You are on page 1of 14

Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan

Volume 13, Nomor 1, Januari 2020 (44-57)


ISSN 1979-5645, e-ISSN 2503-4952

Implementasi Kebijakan Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non-


Pertanian di Sleman berdasarkan Perspektif Institusionalis

Wahidatul Rizqi Firianti


Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: wahidatulrizqi16@gmail.com

Abstract
The increasing population in urban areas results in higher land demand but reduced land capac-
ity. Sleman is an area that experienced a decrease in land quality due to the conversion of agri-
cultural land to settlements. The high rate of land use change which is increasingly spreading
has resulted in the government having to intervene in dealing with the problem with the policy
of land conversion. However, the reality of the policy is that it has not been able to resolve pub-
lic problems which are considered to be just formalities. This paper tries to discuss what context
and content are capable of influencing land use change policies in sleman with institutionalist
perspectives in accordance with Regional Regulation No. 12/2012 on Regional Spatial Planning
(RTRW). The results of this paper that the implementation of policies for the conversion of agri-
cultural land to non-agriculture in Sleman in the Institutionalist perspective there are two things
that affect the content and policy context. The content is the party whose interests are affected,
the types of benefits that can be obtained, the range of changes that can be expected, the posi-
tion of decision makers, program implementers, and the resources that can be provided. While
the context is the power, interests and strategies of the actors involved.
Keywords: land use change, context and content, institutionalist

Abstrak
Bertambahnya penduduk yang ada di perkotaan mengakibatkan permintaan lahan semakin
tinggi namun kapasitas lahan berkurang. Sleman merupakan wilayah yang mengalami
penurunan kualitas lahan yang disebabkan adanya alih fungsi lahan pertanian ke permukiman.
Tingginya alih fungsi lahan yang semakin menjalar mengakibatkan pemerintah harus turun
tangan dalam menghadapi persoalan tersebut dengan adanya kebijakan alih fungsi lahan. Na-
mun, realitanya kebijakan tersebut dirasa belum bisa menyelesaikan pesoalan publik yang di-
anggap justru hanya formalitas. Tulisan ini mencoba untuk mendiskusikan terkait konteks dan
konten apa saja yang mampu mempengaruhi kebijakan alih fungsi lahan di sleman dengan per-
spektif institusionalis sesuai aturan Perda Nomor 12 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW). Hasil dari tulisan ini bahwa implementasi kebijakan alih fungsi lahan per-
tanian ke non pertanian di Sleman dalam perspektif Institusionalis ada 2 hal yang
mempengaruhi yaitu konten dan konteks kebijakan. Kontennya adalah pihak yang kepent-
ingannya dipengaruhi, jenis manfaat yang dapat diperoleh, jangkauan perubahan yang dapat
diharapkan, kedudukan pengambil keputusan, pelaksana-pelaksana program, dan sumber-
sumber yang dapat disediakan. Sedangkan konteksnya Kekuasaan, minat dan strategi dari
aktor-aktor yang terlibat.
Kata kunci: alih fungsi lahan, konteks dan konten, institusional.

44
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 13, Nomor 1, Januari 2020

PENDAHULUAN masih terus terjadi. Persoalan ini menunjuk-


kan bahwa meskipun sudah ditetapkan per-
Seiring bertambah jumlah manusia yang da, tetapi ternyata belum mampu me-
memerlukan tanah untuk tempat pe- nyelesaikan permasalahan yang ada. perma-
rumahan, juga kemajuan perkembangan salahan yang muncul kemudian setelah adan-
ekonomi, sosial-budaya dan teknologi ya perda tersebut, adalah dari perda itu
menghendaki pula tersedianya tanah yang sendiri.
banyak misal untuk perkebunan. Karena itu, Persoalan ini seperti yang diungkapkan
bertambah lama dirasakan seolah-olah tanah oleh Grindle (1980) yakni persoalannya pada
menjadi sempit, menjadi sedikit, sedangkan konten kebijakan. Namun Grindle juga
permintaan selalu bertambah, maka tidak mengungkapkan terdapat aspek lain yang
heran kalau nilai tanah menjadi meningkat mempengaruhi proses implementasi ke-
tinggi. Tidak seimbangnya antara persediaan bijakan yakni konteks kebijakan atau ling-
tanah dengan kebutuhan akan tanah itu, te- kungan kebijakan yaitu berkaitan dengan
lah menimbulkan berbagai persoalan yang kepentingan dan kekuasaan antar aktor di
banyak segi-seginya. Menurut Yohanes ur- dalam implementasi kebijakan. Berdasarkan
banisasi berdampak pada perubahan demo- pendapat Grindlee tersebut, penulis cender-
grafi, politik, sosial, budaya, ekonomi, bahkan ung berasumsi bahwa permasalahan alih
perubahan lingkungan. fungsi lahan di Kabupaten Sleman di-
Peningkatan pertumbuhan perkotaan akan pengaruhi oleh konteks kebijakan juga, yaitu
menimbulkan berbagai macam permasalahan kepentingan dan kekuasaan para aktor yang
serta membawa konsekuensi dalam segala terlibat, atau adanya faktor relasi power
aspek kehidupan di perkotaan. Masalah yang (kekuasaan) diantara para aktor. Inilah yang
terjadi di kota antara lain yaitu meningkatnya menyebabkan persoalan penurunan lahan
angka kemiskinan sehingga pemukiman ku- pertanian menjadi non pertanian terus ter-
muhnya juga meningkat, peningkatan urban jadi, walaupun perda yang mengatur sudah
crime dan masih banyak masalah lain. Di desa ditetapkan. Bertemunya kedua persoalan ter-
juga akan timbul masalah diantaranya yakni sebut di atas, yaitu konten dan konteks telah
berkurangnya sumber daya manusia karena mempengaruhi proses implementasi alih
penduduknya telah pergi ke kota. persoalan fungsi lahan di Kabupaten Sleman. Menurut
yang muncul tersebut, mengharuskan Grindle bahwa, kontestasi antar aktor tidak
pemerintah membuat regulasi untuk menga- saja terjadi dalam tahapan penyusunan ke-
tur tata ruang dan tata wilayah suatu daerah. biijakan, tetapi juga terjadi pada saat proses
lahan pertanian sawah di Kabupaten Sleman pelaksanaan (Implementasi) kebijakan.
terus menurun atau berkurang karena adan- Persoalan alih fungsi lahan di Kabupaten
ya perubahan fungsi lahan dari pertanian ke Sleman, dalam kenyataannya menunjukkan
non pertanian. ketidaksesuaian antara cita-cita yang
Untuk mengantisipasi terus menurunnya dibangun dengan lahirnya perda No. 12 Ta-
lahan pertanian tersebut di Kabupaten hun 2012 dengan realita yang terjadi di
Sleman, maka pada tahun 2012 Pemerintah lapangan. Hal ini menunjukkan adanya per-
Daerah Kabupaten Sleman mengeluarkan masalahan yang memerlukan kajian lebih
Perda Nomor 12 tahun 2012 tentang RTRW. lanjut, dari persoalan kebijakan itu sendiri
Setelah dikeluarkannya perda tersebut per- yaitu perda No. 12 Tahun 2012. Didalam per-
masalahan perubahan fungsi lahan atau da tersebut tidak mengatur secara detail ten-
dengan kata lain penurunan fungsi lahan dari tang pengaturan dan pemanfaatan lahan di
pertanian (sawah) menjadi non pertanian Sleman. Menurut pandangan Grindle, letak

