Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Abstract: Critical thinking is one of the abilities needed to face the
Vol. 8, Nomor 1, Juni 2023 challenges of the 21st century. This study aims to determine the critical
thinking skills of fourth grade elementary school students. The method
ISSN-p: 2460-8300
used in this research is descriptive with a quantitative approach. The
ISSN-e: 2528-4339
research sample consisted of 61 students from elementary schools in
Cluster II Subdistrict Playen, Gunung Kidul Regency, Special Region of
Naskah diterima: 16-02-2023 Yogyakarta. Data collection was carried out through observation and tests
Naskah disetujui: 29-05-2023 with three indicators, namely, interpreting, analyzing and evaluating. Data
Terbit: 30 Juni 2023 were analyzed descriptively which included the three indicators in very
good, good, sufficient, poor, and very poor categories. The results showed
that the average score of students’ critical thinking was in the sufficient
category. Furthermore, the interpreting indicators are dominated by the
sufficient category, the analyzing indicators are dominated by the good
category, and the evaluating indicators are dominated by the sufficient
category. Thus, the critical thinking skills of fourth grade elementary school
students in Cluster II of Subdistrict Playen are in the sufficient category.
Nevertheless, there are differences in the ability of each indicator.
Berpikir kritis juga mendukung keterampilan dihasilkan dapat dijadikan dasar dalam
dalam pengaturan belajar dan memberdayakan pengambilan keputusan atau pemecahan
individu untuk berkontribusi secara kreatif pada masalah.
pekerjaan yang dipilih (Aizikovitsh-Udi & Cheng, Kemampuan berpikir kritis dapat diamati
2015). dalam beberapa aspek atau tindakan. Berpikir
Berpikir kritis penting dalam semua aspek kritis bercirikan analisis yang dilakukan dengan
studi bagi siswa (Piawa, 2010). Berpikir kritis hati-hati, mengandung argumentasi, penggu-
merupakan cara untuk menggali lebih banyak naan kriteria yang objektif, dan evaluasi data
pengetahuan (Anggito et al., 2021). Berpikir (Panjaitan, 2011). Facione (2020) menyatakan
kritis merupakan salah satu kompetensi esensial beberapa aspek pada kemampuan berpikir kritis,
yang harus dikembangkan melalui pembelajaran. yaitu (1) menginterpretasi; (2) menganalisis;
Keterampilan berpikir kritis tersebut digunakan (3) mengevaluasi; (4) menyimpulkan; (5)
untuk mengevaluasi ide-ide diri sendiri maupun menjelaskan; dan (6) melakukan regulasi diri.
orang lain tanpa prasangka terlebih dahulu Sementara itu, Ennis (2011) menguraikan
(Asy’ari et al., 2016). Selain itu, berpikir kritis kemampuan berpikir kritis yang ideal meliputi
memiliki peranan penting dalam memahami (1) klarifikasi dasar; (2) dasar pengambilan
konsep, menerapkan, mensintesis dan meng- keputusan; (3) inferensi; (4) klarifikasi lanjutan;
evaluasi informasi yang didapat atau informasi (5) pengandaian dan integrasi. Prameswari et
yang dihasilkan (Zubaidah, 2010). al. (2018) menjelaskan bahwa berpikir kritis
Menurut Akpur (2020), berpikir kritis merupakan berpikir logis melalui proses ilmiah
merupakan keterampilan mental dan intelektual yang mencakup kegiatan menganalisis,
yang mengarah pada kemampuan penalaran, mensintesis, mengenal permasalahan dan
inferensi, korelasi, dan analisis. Florea & Hurjui pemecah annya, menyi mpul kan, serta
(2015) menjelaskan bahwa berpikir kritis mengevaluasi.
