You are on page 1of 10

Karst : Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapannya

Volume 6 | Nomor 1 | 8
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276

PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI SKEMA BLENDED


LEARNING MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA BERBASIS SIMULASI

Ogi Danika Pranata1, Seprianto2


Tadris Fisika, IAIN Kerinci1,2
ogidanika@gmail.com

Abstract: Student’s Conceptual Understanding through Blended Learning Using


Worksheet-based Simulation. Learning, especially in physics, could be done in a
combination of face-to-face and online. However, the scheme of this combination
is unclear. Both type of learning need to be synchronized so that learning becomes
effective. The solution is to involve technology in the learning process. Technology
can be used as a learning medium and assessment. Blended learning scheme using
worksheet based on PhET (Physics Education Technology) simulation was applied
in Basic Physics course. This solution is expected to create link between face-to-
face and online learning. Mixed methods with embedded design was applied to
explore students’ conceptual understanding through blended learning. The
population is quite small, namely 32 students so that all population is applied as a
sample. Data on students' conceptual understanding were collected using a test
based on simulation. Quantitative data was analyzed using descriptive statistic and
qualitative data which was further explored through interviews. Conceptual
understanding was found in the high category for vector and projectile motion when
taught through a blended learning scheme using student worksheets. The averages
scores for vector in 1 dimension and 2 dimensions are 85.94 and 77.93,
respectively. Then the average scores for the projectile motion is 80.93. So we can
concluded that the blended learning scheme was effective as learning methods.

keywords: blended learning, conceptual understanding, projectile motion,


simuation, vector.

Abstrak: Pemahaman Konsep Siswa Melalui Skema Blended Learning


Menggunakan Lembar Kerja Berbasis Simulasi. Pembelajaran, khususnya
dalam ruang lingkup fisika, dapat dilakukan melalui kombinasi antara tatap muka
dan daring. Namun skema kombinasinya masih belum jelas. Keduanya perlu
disinkronisasikan agar pembelajaran menjadi efektif dan dapat menjadi blended
learning. Salah satu solusinya adalah dengan melibatkan teknologi dalam proses
pembelajaran. Teknologi dapat dimanfaatkan sebagai media belajar dan penilaian.
Skema blended learning menggunakan lembar kerja berbasis simulasi PhET
(Physics Education Technology) diterapkan pada mata kuliah Fisika Dasar. Solusi
ini diharapkan dapat penghubung antara pembelajaran tatap muka dan daring.
Mixed methods desain embedded diterapkan untuk mengeksplor pemahaman
konsep melalui blended learning. Populasi cukup kecil, yaitu 32 mahasiswa
Karst : Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapannya
Volume 6 | Nomor 1 | 9
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276

sehingga diterapkan whole population sampling. Data mengenai pemahaman


konsep dikumpulkan menggunakan instrumen tes uraian berhubungan dengan
simulasi. Data kuantitatif dianalisis secara statistik deskriptif dan didukung oleh
data kualitatif yang ditelusuri lebih lanjut melalui wawancara. Pemahaman konsep
ditemukan dalam kategori tinggi untuk materi vektor dan gerak parabola ketika
diajarkan melalui skema blended learning dengan bantuan lembar kerja berbasis
simulasi. Rata-rata untuk nilai vektor 1 dimensi dan 2 dimensi adalah 85.94 dan
77.93. Kemudian rata-rata untuk nilai gerak parabola adalah 80.93. Jadi dapat
disimpulkan bahwa skema blended learning yang diterapkan cukup efektif sebagai
metode pembelajaran.

