Professional Documents
Culture Documents
SEMARANG
1
Departemen Administrasi Publik FISIP Universitas Diponegoro
2
Departemen Administrasi Publik FISIP Universitas Diponegoro
3
Departemen Administrasi Publik FISIP Universitas Diponegoro
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Indonesia menjadi negara kedua setelah
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan China yang menjadi penghasil sampah
Hidup pasal 1 ayat 14 yang berbunyi: terbanyak di lautan dunia, diikuti Filipina,
“pencemaran lingkungan hidup yaitu Vietnam, serta Bangladesh menjadi negara
masuknya zat, atau komponen lain secara kesepuluh (Jambeck et al., 2015). Sejalan
sengaja atau tidak sengaja kedalam dengan data di laman KLHK, estimasi total
ekosistem lingkungan oleh aktivitas sampah laut nasional sebesar 1,2 juta ton
manusia sehingga mengganggu mutu dengan total sampah plastik sebanyak 490
kualitas lingkungan yang sudah ribu ton. Hal itu disebabkan sebanyak 83
ditetapkan”. Menurut Heimstra dan persen sampah tidak terkelola dengan baik
McFarling, Kegiatan manusia yang di Indonesia (Astuti, 2016). Data yang
dilakukan sehari-hari sangat berhubungan dirilis KLHK tahun 2019 menunjukkan
dengan lingkungan hidup (Puspita, Ibrahim, bahwa sampah di Indonesia dalam satu
& Hartono, 2016). Aktivitas manusia yang tahun mencapai 60 juta. Jika negara-negara
sering kali tidak bijak dalam menggunakan yang menjadi penyumbang sampah di
sesuatu juga menimbulkan permasalahan, lautan tidak segera mengatasi permasalahan
salah satunya yaitu permasalahan tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa
lingkungan. Perilaku tersebut secara tidak jumlah sampah di lautan pada tahun 2030
langsung akan menyebabkan perubahan mencapai 53 juta metrik per tahun (Borrelle
terhadap lingkungan hidup (Puspita et al., et al., 2020).
2016).
2
Permasalahan tersebut yang satu alasan permasalahan sampah terutama
melatarbelakangi pemerintah mulai plastik di Indoneia kian kompleks
melakukan gerakan pengurangan plastik (Rahmayani, 2021). Guna menangani
atau plasticless dalam kehidupan sehari- permasalahan plastik yang kian kompleks,
hari untuk meminimalisir jumlah sampah maka pemerintah mulai mengeluarkan
terutama plastik di masyarakat. Kebijakan peraturan pengurangan penggunaan plastik
tersebut merupakan kebijakan lokal yang sekali pakai dan menghimbau kepala daerah
artinya belum semua kabupaten/kota yang untuk menerbitkan regulasi daerah yang
ada di Indonesia menerapkan kebijakan memuat tentang larangan penggunaan
tersebut. Beberapa daerah di Indonesia yang plastik.
sudah menerapkan kebijakan tersebut,
Peraturan tersebut merupakan
diantaranya yaitu Denpasar melalui Perwali
pelaksanaan dari UU Nomor 32 Tahun 2009
Denpasar Nomor 36 Tahun 2018 tentang
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Pengurangan Kantong Plastik. Selanjutnya,
Lingkungan Hidup. Dalam regulasi
Kota Banjarmasin melalui Perwali
tersebut, lingkungan hidup wajib dilindungi
Banjarmasin Nomor 18 Tahun 2016 tentang
serta dikelola guna pencegahan pencemaran
Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik.
dan kerusakan lingkungan. Pencegahan
Dua tahun setelah kebijakan tersebut terbit,
pencemaran dan kerusakan lingkungan
sebanyak 54 juta plastik berhasil dikurangi
dapat dilakukan dengan pengendalian. Di
oleh Banjarmasin.
