You are on page 1of 12

Desa Inklusi sebagai Perwujudan Pembangunan Berkelanjutan Bagi Penyandang Disabilitas (Ratih Probosiwi)

1
DESA INKLUSI SEBAGAI PERWUJUDAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

(INCLUSIVE VILLAGES AS A FACE OF SUSTAINABLE DEVELOPMENT


FOR PEOPLE WITH DISABILITIES)

Ratih Probosiwi
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS)
Kementerian Sosial RI. Jl. Kesejahteraan Sosial No. 1 Sonosewu, Yogyakarta, Indonesia
Email: ratihprobo@yahoo.com
Naskah diterima 21 September 2017, direvisi 18 Oktober 2017, disetujui 12 November 2017

Abstract

This paper is intended to provide an overview of the changing paradigm of sustainable development and health
opportunities in social inclusion. This paper is also expected to develop discourse on inclusive villages, village-level
friendly services at the theoretical level. The paper was compiled through the study of several literatures related to
social concepts and inclusion at the village level and analyzed according to the interests of persons with disabilities. The
results of the study indicate that initiatives to build inclusive villages have emerged in some areas more than awareness
to improve the fulillment of the rights of persons with disabilities. Inclusion village which is a special village facility
for persons with disabilities, in the village area providing hospitable services for persons with disabilities. In addition,
inclusive villages are also interpreted as villages that accept the differences positively and encourage their communities
to participate in village development. Village information systems are important in building inclusive villages as the basis
for development planning. Commitment and change of way people’s perspective on PwDs should also be maintained.

Keywords: Inclusive Village, Social Inclusion,Sustainable Development,and Village Authority

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran perubahan paradigma pembangunan berkelanjutan dan
peluang serta kewajiban desa dalam inklusi sosial. Tulisan ini juga diharapkan mampu mengembangkan diskursus
tentang desa inklusi, layanan ramah penyandang disabilitas di tingkat desa pada tataran teoritis. Tulisan disusun
melalui kajian beberapa literatur terkait konsep dan pentingnya inklusi sosial di tingkat desa dan dianalisis sesuai
kepentingan penyandang disabilitas. Hasil kajian menunjukkan bahwa inisiatif untuk membentuk desa inklusi telah
muncul di beberapa wilayah yang didorong dari kesadaran untuk meningkatkan pemenuhan hak penyandang disabilitas
terutama pelibatan penyandang disabilitas dalam proses pembangunan. Desa inklusi yang dimaksud bukanlah berarti
desa yang khusus bagi penyandang disabilitas, melainkan desa yang memberikan layanan ramah bagi penyandang
disabilitas. Selain itu, desa inklusi juga dimaknai sebagai desa yang menerima perbedaan secara positif dan mendorong
masyarakatnya untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa. Sistem informasi desa menjadi hal penting dalam
membangun desa inklusi karena menjadi dasar perencanaan pembangunan. Komitmen dan perubahan cara pandang
masyarakat terhadap penyandang disabilitas juga harus terus ditingkatkan untuk menjamin terciptanya desa inklusi.

KataKunci: Desa Inklusi, Inklusi Sosial,Pembangunan Berkelanjutan, Wewenang Desa.

217
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 3, Desember 2017, 217-228

A. PENDAHULUAN seluruh masyarakat secara aktif sehingga hasil


pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh
“Pembangunan infrastruktur di Indonesia
masyarakat. Pelibatan seluruh masyarakat secara
sering mengalami kegagalan karena masih
aktif memunculkan istilah pembangunan inklusi.
awamnya pemahaman terhadap perubahan
Sejak diperkenalkan pada tahun 1974, konsep
paradigma dan kepekaan terhadap keberadaan
eksklusi dan inklusi sosial mulai menonjol dalam
gender dan inklusi sosial,” demikian disampaikan
wacana kebijakan di Perancis dan diadopsi oleh
oleh Alimatul Qibtiyah, seorang peneliti dari
Uni Eropa pada tahun 1980 sebagai konsep dalam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
kebijakan sosial yang diluncurkan (Warsilah,
Yogyakarta(antaranews.com, 2017). Ditambahkan
2015). Konsep eksklusi dipandang tidak mampu
bahwa pemerintah perlu membangun paradigma
mencerminkan kohesivitas sosial atau integrasi
yang utuh mengenai gender dan perspektif
sosial karena itulah muncul inklusi sosial. Inklusi
inklusi sosial.Orientasi pembangunan Indonesia
dipandang sebagai suatu pendekatan yang mampu
pada pertumbuhan telah menghasilkan eksklusi
membangun dan mengembangan lingkungan
sosial. Hal ini sejalan dengan Korten (2006)
yang terbuka dengan mengikutsertakan semua
yang menyatakan bahwa pembangunan yang
orang dari berbagai latar belakang, karakteristik,
berorientasi pertumbuhan akan menghasilkan
kemampuan, status, kondisi, etnik, dan budaya
eksklusi sosial dan tiga krisis besar, yaitu: kekerasan,
(Lenoir, 1974).
kemiskinan, dan kehancuran lingkungan.
Pembangunan selama ini ternyata belum
Di Indonesia, dampak pembangunan yang
sepenuhnya memberikan perhatian terhadap
berorientasi pertumbuhan dilihat dari tingginya
pembangunan yang berkeadilan dan memihak
tingkat kemiskinan dari tahun ke tahun mengalami
kepada kelompok minoritas, salah satunya
track meningkat. Garis kemiskinan di Indonesia
adalah penyandang disabilitas, sementara
pada tahun 2016 tercatat sebesar Rp 361.267,-
jumlah penyandang disabilitas di Indonesia terus
per bulan. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan tahun-
meningkat. Menurut Kepala Tim Riset LPEM
tahun sebelumnya menunjukkan kenaikan tingkat
FEB Universitas Indonesia, jumlah penyandang
kemiskinan di Indonesia seiring dengan kenaikan
disabilitas di Indonesia pada tahun 2016 sebesar
laju inflasi. Pada bulan September 2016, jumlah
12,15 persen. Sementara untuk prevalensi
penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
disabilitas provinsi di Indonesia antara 6,41 persen
per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
hingga 18,75 persen (Republika.co.id, 2016).
di Indonesia mencapai 27,76 juta orang (10,70
Kekurangberdayaan masyarakat disabilitas terjadi
persen), berkurang sebesar 0,25 juta orang
akibat dari sistem yang belum berpihak. Jika situasi
dibandingkan dengan kondisi Maret 2016 yang
ini tidak diperbaiki, 15 persen penduduk negeri
sebesar 28,01 juta orang (10,86 persen) (BPS RI,
ini akan menjadi tanggungan negara dengan
2017). Angka kekerasan tercatat melalui jumlah
konsekuensi biaya yang besar. Sebaliknya,
konflik sosial, pada tahun 2013 sebanyak 92
dengan menitik beratkan program pembangunan
kasus, 2014 sebanyak 83 kasus, per April 2015
pada pemberdayaan disabilitas akan meringakan
sebanyak 26 kasus dengan kasus terbanyak
beban pembiayaan jaminan sosial di masa yang
yaitu kasus bentrok antarwarga (Direktorat
akan datang, sekaligus memberdayakan aset
Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum, 2016).
warga negara (Damanik, 2014). Di beberapa
Sepanjang tahun 2016, tercatat 450 kasus konflik
negara maju, disabilitas telah menjadi bagian
agraria yang disebabkan kerusakan lingkungan.
dari prinsip keberagaman. Di Indonesia, masih
Hal tersebut merupakan beberapa dampak akibat
terdapat beberapa persoalan mengenai persepsi
pembangunan yang berorientasi pertumbuhan
yang salah terkait penyandang disabilitas, apalagi
yang secara langsung telah dirasakan
untuk perempuan penyandang disabilitas, mereka
masyarakat.
mengalami multidiskriminasi atas perspektif
Diperlukan paradigma pembangunan
gender yang mereka sandang. Banyak kebijakan
baru yang secara adil dan merata melibatkan
pemerintah yang menempatkan penyandang

