil kegiatan berupa 5 rangkap RTRWP yang dilaksanakan oleh
berikut 1 CD diserahkan kepada Bappeda Propinsi Sulsel dinilai tidak
pihak Balitbangda Propinsi Sulawesi tepat sasaran. Hal ini disebabkan oleh
Selatan. beberapa faktor antara lain :
 Sebagian surat undangan kegiatan
sosisalisasi diperkirakan tidak sampai
4. Hasil dan Pembahasan pada instansi yang terkait dengan
4.1Sosialisasi RTRWP Sul-Sel tata ruang wilayah baik di tingkat
Kegiatan sosialisasi RTRWP Sul-Sel propinsi maupun di tingkat
yang difasilitasi oleh Bappeda Propinsi kabupaten.
Sulsel telah dilaksanakan baik pada  Perseta yang hadir sebagai utusan
waktu seminar laporan rancangan dari beberapa instansi, secara umum
rencana, maupun pada saat laporan berasal dari staf bina program dari
RTRWP telah Perdakan. instansi bersangkutan, dan hanya
sebagaian kecil merupakan pejabat
Sosialisasi yang dilakukan pada
setingkat kepala dinas.
waktu seminar rancangan rencana
 Di samping itu dari beberapa peserta
telah dihadiri oleh beberapa elemen
yang hadir pada saat itu, diduga
pelaku pembangunan mulai dari
tidak mensosialisasikan lebih lanjut
berbagai instansi, pihak swasta dan
arahan-arahan yang terkandung
masyarakat, sehingga telah melahirkan
dalam RTRWP sesuai dengan
beberapa masukan konstruktif dan
sosialisasi yang telah diikuti.
rekomendasi untuk penerapan rencana
 Bahkan sebagian besar dari pejabat
RTRWP Sulsel. Selanjutnya sosialisasi
atau staf yang telah mengikuti
RTRWP yang dilakukan setelah RTRWP
sosialisasi tersebut telah dimutasikan
ditetapkan dengan Perda Propinsi
ke tempat atau jabatan lain,
Sulsel No. 44 tahun 2001, telah diikuti
sehingga informasi-informasi muatan
oleh beberapa instansi pemerintah di
RTRWP tersebut tidak terpahami
tingkat propinsi, beberapa instansi
secara berkelanjutan di suatu instansi.
pemerintah ditingkat
 Sebagian instansi yang ditemui di
kabupaten/kota dan
tingkat Propinsi belum memiliki buku
beberapa elemen masyarakat/swasta
RTRWP, yang mungkin dari awal
terutama yang berasal dari
tidak menerima buku tersebut atau
kabupaten/kota yang menjadi kawasan
pejabat yang mengikuti sosialisasi
andalan.
menyimpan buku tersebut sebagai
Kegiatan sosialisasi RTRWP
koleksi pribadi.
pasca perda yang dilaksanakan di
Kantor Bappeda Prov. Sulsel, Adapun instansi pemerintah di
dilaksanakan dengan menjelaskan tingkat propinsi yang telah mengikuti
tujuan, substansi, dan implementasi sosialisasi RTRWP serta melakukan
program yang terkandung dalam sosialisasi di dalam instansinya sesuai
RTRWP. Seluruh instansi yang hadir dengan hasil wawancara tim peneliti,
telah berikan bahan berupa Laporan antara lain adalah Bappeda Propinsi,
Rencana yang dilengkapi dengan CD. Dinas Kehutanan, dan Dinas
Berdasarkan hasil wawancara Pertambangan dan Energi. Namun
dengan beberapa instansi ditingkat demikian sosialisasi RTRWP yang
propinsi seperti Dinas Tata Ruang dan dilakukan secara internal dinilai masih
Permukiman, Dinas Prasarana Wilayah, terbatas. Yang pasti bahwa instansi-
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, instansi tersebut telah
Dinas Perindag dan Bapedalda, serta mempertimbangkan RTRWP dalam