dalam pasal 14 huruf (i) pada UU Nomor 32
Kebijakan pengurangan plastik Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
merupakan upaya pemerintah pusat untuk Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan
menangani masalah sampah. Sebelum bahwa perundang-undangan berbasis
munculnya kebijakan ini, sekitar tahun lingkungan hidup merupakan salah satu
2016 pemerintah pusat pernah menginisiasi instrumen pencegahan pencemaran dan
peraturan kantong plastik berbayar namun kerusakan lingkungan. Di Indonesia,
peraturan tersebut tidak sesuai dengan regulasi berbasis lingkungan hidup
konsep awal yakni pengurangan plastik khususnya sampah yaitu pengelolaan
sekali pakai sehingga peraturan tersebut sampah yang mana regulasi tersebut harus
diberhentikan. Kurangnya kesadaran ada di setiap daerah.
masyarakat dan pelaku usaha tentang
Di Kota Semarang, regulasi pengelolaan
bahaya plastik terhadap kerusakan
sampah tertuang pada Peraturan Daerah
lingkungan hidup, diduga menjadi salah
Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2012
3
tentang Pengelolaan Sampah. Pengelolaan menerbitkan aturan tentang penanganan dan
sampah diartikan sebagai kegiatan pengurangan sampah plastik melalui
sistematis serta berkesinambungan yang Perwali Semarang Nomor 27 Tahun 2019
meliputi pengurangan dan penanganan tentang Pengendalian Penggunaan Plastik.
sampah. Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun Pemerintah kota mulai menerapkan karena
2012, sampah yang dikelola adalah sampah Kota Semarang masuk kedalam daftar kota
rumah tangga, sampah sejenis rumah dengan produksi sampah terbanyak di
tangga, dan sampah B3. Salah satu larangan Indonesia setelah Denpasar dan kapasitas
dalam perda tersebut yaitu melarang setiap TPA Jatibarang yang hampir overload.
orang memasukkan sampah di wilayah Menurut data Capaian Jakstrada 2019, Kota
Kota Semarang dan berkewajiban Semarang menghasilkan timbulan sampah
mengurangi serta menangani sampah. Jika sekitar 1,276 ton perhari dan 1.071 ton
dilihat dari jenis sampah yang dikelola dikirim ke TPA Jatibarang. Selama 3 tahun
berdasarkan perda, maka sampah plastik terakhir, jumlah timbulan sampah di Kota
masuk ke dalam kategori sampah rumah Semarang terus mengalami peningkatan.
tangga dan sampah sejenis rumah tangga,
Penduduk Kota Semarang yang
karena sampah plastik dapat berasal dari
mencapai 2 juta jiwa lebih menyebabkan
rumah tangga maupun sejenis rumah tangga
produksi sampah setiap harinya mencapai
seperti kawasan industri, fasilitas umum,
1.200 ton. Dinas Lingkungan Hidup Kota
dan fasilitas sosial.
Semarang memproyeksi jumlah timbulan
Kota Semarang yang menjadi salah satu sampah akan mengalami kenaikan hingga
kota besar di Indonesia menyebabkan tahun 2046. Jumlah penduduk yang
pertumbuhan semakin pesat. Hal itu meningkat menyebabkan adanya
memicu tantangan tersendiri pada peningkatan kegiatan baik jasa, industri
peningkatan sarana dan prasarana untuk maupun bisnis di sebagian wilayah di Kota
masyarakat luas. Peningkatan tersebut Semarang. Walikota Semarang
secara tidak langsung berdampak pada memprediksi bahwa jumlah sampah akan
sektor lingkungan. Data dari DLH Kota terus bertambah setiap tahunnya jika dilihat
Semarang Tahun 2017, setiap tahunnya dari perekonomian yang terus meningkat.
produksi sampah di Kota Semarang Data dibawah ini merupakan proyeksi
mengalami kenaikan hingga 1,5% tiap timbulan sampah Kota Semarang hingga
tahunnya. Untuk mengatasi permasalahan tahun 2046 :
tersebut, Pemerintah Kota Semarang
4
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang
9
Dari wawancara tersebut, didapatkan monitoring berlangsung, banyak laporan
hasil jika petugas melakukan monitoring dari masyarakat mengenai ritel modern
pada sektor kesehatan karena perwali yang masih menyediakan plastik bagi
tersebut tidak hanya diperuntukkan kepada konsumen. Hingga saat ini belum ada
pelaku usaha yang tercantum, tetapi juga penjatuhan sanksi berat, hanya saja tindak
seluruh komponen masyarakat yang berada lanjut dari informasi tersebut adalah
di wilayah Kota Semarang. peneguran terhadap pelaku usaha yang
melanggar.