Kata kunci: blended learning, gerak parabola, pemahaman konsep, simulasi,


vektor

PENDAHULUAN akan menjadi masalah jika diikuti dengan


pengembangan dasar untuk peningkatan dan
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya
pengembangan kualitas pembelajaran (Barbour et
merefleksikan bagaimana lingkungan belajar.
al., 2020), khususnya dengan penerapan blended
Lingkungan belajar telah banyak berubah,
learning. Blended learning dapat terus diterapkan
terutama ketika menghadapi pandemi.
sekarang dan ke depan.
Pembelajaran dilakukan dengan berbagai skema
Skema blended learning yang belum jelas
seperti dalam jaringan (daring) atau online dan
akan berdampak negatif pada hasil belajar,
kombinasi daring dan tatap muka. Lingkungan
khususnya pemahaman konsep secara konseptual.
seperti ini berdampak pada bagaimana kegiatan
Walaupun berbagai skema telah hadir untuk
dalam proses pembelajaran.
blended learning, bukti prakteknya secara aktual
Sekarang pandemi telah usai dan menuju
(evidence-based practice) dalam pembelajaran
new normal. Kebiasaan baru yang muncul sejak
masih kurang. Bagaimana sumber daya dalam
pandemi terus berkembang. Dasarnya adalah
pembelajaran tatap muka dan daring disatukan
pengalaman belajar di masa pandemi, khususnya
masih belum jelas (Hew and Cheung, 2015).
daring dan kombinasi (blended). Walaupun
Untuk itu penting untuk memperjelas skemanya
blended learning pernah diterapkan, namun
Gagasan solusi sebagai langkah awal
skemanya masih belum jelas. Pembelajaran tatap
untuk menciptakan kondisi dan skema blended
muka dan daring belum terhubung dengan baik
learning diperlukan. Sebenarnya telah
sehingga keduanya perlu disinkronisasikan agar
dikembangkan skema blended learning seperti
pembelajaran menjadi efektif.
rotasi antara pembelajaran tatap muka dan dalam
Berdasarkan hasil wawancara dengan
jaringan, termasuk rotasi aktivitas lab (Horn and
beberapa dosen tadris fisika dan mahasiswa
Staker, 2017). Keterlibatan teknologi mendukung
ditemukan fakta terkait blended learning, yaitu
desain dalam skema blended learning (Jobst,
pembelajaran tatap muka dan daring masih
2016; Medina, 2018). Teknologi dapat
terpisah dan belum terhubung atau tidak sinkron,
dimanfaatkan sebagai media belajar dan juga cara
terutama dari sudut pandang proses dan aktivitas
untuk penalaian kinerja mahasiswa (Rehn et al.,
belajar. Dengan kata lain pembelajaran belum
2013). Penulis mengajukan satu solusi kreatif
dapat dikatakan “blended”. Beberapa mahasiswa
dengan mengembangkan Skema Blended
juga menjelaskan bahwa proses pembelajaran
Learning Menggunakan Lembar Kerja Berbasis
secara daring lebih sulit dipahami dibandingkan
Simulasi PhET (Physics Education Technology)
dengan tatap muka, bahkan kedua bentuk
Pada Mata Kuliah Fisika Dasar.
pembelajaran sulit dihubungkan, baik dari sisi
Solusi di atas diharapkan dapat
proses maupun kontennya.
penghubung antara pembelajaran tatap muka dan
Jadi dapat disimpulkan bahwa kita
daring. Solusi tersebut juga dapat diterapkan
melakukan kegiatan pembelajaran darurat di
untuk menilai pemahaman konsep mahasiswa
masa pandemi. Sebenarnya kondisi tersebut tidak
Karst : Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapannya
Volume 6 | Nomor 1 | 10
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276

dan mengungkapkan miskonsepsi siswa dan simulasi yang terangkum dalam PhET (Physics
penyebabnya. Pada akhirnya blended learning Education Technology). Simulasi PhET telah
dapat diterapkan untuk berbagai kondisi, tidak banyak digunakan dalam pembelajaran fisika
hanya saat pandemi, bahkan pasca pandemi untuk berbagai kondisi seperti kelas, individu,
seperti sekarang. kelompok kecil, tugas rumah, dan kegiatan lab
(Wieman et al., 2010), termasuk pembelajaran
METODE daring (Siu-Ping and Chak-Him, 2020). PhET
Penelitian ini merupakan bagian dari juga menyediakan kemudahan akses dalam
kegiatan aktulisasi untuk menyelesaikan masalah mendukung proses pembelajaran yang berkualitas
yang sedang dihadapi oleh pendidik terkait (Moore and Perkins, 2018).
proses pembelajaran. Metode metode kuantitatif Simulasi PhET dapat diakses secara online
dan kualitatif (mixed methods) dengan desain dan offline. Secara online dapat diakses melalui
embedded diterapkan. Desain ini fokus pada data link https://phet.colorado.edu/. Akses offline
kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif dapat diperoleh setelah mengunduh aplikasi PhET
untuk menjelaskan bagian data kuantitatif melalui link https://phet.colorado.edu/en/offline-
(Creswell and Clark, 2017). access dan kemudian meng-install di laptop atau
Peneliti mengumpulkan data pemahaman PC. Namun dalam pembelajaran kali ini
konsep menggunakan instrumen tes. Soal-soal mahasiswa menggunakan akses online karena
uraian disesuaikan dengan materi dan simulasi sebagian besar mahasiswa menggunakan
yang digunakan pada lembar kerja berbasis smartphone. Peneliti sendiri menggunakan akses
PhET. Selanjutnya dilaksanakan diskusi yang secara offline agar simulasi dapat berlajan lancar
menjadi dasar untuk wawancara dengan beberapa walaupun terjadi gangguan akses internet.
mahasiswa. Hasil wawancara menjadi data Setelah memahami akses menuju simulasi
pendukung untuk hasil tes. Populasi dalam PhET, peneliti menentukan simulasi PhET yang
penelitian ini adalah mahasiswa kelas fisika akan diterapkan dalam blended learning. Untuk
dasar, yaitu sebanyak 32 mahasiswa. Karena menciptakan pembelajaran yang efektif
populasi cukup kecil, peneliti menerapkan semua menggunakan simulasi, pemilihan simulasi harus
populasi sebagai sampel (whole population mempertimbangkan tingkat kesulitan (Podolefsky
sampling). Data yang telah dikumpulkan et al., 2010). Simulasi cukup sulit dengan tatap
dianalisis menggunakan SPSS untuk mempertahankan kertarikan mahasiswa dan tidak
memperoleh gambaran data secara deskriptif. terlalu sulit sehingga tidak dapat diikuti dan
Data dan hasil diskusi menjadi dasar untuk dipahmi oleh mahasiswa. Peneliti memilih 2
penulusuran lebih lanjut melalui wawancara. simulasi untuk diterapkan dalam pembelajaran,
yaitu Analisis Vektor (Vector Addition) dan Gerak
Simulasi PhET (Physics Education Parabola (Projectile Motion). Kedua simulasi
Technology) tersebut dapat diakses melalui QR code berikut.
Kemudahan dan kelancaran akses
menjadi kunci utama keberhasilan blended
learning. Secara umum blended learning yang
memanfaatkan teknologi sebaiknya tidak
memberikan beban dan masalah bagi pengajar
dan siswa (Jones and Sharma, 2021) karena (a) (b)
tantangan terbesar bagi pengajar dalam Gambar 1. QR code: (a) Analisis Vektor dan (b)
menerapkan blended learning adalah Gerak Parabola
penggunaan teknologi untuk proses pembelajaran
(Rasheed, Kamsin and Abdullah, 2020). Jadi Untuk dapat mengarahkan pembelajaran sesuai
penting untuk memilih teknologi yang tepat dengan tujuan yang diharapkan, peneliti juga
untuk diterapkan dalam blended learning (Bower mengembangkan lembar kerja sesuai dengan
et al., 2015). Untuk ruang lingkup sains, simulasi yang telah ditentukan.
khususnya fisika terdapat simulasi yang dapat
langsung diterapkan untuk pembelajaran, yaitu
Karst : Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapannya
Volume 6 | Nomor 1 | 11
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276