218
Desa Inklusi sebagai Perwujudan Pembangunan Berkelanjutan Bagi Penyandang Disabilitas (Ratih Probosiwi)

disabilitas sebagai objek dan penerima manfaat desa masih sulit dirasakan. Diskriminasi, termasuk
pembangunan, misal UU Nomor 24 tahun 2007 bagi penyandang disabilitas dalam memperoleh
tentang Penanggulangan Bencana dan UU Nomor pelayanan dan kebersamaan dalam lingkup yang
25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. sama masih terlihat jelas (Zulfikar, 2017). Semangat
Melalui UU Nomor 19 Tahun 2011 tentang untuk membangun gerakan desa mandiri dengan
Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas pelayanan prima melahirkan pemikiran tentang
yang meratifikasi Konferensi PBB tentang hak desa inklusi, yaitu desa yang terbuka, dialogis,
penyandang disabilitas menjadi momentum merangkul, dan toleran. Untuk membangun
baru pelibatan penyandang disabilitas dalam desa inklusi diperlukan sistem dan jaringan
pembangunan berbasis hak asasi manusia. yang mendukung pemenuhan hak penyandang
Penetapan UU Nomor 8 tahun 2016 tentang disabilitas. Sistem layanan ramah penyandang
Penyandang Disabilitas juga menegaskan bahwa disabilitas saat ini sebatas aksesibilitas bangunan
penyandang disabilitas berhak untuk bebas stigma fisik, namun penerimaan petugas dan prosedur
dan berhak penuh atas hak mereka (Rappler.com, layanan masih sangat terbatas.
2016). Pemenuhan hak penyandang disabilitas Pemberdayaan desa dalam membangun
akan pembangunan haruslah dimulai dari unit desa inklusi harus dimulai dari penguatan
pemerintahan terkecil yaitu pada tingkat desa. organisasi desa itu sendiri. Desa haruslah
Beruntung Indonesia telah memiliki UU Desa dipandang sebagai subjek berdaulat dalam batas
yaitu UU Nomor 6 tahun 2014. Secara implisit, wilayahnya yang memiliki wewenang mengatur
UU Desa mendorong tumbuhnya desa inklusi, urusan pemerintahan dan masyarakatnya
yaitu yang secara harafiah dirumuskan sebagai berdasarkan prakarsa masyarakat dan
“desa untuk semua” atau “desa dihidupi oleh kewenangan lokal. Pemenuhan dan perlindungan
semua dan menghidupi semua”. Dalam UU hak penyandang disabilitas harus dimaksukkan
Desa bab I pasal 3 dijelaskan bahwa pengaturan dalam daftar kewenangan lokal berskala desa
desa harus berasaskan: a) rekognisi; b) dan kewenangan desa berdasarkan hak asal usul.
subsidiaritas; c) keberagaman; d) kebersamaan; Inilah yang kemudian mendasari desa inklusi yang
e) kegotongroyongan; f) kekeluargaan; g) tetap menghormati hak tradisional desa dan hak
musyawarah; h) demokrasi; i) kemandirian; j) penyandang disabilitas.
partisipasi; k) kesetaraan; l) pemberdayaan; dan Berdasarkan hal tersebut, penting
m) keberlanjutan. Asas desa tersebut sangat untuk mengkaji pentingnya desa inklusi dalam
berhubungan dan bermanfaat dalam penumbuhan pembangunan berkelanjutan yang tujuan akhirnya
desa inklusi. adalah menjamin kesejahteraan bagi seluruh
Selama tiga tahun pelaksanaan UU warganya termasuk penyandang disabilitas.
Desa, desa belum sepenuhnya mampu Tulisan ini bertujuan untuk memberikan
mengaktualisasikan norma UU Desa sebagaimana gambaranperubahan paradigma dalam
mestinya. Pemenuhan hak penyandang disabilitas pembangunan berkelanjutan dan peluang serta
di desa masih mensyaratkan perjuangan para pihak kewajiban desa dalam inklusi sosial. Tulisan ini
yang berkepentingan terhadap pemenuhan hak diharapkan mampu mengembangkan diskursus
penyandang disabilitas untuk terlibat aktif dalam tentang desa inklusi, layanan ramah penyandang
memfasilitasi desa dalam mengaktualisasikan disabilitas di tingkat desa pada tataran teoritis.
norma hukum UU Desa (Direktorat Pemberdayaan
B. METODE PENELITIAN
Masyarakat Desa, 2016). Aktualisasi kebijakan
publik di tingkat desa yang membuka ruang bagi Tulisan ini merupakan kajian literatur yang
pemenuhan hak penyandang disabilitas diperlukan mengkaji konsep dan pentingnya inklusi sosial
untuk menopang pelaksanan UU Penyandang dalam ranah pemerintahan terkecil yaitu desa.
Disabilitas.Secara umum, pendekatan yang Beberapa kajian mengenai penerapan rintisan
menjangkau masyarakat secara utuh terutama di desa inklusi yang telah ada disajikan dan dianalisis
sesuai kepentingan pemenuhan hak penyandang

