You are on page 1of 10

PENGARUH PROFESIONALISME GURU, MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN KERJA

TERHADAP KONERJA GURU HONORER SEJARAH DI SMA SE-KABUPATEN BIMA

Oleh:
1
Tati Haryati

Abstrak

This research aimed to know: (1) the influence of professionalism on performance in


high school history teacher honorary se-Bima Regency; (2) the influence of work motivation on
performance history honorary teacher at the SMA se-Bima Regency; (3) the influence of the
discipline of work on performance in high school history teacher honorary se-Bima Regency; (4)
the influence of professionalism, motivation and discipline work against honorary teacher
performance history at SMA se-Bima Regency.
This research uses descriptive quantitative methods with the korelasional approach that
aims to analyse the influence among variables with variables bound. The population of this
research is the honorary teacher of history at 15 schools in SMA se-Bima Regency. Sampling
technique is statifel with random sampling, with the number of samples 30 honorary history
teachers who already have a SK honor area. Data collection techniques using Likert scale
model now. Data analysis technique used is the analysis of multiple regression, correlation,
koefesien, test the determination of F and t-test.
Hypothesis tests show that: (1) the variables had a significant influence of teacher
Professionalism (2.546 sig. 0,017 < 0.05) honorary teacher on performance history at SMA se-
Bima Regency; (2) the variable has no effect significant motivation (1.449 sig. 0,159 > 0.05)
Honorary teacher on performance history at SMA se-Bima Regency; (3) the variables do not
affect significantly the working discipline (2.235 sig. 0,034 < 0.05) honorary teacher of history on
performance; (4) the variables of professionalism, motivation and discipline work simultaneously
had a significant influence (13.618 > 0.361) against the performance of the teacher in the HIGH
SCHOOL se-Bima Regency; (5) magnitude of the value of the coefficient of multiple
determination R2 = 0.566 shows the magnitude of the changes in the performance history of the
honorary high school teacher se-Bima Regency about 56.6% determined by variables of
professionalism, motivation and discipline.This research had conclusion that teachers
professionalism, motivation and discipline effect seignifikan on performance of teachers in high
school honorary se-Bima Regency. From this results, donations given by the third variables on
performance guru of 56.6% and 43.3% of remainder influenced oeh other factors outside of
research.

Keywords: Professionalism, motivation, discipline and performance.

1
influence of Teacher Professionalism, motivation and Discipline Work Against Konerja Honorary
Teacher of history at SMA se-Bima Regency.

