You are on page 1of 20

PEMBANGUNAN KAMPUNG BAHARI DALAM PERSPEKTIF SUSTAINABLE

DEVELOPMENT DI KAWASAN PESISIR TAMBAKLOROK KOTA SEMARANG

Naila Authori, Kismartini Kismartini , R. Slamet Santoso

Departemen Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksilime (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email: fisip@undip.ac.id

ABSTRACT

The policy for the development of Kampung Bahari Tambaklorok is a special instruction from the President
of the Republic of Indonesia, Joko Widodo in 2014 to the Semarang City Government. The Kampung Bahari
program is described in detail in the Land and Building Planning Plan (RTBL) of Kampung Bahari
Tambaklorok for 2016 which was prepared based on the Semarang City Regional Spatial Plan (RTRW) for
2011 – 2030 and the Regional Medium Term Development Plan (RPJMD) for the City of Semarang 2016 –
2021. Through a descriptive qualitative approach, this study aims to analyze the implementation and
constraints of the Kampung Bahari Tambaklorok program in a sustainable development perspective. The
results of the study indicate that the development policy of the Kampung Bahari Tambaklorok program aims
to realize the principle of sustainable coastal area development based on an advanced, beautiful, and
prosperous local economic environment. In its implementation, Kampung Bahari Tambaklorok sustainable
development policy has not been fully fulfilled. Constraints faced in the implementation of development
policies are the absence of a contribution to the Regional Original Income (PAD) of Semarang City, there
is still resistance from community groups, social empowerment programs have not been implemented,
changes to existing areas, the absence of legal and independent regulations regarding the village program,
permits the lease-to-use asset has not been approved by PT. Pelindo, as well as institutional complexity.
This study provides recommendations that Regional Original Revenue (PAD) can be obtained from
development programs that have been completed, there is a need for synergy and synchronization between
stakeholders from each development plan, the need for a review and evaluation of the implementation of
development programs, the need for transparency in program implementation, and protection of the area
through construction sheet pile needs to be implemented immediately, it will be an obstacle to other
development programs.

Keywords: Development Policy, Sustainable Development, Kampung Bahari Tambaklorok Program

PENDAHULUAN skala temporal maupun spasial (Kismartini


dan Bungin, 2019). Perubahan yang terjadi
A. Latar Belakang
pada wilayah pesisir diakibatkan oleh
Pesisir merupakan wilayah yang sangat beberapa hal seperti adanya kegiatan industri,
potensial dan juga wilayah yang sangat wisata, pelabuhan, pertanian, budidaya
rentan. Wilayah pesisir mudah berubah dalam tambak, dan lain – lain. Selain itu, perubahan
wilayah pesisir juga disebabkan karena faktor Kebijakan pembangunan program
alam atau letak geografis pesisir yang dekat Kampung Bahari tertuang Praturan Daerah
dengan laut sehingga rentan terhadap abrasi Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Perubahan
dan rob. atas Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016
Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Diperlukannya suatu upaya yang tepat
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang
serta kerjasama seluruh pihak baik dari
tahun 2016 – 2021 dan Peraturan Daerah
stakeholder maupun masyarakat dalam
Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011
pengelolaan kawasan pesisir. Pembangunan
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
kawasan pesisir terpadu tidak hanya
(RTRW) Kota Semarang Tahun 2011 – 2031
berorientasi pada economic growth atau
yang kemudian dijelaskan secara terperinci
pertumbuhan ekonomi saja, tapi juga
dalam masterplan Rencana Tata Bangunan
mempertimbangkan aspek keberlanjutan
dan Lingkungan (RTBL) Tambaklorok 2016.
secara ekologi.
Kampung Bahari didefinisikan
Pemerintah Kota Semarang pada
sebagai suatu penataan lingkungan tempat
tahun 2014 mulai merencanakan suatu
tinggal pesisir Tambaklorok, sehingga
kebijakan pembangunan strategis dan
terwujudnya kawasan pesisir yang maju, asri,
berkelanjutan bagi kawasan pesisir Kota
dan sejahtera dengan berbasis pada
Semarang, yaitu kebijakan pembangunan
pengembangan lingkungan ekonomi lokal
program Kampung Bahari Tambaklorok.
masyarakat. Terdapat empat fokus sebagai
Kebijakan pembangunan ini merupakan
upaya untuk mewujudkan program Kampung
instruksi khusus dari Presiden Republik
Bahari Tambaklorok, yaitu: (1) peningkatan
Indonesia, Bapak Joko Widodo dalam rangka
kualitas lingkungan; (2) pemanfaatan potensi
mewujudkan tujuan dari program Nawacita
reklamasi untuk kegiatan ekonomi; (3)
presiden tahun 2014 dimana dalam program
program pemberdayaan masyarakat; (4)
tersebut dijelaskan bahwa Indonesia
program pelatihan serta pemberdayaan
merupakan suatu negara maritim, akan tetapi
masyarakat.
pembangunan di bidang maritim kurang
mendapatkan atensi sehingga kekayaan Pada tahap pelaksanaan program
bahari Indonesia belum dieksplorasi secara Kampung Bahari, masih terdapat beberapa
optimal. kendala. Berdasarkan informasi yang termuat
dalam platform berita online Tribun Jateng
(2018) dijelaskan bahwa program Kampung
Bahari Tambaklorok khususnya Pada tujuan pembangunan Kampung
pembangunan infrastruktur terdapat 40 Bahari Tambaklorok dijelaskan bahwa
rumah dan 1 pasar yang terdiri dari 50 lapak terdapat agenda pelatihan dan pemberdayaan
dan 21 kios yang terdampak. Dari beberapa masyarakat. Akan tetapi, sampai saat ini
warga yang terdampak pembangunan, belum adanya kegiatan yang mendukung
terdapat 4 warga yang menolak dan pembangunan perekonomian masyarakat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri secara massif. Program pemberdayaan masih
Semarang terkait besaran kompensasi yang berupa konsep dasar dan belum adanya
diberikan. Selain itu, program Kampung eksekusi secara dari pemerintah kepada
Bahari Tambaklorok belum mendapatkan masyarakat.
status izin pinjam pakai aset dari PT.
Berdasarkan uraian latar belakang
Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Karena, pada
yang telah dijelaskan, penulis tertarik untuk
dasarnya lahan yang menjadi lokasi
meneliti lebih mendalam mengenai
pembangunan Kampung Bahari merupakan
bagaimana penerapan kebijakan
milik PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo).
pembangunan program Kampung Bahari
Lokasi kawasan pesisir Tambaklorok Tambaklorok dalam rangka mewujudkan
sangatlah strategis, dekat dengan daerah sustainable development wilayah pesisir
industri, sehingga kawasan tersebut memiliki Tambaklorok dengan mengangkat judul
permasalahan yang begitu kompleks. Di penelitian “Pembangunan Kampung Bahari
kawasan pesisir Tambaklorok terdapat dalam Perspektif Sustainable Development di
berbagai program pembangunan, yaitu Kawasan Pesisir Tambaklorok, Kota
pembangunan Kampung Bahari Semarang”.
Tambaklorok oleh Pemerintah Kota
B. Kerangka Teori
Semarang, program delineasi permukiman
kumuh oleh Dinas Perumahan dan Kebijakan pembangunan berkelanjutan