Lembar Kerja pertemuan ketiga secara tatap muka untuk


Pengajar merancang lembar kerja untuk mendikusikan hasil yang telah diperoleh oleh
mendukung skema blended learning sesuai mahasiswa pada pembelajaran daring
dengan simulasi (analisis vektor dan gerak sebelumnya. Penggunaan simulasi PhET dapat
parabola). Lembar kerja menjadi panduan bagi membantu pengajar dalam memfasilitasi kegiatan
mahasiswa dalam mengeksplor simulasi. Lembar diskusi di kelas (Perkins et al., 2012) dan sebagai
kerja dirancang dengan tingkat arahan yang alat konfirmasi bagi pelajar (Pranata, 2023).
minim. Tingkat arahan yang minim ini telah Pertemuan ketiga ini diakhiri oleh penjelasan
terbukti efektif dalam penelitian pengembangan singkat mengenai rencana pertemuan keempat
PhET (Adams, Paulson and Wieman, 2008). secara daring menggunakan simulasi Gerak
Kondisi ini dapat memberikan kesempatan bagi Parabola dan pembagian lembar kerja.
mahasiswa untuk mengeksplor simulasi dan
meningkatkan motivasi belajar.
Pada setiap lembar kerja juga terdapat
beberapa soal yang dirancang sesuai dengan
simulasi. Soal dapat mendukung penggunaan
simulasi secara efektif (Rehn et al., 2013). Untuk
simulasi vektor terdapat 16 soal yang terdiri dari
8 soal untuk vektor 1 dimensi dan 8 soal untuk
vektor 2 dimensi. Kemudian untuk simulasi gerak
parabola terdapat 10 soal yang terdiri dari 5 soal
untuk menentukan waktu benda bergerak dan 5
soal untuk menentukan kecepatan horizontal
benda. Simulasi PhET dapat menjadi representasi
konsep fisika, bersifat interaktif, dan terhubung
dengan alam real. Fitur tersebut memudahkan
mahasiswa dalam menjawab soal-soal
(Podolefsky, Perkins and Adams, 2010). Setiap
lembar kerja ditambahkan link dan QR Code
untuk memudahkan akses bagi mahasiswa Gambar 2. Skema Blended Learning
menuju website simulasi sesuai dengan
pembelajaran seperti yang ditunjukkan pada Mahasiswa kemudian mengikuti
Gambar 1. pembelajaran secara daring kembali untuk
simulasi kedua sesuai dengan lembar kerja.
Proses pembelajaran Selanjutnya diikuti dengan pertemuan kelima
Pembelajaran melalui skema blended secara tatap muka untuk mendikusikan hasil
learning mengacu pada lembar kerja berbasis yang telah diperoleh oleh mahasiswa pada
simulasi yang telah didesain. Setiap lembar kerja pertemuan sebelumnya. Jadi pembelajaran
akan digunakan untuk 1 kali pembelajaran daring daring merupakan kegiatan belajar mahasiswa
dan 1 kali pembelajaran tatap muka seperti yang secara mandiri untuk menjawab soal-soal yang
ditunjukkan oleh Gambar 2. telah disusun pada lembar kerja. Kemudian
Pertemuan pertama untuk pengenalan selanjutnya pembelajaran tatap muka untuk
yang bertujuan memberikan penjelasan awal mendikusikan hasil yang telah ditemukan pada
mengenai simulasi PhET dan cara pembelajaran daring sebelumnya. Skema
menggunakannya. Pada akhir pertemuan pertama pembelajaran dalam bentuk kombinasi dari
diberikan penjelasan untuk rencana pertemuan kedua pembelajaran inilah yang disebut sebagai
kedua secara daring menggunakan simulasi blended learning. Kegiatan pembelajaran seperti
Analisis Vektor dan pembagian lembar kerja. ini dapat berulang untuk simulasi selanjutnya
Mahasiswa kemudian mengikuti pembelajaran jika masih ada. Siklus seperti ini dalam blended
secara daring sesuai arahan menggunakan dengan learning dapat mendukung kemandirian belajar
lembar kerja. Selanjutnya diikuti dengan mahasiswa.
Karst : Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapannya
Volume 6 | Nomor 1 | 12
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Soal vektor 1 dimensi