45
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN…(Wahidatul Rizqi Firianti)

persoalannya terdapat di konten kebijakan. terhadap banyak orang akan lebih mudah un-
Dari penjelasan diatas penulis ingin mengkaji tuk memperoleh dukungan dan tingkat
lebih dalam terkait konten dan konteks ke- kepatuhan yang tinggi dari target groups atau
bijakan yang mempengaruhi implementasi masyarakat.
kebijakan alih fungsi lahan di Kabupaten Selanjutnya jangkauan perubahan yang
Sleman dan sudut pandang kebijakan alih ingin dicapai (extent of change envisioned)
fungsi lahan di Kabupaten Sleman berdasar- Program yang bersifat jangka panjang
kan persepktif Institusionalis. Dari kegelisa- menuntut perubahan perilaku masyarakat
han diatas penulis tertarik untuk mengkaji dan tidak secara langsung atau sesegera
tentang Apa saja konten dan konteks ke- mungkin dapat dirasakan manfaatnya bagi
bijakan yang mempengaruhi implementasi masyarakat cenderung lebih mengalami kesu-
kebijakan alih fungsi lahan di Kabupaten litan dalam implementasinya. Keempat,
Sleman? Dan Bagaimana kebijakan alih fungsi Kedudukan pengambil keputusan (site of de-
lahan di Kabupaten Sleman berdasarkan per- cision making) semakin tersebar kedudukan
sepktif Institusionalis? Agar mampu menjadi pengambil keputusan dalam implementasi
diskusi yang menarik dalam tulisan ini dan kebijakan publik, baik secara geografis mau-
perdebatan akademik dalam mengkaji se- pun organisatoris semakin sulit pula imple-
buah kebijakan publik dalam implementasi mentasi program. Karena semakin banyak
kebijakan alih fungsi lahan yang dilihat dari pengambil keputusan yang terlibat di da-
perspektif institusionalis. lamnya. Kemudian pelaksana program (pro-
gram implementors) kemampuan pelaksana
METODE PENELITIAN program akan mempengaruhi keberhasilan
implementasi program tersebut. Terakhir
Metode yang digunakan adalah analisis sumber yang tersedia (resources committed).
deskiriptif kualitatif dengan sumber data lit- Tersedianya sumber secara memadai akan
eratur review yang digabungkan dengan fakta mendukung keberhasilan implementasi pro-
dilapangan. Selain itu penulis juga gram Sumber daya dalam hal ini menyangkut
menggunakan analisis data interaktif dengan dengan staff, informasi, wewenang, fasilitas,
validitas data triangulasi sumber dan teori. dan dana.
Di samping Konten variabel, keberhasilan
HASIL DAN PEMBAHASAN implementasi kebijakan publik juga diten-
tukan variabel Konteks. Ada 3 unsur, yaitu
Model Grindle menurut Suwitri (2008) yai- Kekuasaan, minat dan strategi dari aktor-
tu bahwa variabel Konten, dibagi menjadi 6 aktor yang terlibat (power, interest and strat-
unsur, yaitu: berawal dari pihak yang kepent- egies of actors involved) Strategi, sumber dan
ingannya dipengaruhi (dalam Grindle, 1980) posisi kekuasaan dari implementor akan
mengungkapkan bahwa jenis kebijakan publik menentukan keberhasilan implementasi sua-
yang dibuat akan membawa dampak tertentu tu program. Apabila kekuatan politik merasa
terhadap macam kegiatan politik. Kebijakan berkepentingan terhadap suatu program,
publik dimaksud untuk menimbulkan peru- mereka akan menyusun strategi guna me-
bahan dalam hubungan sosial, politik, menangkan persaingan yang terjadi dalam
ekonomi, dan dapat muncul perlawanan dari implementasi, sehingga output suatu pro-
pihak-pihak yang kepentinganya terancam gram akan dapat dinikmatinya. Karakteristik
oleh kebijakan publik tersebut. Kedua, Jenis rezim dan institusi (institution and regime
manfaat yang dapat diperoleh program yang characteristics) Implementasi suatu program
memberikan manfaat secara kolektif atau akan sangat bergantung dengan corak rezim

46
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 13, Nomor 1, Januari 2020

dan institusi yang ada. Jika seandainya rezim rubahan yang dapat diharapkan, kedudukan
yang berkuasa memiliki karakter yang tegas, pengambil keputusan, pelaksana-pelaksana
maka kemngkinan besar corak kepemimpi- program, dan sumber-sumber yang dapat
nanya akan mudah dipatuhi. Kesadaran dan disediakan.
sifat responsif (compliance and responsive- Pertama, untuk pihak yang kepentingann-
ness). Agar tujuan program dalam lingkungan ya dipengaruhi, dalam kasus alih fungsi lahan
khusus dapat tercapai maka para implement- di Sleman, penulis mencoba melihat pihak
or harus tanggap terhadap kebutuhan- mana saja yang akan terkena dampaknya dari
kebutuhan dari beneficiaries. Tanpa daya alih fungsi lahan tersebut. Dalam hal ini,
tanggap yang cukup dalam implementasi, im- penulis akan mencoba mengidentifikasikan
plementor akan kehilangan informasi untuk pihak yang kepentingannya terpengaruhi ter-
mengevaluasi pencapaian program dan ke- sebut ke dalam dua kelompok. yakni ke-
hilangan dukungan yang penting bagi keber- lompok yang terpengaruhi, tetapi mendapat-
hasilan implementasi. Dalam hal ini, peran kan keuntungan, dan kelompok pihak yang
birokrat sangatlah besar dalam memper- kepentingannya dipengaruhi tapi mendapat-
hatikan program yang berjalan, agar sesuai kan kerugian.
dengan tujuan awal. Kedua, jenis manfaat yang diperoleh. Da-
Jika dilihat berdasarkan perspektif Insti- lam hal ini, penulis ingin melihat apa saja
tusionalis penulis melihat ada beberapa hal manfaat yang akan didapatkan oleh masing-
yang berkaitan dengan Kebijakan Alih masing pihak dengan adanya perda RTRW
Fungsisi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian Di alih fungsi. Dimulai dari pihak pemerintah,
Sleman produk kebijakannya adalah perda swasta, dan masyarakat dan jenis manfaat ini
kabupaten Sleman No 12 tahun 2012 tentang sangat penting dilakukan oleh para pembuat
Rencana Tata Ruang Wilayah dengan sistem kebijakan guna mendapatkan dukungan dari
pasar alih fungsi lahan pertanian ke non per- pihak yang terpengaruhi dengan seperti apa
tanian. Tidak menutup kemungkinan terdapat pengendalian lahan yang dilakukan oleh
sistem ekonomi politik kontestasi para aktor pemerintah termasuk bagaimana mense-
yang terlibat didalamnya dengan berbagai jahterakan masyarakat.
kepentingan bahwa bentuk peralihan alih Ketiga, jangkauan perubahan yang ingin
fungsi lahan tersebut seperti perumahan, in- dicapai. Didalam konten ini haruslah
dustri dan jasa. Dalam hal ini barang publik mengacu kepada jangkauan jangka panjang.
yang ditawarkan adalah lahan sawah, ladang Bukan hanya manfaat secara cepat, tetapi
dan perkebunan. Penulis akan sedikit manfaat yang bisa dirasakan oleh banyak
mendeskripsikan kebijakan alih fungsi lahan pihak dalam jangka waktu yang lama. Selain
dari pertanian ke non pertanian berdasarkan itu, adanya tujuan jangka tertentu yang harus
perspektif institusionalis yang dikemas berhadapan dengan kondisi yang ada.
dengan penjelasan model Grindle dalam im- Keempat, kedudukan pengambil kepu-
plementasi kebijakan tersebut. tusan. Umumnya, semakin banyak orang
Implementasi Alih Kebijakan Lahan yang dilibatkan dan mewakili suatu kelompok
Dalam konsep implementasi kebijakan untuk mengambil kebijakan, maka bisa dipas-
Grindle dijelaskan bahwa, sebuah kebijakan tikan akan mengarah kepada keadilan. Akan
yang berjalan sangat dipengaruhi oleh dua tetapi, ini menjadi kendala yang cukup berarti
variabel besar, yaitu variabel konten dan jika dalam pengambilan keputusan imple-
konteks. Variable konten terdiri dari pihak mentasi kebijakan alih fungsi lahan melibat-
yang kepentingannya dipengaruhi, jenis kan banyaknya pengambil kebijakan hal ini
manfaat yang dapat diperoleh, jangkauan pe- akan mengarah kepada sulitnya proses