Permukiman Rakyat di bagian Tambak kawasan pesisir

Mulyo, dan program pembangunan relokasi Pada buku yang berjudul “Wilayah Pesisir
Banjir Kanal Timur oleh Dinas Pekerjaan Indonesia, Narasi Kebijakan Publik, Masalah
Umum di bagian Tambak Rejo. Hal tersebut Pesisir dan Pulau – pulau Kecil di Indonesia”
mengakibatkan tumpang tindih pelaksanaan Kismartini dan Bungin (2019) menjelaskan
pembangunan. bahwa pembangunan kawasan pesisir
dikatakan berkelanjutan jika memenuhi
prinsip pembangunan berkelanjutan, yang diterapkan apabila ditunjang oleh
dijelaskan sebagai berikut: keterpaduan dari pelaku dan pengelola
1) Dimensi Ekologi pembangunan wilayah pesisir. Penyusunan
Pemanfaatan sumber daya pesisir baik di area perencanaan pengelolaan terpadu harus
darat maupun laut sangat berpengaruh mampu mengakomodasi segenap
terhadap keberlanjutan sumber dayanya. kepentingan pelaku pembangunan pesisir.
Sehingga dalam pelaksanaan pembangunan Dengan demikian, pelaksanaan
di wilayah pesisir perlu memperhatikan pembangunan di wilayah pesisir dalam
beberapa hal sebagai berikut, yaitu: (a) usaha dimensi ekonomi perlu memperhatikan
konservasi; (b) memperhatikan daya dukung beberapa hal sebagai berikut: (a) partisipasi;
pesisir; (c) perlindungan keanekaragaman (b) kepastian hukum; (c) transparansi; (d)
hayati. efektifitas dan efisiensi; (e) akuntabilitas.
2) Dimensi Ekonomi
Pertumbuhan perekonomian haruslah dapat METODE PENELITIAN
mendorong peningkatan pendapatan
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian
masyarakat dan penyerapan tenaga kerja.
deskriptif kualitatif. Situs penelitian di
Sehingga pelaksanaan pembangunan di
kawasan pesisir Tambaklorok, Kelurahan
wilayah pesisir dalam dimensi ekonomi perlu
Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara,
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
Kota Semarang serta berlokasi di kantor
(a) peningkatan pendapatan masyarakat; (b)
Pemerintahan Kota Semarang yang berperan
penyerapan tenaga kerja; (c) kontribusi
dalam program Pembangunan Kampung
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Bahari Tambaklorok. Subjek penelitian yaitu
3) Dimensi Sosial
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Pelaksanaan pembangunan di wilayah pesisir
Kota Semarang, Dinas Penataan Ruang Kota
dalam dimensi ekonomi perlu
Semarang, Dinas Perikanan Kota Semarang,
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
Kepala Kecamatan Semarang Utara, Kepala
(a) keadilan sosial; (b) pemberdayaan
Kelurahan Tanjung Mas, serta Kepala Rukun
masyarakat; (c) pemberdayaan kelembagaan;
Warga Kawasan Pesisir Tambaklorok. Jenis
(d) pelibatan masyarakat (stakeholder); (e)
data yang digunakan yaitu data kualitatif
memperhatikan nilai budaya local.
yang bersumber dari data primer dan
4) Dimensi Tata Kelola
sekunder. Teknik pengumpulan data melalui
Segenap keterpaduan dimensi ekonomi,
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
sosial, dan lingkungan akan berhasil
Analisis data dilakukan melalui reduksi, Kualitas data dilakukan dengan teknik
penyajian, hingga penarikan kesimpulan. triangulasi sumber.

PEMBAHASAN
A. Kebijakan Pembangunan Program Kampung Bahari Tambaklorok dalam Perspektif
Sustainable Development
Tabel 1
Keterkaitan program Kampung Bahari dengan empat dimensi pembangunan berkelanjutan
No Tujuan SDG’s Nasional Tujuan SDG’s Pelaksanaan program Kampung Bahari
Kawasan
Pesisir
1. Meningkatkan pertumbuhan Peningkatan Adanya infrastruktur penunjang perekonomian
ekonomi yang inklusif dan pendapatan seperti pasar tradisional, akses jalan, serta Tempat
berkelanjutan, kesempatan kerja, masyarakat Pelelangan Ikan (TPI) yang berdampak bagi
yang produktif dan menyeluruh, peningkatan kualitas kehidupan masyarakat melalui
serta pekerjaan yang layak untuk peningkatan pendapatan yang diketahui dari sektor
semua (Tujuan ke-8 SDG’s perdagangan seperti ikan segar, olahan ikan, serta
Nasional) kerajinan dari hasil laut.
Penyerapan Program Kampung Bahari telah mampu
tenaga kerja menyediakan lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat Tambaklorok, seperti bagi para
pedagang ikan, sayur, serta sembako, yang saat ini
telah memiliki lokasi yang layak untuk berdagang.
Pada saat pelaksanaan pembangunan, juga
melibatkan masyarakat untuk bekerja sebagai
tenaga kasar saat pembangunan jalan, pasar,
ataupun RTH.
Kontribusi Program Kampung Bahari Tambaklorok belum
terhadap dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Semarang. PAD yang
Asli Daerah ditargetkan Kota Semarang pada program
(PAD) Kampung Bahari yaitu wisata bahari dan kegiatan
industry.
2. Mengakhiri kemiskinan dalam Pembangunan Program pembangunan telah disesuaikan dengan
segala bentuk dimanapun dengan yang kebutuhan masyarakat Tambaklorok. Masyarakat
menjamin terpenuhinya hak bagi berkeadilan Tambaklorok mempunyai keinginan bahwa mereka
laki-laki maupun perempuan serta sosial bagi ingin terbebas dari bencana rob yang setiap hari
masyarakat miskin memiliki hak masyarakat mereka alami. Melalui program Kampung Bahari
yang sama terhadap sumber daya ini dilakukan pembangunan kawasan berupa
ekonomi serta akses pelayanan perbaikan, perlindungan, serta pengembangan
dasar. kawasan.
(Tujuan ke-1 SDG’s Nasional) Program Kegiatan pemberdayaan masyarakat Tambaklorok
pemberdayaan masih dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat
masyarakat yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah,
lembaga atau organisasi pemberdayaan masyarakat,
civitas akademik, maupun pihak swasta.
Partisipasi Secara umum, masyarakat Tambaklorok sangat
masyarakat menyetujui adanya program Kampung Bahari,
justru sangat menunggu realisasi pembangunan
program. Akan tetapi memang ada beberapa oknum
dengan beberapa kepentingannya terhadap program
pembangunan dan mempengaruhi masyarakat lain,
untuk menolak program pembangunan.
Keterkaitan Kawasan Tambaklorok mempunyai kebudayaan
dengan yang khas yaitu budaya sedekah laut. Pada
kebudyaan perencanaan program Kampung Bahari sedekah
lokal laut akan dijadikan sebagai salah satu objek wisata
Kampung Bahari, sehingga Pemerintah Kota
Semarang sangat mendukung kebudayaan tersebut
karena merupakan ciri khas Tambaklorok.
3. Melindungi, merestorasi dan Konservasi Berupa konservasi lahan mangrove yang bertujuan
meningkatkan pemanfaatan lingkungan untuk mengantisipasi ancaman abrasi dan
berkelanjutan ekosistem daratan, penurunan tanah di kawasan Tambaklorok. Zona
mengelola hutan secara lestari, konservasi mangrove ini terdapat di kawasan RW
menghentikan penggurunan, 16 Tambak Rejo.
memulihkan degradasi lahan,
serta menghentikan kehilangan
keanekaragaman hayati
(Tujuan ke-15 SDG’s Nasional)
Melestarikan dan memanfaatkan Pemanfaatan Pembangunan infrastruktur penunjang
secara berkelanjutan sumber daya sumber daya perekonomian nelayan seperti TPI yang dapat
kelautan dan Samudra untuk perikanan menyeimbangkan harga perikanan di kawasan, pos
pembangunan berkelanjutan parkir kapal dan pos penjagaan kapal nelayan agar
(Tujuan ke-14 SDG’s Nasional) kapal tidak rusak terkena ombak dan hanyut.