1
Identifikasi Penyimpangan Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi
Selatan

setiap programnya. Dalam proses


kabupaten/kota telah melaksanakan
penyusunan program, tentu saja telah
berbagai macam program
mengikuti arahan-arahan program yang
pembangunan daerah maupun
ada dalam RTRWP yang ditunjang oleh
program sektoral sejak tahun 2001
beberapa dokumen acuan lainnya
sebagai awal implementasi RTRWP
seperti : buku Renstra Propinsi, Renstra
sampai saat ini.
Dinas, kebijaksanaan pemerintah dan
beberapa Undang-undang yang baru Khusus instansi Bappeda
berlaku. Sedangkan buku Propinsi Sulawesi Selatan telah
Perwilayahan komoditas mengeluarkan berbagai program
dianggap telah pembangunan baik jangka panjang,
terakomodasi di dalam RTRWP Propinsi menengah maupun tahunan yang
tersebut. keseluruhannya bersifat non fisik. Hal
Bagi instansi lain yang belum tersebut terkait dengan Keputusan
memiliki RTRWP tersebut serta belum Gubernur No. 225 tahun 2001 tentang
menggunakan RTRWP sebagai acuan tugas pokok dan rincian tugas
dalam proses penyusunan Bappeda Prop. Sulsel berupa :
programnya, tentu saja tidak menyusun program pembangunan
mengikuti arahan- arahan program daerah, menyusun rencana strategi
yang ada dalam RTRWP. Dari hasil pemerintah daerah propinsi,
wawancara terhadap beberapa melakukan koordinasi perencanaan,
instansi, dijelaskan bahwa dokumen dan menyusun rencana program
yang digunakan sebagai acuan dalam pembangunan sektoral. Dari hasil
proses penyusunan program jangka wawancara di Bappeda Sulsel
panjang, jangka menengah dan diketahui bahwa setiap rencana
tahunan, antara lain berupa : buku program daerah yang disusun telah
Perwilayahan Komoditas (Wilkom), mengacu pada arahan kebijaksanaan
Restra Propinsi, Restra Dinas, pemanfaatan ruang sebagaimana yang
kebijaksanaan pemerintah, dan berupa tertuang dalam RTRWP, serta
Undang-undang yang berlaku. menjadikan RTRWP tersebut sebagai
pedoman dan alat pengendali
pelaksanaan
4.2 Implementasi dan Penyimpangan
pembangunan. Diungkapkan lebih
RTRWP
lanjut bahwa sampai saat ini belum
Telah dijelaskan di atas bahwa ditemukan penyimpangan implementasi
masing-masing instansi baik di tingkat pemanfaatan ruang yang signifikan
propinsi maupun di tingkat terhadap RTRWP.

Tabel 1. Perubahan Fungsi Dan Status Kawasan Hutan di Propinsi Sulawesi Selatan
Tahun 1999-2005
Tahun Jumlah
Kabupaten
No. Pelaksana Perubahan Kawasan Hutan (Ha) Perubaha
/Kota
an n
1. Maros 2003 - HPT 7.886 ha menjadi TN 7.741 ha 145 ha
- HL 25.817 ha menjadi TN 14.086 ha 11.731 ha
2. Gowa 2003 - Status HP menjadi non kawasan 500 ha
3. Pangkep 2003 - HL 21.631 ha menjadi TN 12.029 ha 9.612 ha
- HP 7.387 ha menjadi TN 2.747 4.640 ha
ha
4. Barru 2003 - Status APL menjadi KL 30,63 ha
berdasarkan RTRWK
(Perda)

1
Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 2, Mei 2009: 99 -
112
5. Bantaeng 2003 - Status KL 589 ha menjadi APL 125 464 ha
ha

1
Identifikasi Penyimpangan Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi
Selatan

Tabel 1. Perubahan Fungsi Dan Status Kawasan Hutan di Propinsi Sulawesi Selatan
Tahun 1999-2005 (lanjutan)
Tahun Jumlah
Kabupaten
No. Pelaksana Perubahan Kawasan Hutan (Ha) Perubaha
/Kota
an n
6. Parepare 2004 - HL 1.068 ha menjadi 2.050 ha 982 ha
- HPT 339 ha menjadi 347 ha 8 ha
- Unismuh + BK Hewan 15 ha
7. Jeneponto 2004 - APL menjadi HL 275 ha
8. Wajo 2005 - Status APL menjadi HL ex area 2.000 ha
perkebunan PTP XIV
9. Luwu Timur 2005 - Status hl menjadi APL 12.372 ha
10. Polmas 2003 - HL menjadi TWA 11.867,5 ha 11.867,5
dalam proses pemekaran wilayah ha
11. Mamuju 2004 - Status HL, HPT dan HPK menjadi 65.022 ha
Non Kawasan (tanah transmigrasi)

