You are on page 1of 13

PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah :

HUKUM ACARA PIDANA

Dosen Pengampu :

Ahmad Dahlan Baidhowi, S.H., M.H.

Disusun oleh :

Akhmad Sirojussalis (20210550013)

PROGRAM STUDI AHWAL AL – SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM HIDAYATUT THULLAB

(STAIHIT) KEDIRI 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah ‘azza wa jalla karena dengan rahmat,
karunia, taufik, dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Penyelidikan dan Penyidik” sebagai salah satu syarat mengikuti mata
kuliah “Hukum Acara Pidana” dengan tepat waktu.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan pembaca. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran,
dan masukan demi perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga karya ilmiah ini dapat dipahami dan menambah wawasan bagi kita
semua. Aamiin.

Kediri, 25 Januari 2023

Penulis

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses penyelidikan dan penyidikan adalah hal yang sangat penting dalam
hukum acara pidana, sebab dalam pelaksanaannya sering kali harus menyinggung
derajat dan/atau martabat individu yang berada dalam persangkaan.1 Dalam
mengungkap kebenaran terkait dengan kejadian-kejadian yang sudah lampau,
diperlukan suatu cara khusus karena semakin lama kejadian tersebut, maka semakin
sukar bagi penyidik untuk menyatakan kebenaran atas keadaan-keadaan itu. Oleh
karena itu, penyidik tidak dapat memastikan bahwa suatu peristiwa hukum benar-
benar sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, maka hukum acara pidana
sebetulnya hanya menunjukkan jalan guna mencari kebenaran materiil.

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan KUHAP yang dikeluarkan oleh Menteri


Kehakiman, Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan
atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-
legkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara
pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang
dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta
pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa
suatu tindak pidana tela h dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat
dipersalahkan.2

Untuk memahami hal tersebut, kami kira sangat penting bagi kita untuk
mempelajari lebih mendalam mengenai hokum acara pidana terutama mengenai
proses penyelidikan dan penyidikan.

1
Andi Sofyan dan Abdul Asis. 2014. Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar. cet. ke- 1. Jakarta.
Penerbit Kencana. Hal. 83.
2
Andi Hamzah. 2013. Hukum Acara Pidana Indonesia. cet. ke- 2. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika. Hal.
38.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang diamaksud penyelidikan?
2. Apa yang dimaksud penyidikan?
3. Bagaimana proses penyelidikan dan penyidikan?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui maksud dari penyelidikan.
2. Mengetahui maksud dari penyidikan.
3. Memahami proses atau tahapan penyelidikan dan penyidikan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

Banyak orang yang bermasalah dengan hukum khususnya masalah pidana


tidak memahami dengan istilah-istilah yang sering mereka dengar terutama pasca
adanya panggilan pemeriksaan terhadap mereka oleh polisi, jaksa ataupun KPK
sebagai penegak hukum terkait adanya suatu peristiwa yang diduga  sebagai tindak
pidana. Terkadang dalam panggilan tertulis istilah “penyidikan” atau “penyelidikan”.
Intinya, ke-2 (dua) istilah tersebut dalam hukum adalah sesuatu yang berbeda.
Istilah “penyelidikan” dan “penyidikan” dipisahkan  oleh KUHAP, walaupun
menurut bahasa Indonesia kedua kata itu berasal dari kata dasar sidik, yang artinya
memeriksa, meneliti.

A. Pengertian Penyelidikan
Menurut KUHAP proses Acara Pidana terdiri dari:

1. Penyelidikan dan Penyidikan Perkara

2. Penuntutan Perkara

3. Pemeriksaan Perkara di Pengadilan

4. Pelaksanaan Keputusan Hakim

Dari tahapan-tahapan tersebut, tahapan yang cukup penting adalah tahap penyelidikan
dan penyidikan.

Dalam pasal 1 angka 4 KUHAP disebutkan penyelidik adalah pejabat polisi


Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk
melakukan penyelidikan.

Dalam Pasal 1 angka 5 KUHAP disebutkan Penyelidikan adalah serangkaian


tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.”

