You are on page 1of 7

ISSN 1411-3570

Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol XI, No. 1, April 2020


eISSN 2579-9525

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENGGUNAAN


STRATEGI ACTIVE SHARING KNOWLEDGE UPAYA MEMPERSIAPKAN
GENERASI ABAD 21
(Improving Critical Thingking Ability through the Use of Achtive Sharing Knowledge
Strategy to Prepare 21st Century Generation)

Sepita Ferazona*)
E-mail : sepitafera@gmail.com

*) Dosen Pendidikan Biologi FKIP UIR

Abstract.
This study aims to look at the Critical Thinking Ability through the Use of Active Sharing
Knowledge Strategies in efforts to prepare the 21st century generation of Material
Excretion Systems. This research was conducted in April-July 2018/2019 Academic Year,
in the Riau Islamic University, Faculty of Teacher Training and Education in Biology
Study Program. The sample of this study consisted of one class, the determination of the
sample by using purposive sampling technique. This type of research is a survey research
with a qualitative approach. The method used in this research is experiment, which aims
to find out a symptom or influence that arises, as a result of the existence of certain
treatments. The data obtained were analyzed using quantitative data analysis techniques.
The data obtained is the ability of students' critical thinking. The assessment of critical
thinking abilities is carried out in accordance with the six indicators of critical thinking,
namely: 1) Focus (focus), 2) Arguments (Reason), 3) Conclusions (inferences), 4)
Situations, 5) Clarity (Clarity), 6) Advanced Overview (Overview). The results showed
that of the 17 critical thinking questions tested obtained different presentations. 45% of
the students' answers in the categories are very good and 55% are in the good
categories. This proves that students' thinking on excretion system material.

Kata Kunci: Active Sharing Knowledge Strategy, critical thingking, Respiration system

PENDAHULUAN dan kecakapan berpikir; 2) Kecakapan


Suyono dan Harianto dalam sosial; 3) Kecakapan akademik; dan 4)
Afrianto (2015: 1), mengungkapkan bahwa Kecakapan vokasional.
salah satu tujuan pendidikan adalah untuk Pembelajaran aktif adalah belajar
membentuk manusia yang memiliki yang memperbanyak aktivitas dalam
kecakapan hidup. Kecakapan hidup adalah mengakses berbagai informasi dari
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berbagai sumber, untuk dibahas dalam
berani menghadapi problematika proses pembelajaran dalam kelas, sehingga
kehidupan dengan wajar tanpa merasa memperoleh berbagai pengalaman yang
tertekan kemudian secara proaktif dan tidak saja menambah pengetahuan, tapi
kreatif mencari serta menemukan solusi juga kemampuan analisis dan sintesis
untuk mengatasinya. Secara umum, (Rosyada dalam Nurhayati, 2008).
kecakapan hidup diklasifikasikan menjadi Pembelajaran abad 21 secara
empat jenis, yaitu: 1) Kecakapan personal sederhana diartikan sebagai pembelajaran
yang mencakup kecapakan mengenal diri yang memberikan kecakapan abad 21
ISSN 1411-3570
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol XI, No. 1, April 2020
eISSN 2579-9525