69
A. PENDAHULUAN Kinerja seorang guru dikatakan
Profesionalisme guru merupakan baik jika guru telah melakukan unsur-unsur
sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda- yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen
tunda lagi, seiring dengan semakin yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai
meningkatnya persaingan yang semakin dan mengembangkan bahan pelajaran,
ketat dalam era globalisasi seperti sekarang kedisiplinan dalam mengajar dan tugas
ini.Diperlukan orang-orang yang memang lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan
benar-benar ahli dibidangnya, sesuai pengajaran, kerjasama dengan semua
dengan kapasitas yang dimilikinya agar warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi
semua orang dapat berperan secara panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur,
maksimal, termasuk guru sebagai sebuah dan objektif dalam membimbing siswa, serta
profesi yang menuntut kecakapan dan tanggung jawab terhadap tugasnya.
keahlian tersendiri.Profesionalisme tidak Membahas masalah kualitas dari kinerja
hanya karena faktor tuntutan dari guru tidak terlepas dari pencapaian hasil
perkembangan zaman, tetapi pada dasarnya belajar. Hal ini karena kinerja guru sangat
juga merupakan suatu keharusan bagi setiap menentukan keberhasilan proses belajar
individu dalam kerangka perbaikan kualitas yang efektif dan efisien sehingga tujuan
hidup manusia.Profesionalisme menuntut pendidikan dapat tercapai dan terwujud dari
keseriusan dalam kompetensi yang hasil belajar siswa yang baik yang pada
memadai, sehingga seseorang dianggap akhirnya dapat mencetak lulusan yang
layak untuk melaksanakan sebuah tugas berkualitas.
(Daryanto, 2013:5). Peningkatan kinerja guru yang
Guru profesional adalah guru lebih baik tidak hanya dituntut bagi mereka
yang mengedepankan mutu dan kualitas yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS)
layanandan produknya, layanan guru harus melainkan juga bagi mereka yang berstatus
memenuhi standarisasi kebutuhan guru honorer.Selama ini guru yang bekerja
masyarakat, bangsa, dan pengguna serta diberbagai sekolah negeri maupun sekolah
memaksimalkan kemampuan peserta didik swasta seringkali masyarakat mengira
berdasar potensi dan kecakapan yang bahwa para guru tersebut berstatus Pegawai
dimiliki masing-masing individu. Peranan Negeri Sipil (PNS). Padahal tidak semua
guru selain sebagai seorang pengajar, guru guru yang bekerja di sekolah-sekolah
juga berperan sebagai seorang pendidik. tersebut berstatus PNS tetapi ada juga yang
Pendidik adalah setiap orang yang dengan berstatus guru honorer, guru bantu, dan juga
sengaja mempengaruhi orang lain untuk guru kontrak.
mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih Menurut arsip data kepegawaian
tinggi. Sehingga sebagai pendidik, seorang Kabupaten Bima Tahun 2014-2015 yang
guru harus memiliki kesadaran atau merasa ditetapkan dari Dinas Pendidikan Kabupaten
mempunyai tugas dan kewajiban untuk Bima tentang Guru Honorer yang bertugas
mendidik.Fakta di lapangan yang sering diberbagai SMA negeri dan swasta se-
dijumpai di sekolah yaitu kurang disiplinya Kabupaten Bima yang berjumlah 1130 orang
guru, terutama kedisiplinan dalam kegiatan dengan rincian sebagai berikut: guru honorer
pembelajaran di kelas.Sering sekali kelas di SMA Negeri berjumlah 612 orang
ditemukan kosong tanpa guru pengganti sedangkan di SMA swasta berjumlah 518
apabila guru yang bersangkutan tidak hadir orang. Beberapa data guru honorer yang
mengisi jadwalnya. sementara ini penulis peroleh antara lain:

70
Guru Honorer di SMAN 1 Madapangga 77 2. Untuk mengetahuipengaruh motivasi
orang, SMAN 1 Woha 25 orang, SMAN 2 kerja terhadap kinerja guru honorer
Woha 21 orang, SMKN 2 Bima 25 orang, sejarah SMA se-Kabupaten Bima.
SMAN 1 Bolo 6 orang, SMAN 2 Bolo 49 3. Untuk mengetahui pengaruh
orang, SMAN 1 Palibelo 39 Orang. kedisiplinan kerja terhadap kinerja
Sedangkan di SMA Swasta antara lain: SMA guru honorer sejarah SMA se-
Muhammadiyah Woha 37 orang, SMA PGRI Kabupaten Bima.
Woha 21 orang, dan SMK Yahya Kalampa 4. Untuk mengetahuipengaruh
29 orang. (Dikutip dari data Kepegawaian profesionalisme guru, motivasidan
Kabupaten Bima Tahun 2014-2015). kedisiplinan kerja secara bersama-
Kinerja yang optimal merupakan sama terhadap kinerja guru honorer
harapan semua pihak, namun kenyataan sejarah SMA se-Kabupaten Bima.
dilapangan menunjukkan masih ada
beberapa guru honorer sejarah yang B. LANDASAN TEORITIS
kinerjanya tidak optimal.Berdasarkan 2.1 Profesionalisme Guru
observasi di beberapa SMA Se-Kabupaten Profesionalisme berasal dari kata
Bima, terlihat bahwa kinerja guru honorer profesi yang artinya suatu bidang
dirasakan masih belum pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni
memuaskan.Minimnya kesejahteraan guru oleh seseorang (Kunandar, 2010: 45).
menyebabkan kosentrasi guru terpecah Kualitas profesi seseorang disebut
menjadi beberapa sisi.Disatu sisi guru harus profesionalisme.Profesionalisme juga
menambah kapasitas akademis berasal dari bahasa Inggris
pembelajaran dengan terus memperbaharui professionalism yang secara leksikal
dan berinovasi dengan media, metode berarti sifat profesional.Profesionalisme
pembelajaran, dan kapasitas dirinya.Disisi dapat diartikan sebagai komitmen para
lain, sebagai efek dari minimya anggota suatu profesi untuk
kesejahteraan, seorang guru honorer meningkatkan kemampuan
dituntut memenuhi kesejahteraannya profesionalnya dan terus-menerus
dengan melakukan usaha atau kegiatan lain mengembangkan strategi yang
seperti, berdagang, bertani, bahkan menjadi digunakannya dalam melakukan
tukang ojek.Akhirnya, sisi peningkatan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu
kualitas akademis menjadi tersisihkan. Guru (Danim, 2011:104).
honorer pada jam sekolah lebih banyak Lebih lanjut Kunandar (2010:46)
menghabiskan waktu di luar sekolah, dan menjelaskan bahwa profesionalisme
untuk mengisi kekosongan jam mengajarnya adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan
guru honorer kerap hanya menitipkan kualitas suatu keahlian dan kewenangan
catatan atau tugas kepada muridnya. yang berkaitan dengan mata pencaharian
Tujuan yang ingin dicapai dalam seseorang.Rusman (2013:18)
penelitian ini adalah : mengatakan bahwa profesionalisme
1. Untuk mengethuipengaruh adalah suatu pandangan terhadap
profesionalisme guru terhadap kinerja keahlian tertentu, yang mana keahlian itu
guru honorer sejarah SMA se- hanya diperoleh melalui pendidikan
Kabupaten Bima. khusus atau latihan khusus.
Sementara itu, menurut Sudarma
profesionalisme itu merupakan