Mengambil tindakan cepat untuk Daya dukung Kawasan pesisir Tambaklorok merupakan kawasan
mengatasi peribahan iklim dan dan daya yang sangat rawan terhadap abrasi dan rob.
dampaknya tampung Sehingga diperlukan suatu upaya penangan berupa
(Tujuan ke-13 SDG’s Nasional) lingkungan pembangunan system drainase sera sheetpile yang
mengelilingi kawasan, agar Tambaklorok dapat
terbebas dari abrasi dan rob yang setiap hari terjadi.
Menjadikan kota dan permukiman Peningkatan Program Kampung Bahari telah mampu mengatasi
inklusif, aman, tangguh dan infrastruktur beberapa permasalahan lingkungan seperti rob dan
berkelanjutan kawasan sistem drainase. Beberapa daerah di Tambaklorok
(Tujuan ke-11 SDG’s Nasional) sudah terbebas dari rob misalnya di RW 15 karena
sudah ada sheetpile dan tersedianya sistem drainase,
jalan utama Tambak Mulyo juga sudah terbebas
rob.
4. Menguatkan masyarakat yang Partisipasi Minimnya koordinasi antar aktor, sehingga masing
inklusif dan damai untuk pemerintah, – masing belum memahami tugas pokok dan
pembangunan berkelanjutan, swasta, dan fungsinya pada program Kampung Bahari dengan
menyediakan akses keadilan masyarakat baik.
untuk semua, dan membangun
kelembagaan yang efektif, Kepastian Kebijakan pembangunan program Kampung Bahari
akuntabel, dan inklusif di semua hukum termuat dalam RPJMD Kota Semarang tahun 2016
tingkat (Tujuan ke-16 SDG’s – 2021, RTRW Kota Semarang tahun 2011 – 2031,
Nasional) dan secara terperinci dijelaskan dalam RTBL
Kampung Bahari 2016.
Transparansi Pemerintah telah melakukan sosialisasi kepada
masyarakat terkait program yang akan dilakukan,
akan tetapi berkaitan dengan keterbukaan informasi
pasca pelaksanaan pembangunan tidak
dilaksanakan.
Efektivitas dan Program pembangunan yang telah dilaksanakan
efisien telah mampu mengatasi permaslahan kawasan
pesisir Tambaklorok, akan tetapi pembangunan
belum memenuhi target yang telah direncanakan.
Akuntabilitas Akuntabilitas stakeholder atau aktor pada program
pembangunan Kampung Bahari Tambaklorok
sudah cukup baik, karena telah adanya komitmen
dari stakeholders yang terlibat untuk mengawal
keberhasilan program, akan tetapi terkait dengan
akuntabilitas pertanggungjawaban program belum
dilaksanakan.
Sumber: Diolah dari hasil observasi lapangan dan teori pembangunan berkelanjutan

