Professional Documents
Culture Documents
Volume 6 | Nomor 1 | 8
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276
dan mengungkapkan miskonsepsi siswa dan simulasi yang terangkum dalam PhET (Physics
penyebabnya. Pada akhirnya blended learning Education Technology). Simulasi PhET telah
dapat diterapkan untuk berbagai kondisi, tidak banyak digunakan dalam pembelajaran fisika
hanya saat pandemi, bahkan pasca pandemi untuk berbagai kondisi seperti kelas, individu,
seperti sekarang. kelompok kecil, tugas rumah, dan kegiatan lab
(Wieman et al., 2010), termasuk pembelajaran
METODE daring (Siu-Ping and Chak-Him, 2020). PhET
Penelitian ini merupakan bagian dari juga menyediakan kemudahan akses dalam
kegiatan aktulisasi untuk menyelesaikan masalah mendukung proses pembelajaran yang berkualitas
yang sedang dihadapi oleh pendidik terkait (Moore and Perkins, 2018).
proses pembelajaran. Metode metode kuantitatif Simulasi PhET dapat diakses secara online
dan kualitatif (mixed methods) dengan desain dan offline. Secara online dapat diakses melalui
embedded diterapkan. Desain ini fokus pada data link https://phet.colorado.edu/. Akses offline
kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif dapat diperoleh setelah mengunduh aplikasi PhET
untuk menjelaskan bagian data kuantitatif melalui link https://phet.colorado.edu/en/offline-
(Creswell and Clark, 2017). access dan kemudian meng-install di laptop atau
Peneliti mengumpulkan data pemahaman PC. Namun dalam pembelajaran kali ini
konsep menggunakan instrumen tes. Soal-soal mahasiswa menggunakan akses online karena
uraian disesuaikan dengan materi dan simulasi sebagian besar mahasiswa menggunakan
yang digunakan pada lembar kerja berbasis smartphone. Peneliti sendiri menggunakan akses
PhET. Selanjutnya dilaksanakan diskusi yang secara offline agar simulasi dapat berlajan lancar
menjadi dasar untuk wawancara dengan beberapa walaupun terjadi gangguan akses internet.
mahasiswa. Hasil wawancara menjadi data Setelah memahami akses menuju simulasi
pendukung untuk hasil tes. Populasi dalam PhET, peneliti menentukan simulasi PhET yang
penelitian ini adalah mahasiswa kelas fisika akan diterapkan dalam blended learning. Untuk
dasar, yaitu sebanyak 32 mahasiswa. Karena menciptakan pembelajaran yang efektif
populasi cukup kecil, peneliti menerapkan semua menggunakan simulasi, pemilihan simulasi harus
populasi sebagai sampel (whole population mempertimbangkan tingkat kesulitan (Podolefsky
sampling). Data yang telah dikumpulkan et al., 2010). Simulasi cukup sulit dengan tatap
dianalisis menggunakan SPSS untuk mempertahankan kertarikan mahasiswa dan tidak
memperoleh gambaran data secara deskriptif. terlalu sulit sehingga tidak dapat diikuti dan
Data dan hasil diskusi menjadi dasar untuk dipahmi oleh mahasiswa. Peneliti memilih 2
penulusuran lebih lanjut melalui wawancara. simulasi untuk diterapkan dalam pembelajaran,
yaitu Analisis Vektor (Vector Addition) dan Gerak
Simulasi PhET (Physics Education Parabola (Projectile Motion). Kedua simulasi
Technology) tersebut dapat diakses melalui QR code berikut.
Kemudahan dan kelancaran akses
menjadi kunci utama keberhasilan blended
learning. Secara umum blended learning yang
memanfaatkan teknologi sebaiknya tidak
memberikan beban dan masalah bagi pengajar
dan siswa (Jones and Sharma, 2021) karena (a) (b)
tantangan terbesar bagi pengajar dalam Gambar 1. QR code: (a) Analisis Vektor dan (b)
menerapkan blended learning adalah Gerak Parabola
penggunaan teknologi untuk proses pembelajaran
(Rasheed, Kamsin and Abdullah, 2020). Jadi Untuk dapat mengarahkan pembelajaran sesuai
penting untuk memilih teknologi yang tepat dengan tujuan yang diharapkan, peneliti juga
untuk diterapkan dalam blended learning (Bower mengembangkan lembar kerja sesuai dengan
et al., 2015). Untuk ruang lingkup sains, simulasi yang telah ditentukan.
