You are on page 1of 10

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM REHABILITASI HUTAN MANGROVE

(Studi Tentang Peran Pemerintah dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat untuk


Rehabilitasi Hutan Mangrove di Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo)

Dian Kurnia Pribadiningtyas, Abdullah Said, Mochamad Rozikin


Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya Malang
Email : dianntyaz@gmail.com

Abstract: Society Participation Towards the Rehabilitation of Mangrove (Study about


Government Roles to Improving the Society Participation for Mangrove Forest Rehabilitation
in Environmental Agent at Probolinggo City). Mangrove forests in Probolinggo City are
increasingly degraded and damaged because of the construction and activities of the local
community. The Government of Probolinggo through the Environmental Agent rehabilitates the
mangrove forest based on the society participation. The focus of this research are 1) to know the
role of Probolinggo Government in improving society participation in conserving mangrove
forests, 2) to know the results achieved in the implementation of efforts to preserve mangrove
forests 3) to know the supporters and restricting factors in increasing the participation of the
community in the rehabilitation of mangrove forests. The results of this research were to increase
community participation through some strategies that build community participation, do nursery
and infrastructure development. BLH Probolinggo had acted properly by running its role as a
modernists, regulator, catalysts, stabilizers, dinamisator and as a pioneer. The results obtained
in the implementation of rehabilitation were the positive impacts for the participation of the
community, the livelihood of fishermen and the conservation of mangrove forests.

Keywords: society participation, rehabilitation of mangrove forests, environmental degradation.

Abstrak: Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Hutan Mangrove (Studi tentang Peran
Pemerintah untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Hutan
Mangrove di Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo). Hutan mangrove di Kota
Probolinggo semakin terdegradasi dan mengalami kerusakan akibat pembangunan dan aktivitas
masyarakat. Pemerintah Kota Probolinggo melalui BLH melakukan rehabilitasi hutan mangrove
dengan berbasis partisipasi masyarakat. Fokus penelitian ini adalah 1) Peran Pemerintah Kota
Probolinggo dalam meningkatkan partisipasi masyarakat untuk rehabilitasi hutan mangrove, 2)
Hasil yang dicapai dalam pelaksanaan upaya-upaya melestarikan hutan mangrove 3) Faktor
pendukung dan penghambat dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya rehabilitasi
hutan mangrove. Hasil penelitian ini adalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat melalui
beberapa strategi yaitu membangun partisipasi masyarakat, melakukan pembibitan, dan
membangun infrastuktur. Kota Probolinggo sudah berperan dengan baik yakni dengan
menjalankan perannya sebagai modernisator, regulator, katalisator, stabilisator, dinamisator dan
sebagai pelopor. Hasil dalam pelaksanaan rehabilitasi ini adalah dampak positif bagi partisipasi
masyarakat, penghasilan nelayan dan kelestarian hutan mangrove.

Kata kunci : partisipasi masyarakat, rehabilitasi hutan mangrove, kerusakan lingkungan.

Pendahuluan negara tidak bisa terlepas dari


Seperti yang tercantum pada Undang- pembangunan.
Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Namun, akhir-akhir ini lingkungan menjadi
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan isu yang banyak dibicarakan. Hal ini
Hidup, maka kita sebagai manusia harus dikarenakan oleh tingginya dampak
menjaga kelestarian lingkungan. Terkait aktivitas manusia terhadap lingkungan yang
dengan pasal ini maka kehidupan suatu dapat membahayakan eksistensi lingkungan
itu sendiri, terutama aktivitas dalam hal