47
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN…(Wahidatul Rizqi Firianti)

pelaksanaan suatu program bukan hal yang tegas, maka aka nada kemungkinan para
mudah untuk menyatukan berbagai macam masyarakat tidak terlalu patuh akan aturan
kepentingan dalam satu wadah yang kecil. yang ada. Ketiga, kesadaran dan sifat respon-
Kelima, pelaksana program. Semakin pro- sif. Para implementator kebijakan alih fungsi
fessionalnya para pelaksana program, maka lahan haruslah sadar dan bertanggung jawab
tingkat keberhasilan program juga semakin terhadap keinginan para stakeholder. Oleh
besar. Walaupun tidaklah menjadi suatu karenanya tanpa adanya daya tanggap dan
kepastian. Ini merupakan salah satu aspek respon yang cepat, maka program alih fungsi
dari kemungkinan keberhasilan suatu pro- lahan di Sleman ini akan sulit dinikmati oleh
gram. Selain pelaksana program yang kompe- para stakeholder yang terpengaruhi.
ten, kuantitas para pelaksana program juga Perubahan dari lahan untuk pertanian ke
sangat berpengaruh. Hal ini akan membantu pemanfaatan bagi non pertanian yang
tercapainya tujuan kebijakan. Terakhir, sum- kemudian dikenal dengan istilah alih fungsi
ber yang tersedia. Sumber daya dalam hal ini (konversi) lahan lambat laun terus mening-
adalah staff atau pegawai, informasi, kat. Terutama Kabupaten Sleman fenomena
wewenang, fasilitas, dan juga dana. Keterse- ini tentunya dapat mendatangkan permasa-
dian sumber yang memadai akan sangat ber- lahan yang serius dikemudian hari jika tidak
pengaruh juga terhadap keberhasilan diantisipasi secara serius dari sekarang. Dam-
pelaksanaan Perda RTRW di Kabupaten paknya fungsi lahan pertanian yang tidak
Sleman. terkendali dapat mengancam kapasitas
Keberhasilan suatu implementasi ke- penyediaan pangan, permasalahan sosial,
bijakan publik juga sangat dipengaruhi oleh politik, dan ekonomi. Beberapa perundang-
konteks kebijakan yang terkadang menjadi undangan dan berbagai peraturan sudah dic-
penghambat suatu program. Karena, dalam iptakan, namun semuanya seakan-akan man-
konteks kebijakan akan sangat dipengaruhi dul dalam pengendalian alih fungsi lahan.
oleh aktor-aktor yang memiliki kewenangan Maksudnya adalah efektivitas implementasi
dalam hal pembuatan suatu kebijakan, dan indikator pengendalian alih fungsi tersebut
perebutan kekuasaan elit. Terdapat tiga poin belum berjalan optimal sesuai dengan yang
penting dalam variabel lingkungan kebijakan. diharapkan. Oleh karena itu, perlu strategi
Pertama, kekuasaan, minat, dan strategi pengendalian alternatif, yaitu yang bertumpu
dari aktor yang terlibat. Terdapat banyak pada partisipasi masyarakat. Alih fungsi lahan
kepentingan untuk program alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Sleman, selain
tersebut. Untuk memenangkan kekuatan pemukiman penduduk, juga difungsikan se-
politiknya masing-masing, maka mereka akan bagai pusat perbelanjaan, pertokoan, dan
melakukan berbagai macam strategi untuk lainnya. Apapun yang pemerintah tetapkan
memenangkan persaingan, sehingga output dalam kebijakan tersebut, sudah seharusnya
yang dihasilkan dari kontestasi tersebut bisa memikirkan masa depan masyarakat Sleman
mereka nikmati. Kedua, karakteristik rezim unuk kehidupan yang lebih baik. Seharusnya
dan institusi. Implementasi program alih seimbang dengan dampak yang akan terjadi.
fungsi lahan sangatlah bergantung dengan Karena, alih fungsi lahan sawah ke lahan non
corak rezim dan institusi yang berkuasa. Jika sawah akan menimbulkan menimbulkan
rezim yang berkuasa memiliki karakter yang dampak negatif secara ekonomi, sosial, dan
tegas, maka akan ada kemungkinan aturan lingkungan. terjadinya penguasaan sum-
yang berlaku akan banyak diikuti oleh berdaya lahan akan berakibat kepada
masyarakat. Atau sebaliknya, jikalau karakter- terbatasnya tanah dan juga peningkatan har-
istik rezim yang lemah lembut, gemulai, tidak ga tanah itu sendiri.