219
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 3, Desember 2017, 217-228

disabilitas yang kemudian dikaitkan dengan tujuan atau kelompok masyarakat tertentu. Selain itu
pembangunan berkelanjutan (SDG’s). Tulisan ini diungkapkan bahwa eksklusi sosial terjadi dalam
memberikan pemantapan dan penegasan tentang proses pertukaran sosial. Menurut Blau, setiap
pentingnya inklusi sosial dalam ranah desa. asosiasi sosial yang terjadi merupakan proses
Melalui literatur dan penelitian yang ada, tulisan pertukaran sosial. Proses itu dimotivasi keinginan
ini mencoba untuk menganalisis penyandang untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan
disabilitas tidak hanya sebagai objek namun juga dibawa oleh orang lain untuk selanjutnya
subjek pembangunan yang memiliki hak dilibatkan dipertukarkan dalam interaksi sosial (Blau,
dalam proses pembangunan sama seperti 1964). Yang kemudian menjadi permasalahan
masyarakat pada umumnya. Data dan informasi adalah kenyataan bahwa tidak semua melakukan
yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, tidak pertukaran sosial karena tidak memiliki
hanya menggambarkan namun juga menguraikan sumberdaya dengan nilai yang sama, inilah yang
serta memberikan penjelasan untuk menguatkan melahirkan eksklusi sosial.
diskursus mengenai desa inklusi. Secara terstruktur, Saunders (2007),
C. HASIL DAN PEMBAHASAN mengemukakan bentuk eksklusi sosial yaitu
adanya keterlepasan-kurangnya partisipasi
Pembangunan Inklusi bagi Penyandang dalam kehiduapan sosial dan aktivitas komunitas;
Disabilitas kurangnya akses pada pelayanan utama yang
Pembangunan inklusi hadir sebagai dibutuhkan; dan keterbatasan akses sumberdaya
jawaban atas kegelisahan dampak pembangunan ekonomi serta kapasitas ekonomi yang rendah.
yang terlalu berorientasi pada pertumbuhan yang Steinert (2007), menjelaskan level partisipasi jenis
pada akhirnya menimbulkan eksklusi sosial. eksklusi sosial yaitu kelangsungan hidup-akses
Walker dan Walker menyatakan bahwa eksklusi pada makanan, tempat tinggal, dan pakaian;
sosial merujuk pada proses dinamis tertutupnya hubungan sosial, reproduksi personal dan keluarga;
pintu bagi individu baik secara keseluruhan atau jaminan sarana untuk kelangsungan hidup dan
sebagian dari sistem sosial, ekonomi, politik, dan reproduksi; produksi baik itu lokal, nasional
budaya yang menentukan terintegrasinya individu ataupun yang lebih luas; politik; dan perkembangan
dalam masyarakat. Atau dengan kalimat lain, pengambil bagian dalam pembangunan. Hubungan
bahwa eksklusi sosial menunjukkan tidak diakuinya eksklusionari yang ditimbulkan dapat berupa
hak sipil, politik, dan sosial warga masyarakatnya hubungan horisontal-vertikal yang mengeluarkan
(Walker & Walker, 1997). Komisi Eropa memahami seseorang dari keanggotaan suatu kelompok
eksklusi sosial sebagai sesuatu yang bersifat atau mencegah individu untuk naik pada level
multiple dan faktor perubahan yang berdampak tertentu; disengaja-tidak sengaja yang dikaitkan
pada dieksklusikannya orang dari pertukaran dengan upaya diskriminasi; formal-informal ketika
yang normal, praktik dan hak masyarakat modern eksklusi berakar pada institusi dan legislasi,
(Ruman, 2014). Eksklusi sosial mengacu pada perilaku tradisional dan pola dalam masyarakat
hak atas perumahan, pendidikan, kesehatan, dan yang sulit dideteksi; faktor multiple eksklusi sosial;
akses pada layanan yang memadai. Eksklusi sosial dan penguatan eksklusi sosial ketika kelompok
memperngaruhi individu atau kelompok, misalnya dikeluarkan dari masyarakat maka ada efek
penyandang disabilitas, yang pada saat yang domino yang dipastikan terjadi (Taket, 2009).
sama menjadi terdiskriminasi atau tersegregasi. Dalam perkembangannya, timbul
Percy-Smith menyatakan bahwa eksklusi sosial kesadaran untuk lebih mempertimbangkan
menekan kelemahan dalam infrastruktur sosial keterlibatan individu atau kelompok masyarakat
dan risiko yang dialami masyarakat secara dalam tata pemerintahan dan pembangunan.
luas(Percy-Smith, 2000). Yaitu pembangunan yang tidak semata
Percy-Smith mengemukakan bahwa memperhitungkan pertumbuhan ekonomi,
eksklusi sosial berkaitan dengan hak yang tidak namun juga ketelibatan dan keberfungsian sosial
terpenuhi atau tidak dapat diakses oleh individu