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 70-79 | 70


pembangunan. Salah satu kerusakan Berdasarkan data dari Badan
lingkungan yang paling banyak terjadi Lingkungan Hidup Kota Probolinggo
adalah kerusakan pada hutan mangrove. (2010) dan Dinas Pertanian (2011). Apabila
Seperti yang diungkapkan oleh dilihat luas hutan mangrove dari tahun
Alikodra (1995, dikutip dari Tambunan, 2010 dan 2011, luas hutan mangrove di
Harahap dan Lubis, 2005, h. 56), sebagai Kota Probolinggo mengalami penurunan
salah satu ekosistem pesisir, hutan dari angka 146,3 Ha pada tahun 2010
mangrove merupakan ekosistem yang menjadi 125,5 Ha pada tahun 2011.
tergolong unik dan rawan. Keunikan dan Begitupula yang terjadi pada luas hutan
khas hutan mangrove disebabkan oleh mangrove di setiap kawasan. Di kawasan
posisinya sebagai ekosistem peralihan, Ketapang pada tahun 2010 memiliki luas 60
antara ekosistem darat dan ekosistem laut. Ha sedangkan pada tahun 2011 menjadi 30
Kondisi ini menyebabkan ekosistem Ha sehingga terjadi penurunan 30 Ha. Di
mangrove sangat rawan terhadap pengaruh kawasan Pilang pada tahun 2010 dan 2011
luar, terutama karena spesies biota pada memiliki luas tetap seluas 15 Ha. Di
hutan mangrove ini memiliki toleransi yang kawasan Sukabumi pada tahun 2010
sempit terhadap adanya perubahan dari luar memiliki luas hutan mangrove sebesar 25
Menurut Twientananta (2011) Kota Ha dan mengalami penurunan hingga angka
Probolinggo gencar melakukan 12,5 Ha. Di kawasan Mangunharjo pada
pembangunan seperti pembangunan pabrik tahun 2010 memiliki hutan mangrove
dan pemukiman penduduk. Kota seluas 34 Ha dan pada tahun 2011 menjadi
Probolinggo merupakan daerah pesisir 63 Ha, sedangkan pada Kelurahan
dengan tingkat kerusakan mangrove yang Mayangan tahun 2010 memiliki luas 25 Ha
cukup parah. Dengan luas hutan mangrove menjadi 5 Ha pada tahun 2011.
yang diperkirakan sekitar 585 hektar Penurunan luas hutan mangrove ini,
dengan laju kerusakan sebesar empat persen selain disebabkan oleh aktivitas
per tahunnya. pembangunan seperti banyaknya industri
Luas Hutan Mangrove di Kota dan pemukiman yang dibangun di daerah
Probolinggo Tahun 2010 pesisir, tentunya kerusakan hutan mangrove
No Lokasi Luas (Ha) yang terjadi tidak terlepas dari aktivitas
masyarakat pesisir kota Probolinggo.
1. Kel. Ketapang 60
Kebiasaan nelayan dan aktivitas masyarakat
2. Kel. Mangunharjo 34
pesisir juga turut andil dalam kerusakan
3. Kel. Mayangan 12,30
hutan mangrove seperti memancing udang
4. Kel. Pilang 15
dengan alat sundu, kegiatan mencari
5. Kel. Sukabumi 25
kepiting dan cacing serta mencari tiram di
Total 146,3 sekitar hutan mangrove, mendaratkan
Sumber : BLH Kota Probolinggo Tahun perahu-perahu di sekitar tanaman mangrove
2010 dan limbah rumah tangga.
Luas Hutan Mangrove di Kota Fenomena kerusakan hutan mangrove
Probolinggo Tahun 2011 ini tentu akan membawa dampak buruk
Luas Presentase bagi lingkungan maupun masyarakat pesisir
No Lokasi Lokasi Tutupan di sekitar pantai Kota Probolinggo. Upaya-
(Ha) (%) upaya melestarikan hutan mangrove juga
1. Ketapang 30 16.0 telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
2. Pilang 15 125.3 Probolinggo, yaitu dengan penyusunan dan
3. Sukabumi 12,5 73.1 penegakan hukum melalui Peraturan
4. Mangunharjo 63 36.1 Daerah No. 19 tahun 2002 tentang
5. Mayangan 5 84.8 Penetapan Kawasan Lindung. Juga dengan
Total 125,5 melakukan rehabilitasi atau penanaman
kembali hutan mangrove melalui program
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan
yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan
tahun 2011
Hidup (BLH) Kota Probolinggo.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 70-79 | 71


Pemerintah Kota Probolinggo membuat perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
program-program rehabilitasi untuk menikmati hasil. Dapat dijabarkan sebagai
dilaksanakan bersama dengan masyarakat berikut :
serta sebagai pengontrol mengenai jalannya
pelaksanaan-pelaksanaan program tersebut. a. Tahap perencanaan
Dari penjabaran tersebut maka perlu Dalam tahap perencanaan ini diukur
partisipasi masyarakat untuk mencegah dengan melihat jumlah kehadiran warga
kerusakan hutan mangrove yang lebih dalam rapat maupun penyuluhan
parah. Partisipasi tersebut khususnya bagi sebelum adanya kegiatan penanaman
masyarakat yang bermukim di daerah mangrove serta keaktifan dalam
pesisir yang berhubungan langsung dengan mamberikan berbagai usulan maupun
kawasan hutan mangrove. Dikarenakan pertanyaan dalam rapat.
kerusakan hutan mangrove sebagian besar b. Tahap pelaksanaan
diakibatkan oleh aktivitas masyarakat Dalam tahap pelaksanaan ini,
pesisir. Selain itu, Pemerintah Kota partisipasi masyarakat dilihat dalam
Probolinggo juga mempunyai program- melakukan kegiatan penanaman
program untuk mengatasi fenomena mangrove tersebut, baik atas inisiatif
kerusakan hutan mangrove tersebut. individu, kelompok maupun yang
Tentunya dalam pelaksanaannya diselenggarakan oleh pemerintah
dibutuhkan peran serta dari masyarakat maupun LSM. Dalam pelaksanaan ini
untuk mensukseskan program tersebut. indikator yang digunakan adalah
frekuensi dalam pelaksanaan kegiatan,
Tinjauan Pustaka inisiatif kegiatan dan kemauan untuk
1. Partisipasi Masyarakat mencapai keberhasilan.
Seperti yang diungkapkan Alastraire c. Tahap evaluasi
(dikutip dari Sastropoetro, 1986, h.86), Partisipasi masyarakat yang dilihat
menyebutkan bahwa partisipasi diartikan pada tahap evaluasi meliputi
sebagai keterlibatan komuni setempat yang pemeliharaan. Pengawasan dan
secara aktif dalam pengambilan pertemuan evaluasi hasil kegiatan yang
keputusan/pelaksanaannya terhadap telah dilakukan.
proyek-proyek pembangunan. d. Tahap menikmati hasil
Berdasarkan hasil penelitian Goldsmith Keberhasilan partisipasi masyarakat
dan Blustain (1980, h. 119 dikutip dari pada tahap ini dapat dilihat dari
Ndraha, 1990), bahwa masyarakat tergerak seberapa besar manfaat yang diterima
untuk berpartisipasi jika partisipasi itu masyarakat setelah adanya rehabilitasi
dilakukan melalui organisasi yang sudah seperti semakin tingginya hasil
dikenal atau yang sudah ada di tengah- tangkapan nelayan.
tengah masyarakat, partisipasi itu Dalam meningkatkan partisipasi
memberikan manfaat langsung kepada masyarakat dibutuhkan peranan dari
masyarakat yang bersangkutan, manfaat pemerintah itu sendiri. Pemerintah memiliki
yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat peranan dasar yang perlu dirinci dan
memenuhi kepentingan masyarakat dilaksanakan. Perincian dan pelaksanaan
setempat serta dalam proses partisipasi itu dasar inilah yang disebut sebagai peranan
terjamin adanya kontrol yang dilakukan administrative (administrative roles).
oleh masyarakat. Menurut Katz (dikutip dari Ndraha, 1990,
h. 112), kemampuan administratif di
2. Indikator Keberhasilan Partisipasi bidang pembangunan adalah kemampuan
Masyarakat. untuk mencapai tujuan yang diinginkan
Untuk mengetahui berhasil atau melalui sistem-sistem pembangunan.
tidaknya suatu partisipasi dalam Sistem-sistem tersebut adalah pelaksanaan
masyarakat, diungkapkan oleh Erwiantono tugas (performance), struktur (structure),
(2006), dapat diketahui dari beberapa dan hubungan dalam lingkungan
indikator yang dinilai dari mulai tahap (environmental linkages). Dengan kata lain,