48
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 13, Nomor 1, Januari 2020

Proses alih fungsi lahan pertanian ke non pembangunan dibandingkan dengan nilai se-
pertanian yang terjadi dikarenakan beberapa wa tanah untuk pemukiman dan industri.
faktor yaitu faktor internal, eksternal dan ke- Nilai land rent sawah irigasi di wilayah
bijakan. Faktor internal ini disebabkan oleh Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta seperti di
kondisi sosialekonomi rumah tangga per- Kecamatan Depok lebih rendah dibandingkan
tanian penggunaan lahan sebagian mata pen- dengan land rent lahan terbangun. Kemudian
caharian sebagai petani umumnya yang dil- lemahnya fungsi control dan pemberlakukan
akukan oleh keluarga dengan taraf kehidupan peraturan oleh lembaga terkait, serta tidak
ekonomi menengah ke bawah. Hal ini dikare- adanya saksi yang tegas terhadap pelanggar
nakan penghasilan dari sektor pertanian lebih peraturan alih fungsi lahan tersebut menjadi-
rendah dari sektor lainnya, mengingat kan alih fungsi lahan sangat rentan untuk di
kepemilikan lahan oleh petani di Kabupaten garap. Semakin terlihat bahwa menonjolnya
Sleman rata-rata di bawah 1 hektare. Se- tujuan jangka pendek dalam pembuatan ke-
dangkan Faktor eksternal ini disebabkan oleh bijakan alih fungsi lahan, yaitu pemerintah
adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, lebih konsen dengan memperbesar Pendapa-
demografi, maupun ekonomi. Beberapa tan Asli Daerah tanpa mempetimbangkan ke-
Kecamatan di Kabupaten Sleman menjadi lestarian (sustainability) sumberdaya alam di
wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta era otonomi. Di beberapa wilayah seperti di
(APY), sehingga pertumbuhan perkotaan di sebagian jalan Kabupaten terdapat beberapa
wilayah ini cepat, dan hal ini berdampak ter- wilayah dengan peruntukan indsutri (Dinas
hadap tersedianya sarana transportasi dan PU dan Perumahan: 2015), padahal di wila-
komunikasi dengan baik. Selanjutnya per- yah tersebut masih banyak lahan pertanian
tambahan penduduk di Kabupaten Sleman yang subur.
menimbulkan potensi alih fungsi lahan Analisis Konten Dan Konteks Alih Fungsi La-
dikarenakan kebutuhan akan perumahan juga han Berdasar Perpektif Institusionalis
meningkat. Faktor terakahir Ini terkait Dalam suatu pengambilan keputusan ke-
dengan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh bijakan publik perlu diperhitungkan antara
pemerintah pusat maupun pemerintah dae- kekuasaan atau kekuatan, kepentingan dan
rah yang berkaitan dengan perubahan fungsi strategi yang digunakan oleh pemangku ke-
lahan pertanian. Kelemahan pada aspek regu- bijakan yakni aktor dan stakeholder yang
lasi itu sendiri terkait dengan masalah berperan dalam memperlancar jalannya im-
kekuatan hukum, saksi pelanggaran, dan plementasi kebijakan, dalam hal ini untuk
akurasi objek lahan yang dilarang untuk meminimalisir suatu kebijakan yang tidak
dikonversi. Ditinjau dari sisi kebijakan, berjalan semestinya. Jika ditarik dalam kasus
penggunaan lahan memang diatur dalam analisis konten, konteks dan pandangan insti-
Rencana Tata Ruang Wilayah yang mengha- tusionalis penulis melihat bahwa antara Dinas
ruskan penggunaan lahan harus sesuai terkait misalnya dinas tata ruang, dinas per-
dengan rencana peruntukan lahan. Akan tanahan serta dinas lingkungan hidup
tetapi, masih banyak diantara masyarakat mempunyai peran besar didalamnya. Hal ini
yang tidak peduli dengan regulasi tersebut, akan menjadi bukti kepada masyarakat
bahkan tidak sedikit juga masyarakat yang bagaimana dinas tersebut mampu me-
tidak tahu sama sekali regulasinya. Hal inilah nyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan
yang kemudian mengakibatkan masih adanya lingkungan disekitarnya. Sinkronisasi Progam
alih fungsi lahan di Kabupaten Sleman. Selain antar Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)
itu Harus diakui bahwa rendahnya nilai sewa juga menentukan bagaimana persoalan alih
lahan sawah yang berada disekitar pusat fungsi lahan ini setidaknya diminimalisir tiap

49
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN…(Wahidatul Rizqi Firianti)

tahunnya. Menurut penulis peran yang sangat berpengaruh terhadap tidak


pemerintah dalam kasus ini belum maksimal. maksimalnya implementasi kebijakan adalah
Masih banyak persoalan alih fungsi lahan adanya dominasi kepentingan antar aktor,
yang belum terselesaikan. Contohnya banyak situasi yang tidak mendukung, minimnya
sawah di sleman yang sudah menjadi pusat sumber daya yang dimiliki dan kurangnya
perbelenjaan, perumahan, bahkan gedung tingkat kompetensi aktor.
ataupun ruko lain yang bisa lolos Izin Mendi- Adanya keinginan dari para aktor yang ter-
rikan Bangunan (IMB) dari pemerintah libat untuk mendapatkan keuntungan, tidak
Sleman dimana bangunan tersebut menjadi tegasnya pemerintah terhadap aturan,
kategori zona merah maksudnya adalah ban- keduanya berimplikasi pada ketidakpatuhan
yak perumahan dan permukiman di pinggir masyarakat terhadap regulasi. Dampak sosial
sungai. Hal ini menjadi baromater bagi dinas yang muncul adalah hilangnya budaya per-
terkait untuk menggunakan kekuasaan, tanian yang ditandai dengan pola relasi awal-
kepentingan dan strategi dari aktor yang teli- nya masyarakat komunal menjadi semakin
bat untuk ditinjau kembali bahwa konten dari individual. Sedangkan dampak secara
alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian ekonomis, pertanian tidak mampu lagi men-
ini tiap tahun meningkat dan akan berdam- jadi andalan mata pencaharian untuk
pak untuk keberlanjutan lingkungan pemenuhan kebutuhan keluargadan nilai
masyarakat. tanah bergeser menjadi komoditas yang
Lingkungan juga menjadi penentu sebagai memiliki nilai komersil. Pemerintah Sleman
salah satu konten kebijakan dalam perspektif menjadi aktor utama dalam pola tata ruang
institusionalis, hal ini karena karakteristik terkait alih fungsi lahan pertanian, sedangkan
suatu lembaga akan punya pengaruh dan pemerintah desa hanya sebatas pihak kon-
turut mempengaruhi dalam suatu kebijakan. sultasi dan sosialisasi. Desa tidak memiliki
Maksudnya adalah lembaga mempunyai reg- wewenang dalam mengkontrol tata ruang,
ulasi yang berkaitan dengan suatu persoalan ditambah lagitidak adanya komunikasi antara
dalam hal ini alih fungsi lahan pertanian ke pemerintah desa dengan masyarakat dalam
non pertanian yang mana lembaga juga pengendalian lahan pertanian. Pembahasan
mempunyai upaya dan karakteristik dalam sektor pertanian hanya sebatas teknis
menyelesaikan suatu problem. Misalnya an- produksi pertanian. Akan tetapi Sikap
tara dinas lingkungan hidup dan dinas tata masyarakat terhadap alih fungsi lahan adalah
ruang mempunyai progam terkait menekan menyetujuinya, karena merupakan pilihan
angka konversi lahan karena urbanisasi. Mas- rasional di tengah daya dukung sektor per-
ing-masing dinas pasti akan membuat ke- tanian yang melemah. menjadikan lahan-
bijakan atau aturan yang akan berdampak lahan sawah beralih fungsi menjadi industri
dan berpengaruh terhadap lingkungan sekitar maupun properti. Pemerintah dalam hal ini
dengan gaya kepemerintahan masing-masing hadir sebagai institusi formal negara memiliki
instansi. peran utama dalam seluruh dinamika alih
Selain itu, ada hal yang penting juga dalam fungsi lahan sawah dan tambak menjadi pe-
proses pelaksanaan suatu kebijakan yakni runtukan industri maupun properti. Proses
kepatuhan dan respon dari pelaksana, mak- alih fungsi lahan cukup kompleks melibatkan
sudnya antara yang diberi kebijakan dan banyak elemen seperti elemen finansial, ma-
pembuat kebijakan juga perlu menerapkan terial, tenaga kerja, dan aktor-aktor yang
konten ini sejauhmana ketaatan atau memiliki kepentingan dalam kebutuhan akan
kepatuhan dan respon pelaksana dalam alih fungsi lahan. Maka dari itu peran
menaati suatu kebijakan. unsur aspek konten pemerintah menjadi faktor utama sebagai