220
Desa Inklusi sebagai Perwujudan Pembangunan Berkelanjutan Bagi Penyandang Disabilitas (Ratih Probosiwi)

masyarakat secara menyeluruh. Inilah yang disebut atau sistem transportasi yang tidak dapat diakses
dengan pembangunan inklusi. Pembangunan menggunakan kursi roda.
inklusi adalah suatu bentuk pembangunan yang Penyandang disabilitas memiliki
melibatkan multi-stakeholder, dimana masyarakat kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama
sipil, pemerintah, dan sektor publik bekerja sama dengan masyarakat pada umumnya. Sebagai
untuk mengatasi isu pembangunan, yang secara bagian dari negara Indonesia, mereka berhak
khusus melibatkan kelompok masyarakat marginal, memperoleh perlakuan khusus sebagai bentuk
termasuk kelompok penyandang disabilitas untuk perlindungan dari kerentanan terhadap berbagai
turut serta bekerja. Pembangunan dapat menjadi tindakan diskriminasi dan pelanggaran hak asasi
inklusi hanya jika semua stakeholder secara manusia. Sebagai bentuk komitmen lebih lanjut
bersama menciptakan kesetaraan kesempatan dan terhadap usaha mendorong terwujudnya hak bagi
keuntungan bersama, serta berpartisipasi dalam penyandang disabilitas. Pemerintah Indonesia
proses pengambilan keputusan melalui prinsip meratifikasi Konvensi PBB mengenai Hak Para
hak asasi seperti partisipasi, non-diskriminasi dan Penyandang Disabilitas pada Oktober 2011.
akuntabilitas (UNDP, 2017). Inisiatif pembangunan Ratifikasi ini merupakan tindakan yang menggeser
akan lebih efektif mengurangi masalah kemiskinan paradigma pendekatan bagi penyandang
ketika semua stakeholder dilibatkan dalam proses disabilitas dari pendekatan kesejahteraan sosial
perencanaan, eksekusi dan monitoring program, menjadi pendekatan hak asasi manusia. Termasuk
khususnya masyarakat dan komunitas marginal di dalamnya adalah untuk memfokuskan pada
(Oxfam Internasional, 2017). penghalang yang menghambat di lingkungan
Diskriminasi dan under-estimated adalah fisik, sosial, budaya dan ekonomi sehingga para
titik tolak eksklusi sosial terhadap penyandang penyandang disabilitas dapat berpartisipasi dan
disabilitas. Penyandang disabilitas dianggap memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan
sebagai individu atau kelompok yang tidak yang mereka miliki. Pendekatan ini juga menerima
memiliki kemampuan melakukan sesuatu pemikiran untuk mengadopsi perundang-
karena keterbatasan mereka. Eksklusi sosial undangan dan kebijakan non diskriminatif, yang
mengakibatkan minimnya pelibatan penyandang menekankan pada pentingnya perlakuan dan
disabilitas dalam proses pembangunan bahkan kesempatan yang setara. Pergeseran paradigma
di level masyarakat terkecil misal RT, RW ini sejalan dengan konsep pembangunan inklusi
atau lingkungan masyarakat yang berpotensi yang menginginkan kemandirian dan partisipasi
mengurangi kualitas hidup dan takterpenuhinya dari seluruh masyarakat.
hak penyandang disabilitas. Lemahnya
Peran dan Kewenangan Desa
pengakuan terhadap kemampuan penyandang
disabilitas mengakibatkan eksklusi sosial yang Disebutkan bahwa desa merupakan institusi
secara domino melemahkan mereka dari segi sosial sekaligus institusi negara, yang karena
kepemilikan sumberdaya baik itu ekonomi, karakteristiknya, paling dekat dengan masyarakat
sosial, politik dan hukum. Padahal, dengan adat. UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
keterbatasan yang dimilikinya, penyandang (selanjutnya disebut UU Desa) melegitimasi
disabilitas ingin menjadi bagian dari masyarakat bahwa desa merupakan hibridasi institusi sosial
yang produktif. Keterbatasan kesempatan kerja dan negara yang bersifat otonom (Firmansyah,
bagi penyandang disabilitas disebabkan masih 2014). UU Desa menempatkan rekognisi
terbatasnya jenis pekerjaan yang dapat diberikan dan subsidiaritas sebagai asas pengaturan
dan juga karena belum cukupnya infrastruktur desa dan memposisikan desa sebagai entitas
bagi penyandang disabilitas. Misalnya, seseorang yang unik dan berbeda. Terbitnya UU Desa
yang menggunakan kursi roda mengalami didasari oleh kebutuhan untuk melindungi dan
kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan, bukan memberdayakan hak asal usul dan hak tradisional
karena ia menggunakan kursi roda melainkan desa untuk megurus kepentingan masyarakat
karena adanya hambatan lingkungan yaitu jalan desa(Kusmawan dkk, 2016). Masing-masing desa

221
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 3, Desember 2017, 217-228

memiliki tata kelola sendiri sesuai nilai historis pembangunan dan pemberdayaan masyarakat;
desa yang menjadikannya sebagai self governing diperkuat melalui Permendesa PDTT Nomor
community atau komunitas yang mengelola 5 Tahun 2015 pasal 2 bahwa dana desa yang
urusannya secara mandiri. UU Desa mengatur bersumber dari APBN digunakan untuk mendanai
pemerintahan yang efektif dan demokratis; pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal
pembangunan desa untuk meningkatkan kualitas usul dan kewenangan lokal skala desa yang
hidup manusia, penanggulangan kemiskinan dan diatur dan diurus oleh desa; dan pasal 3 yang
kesejahteraan; pemberdayaan mencakup aspek memprioritaskan belanja pembangunan dan
kesadaran, kapasitas, dan prakarsa lokal; dan pemberdayaan masyarakat desa.
pembangunan kemasyarakatan yang bertenaga Kegiatan prioritas bidang pembangunan
secara sosial, mengandalkan modal sosial dan desa untuk pemenuhan pelayanan dasar
membangun warga desa serta desa bermartabat. kegiatan-kegiatan pembangunan desa yang dapat
Sebagai kesatuan masyarakat hukum, dibiayai dana desa bagi peningkatan kualitas dan
desa dikuatkan melalui demokrasi perwakilan akses terhadap pelayanan sosial dasar adalah
dan demokrasi permusyawarahan. Kesepakatan 1) pengadaan, pembangunan, pengembangan
dalam musyawarah desa dituangkan dalam dan pemeliharaan sarana prasarana kesehatan,
peraturan desa yang dibatasi oleh hak asal-usul antara lain: a) air bersih berskala desa; b) sanitasi
desa dan kewenangan dalam skala lokal semisal lingkungan; c) jambanisasi; d) mandi, cuci, kakus
pembangunan jalan desa, irigasi, pengelolaan (MCK); e)mobil/ kapal motor untuk ambulansdesa;
BUM-Desa. Desa berhak mengeluarkan kebijakan f) alat bantu penyandang disabilitas; g) panti
publik yang bersifat strategis yang didukung oleh rehabilitasi penyandang disabilitas; h) balai
dana desa, alokasi dana desa, bagi hasil pajak pengobatan; i) posyandu; dan j) sarana prasarana
daerah, bantuan keuangan, aset mandiri desa, kesehatan lainnya sesuai dengan analisis
swadaya masyarakat, dan sumberdaya lain yang kebutuhan dan kondisi Desa yang diputuskan
dimiliki desa.Dalam penyusunan peraturan desa, dalam musyawarah Desa; 2) pengadaan,
menurut PP Nomor 47 Tahun 2014, musyawarah pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan
desa melibatkan unsur masyarakat misalnya sarana prasarana pendidikan dan kebudayaan
perempuan, pemerhati anak, masyarakat miskin, antara lain: a) taman bacaan masyarakat; b)
dan unsur lain sesuai kondisi sosial budaya desa bangunan PAUD; c) buku dan peralatan belajar
yang di dalamnya adalah penyandang disabilitas. PAUD lainnya; d) wahana permainan anak di
Pembangunan desa, berdasarkan PAUD; e) taman belajar keagamaan; f) bangunan
Permendesa Nomor 5 Tahun 2015 tentang perpustakaan Desa; g) buku/bahan bacaan; h)
Prioritas Penggunaan Dana Desa, dilakukan balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat; i)
melalui pemenuhan kebutuhan dasar, sanggar seni; j) film dokumenter; k) peralatan
pembangunan sarana desa, pembangunan kesenian; dan l) sarana prasarana pendidikan
prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi dan kebudayaan lainnya sesuai dengan analisis
lokal, dan pemanfaatan sumberdaya alam dan kebutuhan dan kondisi Desa yang diputuskan
lingkungan hidup berkelanjutan. Pembangunan dalam musyawarah Desa(Satria, 2017).
desa diharapkan mengedepankan kebersamaan, Sedangkan, kegiatan prioritas bidang
kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna pemberdayaan masyarakat untuk pemenuhan
mewujudkan pengarusutamaan perdamaian pelayanan dasar kegiatan pemberdayaan
dan keadilan sosial. Untuk meningkatkan masyarakat yang dapat dibiayai dana desa
kesejahteraan dan pemerataan pembangunan bagi peningkatan kualitas dan akses terhadap
desa salah satunya adalah melalui penguatan pelayanan sosial dasar adalah 1) pengelolaan
masyarakat desa sebagai subjek pembangunan. kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat,
Berdasarkan PP Nomor 60 tahun 2014 pasal antara lain: a) pelayanan penyediaan air bersih; b)
19(2) dana desa diprioritaskan untuk membiayai pelayanan kesehatan lingkungan; c) penyediaan