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 70-79 | 72


kemampuan administratif adalah 5. Selaku pelopor, bahwa pemerintah
kemampuan untuk mencapai tujuan yang tidak hanya menjalankan fungsi
telah ditetapkan melalui pelaksanaan tugas selaku perumus kebijakan dan
yang didukung oleh struktur organisasi dan penyusun rencana pembangunan
lingkungan. saja, tetapi juga sebagai pelaksana
pembangunan yang inovatif yang
3. Peran Pemerintah dalam mampu memecahkan berbagai
Pembangunan tantangan dan keterbatasan yang
Seperti yang diungkapkan oleh Siagian ada.
(1984, h. 194), peranan pemerintah terlihat Menurut Kartasasmita (1996), dalam
dalam lima wujud utama yaitu sebagai era otonomi daerah dan keterbukaan seperti
berikut : saat ini, peran pemerintah di masa kini dan
1. Selaku modernisator, bahwa masa mendatang dalam pembangunan guna
pemerintah bertindak untuk mewujudkan kesejahteraannya adalah
mengantarkan masyarakat yang berfungsi sebagai regulator, modernisator,
sedang membangun menuju katalisator/fasilitator, dinamisator,
modernisasi dan meninggalkan cara stabilisator dan pelopor/stimulator, yang
dan gaya hidup tradisional yang menekankan pada upaya kemandirian
sudah tidak sesuai lagi dengan tata dalam pemberdayaan masyarakat. Sebagai
kehidupan modern. regulator, pemerintah memberikan acuan
2. Selaku katalisator, bahwa dasar yang selanjutnya diterjemahkan oleh
pemerintah harus dapat masyarakat sebagai instrumen untuk
memperhitungkan seluruh faktor mengatur kehidupan bermasyarakat dalam
yang berpengaruh dalam koridor persatuan Indonesia. Sebagai
pembangunan nasional, modernisator pemerintah berkewajiban
mengendalikan faktor negatif yang membawa perubahan-perubahan ke arah
cenderung menjadi penghalang pembaharuan masyarakat. Sebagai
sehingga dampaknya dapat katalisator/fasilitator, pemerintah berusaha
diminimalisir dan dapat mengenali menciptakan atau memfasilitasi suasana
faktor-faktor yang sifatnya yang tertib, nyaman dan aman, termasuk
mendorong laju pembangunan menfasilitasi tersedianya sarana dan
nasional sehingga mampu menarik prasarana pembangunan. Sebagai pelopor
manfaat yang sebesar-besarnya. atau stimulator, pemerintah harus mampu
3. Selaku dinamisator, bahwa peran menunjukkan contoh-contoh nyata dan
pemerintah bertindak sebagai mendorong masyarakat untuk mengikuti
pemberi bimbingan dan pengarahan contoh tersebut melalui tindakan nyata jika
kepada masyarakat yang ditujukan memang contoh tersebut bermanfaat. Dari
dengan sikap, tindak-tanduk, berbagai peranan pemerintah dalam
perilaku dan cara bekerja yang baik pembangunan di atas ditetapkan satu
yang dapat dijadikan panutan bagi tujuan yaitu untuk memberikan
masyarakat dalam melakukan kesejahteraan kepada masyarakat.
pembangunan.
4. Selaku stabilisator, bahwa peran 4. Indikator Kesejahteraan Masyarakat
pemerintah adalah stabilisator yang di Kawasan Hutan Mangrove
menjaga kestabilan nasional agar Pada sektor pembangunan yang menjadi
tetap mantap dan terkendali indikator kesejahteraan adalah dengan
sehingga kebijakan-kebijakan yang menentukan jumlah pendapatan perkapita.
telah ditetapkan akan dapat Namun, dalam kaitannya dengan indikator
dilaksanakan dengan baik dan kesejahteraan, adanya rehabilitasi hutan
rencana-rencana, program-program mangrove juga memiliki andil yang besar
dan kegiatan-kegiatan operasional dalam meningkatkan pendapatan
akan berjalan dengan lancar. masyarakat di daerah sekitar hutan
mangrove. Apabila pendapatan perkapita