71
kecenderungan sikap, mental atau Profesionalisme guru merupakan
tindakan anggota dalam menjalankan hasil dari profesionalisasi yang dijalaninya
tugas profesinya.Oleh karena itu secara terus-menerus. Dalam proses ini,
profesionalisme dapat diartikan pula pendidikan prajabatan (preservice
sebagai komitmen seseorang atau education), pendidikan dalam jabatan
anggota suatu profesi untuk menjalankan termasuk penataran (inservice training),
tugas dan fungsinya pembinaan dari organisasi profesi dan
(Sudarma,2013:28).Sedangkan menurut tempat kerja, penghargan masyarakat
Suprihatiningrum (2014:80), terhadap profesi keguruan, penegakkan
profesionalisme merupakan suatu kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan
tingkah, suatu tujuan, atau rangkaian kualitas calon guru, besar kecilnya gaji,
kualitas yang menandai atau melukiskan dan lain-lain secara bersama-sama
coraknya suatu profesi.Profesionalisme menentukan profesionalisme guru
mengandung pula pengertian (Suprihatiningrum, 2014:81).
menjalankan suatu profesi untuk Dengan demikian, profesionalisme
keuntungan atau sebagai sumber adalah suatu paham yang menciptakan
kehidupan.Profesionalisme itu berkaitan dilakukannya berbagai kegiatan kerja
dengan komitmen para penyandang tertentu dalam kehidupan masyarakat
profesi. Untuk meningkatkan kemampuan dengan berbekal keahlian yang tinggi dan
profesionalnya secara terus-menerus, berdasarkan pada rasa keterpanggilan
mengembangkan strategi-strategi baru jiwa dengan semangat untuk melakukan
dalam tindakannya melalui proses pengabdian memberikan bantuan
pembelajaran yang terus-menerus pula. layanan pada sesama manusia.Untuk
Untuk mencapai derajat mewujudkan hal itu, dan/atau
profesionalisme yang tinggi, dibutuhkan meningkatkan profesionalisme
proses profesionalisasi. Sementara pendidikannya tersebut, seorang guru
profesionalisasi sendiri dimaknai sebagai dituntut untuk mampu memberdayakan
suatu proses untuk menjadikan suatu dirinya, dan meningkatkan kompetensi
pekerjaan untuk memperoleh status dirinya terkait dengan penguasaan
profesional. Danim (2012:105) pedagogik atau akademik yang dipikulnya
menyatakan bahwa profesionalisasi sendiri.
merupakan proses peningkatan kualifikasi 2.2 Motivasi Kerja
atau kemampuan para anggota Motoivasi adalah suatu
penyandang suatu profesi untuk perubahan energi dalam diri seseorang
mencapai kriteria standar ideal dari yang ditandai dengan timbulnya perasaan
penampilan atau perbuatan yang dan reaksi untuk mencapai tujuan.
diinginkan oleh profesinya itu. Sedangkan Motivasi memiliki komponen dalam dan
Mujtahid berpendapat bahwa komponen luar. Ada kaitan yang erat
profesionalisme dapat dipahami sebagai antara motivasi dan kebutuhan, serta
konsep yang mengacu kepada sikap drive dengan tujuan dan insentif (Aqib,
seseorang atau kelompok memiliki sitem 2002:50). Hal yang sama juga
budaya yang mampu memberikan disampaikan oleh Djamarah (2011:148)
pelayanan yang memuaskan bagi yang bahwa motivasi adalah sebagai suatu
dilayani sesuai dengan tugas dan pendorong yang mengubah energi dalam
tanggung jawabnya (Mujtahid, 2009:91). diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas

72
nyata untuk mencapai tujuan tertentu. seseorang disamping memerlukan
Menurut Santrock (2011: 199), motivasi motivasi agar pekerjaan tersebut dapat
(motivation) melibatkan proses yang diselesaikan dengan sebaik-baiknya
memberikan energi, mengarahkan, dan (Sujanto, 2007:108).
mempertahankan perilaku. Dengan Kerja adalah sejumlah aktivitas fisik
demikian, perilaku yang termotivasi dan mental untuk mengerjakan suatu
adalah perilaku yang mengandung pekerjaan (Hasibuan, 2003:94). Menurut
energi, memiliki arah, dan dapat Fattah (2003:19), kerja merupakan
dipertahankan. kegiatan dalam melakukan sesuatu.
Motivasi berasal dari kata motif, Motivasi kerja adalah kondisi yang
dalam bahasa Inggris adalah motive atau berpengaruh membangkitkan,
motion, lalu motivation, yang berarti mengarahkan dan memelihara perilaku
gerakan atau sesuatu yang bergerak yang berhubungan dengan lingkungan
terjadinya tindakan, atau disebut dengan kerja (Amirullah dkk, 2002:146).
niat (Hikmat, 2011:71). Motivasi Selanjutnya menurut Winardi (2002: 6),
mempersoalkan bagaimana caranya motivasi kerja adalah suatu kekuatan
mengarahkan daya potensi bawahan potensial yang ada dalam diri seorang
agar mau bekerja secara produktif manusia, yang dapat dikembangkan oleh
berhasil mencapai dan mewujudkan sejumlah kekuatan luar yang pada intinya
tujuan yang telah ditentukan. Motivasi berkisar sekitar imbalan moneter, dan
kerja terdiri dari dua kata yaitu motivasi imbalan non moneter yang dapat
dan kerja. Menurut Hasibuan (2003:95), mempengaruhi hasil kinerjanya secara
Motivasi adalah pemberian daya positif atau secara negatif, hal mana
penggerak yang menciptakan kegairahan tergantung pada situasi dan kondisi yang
kerja seseorang agar mereka mau dihadapi orang yang bersangkutan.
bekerjasama dengan efektif dan Dari pengertian diatas dapat
terintegrasi dengan segala daya disimpulkan bahwa yang dimaksud
upayanya untuk mencapai kepuasan. motivasi kerja adalah sesuatu yang dapat
Motivasi merupakan penggerak menimbulkan semangat atau dorongan
dalam diri manusia untuk membuat serta bekerja individu atau kelompok terhadap
memberikan arah kepada pekerjaan guna mencapai tujuan.Motivasi
perbuatan.Produktivitas seseorang dalam kerja guru adalah kondisi yang membuat
suatu lembaga sebagian besar ditentukan guru mempunyai kemauan/kebutuhan
oleh motivasi orang untuk menghasilkan untuk mencapai tujuan tertentu melalui
sesuatu.Motivasi merupakan keadaan pelaksanaan suatu tugas. Motivasi kerja
psikologis yang manifestasinya dapat guru akan mensuplai energi untuk
diketahui melalui tingkah laku. Seseorang bekerja/mengarahkan aktivitas selama
akan melakukan sesuatu pekerjaan bekerja, dan menyebabkan seorang guru
dengan gigih kalau dia mempunyai mengetahui adanya tujuan yang relevan
motivasi yang sangat kuat. Sebaliknya antara tujuan organisasi dengan tujuan
seseorang mungkin akan meninggalkan pribadinya.
tugas atau kurang bergairah melakukan 2.3 Kedisiplinan Kerja
pekerjaan kalau tidak mempunyai Istilah disiplin mengandung banyak
motivasi untuk melakukannya. Jadi untuk arti. Echlos dan Shadly (2000:385)
menyelesaikan suatu pekerjaan mengemukakan bahwa disiplin berasal