merupakan pendekatan dan cara pemecahan Indikator yang digunakan dalam penelitian
masalah berdasarkan argumentasi yang ini yaitu menginterpretasi, menganalisis, dan
persuasif, logis dan rasional dengan melibatkan mengevaluasi. Interpretasi yaitu kemampuan
verifikasi, evaluasi, dan pemilihan jawaban yang untuk memahami dan mengungkapkan makna
tepat. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dari berbagai pengalaman, situasi, data,
diungkapkan oleh Abrami et al. (2015) bahwa peristiwa, penilaian, keyakinan, prosedur, aturan,
berpikir kritis merupakan penilaian yang atau kriteria. Analisis yaitu kemampuan untuk
menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan mengidentifikasi hubungan antara pernyataan,
inferensi yang disertai penjelasan. Dengan pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk
demikian, dalam berpikir kritis dibutuhkan representasi lain yang dimaksudkan untuk
pertimbangan secara teliti dan masuk akal untuk mengekspresika n al asa n, p enga l ama n,
mengambil keputusan atau tindakan (Idris, pendap at, peni lai a n, a tau keya kinan.
2020). Mengevaluasi yaitu menilai suatu pernyataan
Kemampuan berpikir kritis sangat penting yang merupakan penjelasan dari persepsi,
untuk kecakapan hidup. Berpikir kritis sangat pengalaman, situasi, penilaian, keyakinan, atau
dibutuhkan siswa dalam proses pemecahan pendapat; dan untuk menilai kekuatan logis dari
masalah. Pengertian berpikir kritis dalam hubungan inferensial yang sebenarnya, di
penelitian ini adalah kemampuan untuk meng- antara pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau
interpretasi, menganalisis, dan mengevaluasi bentuk representasi lainnya (Facione, 2020).
sehingga informasi yang diperoleh atau
Dalam penelitian ini, menginterpretasi yaitu (18,03%). Ke-61 siswa tersebut seluruhnya
kemampuan untuk memahami atau menjelaskan dijadikan responden penelitian, karena jika
suatu pernyataan atau peristiwa. Menganalisis populasi kurang dari 100 orang, maka jumlah
yaitu mengumpulkan dan menganalisis hubungan sampel diambil keseluruhan (Arikunto, 2019).
antarpernyataan, konsep, atau informasi. Teknik pengumpulan data yaitu observasi
Mengevaluasi yaitu menilai kebenaran dari suatu dan tes. Tes dikembangkan berdasarkan tiga
pernyataan berdasarkan hubungan antar- indikator, yaitu menginterpretasi, menganalisis,
pernyataan atau konsep. dan mengevaluasi. Instrumen tes yang di-
Pencapaian kemampuan berpikir kritis perlu gunakan mengadaptasi dari pertanyaan untuk
diukur untuk menentukan langkah berikutnya mengaktifkan berpikir krititis yang dikembangkan
sehingga dapat ditingkatkan melalui proses oleh Facione (2020). Tes dalam bentuk soal
pembelajaran (Isro et al., 2021). Dalam penelitian uraian yang mengacu pada materi “Upaya
ini dilakukan analisis kemampuan berpikir kritis Menjaga Ketersediaan Air Bersih”.
siswa berdasarkan kategorinya. Hal ini dilakukan Soal tes yang digunakan telah diuji secara
untuk mengetahui kondisi kemampuan berpikir empiris untuk diketahui validitas dan reliabi-
kritis pada masing-masing indikator sehingga litasnya. Soal dinyatakan valid dengan koefisien
dapat dijadikan sebagai evaluasi proses reliabilitas sebesar 0,87 atau pada interpretasi
pembelajaran yang telah dilakukan dan sebagai nilai good. Soal tes yang telah valid, reliabel,
bahan pertimbangan untuk pengelolaan dan mewakili masing-masing indikator diberikan
pembelajaran selanjutnya. kepada siswa setelah mengikuti proses pem-
belajaran di kelas. Analisis dilakukan dengan
METODE mengoreksi jawaban siswa yang berpedoman
Penelitian menggunakan desain deskriptif dengan pada rubrik penilaian dengan rentang skor 0-4.
pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan Data yang terkumpul kemudian dianalisis
dengan mendeskripsikan suatu pencapaian secara deskriptif untuk mengungkap kemampuan
tanpa melakukan manipulasi perlakuan dan berpikir kritis siswa. Analisis data dilakukan
bertujuan untuk mengambil informasi langsung secara umum yang mencakup seluruh indikator
yang ada di lapangan yaitu kemampuan berpikir dan dianalisis secara detail pada masing-masing
kritis (Azizah et al., 2018). Penelitian dilakukan indikator. Pengkategorian data berpedoman pada
pada bulan Agustus sampai Oktober tahun 2022. kemampuan berpikir kritis (Critical Thinking Skills,
Populasi penelitian yaitu siswa kelas IV SD CTS) yang diungkapkan oleh Rahmawati et al.