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 70-79 | 73


dipakai sebagai ukuran tingkat pengumpulan data, reduksi data, penyajian
kesejahteraan, maka tingkat kesejahteraan data, dan penarikan kesimpulan / verifikasi.
masyarakat di sekitar kawasan hutan
mangrove dapat dilihat melalui manfaat apa Temuan Peneliti
sajakah yang diberikan untuk masyarakat 1. Partisipasi Masyarakat di Kota
setelah adanya program rehabilitasi. Seperti Probolinggo
yang dikemukakan Sobari (2006, h. 69-71), Berdasarkan hasil penelitian,
dalam konteks ini ada beberapa manfaat pelestarian lingkungan di Kota Probolinggo
yaitu : menggunakan strategi berbasis partisipasi
a. Manfaat langsung, yaitu manfaat yang masyarakat (Participation Rural
langsung diambil dari sumber daya. Appraisal/PRA). Penerapan PRA di Kota
Manfaat langsung tersebut berupa Probolinggo dapat dikatakan cukup
manfaat usaha tambak, manfaat dari berhasil. Hal ini didasarkan pada kondisi
hasil kayu, manfaat penangkapan hasil masyarakat Kota Probolinggo yang sudah
perikanan. terlihat cukup mandiri dalam pelestarian
b. Manfaat tidak langsung, yaitu nilai lingkungan, khususnya hutan mangrove.
yang secara tidak langsung dirasakan Berbagai kalangan dan kelompok
manfaatnya oleh masyarakat, dapat masyarakat sudah mulai banyak melakukan
berupa fisik misal hal yang mendukung penanaman. Dengan adanya konsep PRA
nilai guna langsung misalnya hutan ini kesadaran dan kepedulian masyarakat
mangrove sebagai penahan abrasi Kota Probolinggo terhadap pelestarian
pantai. Selain manfaat tidak langsung hutan mangrove ini dapat dibina. Dengan
berupa fisik, hutan mangrove juga konsep ini pula masyarakat dapat dilatih
memiliki manfaat biologi sebagai kemandiriannya dalam pengelolaan
nursery ground yaitu tempat lingkungan. Masyarakat dapat dilatih untuk
berkembang biaknya ikan yang berinsiatif, berinovasi serta berorganisasi.
tentunya akan menambah produktivitas Keberhasilan Kota Probolinggo dalam
hasil tangkapan nelayan. konsep PRA ini ditunjukkan dengan
semakin antusiasnya masyarakat apabila
Metode Penelitian dilibatkan dalam pelestarian lingkungan.
Penelitian ini menggunakan metode Dalam rehabilitasi hutan mangrove,
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. masyarakat digerakkan untuk ikut
Fokus permasalahan penelitian ini adalah berpartisipasi dalam program pelestarian
(1) Peran Pemerintah Kota Probolinggo lingkungan dengan cara menggerakkan
dalam Meningkatkan Partisipasi seluruh elemen masyarakat mulai dari
Masyarakat untuk Rehabilitasi Hutan kalangan pendidikan sampai kelompok
Mangrove (2) Hasil yang Dicapai dalam masyarakat serta dalam pelaksanaannya
Pelaksanaan Upaya-Upaya Melestarikan juga melibatkan pihak swasta yaitu Bee Jay
Hutan Mangrove (3) Faktor Pendukung dan sebagai investor di Kota Probolinggo.
Penghambat dalam Meningkatkan Dari keterlibatan pemerintah, swasta dan
Partisipasi Masyarakat dalam Upaya masyarakat Kota Probolinggo cukup
Rehabilitasi Hutan Mangrove. mencerminkan Good Governance dalam
Lokasi dan situs penelitian adalah menyelenggarakan pemerintahan.
Badan Lingkungan Hidup Kota Strategi yang disusun oleh pemerintah Kota
Probolinggo. Sumber data diperoleh dari Probolinggo cukup mampu menggerakkan
data primer dan data sekunder. partisipasi masyarakat. Masyarakat Kota
Pengumpulan data dilakukan melalui Probolinggo menjadi cukup aktif dalam
wawancara, observasi dan dokumentasi. pelestarian hutan mangrove.
Analisis data menggunakan interactive Adapun strategi PRA yang dilakukan
model of analysis menurut Miles dan oleh Pemerintah Kota Probolinggo untuk
Hubberman (1992, h. 15). Analisis model meningkatkan partisipasi masyarakat adalah
interaktif ini melalui 4 tahap yakni dengan membangun partisipasi masyarakat
itu sendiri yaitu dengan menggerakkan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 70-79 | 74