73
dari kata ”disipline” yang berarti Berdasarkan status kepegawainnya,
ketertiban. Hasibuan (2002:94) guru di sekolah terbagi menjadi: guru
menjelaskan disiplin adalah mematuhi berstatus pegawai negeri, guru kontrak,
peraturan-peraturan yang ada dan guru bantu, dan guru honorer. Honorer
melakukan pekerjaan sesuai dengan dalam Bahasa Inggris berasal dari kata
intruksi yang diberikan kepadanya. honor yang artinya kehormatan. Horarium
Lebih lanjut dijelaskan bahwa disiplin artinya memberikan honor terhadap hasil
adalah proses mengarahkan, kegiatan yang dilakukan seseorang.
mengabdikan kehendak-kehendak Dalam kamus Bahasa Indonesia tenaga
langsung, dorongan-dorongan, keinginan honorer adalah tenaga yang dibayar
atau kepentingan-kepentingan, kepada dengan uang honorarium. Guru honor
suatu cita-cita, atau tujuan tertentu untuk merupakan guru yang diangkat secara
mencapai efek yang lebih besar. Disiplin resmi oleh pemerintah dan sekolah untuk
adalah setiap hal ataupun penaruh yang mengatasi kekurangan guru (Mulyasa,
dibutuhkan untuk membantu seseorang 2015:201).
agar dia dapat memahami dan Peraturan Pemerintah (PP Nomor 48
menyesuaikan diri dengan tuntutan Tahun 2005) pasal 1 ayat (1)
lingkungannya dan juga penting tentang menyatakan: Tenaga honorer adalah
tata cara menyelesaikan tuntutan yang seseorang yang diangkat oleh pejabat
mungkin ingin ditunjukkan peserta didik pembina kepegawaian atau pejabat lain
terhadap lingkungannya (Rohani, dalam pmerintahan untuk melaksanakan
2004:133-134). Disiplin adalah sikap tugas tertentu pada instansi pemerintah
mental yang tercermin dalam perbuatan atau yang penghasilannya menjadi beban
atau tingkah laku perorangan, kelompok APBN/APBD. Tenaga honorer atau yang
atau masyarakat yang berupa ketaatan sejenis yang dimaksud dalam peraturan
terhadap peraturan ditetapkan etik, norma penerintah ini termasuk guru bantu, guru
dan kaidah yang berlaku dalam honorer, guru wiyata bhakti, pegawai
masyarakat untuk tujuan tertentu honorer, pegawai kontrak, pegawai tidak
(Sulistyani, 2011:328). tetap, dan lain-lain yang sejenis.Pada
2.4 Guru Honorer pasal 2 dijelaskan bahwa pengangkatan
Guru adalah orang yang tenaga honorer menjadi Calon Pegawai
memberikan ilmu pengetahuan kepada Negeri Sipil (CPNS) berdasarkan PP ini,
anak didiknya. Guru sebagai komponen dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
utama dalam dunia pendidikan dituntut tenaga tertentu pada instansi pemerintah.
untuk mampu mengimbangi dan Berdasarkan keputusan Gubernur
melampaui perkembangan ilmu No.8 tahun 2004, guru honorer berhak
pengetahuan dan teknologi yang mendapatkan gaji.Gaji adalah hak yang
berkembang dalam masyarakat. Melalui diterima dan dinyatakan dalam bentuk
sentuhan guru di sekolah diharapkan uang sebagai imbalan dari pemerintah
mampu menghasilkan peserta didik yang daerah kepada guru honorer.Gaji yang
memiliki kompetensi tinggi dan siap diberikan sesuai dengan
menghadapi tantangan hidup dengan kedudukannya.Guru honorer dapat
penuh keyakinan dan percaya diri yang diberikan kesejahteraan yang bersifat
tinggi. (Idi, 2014:256). materiil dan non materiil. Kesejahteraan
yang bersifat materil adalah tunjangan