se-gugus II Kapanewon Playen Kabupaten (2019) yaitu kategori sangat baik, baik, cukup,
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang kurang, dan sangat kurang.
terdiri dari SDN Playen III, SDN Playen V, SDN
Playen VI, SDN Ngunut, dan SD Kanisius Bandung Tabel 1 Kategori Skor Kemampuan Berpikir
I. Pada penelitian ini, responden sejumlah 61 Kritis Siswa (CTS)
siswa dengan karakteristik responden yang Skor Kategori
didominasi perempuan sebanyak 35 siswa 80 - 100 Sangat baik
(57,38%), sedangkan laki-laki sebanyak 26
61 - 80 Baik
siswa (42,62%). Responden dengan usia 10
41 - 60 Cukup
tahun sebanyak 41 siswa (67,21) dan usia 11
21 - 40 Kurang
tahun sebanyak 20 siswa (32,79%). Responden
dari sekolah negeri sebanyak 50 siswa (81,97%) 0 - 20 Sangat kurang
HASIL DAN PEMBAHASAN (Me) sebesar 54,00; dan mode (Mo) sebesar
Responden penelitian berasal dari sekolah negeri 54,00.
dan sekolah swasta dengan perbandingan jumlah Data sebelumnya menunjukkan bahwa rata-
siswa 50:11. Meskipun demikian, masing-masing rata kemampuan berpikir siswa berada pada
sekolah dalam wilayah yang berdekatan dengan rentang 41-60 atau kategori cukup. Jumlah
menerapkan kurikulum yang sama dan memiliki siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata
kesetaraan sarana dan prasarana pembelajaran. skor ada 26 siswa. Jumlah siswa yang mem-
Berdasarkan jenis kelamin, responden terbanyak peroleh nilai di bawah rata-rata skor ada 35
pada penelitian ini adalah perempuan. Hasil siswa. Data ini menunjukkan bahwa jumlah siswa
penelitian Adawiyah et al. (2021) menyebutkan yang memperoleh nilai di bawah rata-rata skor
bahwa gender tidak memengaruhi kemampuan lebih banyak dengan selisih 14,75%.
berpikir kritis. Hal ini didukung penelitian Indriyani Setelah diketahui bahwa jumlah siswa yang
et al. (2022) bahwa tidak terdapat perbedaan memperoleh nilai di bawah rata-rata skor lebih
signifikan antara kemampuan berpikir kritis laki- banyak, berikutnya akan disajikan skor berpikir
laki dan perempuan. kritis siswa berdasarkan kategorinya. Penyajian
Jumlah responden terbanyak berdasarkan hasil analisis kategorisasi skor kemampuan
usia yaitu 10 tahun. Secara keseluruhan, usia berpikir kritis berdasarkan skor akhir secara
responden pada rentang 10–11 tahun termasuk keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.
ke dalam tahap operasional konkret. Pada tahap
ini, siswa dapat melakukan operasi yang Tabel 3. Skor Berpikir Kritis Siswa
melibatkan objek dan mereka dapat bernalar
Jumlah
secara logis selama penalaran dapat diterapkan Skor Kategori
Siswa
untuk contoh konkret (Santrock, 2016). Siswa 80 - 100 Sangat baik (SB) 3
juga sudah cukup matang untuk menggunakan 61 - 80 Baik (B) 20
pemikiran logika atau operasi meskipun hanya 41 - 60 Cukup (C) 31
untuk objek fisik yang ada saat ini (Schunk, 21 - 40 Kurang (K) 7
2012). 0 - 20 Sangat kurang (SK) 0
Penelitian dilakukan pada materi upaya Jumlah Keseluruhan Siswa 61
menjaga ketersediaan air bersih. Sebelum
responden diberikan tes, sudah dipastikan Berdasarkan dat a pada Tabel 3 t erlihat
bahwa responden telah mempelajari materi yang bahwa tidak ada siswa yang kemampuan berpikir
akan diujikan. Hal ini dikarenakan penelitian ini kritisnya berada pada kategori sangat kurang.