dalam RTRWP
Informasi dari beberapa
instansi di tingkat Propinsi Sulawesi
Selatan tentangimplementasi RTRWP,
selanjutnya dilanjutkan dengan
melakukan wawancara khusus
terhadap beberapa instansi yang
terkait dengan tata ruang pada lima
kasus kota/kabupaten yang dipilih
yaitu Kota Makassar, Kota Pare-pare,
Kota Palopo, Kab. Barru dan Kab.
Luwu Timur. Dari studi yang dilakukan
akhirnya diperoleh beberapa informasi
tentang beberapa kegiatan
pembangunan yang
dilaksanakan di daerah, menunjukkan
beberapa perbedaan dari rencana
atau arahan pengembangan sesuai
yang dikemukakan dalam RTRWP.
Salah satu kasus bentuk
perubahan pemanfaatan ruang yang
terjadi didalam lingkup kerja Dinas
Kehutanan Propinsi Sulawesi Selatan
adalah perubahan fungsi dan status
kawasan hutan yang terjadi pada
tahun 2003-2005 yang dapat dilihat
pada Tabel 1.
Berdasarkan data tersebut
diatas, dapat disimpulkan bahwa data
kawasan hutan yang tercantum dalam
dokumen RTRWP tahun 2001 hingga
saat ini telah terjadi perubahan luas
kawasan hutan sebesar 119.664,1 ha,
yang berarti secara langsung
mempengaruhi penyimpangan ruang

1
Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 2, Mei 2009: 99 -
112
2001. Disamping kasus diatas, juga
masih banyak
ditemukan
kasus-kasus
perubahan pemanfaatan lahan
yang tidak sempat diungkapkan
secara keseluruhan.

4.3 Faktor yang mempengaruhi


penyimpangan RTRWP
Salah satu upaya yang
dilakukan pihak pemerintah
dalam mengantisipasi dan
mengiliminir terjadinya
penyimpangan RTRWP adalah
melalui upaya sinkronisasi
rencana program kegiatan dan
pemanfaatan ruang antara
program kegiatan daerah dan
program kegiatan sektoral dalam
suatu forum Musyawarah Rencana
Pembangunan (Musrenbang).
Namun demikian secara faktual
tidak dapat dihindari bahwa
dalam proses implementasi
pemanfaatan ruang telah terjadi
beberapa penyimpangan RTRWP
yang disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain :
 Dinamika dan
tuntutan pembangunan
sehingga RTRWP tidak bisa
lagi dipertahankan. Hal ini
biasanya didukung oleh
peraturan perundangan yang
baru.
 Sesuai dengan pembahasan
sebelumnya bahwa RTRWP
tidak dipahami, yang salah
satunya disebabkan oleh tidak
ada atau

1
Identifikasi Penyimpangan Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi
Selatan

kurang tuntasnya program sosialisasi. menjadi 4 bagian wilayah


Akhirnya daerah menggunakan administrasi
dokumen lain sebagai acuan
perencanaan seperti Renstra
Daerah, Renstra Dinas, RTRW
daerah, Perwilayahan Komoditas dan
lain-lain.
 RTRWP yang ada dinilai tidak aplikatif,
seperti kurang jelasnya arahan
pemanfaatan lahan atau indikasi
lokasi, waktu, pelaksanaan kegiatan
pada pemantapan pembangunan
tidak terurai secara jelas.
 Daerah memiliki program dan
rencana lain yang tidak sesuai
dengan arahan RTRWP.
 Seringkali terjadi benturan
kepentingan antar sektor yang ada
akhirnya memicu terjadi perubahan
program yang tertuang dalam
RTRWP.
 Lebih cenderung mengacu ke
dokumen rencana tata ruang yang
dimiliki, karena lebih aplikatif dan
spesifik.
 Kegiatan pembangunan cenderung
lebih mengarah ke proses Bottom-
Up sehingga lebih cenderung
melihat kegiatannya sendiri
ketimbang RTRWP.
Selanjutnya informasi yang
diterima dari beberapa instansi baik di
tingkat propinsi, maupun instansi yang
ada di daerah-daerah terkait dengan
implementasi RTRWP dalam dinamika
perkembangan pembangunan di
Sulawesi Selatan baik secara fisik
maupun non fisik memperlihatkan
bahwa secara umum berpendapat
bahwa RTRWP sudah tidak dapat
digunakan lagi sebagai acuan
pembangunan Propinsi Sulawesi Selatan
yang disebabkan oleh beberapa alasan
utama, antara lain :
 Pemekaran sebagian wilayah
Sulawesi Selatan yang meliputi
Kabupaten Polewali Mandar,
Mamasa, Majene, Mamuju dan
Mamuju Utara yang kemudian
terbentuk menjadi propinsi baru yaitu
Propinsi Sulawesi Barat.
 Pemekaran wilayah Sulawesi Selatan
lainnya khususnya di Kabupaten Luwu