74
profesi, tunjangan transport dan uang mengambil sejumlah guru honorer yang
makan, tunjangan kecelakaan apabila dikehendaki dan sesuai dengan tujuan
mengalami kecelakaan pada saat penelitian.
melaksanakan tugas, uang duka terhadap
keluarga guru yang meninggal dunia dan D. HASIL PENELITIAN DAN
pakaian dinas. Kesejahteraan yang PEMBAHASAN
bersifat non materiil adalah penghargaan 4.1 Pengaruh Proesionalisme Guru
sebagai guru honorer Terhadap Kinerja Guru Honorer
Sejarah se-Kabupaten Bima
C. METODE PENELITIAN Berdasarkan hasil
Penelitian ini merupakan jenis perhitungan secara kuantitatif
penelitian deskriptif.Jenis metode dalam model regresi berganda
penelitian yang digunakan adalah metode dengan menggunaka uji t dapat
deskriptif dengan menggunakan; 1) studi diketahui pengaruh variabel
kausal, yaitu untuk meneliti pengaruh profesionalsme guru (X1) terhadap
suatu variabel terhadap variabel yang variabel kinerja guru (Y)
lain, 2) menggunakan penelitian survey, mempunyai pengaruh positif
yaitu untuk melihat variabel-variabel yang sebesar 2,546 dengan tingkat
mempengaruhi kinerja dengan signifikan sebesar 0,017 < α =
menggunakan kuesioner.Analisis statistik 0,05. Dengan demikian tingkat
digunakan untuk menganalisa alpha sebesar 5% nilai t
interkorelasi profesionalisme guru, menunjukkan tingkat yang
motivasi dan kedisiplinan terhadap signifikan atau nyata dimana nilai
kinerja, serta menganalisa interkorelasi signifikansi variabel
variabel profesionalisme, motivasi dan profesionalisme guru sebesar
kedisiplinan secara bersama-sama 0,017 < α = 0,05.
terhadap variabel kinerja. Sebagaimana yang terlihat
Populasi dalam penelitian ini adalah pada pengujian regresi di atas,
seluruh guru honorer sejarah di SMA se- bahwa profesionalisme guru
Kabupaten Bima-NTB yang berjumlah memiliki pengaruh yang signifikan
120 orang.Suharsimin Arikunto terhadap kinerja guru SMA se-
(2006:112), mengemukakan bahwa Kabupaten Bima, dengan nilai
“apabila subyek kurang dari 100, lebih koofisien regresi 0,386. Hal ini
baik diambil semua sehingga berarti bahwa profesionalisme
penelitiannya merupakan penelitian guru sangat diperlukan dalam
populasi. Dengan mengambil 25% dari rangka menghasilkan mutu
populasi maka jumlah sampel yang akan kependidikan sebagaimana yang
diambil adalah 120 x 25% = 30 guru, dicita-citakan bersama.
dengan masing-masing sekolah diambil 4.2 Pengaruh Motivasi Terhadap
sejumlah 2 (dua) orang sehingga jumlah Kinerja Guru Honorer Sejarah se-
jumlah guru yang akan dijadikan sampel Kabupaten Bima
adalah 2 x 15 (jumlah sekolah) = 30 guru Berdasarkan hasil
honorer. Pengambilan sampel dilakukan perhitungan secara kuantitatif
dengan statifel random sampling, cara dalam model regresi berganda
pengambilan sampelnya adalah dengan menggunaka uji t dapat