Setiap kebijakan yang memuat larangan,
selalu diikuti dengan adanya sanksi yang Hasil wawancara dapat disimpulkan
akan diterima apabila ada sasaran kebijakan bahwa pada fungsi monitoring yang
yang melanggar. Sanksi dalam kebijakan ini pertama yaitu compliance atau ketaatan
meliputi terguran tertulis, paksaan belum terpenuhi seluruhnya. Petugas
pemerintah, izin usaha dibekukan, dan melakukan monitoring sesuai dengan
pencabutan sementara izin usaha. Sanksi regulasi tetapi memang belum ada SOP
tersebut akan diberikan ketika memang yang mengatur sehingga hanya didasarkan
terdapat pelaku usaha yang benar-benar pada apa yang terlihat di lapangan.
sulit untuk dikondisikan. Selama
b) Auditing sebuah kebijakan. Kebijakan pengendalian
penggunaan plastik di Kota Semarang
Menurut Dunn (2003), auditing pada
memiliki tujuan untuk mengendalikan
monitoring berkaitan dengan pemeriksaan
jumlah peredaran sampah plastik di Kota
bahwa kebijakan yang berjalan sudah
Semarang. Tujuan tersebut tertuang dalam
mencapai target yang telah ditentukan.
Pasal 2 yang berbunyi, “Pengendalian
Dalam suatu kebijakan, pasti memiliki
penggunaan plastik dimaksudkan untuk
target yang ingin dicapai untuk mencapai
mengendalikan peredaran sampah plastik
tujuan yang telah ditentukan, dalam hal ini
dari sumber penghasil sampah.”. Output
auditing juga bisa dilakukan untuk melihat
kebijakan ini mengurangi penggunaan
sejauh mana kebijakan tersebut berjalan.
plastik di masyarakat, dengan melakukan
Dalam auditing, output atau hasil yang
pengurangan dalam menggunakan plastik
dicapai sangat berkaitan.
maka hal tersebut bisa mengurangi jumlah
Output merupakan hasil yang akan sampah yang terbuang di TPA Jatibarang
dicapai dalam jangka pendek. Output setidaknya hingga terjadi penurunan
berkaitan dengan apa yang dihasilkan dari sebesar 30%. Seperti data yang sudah
10
disebutkan sebelumnya, bahwa hampir kebijakan ini dapat tercapai. Dari hasil
setiap hari TPA Jatibarang menerima wawancara dengan informan diperoleh
sampah dari penduduk Kota Semarang bahwa sebagian besar mengetahui tentang
setidaknya 1.400 ton. Sedangkan kapasitas dampak plastik, tetapi memang belum
TPA Jatibarang adalah 60% dari luas semua sasaran kebijakan mampu
keseluruhan untuk lahan buang. Kepala menerapkan kebijakan ini karena terdapat
Dinas Lingkungan Hidup menuturkan beberapa kendala, salah satunya adalah
bahwa TPA Jatibarang terbagi menjadi mengenai biaya atau cost. Karena biasanya
empat zona yang secara keseluruhan barang berbahan ramah lingkungan
memang sudah overload. Jika tidak memiliki harga yang cukup tinggi
dilakukan pengolahan atau upaya untuk dibandingkan dengan barang berbahan
mengurangi, dikhawatirkan pada tahun plastik yang cenderung murah dan
2025 tidak akan bisa menampung sampah kuantitasnya lebih banyak.
lagi.