kepada peserta didik, yaitu 4C yang beberapa aspek sumber daya manusia antar
meliputi: (1) Communication (2) negara, Indonesia berada pada peringkat
Collaboration, (3) Critical Thinking and Ke 110 dari 188 Negara, dibawah
problem solving, dan (4) Creative and Singapura yang menempati peringkat Ke-
Innovative. Berdasarkan Taksonomi 11, Brunei Darrussalam di peringkat Ke-
Bloom yang telah direvisi oleh Krathwoll 31, Thailand di peringkat Ke-93 dan diatas
dan Anderson, kemampuan yang perlu sedikit dari Filippina yang menempati
dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Peringkat Ke-115(Wardah, 2015).
Order Thinking Skills) yaitu C1 Dengan melihat permasalahan
(mengetahui) dan C-2 (memahami), diatas, pembenahan yang dapat dilakukan
MOTS (Middle Order Thinking Skills) dengan menggunakan berbagai macam
yaitu C3 (mengaplikasikan) dan C-4 cara, yaitu mengajarkan dan
(mengalisis), tetapi juga harus ada mengembangkan kemampuan berpikir
peningkatan sampai HOTS (Higher Order kritis sebab kemampuan berpikir kritis
Thinking Skills), yaitu C-5 dipandang sebagai sesuatu yang sangat
(mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi). penting untuk dikembangkan agar
Kehidupan di abad ke-21 menuntut mahasiswa mampu dan terbiasa
berbagai keterampilan yang harus dikuasai menghadapi permasalahan di sekitarnya.
seseorang, sehingga diharapkan Menurut Cabera dalam (Husnidar dkk,
pendidikan dapat mempersiapkan siswa 2014: 72) penguasaan kemampuan berpikir
untuk menguasai berbagai keterampilan kritis tidak cukup disajikan sebagai tujuan
tersebut agar menjadi pribadi yang sukses pendidikan semata, tetapi juga sebagai
dalam hidup. Keterampilan-keterampilan proses fundamental yang memungkinkan
penting di abad ke-21 masih relevan mahasiswa untuk mengatasi berbagai
dengan empat pilar kehidupan yang permasalahan masa mendatang di
mencakup learning to know, learning to lingkungannya. Untuk itu dalam proses
do, learning to be dan learning to live belajar mengajar tidak boleh mengabaikan
together. Empat prinsip tersebut masing- penguasaan kemampuan berpikir siswa
masing mengandung keterampilan khusus (Husnidar dkk, 2014: 72)., Peran guru
yang perlu diberdayakan dalam kegiatan dalam melaksanakan pembelajaran abad
belajar, seperti keterampilan berpikir kritis, ke-21 sangat penting dalam mewujudkan
pemecahan masalah, metakognisi, masa depan anak bangsa yang lebih baik.
keterampilan berkomunikasi, Penelitian yang sudah dilakukan
berkolaborasi, inovasi dan kreasi, literasi pada materi yang sama dengan Analisis
informasi, dan berbagai keterampilan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
lainnya (Zubaidah, 2016). (Higher Order Thinking Skills) Mahasiswa
Saat ini kualitas sumber daya Pada Mata Kuliah Anatomi Fisiologi
manusia di Indonesia masih berada Manusia Lanjut Materi Sistem Ekskresi.
dibawah sumber daya Negara lainnya. dengan capaian hasil dengan enam
Bahkan, meski mengalami kemajuan indikator berpikir kritis yaitu: 1) Fokus
Indonesia tetap berada pada peringkat (fokus), 2) Argumen (Reason), 3)
rendah diwilayah Asia Tenggara. Kesimpulan (inference), 4)
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Situasi (Situation), 5) Kejelasan (Clarity),
UNDP (United Nations Development 6) Tinjauan Lanjut (Overview). Hasil
Programme) tahun 2015, HDI (Human Penelitian menunjukkan dari 12 soal
Development Index) yang mengukur berpikir kritis yang diuji memperoleh
65
ISSN 1411-3570
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol XI, No. 1, April 2020
eISSN 2579-9525

presentasi yang berbeda. Rata-rata


tertinggi dengan perolehan skor 5 pada
soal nomor 1 dengan presentasi 61,67%
dan perolehan skor.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan
April - Juli Tahun Ajaran 2018/2019 di
universitas Islam Riau, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Kependidikan Prodi Biologi.
Sampel penelitian ini terdiri dari 41
mahasiswa Jenis penelitian ini adalah
penelitian survei dengan pendekatan
deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis data kuantitatif. Data yang
diperoleh ialah kemampuan berpikir kritis
siswa.
Penilaian kemampuan berpikir
kritis dilakukan sesuai dengan enam
indikator berpikir kritis yaitu: 1) Fokus
(fokus), 2) Argumen (Reason), 3)
Kesimpulan (inference), 4)
Situasi (Situation), 5) Kejelasan (Clarity),
6) Tinjauan Lanjut (Overview).
Pemberian skor berpikir kritis
dalam soal-soal disesuaikan dengan
penskoran menurut Stiggins, (1994: 153).
Tabel penskoran kemapuan berpikir kritis
dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:

66
ISSN 1411-3570
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol XI, No. 1, April 2020
eISSN 2579-9525

Tabel 1. Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis


Kategori Skor Indikator penilaian
Skor tinggi 5 Jawaban yang diberikan jelas, fokus dan akurat. Butir-
butir yang relevan dikemukakan (berhubungan dengan
pertanyaan pada soal) untuk mendukung jawaban yang
diberikan. Hubunan antara jawaban dengan soal
tergambar secara jelas
Skor sedang 3 Jawaban yang diberikan jelas dan cukup fokus, namun
kurang lengkap. Contoh-contoh yang diberikan terbatas.
Keterkaitan antara jawaban dengan soal kurang jelas.