75
diketahui pengaruh variabel menunjukkan tingkat yang
motivasi kerja (X2) terhadap signifikan dimana nilai signifikansi
variabel kinerja guru (Y) variabel motivasi kerja guru guru
mempunyai pengaruh positif sebesar 0,034 < α = 0,05.
sebesar 1,449 dengan tingkat Sebagaimana yang terlihat
signifikan sebesar 0,159 > α = pada pengujian regresi di atas,
0,05. Dengan demikian tingkat bahwa motivasi kerja guru
alpha sebesar 5% nilai t memiliki pengaruh yang tidak
menunjukkan tingkat yang tidak signifikan terhadap kinerja guru
signifikan dimana nilai signifikansi SMA se-Kabupaten Bima, dengan
variabel motivasi kerja guru guru nilai koofisien regresi 0,365. Hal
sebesar 0,159 > α = 0,05. ini berarti bahwa kedisiplinan kerja
Sebagaimana yang terlihat guru sangat diperlukan dalam
pada pengujian regresi di atas, rangka menghasilkan mutu
bahwa motivasi kerja guru kependidikan sebagaimana yang
memiliki pengaruh yang tidak dicita-citakan bersama.
signifikan terhadap kinerja guru 4.4 Pengaruh Profesionalisme Guru,
SMA se-Kabupaten Bima, dengan Motivasi dan Kedisiplinan Kerja
nilai koofisien regresi 0,263. Hal ini terhadap Kinerja Guru Honorer
berarti bahwa motivasi kerja Sejarah se-Kabupaten Bima
sangat diperlukan untuk diberikan Tingkat koefisien berganda
2
secara terus menerus kepada (R ) antara ketiga variabel yaitu
guru honorer untuk dapat profesionalisme guru dan
meningkatkan kinerja guru honorer motivasi kerja terhadap kinerja
tersebut. Perlu ditegaskan bahwa adalah 0,566 atau 56,6%. Ini
walaupun hasil perhitungan artinya ketiga variabel tersebut
regresi ini dibawah standar acuan memiliki andil dalam
baku, namun bukan berarti tingkat mempengaruhi tingkat
motivasi kerja guru honorer keberhasilan para guru dalam
rendah atau bahkan tidak ada. menjalankan tugas pokok dan
4.3 Pengaruh Kedisiplinan Kerja fungsionalnya sebesar 56,6%
terhadap Kinerja Guru Honorer dari keseluruhan faktor-faktor
Sejarah se-Kabupaten Bima. yang berpengaruh. Dengan
Berdasarkan hasil demikian ada banyak faktor lain
perhitungan secara kuantitatif diluar penelitian yang dapat
dalam model regresi berganda mempengaruhi kinerja guru.
dengan menggunaka uji t dapat Sementara dilihat dari besarnya
diketahui pengaruh variabel tingkat koefesiensi berganda
kedisiplinan kerja guru (X3) tersebut mengindikasikan bahwa
terhadap variabel kinerja guru (Y) ketiga variabel ini merupakan
mempunyai pengaruh positif variabel dominan dalam
sebesar 2,235 dengan tingkat mempengaruhi kinerja guru
signifikan sebesar 0,034 < α = honorer di SMA se-Kabupaten
0,05. Dengan demikian tingkat Bima.
alpha sebesar 5% nilai t