Target kebijakan akan tercapai apabila
Output tersebut dapat tercapai ketika seluruh komponen baik pembuat kebijakan,
sasaran kebijakan tersebut paham tentang pelaksana kebijakan dan sasaran kebijakan
apa saja yang menjadi urgensi dari bersinergi dan memiliki kemauan untuk
kebijakan yang sedang dijalankan. berpartisipasi. Edukasi tersebut dilakukan
Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi dengan cara memberikan pemahaman
jumlah sampah plastik yang beredar di Kota mengenai dampak jangka pendek maupun
Semarang. Oleh karena itu, sasaran jangka panjang dalam penggunaan plastik,
kebijakan harus memahami jenis plastik baik kantong plastik, pipet plastik, maupun
yang dimaksud, barang pengganti yang styrofoam. Karena seringkali seseorang
digunakan seperti apa, bagaimana dampak menggunakan plastik tanpa memikirkan
yang dihasilkan ketika dalam kegiatan dampak kedepan yang ditimbulkan. Hal
usahanya masih menggunakan plastik yang tersebut tentu saja memberikan banyak
tidak ramah lingkungan. Dengan begitu kerugian bagi lingkungan.
maka output ataupun target dalam
Gambar 2. Field visit yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang
11
Sumber: dokumentasi Dinas Lingkungan Hidup, 2021.
Upaya yang dilakukan oleh DLH untuk kebijakan, dan yang kedua adalah melalui
mencapai output tersebut adalah media sosial. Gambar 2 merupakan
mengedukasi seluruh komponen petugas monitoring yang sedang
masyarakat umum, pelaku usaha, dan melakukan kunjungan lapangan sekaligus
sektor produsen. Edukasi tersebut mensosialisasikan aturan tersebt di
dilakukan sebagai bentuk pemberian beberapa pelaku usaha. Kunjungan yang
wawasan pada sasaran kebijakan untuk dilakukan tidak memiliki rentang waktu
berpartisipasi dalam pencapaian target. khusus, artinya kunjungan dilakukan
Sesuai dengan pasal 2 poin (d), bahwa ketika petugas memang tidak sedang
tujuan dari kebijakan ini adalah melakukan pekerjaan lain. Tak hanya itu,
peningkatan dan partisipasi masyarakat seringkali petugas memanfaatkan
terhadap kebijakan ini. Edukasi atau perayaan hari lingkungan hidup untuk
sosialisasi yang diberikan sebagai bentuk menggelar event tertentu, dan biasanya
layanan dari instansi tersebut agar esensi melibatkan pihak swasta. Beberapa ritel
dari kebijakan ini benar-benar sampai modern dan pihak produsen turut
pada sasaran kebijakan dengan baik. berpartisipasi. Sosialisasi dilakukan
dengan memberi pemahaman terhadap isi
Edukasi dilakukan melalui sosialisasi.
dari peraturan walikota tersebut, tidak
Bentuk sosialisasi yang dilakukan adalah
terkecuali sanksi yang didapat ketika ada
dengan 2 cara, yakni yang pertama adalah
yang melanggar.
sosialisasi secara langsung yang dilakukan
dengan cara seminar bagi sasaran
12
Saat melakukan monitoring pada kebijakan telah mengetahui adanya
kebijakan ini, muncul beberapa hambatan. pembatasan penggunaan plastik dan
Hambatan tersebut timbul dari internal dampak ketika terus menerus
maupun eksternal. Hambatan eksternal menggunakan plastik. Namun dengan
timbul ketika pelaku usaha tidak begitu tetap saja masih ada pelaku usaha
kooperatif, pelaku usaha seringkali ribet yang menyediakan plastik bagi
dan mengabaikan peraturan sehingga konsumennya.
cukup menyulitkan petugas dalam menilai
c) Accounting
seberapa efektif perwali tersebut berjalan.
Berikut pernyataan informan 3 tentang Fungsi monitoring yang ketiga adalah
13
semula konsumtif terhadap plastik, mulai dampak secara langsung bagi
beralih ke menggunakan kantong belanja perekonomian Kota Semarang, hanya saja
ramah lingkungan. Konsumen ritel mulai adanya kebijakan ini mampu menekan
menerapkan hal tersebut karena toko tempat biaya pengelolaan sampah. Dari sisi pelaku
berbelanja sudah tidak menyediakan plastik usaha sendiri, adanya kebijakan ini
dan beralih menggunakan shopping bag memberikan perubahan pada pengalokasian
sebagai bentuk kepatuhan ritel untuk dana yang awalnya untuk penyediaan
berpartisipasi agar kebijakan ini lebih plastik berubah menjadi penyediaan untuk
maksimal, sehingga secara tidak langsung shopping bag maupun pipet minum ramah
akan membentuk pola di masyarakat untuk lingkungan. adanya kebijakan ini tidak
tidak menggunakan plastik ketika menimbulkan perubahan ekonomi bagi
berbelanja. Kota Semarang, hanya saja terjadi
perubahan pada pola masyarakat ketika
Adanya perubahan sikap masyarakat
berbelanja.