4
Penyelidikan dilakukan berdasarkan :
1. Informasi atau laporan yang diterima maupun diketahui langsung oleh
penyelidik/penyidik
2. Laporan polisi
3. Berita Acara pemeriksaan di TKP.
Penyelidikan pada dasarnya bukanlah suatu tindakan yang berdiri sendiri.
Oleh karena itu, penyelidikan dapat dikatakan sebagai   bagian dari fungsi
penyidikan.
Tugas seorang penyelidik adalah melaksanakan penyelidikan sesuai dengan
arti penyelidikan dalam Pasal 1 angka 5 KUHAP. Wewenang penyelidik diatur
dalam Pasal 5 KUHAP, yaitu:
a) menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana;
b) mencari keterangan dan barang bukti
c) menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri
d) mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

B. Pengertian penyidikan
Pasal 1 angka 1 KUHAP disebutkan penyidik adalah pejabat polisi Negara
Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

Pasal 1 angka 2 KUHAP disebutkan  Penyidikan adalah serangkaian


tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.”

Pada dasarnya penyidikan adalah tahapan penyelesaian perkara pidana setelah


penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya tindak
pidana dalam suatu peristiwa. Ketika diketahui ada tindak pidana terjadi, maka saat
itulah penyidikan dapat dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan. Pada tindakan
penyelidikan, penekanannya diletakkan pada tindakan “mencari dan menemukan”
suatu “peristiwa” yang dianggap atau diduga sebagai tindakan pidana. Sedangkan
pada penyidikan titik berat penekanannya diletakkan pada tindakan “mencari serta
mengumpulkan bukti”. Penyidikan bertujuan membuat terang tindak pidana yang
ditemukan dan juga menentukan pelakunya.

5
Dalam melakukan proses penyidikan tentunya ada pejabat yang berwenang
melakukan penyidikan tersebut. Pejabat tersebut lebih dikenal dengan penyidik.
Menurut Pasal 6 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ditegaskan bahwa
penyidik adalah :
a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang.
Penyidik sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a KUHAP karena
kewajibanya menurut Pasal 7 KUHAP mempunyai wewenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana
b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari
tersangka;
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
h. Mendengarkan orang ahli yang diperlukan dalam hubunganya dengan
pemeriksaan perkara;
i. Mengadakan penghentian penyidikan; dan
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b KUHAP


mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya
masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah koordinasi dan
pengawasan penyidik tersebut dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a KUHAP. Dalam
melaksanakan tugasnya, penyidik wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku.
Penyidik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a KUHAP
mempunyai wewenang melakukan tugas masing masing pada umumnya di seluruh
wilayah Indonesia, khususnya di daerah hukum masing-masing dimana ia diangkat
sesuai dengan ketentuan undang-undang.

PPNS adalah singkatan dari Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam


pengertiannya merupakan penyidik yang berasal dari PNS untuk melakukan
penyidikan tindak pidana tertentu. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) Pasal 1 Butir 1 disebutkan bahwa Penyidik adalah pejabat polisi

6
negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Polisi yang
diberi wewenang melakukan
tugas penyidikan disebut penyidik. Penyidikan merupakan tahap lanjutan dari
penyelidikan. Dalam melakukan penyidikan tindak pidana, polisi diberi kewenangan
untuk melakukan upaya paksa demi penyelesaian penyidikan.

Tahap penyidikan ini dilakukan oleh kepolisian. Berdasarkan wewenangnya,


polisi dapat menilai dan menentukan suatu peristiwa sebagai tindak pidana atau
bukan. Jika dianggap sebagai tindak pidana, maka polisi akan melakukan
penyelidikan untuk kemudian diputuskan apakah dapat dilakukan penyidikan
terhadapnya atau tidak. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi. Pada tahapan penyidikan, orang yang diduga sebagai pelaku ditetapkan
sebagai tersangka. Dalam melakukan tahapan ini, polisi diberi kewenangan untuk
melakukan upaya paksa demi penyelesaian penyidikan. Upaya-upaya bersifat
memaksa tersebut meliputi: pemanggilan, penangkapan, penahanan, penggeledahan,
penyitaan, dan pemeriksaan surat. Upaya-upaya ini dilakukan untuk memenuhi
pembuktian yang dianggap cukup untuk kepentingan penuntutan dan persidangan atas
perkara tersebut. Jika tindak pidana telah selesai disidik oleh penyidik maka hasil
penyidikan diserahkan kepada penuntut umum. Tahap penyidikan dianggap selesai
jika berkas perkara yang diserahkan tersebut diterima dan dinyatakan lengkap (P21).
Tahap penuntutan Tahapan selanjutnya adalah penuntutan. Tahapan ini menjadi
tanggung jawab penuntut umum atau jaksa. Menurut KUHAP, penuntutan adalah
tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri
yang berwenang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di
sidang pengadilan. Pelimpahan perkara ini disertai dengan surat dakwaan. Surat
dakwaan dibuat jaksa penuntut umum segera setelah menerima hasil penyidikan yang
telah dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat untuk dilakukan penuntutan. Pada
tahap penuntutan, status tersangka berubah menjadi terdakwa.