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa


adanya keterkaitan antara tujuan program Kampung Bahari telah mampu
pembangunan berkelanjutan secara nasional memberikan dampak bagi perekonomian
dengan pembangunan berkelanjutan kawasan masyarakat Tambaklorok. Hal tersebut dapat
pesisir pada program Kampung Bahari diketahui dari adanya peningkatan
Tambaklorok. Secara terperinci, infrastruktur penunjang perekonomian seperti
pembangunan Kampung Bahari pasar tradisional, akses jalan, serta Tempat
Tambaklorok dalam perspektif sustainable Pelelangan Ikan (TPI). Dengan adanya
development dijelaskan sebagai berikut: pengadaan infrastruktur penunjang tersebut
berdampak bagi peningkatan kualitas
1) Dimensi Ekonomi
kehidupan masyarakat melalui peningkatan
Pada tabel 1 dijelaskan bahwa, pendapatan serta penyerapan tenaga kerja.
dimensi ekonomi pembangunan Masyarakat yang awalnya hanya bermata
berkelanjutan terdapat pada tujuan ke-8 pencaharian sebagai nelayan, dengan adanya
(delapan) SDG’s nasional yaitu program Kampung Bahari mulai memiliki
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang pekerjaan yang bermacam – macam seperti
inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja, pedagang ikan, sayur, sembako, pengrajin
yang produktif dan menyeluruh, serta UMKM ikan asap, kerang, terasi, limbah
pekerjaan yang layak untuk semua. Tujuan plastik, tukang parkir di area pasar tradisional
SDG’s nasional tersebut berkaitan dengan yang mulai ramai dikunjungi oleh masyarakat
SDG’s kawasan pesisir yang digunakan untuk luar Tambaklorok, serta pekerja kasar seperti
menganalisis pembangunan Kampung Bahari tukang bangunan dan tukang batu yang ikut
di kawasan pesisir Tambaklorok yaitu berpartisipasi pada saat program
peningkatan pendapatan masyarakat, pembangunan infrastruktur Kampung Bahari.
penyerapan tenaga kerja, serta kontribusi
Peningkatan pendapatan masyarakat
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
dapat diketahui dari sektor perdagangan
seperti ikan segar, olahan ikan, serta aset tanah masyarakat Tambaklorok sudah
kerajinan dari hasil laut. Saat ini akses cukup meningkat 5 kali lipat, yang awalnya
menuju kawasan Tambaklorok sudah mudah, hanya dihargai 100 – 150 ribu, saat ini sudah
jalan utama sudah tidak tergenang air rob, bernilai 500 – 1 juta. Dengan kenaikan harga
sehingga masyarakat luar Tambaklorok mulai aset tersebut, masyarakat dapat menggunakan
berdatangan untuk mencari makanan khas aset tanah yang dimiliki untuk kebutuhan
laut. Dengan demikian hal tersebut cukup lainnya, seperti modal usaha.
berdampak bagi peningkatan perekonomian
Terkait dengan kontribusi terhadap
masyarakat Tambaklorok. Walaupun tidak
Pendapatan Asli Daerah (PAD), program
diketahui pasti berapa persen peningkatan
Kampung Bahari Tambaklorok belum dapat
pendapatan masyarakat dengan adanya
memberikan kontribusi terhadap Pendapatan
program Kampung Bahari ini. Sesuai dengan
Asli Daerah (PAD) Kota Semarang.
pendapat dari Masydzulhak (dalam
Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber
Kismartini dan Bungin, 2019) mengenai
dari pajak daerah, retribusi daerah,
dimensi ekonomi dalam pembangunan
pengelolaan kekayaan yang dipisahkan,
berkelanjutan yang menyatakan bahwa
hingga pendapatan sah lainnya seperti
pembangunan ekonomi terkandung adanya
penerimaan jasa giro. PAD yang ditargetkan
usaha untuk meningkatkan pendapatan
Kota Semarang pada program Kampung
perkapita masyarakat atau GDP (Gross
Bahari yaitu wisata bahari dan kegiatan
Domestic Product) dimana kenaikannya
industry. Akan tetapi saat ini program
dibarengi oleh modernisasi serta
Kampung Bahari belum sampai tahap
memperhatikan aspek keadilan pendapatan.
pembangunan wisata bahari dan industri
Dengan adanya perbaikan infrastruktur maritim. Untuk saat ini PAD yang didapatkan
kawasan kualitas kehidupan masyarakat dari pemerintah Kota Semarang di kawasan
Tambaklorok seperti daerah RW 13 hingga pesisir Tambaklorok adalah pajak dari aset
RW 15 sudah membaik. Kawasan tanah yang dimiliki oleh masyarakat
permukiman yang dekat jalan utama setempat.
Tambaklorok mulai tertata. Hal tersebut juga
Berdasarkan atribut dari dimensi
berdampak pada peningkatan harga aset tanah
ekonomi, program Kampung Bahari belum
masyarakat. Badan Perencanaan dan
sepenuhnya memenuhi dimensi ekonomi
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
pada program pembangunan berkelanjutan.
Semarang menjelaskan bahwa saat ini harga
karena masih terdapat beberapa target
pembangunan yang belum terpenuhi seperti disebabkan oleh faktor kualitas sumber daya
pemerataan profitabilitas kontribusi sumber manusia yang masih rendah, kepemilikan
daya pesisir terhadap ekonomi daerah modal usaha dan teknologi yang masih
(PDRB) serta kontribusi sumber daya pesisir minim, serta pola kehidupan masyarakat yang
terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah). mengalokasikan penghasilannya untuk hal –
hal konsumtif. kualitas sumber daya manusia
2) Dimensi Sosial
yang rendah disebabkan oleh tingkat
Pada tabel 1 dijelaskan bahwa, dimensi pendidikan yang masih dibawah standar
sosial pembangunan berkelanjutan terdapat pendidikan masyarakat perkotaan. Program
pada tujuan ke-1 (satu) SDG’s nasional yaitu Kampung Bahari merupakan bentuk respon
mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk pemerintah terhadap permasalahan yang
dimanapun dengan menjamin terpenuhinya menjadi keluh kesah masyarakat kawasan
hak bagi laki-laki maupun perempuan serta pesisir Tambaklorok.
masyarakat miskin memiliki hak yang sama
Masyarakat Tambaklorok mempunyai
terhadap sumber daya ekonomi serta akses
keinginan bahwa mereka ingin terbebas dari
pelayanan dasar. Hal tersebut berarti dalam
bencana rob yang setiap hari mereka alami.
pelaksanaan pembangunan harus mampu
Melalui program Kampung Bahari ini
menangani masalah kemiskinan serta perlu
dilakukan pembangunan kawasan berupa
memperhatikan aspek keadilan bagi seluruh
perbaikan, perlindungan, serta
lapisan masyarakat. Secara terperinci tujuan
pengembangan kawasan. Sehingga
SDG’s nasional tersebut dapat berkaitan
masyarakat Tambaklorok sangat merespon
dengan SDG’s kawasan pesisir yang
baik terhadap program pembangunan
digunakan untuk menganalisis dimensi sosial
tersebut. Pro dan kontra selalu mewarnai
pembangunan Kampung Bahari di kawasan
setiap kebijakan pembangunan yang
pesisir Tambaklorok yaitu pembangunan
melibatkan kawasan milik masyarakat.