222
Desa Inklusi sebagai Perwujudan Pembangunan Berkelanjutan Bagi Penyandang Disabilitas (Ratih Probosiwi)

makanan sehat untuk peningkatan gizi bagi disabilitas, membentuk tata kelola desa yang
balita dan anak sekolah; d) pengelolaan balai demokratis berdasarkan musyawarah mufakat.
pengobatan Desa; e) perawatan kesehatan Desa sebagai wadah kolektif bernegara dan
untuk ibu hamil dan menyusui; f) pengobatan bermasyarakat, menjadi basis sosial memupuk
untuk lansia; g) fasilitasi keluarga berencana; h) modal sosial yaitu solidaritas, kerjasama,
pengelolaan kegiatan rehabilitasi bagi penyandang swadaya, gotong royong secara inklusif yang
disabilitas; dan i) kegiatan pengelolaan pelayanan melampaui batas eksklusif seperti kekerabatan,
kesehatan masyarakat Desa lainnya sesuai suku, agama,dan aliran. Desa juga memiliki
dengan analisis kebutuhan dan kondisi Desa otoritas dan akuntabilitas untuk mengatur dan
yang diputuskan dalam musyawarah Desa; dan mengurus kepentingan setempat sesuai mandat
2) [engelolaan kegiatan pelayanan pendidikan dari masyarakat desa. Dalam penyelenggaraan
dan kebudayaan antara lain: a) bantuan insentif pemerintahan, desa menjalankan fungsi proteksi
guru PAUD; b) bantuan insentif guru taman dan distribusi pelayanan dasar bagi warga
belajar keagamaan; c) penyelenggaraan pelatihan masyarakat(Eko, 2014). Kewenangan lokal
kerja; d) penyelengaraan kursus seni budaya; berskala desa mencakup penyelenggaraan
e) bantuan pemberdayaan bidang olahraga; f) pemerintahan desa, pembangunan desa,
pelatihan pembuatan film dokumenter; dan g) pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
kegiatan pengelolaan pendidikan dan kebudayaan masyarakat berdasarkan prakarsa, hak asal
lainnya sesuai dengan analisis kebutuhan usul dan adat istiadat desa. Pengelolaan
dan kondisi Desa yang diputuskan dalam pemerintahan secara mandiri mensyaratkan
musyawarah Desa(Satria, 2017). Dari jabaran kompetensi dan keberdayaan desa. Secara
tersebut, jelas bahwa pemenuhan kebutuhan umum, kemampuan desa di Indonesia sangatlah
penyandang disabilitas merupakan kegiatan beragam, namun dalam beberapa kasus,
prioritas desa baik bidang pembangunan maupun ketidakberdayaan beberapa desa diabaikan dan
pemberdayaan masyarakat. digeneralisir sehingga mendapat perlakuan sama
Tiga indikator efektivitas penggunaan (Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Desa,
dana desa yaitu meningkatkan ekonomi desa, 2016). Pemberdayaan desa melalui pelibatan
meningkatkan partisipasi masyarakat desa, dan masyarakat secara aktif menjamin keberlanjutan
meningkatkan kapasitas serta kapabilitas warga pembangunan, tidak hanya terlibat secara
desa. Partisipasi masyarakat desa diwujudkan pemikiran namun juga diwujudkan dalam program
melalui meningkatkan keterlibatan masyarakat pembangunan bagi seluruh masyarakat.
miskin, perempuan, dan penyandang disabilitas
Desa Inklusi: Sebuah Diskursus
dalam penyusunan RPJM Desa, RKP Desa
dan APB Desa; dan semakin terbuka ruang Sebagai institusi formal terdepan,
masyarakat miskin, perempuan, serta penyandang desa mempunyai peran strategis dalam
disabilitas dalam mengawasi pembangunan desa. pelaksanaan pembangunan, layanan dasar,
Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dilakukan sekaligus menciptakan kondisi demokrasi lokal,
melalui meningkatkan jumlah tenaga terampil partisipasi kelompok-kelompok sosial dan
pengelola kegiatan pembangunan di desa; inklusi sosial, terutama dalam hal penerimaan
meningkatkan akses dan kualitas layanan dasar sosial dan pengakuan identitas adat di
(pendidikan dan kesehatan); serta meningkatkan tingkat tapak(Firmansyah, 2014). Desa juga
indeks pembangunan manusia di desa (Suhartono, merupakan bagian penting bagi terwujudnya
2016). Ketiga indikator tersebut menunjukkan pembangunan inklusif, namun di sisi lain, desa
bahwa perlindungan dan pemenuhan hak juga menjadi wilayah yang paling dekat dengan
penyandang disabilitas merupakan salah satu peminggiran penyandang disabilitas (Solider,
program penting yang masuk dalam kewenangan 2015). Penyandang disabilitas seringkali tidak
desa dengan memperhatikan hak asal-usulnya. diikutsertakan dalam proses pembangunan,
Partisipasi aktif warga desa, termasuk penyandang bahkan mengalami pelecehan ataupun kekerasan