bertujuan untuk menganalisis kemampuan Sej umlah 7 dari 61 siswa atau sebesar 11,48%
berpikir kritis siswa pada materi berdasarkan dari siswa memiliki kemampuan berpikir kritis
kategorinya. pada kategori kurang. Persentase terbesar pada
Sebelum dilakukan kategorisasi kemampuan kategori cukup yaitu sebesar 50,82% . Sele-
berpikir kritis berdasarkan indikatornya, akan bihnya pada pada kategori baik sebesar 32,79%
disajikan kemampuan berpikir kritis siswa dan kategori sangat baik sebesar 4,92% .
berdasarkan skor akhir secara keseluruhan. Skor Banyak penelitian yang dilakukan untuk
yang diperoleh siswa bervariasi. Skor tertinggi menganalisis kemampuan berpikir kritis. Yunita
yang diperol eh siswa mencapai 88,00, et al. (2018) dalam penelitiannya menyimpulkan
sedangkan skor terendahnya adalah 33,33. bahwa sebagian besar siswa memiliki kemam-
Berdasarkan hasil tes, diperoleh data statistik puan berpikir kritis kategori cukup. Kemampuan
deskriptif yaitu mean (M) sebesar 56,77; median berpikir kritis siswa didominasi pada indikator
menemu kan perbedaa n da n menjaw ab Hasil jawaban siswa pada i ndi kator
pertanyaan disertai penjelasan. Pertanyaan menganalisis kemudian dianalisis untuk diberikan
diberikan untuk mengukur kemampuan siswa skor pada rentang 0–100. Skor yang diperoleh
dalam mencari perbedaan dari dua gambar siswa bervariasi. Skor tertinggi yang diperoleh
terkai t penggunaan ai r da n menjaw ab siswa mencapai 100, sedangkan skor teren-
pertanyaan disertai dengan penjelasan. Hal ini dahnya adalah 25,00. Berdasarkan hasil tes,
sesuai dengan pendapat dari Prameswari et al. diperoleh data statistik deskriptif yaitu mean
(2018) bahwa analisis merupakan kemampuan (M) sebesar 61,07; median (Me) pada skor
untuk mengidentifikasi hubungan antar- 62,50; dan mode (Mo) pada skor 62,50.
pertanyaan, pernyataan, konsep, atau bentuk Gambar 6 adalah hasil analisis jumlah siswa
yang lainnya. Gambar 4 dan Gambar 5 adalah berdasarkan kategorisasi skor kemampuan
contoh jawaban siswa dalam soal tes pada berpikir kritis pada indikator kemampuan
indikator menganalisis. menganalisis. Berdasarkan Gambar 6, masih
terdapat siswa dengan kemampuan menganalisis
pada kategori kurang. Kurangnya kemampuan
berpikir kritis disebabkan kurangnya kesempatan
yang diberikan kepada siswa untuk menganalisis
sehingga siswa kesulitan memunculkan
gagasan-gagasan baru (Sianturi et al., 2018).
Selain itu, kurangnya keaktifan siswa dalam
bertanya dan berpendapat menyebabkan
kemampuan berpikir kritis menjadi kurang terlatih
(Arif et al., 2019).
Gambar 4 Jawaban Siswa dalam Menemukan
Hal yang dapat dilakukan untuk mening-
Perbedaan
katkan kemampuan menganalisis yaitu dengan
melatih siswa aktif memunculkan gagasan,
menemukan persamaan, menemukan perbedaan,
dan menguraikan penjelasan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Arini & Juliadi (2018) bahwa
pembiasaan mencari persamaan dan memahami
Gambar 5 Jawaban Siswa dalam Menjawab konsep secara terintegrasi dapat dijadikan
Pertanyaan Disertai Penjelasan
sebagai solusi dalam mengatasi masalah Jumlah siswa terbanyak urutan keempat
rendahnya kemampuan menganalisis. yaitu kategori kurang. Jumlah siswa pada
kategori kurang yaitu 4,92%. Hanya selisih satu
Menemukan Perbedaan siswa dibandingkan dengan kategori sangat
Siswa yang telah mampu menemukan perbedaan baik. Pada kategori kurang, siswa telah menu-
berarti telah menguasai keterampilan berpikir liskan jawaban tetapi belum mampu menemukan
tingkat tinggi/Higher Order Thinking Skill (HOTS) perbedaan dari gambar terkait pemanfaatan air.