Skor rendah 1 Jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan apa yang
dimaksudkan dalam soal, berisi informasi yang tidak
akurat atau menunjukkan kurangnya penguasaan terhadap
materi. Butir-butir yang diberikan tidak jelas, tidak
memberikan contoh yang mendukung
0 Tidak ada jawaban
Sumber: Stiggins, (1994:153)

Tabel 4. Interpretasi Kategori Kemampuan Berpikir Kritis


Interpretasi Katagori
81,26-100 Sangat Tinggi
71,51- 81,25 Tinggi
62,51-71,50 Sedang
43,77-62,50 Rendah
0-43,75 Sangat Rendah
(Setyowati,2011)

67
ISSN 1411-3570
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol XI, No. 1, April 2020
eISSN 2579-9525

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel diatas menjelaskan hasil


Data kemampuan berpikir kritis kemampuan berpikir kritis melalui
mahasiswa diperoleh dari tes uraian, penggunaan strategi active sharing
yang dijabarkan pada Tabel 1 di bawah knowledge, jumlah mahasiswa yang
ini. memperoleh katagori sangat baik 18
mahasiswa sedangkan yang
No Katagori Jumlah memperoleh katagori baik 22
(Kemampuan Mahasiswa mahasiswa. Tidak ada perolehan untuk
Berpikir Kritis) katagori sedang, rendah dan sangat
1 Sangat Tinggi 18 rendah. Persentase hasil kemampuan
2 Tinggi 22 berpikir kritis melalui penggunaan
3 Sedang - strategi active sharing knowledge
4 Rendah - setiap katagori dapat dilihat Gambar 1.
5 Sangat Rendah

100
90
80
70
60 55

50 45
Strategi Active
40
30
20
10
0 0 0
0
Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat
Tinggi Rendah

Gambar 1: persentase hasil jumlah mahasiswa dalam menjawab penggunaan strategi


active sharing knowledge
memperoleh katagori tinggi. Tidak ada
Gambar 1 diatas menjelaskan perolehan untuk katagori sedang,
persentase hasil jumlah mahasiswa rendah dan sangat rendah.
dalam menjawab penggunaan strategi
active sharing knowledge setiap PEMBAHASAN
katagori. Dari 100% jumlah siswa, Soal berpikir kritis yang sudah
45% mahasiswa memperoleh katagori dikerjakan mahasiswa dengan
sangat tinggi dan 55% mahasiswa penggunaan strategi active sharing

