You are on page 1of 43

ANALISA KESTABILAN LERENG TAMBANG

Fathurrizal Muhammad
Geotechnics Training Member of Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
(Rekayasa Geoteknik Tambang Terbuka) (6883 LB)
Sketchmine Indonesia University of Indonesia
Padjadjaran University
Slope Design Process
Metode Perhitungan Kestabilan Lereng

Limit Equilibrium Method: Finite Element Method :

1. Slide 1. Phase2
2. Geostudio / Geoslope 2. Plaxis
3. Flac

Metode Kesetimbangan Batas (LEM) Metode Element Hingga (FEM)


Laju Kecepatan Gerakan Tanah dan Batuan (Hansen, 1984)
Perhitungan Kestabilan Lereng berdasarkan
Metode Kesetimbangan Batas
Contoh Pemodelan Metode Kesetimbangan Batas
Failure of Slope
• The stability of Slope is interpreted through the value of Factor of Safety (FS)
• Factor of safety is described as the ratio between the available shear strength (𝜏𝑟 )of
the soil to shear stress (𝜏𝑑 ) 𝝉𝒓 (𝑺𝒉𝒆𝒂𝒓 𝑺𝒕𝒓𝒆𝒏𝒈𝒕𝒉)
𝑭𝑺 =
𝝉𝒅 (𝑺𝒉𝒆𝒂𝒓 𝑺𝒕𝒓𝒆𝒔𝒔)
Failure happens when the shear strength
(shear capacity) of soil cannot resist the
shear stress (shear load)
Metode Bishop
• Metode Bishop mengasumsikan sebuah area kelongsoran yang berupa lingkaran yang akan memotong bidang tanah dengan jari-jari R
sesuai dengan titik pusat jari-jari yang diambil sebagai asumsi. Titik pusat lingkaran ini dapat diambil beberapa titik untuk mendapatkan
beberapa jenis bentuk kelongsoran.
• Wj is the total weight of a slice including any external load.
• Ej is the interslice lateral effective force.
• (Js)j is the seepage force on the slice.
• Nj is the normal force along the slip surface.
• Tj is the mobilized shear force along the slip surface.
• Xj is the interslice shear force.
• Uj is the force from the porewater pressure.
• zj is the location of the interslice lateral effective force.
• zw is the location of the porewater force.
• aj is the location of the normal effective force along the slip surface.
• bj is the width of the slice.
• lj is the length of slip surface along the slice.
• uj is the inclination of the slip surface within the slice to the horizontal plane.

Gambaran Metode Bishop


Contoh Kasus

b 1. Cari kedalaman Tension Crack


2𝑠 2×30
𝑧𝑐𝑟 = 𝛾𝑢= 18 = 3.33 m

2. Hitung Nilai FS
−𝜃 +𝜃
Metode Irisan Bishop
1 Lapisan Tanah
𝒓𝒖 = 𝒛𝒘 × 𝜸𝒘 × 𝒃ൗ𝑾

Penentuan nilai mj
Perhitungan Metode Bishop
Mempertimbangkan Tension Crack
Penentuan nilai mj
Perhitungan Metode Bishop
Mempertimbangkan Tension Crack yang terisi air
Penentuan nilai mj
Metode Irisan Bishop
3 Lapisan Tanah
Membuat Irisan
Perhitungan
Metode Janbu
Metode Janbu adalah sebuah metode dimana bidang gelincir lereng
tidak berbetuk circular tetapi berbentuk memiliki sudut
Membuat Irisan
Perhitungan
Kestabilan Lereng dengan Metode Geometri
(STABILITY OF SLOPES WITH SIMPLE GEOMETRY)

Metode Taylor Metode


Bishop - Morgenstern
Metode Taylor

Perhitungan
Metode Bishop – Morgenstren

Perhitungan
Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas Longsor Lereng Tambang

Tabel 1. Berdasarkan Kepmen ESDM No. 1827 K/26/MEM/2018


Metode Elemen Hingga (Finite Element Method)
Metode Elemen Hingga adalah metode perhitungan menggunakan jaring-jaring element dimana mempertimbangkan luas elemen
dalam sebuah tanah/batuan untuk mengetahui kekuatan elemen dan memiliki hasil yang lebih detail dan maksimal. Luasan jaring-
jaring elemen bisa diatur besar-kecilnya tergantung kebutuhan untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih detail atau tidak.