Gambar 3a. Kesalahan dalam Gambar 3b. Vektor digambarkan Gambar 3c. Arah vektor hasil
operasi tanda negatif tidak akurat tidak tepat
Feedback: Feedback: Feedback:
Jawaban merepresentasikan Operasi yang dilakukan sudah Operasi dan akurasi besar dan
operasi penjumlahan kedua benar, namun panjang vektor F3 arah vektor sudah benar. Namun
vektor, bukan pengurangan. tidak akurat. Seharusnya vektor F3 mahasiswa keliru dalam
Ketika F3 di kurangi dengan F4, bernilai 4 kotak, sedangkan yang menenukan arah hasil.
maka seharusnya arah vektor F3 digambarkan 3 kotak. Seharusnya mengarah ke kanan.
menjadi terbalik atau ke kanan.

Gambar 4. Soal vektor 2 dimensi

Gambar 4a. Kesalahan dalam Gambar 4b. Vektor digambarkan Gambar 4c. Arah vektor hasil
operasi tanda negatif tidak akurat tidak tepat
Feedback: Feedback: Feedback:
Kedua vektor digambarkan sesuai Vektor F3 digambarkan dengan Walaupun menerapkan operasi
dengan soal, sebenarnya ketika tidak akurat. Seharusnya vektor F3 dengan benar dan akurat, arah
pengurangan, arah vektor F3 harus memiliki komponen x (horizontal) hasilnya salah. Seharusnya hasil
dibalik (berlawanan arah dengan dan y (vertikal) sama-sama sebesar digambarkan dari titik awal menuju
arahnya sekarang). 3 kotak, bukan 4 kotak. titik akhir, bukan sebaliknya.
Karst : Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapannya
Volume 6 | Nomor 1 | 13
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276