223
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 3, Desember 2017, 217-228

di lingkungan tempat tinggalnya. Bukan hal baru desa inklusi bukanlah desa yang dikhususkan
bahwa layanan sosial (publik) tidak adaptif bagi untuk penyandang disabilitas namun desa yang
penyandang disabilitas, termasuk di tingkat desa. menyediakan layanan khusus untuk penyandang
Pemikiran membangun desa inklusi disabilitas. Pembuat kebijakan dituntut untuk
muncul saat pertemuan difabel bulan Juni mampu membuat kebijakan dan pelayanan yang
2015 yang dihadiri oleh 300 peserta dari 12 setara bagi seluruh kelompok masyarakatnya,
provinsi di Indonesia dan mensepakati adanya termasuk penyandang disabilitas.
desa ramah difabilitas. Desa inklusi muncul Untuk menyusun layanan yang setara,
dari gagasan Sasana Integrasi dan Advokasi dibutuhkan sistem informasi desa yang akurat
Difabel (SIGAB) dengan tujuan mewujudkan dan terbuka bagi masyarakat serta memberikan
pembangunan desa yang lebih inklusif, inklusi kemudahan akses bagi kelompok yang memiliki
menjadi prinsip dalam proses, pendekatan, serta hambatan mobilitas ataupun keterbatasan
dalam menilai hasil pembangunan di desa. Inklusi lainnya. Sistem informasi desa menjamin data
dirtikan sebagai pendekatan untuk membangun desa secara akurat yang dibutuhkan dalam
dan mengembangkan sebuah lingkungan menyusun RPJMDesa dan RKPDesa, meliputi
yang semakin terbuka; mengajak masuk dan seluruh aset yang dimiliki termasuk warga desa itu
mengikutsertakan semua orang dengan perbedaan sendiri. Penyusunan sistem informasi desa harus
latar belakang. Lingkungan inklusi mensyaratkan melibatkan desa, pengalaman menunjukkan
lingkungan sosial yang terbuka, ramah, bahwa pendataan desa dilakukan oleh pihak luar
meniadakan hambatan, dan menyenangkan bagi desa tanpa pelibatan desa itu sendiri. Pendataan
setiap warganya. Direktur Sasana Integrasi dan penyandang disabilitas menjadi penting untuk
Advokasi Difabel (SIGAB) menyatakan bahwa membangun sistem informasi desa inklusi.
pembangunan desa inklusi didasari pada dua hal Kekurangan dalam pendataan penyandang
yaitu sistem dan jaringan (koranopini.com, 2015). disabilitas berakibat pada ketidaktepatan program
Menteri Sosial menyatakan bahwa rintisan desa atau layanan yang ditujukan bagi mereka.
inklusi merupakan “virus yang positif” dan perlu Pendataan perlu disesuaikan dengan jenis
didukung melalui dana desa untuk membangun hambatan yang dialami penyandang disabilitas
desa inklusi secara fisik (Rappler, 2016). demi terwujudnya pembangunan inklusi di desa
Indikator desa inklusi mencakup aspek fisik, dan membuka aksesibilitas penyandang disabilitas
sosial, dan ekonomi. Indikator desa inklusi akan dalam setiap proses pembangunan desa.
memberikan kemudahan dalam upaya penilaian, Dengan sistem informasi desa, penyandang
pendampingan, evaluasi, hingga pengembangan disabilitas yang memiliki hambatan mobilitas tidak
proses perwujudan desa inklusi yang ideal. perlu datang ke kantor desa untuk memperoleh
Desa inklusi dapat dimaknai sebagai desa yang informasi, tetapi dapat diakses darimana saja,
mampu menerima keberagaman secara positif; telepon pintar misalnya. Pelayanan kantor desa
desa yang mampu memberikan layanan dan menjadi lebih efektif, efisien dan transparan.
ruang yang aksesibel untuk semua orang; desa Ketersediaan data warga dan potensi desa
yang memberikan ruang gerak, berkembang dan membuat proses perencanaan, pelayanan, dan
berpartisipasi aktif sesuai dengan kebutuhananya pelaporan desa lebih mudah. Ketersediaan
berdasarkan keragaman dan perbedaan; desa data dan informasi yang mudah diakses dapat
yang mendorong masyarakatnya untuk positif dan meningkatkan partisipasi seluruh warga dalam
berkontribusi dalam pembangunan sesuai dengan pembangunan. Warga dapat mengawal proses
kemampuanya berdasarkan keragaman yang ada pembangunan sejak awal, memberikan usul dan
ada; desa tempat semua orang tanpa terkecuali saran terkait pembangunan desa. Masalah yang
merasakan keamanan, kenyamanan dan muncul dalam pengembangan sistem informasi
perlindungan yang sama(Suhartono, 2016).Dari desa adalah keterbatasan kemampuan atau
keempat pemaknaan tersebut, dikatakan bahwa keterampilan desa dalam penguatan teknologi