yang berkeadilan sosial bagi masyarakat,
Ketika proses sosialisasi dan pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat,
program pembangunan, terdapat beberapa
partisipasi masyarakat, keterkaitan dengan
penolakan dari masyarakat. Beberapa
kebudyaan local.
kelompok masyarakat yang terdampak
Kawasan pesisir Tambaklorok pembangunan menolak adanya pembangunan
merupakan kawasan dengan tingkat jalan utama Tambak Mulyo dikarenakan
kemiskinan natural. Kemiskinan yang terjadi kompensasi yang didapatkan tidak sesuai
dengan keinginan masyarakat. Kompensasi sosialisasi, negosiasi, dan pendekatan kepada
yang telah diberikan oleh pemerintah Kota masyarakat hingga masyarakat menyetujui
Semarang telah sesuai dengan NJOP yang pembangunan TPI tersebut.
ditetapkan, bahkan telah dilebihkan, tetapi
Secara umum, masyarakat Tambaklorok
beberapa masyarakat tetap tidak bersedia
sangat menyetujui adanya program Kampung
menerimanya hingga menuntut Pemerintah
Bahari, justru sangat menunggu realisasi
Kota Semarang ke pengadilan negeri terkait
pembangunan program. Akan tetapi memang
ketidaksesuaian kompensasi yang diberikan.
terdapat beberapa oknum dengan beberapa
Akan tetapi, pada akhirnya masyarakat kalah
kepentingannya terhadap program
dalam pengadilan tersebut. Sehingga, sampai
pembangunan dan mempengaruhi
saat ini pembangunan jalan utama Tambak
masyarakat lain, untuk tidak menyetujui
Mulyo belum sepenuhnya selesai, karena
program pembangunan. Karena pada
masih terdapat beberapa lahan yang belum
dasarnya masyarakat Tambaklorok masih
bersedia dibebaskan sehingga jalan utama
memiliki ikatan kekeluargaan dan
Tambaklorok belum dapat dilalui dua arah
kekerabatannya masih sangat kuat, sehingga
dan masih terpotong – potong.
jika dalam satu kerabat atau lingkungan sosial
Selain penolakan terhadap pembangunan tidak menyetujui program pembangunan,
jalan, terdapat penolakan masyarakat maka akan mempengaruhi pihak lain. Hal
mengenai pembangunan Tempat Pelelangan tersebut terjadi karena masyarakat belum
Ikan (TPI). Alasan penolakannya yaitu memiliki pendirian yang kuat dan masih
masyarakat tidak bersedia jika lingkungan sangat mudah untuk di adu domba.
mereka menjadi bau amis ketika adanya
Berkaitan dengan salah satu misi
bangunan TPI, padahal bau amis ikan
program Kampung Bahari, yaitu program
merupakan ciri khas kawasan pesisir. Selain
pemberdayaan masyarakat, saat ini belum
itu masyarakat beranggapan bahwa lahan
terealisasikan. Kegiatan pemberdayaan
yang akan digunakan sebagai pembangunan
masyarakat Tambaklorok saat ini masih
TPI merupakan lahan masyarakat yang akan
dilakukan secara mandiri oleh masyarakat
digunakan sebagai sarana olahraga, akan
yang berkolaborasi dengan pemerintah
tetapi tidak adanya pengajuan izin kepada
daerah, lembaga atau organisasi
pemerintah kota mengenai penggunaan lahan
pemberdayaan masyarakat, civitas akademik,
tersebut sebagai sarana olahraga. Pada
maupun pihak swasta. Dalam program
akhirnya, pemerintah kota melakukan
Kampung Bahari memang terdapat agenda
pembangunan masyarakat melalui program Kampung Bahari, sehingga Pemerintah Kota
pemberdayaan, akan tetapi program tersebut Semarang sangat mendukung kebudayaan
termasuk pada tahapan ketiga hingga tersebut karena merupakan ciri khas
keempat pembangunan, sehingga saat ini Tambaklorok. Pemerintah Kota Semarang
belum menjadi prioritas. Walaupun program sangat mendukung berbagai kebudayaan khas
pemberdayaan masih dilakukan secara kawasan pesisir Tambaklorok, asalkan hal
mandiri, masyarakat Tambaklorok tetap tersebut tidak berbahaya dan melanggar
merespon dengan positif, karena tujuan dari hukum.
pemberdayaan sosial yang dilakukan adalah
Surya T. Djajadiningrat (2005:123)
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam bukunya yang berjudul “Sustainable
dalam mengelola potensi yang dimiliki demi
Future: Menggagas Warisan Peradaban bagi
mendukung keberhasilan program Kampung
Anak Cucu, Seputar Pemikiran Surya Tjahja
Bahari.
Djajadiningrat” menyatakan bahwa dimensi
Pada program Kampung Bahari terdapat sosial pada pembangunan berkelanjutan
agenda pembangunan fasilitas pendukung mempunyai empat sasaran yaitu: (1) stabilitas
pengembangan sumber daya manusia seperti penduduk melalui kesadaran dan partisipasi
sekolah formal setingkat dasar hingga aktif masyarakat; (2) pemenuhan kebutuhan
menengah. Tetapi untuk saat ini program dasar manusia untuk mengurangi kemiskinan.
tersebut juga belum terealisasikan, sehingga Sehingga dibutuhkannya pembangunan yang
fasilitas pendidikan di kawasan Tambaklorok merata dan tidak timpang, sehingga
terbilang masih minim, yang berpengaruh menghasilkan kelas – kelas sosial; (3)
terhadap tingkat perkembangan pendidikan mempertahankan keanekaragaman budaya,
masyarakat. Saat ini fasilitas pendidikan yang dengan mengakui dan menghargai sistem
dimiliki hanya tersedia sekolah dasar swasta sosial dan kebudayaan masyarakat; serta (4)
dan fasilitas pendidikan sekolah menengah mendorong partisipasi masyarakat lokal
cukup jauh untuk dijangkau. dalam pengambilan keputusan. program
diarahkan untuk manfaat bersama.
Selanjutnya, berkaitan dengan aspek
kebudayaan, kawasan Tambaklorok Berdasarkan hasil penelitian di kawasan
mempunyai kebudayaan yang khas yaitu pesisir Tambaklorok dan keterkaitan dengan
budaya sedekah laut. Pada perencanaan teori sustainable development khususnya
program Kampung Bahari sedekah laut akan dimensi sosial, program Kampung Bahari
dijadikan sebagai salah satu objek wisata belum sepenuhnya memenuhi konsep
pembangunan berkelanjutan. Secara garis pembangunan, yaitu zona permukiman, zona
besar, memang program pembangunan pemukiman vertical, zona perdagangan dan
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan jasa, zona wisata bahari dan kuliner, zona
masyarakat, akan tetapi kegiatan Pelabuhan perikanan dan ekonomi maritim,
pembangunan belum dapat menyeluruh dan serta zona konservasi. Dari pembagian zonasi
belum semua masyarakat merasakan dampak tersebut diketahui bahwa program Kampung
dari adanya pembangunan. Kegiatan Bahari telah mempertimbangkan kapasitas
pembangunan juga belum bisa membangun atau kemampuan kawasan menerima
manusia sebagai subjek pembangunan, pembangunan. Pada bagian zona konservasi
hingga saat ini kawasan Tambaklorok masih dijelaskan bahwa, zona tersebut akan
tergolong kawasan dengan tingkat dikembangkan menjadi konservasi mangrove
perekonomian yang masih rendah, tingkat yang bertujuan untuk mengantisipasi