50
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 13, Nomor 1, Januari 2020

institusi negara yang memiliki kewenangan kratis, dan berdaya saing namun yang dimak-
dalam hal peraturan dan prosedur dalam sud dalam tujuan tersebut belumlah terlihat
proses alih fungsi lahan serta pemerintah, sebagimana seharusnya. Karena masih adan-
ada aktor-aktor lain yang hadir sebagai insti- ya kawasan yang tidak ramah lingkungan
tusi non-formal yang memiliki kepentingan justru dengan adanya Perda tersebut. Dilihat
dalam proses alih fungsi lahan sawah menjadi berdasarkan segi kesejahteraan masyarakat,
peruntukan industri maupun properti. masih ada yang belum banyak dapat merasa-
Pemerintah dan aktor-aktor yang memiliki kan dampaknya. justru banyak masyarakat
kepentingan tersebut dalam proses alih yang menjual tanahnya, karena regulasi ter-
fungsi lahan dilihat dari konsep atau teori in- sebut. untuk aspek berdaya saing dalam hal
stitusional baru yakni Konsep Institusional ini, penulis lebih melihat kepada daya saing
baru melihat pemerintah dan aktor-aktor in- investor dalam hal berlomba-lomba untuk
formal lebih banyak menentukan langkah- investasi di kabupaten Sleman. Bukan daya
langkah untuk mencapai tujuan ekonomi, saing para petani dalam hal kemampuannya
pasar dan globalisasi, yang didasarkan pada memproduksi hasil pertanian yang lebih
rencana atau desain secara praktis. Dengan berkualitas dan berdaya jual tinggi.
keterlibatan pemerintah dan aktor-aktor in- Pemerintah seringkali membuat suatu ke-
formal tersebut agar mencapai tujuan ber- bijakan secara sama, dengan harapan akan
sama yang dapat dijelaskan dalam rangka samanya dengan hasil yang diharapkan.
mewujudkan kemakmuran rakyat, ketertiban Tetapi, pemikiran seperti itu jadi rancu ketika
dan keamanan umum. Institusional baru diterapkan di daerah tertentu. Karena, tidak
didalamnya terdapat interaksi masing-masing semua daerah di Indonesia yang memiliki
institusi untuk mempengaruhi dan menen- karakteristik yang sama. Lebih-lebih yang
tukan seperti siapa aktor yang sah, jumlah menjadi acuan pemerintah pusat selama ini
aktor, dan siapa yang menentukan tindakan. adalah pulau Jawa bahwa, karakteristik Indo-
Institusional sebagai tempat dalam memben- nesia yang beragam menjadi salah satu
tuk pola-pola yang telah mempunyai kekuata- pekerjaan yang tidak mudah bagi pemerintah
tan untuk mengatur pola perilaku pusat dalam membuat suatu kebijakan, tetapi
pemerintah, aktor-aktor informal dan juga tidak terlalu sulit. Selama adanya politi-
masyarakat dalam fenomena alih fungsi la- cal will dari pemerintah, penulis berasumsi
han. bahwa pemerintah mampu mengatasi perso-
Selain konteks kebijakan yang dilihat dari alan ini. Karena, persoalan keanekaragaman
perspektif institusionalis penulis juga melihat Indonesia ini bukan saja dalam mebuat regu-
beberapa hal dalam konten kebijakan dari lasi untuk sektor pertanahan, tetapi untuk
alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian segala sectok yang ada di Indonesia baik itu
ini yakni adanya kepentingan yang dari hulu maupu hilir.
mempengaruhi menjadi indikator dan ba- Ada kesulitan dalam implementasi ke-
rometer dalam implementasi suatu kebijakan bijakan alih fungsi lahan di kabupaten Sleman
dalam pelaksanaanya juga sejauhmana yang memperlihatkan bahwa ada banyak
kepentingan itu berpengaruh dalam proses aspek yang masih harus dan terus diper-
penyelesaian persoalan. Misal dalam aturan hatikan oleh pemerintah kabupaten Sleman
perda terkait Penataan ruang wilayah Kabu- demi mewujudkan kesejahteraan masyara-
paten bertujuan mewujudkan ruang Kabu- kat, serta untuk menjaga keberlangsungan
paten yang tanggap terhadap bencana dan pertanahan di kabupaten Sleman. Hal terse-
berwawasan lingkungan dalam rangka men- but terjadi dikarenakan ada beberapa faktor
ciptakan masyarakat yang sejahtera, demo- lingkungan yang mempengaruhi terhadap

51
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN…(Wahidatul Rizqi Firianti)