C. Tahap – tahap penyelidikan dan penyidikan


Menurut M. Yahya Harahap, S.H., dalam bukunya yang berjudul Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan (hal. 101),
menjelaskan bahwa dari pengertian dalam KUHAP, “penyelidikan” merupakan
tindakan tahap pertama permulaan “penyidikan”. Akan tetapi harus diingat,

7
penyelidikan bukan tindakan yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi “penyidikan”.
Penyelidikan merupakan bagian yang tak terpisah dari fungsi penyidikan. Kalau
dipinjam kata-kata yang dipergunakan buku petunjuk Pedoman Pelaksanaan KUHAP,
penyelidikan merupakan salah satu cara atau metode atau sub daripada fungsi
penyidikan yang mendahului tindakan lain, yaitu penindakan berupa penangkapan,
penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan
pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada penuntut umum.
Yahya Harahap (Ibid, hal. 102) juga mengatakan bahwa jika diperhatikan
dengan seksama, motivasi dan tujuan penyelidikan, merupakan tuntutan tanggung
jawab kepada aparat penyidik, untuk tidak melakukan tindakan penegakan hukum
yang merendahkan harkat martabat manusia. Sebelum melangkah melakukan
pemeriksaan penyidikan seperti penangkapan atau penahanan, harus lebih dulu
berusaha mengumpulkan fakta dan bukti, sebagai landasan tindak lanjut penyidikan.
Lebih lanjut, Yahya Harahap menyatakan bahwa sebelum dilakukan tindakan
penyidikan, dilakukan dulu penyelidikan oleh pejabat penyelidik, dengan maksud dan
tujuan mengumpulkan “bukti permulaan” atau “bukti yang cukup” agar dapat
dilakukan tindak lanjut penyidikan. Mungkin penyelidikan dapat disamakan dengan
pengertian “tindak pengusutan” sebagai usaha mencari dan menemukan jejak berupa
keterangan dan bukti-bukti suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana.

Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan mulai dilakukan setelah diketahui


atau diduga telah terjadi suatu tindak pidana berdasarkan laporan, pengaduan, dan
informasi dari masyarakat. Baik laporan ataupun pengaduan serta informasi dari
masyarakat yang diterima penyelidik atau penyidik merupakan bahan yang masih
mentah dan perlu diadakan penelitian dan penyaringan. Setelah laporan diterima,
petugas kepolisian segera mengambil tindakan yaitu dengan mendatangi Tempat
Kejadian Perkara (TKP).

Tindakan tersebut dilakukan untuk mencari keterangan-keterangan dan bukti


guna menentukan suatu peristiwa yang dilaporkan tersebut merupakan tindak pidana
atau bukan tindak pidana, melengkapi keterangan dan bukti-bukti yang diperoleh agar
menjadi jelas sebelum dilakukan tindakan selanjutnya dan juga sebagai persiapan
pelaksanaan penindakan dan atau pemeriksaan. Menurut Kanit Reskrim Polisi Sektor
Lima Puluh bahwasanya penyidikan tindak pidana berawal dari terjadinya suatu
peristiwa yang diketahui atau disampaikannya, melalui adanya:
1. Informasi.
2. Laporan atau Laporan Polisi.
3. Pengaduan.
4. Keadaan tertangkap tangan.

8
Tertangkap tangan, menurut Pasal 1 angka 19 KUHAP, adalah tertangkapnya
seseorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana atau tengah melakukan tindak
pidana dipergoki oleh orang lain, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak
pidana dilakukan. Penyerahan tersangka dan atau barang bukti dari masyarakat atau
lembaga diluar polisi.
Setiap peristiwa yang diketahui, dilaporkan, diadukan kepada polri atau
penyidik belum pasti tindak pidana, untuk itu diperlukan proses penyelidikan yang
menentukan apakah peristiwa tersebut merupakan tindak pidana atau bukan. Apabila
merupakan tindak pidana, penyidik sesuai dengan kewajibannya memiliki
kewenangan untuk melakukan tindakan pe melakukan penyidikan dan secara
bersamaan nyidikan menurut cara yang ditentukan dalam KUHAP. Sebaliknya
apabila bukan tindak pidana, maka penyidik tidak mempunyai kewajiban hukum/
KUHAP tidak memberi kewenangan untuk bertindak selaku penyidik.
Untuk memulai penyidikan tindak pidana, maka dikeluarkan Surat Perintah
Penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu melakukan tindakan-tindakan hukum
terhadap orang, maupun benda ataupun barang yang ada hubungannya dengan tindak
pidana yang terjadi. Tindakan-tindakan dalam suatu penyidikan antara lain:

1. Penangkapan
Untuk memperlancar proses pelaksanaan penyidikan tindak pidana, maka
perlu dilakukan penangkapan terhadap seseorang yang diduga keras melakukan
tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Dasar dikeluarkannya Surat
Perintah Penangkapan tersebut adalah:
1) Pasal 5 ayat (1) b angka 1, Pasal 7 ayat (1) huruf d, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18,
Pasal 19, dan Pasal 37 KUHAP.
2) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.
Setelah penangkapan dilakukan, segera dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
perlu diadakannya suatu penahanan terhadap tersangka atau tidak, mengingat jangka
waktu penangkapan yang diberikan oleh undang-undang hanya 1 x 24 jam, selain itu
juga setelah penangkapan dilakukan, diberikan salinan surat perintah penangkapan
terhadap tersangka dan keluarganya, sesudah itu dibuat berita acara penangkapan
yang berisi pelaksanaan penangkapan yang ditandatangani oleh tersangka dan
penyidik yang melakukan penangkapan.

2. Penahanan
Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas
perintah berwenang untuk melakukan penahanan atas bukti permulaan yang cukup
bahwa tersangka diduga keras melakukan tindak pidana yang dapat dikenakan
penahanan. Penahanan dilakukan dengan pertimbangan bahwa tersangka

9
dikhawatirkan akan melarikan diri, merusak dan menghilangkan barang bukti dan
atau mengulangi tindak pidana yang telah dilakukannya. Dasar dikeluarkannya surat
perintah penahanan tersebut adalah:
1) Pasal 17 ayat (1) huruf d, Pasal 11, Pasal 20, Pasal21, Pasal 22, Pasal 24 ayat (1)
KUHAP.
2) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.

3. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan keterangan atau kejelasan
tersangka dan atau saksi dan atau barang bukti maupun tentang unsur-unsur tindak
pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan dan peranan seseorang maupun
Pemeriksaan (BAP).

4. Penggeledahan
Pertimbangan penggeledahan dan pembuatan surat perintah penggeledahan
adalah laporan polisi, hasil pemeriksaan tersangka dan atau saksi-saksi dan laporan
hasil penyelidikan yang dibuat oleh petugas atas perintah penyidik atau penyidik
pembantu. Yang berwenang mengeluarkan surat perintah penggeledahan adalah
kepala kesatuan atau pejabat yang ditunjuk selaku penyidik atau penyidik pembantu.
Sasaran penggeledahan adalah rumah dan tempat-tempat tertutup, pakaian serta
badan. Penggeledahan rumah dilakukan dengan surat perintah penggeledahan setelah
mendapat surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat kecuali dalam keadaan
yang sangat perlu dan mendesak tidak memerlukan izin terlebih dahulu dari Ketua
Pengadilan Negeri.
Dalam hal tertangkap tangan penggeledahan dilakukan tanpa surat perintah
penggeledahan maupun surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat. Adapun
dasar penggeledahan sebagai berikut:
1) Pasal 1 butir 17, Pasal 5 ayat (1) angka 1, Pasal 7 ayat (1) huruf d, Pasal 11, Pasal
33, Pasal 125, Pasal 126, Pasal 127 KUHAP.
2) Permintaan dari penyidik.
3) Surat izin penggeledahan dari Ketua Pengadilan Negeri.

5. Penyitaan
Perkembangan penyitaan dan pembuatan surat perintah penyitaan adalah
laporan polisi, hasil pemeriksaan, laporan hasil penyelidikan yang dibuat oleh petugas
atas perintah penyidik atau penyidik pembantu dan hasil penggeledahan. Yang
mempunyai wewenang mengeluarkan surat perintah penyitaan adalah Kepala
Kesatuan atau pejabat yang ditunjuk selaku penyidik atau penyidik pembantu.

10
Penyitaan dilakukan dengan surat perintah penyitaan setelah mendapat izin dan izin
khusus dari Ketua Pengadilan Negeri setempat. 

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya.

12

You might also like