pendidikan juga belum merata, masyarakat ancaman abrasi dan penurunan tanah di
belum dapat mengalokasikan pendapatannya kawasan Tambaklorok. Zona konservasi
secara bijak karena sampai saat ini alokasi mangrove ini terdapat di kawasan RW 16
pendapatan masih berfokus pada Tambak Rejo. Saat ini konservasi mangrove
pembangunan rumah. Sehingga dimensi dikelola oleh kelompok mangrove CAMAR
sosial belum terpenuhi secara optimal. (Cinta Alam Mangrove Asri dan Rimbun),
sehingga nantinya program Kampung Bahari
3) Dimensi Lingkungan
akan bekerjasama dengan kelompok
Pada tabel 1 dijelaskan bahwa dimensi
mangrove CAMAR untuk pengembangan
lingkungan pembangunan berkelanjutan
kawasan mangrove ini.
terdapat pada tujuan ke-11, 13, 14, dan 15
SDG’s nasional yang saling berkaitan dengan Selain konservasi kawasan mangrove,
pembangunan berkelanjutan kawasan pesisir program Kampung Bahari juga
yaitu, konservasi lingkungan, pemanfaatan mempertimbangkan pembangunan berbasis
sumber daya perikanan, daya dukung dan lingkungan, seperti adanya Ruang Terbuka
daya tampung kawasan, serta peningkatan Hijau (RTH) disepanjang jalan utama
infrastruktur kawasan. Tambak Mulyo. Hal tersebut bertujuan agar
jalan utama tidak gersang, fasilitas drainase
Pada Rencana Tata Bangunan dan
untuk penyerapan rob, serta mengurangi
Lingkungan (RTBL) Kampung Bahari,
polusi di jalan utama.
dijelaskan bahwa pembangunan program
dibagi kedalam beberapa 6 zona
Program Kampung Bahari juga terdapat pada tujuan ke-16 SDG’s nasional,
mendukung pengelolaan potensi sumber daya yaitu menguatkan masyarakat yang inklusif
perikanan nelayan melalui pembangunan dan damai untuk pembangunan
infrastruktur penunjang perekonomian berkelanjutan, menyediakan akses keadilan
nelayan seperti TPI yang dapat untuk semua, dan membangun kelembagaan
menyeimbangkan harga perikanan di yang efektif, akuntabel, dan inklusif di semua
kawasan, pos parkir kapal dan pos penjagaan tingkat. Tujuan ke-16 SDG’s ini berkaitan
kapal nelayan agar kapal tidak rusak terkena dengan dimensi tata kelola sustainable
ombak dan hanyut. development kawasan pesisir yaitu
partisipasi, kepastian hukum, transparansi,
Dari segi perbaikan lingkungan program
efektivitas dan efisien, serta akuntabilitas.
Kampung Bahari telah mampu mengatasi
beberapa permasalahan lingkungan seperti Tujuan dari sustainable development
rob dan sistem drainase. Beberapa daerah di adalah mendukung masyarakat yang damai
Tambaklorok sudah terbebas dari rob dan inklusif untuk pembangunan
misalnya di RW 15 karena sudah ada berkelanjutan melalui penyediaan akses yang
sheetpile dan tersedianya sistem drainase, berkeadilan bagi semua dan membangun
jalan utama Tambak Mulyo juga sudah institusi – institusi yang efektif, akuntabel dan
terbebas rob. Secara keseluruhan inklusif di semua level. Penyediaan akses
perencanaan program Kampung Bahari telah yang berkeadilan tidak dapat terlepas dari
mempertimbangkan pembangunan yang peran stakeholder sebagai aktor utama dalam
berbasis lingkungan, akan tetapi untuk saat perumusan kebijakan publik. Keterpaduan
ini efektivitas pelaksanaannya belum terlihat stakeholder dalam aspek kelembagaan sangat
karena memang pembangunan belum dibutuhkan dalam pelaksanaan
terlaksana semua. pembangunan. Danhuri (2001) menyatakan
bahwa diperlukan keterpaduan dalam
4) Dimensi Tata Kelola
pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan
Tata Kelola pemerintahan yang baik (good
yang mencakup empat aspek, yaitu
governance) berkaitan dengan proses
keterpaduan ekologis, keterpaduan sectoral,
pelaksanaan kebijakan pembangunan yang
keterpaduan disiplin ilmu, dan keterpaduan
efektif, efisien, akuntabel, serta transaparan.
stakeholder. Keterpaduan stakeholder
Pada tabel 1 dijelaskan bahwa dimensi diartikan bahwa kebijakan pembangunan
tata kelola pembangunan berkelanjutan akan berhasil diterapkan apabila ditunjang
oleh keterpaduan dari pelaku dan pengelola Terkait indikator keterbukaan atau
pembangunan wilayah pesisir, karena transparansi pemerintah kepada masyarakat,
pembangunan kawasan pesisir harus mampu pemerintah telah melakukan sosialisasi
mengakomodasi segenap kepentingan pelaku kepada masyarakat terkait program yang akan
pembangunan. dilakukan, akan tetapi memang tidak mudah
karena masyarakat memiliki berbagai
Dari hasil penelitian yang dilakukan
karakter yang unik dan berbeda – beda.
stakeholder yang terlibat pada program
Sehingga cukup sulit untuk menyatukannya
Kampung Bahari ini yaitu:
dalam satu misi. Sosialisasi mengenai
a. Masyarakat Tambaklorok dengan rencana program telah dilakukan dengan
kepentingan berupa peningkatan baik, akan tetapi belum ada evaluasi
kehidupan ekonomi/taraf hidup serta mengenai program pembangunan yang sudah
peningkatan kehidupan sosial yang lebih terlaksana. Target pembangunan yang telah
baik. direncanakan juga belum sepenuhnya dapat
b. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah hingga tercapai, karena seharusnya saat ini
Pemerintah Kota dengan dinas – dinas pembangunan tahap 1 telah selesai, akan
terkait, dengan kepentingan berupaya tetapi pelaksanaanya belum terselesaikan.
perkembangan kawasan baru, serta Sehingga dimensi kelembagaan atau tata
berkurangnya beban pembangunan yang kelola pemerintah yang baik pada program
ada di kawasan. Kampung Bahari belum sepenuhnya
c. Swasta seperti PT. Pelabuhan Indonesia, terpenuhi.
dengan kepentingan ekonomi berupa
B. Kendala Pelaksanaan Program
investasi yang cukup besar.
Pembangunan Kampung Bahari
Berbagai aktor atau stakeholder yang
Tambaklorok
terlibat dalam program Kampung Bahari
1) Kendala Dimensi Ekonomi
masing – masing memiliki kepentingan yang
berbeda – beda. Berdasarkan hasil Kontribusi terhadap Pendapatan Asli
wawancara dan observasi lapangan, masih Daerah (PAD)
terdapat minimnya koordinasi antar aktor,
Pada metadata dimensi ekonomi sustainable
sehingga masing – masing belum memahami
development goals BAPPENAS menjelaskan
tugas pokok dan fungsinya pada program
bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan
Kampung Bahari dengan baik.
adalah untuk menguatkan sarana pelaksanaan
dan merevitalisasi kemitraan dengan Tambaklorok harus segera dilaksanakan.
indicator yang harus dipenuhi yaitu adanya Najam (1995) pada indicator the content of
kontribusi pembangunan terhadap policy menjelaskan bahwa tujuan kebijakan
pendapatan asli daerah. Pendapatan asli yang telah ditetapkan haruslah dilaksanakan.