kesuksesan sebuah Perda atau aturan daerah pelaksanaannya Secara umum, penulis dapat
lainnya. Berdasarkan konten dan konteks ke- melihat bagaimana konsep implementasi ke-
bijakan yang menurut Grindle dalam imple- bijakan ini berpengaruh terhadap implemen-
mentasi kebijakan, keduanya berjalan dan tasi kebijakan alih fungsi lahan di Kabupaten
mempengaruhi proses implementasi ke- Sleman.
bijakan alih fungi lahan di Kabupaten Sleman. Penulis melihat perlu adanya pendekatan
Dalam variabel konten kebijakan, keenam bottom up dalam melihat implementasi ke-
unsur yang terdapat di dalamnya memiliki bijakan publik yang dirumuskan oleh lembaga
beberapa kekurangan dalam hal pelaksa- baik pusat maupun daerah. Pendekatan ini
naannya. Namun, ada beberapa hal yang berasal dari usulan masyarakat yang merasa-
membuat proses implementasi kebijakan kan persoalan dan permasalahan terkait alih
menjadi suatu kelebihan. kelebihan dan fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang
kekurangan tersebutlah yang kemudian men- mereka alami. Jadi, formulasi kebijakan ada di
jadi faktor pendukung dan penghambat da- tingkat warga sehingga mereka dapat me-
lam proses implementasi kebijakan alih fungsi mahami dan memperkirakan kebijakan yang
lahan di Kabupaten Sleman. cocok dengan kondisi dan sumberdaya yang
Kekuasaan, minat, dan strategi dari aktor ada di lingkungan sekitarnya, yang sesuai
memberikan banyak kebaikan, yaitu terkait dengan sistem sosiokulturnya dan kebijakan
bagaimana kemampuan yang dimiliki oleh tersebut bisa bersahabat bahkan tidak bersi-
beberapa SKPD tersebut dalam membuat fat kontraproduktif dengan warga sekitar
Perda ini. Adanya beberapa SKPD yang terli- agar berhasil sesuai yang diharapkan semua
bat memberikan banyak ide, gagasan dan pihak.
banyak sudut pandang yang dapat dilakukan Kebijakan publik yang penulis pilih
untuk menjadikan Perda tersebut menjadi sebenarnya tidak jauh dari penataan ruang
baik dan implemetatif. Walaupun ada keku- terkait wilayah. isu ini masih bisa dikatakan
rangan terkait banyaknya SKPD yang ter- aktual dan hangat untuk dikaji lebih lanjut.
gabung. Hal tersebut dikarenakan mereka Hal ini karena penulis melihat sistem pasar
memiliki kepentingan yang berbeda. Kemudi- dalam kasus alih fungsi lahan pertanian ke
an dari variabel konteks kebijakan. Dari ketiga non pertanian ini marak dan semakin
unsur yang ada, semuanya mempengaruhi meningkat beberapa waktu terakhir. Hal ini
proses implementasi kebijakan alih fungsi la- yang mendasari penulis tertarik dengan isu
han di Sleman. Bahkan unsur ini menjadi sa- konversi lahan ini yang dilihat dari sudut pan-
lah satu jalan terjal ketika membuat suatu dang institusionalis. selain itu adanya ke-
program. Karena ini aspek politis, maka san- bijakan ini tidak luput dari kontestasi para
gat wajar jikalau terjadi tarik ulur yang tidak aktor dalam hal ekonomi politik artinya ke-
sebentar. Sehingga dampak yang terjadi se- bijakan publik itu tidaklah murni hanya untuk
lanjutnya adalah terlambatnya proses imple- kebijakan saja namun ada kepentingan
mentasi kebijakan. Pengaruh kekuasaan dan ekonomi didalamnya. bisnis yang ditawarkan
strategi dalam memutuskan suatu program, dalam hal ini sebenarnya sesuai dengan
semakin membuat kebijakan alih fungsi lahan kebutuhan masyarakat era sekarang seperti
sebagaimana aturan di Rencana Tata Ruang halnya pembangunan perumahan, pendirian
Wilayah menjadi semakin rumit. Karena pusat perbelanjaan dan tawaran dibidang
kakuatan politik sangat berpengaruh di da- jasa yang harus mau tidak mau membuat pe-
lamnya. Belum lagi keterlibatan DPRD yang rubahan fungsi lahan dari sebelumnya. disisi
menjadi kelompok tawar yang berimbang lain penulis mengartikan bahwasanya barang
dengan pemerintah, semakin memperlambat publik yang dipertaruhkan adalah lahan para

52
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 13, Nomor 1, Januari 2020

petani yang notabene masih aktif seperti aturan pusat maupun daerah mengeneai
sawah, ladang bahkan perkebunan. Oleh ka- Rencana Tata ruang Wilayah. Misal Perda No
rena itu persoalan alih fungsi lahan pertanian 12 tahun 2012 oleh pemerintah kabupaten
ke non pertanian ini perlu solusi seperti hal- sleman masih banyak poin-poin yang tidak
nya sosialisasi antara pihaj yang bersangku- mendukung pihak petani yang telah menga-
tan pemilik lahan dan investor. Kemudian lihfungsikan lahannya, penulis berasumsi
adanya sinergitas antara dinas terkait satu bukan kesejahteraan dan masyarakat
sama lain agar progam yang diusulkan dan berdaya karena alih fungsi lahan justru adan-
kebijakan yang dibuat tidak bentrok dan tidak ya kontenstasi dari investor untuk investasi
merugikan salah satu pihak. Perlu peran CSR ke wilayah sleman yang dirasa sesuai dengan
dalam penerapan kebijakan yang mana alih perkembangan ekonomi pasar. Hal ini
fungsi lahan itu guna membangun suatu pe- menunjukkan dalam pembuatan aturan atau
rusahaan atau akan membangun yang perda harus ada jenis manfaat yang menun-
sekiranya menumbuhkan ekonomi masyara- jukkan dampak positif dimana tidak memihak
kat. Misal pembangunan mall yang jelas CSR salah satu aktor yang terlibat. Implikasinya
punya peran bagaimana pihak investor terse- petani yang kehilangan lahan dan aset pokok
but menjamin keberlangsungan lingkungan untuk sumber mata pencahariannya. Selain
(air, tanah, dan akses) warga agar memini- itu menurunnya fungsi lingkungan hidup dan
malisir dampak negatif. Perlu pemberdayaan penurunan budaya masyarakat yang dulunya
masyarakat berbasis lingkungan supaya komunal menjadi individual, bisa pula adanya
masyarakat tahu betul jikalau alih fungsi la- pengangguran yang disebabkan oleh alih
han tidak berdampak bukan hanya sosial saja, fungsi lahan.
namun lingkungan dan ekonomi. Perlu an- Setiap kebijakan pasti ada target yang
tisipasi masyarakat agar terjaga keberlang- ingin dicapai, bahwa perubahan yang ingin
sungan kehidupannya. Selain itu antara dinas, dicapai harus ada indikator dan barometer
masyarakat dan pihak non pemerintah serta skala yang jelas. Misalnya UU no 26 ta-
lainnya perlu pengawasan dan pemeliharaan hun 2007 terkait penataan ruang yang meru-
pada pendirian bangunan agar tidak sesuka pakan upaya penting menertibkan tata ruang
hati dalam membangun tanpa mempertim- didalamnya ada aspek penting seperti pen-
bangkan zonasi yang akan dibuat bangunan gendalian dan pemanfaatan ruang, sistem
maksudnya adalah kawasan zona merah yang zonasi wilayah, sistem perizinan membangun,
berartyi tidak diperkenankan membangun dan pemberian sanksi bagi yang melanggar.
dikawasan tersebut. Itu sebabnya pengambilan keputusan dalam
Kontekstualisasi Perda dalam Kebijakan Alih suatu kebijakan memegang peranan penting
Fungsi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian dalam pelaksanaan kebijakan. Maka perlu
Selain melihat dari hasil lapangan terkait progam yang di sesuai atau yang didukung
konten dan konteks alih fungsi lahan ber- oleh warga yang pelaksanya baik pemerintah
dasar sudut pandang institusionalis, perlu dan non pemerintah mempunyai kompeten
diketahui bahwasanya kebijakan pemerintah dan kapabilitas yang sesuai agar mampu
yang dibuat semestinya sesuai dengan kondi- menekan angka alih fungsi lahan tiap ta-
si dilapangan. Oleh karena itu, poin akan akan hunnya. Selain itu implementasi suatu ke-
membahas terkait kontekstualisasi perda bijakan juga perlu didukung oleh sumberdaya
terkait terhadap permasalahan alih fungsi yang ada. Jadi dalam hal ini penulis lebih se-
lahan pertanian dan non pertanian. Perlunya pendapat apabila dalam kontekstualisasi per-
pencegahan alih fungsi lahan yang semakin da atau aturan kebijakan alih fungsi lahan
meningkat salah satunya dengan adanya per- pertanian ke non pertanian pemerintah atau