Analisis Vektor Kesalahan selanjutnya adalah akurasi


Berdasarkan tes soal yang diberikan untuk panjang vektor yang digambarkan oleh
materi vektor diperoleh data pemahaman konsep mahasiswa. Kondisi ini menunjukkan bahwa kita
vektor yang tinggi yang ditunjukkan dengan nilai tidak selalu akurat secara visual, bahkan ketika
rata-rata nilai untuk 1 dimensi dan 2 dimensi masalahnya dalam 1 dimensi dan 2 dimensi.
adalah 85.94 dan 77.93. Nilai untuk 1 dimensi Sebagian mahasiswa menggambarkan vektor
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan nilai lebih panjang atau lebih pendek. Hasil yang sama
untuk 2 dimensi. Kondisi ini dapat diterima juga ditemukan sebagai kesalahan umum dalam
secara logis mengingat semakin tinggi operasi vektor (Barniol and Zavala, 2010).
dimensinya, maka semakin banyak bagian yang Peneliti menemukan bahwa beberapa mahasiswa
harus diperhatikan oleh mahasiswa ketika menggunakan angka ketika mengoperasikan
mengoperasi vektor. vektor untuk merepresentasi panjang vektor
Konsep vektor penting dalam fisika dan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5. Cara ini
ditemukan pada berbagai ruang lingkup, terutama terbukti dapat mengantisipasi masalah akurasi
dalam mengkonstruksi diagram gaya atau free- ketika menggambarkan vektor. Representasi
body diagram (Pranata and Lorita, 2023) untuk angka dipandang lebih mudah dibandingkan
menganalisis resultan gaya dan torsi yang bekerja dengan representasi visual ketika melakukan
pada benda (Pranata, Yuliati and Wartono, 2017). operasi penjumlahan dan pengurangan vektor
Untuk itu pemahaman mengenai konsep vektor (Heckler and Scaife, 2015). Salah satu mahasiswa
menjadi bagian penting dari pembelajaran fisika. menjelaskan bahwa ia menggunakan angka untuk
Walaupun nilai rata-rata mahasiswa tinggi, masih meyakinkan dirinya ketika menggambarkan
terdapat kesalahan umum ketika mahasiswa vektor (Gambar 5).
mengoperasikan vektor. Berdasarkan jawaban
mahasiswa ditemukan 3 pola kesalahan yang
umum terjadi ketika mengoperasikan vektor,
yaitu kesalahan dalam operasi tanda negatif,
akurasi vektor, dan arah vektor hasil. Beberapa
contoh kesalahan ini ditunjukkan oleh Gambar 3
dan 4.
Simulasi PhET untuk analisis vektor
seharusnya dapat memudahkan mahasiswa dalam Gambar 5. Representasi angka untuk vektor
melakukan operasi penjumlahan dan
pengurangan vektor. Kesalahan pada operasi Kesalahan umum yang terakhir adalah
pengurangan lebih banyak ditemukan kesalasahan ketika menentukan arah hasil vektor.
dibandingkan dengan kesalahan pada operasi Berdasarkan lembar jawaban ditemukan banyak
penjumlahan. Hasil penelitian lain juga terjadi kesalahan ketika menentukan arah hasil
mengkonfirmasi kondisi ini, kesalahan operasi operasi vektor. Mahasiswa yang menjawab
pengurangan vektor ditemukan pada 1 dimensi seperti Gambar 3c menjelaskan bahwa untuk
dan 2 dimensi (Barniol and Zavala, 2014). keadaan seimbang maka diperlukan vektor hasil
Kesalahan pada operasi pengurangan banyak ke arah kiri. Dasar pemikiran keadaan seimbang
ditemukan karena mahasiswa menghubungkan inilah yang membuat arah hasil vektor menjadi
operasi ini dengan koordinat kartesius dimana salah. Sebenarnya arah hasil operasi vektor
arah kiri merepresentasikan negatif dan arah didasari oleh prinsip dari titik awal menuju titik
kanan positif. Kedua konsep ini berhubungan akhir. Kondisi yang identik ditemukan juga pada
tetapi tanda negatif (-) dalam koordinat kartesius vektor 2 dimensi seperti Gambar 4c yang
berhubungan dengan arah kiri bukan operasi menggambarkan hasil vektor terbalik, dari titik
pengurangan. Inilah yang menjadi penyebab akhir ke awal. Kesalahan seperti ini konsisten
utama kesalahan dalam menjawab soal yang dengan penelitian lain (Wutchana and Emarat,
berhubungan dengan operasi pengurangan. 2011; Wutchana, Bunrangsri and Emarat, 2015)
Karst : Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapannya
Volume 6 | Nomor 1 | 14
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276

dan disebut sebagai loop tertutup (closing loop) kerja menjadi panduan bagi mahasiswa untuk
(Barniol and Zavala, 2010). mengikuti blended learning untuk kedua bagian
Selanjutnya data jawaban mahasiswa materi tersebut.
dianalisis menggunakan SPSS melalui uji Pada bagian pertama, mahasiswa
korelasi Pearson. Tujuannya adalah untuk menyiapkan parameter (seperti ketinggian, sudut,
mengetahui korelasi antara vektor 1 dimensi dan dan kecepatan awal) untuk gerak parabola
vektor 2 dimensi. Kedua data terdistribusi secara menggunakan proyektil yang terdapat dalam
normal yang dtiunjukkan oleh data statistik simulasi (Gambar 7).
skewness masih berada pada rentang antara -1
sampai dengan 1. Kedua data juga memiliki
korelasi linear yang ditunjukkan oleh grafik pada
Gambar 6. Kedua kondisi ini merupakan kondisi
yang memungkinkan untuk melakukan ujia
korelasi Pearson, yaitu r (30) = 0.485. Nilai
korelasi ini menunjukkan bahwa hubungan (effect
size) antara 1 dimensi dan 2 dimensi berada pada
rentang medium dan mendekati tinggi (Morgan et
al., 2004). Gambar 7. Tampilan simulasi gerak parabola
Bagian I