68
ISSN 1411-3570
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol XI, No. 1, April 2020
eISSN 2579-9525

knowledge menunjukkan katagori meningkatkan kemampuan berpikir


yang di peroleh yaitu sangat tinggi dan ktitisnya.
tinggi. Dengan jumlah 12 soal Pilihan Hasil penelitian Alghafri &
Ganda dan 5 Soal Essay. Menunjukkan Ismail (2014), menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis mahasiswa ada perbedaan signifikan antara kelas
sudah baik. Sesuai pendapat Ennis yang dibelajarkan dengan
(2001) ketika seseorang memiliki mengembangkan kemampuan berpikir
kemampuan berpikir kritis maka kritis dengan yang tidak. perbedaan ini
secara otomatis seseorang tersebut tampak dalam aspek kelancaran
dapat bertahan dalam menyelesaikan berkomunikasi dan melakukan
permasalahan. eksperimen. hal ini disebabkan
Pendapat Ennis (2001) setiap lingkungan belajar siswa akan
seseorang memiliki kemampuan mempengaruhi gaya berpikirnya. siswa
berpikir kritis, maka ketika iru yang dibelajarkan dengan
seseorang dapat menyelesaikan mengembangkan kemampuan berpikir
masalah dan dapat bertahan dalam kritis akan akan merasa bebas untuk
permasalahan. tingkat berpikir rendah mengembangkan lebih banyak ide,
adalah keterampilan menghafal (recall karena guru memberikan kesempatan
thinking) yang terdiri atas menghasilkan ide-ide baru selama
keterampilan yang hampir otomatis proses pembelajaran. kemampuan
atau refleksif. jadi siswa dengan berpikir kritis berhubungan positif
tingkat berpikir paling rendah hanya dengan hasil belajar kognitif.
sebatas pada kemampuan menghafal pernyataan ini didukung oleh Cano
tanpa bisa memahami konsep dengan dan Maryinez (1991), yaitu biasanya
baik. selanjutnya adalah hanya sebatas siswa kemampuan berpikir kritisnya
memahami soal. rendah akan diikuti oleh hasil belajar
Anggareni dkk (2013) kognitif yang rendah pula.
menyatakan untuk mengembangkan
banyak hal yang bisa dilakukan untuk
melatih berpikir kritis mahasiswa KESIMPULAN
sering mempetanyakan fenomena- Hasil Penelitian menunjukkan
fenomena mengeni materi yang dari 17 soal berpikir kritis yang diuji
dipelajari. Pengajar harus mampu memperoleh presentasi yang berbeda.
menciptakan pembelajaran yang dapat 45% jawaban mahasiswa pada katagori
mengikutsertakaan mahasiswa secara sangat baik dan 55% berada pada
aktif dalam kegiatan pembelajaraan. katagori baik. Ini membuktikan
hal ini penting agar terciptaa interaksi berpikir mahasiswa pada materi sistem
yang intensif antara siswa, guru dan ekskresi sudah baik.
materi pembelajaran serta memberikan
peluang untuk melibatkan
kemaampuan berpikir siswa, dengan
demikian diharaapkan dapat

69
ISSN 1411-3570
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol XI, No. 1, April 2020
eISSN 2579-9525

DAFTAR PUSTAKA Hamdani, M.A. (2011). Strategi


Belajar Mengajar. Bandung: CV
Afrianto, F. (2016). Penerapan Model Pustaka Setia.
Pembelajaran Problem Based Inch, E. S. et al (2006). Critical
Learning pada Materi Hukum Thingking and Communication The
Newton untuk Meningkatkan Use of Reason in Argument. Edisi
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 5. Wasington.
Kelas X SMA Negeri PLUS
Provinsi Riau. Skripsi. Universitas King, et al. (2000). Higher Order
Riau. Pekanbaru. Thinking Skills. Assessment
Evaluation Educational Services
Stiggins, R. J, (1994). Student- Program. [Online]. Tersedia:
Centered Classroom Assessment. http://www.cala.fsu.edu. [20 Februari
New York: Merrill, an 2017].
imprint of Macmillan College Sanjaya, W. (2013). Penelitian
Publhing Company Pendidikan: Jenis, Metode, dan
Amri, S., & Ahmadi I, K. (2010). Prosedur. Jakarta: Kencana.
Proses Pembelajaran Inovatif dan Sari, N.K. (2014). Sikap Ilmiah dan
Kreatif di dalam Kelas. Jakarta: PT Metode Imiah. Online. Tersedia di:
Prestasi Pustakaraya. http://nurii-
thaa.blogspot.co.id/2014/03/sikap-
Ayuningrum, D., & Susilowati. (2015). ilmiah-dan-metode-ilmiah.html,
Pengaruh Model Problem Based (Diakses 13 Juli 2016)
Learning Terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Sma Pada Materi Sudjana, N. (2005). Metoda Statistika.
Protista. Jurnal Pendidikan IPA Unnes. Bandung: Tarsito.
(Nomor 2 Tahun 2015). Hlm. 1-2. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Fakhriyah, F. (2014). Penerapan Problem Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif,
Based Learning Dalam Upaya dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Mengembangkan Kemampuan
Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Suryabrata, S. (2010). Psikologi
Pendidikan IPA Unnes. (Nomor 1 Pendidikan. Jakarta: PT
Tahun 2014). Hlm. 1-2. Rajagrafindo Persada.
Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis: Suryobroto, B. (2009). Proses Belajar
Sebuah Pengantar. (Alih Bahasa: Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT
Benyamin Hadinata). Jakarta: Rineka Cipta.
Erlangga. Trianto. (2010). Model-model
Hanafiah, N. & Cucu, S. (2010). Pembelajaran Terpadu. Jakarta:
Konsep Strategi Pembelajaran. Bumi Aksara.
Bandung: Refika Aditama.

70

You might also like