tersebut, secara tidak langsung berdampak
pada jumlah timbulan sampah. Tak hanya Beberapa perubahan yang telah
berdampak pada jumlah timbulan sampah, disebutkan diatas, maka pada kegiatan
tetapi juga berdampak pada penekanan monitoring kebijakan penggunaan plastik di
biaya untuk mengolah plastik. Penurunan Kota Semarang telah memenuhi fungsi
jumlah sampah juga terjadi di Banjarmasin monitoring ketiga, yakni accounting. Pada
yang lebih dulu menerapkan kebijakan fungsi ini menghasilkan data sebagai akibat
serupa, selama 2 tahun, Banjarmasin dari kebijakan yang dilaksanakan. Akibat
berhasil mengurangi kantong plastik dari kebijakan penggunaan plastik adalah
sebanyak 54 juta (Nur Avianto, 2020). adanya perubahan pola di masyarakat
ketika berbelanja, adanya penekanan biaya
Tidak hanya muncul dampak sosial,
dalam penyediaan dan penanganan plastik.
kebijakan ini memberikan dampak
ekonomi. Kebijakan ini tidak memberikan
d) Explanation pelaksanaan terdapat ketidakcocokan.
Setiap kebijakan atau program, pasti
Fungsi monitoring yang terakhir adalah
memiliki target yang ingin dicapai. Target
explanation. Explanation atau penjelasan
ditetapkan guna mengukur capaian dari
menurut Dunn (2003) adalah informasi
pelaksanaan kebijakan. Kebijakan
yang dihasilkan membantu menjelaskan
pengendalian penggunaan plastik di Kota
mengapa antara perencanaan dan
Semarang memiliki target yang harus
14
dicapai. Target Pemerintah Kota Semarang yang belum menerapkan kebijakan tersebut,
untuk kebijakan ini adalah penurunan kebanyakan pelaku usaha seperti penjual
jumlah timbulan sampah sebanyak 30% makanan, cafe dan sebagainya masih
sampai tahun 2025. Target tersebut tertulis menyediakan pipet plastik, styrofoam dan
pada Peraturan Walikota Semarang Nomor cup plastik yang tidak ramah lingkungan.
79 tahun 2018 tentang Kebijakan dan Selain itu diketahui karena pelaku usaha
Strategi Daerah dalam Pengelolaan Sampah memiliki beberapa pertimbangan, salah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis satunya adalah cost karena penyediaan
Sampah Rumah Tangga. pembungkus makanan, pipet minum bagi
konsumen dibebankan kepada pelaku
Target yang ditetapkan oleh pemerintah
usaha.
kota tersebut berupa target umum, artinya
bukan hanya pada sampah plastik, sedotan Dikutip dalam buku Modul Monitoring
plastik dan styrofoam saja tetapi sampah dan Evaluasi Perkotaan, pihak yang
keseluruhan dari penggunaan masyarakat melakukan monitoring adalah tenaga
Kota Semarang. Berarti dapat diartikan profesional yang memang diberikan tugas
bahwa belum ada target khusus yang khusus untuk memonitoring. Di dalam pasal
ditetapkan oleh Pemerintah Kota Semarang 6 Perwali 27 Tahun 2019 mengamanatkan
terhadap penurunan jumlah timbulan bahwa urusan pengawasan dilimpahkan
plastik. Sedangkan dikutip dalam Modul kepada dinas terkait. Menurut Peraturan
Monitoring Perkotaan, salah satu prinsip Walikota Semarang Nomor 72 Tahun 2016
monitoring adalah target oriented atau tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
berorientasi pada target. Jika tidak ada Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas
target yang ditetapkan sebelumnya, maka Lingkungan Hidup Kota Semarang, tugas
akan sulit untuk menentukan apakah dari DLH Kota Semarang adalah membantu
kebijakan yang sedang dijalankan telah urusan pemerintahan sub bab persampahan.