53
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN…(Wahidatul Rizqi Firianti)

stakeholder terkait menggunakan pendeka- hamparan yang cukup luas. Dengan memper-
tan bottom up kepada warga sleman agar hatian bahwa kawasan pusat pertumbuhan
menunjang keberhasilan kebijakan itu sendiri. ekonomi merupakan sumber tekanan alih
Berdasarkan UU No 41 tahun 2009 terkait fungsi lahan beririgasi maka secara kon-
perlindungan lahan pertanian berkelanjutan sepsual tekanan alih fungsi dapat
kontekstualisasi perda diperlukan seperti dikelompokkan menjadi tiga ring. Pengen-
Melindungi kawasan dan lahan pertanian dalian alih fungsi dipertimbangkan dari ting-
pangan secara berkelanjutan, Menjamin kat urgensinya, yang dapat dibagi menjadi
tersedianya lahan pertanian pangan secara tiga level, level pertama atau ring I yaitu ur-
berkelanjutan, Mewujudkan kemandirian, gensi pengendalian alih fungsi lahan sawah
ketahanan, dan kedaulatan pangan, sangat tinggi. Prioritas sasaran pengendalian
Melindungi kepemilikan lahan pertanian pan- mencakup Pembatasan dan pengendalian
gan milik petani, Meningkatkan kemakmuran luasan, jenis, dan lokasi alih fungsi, Pengu-
serta kesejahteraan petani dan masyarakat, rangan dampak negatif dari alih fungsi, dan
Meningkatkan perlindungan dan pem- Memperkecil peluang alih fungsi pada se-
berdayaan petani, Meningkatkan penyediaan luruh lahan sawah di luar sasaran. Ring II yai-
lapangan kerja bagi kehidupan yang layak, tu urgensi pengendalian alih fungsi lahan
Mempertahankan keseimbangan ekologis sawah termasuk kategori tinggi. Prioritas
dan Mewujudkan revitalisasi pertanian . sasaran mencakup Memperkecil peluang ter-
Tanah merupakan salah satu kebutuhan jadinya alih fungsi lahan sawah, Mengurangi
utama manusia. Tantangan utama yang dampak alih fungsi lahan sawah, dan Pem-
dihadapi dunia saat ini adalah untuk memen- batasan dan pengendalian luasan, jenis, dan
uhi permintaan yang semakin meningkat lokasi alih fungsi. Sedangkan ring III urgensi
populasi manusia sedangkan kualitas tanah pengendalian alih fungsi lahan sawah terma-
saat ini banyak mengalami penurunan kuali- sukkategori sedang. Prioritas sasaran men-
tas hal tersebut disebabkan adanya degradasi cakup Memperkecil peluang terjadinya alih
lingkungan, serta penyalahgunaan sumber fungsi lahan sawah, dan Pembatasan dan
daya alam. Masalah degradasi lingkungan pengendalian luasan, jenis, dan lokasi alih
disebabkan oleh eksploitasi sumber daya fungsi.
alam yang banyak bermunculan. Dengan ek- Secara empiris lahan pertanianlah yang
spansi industri di tanah kualitas yang baik di paling rentan terhadap alih fungsi. Hal terse-
wilayah pedesaan, petani mengairi tanah but disebabkan oleh Kepadatan penduduk di
mereka dengan limbah. Berbagai pendekatan pedesaan yang mempunyai agroekosistem
hidrologi sedang dikembangkan dan dominan sawah pada umumnya jauh lebih
digunakan untuk mengontrol erosi tanah, tinggi dibandingkan agroekosistem lahan ker-
erosi tanah, dan degradasi tanah akibat ak- ing, sehingga tekanan penduduk atas lahan
tivitas manusia. juga lebih tinggi, Daerah pesawahan banyak
Pada dasarnya proses alih fungsi lahan yang lokasinya berdekatan dengan daerah
dibedakan menjadi dua, direncana (planned) perkotaan, Akibat pola pembangunan di ma-
dan tidak direncanakan (unplan). Proses alih sa sebelumnya, infrastruktur wilayah pe-
fungsi lahan memang direncanakan diara- sawahan pada umumnya lebih baik dari pada
hkan untuk pengembangan kawasan industri, wilayah lahan kering dan Pembangunan
kawasan pemukiman (real estate), jalan raya, prasarana dan sarana pemukiman, kawasan
komplek perkantoran. Oleh karena itu lahan industri, dan lain-lain.
sawah yang alih fungsinya direncakan Kegiatan alih fungsi lahan pertanian ten-
keberadaannya terkelompok pada suatu tang Rencana Tata Ruang Wilayah berisi

54
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 13, Nomor 1, Januari 2020