daerah bersumber dari keungan daerah dari Pada tahap pelaksanaanya tentu memiliki isu
wilayah yang bersangkutan yang terdiri dari permasalahan, akan tetapi sebagai pelaksana
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, kebijakan harus menganalisisa bagaimana
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang mengatasi permasalahan tersebut dan tujuan
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli dapat tercapai. Sebagaimana pendapat Najam
daetah yang sah. (1995), realitas dilapangan bahwa kegiatan
pemberdayaan masyarakat dalam program
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kampung Bahari menjadi kendala
Program Kampung Bahari belum dapat
pembangunan karena dinas yang bertanggung
memberikan kontribusi terhadap PAD Kota
jawab terhadap kegiatan pemberdayaan
Semarang dikarenakan saat ini program
belum melaksanakan tugas pokok dan
Kampung Bahari masih dalam tahapan
fungsinya. Hingga saat ini program Kampung
pembangunan lima tahunan kedua yaitu
Bahari masih befokus pada peningkatan
penataan kawasan, sedangkan untuk sasaran
infrastruktur kawasan, sehingga belum
PAD Kota Semarang terhadap program
adanya koordinasi dan perencanaan lebih
Kampung Bahari adalah berkaitan dengan
lanjut mengenai konsep pemberdayan
wisata bahari dan industri maritim. Justru
masyarakat di kawasan Tambaklorok dengan
untuk saat ini PAD Kota Semarang
Dinas Terkait.
dialokasikan pada pelaksanaan pembangunan
infrastruktur kawasan sebagaimana kawasan Seyogyanya Konsep pembangunan
pesisir Tambaklorok dalam program berkelanjutnya memperhatikan masyarakat
Kampung Bahari. sebagai subjek pembangunan. Untuk
mewujudkan suatu konsep pembangunan
2) Kendala Dimensi Sosial
berkelanjutan, selain dilaksanakannya
Pemberdayaan masyarakat
pembangunan infrastruktur secara fisik, juga
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah dibutuhkan pembangunan sumber daya
satu focus utama dalam program Kampung manusia melalui program pemberdayaan.
Bahari. Sehingga kegiatan pemberdayaan Sehingga dengan adanya peningkatan
masyarakat dalam program Kampung Bahari
kualitas sumber daya manusia dapat program Kampung Bahari, untuk
meningkatkan kualitas kehidupannya. memberikan penjelasan mengenai program
Kampung Bahari hingga masyarakat siap
Partisipasi masyarakat
untuk menerima dan berpatisipasi.
Dukungan masyarakat sangat berpengaruh
3) Kendala Dimensi Lingkungan
terhadap keberhasilan pelaksanaan program
pembangunan Kampung Bahari Perubahan eksisting kawasan
Tambaklorok. Grindle dan Thomas dalam
Kawasan Tambaklorok merupakan kawasan
buku yang berjudul Public Choice and Public
pesisir dengan tingkat penurunan tanah yang
Change (1991) menjelaskan mengenai
cukup tinggi, yaitu 10 – 20 cm per tahun
strategi pelaksanaan kebijakan dengan model
sehingga menyebabkan kawasan rawan
interaktif. Asumsinya dengan model
bencana abrasi dan rob. Rencana program
interaktif ini dapat tercapai sebuah
Kampung Bahari dapat terselesaikan di tahun
keseimbangan pada berbagai tahap kebijakan
2035, akan tetapi beberapa pembangunan
yang telah diputuskan. Hal ini timbul karena
yang sudah dilaksanakan ada yang sudah
kebijakan yang ada telah diterima oleh orang
rusak. Seperti sheet pile perbatasan RW 15
– orang yang dipengaruhi oleh kebijakan
dan RW 16, saat ini sudah tergenang oleh air
tersebut. Sehingga untuk mendapatkan
laut, padahal dulu tinggi dan air laut belum
dukungan dan partisipasi dari masyarakat
bisa menjangkaunya. Sehingga program
dibutuhkan proses komunikasi secara
pembangunan di kawasan pesisir ini
interaktif dengan masyarakat sebagai subjek
sangatlah kompleks.
kebijakan.
Eksisting kawasan Tambaklorok di
Pada tahap sosialisasi program
RTBL dengan realitasnya di tahun 2022 ini
Kampung Bahari, memang terdapat beberapa
sangat berbeda. Pada saat perencanaan RTBL
masyarakat yang menolak, terutama
tidak ada program pembangunan huntara atau
masyarakat yang terdampak pembangunan,
hunian sementara. Tetapi sekarang terdapat
dan harus di relokasi, mereka tidak setuju
bangunan huntara di area kawasan program
dengan hasil kompensasi yang diberikan.
Kampung Bahari. Program huntara ini
Sehingga hal ini menjadi pekerjaan rumah
merupakan tempat relokasi bagi masyarakat
bagi pamong wilayah dan juga pemerintah
Tambak Rejo yang tergusur. Sebelumnya,
kota. Diperlukannya sosialisasi secara
pada RTBL Kampung Bahari kawasan
bertahap kepada masyarakat mengenai
huntara ini merupakan area yang akan
digunakan untuk pembangunan konservasi klien dan koalisi sebagai pelaksanaan
mangrove. Dengan demikian, Pemerintah kebijakan saling berhubungan dan saling
Kota Semarang beserta dinas terkait perlu mempengaruhi satu sama lain. Dengan
melakukan review kembali mengenai demikian jika belum adanya regulasi legal
perubahan eksisting kawasan sebelum dan mandiri mengenai program Kampung
melanjutkan program pembangunan dan Bahari akan berpengaruh terhadap variabel
disesuaikan dengan kondisi wilayah saat ini. lain. Misalnya menjadi tidak jelas siapa
pelaksana kebijakannya, harus bertanggung
4) Kendala Dimensi Tata Kelola
jawab kepada siapa. Najam (1995) juga
Legalitas program Kampung Bahari
menjelaskan bahwa hal tersebut dapat
Tambaklorok
berpengaruh terhadap melemahnya dukungan
Kejelasan isi kebijakan akan mempermudah klien, koaliasi, maupun masyarakat luas
dibuatkannya prosedur operasional karena factor ketidakpercayaan.
(institutional context – the corridor), yang
Izin penggunaan kawasan
dapat memperjelas siapa melakukan apa,
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
kapan, dan dimana dilakukannya, jika konten
Semarang menjelaskan bahwa Kawasan
dan konteks kebijakan sudah jelas, yang
Tambaklorok termasuk ke dalam wilayah
dibutuhkan adalah komitmen pelaksana
BWK III dan merupakan bagian dari
kebijakan untuk melaksanakan isi kebijakan.
transportasi laut Pelabuhan Tanjung Emas.
Program Kampung Bahari Berkaitan dengan penggunaan lahan untuk
Tambaklorok belum memiliki regulasi yang pembangunan Kawasan Tambaklorok
legal dan mandiri seperti perda ataupun diperlukan koordinasi dengan stakeholder
perwal. Hal ini menjadi penyebab Pelabuhan Tanjung Emas, yaitu PT.
terkendalanya eksekusi pelaksanaan Pelabuhan Indonesia.
program, seperti dalam hal koordinasi dengan Pemerintah Kota Semarang
dinas atau OPD lain, pertanggung jawaban mengajukan izin pinjam pakai aset PT
pelaksanaan program serta batasan – batasan Pelindo untuk jangka waktu 20 tahun sesuai
dalam pelaksanaan program. dengan perencanaan program Kampung