Kemudian mahasiswa mengukur waktu yang


benda di udara atau waktu yang diperlukan oleh
benda untuk sampai ke permukaan. Pengukuran
ini dilakukan dengan memvariasikan kecepatan
awal. Seharusnya ditemukan waktu yang sama,
walaupun kecepatan awal benda bervariasi.
Sebagian besar mahasiswa terkejut dengan
temuan mereka sendiri. Benda yang bergerak
cepat atau lambat (dengan kompensasi lintasan
bergantung kecepatan) akan berada di udara
dengan waktu yang sama. Kondisi ini berlaku
ketika parameter lain tidak diubah kecuali
Gambar 6. Korelasi antara vektor 1 dimensi dan kecepatan awal. Jadi dapat disimpulkan bahwa
2 dimensi waktu benda di udara tidak bergantung pada
kecepatan awal benda.
Gerak Parabola Pada bagian kedua, mahasiswa juga
Skema blended learning berlanjut ke menyiapkan parameter (seperti ketinggian, sudut,
materi kedua, yaitu gerak parabola. Simulasinya dan kecepatan awal) seperti yang ditunjukkan
dapat diakses menggunakan scan QR code seperti oleh Gambar 8.
yang ditunjukkan pada Gambar 1b. Lembar kerja
juga telah disiapkan untuk simulasi ini.
Mahasiswa dapat mengakses simulasi
menggunakan link dan QR code yang tersedia di
halaman awal lembar kerja. Nilai rata-rata yang
tinggi juga ditemukan untuk materi gerak
parabola, 80.93.
Materi gerak parabola dalam lembar kerja
terbagi menjadi dua bagian, yaitu 1). menentukan
hubungan waktu benda di udara dengan Gambar 8. Tampilan simulasi gerak parabola
kecepatan awal benda dan 2). menentukan Bagian II
kecepatan horizontal dari gerak parabola. Lembar
Karst : Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapannya
Volume 6 | Nomor 1 | 15
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276

Kemudian mahasiswa mengukur jarak dan waktu • Kontrol terhadap mahasiswa cukup sulit
pada beberapa titik lintasan benda menggunakan untuk kedua fase pembelajaran. Ketika
fitur alat ukur yang tersedia dalam simulasi. pembelajaran tatap muka, pengajar harus
Seharusnya ditemukan nilai kecepatan yang sama dapat memastikan apakah mahasiswa
untuk setiap pengukuran. Sekali lagi, sebagian mengikuti kegiatan pembelajaran kelas
besar mahasiswa merasa terkejut dengan temuan sesuai dengan lembar kerja atau tidak.
mereka sendiri. Benda yang tampak bergerak Mungkin saja mahasiswa mengakses
dengan kecepatan yang bervariasi ternyata aplikasi lain pada gawai mereka ketika
memiliki kecepatan horizontal yang sama pada berdiskusi di kelas. Untuk itu diperlukan
semua titik pada lintasan. Jadi dapat disimpulkan strategi monitoring yang tepat (Medina,
bahwa kecepatan horizontal selalu sama pada 2018). Dalam hal kontrol terhadap
gerak parabola. Kesimpulan yang mengejutkan mahasiswa, pengajar meminta bantuan
ini dapat ditampilkan dalam simulasi PhET. kepada asisten pengajar sebagai pengamat
Sebagai alternatif, kesimpulan yang sama (observer), merekam kegiatan yang
juga dapat ditunjukkan melalui pembelajaran berlangsung, atau dengan membatasi waktu
eksperiental (Yuliati, Nisa and Mufti, 2020), untuk setiap fase pembelajaran sehingga
menggunakan Tracker (Wee et al., 2012), dan mahasiswa tidak memiliki banyak waktu
simulasi MATLAB (Jahangir et al., 2020). luang untuk mengakses aplikasi lain.
Konsep kecepatan dan percepatan pada gerak Namun kontrol untuk pembelajaran daring
parabola dapat dipahami dengan baik ketika belum diterapkan secara efisien dan
menggunakan representasi vektor (Yuliati, Nisa merupakan salah satu tantangan besar
and Mufti, 2020) seperti yang telah dipelajari untuk blended learning (Zacharis, 2015).
pada materi sebelumnya. Sehingga pembelajaran Tantangan ini menjadi ruang lingkup
pada materi gerak parabola dapat dihubungkan penelitian selanjutnya.
dengan konsep vektor. Hubungan antar materi
seperti ini penting untuk menunjukkan bahwa
terdapat konsep-konsep dalam fisika tidak dalam PENUTUP
keadaan yang terisolasi dan mendukung Skema blended learning menggunakan
pandangan unity of phsyics dalam kurikulum lembar kerja berbasis simulasi PhET dengan
fisika (Grayson, 2006). menerapkan rotasi antara pembelajaran tatap
muka dan daring terbukti efektif. Temuan ini
Kendala dan antisipasi disimpulkan berdasarkan proses pembelajaran
Beberapa hal yang menjadi kendala dalam skema melalaui penerapan blended learning yang telah
blended learning dan alternatif solusi yang dapat dilaksanakan dan data pemahaman konsep siswa
diterapkan sebagai berikut. pada kategori tinggi untuk konsep vektor dan
• Proses pembelajaran memerlukan gawai, gerak parabola.
sebaiknya laptop, atau minimal Rata-rata nilai vektor 1 dimensi dan 2
smartphone. Gawai ini menjadi kunci dimensi adalah 85.94 dan 77.93. Kemudian rata-
utama untuk akses menuju simulasi PhET rata untuk nilai gerak parabola adalah 80.93.
yang diterapkan dalam blended learning. Selanjutnya melalui diskusi dan wawancara
Masalah yang sering ditemukan adalah ditemukan juga miskonsepsi dan penyebabnya.
masalah akses (Pilgrim, Hornby and Seperti pada konsep vektor ditemukan
Macfarlane, 2018). Jadi ketika terdapat miskonsepsi ketika operasi menggunakan tanda
mahasiswa tidak memiliki gawai, pengajar negatif, tidak akuratnya panjang dan arah vektor,
harus merespon dengan cepat seperti serta arah vektor hasil yang tidak tepat. Pada
mengubah proses pembelajaran dari kerja gerak parabola, mahasiswa menemukan
individu menjadi kerja pasangan atau kesimpulan yang mengejutkan mereka sendiri,
kelompok sesuai dengan kondisi yang yaitu waktu benda saat bergerak tidak bergantung
ditemukan saat pembelajaran. pada kecepatan awal dan kecepatan horizontal
selalu sama pada gerak parabola.
Karst : Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapannya
Volume 6 | Nomor 1 | 16
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276