berhasil atau tidak. Terlebih di Kota Maka dari itu, petugas pelaksana
Semarang tidak ada data spesifik terkait monitoring dalam kebijakan ini adalah
dengan jumlah sampah baik organik Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang.
maupun anorganik seperti plastik.
Dinas Lingkungan Hidup Kota
Target yang belum tercapai tersebut Semarang merupakan pelaksana tunggal
disebabkan belum secara keseluruhan dalam kegiatan monitoring dan tidak ada
sasaran kebijakan menerapkan aturan kerjasama dengan OPD Kota Semarang
tersebut. Pelaku usaha di Kota Semarang maupun swasta. Hanya saja untuk
15
memonitoring pihak swasta seperti pabrik- Monitoring dapat dilakukan melalui 2
pabrik besar, pihak swasta hanya sebagai cara, yaitu field visit atau kunjungan
CSR atau Corporate Social Responsibility. lapangan dan melalui laporan. DLH Kota
Saat ini monitoring dilakukan sekaligus Semarang telah melakukan kunjungan ke
mengedukasi, belum ada penjatuhan sanksi pelaku usaha dan melakukan pengecekan
bagi pelanggar. Namun hal tersebut tidak secara langsung penggunaan plastik dari
menutup kemungkinan kedepannya akan pelaku usaha tersebut. Selain field visit,
diterapkan sanksi dan melibatkan OPD lain. beberapa ritel modern telah secara rutin
mengirimkan data penggunaan plastik dan
melaporkannya pada DLH Kota Semarang.
Tabel 1. Daftar Ritel Modern yang rutin mengirim data periode Januari - Juli 2020
Field visit yang diterapkan oleh DLH hasil monitoring dari waktu ke waktu dapat
Kota Semarang masih belum menjangkau terkontrol dengan baik (Ramdhan,
seluruh pelaku usaha. Hal itu dikarenakan Sumaryana, & Ismanto, 2017).
petugas monitoring hanya berjumlah 15
Bagi masyarakat, tidak dilakukan
orang dan hal tersebut tidak sebanding
monitoring hanya dilakukan sosialisasi
dengan jumlah pelaku usaha di Kota
melalui Bank Sampah, dengan harapan
Semarang. Seperti ritel modern contohnya,
bank sampah sebagai perpanjangan tangan
petugas hanya mengawasi ritel yang
dari DLH karena bank sampah erat
memiliki manajemen terpusat. Hal tersebut
kaitannya dengan kegiatan PKK yang
juga berlaku pada restoran dan hotel. Selain
berinteraksi langsung dengan masyarakat.
itu, penerapan field visit juga tidak ada
Namun, kebanyakan masyarakat
waktu khusus. Timeline yang jelas dalam
mengetahui adanya larangan penggunaan
pelaksanaan monitoring diperlukan agar
plastik ketika berbelanja di ritel modern dan
16
beberapa masyarakat belum pernah pelaksanaan. Monitoring telah dilakukan
mendapatkan sosialisasi dari PKK. Hal itu sesuai dengan yang diamanatkan pada pasal
menunjukkan adanya ketidakmerataan 6 Peraturan Walikota Semarang Nomor 27
dalam penyebaran informasi. Tahun 2019 tentang Pengendalian
Penggunaan Plastik, tetapi memang hingga
Beberapa feonomena-fenomena yang
saat ini upaya yang dilakukan masih belum
telah dipaparkan sebelumnya merupakan
mencapai target yang ditentukan
penyebab mengapa kebijakan ini belum
sebelumnya. Hal itu dikarenakan terdapat
optimal terutama dalam hal monitoring.
