You are on page 1of 6

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN:2338-8811, e-ISSN:2548-8937

Vol. 7 No 1, 2019

Strategi Pengelolaan Kampung Betawi Setu Babakan Sebagai Daya Tarik Wisata Di Jakarta
Selatan
Nurul Hayati a, 1 Ida Ayu Suryasih a, 2
1nurulhayatiemdi@gmail.com,2idaayusuryasih@unud.ac.id
a Program Studi Sarjana Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata,Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

Abstract
Tourist Attractions in Indonesia can be found in the form of natural, art and cultural traditions. They
can also be developed and utilized for sustainable tourism development. This culture tourism needs to be
developed with the aim of preserving the culture itself. The aim of the organization is to preserve culture
which is can be achieved effectively and efficiently by implementing a good management system. A good
management can be improved if the components are well functioned. A good management has managerial
functions, namely planning, organizing, directing and supervising.
This research was conducted at the Setu Babakan Betawi Cultural Village,because it is the only tourist
village that still exists in Jakarta that develops the concept of cultural tourism.This research uses observation,
interview and documentation techniques. The informants were the staff of the Setu Babakan Betawi Cultural
Village consists of service and information and administrative sub-section employees.
The results of the study show that the management in the Betawi Cultural Village has already been
conducted optimally, however there are still some inhibiting factors felt at the Setu Babakan such as structural
and operational obstacles. In this study it is also discuss SWOT analysis. The strategies have been formulated
such as using a land as an integrated tourist area, adding tourist attractions, preventing environmental
pollution, and conduct counseling on the preservation of Betawi culture.

Key words: cultural tourism, management functions, inhibiting factors, Betawi Village Setu Babakan.

I. PENDAHULUAN wisatawan yang tahu bahwa di ujung selatan kota


Daya tarik wisata di Indonesia berupa metropolitan, masih terdapat perkampungan
kekayaan alam maupun seni dan tradisi budaya tradisional dari komunitas Betawi yang terawat
dapat dikembangkan dan dimanfaatkan demi dengan baik yang terkenal dengan sebutan
pembangunan pariwisata berkelanjutan. perkampungan Betawi Setu Babakan.
Pengembangan daya tarik wisata tersebut apabila Kampung Betawi Setu Babakan dibangun
didukung dengan pengembangan sarana maupun untuk tujuan pelestarian dan pengembangan
prasarana akan lebih berpengaruh untuk kebudayaan Betawi secara berkesinambungan
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. dan telah ditetapkan oleh Pemerintah Jakarta
Indonesia memiliki berbagai macam potensi pada tanggal 20 Januari 2000. Perkampungan
wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan yang berada di pinggiran Jakarta Selatan ini
nusantara maupun mancanegara. Salah satunya merupakan jenis wisata budaya yang
adalah Kota Jakarta. Ibu Kota Jakarta selain menyediakan berbagai atraksi wisata dan
dikenal sebagai pusat pemerintahan dan industri kebiasaan masyarakat Betawi asli sehingga dapat
juga dikenal sebagai wilayah yang memiliki menarik minat wisatawan.
banyak potensi sebagai destinasi tujuan wisata Jika ingin mendapatkan hasil maksimal
seperti wisata alam, berupa pantai dan hutan dalam proses pengelolaan, maka harus memiliki
mangrove. lalu ada wisata budaya berupa komponen yang baik di dalam nya. Komponen-
museum dan pasar seni betawi, tetapi Kota komponen tersebut harus bekerja dengan baik
Jakarta lebih didominasi oleh wisata buatan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Di
diantaranya museum, waterboom, taman dalam pengelolaan yang hendak di capai, perlu
bermain, dan kebun binatang. Hanya sedikit dilakukan fungsi-fungsi pengelolaan yaitu

105
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN:2338-8811, e-ISSN:2548-8937
Vol. 7 No 1, 2019