1
Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 2, Mei 2009: 99 -
112
yaitu Kota Palopo, Kab. Luwu, Kab.
Luwu Utara dan Kab. Luwu Timur.
 Rencana tata ruang sebaiknya tidak
berbasis hanya pada batasan
wilayah administratif, melainkan
berbasis pada kondisi alami yang
mengarah pada kestabilan ekosistem
untuk berupaya menciptakan
pelestarian lingkungan.
 Perlu keterkaitan kinerja yang kuat
antar wilayah baik dalam lingkup
regional, nasional, maupun
internasional.
 Terjadinya beberapa penyimpangan
pemanfaatan lahan melalui
beberapa kasus antara lain :
pemanfaatan lahan hutan lindung
untuk budidaya dan sebagainya.
 Perlu dilengkapi dengan arahan
pengembangan ruang di luar
daratan seperti lahan pesisir sampai
lautan dan ruang udara.
Kewenangan terhadap laut untuk
wilayah kabupaten/kota berjarak 4
mil laut dan untuk wilayah propinsi 12
mil laut.
 RTRWP perlu ditunjang oleh berbagai
peraturan dalam implementasi dan
pengendaliannya, yang mengarah
pada penegakan hukum yang tegas.
Untuk itu diperlukan kegiatan yang
sinergis yang ditunjang oleh
peraturan-peraturan baku antara
beberapa instansi yang sangat terkait
dengan pemanfaatan ruang di
lapangan.
 Perlu penyesuaian antara
penggambaran peta berbagai
pemanfaatan lahan yang ada dalam
rencana dengan kondisi sebenarnya
di lapangan, atau sebaliknya perlu
ada indikator yang jelas di lapangan
untuk mempertegas batas fungsi
kawasan yang ada di peta. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan
proses pengendalian pemanfaatan
ruang.
 Perlu dilengkapi dengan skenario
rencana pentahapan pembangunan
yang jelas sesuai dengan alokasi
waktu, tempat/lokasi, lembaga yang
terkait dengan pelaksanaannya,