berbagai elemen masyarakat (kalangan pengerusakan terhadap hutan mangrove
pendidikan, aparatur pemerintah dan dapat diminimalisir.
kelompok masyarakat serta pihak swasta), Menurut Alastraire dalam Sastropoetro
merintis kerja sama dengan CEI (1986:52), partisipasi diartikan sebagai
(Caretakers of Environmental keterlibatan komuni setempat secara aktif
International), melakukan sosialisasi baik dalam pengambilan
secara langsung terjun ke lapangan maupun keputusan/pelaksanaannya terhadap
media elektronik seperti radio dengan proyek-proyek pembangunan. Dalam hal ini
mengadakan program talkshow pelestarian pemerintah Kota Probolinggo melalui BLH
lingkungan di radio Suara Kota telah berusaha untuk menggerakkan
Probolinggo serta adanya program masyarakat dalam rehabilitasi. Salah
unggulan seperti pembentukan kelompok satunya adalah dengan merangkul kalangan
masyarakat. pendidikan yakni siswa-siswi baik SD
Strategi yang kedua adalah dengan hingga SMU di Kota Probolinggo rutin
adanya pemfasilitasan pembibitan yaitu mengadakan rehabilitasi hutan mangrove.
dengan mempunyai kebun bibit mangrove Dengan merangkul kalangan pendidikan
sendiri yang dinamakan Kebun Bibit juga diharapkan untuk dapat merangkul
Rakyat (KBR). KBR ini merupakan semua elemen masyarakat.
program pemerintah yang bekerja sama Dalam pelaksanaannya seluruh elemen
dengan Dinas Pertanian. KBR ini dikelola masyarakat ikut serta di bawah pengawasan
secara mandiri oleh kelompok masyarakat BLH seperti kalangan pendidikan,
yakni Kelompok Petani Mangrove. Strategi kelompok profesi dan agama dan instansi
yang ketiga adalah adanya pembangunan pemerintahan digerakkan serta. Kelompok
jembatan oleh BLH Kota Probolinggo. masyarakat di bawah pengawasan Dinas
Untuk pasca penanaman, BLH Kota Kelautan dan Perikanan turut berpartisipasi
Probolinggo juga bekerja sama dengan dengan melakukan pengawasan kelestarian
Dinas Kelautan dan Perikanan. Dimana mangrove yang ditanam oleh berbagai
dinas ini membentuk suatu kelompok lapisan masyarakat, sedangkan Dinas
masyarakat yaitu Kelompok Masyarakat Pertanian dengan Kelompok Tani
Pengawas Pesisir (Pokmaswas). menyediakan dan mengelola bibit
Pokmaswas ini juga dikelola oleh mangrove yang nantinya akan digunakan
masyarakat, khususnya masyarakat nelayan. untuk rehabilitasi.
Kelompok ini bertanggungjawab atas Menurut Goldsmith dan Blustain
pemeliharaan dan pengawasan hutan dalam Ndraha (1990) bahwa masyarakat
mangrove pasca penanaman oleh BLH tergerak untuk berpartisipasi jika partisipasi
bersama masyarakat. itu dilakukan melalui organisasi yang sudah
Menurut hasil observasi peneliti, ada di tengah masyarakat, partisipasi itu
dengan adanya strategi yang mencakup tiga memberikan manfaat langsung kepada
aspek yaitu membangun masyarakat, masyarakat yang bersangkutan, manfaat
pembibitan dan pembangunan infrastruktur langsung yang diperoleh dari partisipasi itu
ini cukup efektif menggerakkan partisipasi dapat memenuhi kepentingan masyarakat
masyarakat. Strategi ini sudah berjalan setempat.
cukup baik, kawasan hutan mangrove Partisipasi yang dilakukan oleh
menjadi lebih tebal dan lestari, meskipun masyarakat Kota Probolinggo menjadi lebih
masih ditemukan sedikit lahan yang efektif dikarenakan ada kelompok
mengalami kerusakan. Keberhasilan ini masyarakat yang ada di tengah masyarakat
juga didukung oleh adanya regulasi yang seperti Kelompok Tani dan Pokmaswas.
dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Peran aktif dari masyarakat juga meningkat
Probolinggo yaitu Peraturan Daerah Kota karena partisipasi mereka memberikan
Probolinggo Nomor 29 Tahun 2002 tentang dampak positif bagi masyarakat khususnya
Penetapan Kawasan Lindung. Dengan untuk masyarakat nelayan. Dengan adanya
adanya regulasi ini aktivitas masyarakat rehabilitasi hutan mangrove ini, pendapatan
Kota Probolinggo dapat dikontrol dan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 70-79 | 75