khususnya fisika terdapat simulasi yang dapat
langsung diterapkan untuk pembelajaran, yaitu
Karst : Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapannya
Volume 6 | Nomor 1 | 11
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276
Gambar 3a. Kesalahan dalam Gambar 3b. Vektor digambarkan Gambar 3c. Arah vektor hasil
operasi tanda negatif tidak akurat tidak tepat
Feedback: Feedback: Feedback:
Jawaban merepresentasikan Operasi yang dilakukan sudah Operasi dan akurasi besar dan
operasi penjumlahan kedua benar, namun panjang vektor F3 arah vektor sudah benar. Namun
vektor, bukan pengurangan. tidak akurat. Seharusnya vektor F3 mahasiswa keliru dalam
Ketika F3 di kurangi dengan F4, bernilai 4 kotak, sedangkan yang menenukan arah hasil.
maka seharusnya arah vektor F3 digambarkan 3 kotak. Seharusnya mengarah ke kanan.
menjadi terbalik atau ke kanan.
Gambar 4a. Kesalahan dalam Gambar 4b. Vektor digambarkan Gambar 4c. Arah vektor hasil
operasi tanda negatif tidak akurat tidak tepat
Feedback: Feedback: Feedback:
Kedua vektor digambarkan sesuai Vektor F3 digambarkan dengan Walaupun menerapkan operasi
dengan soal, sebenarnya ketika tidak akurat. Seharusnya vektor F3 dengan benar dan akurat, arah
pengurangan, arah vektor F3 harus memiliki komponen x (horizontal) hasilnya salah. Seharusnya hasil
dibalik (berlawanan arah dengan dan y (vertikal) sama-sama sebesar digambarkan dari titik awal menuju
arahnya sekarang). 3 kotak, bukan 4 kotak. titik akhir, bukan sebaliknya.
Karst : Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapannya
Volume 6 | Nomor 1 | 13
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276
dan disebut sebagai loop tertutup (closing loop) kerja menjadi panduan bagi mahasiswa untuk
(Barniol and Zavala, 2010). mengikuti blended learning untuk kedua bagian
Selanjutnya data jawaban mahasiswa materi tersebut.
dianalisis menggunakan SPSS melalui uji Pada bagian pertama, mahasiswa
korelasi Pearson. Tujuannya adalah untuk menyiapkan parameter (seperti ketinggian, sudut,
mengetahui korelasi antara vektor 1 dimensi dan dan kecepatan awal) untuk gerak parabola
vektor 2 dimensi. Kedua data terdistribusi secara menggunakan proyektil yang terdapat dalam
normal yang dtiunjukkan oleh data statistik simulasi (Gambar 7).
skewness masih berada pada rentang antara -1
sampai dengan 1. Kedua data juga memiliki
korelasi linear yang ditunjukkan oleh grafik pada
Gambar 6. Kedua kondisi ini merupakan kondisi
yang memungkinkan untuk melakukan ujia
korelasi Pearson, yaitu r (30) = 0.485. Nilai
korelasi ini menunjukkan bahwa hubungan (effect
size) antara 1 dimensi dan 2 dimensi berada pada
rentang medium dan mendekati tinggi (Morgan et
al., 2004). Gambar 7. Tampilan simulasi gerak parabola
Bagian I
Kemudian mahasiswa mengukur jarak dan waktu • Kontrol terhadap mahasiswa cukup sulit
pada beberapa titik lintasan benda menggunakan untuk kedua fase pembelajaran. Ketika
fitur alat ukur yang tersedia dalam simulasi. pembelajaran tatap muka, pengajar harus
Seharusnya ditemukan nilai kecepatan yang sama dapat memastikan apakah mahasiswa
untuk setiap pengukuran. Sekali lagi, sebagian mengikuti kegiatan pembelajaran kelas
besar mahasiswa merasa terkejut dengan temuan sesuai dengan lembar kerja atau tidak.