224
Desa Inklusi sebagai Perwujudan Pembangunan Berkelanjutan Bagi Penyandang Disabilitas (Ratih Probosiwi)

informasi. Kendati setiap desa kini telah memiliki dalam suatu lingkungan; kegunaan, yaitu setiap
laman website sendiri, nyatanya belum diisi orang harus dapat mempergunakan semua tempat
dengan informasi yang memadai tentang desa atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu
dengan seluruh potensinya. lingkungan; keselamatan, yaitu setiap bangunan
UU Desa memberikan keleluasaan bagi desa yang bersifat umum dalam suatu lingkungan
untuk mengelola dana desa masing-masing. Hal terbangun, harus memperhatikan keselamatan
ini dapat dimanfaatkan desa untuk meningkatkan bagi semua orang; dan kemandirian, yaitu
kapasitas desa baik dari segi pembangunan setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan
infrastruktur maupun pembangunan manusianya. mempergunakan semua tempat atau bangunan
Sesuai Peraturan Menteri Desa Nomor 21 Tahun yang bersifat umum dalam suatu lingkungan
2015, prioritas pertama penggunaan dana desa dengan tanpa membutuhkan bantuan orang
yaitu untuk pembangunan infrastruktur, namun lain (Handoko, n.d.). Misal dalam pembangunan
bidang kesehatan dan pendidikan juga perlu sarana MCK umum diperlukan tambahan bilik
tetap diperhatikan misalnya posyandu dan paud. khusus atau toilet bagi penyandang disabilitas
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/ atau toilet biasa yang disesuaikan untuk kursi
PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas roda, adanya guidingblock, simbol braile, ramp,
dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan atau running text. Aksesibilitas tidak hanya
Lingkungan mengatur penyediaan fasilitas dan berwujud fisik, namun juga non fisik. Aksesibilitas
aksesibilitas bagi penyandang disabilitas dan lansia. non fisik yaitu berupa kemampuan masyarakat
Saat infrastruktur telah baik, maka pemberdayaa pada umumnya untuk mengerti dan memahami
masyarakat dapat dilakukan misalnya melalui penyandang disabilitas misalnya kemampuan
pendidikan peningkatan keterampilan teknologi memahami bahasa isyarat atau huruf braile.
informasi masyarakat atau melalui pengembangan Selain itu juga moral seluruh masyarakat untuk
usaha masyarakat. Sistem infrastruktur yang baik tidak merendahkan penyandang disabilitas.
tidak hanya diwujudkan dalam bentuk bangunan Pemenuhan aksesibilitas dalam
fisik yang bagus, tetapi juga ketersediaan sarana pembangunan fisik desa juga menunjukkan
tambahan untuk memudahkan aksesibilitas bahwa desa telah siap menuju inklusivitas dan
penyandang disabilitas dalam memanfaatkannya. berbaur secara total dan berkelanjutan dengan
Pasal 9 Konvensi Hak Penyandang Disabilitas penyandang disabilitas. Penyediaan aksesibilitas
menyatakan bahwa aksesibilitas merupakan hal bukan berarti pengistimewaan, melainkan
penting dalam memberikan kesempatan bagi meminimalisir keterbatasan penyandang
penyandang disabilitas untuk dapat hidup mandiri disabilitas. Pengembangan desa inklusi perlu
dan berpartisipasi penuh dalam kehidupan, meliputi didukung seluruh masyarakat, khususnya
aksesibilitas fisik dan non-fisik. Aksesibilitas masyarakat pada umumnya untuk menerima
fisik merujuk pada akses ke sarana pendidikan, keberadaan penyandang disabilitas. Penciptaan
pengadilan, rumah sakit, atau tempat kerja. lingkungan tanpa adanya diskriminasi, pandangan
Sedangkan aksesibilitas informasi dan komunikasi meremehkan atau bahkan merendahkan pada
merujuk pada dunia maya dengan melihat begitu kemampuan penyandang disabilitas akan
pentingnya internet dalam mengakses informasi, menciptakan kondisi yang nyaman bagi mereka
serta aksesibilitas terhadap dokumentasi (braille) untuk menjalankan fungsi sosialnya. Pembauran
dan informasi aural (bahasa isyarat). dalam setiap aspek bermasyarakat (pemerintahan
Berdasarkan perundang-undangan atau sosial) merupakan kunci konsep inklusivitas
penyandang cacat nasional dan internasional, yang dituju.
setiap aksesibilitas yang tersedia harus dapat D. SIMPULAN
memenuhi asas aksesibilitasyang meliputi
kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai Desa inklusi muncul sebagai respons
semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dari perubahan paradigma pembangunan yang
menuntut adanya inklusivitas atau pembauran

225
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 3, Desember 2017, 217-228

dari setiap aspek pembangunan termasuk Ucapan Terimakasih


penyandang disabilitas. Diskriminasi sebagai
Penulis menyampaikan terimakasih kepada
titik tolak eksklusi sosial penyandang disabilitas
Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel – SIGAB,
harus segera diperbaiki melalui pelibatan dan
Center for Improving Qualiied Activity in Life of
pengakuan terhadap penyandang disabilitas
People with Disabilities – CIQAL, IRE Yogyakarta,
sebagai bagian dari pembangunan, tidak
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
hanya objek namun juga subjek dengan segala
Disabilitas Kementerian Sosial, dan seluruh
kemampuannya selayaknya orang kebanyakan.
pihat terkait yang telah memberikan informasi
UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membawa
dan membantu penulisan kajian mengenai
perubahan yang positif dalam pengembangan
pentingnya desa inklusi dalam pemenuhan hak
dan pembangunan desa. UU Desa menempatkan
penyandang disabilitas.
desa sebagai entitas yang mandiri dan memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengelola
pemerintahannya sendiri. Diatur dalam UU Desa DAFTAR PUSTAKA
bahwa pembangunan desa salah satunya adalah
penguatan masyarakat desa sebagai subjek antaranews.com. (2017, February 2). Peneliti:
pembangunan di samping pembangunan fisik. gender-inklusi sosial penting dalam
Masyarakat desa adalah seluruh warga yang tinggal pembangunan. Diambil kembali dari
di wilayah desa itu, tidak terkecuali, termasuk Antara News Website: http://www.
penyandang disabilitas. Dalam penggunaan dana antaranews.com/berita/610357/peneliti-
desa juga mengutamakan partisipasi masyarakat gender-inklusi-sosial-penting-dalam-
desa dari awal perencanaan hingga evaluasi dan pembangunan
Aryo, B. (t.thn.). Inklusi Sosial: Solusi Penanganan
masyarakat berhak untuk ikut bersama-sama
Masalah Kesejahteraan Sosial. Jakarta,
mengawasi penggunaannya.
DKI Jakarta, Indonesia: Departemen Ilmu
Desa inklusi diharapkan mampu memandang Kesejahteraan Sosial, UI.
perbedaan dan keberagaman secara positif serta Blau, P. (1964). Exchange and Power in Social
senantiasa mendorong partisipasi aktif bagi Life. New York: John Wiley&Sons.
seluruh masyarakat. Desa inklusi juga memberikan BPS RI. (2017, January 03). Proil Kemiskinan
layanan yang ramah bagi penyandang disabilitas, Di Indonesia September 2016. Diambil
bukan berarti desa inklusi khusus dibuat untuk kembali dari Badan Pusat Statistik:
penyandang disabilitas. Desa inklusi memberi https://www.bps.go.id/brs/view/1378
kesempatan penyandang disabilitas untuk Damanik, J. (2014, October 8). Pembangunan
membaur dengan masyarakat pada umumnya Inklusi Yang Memberdayakan, Sebuah
Refleksi. Paper. Jakarta.
tanpa adanya diskriminasi baik fisik maupun psikis.
Dir.Pemberdayaan Masyarakat Desa. (2016, May
Terwujud dalam sistem layanan yang mendukung
10). Desa yang Inklusif bagi Pemenuhan
dan berpihak bagi penyandang disabilitas mulai
Hak-hak Penyandang Disabilitas.
dari penyediaan sarana dan fasilitas publik yang
Sarasehan Desa Inklusi . Yogyakarta,
aksesibel serta masyarakat.Diperlukan komitmen Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia:
dan dukungan dari semua pihak, khususnya Ditjend Pembangunan dan Pemberdayaan
masyarakat di desa itu sendiri untuk membangun Mayarakat Desa, Kemendes.
inklusivitas dan kepeduliaan terhadap penyandang Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Desa.
disabilitas karena, bagaimanapun, inklusivitas fisik (2016, May 10). Desa yang Inklusif
dapat tercapai jika persepsi atau cara pandang bagi Pemenuhan Hak-hak Penyandang
masyarakat terhadap penyandang disabilitas telah Disabilitas. Materi Sosialisasi Desa
meningkat. Penting untuk terus memupuk nilai Inklusi. Yogyakarta, Daerah Istimewa
bahwa masyarakat juga berkepentingan untuk Yogyakarta, Indonesia: IRE Yogyakarta.
menghormati, melindungi dan memenuhi hak Dirjend Politik dan Pemerintahan Umum. (2016).
Data Konlik Sosial. Jakarta: Dirjend Politik
penyandang disabilitas di lingkungan terdekat.