nelayan semakin meningkat karena jumlah seperti semakin tingginya hasil tangkapan
tangkapan ikan semakin banyak perharinya. nelayan. Pada tahap evaluasi indikatornya
Dalam proses partisipasi yang adalah pemeliharaan dan pengawasan.
meliputi tahap perencanaan, tahap Pemeliharaan dan pengawasan hutan
pelaksanaan serta evaluasi. Menurut mangrove dilakukan oleh kelompok
Erwiantono (2006) untuk mengetahui masyarakat pengawas pesisir. Kelompok ini
berhasil atau tidaknya suatu partisipasi rutin untuk melakukan pemeliharaan seperti
dalam masyarakat dapat diketahui dari penyemprotan hama pohon mangrove.
beberapa indikator yang dinilai dari mulai Pengawasan dilakukan dengan menyusuri
tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kawasan mangrove menggunakan perahu
dan menikmati hasil. maupun berjalan kaki untuk mengontrol
Dalam tahap perencanaan ini diukur pertumbuhan tanaman mangrove serta
dengan melihat sejumlah kehadiran warga melakukan penangkapan terhadap oknum-
dalam rapat maupun penyuluhan sebelum oknum tidak bertanggung jawab yang
adanya kegiatan penanaman mangrove serta melakukan pengerusakan hutan mangrove
keaktifan dalam memberikan berbagai sedangkan pada tahap menikmati hasil,
usulan maupun pertanyaan dalam rapat. masyarakat khususnya nelayan sangat
Dalam tahap perencanaan, dapat diambil menikmati hasil rehabilitasi ini. Pasca
contoh masyarakat dalam kelompok rehabilitasi jumlah tangkapan ikan nelayan
masyarakat pengawas pesisir misalnya. semakin meningkat hingga dua kali lipat
Kelompok masyarakat ini apabila ada sehingga fungsi mangrove sebagai nursery
sosialisasi kegiatan dari Dinas terkait ground sekaligus sebagai pencegah abrasi
rehabilitasi antusiasme masyarakat cukup laut tetap terjaga.
tinggi ditandai dengan banyaknya anggota Menurut indikator di atas dapat
masyarakat yang hadir dan memberikan dikatakan bahwa proses partisipasi
tanggapan atas program yang masyarakat Kota Probolinggo terhadap
disosialisasikan oleh pemerintah Kota rehabilitasi hutan mangrove cukup berhasil
Probolinggo. Antusiasme masyarakat juga karena pada tahap perencanaan,
cukup tinggi apabila diadakan sosialisasi di pelaksanaan, evaluasi hingga tahap
sekolah-sekolah oleh BLH. menikmati hasil masyarakat sudah
Pada tahap pelaksanaan, partisipasi berpartisipasi baik secara individu maupun
masyarakat dilihat dalam melakukan kelompok masyarakat.
kegiatan penanaman mangrove tersebut,
baik atas inisiatif individu, kelompok 2. Peranan BLH Kota Probolinggo
maupun LSM. Dalam pelaksanaan ini, dalam Meningkatkan Partisipasi
indikator yang digunakan adalah frekuensi Masyarakat
dalam pelaksanaan kegiatan, inisiatif Dalam pelaksanaannya pemerintah
kegiatan dan kemauan untuk mencapai Kota Probolinggo melalui BLH sudah
keberhasilan. Pada tahap pelaksanaannya, menjalankan perannya dengan baik yakni
juga dapat dikatakan berhasil karena sejak sebagai modernisator, regulator,
awal sosialisasi hingga pelaksanaan katalisator/fasilitator, dinamisator,
antusiasme masyarakat tetap tinggi. Terlihat stabilisator dan sebagai pelopor. Peran
dari frekuensi penanaman mangrove yang sebagai modernisator diwujudkan dengan
cukup intens tiap bulannya dan permintaan merubah pola pikir masyarakat yang masih
bibit mangrove semakin meningkat. tradisional akan kelestarian lingkungan
Pada tahap evaluasi, partisipasi menjadi lebih terbuka sehingga masyarakat
masyarakat dilihat dari aspek pemeliharaan, memiliki kesadaran untuk melestarikan
pengawasan dan pertemuan evaluasi hasil hutan mangrove. Peran sebagai regulator
kegiatan yang telah dilakukan sedangkan diwujudkan dengan menyusun berbagai
pada tahap menikmati hasil, keberhasilan regulasi terkait pelestarian lingkungan,
masyarakat pada tahap ini dapat dilihat dari termasuk Perda Nomor 19 Tahun 2002.
seberapa besar manfaat yang diterima Perda ini berfungsi sebagai instrumen untuk
masyarakat setelah adanya rehabilitasi mengontrol aktivitas masyarakat yang