Pemodelan 2D Pemodelan 3D
Perhitungan Elemen Hingga
Diskritisasi FEM – Pengaturan Besar-Kecilnya Jaring – Jaring Elemen
Pengaturan besar kecilnya jaring-jaring elemen terdapat pada perhitungan metode
elemen hingga, dimana semakin kecil atau Very Fine Mesh jaring-jaring elemen akan
menyediakan perhitungan data yang lebih detail ketimbang jaring elemen yang besar
atau Very coarse Mesh

Plaxis 8.2
Very Coarse Mesh

Coarse Mesh

Very Fine Mesh Fine Mesh Medium Mesh


Diskritisasi FEM – Pengaturan Besar-Kecilnya Jaring – Jaring Elemen

Phase2
Perencanaan Lereng Tambang
Perencanaan Lereng Tambang Batubara
1 Kondisi awal sebelum dilakukan penambangan 3 Terjadinya Slope Instability

2 Pembentukan Lereng Low-Wall tanpa perencanaan 4 Setelah mencapai kedalaman tertentu: Highwall instability
Perencanaan Lereng Tambang Batubara

Setelah mencapai kedalaman tertentu : Setelah mencapai kedalaman tertentu :


5 Low-wall Instability 6 Highwall + Backfill Instability
Kelongsoran di Lereng Low -Wall

Longsoran pada lereng low -wall Kondisi Awal Kondisi Setelah turun 2 m
Metode Deteksi Longsoran
1. Pengamatan Visual Lereng (Slope Visual Monitoring)

1. Rekahan Tarik (Tension Crack)

2. Scarp (Gerakan Vertikal ke bawah)


3. Aliran air tak Normal

• Peningkatan aliran air di lereng dapat


melemahkan batuan di lereng.

• Muka lereng yang melendut mengindikasikan adanya rayapan atau


pergerakan subsurface perlahan-lahan dari lereng
• Indikator lainnya terjadi rayapan adalah dengan melihat vegetasi di
area sekitar, contohnya pergerakan pada pohon di lereng

4. Pelendutan dan Rayapan tanah dan Batuan


Pengamatan Menggunakan Instrumen (Slope Monitoring Instrumentation)

➢ Safety Critical Monitoring – Active alarming, real-time analysis


➢ Background Monitoring – Long-term trending, post analysis

Monitori Instrumentation Instrumentation

ng Scope (Critical) (Background)

Areas Slope Stability Radars Laser Scanners,

Photogrammetery, InSAR,

Ground Based SAR

Points Extensometers Prisms, GPS, Extensometers


Area Monitoring vs Point Monitoring Tools
• Slope Stability Radar sangat beik dalam mendeteksi rekahan kecil, hal yang
sering dilewatkan dan tidak mampu terdeteksi oleh alat monitoring lain

B. Alat monitoring Slope Stability Radar (SSR)


• Contoh digambar menjelaskan bagaimana alat monitoring Prisma bisa
melewatkan rekahan kecil yang mungkin bisa menyebabkan terjadinya
kelongsoran pada lereng
A. Alat monitoring Prisma
Pengamatan Menggunakan Instrumen (Slope Monitoring Instrumentation)

Deformation Measurement Tools – Value of Information versus Cost

1. Slope Stability Radar – 0.1 mm Accuracy, Remote Application


2. Prisms – Labour Intensive, Personel exposure, Low resolution
More Accurate - More Expensive

3. Laser - (-+ 15 mm at 500 metres, sensitive to environment)


4. Extensometers
5. Inclinometers / Tilt meters
6. Photogrammetry
7. GPS
8. Crack Meters
9. Visual Assesment
Pemantauan Instrumen

Pengukuran Rekahan

• Metode paling sederhana : Dengan Pengecatan dan pemasangan patok


• Instrumentasi Geoteknik : Crack gages atau Crackmeter dengan electrical
roadout
Pemantauan Instrumen
Wireline Extensometer
• Dapat deprogram untuk mengaktifkan
alarm
• Pelendutan harus minimal
• Terkadang perlu dilakukan adjustment
akibat ekspansi termal dari kabel
• Kemungkinan adanya burung yang hinggap
di atas extensometer
Pemantauan Instrumen

Inclinometer
• Inclinometer terdiri atas sebuah casing yang dipasang kedalam tanah melalui area
yang diperkirakan bergerak
• Ujung casing diasumsikan tidak bergerak sehingga profil dari perpindahan lateral
dapat dihitung
• Sisi casing mempunyai lajur untuk unit sensor. Defleksi dari casing (massa
tanah/batuan) diukur berdasarkan inklinasi dari unit sensor

1 2 3
Pemantauan Instrumen
Time Domain Reflectometer

• Pulsa – pulsa elektronik dikirimkan sepanjang kabel coaxial yang sudah


di – grouted didalam lubang bor.
• Deformasi atau kabel putus – signal akan dipantukan – Informasi
mengenai deformasi sub-permukaan dari massa tanah/batuan

Borehole Extensometer

• Mendekati dan memantau perubahan jarak antara beberapa anchors


dalam sebuah lubang bor
• Perubahan jarak – perpindahan massa tanah/batuan
• Terbaik untuk memantau pergerakan akibat struktur geologi yang
diketahui
Slope Stability Radar (SSR)
Slope Stability Radar
Thankyou

You might also like