Sebagaimana penjelasan dari Najam Bahari. Izin tersebut hanya dapat diberikan

(1995) bahwa lima variabel dalam kebijakan oleh pemilik saham tertinggi, yaitu

pembangunan yaitu konten kebijakan, Kementerian BUMN. Hingga awal tahun

konteks kebijakan, komitmen, kapaitas, serta 2022 proses perizinan penggunaan aset telah
disetujui oleh PT Pelindo dan izin tersebut sehingga diperlukannya izin penggunaan
sedang disposisi kepada Kementerian kawasan oleh Pelabuhan, agar Pemerintah
BUMN. Kota dalam melanjutkan program
Proses yang terjadi pada izin pinjam pembangunan.
pakai penggunaan kawasan ini sesuai dengan
Kendala kompleksitas kelembagaan
penjelasan dari Grindle (1980) yang
yang terjadi pada pelaksanaan program
menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan
Kampung Bahari ini sesuai dengan beberapa
tidak hanya berkaitan dengan mekanisme
teori mengenai pelaksanaan kebijakan publik,
penjabaran keputusan – keputusan ke dalam
seperti kebijakan program pembangunan.
prosedur – prosedur rutin serta saluran –
Cheema dan Rondinelli (1983) menjelaskan
saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu,
bahwa pelaksanaan kebijakan tidak hanya
yaitu menyangkut masalah konflik,
berkaitan dengan perilaku badan – badan
keputusan yang memperoleh apa dari suatu
administrasi pemerintah yang bertanggung
kebijakan. Dengan demikian saat ini
jawab terhadap program, melainkan juga
Pemerintah Kota Semarang masih dalam
menyangkut jaringan – jaringan sistem
proses menunggu perizinan pinjam pakai aset
politik, ekonomi, dan sosial yang dapat
milik PT Pelindo dari Kementerian BUMN
mempengaruhi perilaku dari semua pihak
yang akan digunakan sebagai lokasi
yang terlibat dan pada akhirnya
pembangunan, sehingga program
mempengaruhi dampak baik yang diharapkan
pembangunan belum dapat dilanjutkan
maupun yang tidak diharapkan. Howlett dan
karena belum mendapatkan perizinan
Ramesh (1995) juga menjelaskan bahwa
penggunaan aset kawasan.
pelaksanaan program kebijakan tidak dapat
Kompleksitas kelembagaan
terlepas dari seluruh rangkaian proses
Pelaksanaan kebijakan pembangunan
kebijakan yang berkaitan dengan “nature of
program Kampung Bahari Tambaklorok
the problem” seperti kesulitan teknis dalam
memerlukan keterlibatan banyak stakeholder
pelaksanaan kebijakan, permasalahan yang
dari pemerintah pusat, swasta hingga
dihadapi oleh pemerintah, persentase
masyarakat, sehingga diperlukannya
kelompok sasaran, serta perubahan perilaku
komunikasi dan koordinasi secara struktural.
kelompok sasaran. Sehingga perilaku dari
Sedangkan untuk birokrasi saat ini masih
setiap pelaksana kebijakan serta sistem yang
terkesan berbelit – belit dan tidak sederhana.
diterapkan dalam pelaksanaan kebijakan
Program pembangunan Kampung Bahari
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
juga berada di lokasi Pelabuhan Tanjung Mas
program kebijakan, sebagaimana program saran yang dapat penulis berikan adalah
Kampung Bahari Tambaklorok. sebagai berikut:

PENUTUP 1) Dimensi Ekonomi


Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang
A. Simpulan
dapat diperoleh dari kebijakan pembangunan

Berdasarkan hasil penelitian, secara program Kampung Bahari yang sudah selesai

keseluruhan program Kampung Bahari dilaksanakan seperti pajak atau retribusi

memang bertujuan untuk mewujudkan bangunan penduduk, retribusi pasar

program pembangunan kawasan pesisir yang tradisional serta retribusi TPI Tambaklorok

berkelanjutan, sebagaimana visi dari 2) Dimensi Sosial

kebijakan pembangunna program Kampung Diperlukannya transparansi pelaksanaan

Bahari yaitu “Terwujudnya kawasan program kepada stakeholder yang terlibat

Tambaklorok sebagai Kampung Bahari yang melalui laporan triwulan atau per semester

berbasis pada lingkungan ekonomi lokal yang agar stakeholder yang terlibat mengetahui

maju, asri dan sejahtera”. Akan tetapi dalam dengan jelas progress program Kampung

hal pelaksanaannya belum sepenuhnya sesuai Bahari.

dengan perencanaan yang telah dilakukan. 3) Dimensi Tata Kelola

Karena sistem pembangunan kawasan tidak Perlu adanya sinergi dan sinkronisasi antar

dapat dilakukan instan, tetapi membutuhkan stakeholder dari setiap rencana pembangunan

proses yang terencana serta terstruktur. yang ada di Kawasan Tambaklorok agar tidak

Kawasan pesisir juga memiliki kompleksitas terjadi kesalah fahaman dalam pelaksanaan

yang tinggi, sehingga untuk saat ini program program.

Kampung Bahari belum memenuhi aspek 4) Dimensi Lingkungan

pembangunan berkelanjutan. a. Dibutuhkan pelaksanaan review serta


evaluasi program pembangunan,
B. Saran karena program Kampung Bahari
merupakan program pembangunan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
jangka Panjang selama 20 tahun serta
masih terdapat kendala yang ditemui dalam
program pembangunan yang
kebijakan pembangunan program Kampung
berlokasi di kawasan dengan tingkat
Bahari Tambaklorok dalam perspektif
perubahan eksisting kawasan yang
sustainable development, sehingga beberapa
tinggi. Sehingga diperlukannya
review pelaksanakan program setiap Kismartini, & Bungin, B. (2019). Wilayah Pesisir
Indonesia, Narasi Kebijakan Publik,
satu semester atau setiap 5 tahun Masalah Pesisir dan Pulau – pulau Kecil di
Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group.
sekali dengan berbagai kajian – kajian
Kismartini. (2019). Buku Ajar Analisis Kebijakan
terbaru sesuai perkembangan yang Publik (Kerangka Dasar). Semarang:
terjadi pada kawasan, terutama Undip Press.

perkembangan kondisi lingkungan Nugroho, P. C. (2019). Kajian Kebijakan


Pemerintah Kota Semarang dalam
alamiah. Kajian – kajian yang dapat Implementasi Kampung Bahari
Tambaklorok. Makalah seminar nasional,
digunakan sebagai bahan 1 – 13.
pertimbangan antara lain seperti Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14
Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
kajian pasang surut serta gelombang Ruang Wilayah (RTRW) Kota
laut, AMDAL, Feasibility Study (FS), Semarang Tahun 2011 – 2030

serta kajian lainnya yang relevan. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11
Tahun 2017 Tentang Perubahan atas
b. Proteksi kawasan melalui Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor
6 Tahun 2016 Tentang Rencana
pembangunan sheet pile perlu segera Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun
dilakukan sebelum melanjutkan pada
2016 –2021.
program pembangunan yang lain. Setianingsih, R., Baiquni, M., & Kurniawan, A.
Karena bencana rob setiap hari masih (2019). Pemodelan Indikator Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia.
melanda kawasan Tambaklorok, Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 27, 61-
74.
sehingga jika proteksi kawasan belum
Suparmoko, Muhammad. (2020). Konsep
dilakukan akan menjadi kendala Pembangunan Berkelanjutan dalam
terhadap program pembangunan yang Perencanaan Pembangunan Nasional
dan Regional. Jurnal Ekonomika dan
lain Manajemen, 39 – 50.
Trinada, T. C. (2017). Pengelolaan Wilayah Pesisir
DAFTAR PUSTAKA Indonesia dalam Rangka Pembangunan
Berbasis Pelestarian Lingkungan. Matra
Anita, J. (2020). Perencanaan Kampung Bahari Pembaruan, 75 – 84.
sebagai Upaya Keberlanjutan,
Perkampungan Nelayan Tambaklorok,
Semarang. Jurnal Arsitektur TERRACOTA,
171 – 179.
BAPPEDA Kota Semarang (2016). Rencana Tata
Bangunan dan Lahan (RTBL)
Tambaklorok. Kota Semarang.
Ferrol – Schulte, D., Wolff, M., Ferse, S., & Glaser,
M. (2013). Sustainable Livelihoods Approach
in tropical coastal and marine social –
ecological systems: A review. Marine Policy,
42, 253–258.

You might also like