Pemanfaatan lahan pertanian telah diatur dukung juga ditemui dalam penelitian ini.
dalam penetapan pola ruang yang meliputi Yang menjadi pendukung antara lain adalah
kawasan perumahan dan kawasan pertanian. adanya pertama rapat koordinasi antar aktor
Aktor pelaksana kebijakan yang berkoordinasi pelaksana kebijakan, dalam hubungan antar
dalam kegiatan alih fungsi lahan pertanian organisasi yang berjalan dengan baik dalam
menjadi non pemerintah terdiri dari menetukan kelayakan alih fungsi lahan per-
pemerintah, developer dan masyarakat. tanian menjadi non pertanian. Kedua adalah
Penggunaan lahan pertanian menjadi non peningkatan jumlah penduduk dan kemu-
pemerintahan di kabupaten Sleman menye- dahan aksesibilitas wilayah sehingga menjadi
bar secara merata. Pengendalian alih fungsi daya tarik untuk mengembangkan kawasan
lahan pertanian menjadi non pertanian ber- perumahan, pusat perbelanjaan dan bidang
dasarkan Perda RTRW Kabupaten slemanno jasa pertokoan yang memerlukan lahan pada
12 tahun 2012 dilakukan melalui Penetapan poin ini termasuk dalam faktor sumberdaya
Peraturan Zonasi, Perizinan, dan Pemberian nonmanusia yaitu bahwa lingkungan fisik dan
insentif dan disintensif, Pengenaan sanksi. sosial memiliki keuntungan bagi pengem-
Faktor penghambat dalam implemetasi bangan kawasan perumaha yang merupakan
kebijakan alih fungsi lahan pertanian menjadi lokasi yang strategis dengan memiliki akses
non pertanian adalah keterbatasan cukup baik dilihat dari segi transportasi,
pemerintah pada lahan yang melalui proses perdagangan, jasan maupun industri
perijinan dan keterbatasan aparatur Dengan demikian Kontekstualisasi Perda
pengawas lapangan sedangkan Faktor pen- dalam kebijakan Alih Fungsi Lahan Pertanian
dukung dalam dalam implemetasi kebijakan ke Non pertanian ini dapat penulis simpulkan
alih fungsi lahan pertanian menjadi non per- bahwa Perda No 12 tahun 2012, UU No 26
tanian adalah bahwa setiap aktor pelaksana tahun 2007, dan UU No 41 tahun 2009
kebijakan menentukan kelayakan alih fungsi mempunyai sinkronisasi dan korelasi satu
melalui sebuah rapat bersama. Faktor lain sama lain untuk memberikan kebijakan dalam
yang juga men-jadi pendukung adalah sum- menyelesaikan persoalan alih fungsi lahan hal
berdaya non-manusia yang dimiliki oleh Ka- ini bisa dilihat dari implementasi kebijakan
bupaten Sidoarjo yaitu terkait dengan jumlah publik yang penulis menggunakan perpektif
pen-duduk dan tingkat kemudahan aksesibili- institusional dan konsep grindle dalam
tas. Dalam proses implementasi suatu ke- pelaksanaan kebijakan tersebut.
bijakan tentunya akan ditemui beberapa
faktor yang menjadi penghambat. Faktor KESIMPULAN
penghambat yang ditemukan selama proses
peneliian adalah bahwa pemerintah daerah Pengaruh kekuasaan dan strategi dalam
memiliki dapat melakukan pengendalian dan memutuskan suatu program, semakin mem-
penataan pada lahan yang melalui proses buat kebijakan alih fungsi lahan sebagaimana
perijinan. Disisi lain, dalam rangka aturan di RTRW menjadi semakin rumit. Ka-
pengawasan di lapangan pemerintah terken- rena kakuatan politik sangat berpengaruh di
dala oleh jumlah personil yang terbatas se- dalamnya. Secara umum, penulis dapat
hingga kinerja dari pengawasan menjadi ku- melihat bagaimana konsep implementasi ke-
rang maksimal maka faktor penghambat ter- bijakan ini berpengaruh terhadap implemen-
sebut berada dalam disposisi implemetor tasi kebijakan alih fungsi lahan di Kabupaten
yang cenderung berpatokan pada proses Sleman, ketidak berpihakan pemerintah Ka-
perijinan dan kendala sumberdaya manusia. bupaten Sleman terhadap regulasi yang tidak
Di samping faktor penghambat, faktor pen- sesuai dengan kondisi riil sebuah Kabupaten

55
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN…(Wahidatul Rizqi Firianti)

Sleman, dan faktor pertumbuhan penduduk Kusumanegara, Solahuddin. 2009. Model dan
di Sleman yang tinggi menjadi hal yang perlu Aktor Dalam Proses Kebijakan Publik. Yog-
di prioritaskan dalam kasus ini. Hal ini dapat yakarta: Gava Media.
dengan jelas kita lihat di perda No 12 tahun Leo Agustino. 2017. Dasar-dasar Kebijakan
2012 istilah petani, dan tanah yang tidak Publik Bandung: Alfabeta.
boleh di alih fungsikan masih belum sesuai Lestari, T. 2009. Dampak Konversi Lahan Per-
dengan tujuan umum dari dibuatnya Perda. tanian Bagi Taraf Hidup Petani. Skripsi,
Akan tetapi, hal yang dimaksud dalam Nasoetion, L. dan J. Winoto. 1996. Masalah
tujuan tersebut belumlah terlihat sebagimana Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampak-
seharusnya. Karena masih adanya kawasan nya terhadap Keberlangsungan
yang tidak ramah lingkungan justru dengan Swasembada Pangan.Dalam Prosiding Lo-
adanya Perda tersebut. Kemudian dari segi kakarya “Persaingan Dalam Pemanfaatan
kesejahteraan masyarakat, belum banyak Sumberdaya Lahan dan Air”: Dampaknya
yang dapat merasakan dampaknya banyak terhadap Keberlanjutan Swasembada Be-
masyarakat yang menjual tanahnya, justru ras: 64 - 82. Hasil Kerja sama Pusat
karena regulasi tersebut. untuk aspek Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian
berdaya saing dalam hal ini, penulis lebih dengan Ford Foundation. Bogor
melihat kepada daya saing investor dalam hal Nugroho, Iwan dan Rochin Bahuri (2004)
berlomba untuk menanam modalnya di ka- Pembangunan Wilayah: Persepsi Ekonomi,
bupaten Sleman. Bukan daya saing para Sosial dan Lingkungan.Jakarta, LP3ES.
petani dalam hal kemampuannya Ramdhani, Harahap Fitri, 2013. Dampak Ur-
memproduksi hasil pertanian yang lebih banisasi Bagi Perkembangan Kota di Indo-
berkualitas dan berdaya jual tinggi. Dampak- nesia, Jurnal Society, Vol. I, No.1, Juni.
nya adalah pada sektor sosial, lingkungan, Republik Indonesia., 2007, Undang Undang
dan ekonomi. Oleh karena itu, perlu Sosial- No.26 Tahun 2007, tentang Penataan Ru-
isasi antara pihak yang bersangkutan dalam ang.
alih fungsi lahan dengan adanya sinergisitas Santoso, Purwo. 2010. Modul Pembelajaran
antara pihak yang berwenang pemerintah Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pol-
dan pemilik lahan. gov.
Suharso, Yohanes, 2014. Proses dan Dampak
DAFTAR PUSTAKA Urbanisasi, Majalah Ilmiah Pawiyatan 114,
Vol: Xxi, No: 2, Oktober, Fakultas Pendidi-
David, Gerry. 2012. Teori- dan metode Dalam kan Ilmu Pengetahuan Sosial, IKIP Veteran
Ilmu Politik. Bandung: Ujung Berung. Semarang.
Feng, J., Zhou, Y., & Wu, F. (2008). New Suwarno, P.S. 1996. Alih Fungsi Tanah Per-
Trends of Suburbanization in Beijing since tanian dan Langkah-Langkah Penanggulan-
1990: From Government-led to Market- gannya.Dalam Prosiding Lokakarya “Per-
oriented. Regional Studies, Vol. 42.1. saingan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya
Gilbert, A. dan Gugler, J. (1996). Urbanisasi Lahan dan Air”: Dampaknya terhadap
dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Tiara Yog- Keberlanjutan Swasembada Beras: 121 -
yakarta: Wacana Yogya. 134. Hasil Kerja sama Pusat Penelitian So-
Grindle, Merilee S. 1980. Politics and policy sial Ekonomi Pertanian dengan Ford Foun-
Implementation in the third World. Prin- dation. Bogor.
centon, New Jersey: Princenton Univeristy Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 tentang
Press. ITB, Bandung. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan

56
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 13, Nomor 1, Januari 2020

Wicaksono Fitra, 2015. Alih Fungsi Lahan Per-


tanian dan Implikasi Terhadap Ketahanan
Wilayah. Universitas Gadjah Mada, Yogya-
karta

57

You might also like