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 70-79 | 76


rentan terhadap pengerusakan lingkungan dirasa cukup berhasil dalam meningkatkan
sehingga pengerusakan lingkungan dapat partisipasi masyarakat Kota Probolinggo.
diminimalisir dan apabila ada masyarakat Masyarakat Kota Probolinggo semakin
yang melakukan pelanggaran maka akan tergerak dalam setiap program pelestarian
ditindak secara tegas sesuai peraturan yang lingkungan. Ditandai dengan berhasilnya
berlaku. setiap pelaksanaan program rehabilitasi.
Peran sebagai katalisator/fasilitator Juga ditandai dengan banyak permintaan
diwujudkan dengan BLH Kota Probolinggo bibit mangrove oleh masyarakat karena
berusaha meminimalkan faktor yang mereka berinisiatif menanam mangrove
menjadi hambatan dalam pelaksanaan atas nama kelompok mereka. Semula BLH
rehabilitasi dan memaksimalkan faktor yang berusaha keras menggerakkan
yang akan memaksimalkan program masyarakat, akhirnya masyarakat pun
rehabilitasi, seperti terus meningkatkan memiliki keinginan untuk menanam sendiri
partisipasi masyarakat yang mana tanpa harus melalui program-program yang
masyarakat merupakan faktor yang rentan dilaksanakan oleh pemerintah.
menjadi penghambat dalam pelaksanaan Hal ini juga didukung dengan
program. BLH memaksimalkan dengan terbentuknya kelompok-kelompok
cara membentuk masyarakat-masyarakat itu masyarakat yang sebagian besar berprofesi
menjadi kelompok-kelompok masyarakat sebagai nelayan. Dengan adanya kelompok
seperti Kelompok Petani Mangrove dan masyarakat ini maka akan mempermudah
Kelompok Pengawas Pesisir. BLH juga BLH untuk menjalin komunikasi dengan
melakukan pemfasilitasan seperti masyarakat nelayan karena BLH memiliki
membangun infrastruktur dan mediator kelompok masyarakat. Tentunya
pemfasilitasan bibit mangrove dan kelompok masyarakat akan lebih mudah
pendanaan. melakukan komunikasi dengan masyarakat
Peran sebagai dinamisator dan karena kelompok ini juga berasal dari
stabilisator dilaksanakan dengan masyarakat sekitar pesisir.
memberikan bimbingan maupun sosialisasi Untuk hasil yang kedua adalah dampak
kepada masyarakat akan pentingnya hutan terhadap penghasilan nelayan pantai di
mangrove, sedangkan untuk stabilisator pesisir Kota Probolinggo. Penghasilan
adalah menstabilkan kesadaran masyarakat nelayan pantai pada konteks ini merupakan
Kota Probolinggo agar tetap memiliki manfaat langsung dari adanya rehabilitasi.
kesadaran terhadap pentingnya hutan Manfaat langsung yaitu manfaat yang
mangrove. Untuk peran sebagai pelopor langsung diambil dari sumber daya.
ditunjukkan BLH Kota Probolinggo dengan Manfaat langsung tersebut dapat berupa
memberikan contoh kepada masyarakat manfaat hasil kayu dan manfaat hasil
dengan memberikan gagasan rehabilitasi perikanan. Di kawasan pesisir Kota
dan ikut melakukan pendampingan apabila Probolinggo, perbedaan antara sebelum
ada masyarakat yang melakukan dilaksanakan rehabilitasi dan setelah
penanaman. adanya rehabilitasi. Perbedaannya terletak
Untuk hasil yang dicapai dalam pada jumlah hasil tangkapan, sebelum
pelaksanaan upaya rehabilitasi hutan adanya rehabilitasi hasil tangkapan nelayan
mangrove ini adalah dampak terhadap pantai hanya mencapai 1 sampai 4
masyarakat di kawasan pesisir itu sendiri, keranjang perharinya.
khususnya masyarakat nelayan. Dampak Namun setelah adanya rehabilitasi,
yang ditimbulkan meliputi 1) partisipasi hasil tangkapan nelayan meningkat hingga
masyarakat 2) penghasilan nelayan pantai dua kali lipat dari hasil tangkapan
dan 3) kelestarian hutan mangrove. sebelumnya. Sejauh ini, dengan melihat
hasil tangkapan nelayan yang semakin
3. Dampak Program Rehabilitasi Hutan meningkat, dimana peningkatan hasil
Mangrove tangkapan merupakan salah satu indikator
Berdasarkan observasi peneliti, dengan kesejahteraan masyarakat maka dapat
adanya rehabilitasi hutan mangrove ini dikatakan bahwa kesejahteraan masyarakat

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 70-79 | 77


pesisir kota Probolinggo semakin Untuk faktor pendukung dan
meningkat. penghambat rehabilitasi hutan mangrove,
Untuk hasil yang ketiga adalah dampak dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor
terhadap kelestarian lingkungan. Dampak internal dan faktor eksternal. Faktor
pada kelestarian hutan mangrove ini dapat pendukung internal meliputi adanya
dikategorikan sebagai manfaat yang secara kesiapan lembaga dalam pelaksanaan
tidak langsung dapat dirasakan oleh program yaitu dengan adanya koordinasi
masyarakat akibat adanya program BLH dengan Dinas Pertanian dan Dinas
rehabilitasi. Kelautan dan Perikanan mulai tahap
Manfaat tidak langsung adalah nilai penanaman hingga pasca penanaman.
yang secara tidak langsung dirasakan Faktor internal yang kedua adalah adanya
manfaatnya oleh masyarakat, dapat berupa pembibitan melalui KBR, dan faktor yang
fisik yang mendukung nilai guna langsung ketiga adalah pembangunan infrastruktur
misalnya hutan mangrove sebagai penahan berupa jembatan sebagai akses masuk ke
abrasi pantai. Selain manfaat tidak langsung dalam hutan mangrove. Faktor pendukung
berupa fisik, hutan mangrove juga memiliki eksternal yaitu antusiasme masyarakat Kota
manfaat biologi sebagai nursery ground Probolinggo yang cukup tinggi dalam
yaitu tempat berkembangbiaknya ikan yang pelaksanaan rehabilitasi.
tentunya akan menambah produktivitas Faktor penghambat internal yaitu masih
hasil tangkapan nelayan. belum maksimalnya pembangunan
Selain itu, manfaat dari adanya infrastruktur yakni pembuatan jembatan
rehabilitasi juga dapat dirasakan dengan yang belum selesai dan masih kurangnya
semakin tebalnya kawasan hutan mangrove jalan setapak sebagai akses masuk ke hutan
di kawasan pesisir Kota Probolinggo. mangrove yang lebih dalam. Selain itu juga
Berdasarkan hasil penelitian, kerusakan dihambat oleh pendanaan yang minim
yang timbul hanya 10% dari jumlah total untuk pembangunan jembatan, sehingga
keseluruhan. Hal ini merupakan sebuah pembangunan jembatan dilakukan secara
kemajuan mengingat sebelumnya hutan bertahap. Sedangkan untuk faktor
mangrove memiliki tingkat kerusakan eksternalnya adalah masih ada masyarakat,
mangrove yang parah. Kegiatan masyarakat walaupun sebagian kecil, yang belum
juga lebih terkontrol karena memiliki kesadaran terhadap pelestarian
pengalihfungsian lahan mulai jarang terjadi. hutan mangrove.
Hanya terlihat sedikit kerusakan yang
terjadi dan akan dijadikan agenda dari BLH Kesimpulan
untuk segera melakukan penanaman. 1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Dengan tercapainya manfaat baik dilakukan di Badan Lingkungan Hidup
langsung maupun tidak langsung ini Kota Probolinggo, partispasi
tentunya membawa dampak positif bagi masyarakat sudah cukup baik. Hal ini
kehidupan masyarakat pesisir khususnya didukung dengan adanya strategi yang
yang mempunyai mata pencaharian sebagai dilakukan oleh pemerintah Kota
nelayan. Dimana nelayan sangat bergantung Probolinggo melalui BLH yang bekerja
pada kondisi ekosistem laut. Selain itu, sama dengan Dinas Pertanian dan
adanya rehabilitasi mangrove akan Dinas Kelautan Perikanan. Strategi-
membuat fungsi kawasan mangrove sebagai strategi ini meliputi membangun
tempat berkembangbiaknya ikan dan partisipasi masyarakat, pemfasilitasan
mencegah terjadinya abrasi laut akan tetap pembibitan dan pembangunan
terjaga. Hal ini akan membuat kawasan infrastruktur
pesisir Kota Probolinggo akan semakin 2. Dengan adanya strategi dan
berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat pelaksanaan rehabilitasi hutan
penghidupan bagi nelayan sekitar dan akan mangrove ini, Pemerintah Kota
membuat kawasan pesisir Kota Probolinggo Probolinggo sudah menjalankan
semakin terjamin kelestariannya. perannya dengan baik yaitu peran
sebagai modernisator, regulator,