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan profesional, kurangnya keahlian, dominasi kaum


pengawasan. Masing-masing fungsi akan saling elit, kurangnya sistem hukum yang tepat,
berkaitan dan menjadi satu kesatuan yang tidak kurangnya sumber daya manusia yang terlatih,
dapat terpisahkan. Suatu struktur organisasi akan partisipasi masyarakat, kurangnya sumber daya
dapat mencapai tujuan yang diinginkan apabila keuangan karena biaya yang relatif tinggi.
mampu merencanakan tujuan-tujuan yang akan Selanjutnya, Keterbatasan budaya meliputi faktor
di capai, mampu mengorganisir sumber daya apatis atau rendahnya tingkat kesadaran dalam
termasuk manusia dengan baik, melaksanakan masyarakat dalam kepariwisataan. Jadi yang
rencana yang telah dibuat serta mengawasi dimaksud hambatan dalam penelitian ini terdiri
pelaksanaan agar sesuai dengan semestinya dari faktor internal dan ekternal. Faktor internal
sehingga program yang telah dibuat dapat meliputi tentang budaya dan faktor eksternal
tercapai dengan baik. Dengan pengelolaan yang meliputi tentang keterbatasan operasional dan
tepat maka tujuan organisasi untuk melestarikan struktural.
kebudayaan Betawi dapat tercapai secara efektif
dan efisien. Berlandaskan pada fenomena III. METODE PENELITIAN
tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai Penelitian ini dilakukan di Kampung
pengelolaan di Kampung Betawi Setu Babakan Betawi Setu Babakan, alasannya karena Kampung
dengan menggunakan pendekatan manajemen Betawi Setu Babakan merupakan satu-satunya
perkampungan betawi yang masih ada di Jakarta,
II. TINJAUAN PUSTAKA maka pengelolaan yang tepat harus dijalankan
2.1 Telaah Penelitian Sebelumnya agar budaya betawi tidak hilang begitu saja.
Penelitian yang dilakukan oleh Digna Penelitian ini menggunakan data kualitatif yaitu
Merian Andriani (2015) dalam jurnal yang data mengenai gambaran umum, badan
berjudul “Pengelolaan Desa Wisata Blimbing organisasi, jobdesc, dan aktivitas yang ada di PBB
menjadi Pariwisata Berkelanjutan di Kecamatan Setu Babakan. Data primer dari penelitian ini
Blimbing Pupuwan, Tabanan, Bali”. Penelitian ini didapat dari subjek penelitian atau data data
memiliki kesamaan fokus yaitu membahas yang diperoleh secara langsung dari responden
tentang hambatan dalam pengelolaan daya tarik yang sudah di tentukan (Arikunto, 2010)
wisata dan menggunakan analisis SWOT. mengenai mangemen pengelolaan di PBB Setu
Babakan. Sedangkan data sekunder dari
2.2 Kajian Konsep penelitian ini merupakan data yang di dapat dari
Konsep yang berkaitan dengan rumusan orang lain (Sugiyono, 2014) yaitu mengenai
masalah pertama, yaitu konsep wisata budaya. sejarah, jenis aktivitas, struktur organisasi dan
Menurut Damardjati (2001) wisata budaya data karyawan di PBB Setu Babakan. Penelitian
merupakan kegiatan wisata berupa hasil seni ini menggunakan teknik pengumpulan data
budaya setempat, misalnya adat istiadat, upacara observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi
keagamaan, tata hidup masyarakat, peninggalan kepustakaan. Untuk menentukan informan
sejarah, hasil seni dan kerajinan rakyat. Konsep peneliti menggunakan teknik purposive sampling
kedua yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu yaitu informan yang sudah ditentukan dengan
konsep hambatan. pertimbangan tertentu. Sedangkan analisis data
Menurut Tosun (2002) setiap yang digunakan analisis SWOT untuk mengetahui
pengelolaan juga terdapat faktor penghambat keunggulan dan kekurangan di PBB Setu
yang dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu Babakan.
keterbatasan operasional, keterbatasan
struktural dan keterbatasan budaya. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterbatasan operasional meliputi standarisasi Melalui SK Gubernur No. 9 Tahun 2000
administrasi publik pariwisata, serta kurangnya Perkampungan Setu Babakan ditetapkan sebagai
koordinasi dan informasi. Kemudian kawasan Cagar Budaya Betawi. Setelah itu
Keterbatasan struktural meliputi sikap Kampung Setu Babakan di resmikan oleh