76
E. KESIMPULAN 0,361. Besarnya nilai koefesien
2
Ada pengaruh yang signifikan antara determinasi berganda R = 0,566 atau
profesionalisme terhadap kinerja guru 56,6%. Artinya ketiga variabel tersebut
honorer sejarah di SMA se-Kabupaten memiliki andil dalam mempengaruhi
Bima. Adanya pengaruh ini dibuktikan tingkat keberhasilan para guru dalam
oleh besarnya nilai koefisien regresi menjalankan tugas pokok dan
sebesar 0,386, dengan pengujian statistik fungsionalnya.Sementara dilihat dari
diperoleh hasil bahwa t-statistik = 2,546 besarnya tingkat koefesiensi berganda
dengan sig 0,017 < 0,05. Dengan tersebut mengindikasikan bahwa ketiga
demikian ada pengaruh yang signifikan variabel ini merupakan variabel dominan
antara profesionalisme guru dengan dalam mempengaruhi kinerja guru
kinerja guru SMA se-Kabupaten Bima honorer di SMA se-Kabupaten Bima dan
Motivasi kerja guru tidak sisanya 43,4% dipengaruhi oleh faktor
berpengaruh signifikan terhadap kinerja lain diluar penelitian.
guru honorer sejarah di SMA se- F. Saran
Kabupaten Bima. Hal ini dibuktikan 1. Bagi Guru
dengan besarnya nilai koefesien regresi Bagi guru agar terus mempertahankan
sebesar 0,263 dan pengujian statistik dan mengembangkan profesionalisme
yang diperoleh hasil bahwa t-statistik guru, membangun motivasi kerja dan
1,449 dengan sig 0,159 < 0,05. Dengan kedisiplinan kerja untuk dapat
demikian tidak ada pengaruh yang berprestasi dan komit dengan tugas
signifikan antara motivasi kerja dengan dan fungsi profesinya, sehingga
kinerja guru honorer. Namun dapat diharapkan tetap memberikan
dipahami bahwa motivasi kerja memiliki kontribusi dalam membangun kinerja
pengaruh tetapi dibawah standart demi peningkatan mutu pendidikan.
ketentuan dengan kata lain motivasi 2. Kepala Sekolah
memiliki pengaruh yang kecil terhadap Untuk meningkatkan kinerja guru,
kinerja guru. salah satunya diperlukan motivasi
Ada pengaruh yang signifikan antara kerja yang tinggi pada guru yang
kedisiplinan kerja terhadap kinerja guru bersangkutan. Oleh karena itu
honorer sejarah di SMA se-Kabupaten diharapkan kepada kepala sekolah,
Bima. Adanya pengaruh ini dibuktikan pengawas dan pejabat-pejabat
oleh besarnya nilai koefisien regresi struktural yang membawahi para guru
sebesar 0,365 dengan pengujian statistik honorer di SMA se-Kabupaten Bima
diperoleh hasil bahwa t-statistik = 2,235 agar mereka dapat melakukan
dengan sig 0,034 < 0,05. Dengan pembinaan secara terus-menerus
demikian ada pengaruh yang signifikan untuk menumbuh kembangkan
antara kedisiplinan guru dengan kinerja motivasi para guru honorer melalui
guru SMA se-Kabupaten Bima. serangkain kegiatan formal dan non
Ada pengaruh yang signifikan formal. Dengan ikhtiar yang
antara profesionalisme guru, motivasi berkesinambungan dan serius
dan kedisiplinan kerja secara bersama- diharapkan motivasi yang dimiliki oleh
sama terhadap kinerja guru honorer para guru honorer dapat memberikan
sejarah di SMA se-Kabupaten Bima.Hal kontribusinya secara signifikan dalam
ini dibuktikan oleh nilai 13,618 > F tabel meningkatkan kinerja.

77
3. Pemerintah Daerah keinginan guru-guru honorer untuk
Kepada pemerintah, khususnya lebih inovativ, kreatif dan lebih maju
pemerintah daerah agar dapat lebih guna mengembangkan mutu
memperhatikan kesejahteraan guru pendidikan akan mengalami kendala
honorer, karena bagaimanapun tanpa yang cukup berarti.
dukungan finansial yang memadai

Daftar Pustaka
Amirullah, dkk. 2002. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Daryanto.2014. Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesioanal. Yogyakarta:
Gava Media
Danim Sudarwan. 2012. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: kencana Pernada Media Group
Djamarah Bahri Saiful. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Echols, J.M., & Shadely, H. 2000.Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Fattah, Nanang. 2003. Landasan Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rodaskarya
Hasibuan, Malayu SP. 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Dasar dan kunci
Keberhasilan, CV, Masagung, Jakarta
Hasibuan.2003. Organisasi Dan Motivasi. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hikmat. 2011. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Idi Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum; Teori & Praktek. Jakarta: PT RajaGRafindo
Persada
Kunandar. 2010. Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mujtahid.2009. Pengembangan Profesi Guru. Malang: UIN-Malang Press
Mulyasa E. 2015. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada
Sudarma Momon. 2014. Profesi guru Dipuji, Dikritisi, dan Dicaci. Jakarta. PT.Raja Grafindo
Persada
Sulistyani Ambar Teguh. 2011. Memahami Good Governance dalam Perspektif Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: Gava Media
Suprihatiningrum.2014. Guru Profesional; Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru.
Yogjakarta: AR.Ruzz Media
Susanto Heri. 2015. Seputar Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

78

You might also like