226
Desa Inklusi sebagai Perwujudan Pembangunan Berkelanjutan Bagi Penyandang Disabilitas (Ratih Probosiwi)

dan Pemerintahan Umum, Kemendagri. disabilitas


Eko, S. (2014). Desa Membangun Indonesia. Ruman, Y. S. (2014). Inklusi Sosial dalam
Sleman: Forum Pengembangan Program Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan
Pembaharuan Desa (FPPD). Kartu Jakarta Pintar (KJP) di DKI Jakarta.
Firmansyah, N. (2014, July 5). Pembangunan Humaniora, Vol 5 No 1 April, 113-121.
Inklusif Desa dan Masyarakat Adat. Satria, S. S. (2017, February 1). Catatan: Peran
Diambil kembali dari Indonesiana Desa dalam Pemenuhan Pelayanan
Tempo Website: https://indonesiana. Dasar bagi Masyarakat. Diambil
tempo.co/read/113174/2017/07/05/ kembali dari Informasi Desa Banyumas
nurul.qbar/pembangunan- : https://desa.banyumas.org/2017/09/12/
inklusif-desa-dan-masyarakat- catatan-peran-desa-dalam-pemenuhan-
adat#PGT3szx48o6HYjpW.99 pelayanan-dasar-bagi-masyarakat/
koranopini.com. (2015, June 27). Siap Bangun Septiawan, L. (2017, January 09). Membangun
Desa Inklusi, Ini Dua Syaratnya. Diambil Inklusi dari Desa. Diambil kembali dari
kembali dari Koran Opini Website: krjogja.com: http://krjogja.com/web/
http://www.koranopini.com/nasional/ news/read/21079/Membangun_Inklusi_
nasionalnews/siap-bangun-desa-i... dari_Desa
Korten, D. (2006). The Great Turning. San Solider. (2015, December 18). Jambore Desa
Francisco: Berret Koehler Publisher Inc. 2015 : Pengarusutamaan Inklusi di Desa.
Kusmawan dkk, A. (2016). Mewujudkan Diambil kembali dari Solider Website:
Perencanaan dan Penganggaran Desa https://solider.or.id/2015/12/18/jambore-
yang Inklusif : Cerita dari Sebelas Daerah desa-2015-pengarusutamaan-inklusi-di-
di Indonesia. Bandung: INISIATIF. desa
Lenoir, R. (1974). Les Exlus: Un Francais Sur. Suhartono, E. (2016, 06 01). Pembangunan Desa.
Paris : Seuil Publication. Diambil kembali dari LPPM Unikama
Oxfam Internasional. (2017). Menuju Indonesia Website: http://lppm.unikama.ac.id/
yang Lebih Setara. Oxford: Oxfam GB. wp-content/uploads/sites/55/2016/06/
Percy-Smith, J. (2000). Introduction: The PEMBANGUNAN-DESA-Dr.-H-Edi-
Contours of Social Exclusion. Dalam Suhartono.pdf
J. Percy-Smith, Policy Responses to Taket, A. R. (2009). Theorizing Social Exclusion.
Social Exclusion: Towards Inclusions? London and New York: Routledge.
(hal. 1-21). Buckingham: Open University Tempo.co. (2017, July 05). Pembangunan
Press. Inklusif Desa dan Masyarakat Adat.
Rappler. (2016, August 26). Menteri Sosial Ingin Diambil kembali dari Indonesiana
Setiap Daerah di Indonesia Memiliki Tempo Website: https://indonesiana.
Desa Inklusi. Diambil kembali dari tempo.co/read/113174/2017/07/05/
Rappler Website: https://www.rappler. nurul.qbar/pembangunan-
com/indonesia/144287-mensos-dorong- inklusif-desa-dan-masyarakat-
pembangunan-desa-inklusi adat#PGT3szx48o6HYjpW.99
Rappler.com. (2016, March 18). RUU disahkan, Walker, A., & Walker, C. (1997). Britain Divided:
Hak Penyandang Disabilitas Dijamin The Growth of Social Exclusion in the
Undang-undang. Diambil kembali dari 1980s and 1990s. London: CPAG.
Rappler Website: http://www.rappler. Warsilah, H. (2015). Pembangunan Inklusif
com/indonesia/126291-dpr-sahkan-uu- sebagai Upaya Mereduksi Eksklusi Sosial
penyandang-disabilitas Perkotaan : Kasus Kelompok Marjinal di
Republika.co.id. (2016, December 16). Indonesia Kampung Semanggi, Solo, Jawa Tengah.
Miliki 12 Persen Penyandang Disabilitas. Jurnal Masyarakat dan Budaya, Vol. 17
Diambil kembali dari Republika Website: No 2, 207-232.
h t t p : / / w w w. r e p u b l i k a . c o . i d / b e r i t a / Zulfikar, F. (2017). Partisipasi Kaum Difabel
nasional/umum/16/12/16/oi9ruf384- dalam Pembangunan Desa Inklusi
indonesia-miliki-12-persen-penyandang- (Studi Kasus Desa Sidorejo dan

227
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 3, Desember 2017, 217-228

Desa Bumirejo, Kecamatan Lendah, r e p o s i t o r y. u m y. a c . i d / b i t s t r e a m /


Kabupaten Kulonprogo). Diambil handle/123456789/12200/j.%20
kembali dari Repositori Universitas N a s k a h % 2 0 P u b l i k a s i .
Muhammadiyah Yogyakarta: http:// pdf?sequence=10&isAllowed=y

228

You might also like