1
Identifikasi Penyimpangan Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi
Selatan

serta indikator keberhasilan  Penyimpangan kependudukan,


programnya. yaitu adanya jumlah dan laju
pertumbuhan penduduk di Kota
Jika kita melihat kinerja
Makassar, Kota Palopo, Kota
beberapa instansi di tingkat propinsi
Pare- pare, Kabupaten Barru dan
menyangkut penyimpangan yang
Kabupaten Luwu Timur
terjadi akibat dinamika pertumbuhan
mengalami pertumbuhan.
wilayah tersebut diatas, terlihat
 Penyimpangan struktur ruang
beberapa informasi yang bervariasi,
wilayah, yaitu hadirnya kota dan
antara lain dalam lingkup instansi
kabupaten baru hasil pemekaran
pihak Bappeda telah melakukan
antara lain : Kota Palopo, Malili
evaluasi, pemantauan, dan
sebagai ibu kota, Kabupaten
pengendalian yang dilakukan bersama-
Luwu Timur dan Belopa sebagai
sama dengan Dinas Tata Ruang dan
ibu kota Kabupaten Luwu.
Permukiman Propinsi Sulawesi Selatan.
 Penyimpangan sektor ekonomi,
Hanya saja terlihat bahwa pihak Dinas
yaitu adanya perubahan ekonomi
Tata Ruang dan Permukiman belum
berskala wilayah yang tidak atau
mampu melakukan upaya
belum tertuang dalam RTRWP
pencegahan terhadap
penyimpangan yang terjadi atau 2) Faktor Penyebab Penyimpangan
memberikan pelarangan terhadap Terjadinya penyimpangan dimana
oknum pelanggar fungsi pemanfaatan implementasi tata ruang tidak sesuai
ruang, yang disebabkan karena dengan Perda 44/2001 tentang
kegiatan pengendalian tata ruang RTRWP Sulawesi Selatan, disebabkan
tersebut belum didukung oleh aspek oleh beberapa faktor:
peraturan atau regulasi yang baku.  Pemekaran wilayah, yaitu
Kegiatan pemantauan dalam rangka pembentukan Provinsi Sulawesi
pengendalian ruang yang dilakukan Barat berdasarka UU No.56/2004
baru sebatas memonitor perubahan telah mengubah administratif luas
tata ruang yang dianggap mempunyai wilayah Sulsel dari semula 6.276.888
implikasi yang signifikan terhadap ha menjadi 4.600.170 ha.
arahan RTRWP. Selanjutnya, hasil Selanjutnya terjadi beberapa
pemantauan pemanfaatan ruang yang pemekaran yaitu UU No. 7/2003
terjadi selanjutnya dibahas dalam forum tentang pembentukan Kabupaten
Badan Koordinasi Pengendalian Ruang Luwu Timur dan Kabupaten
Daerah (BKPRD) guna merumuskan Mamuju Utara, UU No.13/1999
langkah-langkah penyelesaian. tentang Pembentukan Kabupaten
Luwu Utara dan UU No.11/2002
tentang Pembentukan Kabupaten
5. Kesimpulan dan Saran Mamasa dan Kota Palopo.
5.1Kesimpulan Terbitnya beberapa Undang-
1) Penyimpangan Implementasi Tata undang tersebut menyebabkan
Ruang perubahan pelayanan dan
Berdasarkan hasil analisis yang struktur tata ruang wilayah
ditemukan ada 4 bentuk Sulawesi Selatan.
penyimpangan yang dapat  Pertambahan penduduk, yaitu
diidentifikasikan yaitu : dari 5 kasus yang diteliti kecuali
 Penyimpangan luas wilayah, Kabupaten Barru, 4 kasus lainnya
yaitu dengan terjadinya Kota Makassar, Kota Palopo dan
pemekaran Propinsi Sulawesi Kota Pare-pare serta Kabupaten
Barat yang berasal dari Luwu Timur menunjukkan adanya
Kabupaten Majene, Polmas dan pertambahan penduduk yang
Mamuju sehingga luas wilayah signifikan bahkan diatas
berkurang dari semula 6.276.888 pertumbuhan rata-rata nasional
ha menjadi 4.600.170 ha.
1
Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 2, Mei 2009: 99 -
112

yaitu 1,75%. Pertamabahan


wilayah terjadi saling mendukung
penduduk selalu berimplikasi
sehingga tidak terjadi kompetisi.
terhadap penyediaan pelayanan
Peran RTRWP adalah sangat
wilayah secara luas.
penting dalam mengkoordinasikan
 Ruang lingkup RTRWP sesuai Perda
kegiatan lintas wilayah tersebut.
No. 41/2001 belum memuat aspek
 Badan Koordinasi Tata Ruang
atau sektor yang lingkup lintas
yang berdasarkan Kepmen
wilayah kabupaten/kota atau
memiliki tugas dan tanggung
lintas sektor sesuai kewenangan
jawab melakukan koordinasi
propinsi berdasarkan Undang-
masalah tata ruang. Badan ini di
undang No. 22 tentang pokok-
tingkat kota/kabupaten tidak
pokok pemerintah daerah.
berfungsi, bahkan di kabupaten
 Pemahaman sempit tentang
Luwu Timur dan Kota Palopo
otonomi daerah yang terjadi
belum terbentuk. Di tingkat
adalah masing-masing
propinsi, telah banyak dilakukan
kota/kabupaten membuat
usaha yang dilakukan oleh Dinas
rencana tata ruang sendiri yang
Tarkim, namun kewenangan
tidak atau belum merujuk pada
lembaganya masih harus
RTRWP sehingga sangat mungkin
diperkuat.
terjadi ketidaksesuaian antara
RTRWP dengan RTRWK. Malahan 3) Rekomendasi Kebijakan
terkesan terjadi pengkotakan Bertolak dari hasil analisis tersebut,
wilayah. maka rekomendasi yang diusulkan
 Dinamika pembangunan sektoral adalah :
memunculkan sejumlah rencana  Revisi Perda No. 44/2001 tentang
pembangunan dan RTRWP Sulsel 2001-2005
pelaksanaannya yang belum  Revisi Muatan RTRWP Sulsel 2001-
tercantum dalam RTRWP 2005, misalnya rencana tata ruang
sementara pembangunan daerah aliran sungai (DAS),
tersebut memiliki cakupan lintas rencana tata ruang kawasan
wilayah. Sebagai contoh, rencana metropolitan Mamminasata,
pengembangan pelabuhan rencana tata ruang kawasan
Makassar, Bandara Internasional khusus, rencana tata ruang
Hasanuddin, pengelolaan DAS kehutanan, rencana tata ruang
adalah beberapa contoh rencana pertambangan dan rencana
yang memiliki lingkup lintas sistem prasarana wilayah.
wilayah yang belum tertuang
dalam rencana. 6.2 Saran
 Kurangnya koordinasi Salah satu faktor terjadinya
perencanaan karena penyimpangan tata ruang adalah
interkoneksitas kegiatan manusia lemahnya sosialisasi. Pada masa
tidak mungkin dibatasi oleh mendatang RTRWP selain prosesnya
adanya batas administrasi kota harus melibatkan pemangku
atau kabupaten sehingga kepentingan secara luas, hasil rencana
kegiatan lintas wilayah sangat berupa Perda harus disosialisasikan lebih
mungkin terjadi. Dilain pihak luas pula oleh karena itu perlu dilakukan
otonomi daerah mendorong beberapa saran sebagai berikut :
masing-masing daerah  Menyebarkan dokumen
mengembangkan diri tanpa perencanaan.
mempertimbangkan aspek lintas  Melakukan diskusi interaktif baik
wilayah sehingga terjadi kegiatan secara langsung dengan
yang sama yang akhirnya tidak masyarakat maupun dengan
berkembang. Seharusnya antar menggunakan media interaktif.