106
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN:2338-8811, e-ISSN:2548-8937
Vol. 7 No 1, 2019

Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso sebagai kawasan Betawi. Berikut akan dijelaskan mengenai
Cagar Budaya Betawi pada tahun 2004. Dalam pengelolaan PBB Setu Babakan berdasarkan
upaya untuk pelestarian budaya Betawi supaya fungsi manajemen yaitu planning, organization,
tidak hilang oleh perkembangan zaman, maka actuating dan controlling.
wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Perkampungan Budaya Betawi Setu
Setu Babakan ini perlu dilestarikan. Hal ini yang Babakan memiliki perencanaan serta tujuan yang
terus diupayakan oleh pengelola Kampung akan dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Betawi Setu Babakan. Wisatawan yang Pengelola tidak menargetkan jumlah kunjungan
berkunjung masih bisa merasakan kebudayaan wisatawan perbulannya, karena PBB Setu
betawi yang sangat kental, misalnya wisatawan Babakan kontennya bukan wisata tapi
masih bisa menikmati berbagai pagelaran seni pengenalan budaya. Selain itu pengelola juga
tradisional betawi antara lain gambang kromong, memiliki rencana jangka panjang yaitu dengan
lenong, orkes samrah, beladiri beksi, dan tanjidor dibangunnya Zona B, Zona C, dan Zona
serta pertunjukan ondel-ondel yang selalu di Pengembangan. Proses pengawasan dilakukan
pentaskan kepada para pengunjung setiap akhir Kepala Unit dengan cara pendekatan secara
pekan di sebuah panggung terbuka berukuran 60 kekeluargaan pada setiap pegawai. Dalam
meter persegi. Selain itu, wisatawan juga dapat menjalankan tugas-tugasnya untuk mencapai
mencicipi makanan khas Betawi seperti soto mie, keberhasilan diperlukan dukungan para pekerja
ketoprak, bir pletok, kerak telor, dan dodol yang kompeten serta berkualitas. Oleh sebab itu
betawi. Di kawasan ini juga dibangun Rumah dalam merekrut pegawai PBB Setu Babakan
Adat Betawi seperti Rumah Gudang, Rumah Joglo, dilakukan dengan pola rekrut PNS (Pegawai
dan Rumah Kebaya. Kawasan Setu Babakan Negri Sipil) seperti biasanya, karena berada
merupakan satu-satunya kampung pelestarian dibawah ikatan Dinas Pariwisata dan
budaya Betawi yang tersisa, oleh karena itu Kebudayaan (PEMDA). Saat ini pegawai UPK PBB
pengelolaan harus dilakukan secara optimal baik Setu Babakan yang berasal dari PEMDA
dari segi pelestarian aset budaya, infrastruktur berjumlah 12 orang. Menurut wawancara dengan
khas betawi, serta kesenian tradisional agar pengelola perlu penambahan staff lagi, khususnya
budaya betawi tetap hidup ditengah arus pada bidang pelaksanaan prasarana dan sarana.
modernisasi. Hal ini dilihat dari perkembangan PBB Setu
Babakan yang terus meningkat, jadi beban kerja
4.1 Pengelolaan Wisata Budaya di yang dirasakan lebih berat dan tidak sebanding
Perkampungan Budaya Betawi Setu BaBakan dengan volume wilayah yang begitu luas.
Setelah di resmikannya PBB Setu Babakan Adapun pengelolaan yang dilakukan UPK
sebagai kawasan pelestarian Budaya Betawi pada PBB Setu Babakan adalah melakukan penertiban
tahun 2004, maka berdasarkan Peraturan para pedagang yang tersebar di sekitaran Setu
Daerah Nomor 3 tahun 2005 maka di bentuklah Babakan. Pengelolaan dari segi aksesibilitas yaitu
organisasi untuk mengelola Setu Babakan yang dengan memperbaiki jalan dan pembuatan
dinamakan Unit Pengelola Kawasan jembatan gantung. Selanjutnya pengelolaan yang
Perkampungan Budaya Betawi (UPK PBB). Unit dilakukan di Zona A dan Embrio berupa
ini merupakan pelaksana teknis di lapangan yang pengelolaan rumah adat khas betawi, gedung
bertanggung jawab langsung dibawah PEMDA kuliner dan museum Betawi yaitu dengan cara
Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanaan kegiatan tetap menjaga kebersihan dan melakukan
pelestarian Perkampungan Budaya Betawi (PBB). pemeliharaan fasilitas, sarana dan prasarana
Tugas lembaga pengelola ini adalah untuk yang ada. Setelah itu ada juga pengelolaan jadwal
menjaga dan mempertahankan tata kehidupan pertunjukan seni yang dilaksanakan setiap akhir
dan nilai kebudayaan masyarakat Betawi, pekan di Zona A Setu Babakan. Dalam
mengembangkan seni budaya Betawi, serta pelaksanaan pengelolaan, Kepala Unit
memanfaatkan potensi lingkungan fisik, baik membimbing dan mengutarakan secara langsung,
potensi alam maupun buatan yang bertema memotivasi pegawainya agar semangat kerja, dan