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 70-79 | 78


katalisator/fasilitator, dinamisator, penanaman hingga pasca penanaman,
stabilisator dan sebagai pelopor. adanya Kebun Bibit Rakyat, adanya
3. Hasil yang dirasakan pasca rehabilitasi pembangunan infrastruktur, dan
cukup dirasakan oleh masyarakat yaitu antusiasme masyarakat yang cukup
semakin tinggi antusiasme masyarakat tinggi. Sedangkan faktor
terhadap pelestarian hutan mangrove, penghambatnya meliputi terbatasnya
semakin meningkatnya hasil tangkapan pembangunan infrastruktur berupa
nelayan pantai dan kembalinya jembatan dan jalan setapak, terbatasnya
kelestarian dan fungsi hutan mangrove. pendanaan sehingga pembangunan
4. Faktor pendukung dan faktor jembatan dilakukan secara bertahap dan
penghambat rehabilitasi yaitu adanya masih ada sebagian kecil masyarakat
koordinasi yang baik antara BLH yang kurang antusias terhadap
dengan Dinas Pertanian dan Dinas pelestarian hutan mangrove.
Kelautan dan Perikanan mulai dari

Daftar Pustaka

Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Tahun 2010.


Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Probolinggo Tahun 2011.
Erwiantono (2006) Kajian Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem
Mangrove di Kawasan Teluk Pangpang Banyuwangi. [Internet],3 (1), pp. 47-50. Diunduh dari :
<https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com/2012/03/jurnal-vol-3-no-1-erwin.pdf>
[Accessed 14 November 2012].
Kartasasmita, Ginandjar. (1996) Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan. Jakarta, CIDES.
Miles, B. Matthew and Hubberman A. Michael. (1992) Analisis Data Kualitatif. Jakarta, Universitas
Indonesia (UI Press).
Ndraha, Taliziduhu. (1990) Pengembangan Masyarakat : Mempersiapkan Masyarakat Tinggal
Landas. Jakarta, Rineka Cipta.
Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Penetapan Kawasan Lindung.
Sastropoetro, RA, Santoso. (1986) Partisipasi Komunikasi Persuasi dan Disiplin Pembangunan
Nasional. Bandung, Alumni.
Siagian, Sondang. (1983) Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi dan Strateginya. Jakarta.
Gunung Agung.
Sobari, Moch. Prihatna, Luky Andrianto dan Nurdiana Azis. (2006) Analisis Ekonomi Alternatif
Pengelolaan Ekosistem Mangrove Kecamatan Barru, Kabupaten Barru [Internet], 4 (3),
pp.69-71.
Diunduh dari : <http://journal.ipb.ac.id/index.php/bulekokan/article/viewFile/2625/1609>
[Accessed 20 November 2012].
Tambunan, Ridwan, R.Hamdani Harahap dan Zulkifli Lubis. (2005) Pengelolaan Hutan Mangrove di
Kabupaten Asahan. Studi Kasus Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan
Mangrove di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Asahan. [Internet], 1 (1) October, pp.56.
Diunduh dari : <http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678> [Accessed 14 November 2012].
Twientanata, Putrie. (2011) Kerusakan Ekosistem Hutan Bakau dan Upaya Rehabilitasinya di
Pesisir Kota Probolinggo. [Internet]. Diunduh dari : < blog.ub.ac.id/putrietwient/2011 >
[Accessed 25 September 2012].
Undang ± Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
[Internet].
Diunduh dari :
<http://datahukum.pnri.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&downlo
ad=1144:uu32tahun2009&id=21:tahun-2009&Itemid=27&start=20> [Accessed 25 September
2012.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 70-79 | 79

You might also like