pada tingkatan keempat, yakni analisis. Riset Hal itu menunjukkan bahwa siswa belum
membuktikan bahwa membiasakan siswa untuk memahami masing-masing gambar sehingga
memecahkan masalah berbasis HOTS dapat belum mampu menemukan perbedaan dari
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa keduanya atau belum memahami maksud dari
(Sidiq et al., 2021). soal. Beberapa siswa memberikan jawaban
Pada subindikator “menemukan perbedaan”, dengan mendeskripsikan gambar atau menuliskan
urutan jumlah siswa dari yang terbanyak yaitu maksud masing-masing gambar, bukan membe-
pada kategori baik, cukup, sangat baik, kurang, dakan kedua gambar.
dan sangat kurang. Data menunjukkan bahwa
tidak ada siswa yang berada pada kategori Menjawab Pertanyaan Disertai
sangat kurang. Hal ini menunjukkan bahwa tidak Penjelasan
ada siswa yang tidak menjawab apa yang Subindikator menganalisis yang kedua yaitu
ditanyakan atau semua siswa menuliskan “menjawab pertanyaan disertai dengan
jawaban pada tes sesuai dengan apa yang penjelasan”. Siswa dikategorikan kritis apabila
diketahui. mampu menuliskan penjelasan atau kejadian
Jumlah siswa terbanyak yaitu pada kategori (Suriati et al., 2021). Pada subindikator ini tidak
baik yang mencapai 47,54%. Pada kategori baik, ada siswa berada pada kategori sangat kurang.
siswa mampu menemukan perbedaan dari dua Hal ini berarti semua siswa menjawab apa yang
gambar yang disajikan terkait penggunaan air ditanyakan.
disertai dengan penjelasan atau alasan Pada subindikator menemukan perbedaan,
sederhana. didominasi pada kategori baik. Jumlah siswa pada
Jumlah siswa terbanyak urutan kedua yaitu kategori baik sebanyak 31 atau sebesar 50,82%.
kategori cukup. Persentase siswa yang berada Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
pada kategori cukup yaitu 40,98%. Pada mampu menentukan kebenaran dari pernyataan
kategori ini siswa dapat menemukan perbedaan yang disajikan disertai dengan penjelasan
pada gambar tanpa disertai dengan penjelasan sederhana.
atau alasan. Jumlah siswa terbanyak pada urutan kedua
Jumlah siswa terbanyak urutan ketiga yaitu yaitu pada kategori kurang. Pada kategori
kategori sangat baik. Pada kategori ini siswa kurang, 14 siswa tidak dapat menentukan
mampu mencari perbedaan konsep secara detail jawaban dari pertanyaan yang disajikan. Dalam
dan runtut. Penjabaran siswa pada kategori hal ini, 22,95% siswa menuliskan jawaban yang
sangat baik dalam menemukan perbedaan yaitu salah.
mampu memahami masing-masing gambar yang Jumlah siswa terbanyak urutan ketiga yaitu
disajikan sehingga dapat menentukan perbedaan kategori cukup. Pada kategori ini, 11 siswa
dari keduanya. Siswa juga telah mampu dapat menentukan jawaban dari pertanyaan
merumuskan penjelasan dari perbedaan tersebut yang disajikan namun, siswa belum dapat
dengan kalimat yang runtut dan mudah dipahami. memberikan penjelasan lebih lanjut. Jawaban
laianya tersebut (Setiawan, 2020). Data pada Pada kategori kurang, 16 siswa tidak dapat
Gambar 9 menunjukkan bahwa pada subindikator menentukan kebenaran atas suatu pernyataan
“menilai kebenaran” tidak ada siswa yang yang disajikan. Dalam hal ini, 22,95% siswa
berada pada kategori sangat baik dan sangat menuliskan jawaban yang salah. Hal itu
kurang. Tidak adanya siswa pada kategori menunjukkan bahwa siswa belum memahami
sangat baik menunjukkan bahwa tidak ada siswa maksud dari pernyataan yang disajikan atau
yang dapat menilai kebenaran pernyataan yang siswa belum dapat menentukan kebenaran
disajikan disertai dengan penjelasan yang rinci. pernyataan tersebut.