107
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN:2338-8811, e-ISSN:2548-8937
Vol. 7 No 1, 2019

memantau secara langsung aktivitas pegawainya seperti dalam hal penertiban pedagang kaki
setiap saat. Dengan demikian kegiatan lima, harus berkoordinasi dulu dengan Dinas
pengelolaan dapat berjalan secara maksimal UMKM Perdagangan, itupun pelaksanaan
sesuai dengan tujuan bersama. Pengawasan pengelolaan tidak langsung dilakukan karena
dalam hal pemasukan dan pengeluaran dilakukan harus menunggu lagi kebijakan dari atas yang
di setiap akhir tahun dengan mengirim hasil lumayan memakan waktu lama.
rincian ke Badan Pengawasan Keuangan Prov DKI
Jakarta. Selain itu setiap bulannya juga diadakan 4.3 Analisis SWOT :
rapat tentang penyediaan dan penambahan 1) Kekuatan (Strength)
sarana prasarana, pengeluaran dan pemasukan • Mempunyai lahan yang luas untuk
UPK, rencana pengembangan dan pembangunan dikelola
serta kualitas kerja para pegawai di UPK PBB • Sumber daya manusia yang berkompeten
Setu Babakan. dalam pengelolaan
• Memberi kebebasan untuk warga sekitar
4.2 Faktor Penghambat dalam Pengelolaan berjualan di UPK PBB Setu Babakan
Setu Babakan merupakan kawasan cagar • Sebagai sarana yang berperan dalam
budaya yang memiliki luas lahan lebih kurang menyediakan kesempatan bagi sanggar-
289ha. Kawasan ini dikelola oleh lembaga sanggar Betawi
pengelola Kampung Betawi Setu Babakan yang 2) Kelemahan (Weakness)
dalam pelaksanaan nya menjalin kemitraan dan • Pengelolaan serta pemanfaatan lahan
kerjasama dengan instansi pemerintah, yang belum menyeluruh
SKPD/UKPD, masyarakat dan swasta. • Media promosi yang belum maksimal
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terdapat • Belum adanya kerjasama antara UPK PBB
beberapa kendala yang dihadapi Unit Pengelola dengan masyarakat terkait pengelolaan
Kawasan PBB Setu Babakan yaitu : wisata kuliner,wisata air dan kerajinan
1) Kendala struktural : Sumber daya manusia tangan
yang tidak mencukupi dalam menajemen • Masih kurangnya sumber daya manusia
pengelolaan. Meskipun saat ini setiap pegawai dalam manejemen pengelolaan
sudah menjalankan tugasnya sesuai dengan 3) Peluang (Opportunity)
fungsinya masing-masing, namun tetap
• Lahan yang luas dapat dijadikan sebagai
dibutuhkan jumlah sumber daya manusia yang
wisata terpadu
lebih besar, khususnya dalam bidang
• Mendatangkan wisatawan lokal maupun
pelaksana prasarana dan sarana. Hal ini dilihat
asing
dari Perkembangan PBB Setu Babakan yang
Meningkatkan pendapatan dan taraf
terus meningkat sehingga beratnya beban
hidup masyarakat
kerja yang dirasakan, tidak sebanding dengan
• Dapat memperkenalkan kebudayaan dan
volume wilayah yang begitu luas.
kesenian masyarakat
2) Kendala operasional : Unit Pengelola PBB Setu
4) Ancaman (threat)
Babakan juga mengalami kesulitan
• Kurangnya ketertarikan masyarakat
berkoordinasi dengan instansi maupun
untuk datang ke Setu Babakan karena
SKPD/UKPD pembantu seperti dengan Dinas
atraksi yang kurang menarik
Sumber Daya Air, Dinas Binamarga, maupun
Dinas UMKM Perdagangan dikarenakan • Pencemaran Lingkungan
kendala operasional. Misalnya pada saat • Penyempitan lahan
dibutuhkan, alat untuk pengerukan Setu milik • Banyaknya pilihan destinasi modern di
Dinas Sumber Daya Air digunakan oleh dinas wilayah Jakarta Selatan
lain. Sehingga pelaksanaan pengerukan harus Selanjutnya diuraikan setiap strategi yang
ditunda dan UPK PBB harus menunggu dalam akan digunakan dalam pengembangan daya tarik
waktu yang cukup lama atau contoh lainnya,