mereka sendiri. Benda yang tampak bergerak Mungkin saja mahasiswa mengakses
dengan kecepatan yang bervariasi ternyata aplikasi lain pada gawai mereka ketika
memiliki kecepatan horizontal yang sama pada berdiskusi di kelas. Untuk itu diperlukan
semua titik pada lintasan. Jadi dapat disimpulkan strategi monitoring yang tepat (Medina,
bahwa kecepatan horizontal selalu sama pada 2018). Dalam hal kontrol terhadap
gerak parabola. Kesimpulan yang mengejutkan mahasiswa, pengajar meminta bantuan
ini dapat ditampilkan dalam simulasi PhET. kepada asisten pengajar sebagai pengamat
Sebagai alternatif, kesimpulan yang sama (observer), merekam kegiatan yang
juga dapat ditunjukkan melalui pembelajaran berlangsung, atau dengan membatasi waktu
eksperiental (Yuliati, Nisa and Mufti, 2020), untuk setiap fase pembelajaran sehingga
menggunakan Tracker (Wee et al., 2012), dan mahasiswa tidak memiliki banyak waktu
simulasi MATLAB (Jahangir et al., 2020). luang untuk mengakses aplikasi lain.
Konsep kecepatan dan percepatan pada gerak Namun kontrol untuk pembelajaran daring
parabola dapat dipahami dengan baik ketika belum diterapkan secara efisien dan
menggunakan representasi vektor (Yuliati, Nisa merupakan salah satu tantangan besar
and Mufti, 2020) seperti yang telah dipelajari untuk blended learning (Zacharis, 2015).
pada materi sebelumnya. Sehingga pembelajaran Tantangan ini menjadi ruang lingkup
pada materi gerak parabola dapat dihubungkan penelitian selanjutnya.
dengan konsep vektor. Hubungan antar materi
seperti ini penting untuk menunjukkan bahwa
terdapat konsep-konsep dalam fisika tidak dalam PENUTUP
keadaan yang terisolasi dan mendukung Skema blended learning menggunakan
pandangan unity of phsyics dalam kurikulum lembar kerja berbasis simulasi PhET dengan
fisika (Grayson, 2006). menerapkan rotasi antara pembelajaran tatap
muka dan daring terbukti efektif. Temuan ini
Kendala dan antisipasi disimpulkan berdasarkan proses pembelajaran
Beberapa hal yang menjadi kendala dalam skema melalaui penerapan blended learning yang telah
blended learning dan alternatif solusi yang dapat dilaksanakan dan data pemahaman konsep siswa
diterapkan sebagai berikut. pada kategori tinggi untuk konsep vektor dan
• Proses pembelajaran memerlukan gawai, gerak parabola.
sebaiknya laptop, atau minimal Rata-rata nilai vektor 1 dimensi dan 2
smartphone. Gawai ini menjadi kunci dimensi adalah 85.94 dan 77.93. Kemudian rata-
utama untuk akses menuju simulasi PhET rata untuk nilai gerak parabola adalah 80.93.
yang diterapkan dalam blended learning. Selanjutnya melalui diskusi dan wawancara
Masalah yang sering ditemukan adalah ditemukan juga miskonsepsi dan penyebabnya.
masalah akses (Pilgrim, Hornby and Seperti pada konsep vektor ditemukan
Macfarlane, 2018). Jadi ketika terdapat miskonsepsi ketika operasi menggunakan tanda
mahasiswa tidak memiliki gawai, pengajar negatif, tidak akuratnya panjang dan arah vektor,
harus merespon dengan cepat seperti serta arah vektor hasil yang tidak tepat. Pada
mengubah proses pembelajaran dari kerja gerak parabola, mahasiswa menemukan
individu menjadi kerja pasangan atau kesimpulan yang mengejutkan mereka sendiri,
kelompok sesuai dengan kondisi yang yaitu waktu benda saat bergerak tidak bergantung
ditemukan saat pembelajaran. pada kecepatan awal dan kecepatan horizontal
selalu sama pada gerak parabola.
Karst : Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapannya
Volume 6 | Nomor 1 | 16
p-ISSN: 2622-9641 e-ISSN: 2655-1276