Selanjutnya, tidak adanya siswa pada kategori
sangat kurang menunjukkan bahwa tidak ada Memberikan Alasan
siswa yang tidak menjawab apa yang ditanya- Berdasarkan data Gambar 9 pada subindikator
kan. Dalam hal ini semua siswa menuliskan “memberikan alasan” juga tidak ada siswa pada
jawaban pada tes sesuai dengan apa yang kategori sangat kurang. Kategori sangat kurang
diketahui. jika siswa tidak menjawab pertanyaan. Hal ini
Jumlah siswa terbanyak yaitu pada kategori menunjukkan bahwa semua siswa menuliskan
cukup yang mencapai 45,90%. Pada kategori apa yang diketahui atau telah menjawab apa
cukup, siswa dapat menentukan kebenaran dari yang ditanyakan, meskipun beberapa siswa
pernyataan yang disajikan namun, siswa belum jawabannya belum tepat.
dapat memberikan penjelasan lebih lanjut. Pada subindikator ini terdapat jumlah siswa
Jawaban siswa hanya berhenti pada jawaban yang sama pada kategori kurang dan sangat
benar atau tidak sehingga belum dapat baik. Masing-masing kategori sebanyak 4 siswa.
menggambarkan jawaban yang diberikan secara Kategori kurang menunjukkan bahwa jawaban
rinci. siswa belum mampu menyatakan bahwa air
Jumlah siswa terbanyak pada urutan kedua penting bagi manusia. Kecenderungan jawaban
yaitu kategori baik. Persentase siswa yang dari 4 siswa lebih memberikan contoh tentang
dapat menentukan kebenaran suatu pernyataan manfaat air. Dalam hal ini kemungkinan siswa
disertai dengan penjelasan yang rinci sebanyak belum memahami perintah atau maksud dari soal,
17 siswa atau 27,87%. Jumlah ini selisih 1 angka terburu-buru waktu mengerjakan, ataupun
dengan urutan berikutnya, yaitu kategori kurang teliti dalam membaca perintah atau soal.
kurang.
Selanjutnya, jumlah siswa terbanyak berada gambaran tentang kondisi kemampuan siswa
pada kategori cukup. Jumlah siswa pada secara detail. Dengan mengetahui kondisi pada
kategori cukup yaitu 27 siswa atau sebesar setiap indikator, diharapkan dapat memberikan
44,26%. Pada kategori ini siswa dapat intervensi yang lebih tepat. Hasil analisis
menyatakan bahwa air penting bagi manusia kemampuan berpikir kritis pada masing-masing
namun, tidak disertai dengan alasannya. Hal indikator dapat dilihat pada Tabel 4.
ini menunjukkan bahwa secara umum siswa Data Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak ada
belum mampu memberikan alasan atas jawaban si swa pada indikator menginterpretasi,
yang diberikan. Oleh karena itu, dapat di- menganalisis, dan mengevaluasi masuk dalam
si mpulkan bahwa siswa belum mampu kategori sangat kurang. Hal ini menunjukkan
membangun keterampilan dasar dalam berpikir bahwa sesuai rubrik penilaian, tidak ada siswa
kritis yang ditunjukkan dengan kemampuan yang tidak menuliskan apa yang diketahui atau
memberikan alasan disertai sumber yang kredibel tidak menjawab apa yang ditanyakan. Semua
(Wijayanti & Siswanto, 2020). siswa menuliskan jawaban untuk menjawab soal
Belum mampunya siswa dalam memberikan tes kemampuan berpikir kritis.