beberapa hal yang membuat target tersebut
Sehingga kebijakan ini belum terlalu
belum tercapai, diantaranya masih banyak
berdampak pada penurunan jumlah
pelaku usaha yang belum terjangkau oleh
timbulan sampah plastik di Kota Semarang.
petugas, ketidakmerataan informasi baik
Secara umum, kegiatan monitoring yang
pada sasaran kebijakan maupun
dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup
masyarakat, jumlah petugas yang tidak
telah sesuai dengan teori fungsi monitoring
sesuai dengan jumlah sasaran kebijakan,
menurut Dunn (2003) yaitu explanation
lini masa yang tidak jelas, serta kendala
yang artinya informasi yang dihasilkan dari
oleh sasaran kebijakan terhadap pergantian
kegiatan monitoring menjelaskan apakah
bahan yang ramah lingkungan.
terdapat kesesuaian antara perencanaan dan
2. Faktor Pendorong dan Faktor restoran/penjual makanan, dan ritel modern
Penghambat Monitoring Kebijakan yang berada di wilayah Kota Semarang.
Penggunaan Plastik di Kota
Selama pelaksanaan monitoring, petugas
Semarang
telah banyak mengunjungi sasaran
a. Faktor Pendorong Monitoring
kebijakan mulai dari ritel modern, restoran,
Kebijakan Penggunaan Plastik di
hingga hotel. Kebanyakan pada saat petugas
Kota Semarang
melakukan field visit, sasaran kebijakan
Sasaran Kebijakan. Menurut Van kooperatif terhadap petugas dan
Meter dan Van Horn dalam Syahruddin berkeinginan untuk turut terlibat dalam
(2019), sasaran kebijakan menjadi salah kebijakan ini, hanya saja terjadi penundaan
satu faktor keberhasilan dari pelaksanaan karena alasan stock yang sudah ada. Selain
suatu kebijakan. Sasaran kebijakan dalam itu, masih ada beberapa sasaran kebijakan
Peraturan Walikota Semarang Nomor 27 yang kurang jujur dan belum menunjukkan
Tahun 2019 yaitu meliputi hotel, data penggunaan plastiknya.
17
Komunikasi. Komunikasi yang efektif b. Faktor Penghambat Monitoring
akan terwujud apabila terdapat kejelasan Kebijakan Penggunaan Plastik di
dalam menyampaikan informasi oleh Kota Semarang
pemberi informasi. Melalui komunikasi,
Standar Kebijakan. Menurut Van
tujuan dan sasaran dari sebuah kebijakan
Meter dan Van Horn dalam Syahruddin
dapat disosialisasikan dengan baik sehingga
(2019), standar kebijakan menjadi salah
meminimalisir adanya kesalahpahaman atas
satu faktor keberhasilan dalam pelaksanaan
kebijakan. Komunikasi yang dilakukan oleh
suatu kebijakan. Hasil penelitian dari
DLH Kota Semarang dalam monitoring
Adriadi dan Alfiansyah (2019), adanya
kebijakan ini yaitu melalui koordinasi dan
standar dan prosedur yang jelas merupakan
sosialisasi. Koordinasi dilakukan secara
salah satu faktor pendorong dalam kegiatan
internal maupun eksternal. Menurut
monitoring. Tetapi untuk monitoring
Zachary Parsons (2018), komunikasi
kebijakan penggunaan plastik di Kota
internal merupakan salah satu faktor
Semarang masih belum ditemukan SOP.
keberhasilan dari monitoring. Koordinasi
Petugas monitoring melaksanakan
tersebut dilakukan agar tidak terjadi
monitoring berpedoman pada isi dari
tumpang tindih ketika melakukan
peraturan walikota. Secara teknis,
monitoring pada sasaran kebijakan.
monitoring dilakukan dengan field visit
Sosialisasi merupakan salah satu cara atau kunjungan lapangan ke pelaku usaha.