1
Identifikasi Penyimpangan Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi
Selatan

 Melakukan training bagi aparat yang Koester, Raldi Hendro (ed). 2001. Dimensi
terkait dengan pelaksanaan Keruangan Kota : Studi dan
pembangunan keruangan. Kasus. Penerbit UI, Jakarta.
 Melakukan koordinasi pada tingkat
Pemprov. Sulsel. 2000. Rencana Tata
pengambil keputusan misalnya
Ruang Wilayah Provinsi 2000-
Bupati/walikota dan Kepala Dinas.
2010. Bappeda Sulsel.
 Sosialisasi tersebut harus dilakukan
secara rutin terutama menjelang Ritonga, Abdurahman dkk. 2001.
penyusunan RAPBD masing-masing Kependudukan dan Lingkungan
daerah dan juga saat hadirnya Hidup. Penerbit FEUI, Jakarta.
kepemimpinan wilayah baru yang
terpilih. Salim, Wilmar. 2003. Revisiting
Community Participation in
Planning. Dalam Jurnal
6. Daftar Pustaka Perencanaan Wilayah dan Kota
Baer, William C. 1997. General Plan hal 1-15 Vol. 14 No. 1 April
Evaluation Criteria: An 2003. Dep. PWK ITB, Bandung.
Approach to Making Setiawan, Bakti. 2005. Hak Masyarakat
BetterPlans Journal American dalam Proses Penyusunan dan
Planning Association Vol.63, Implementasi Kebijakan Tata
No.3, Summer 1997. Chicago, Ruang. Dalam Jurnal Forum
America. Perencanaan Pengembangan
Edisi Khusus Januari 2005 hal
Arsyad, S., 2000. Konservasi Tanah dan
17-
Air. Penerbit IPB/IPB PRESS,
30. PSPPR-UGM, Yogyakarta.
Program Pascasarjana IPB.
State Ministry of Environment. 1997.
Berke, Philip R & Conroy, Maria Manta.
Agenda 21 Indonesia : A
2000. Are We Planning fo
National Strategic for
Sustainable Development? An
Sustainable Development. KLH,
Evaluation of 30 Comprehensive
Jakarta.
Plans. Journal American
Planning Association Vol. 66
No.1, Winter 2000. Chicago, USA.
Darminto, Fahrizal. 2003. Discourse on
Public Participation in Planning.
Dalam Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota hal. 1-15
Vol. 14 No. 1 April 2003. Dep.
PWK ITB,
Bandung.
Dep. Kimpraswil. 2002. Pedoman
Peninjauan Kembali Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi.
Kimpraswil, Jakarta.
Jayadinata, Johara T. 1992. Tata Guna
Tanah dalam Perencanaan
Pedesaan Perkotaan dan
Wilayah. Penerbit ITB, Bandung.
Jhinga, ML. 2004. Ekonomi
Pembangunan dan
Perencanaan. PT. Raja
Grafindo Perkasa, Jakarta.
1

You might also like