alasan dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4,
siswa sulit mengungkapkan alasan secara yang menjadi perhatian bagi para pendidik untuk
tertulis. Beberapa siswa masih kesulitan dalam perbaikan kualitas pendidikan yaitu masih
mengungkapkan atau menyusun kata untuk terdapat siswa yang memiliki kemampuan berpikir
memberikan alasan atas pernyataan yang kritis pada kategori kurang dan cukup. Kurang
diberikan. Selain itu, siswa juga belum memahami atau rendahnya kemampuan berpikir kritis juga
konsep sehingga jawaban yang dihasilkan diungkapkan oleh Sutrisno et al. (2018) bahwa
merupakan hasil mengingat, bukan memahami kemampuan berpikir kritis siswa masih dalam
konsep secara keseluruhan. kategori rendah. Sementara itu, Fitriani et al.,
Jumlah siswa terbanyak urutan kedua yaitu (2022) menyimpulkan dalam penelitiannya
kategori baik. Pada kategori baik, 26 siswa bahwa keterampilan berpikir kritis siswa
mampu menyatakan bahwa air penting bagi termasuk dalam kategori kurang baik.
manusia disertai dengan penjelasan atau alasan Kurangnya kemampuan berpikir kritis
yang sederhana. Dalam hal ini, siswa telah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
mampu memberikan jawaban beserta alasan siswa cenderung menghafal materi dan rumus
yang mendasarinya. daripada memahami konsep (Arif et al., 2019).
Berdasarkan data kemampuan pada masing- Siswa juga mengalami kesulitan untuk memberi
masing subindikator, akan disajikan analisis dan penjelasan lanjutan apabila siswa terbiasa
kategorisasi masing-masing indikator menjadi belajar dengan hanya menerima informasi dari
lima yaitu kategori sangat baik, baik, cukup, guru (Luzyawati, 2017). Masalah yang
kurang, dan sangat kurang. Analisis secara detail berhubungan dengan pengembangan berpikir
pada masing-masing indikator dapat memberi kriti s yai tu pembel aja ran yang l eb ih
PUSTAKA ACUAN
Abrami, P.C., Bernard, R.M., Borokhovski, E., Waddington, D.I., Wade, C.A., & Persson, T. (2015).
Strategies for teaching students to think critically: A meta-analysis. review of
educational research, 85(2), 275–314. doi.org/10.3102/0034654314551063
Adawiyah, S.S., Auliya, Z.U., & Pamungkas, M.D. (2021). Analisis kemampuan berpikir kritis
mahasiswa dalam menyelesaikan soal persamaan diferensial ditinjau dari perbedaan
gender. MATH LOCUS: Jurnal Riset dan Inovasi Pendidikan Matematika, 2(2), 57–66.
doi.org/10.31002/mathlocus.v2i2.1933
Agboeze, M.U., Unu, F.M., & Ugwoke, E.O. (2013). Enhancement of critical thinking skills of
Utami, B., Saputro, S., Ashadi, A., Masykuri, M., & Widoretno, S. (2017). Critical thinking skills
profile of high school students in learning chemistry. International Journal of Science and
Applied Science: Conference Series, 1(2), 124-130 doi.org/10.20961/ijsascs.v1i2.5134
Wijaya, E.Y., Sudjimat, D.A., & Nyoto, A. (2016). Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai
Tuntutan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 ~ Universitas
Kanjuruhan Malang
Wijayanti, R., & Siswanto, J. (2020). Profil kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada materi
Sumber-sumber Energi. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 11(1), 109–113. doi.org/
10.26877/jp2f.v11i1.5533
Yunita, S., Rohiat, S., & Amir, H. (2018). Analisis kemampuan berpikir kritis mata pelajaran kimia
pada siswa kelas XI IPA SMAN 1 Kepahiang. Alotrop, 2(1), 33–38. doi.org/10.33369/
atp.v2i1.4628
Zubaidah, S. (2010). Berfikir kritis: Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat dikembangkan
melalui pembelajaran sains. Seminar Nasional Sains 2010 dengan Tema “Optimalisasi
Sains Untuk Memberdayakan Manusia,” 16(January 2010), 1–14. Universitas Negeri
Malang.