penyampaian informasi. Sosialisasi akan
Adanya SOP adalah untuk mengukur
berlangsung efektif ketika inti dari pesan
apakah kebijakan atau kegiatan tersebut
yang disalurkan mampu tersampaikan
sudah sesuai atau belum. Dari yang sudah
dengan baik. Sosialisasi merupakan salah
dijelaskan sebelumnya yaitu pada poin
satu bentuk komunikasi eksternal antara
compliance, tidak ditemukan adanya SOP
petugas monitoring dengan sasaran
khusus. Namun jika dilihat dari isi perwal,
kebijakan. Sosialisasi tidak hanya
monitoring yang dilakukan oleh DLH juga
dilakukan on the spot, pemberian seminar
kurang sesuai karena DLH juga memonitor
pada pelaku usaha dan juga melalui bank
sektor kesehatan yang mana sektor tersebut
sampah, tetapi juga dilakukan melalui
bukan merupakan sasaran dari perwal.
media sosial Dinas Lingkungan Hidup Kota
Semarang. Sumber daya manusia yang tidak
memadai. Sumber daya diperlukan ketika
melaksanakan suatu kebijakan. Sumber
18
daya yang memadai dapat dilihat dari Vikalista (2018) dalam jurnal penelitiannya
jumlah staf/pelaksana yang mencukupi yang berjudul Implementasi Kebijakan
(Edward III dalam Syahruddin, 2019). Peraturan Walikota Banjarmasin Nomor 18
Komponen sumber daya meliputi jumlah Tahun 2016 Tentang Pengurangan
staf, keahlian pelaksana, dan informasi Penggunaan Kantong Plastik menjelaskan
yang relevan. Saat pelaksanaannya, petugas bahwa sumber daya yang terbatas dalam
monitoring dari Dinas Lingkungan Hidup jumlah maupun keahlian maka pelaksanaan
hanya berjumlah sekitar 15 orang yang kebijakan tidak akan berjalan efektif.
merupakan anggota dari bidang IV yaitu Jumlah yang tidak sebanding tersebut
Bidang Pengawasan dan Pemberdayaan menyebabkan adanya sasaran kebijakan
Lingkungan. Jumlah tersebut dirasa tidak yang tidak terjangkau oleh petugas terutama
sebanding dengan jumlah sasaran kebijakan pelaku usaha skala kecil.
di Kota Semarang yang terus meningkat.
KESIMPULAN kebijakan. Sedangkan faktor
penghambatnya yaitu standar kebijakan dan
Secara keseluruhan, kegiatan monitoring
sumber daya.
kebijakan penggunaan plastik di Kota
Semarang sudah berjalan dengan baik. SARAN
Ditunjukkan dengan adanya capaian angka
1) Perlu ditetapkan Standard Operating
sebesar 24% dari target 30% di tahun 2025.
Procedure yang jelas untuk pelaksanaan
Namun, dalam pelaksanaannya masih kegiatan monitoring kebijakan ini agar
belum menjangkau seluruh sasaran dalam pelaksanaan lebih terukur.
kebijakan, terutama pelaku usaha yang 2) Melibatkan stakeholder maupun OPD
bersifat baru cenderung belum menerapkan lain di Kota Semarang, seperti Satpol PP
aturan tersebut. Berdasarkan fungsi untuk penegakan sanksi peraturan bagi
monitoring oleh Dunn (2003), fungsi pelaku usaha yang melanggar, dan Dinas
compliance masih belum terpenuhi, karena Perdagangan untuk turut mengawasi
dalam pelaksanaan monitoring, petugas penggunaan plastik di sektor penjual
masih belum sesuai dengan aturan. Tidak makanan.
hanya petugas, namun sasaran kebijakan 3) Menetapkan target yang secara khusus
juga belum seluruhnya mematuhi. Faktor dibuat untuk timbulan sampah plastik di
pendorong dalam monitoring kebijakan Kota Semarang, agar lebih rinci dan
penggunaan plastik yaitu komunikasi dapat dilakukan evaluasi.
pelaksanaan kebijakan dan sasaran
19
4) Menindaklanjuti secara tegas jika ada 5) Melakukan sosialisasi yang lebih
laporan dari masyarakat terkait pelaku massive kepada seluruh lapisan
usaha yang melanggar. masyarakat agar persebaran informasi
nya merata.
20
Press-2003_Compressed-1.Pdf (P.
710). P. 710.
Undang-Undang Tertulis
21