Untuk sekarang skema blended learning doi: 10.1016/j.compedu.2015.03.006.


menggunakan lembar kerja berbasis PhET hanya Creswell, J. W. and Clark, V. L. P. (2017)
terbatas untuk ruang lingkup sains saja, terutama ‘Designing and Conducting Mixed
fisika. Hal ini karena sebagian besar simulasi Methods Research’. London: Sage.
yang terdapat dalam PhET adalah simulasi untuk Grayson, D. J. (2006) ‘Rethinking the content of
materi fisika, walaupun terdapat beberapa lainnya physics courses’, Physics Today, 59(2), pp.
mendukung untuk matematika, kimia, dan 31–36. doi: 10.1063/1.2186279.
biologi. Walaupun demikian, skema blended Heckler, A. F. and Scaife, T. M. (2015) ‘Adding
learning menggunakan lembar kerja dapat and subtracting vectors: The problem with
diterapkan pada semua ruang lingkup dengan the arrow representation’, Physical Review
melibatkan kreatifitas seorang pendidik untuk Special Topics - Physics Education
menyesuaikan dan memanfaatkan sumber daya Research, 11(1), pp. 1–17. doi:
dan teknologi yang tersedia. Pendidik atau 10.1103/PhysRevSTPER.11.010101.
pengajar dapat merancang lembar kerja berbasis Hew, K. F. and Cheung, W. S. (2015) Using
teknologi lainnya seperti simulasi, video, dan blended learning: Evidence Based
sebagainya. Lembar kerja ini kemudian dapat Practices, British Journal of Educational
menjembatani dua bentuk pembelajaran yang Technology.
berbeda ke dalam satu skema yang sama, blended Horn, M. B. and Staker, H. (2017) The Blended
learning. Workbook: Learning to Design the Schools
of Our Future. San Francisco: Jossey-Bass.
DAFTAR PUSTAKA Jahangir, M. et al. (2020) ‘MATLAB simulation
Adams, W. K., Paulson, A. and Wieman, C. E. for teaching projectile motion’, Advanced
(2008) ‘What levels of guidance promote Journal Of Science and Engineering, 1(2),
engaged exploration with interactive pp. 59–61. doi: 10.22034/AJSE.2012059.
simulations?’, AIP Conference Jobst, V. J. . (2016) ‘Diving into the Blended
Proceedings, 1064, pp. 59–62. doi: Learning Pool: One University’s
10.1063/1.3021273. Experience.’, Journal of Higher Education
Barbour, M. K. et al. (2020) ‘Understanding Theory & Practice, 16(4), pp. 89–104.
pandemic pedagogy: differences between Available at:
emergency remote, remote, and online http://ezproxybib.pucp.edu.pe:2048/login?
teaching’, … : K-12 e-Learning in …, url=http://search.ebscohost.com/login.asp
(December). Available at: x?direct=true&db=eue&AN=120149392&
https://vtechworks.lib.vt.edu/handle/1091 lang=es&site=eds-live&scope=site.
9/101905. Jones, K. A. and Sharma, R. S. (2021) Higher
Barniol, P. and Zavala, G. (2010) ‘Vector Education 4.0: The Digital Transformation
Addition : Effect of the Context and of Classroom Lectures to Blended
Position of the Vectors’, in AIP Conference Learning, Springer.
Proceedings, pp. 73–76. doi: Medina, L. C. (2018) ‘Blended learning: Deficits
10.1063/1.3515252. and prospects in higher education’,
Barniol, P. and Zavala, G. (2014) ‘Test of Australasian Journal of Educational
understanding of vectors: A reliable Technology, 34(1), pp. 42–56. doi:
multiple-choice vector concept test’, 10.14742/ajet.3100.
Physical Review Special Topics - Physics Moore, E. B. and Perkins, K. K. (2018)
Education Research, 10(1), pp. 1–14. doi: ‘Advances in PhET interactive
10.1103/PhysRevSTPER.10.010121. simulations: Interoperable and accessible’,
Bower, M. et al. (2015) ‘Design and Cyber-Physical Laboratories in
implementation factors in blended Engineering and Science Education, pp.
synchronous learning environments: 141–162. doi: 10.1007/978-3-319-76935-
Outcomes from a cross-case analysis’, 6_6.
Computers and Education, 86, pp. 1–17. Morgan, G. A. et al. (2004) SPSS for Introductory
Karst : Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapannya
Volume 6 | Nomor 1 | 17
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276

Statistics. Use and Interpretation. New Education, 144(September 2019), p.


Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. 103701. doi:
All. 10.1016/j.compedu.2019.103701.
Perkins, K. et al. (2012) ‘Towards research-based Rehn, D. A. et al. (2013) ‘Tools for high-tech tool
strategies for using PhET simulations in use: A framework and heuristics for using
middle school physical science classes’, interactive simulations’, Journal of
AIP Conference Proceedings, 1413, pp. Teaching and Learning with Technology,
295–298. doi: 10.1063/1.3680053. 2(1), pp. 31–55.
Pilgrim, M., Hornby, G. and Macfarlane, S. Siu-Ping, N. and Chak-Him, F. (2020) ‘Flipped
(2018) ‘Enablers and barriers to Classroom With Simulation Assists
developing competencies in a blended Students Learning the Vector Knowledge’,
learning programme for specialist teachers Journal of Education and Training Studies,
in New Zealand’, Educational Review, 8(12), p. 35. doi:
70(5), pp. 548–564. doi: 10.11114/jets.v8i12.5093.
10.1080/00131911.2017.1345860. Wee, L. K. et al. (2012) ‘Using tracker as a
Podolefsky, N. S. et al. (2010) ‘Characterizing pedagogical tool for understanding
complexity of computer simulations and projectile motion’, Physics Education,
implications for student learning’, AIP 47(4), pp. 448–455. doi: 10.1088/0031-
Conference Proceedings, 1289, pp. 257– 9120/47/4/448.
260. doi: 10.1063/1.3515215. Wieman, C. E. et al. (2010) ‘Teaching Physics
Podolefsky, N. S., Perkins, K. K. and Adams, W. Using PhET Simulations’, The Physics
K. (2010) ‘Factors promoting engaged Teacher, 48(4), pp. 225–227. doi:
exploration with computer simulations’, 10.1119/1.3361987.
Physical Review Special Topics - Physics Wutchana, U., Bunrangsri, K. and Emarat, N.
Education Research, 6(2), pp. 1–11. doi: (2015) ‘Teaching Basic Vector Concepts :
10.1103/PhysRevSTPER.6.020117. A Worksheet for the Recovery of Students
Pranata, O. D. (2023) ‘Physics Education ’ Vector Understanding’, Eurasian Journal
Technology (PhET) as Confirmatory Tools of Physics and Chemistry Education, 7(1),
in Learning Physics’, Jurnal Riset Fisika pp. 18–28. Available at:
Edukasi dan Sains, 10(1), pp. 29–35. doi: http://www.ijpce.org/Teaching-Basic-
10.22202/jrfes.2023.v10i1.6815. Vector-Concepts-A-Worksheet-for-the-
Pranata, O. D. and Lorita, E. (2023) ‘Analisis Recovery-of-Students-Vector-
Korelasi Kemampuan Berbahasa Panah Understanding,78454,0,2.html.
Dengan Kualitas Free-Body Diagram Wutchana, U. and Emarat, N. (2011) ‘Students ’
Siswa Pada Materi Dinamika’, Jurnal Understanding of Graphical Vector
Pendidikan Fisika dan Sains, 6(1), pp. 22– Addition in One and Two Dimensions’,
31. doi: 3(2), pp. 102–111.
https://doi.org/10.52188/jpfs.v6i1.394. Yuliati, L., Nisa, F. and Mufti, N. (2020)
Pranata, O. D., Yuliati, L. and Wartono (2017) ‘Acquisition of projectile motion concepts
‘Concept Acquisition of Rotational on phenomenon based physics’
Dynamics by Interactive Demonstration experiential learning’, Journal of Physics:
and Free-Body Diagram’, Journal of Conference Series, 1422(1). doi:
Education and Learning (EduLearn), 10.1088/1742-6596/1422/1/012007.
11(3), pp. 291–298. doi: Zacharis, N. Z. (2015) ‘A multivariate approach
10.11591/edulearn.v11i3.6410. to predicting student outcomes in web-
Rasheed, R. A., Kamsin, A. and Abdullah, N. A. enabled blended learning courses’, Internet
(2020) ‘Challenges in the online and Higher Education, 27, pp. 44–53. doi:
component of blended learning: A 10.1016/j.iheduc.2015.05.002.
systematic review’, Computers and

You might also like