108
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN:2338-8811, e-ISSN:2548-8937
Vol. 7 No 1, 2019

wisata Kampung Betawi Setu Babakan dilihat bagi seniman agar tidak kehujanan saat
dari: tampil di Setu Babakan.
1. Strategi S-O yang menggunakan kekuatan 4. Strategi W- T adalah strategi untuk
(strength) untuk menghasikan peluang meminimalkan kelemahan (weakness) untuk
(opportunities), yaitu: 1) lahan yang luas menghindarkan ancaman (threats) yang
dapat dimanfaatkan oleh UPK PBB untuk dapat dilakukan dengan cara : 1) melakukan
mengembangkan kawasan wisata terpadu penyuluhan dan sosialisasi tentang
yang yang tidak hanya menyediakan lahan pelestarian kebudayaan betawi; 2)
rekreasi tapi juga sebagai pusat edukasi melakukan kerjasama dengan agent travel
serta menyediakan hiburan khas Betawi; 2) untuk menyediakan paket wisata budaya ke
perbaikan dan penambahan fasilitas PBB Setu Babakan; 3) membuat aturan agar
penunjang harus dilakukan; 3) membangun tidak membuang sampah sembarangan atau
kios-kios serta menyediakan lahan yang mengadakan kegiatan daur ulang sampah
lebih luas bagi para pedagang untuk dengan melibatkan warga sekitar; 4)
berjualan; 4) melibatkan para pengunjung pengenalan budaya bagi generasi muda
untuk ikut serta mengikuti kesenian dapat dilakukan dengan membangun sekolah
tradisional bersama seniman-seniman budaya betawi.
betawi.
2. Srategi S-T adalah strategi yang muncul V. SIMPULAN DAN SARAN
karena adanya kekuatan (strength) yang 5.1 Simpulan
digunakan untuk mengatasi ancaman Simpulan dalam penelitian ini yaitu
(threats), yaitu: 1) dengan menyediakan pengelolaan di PBB Setu Babakan sudah berjalan
atraksi wisata yang lebih menarik seperti dengan baik, yaitu :
penyewaan sepeda, pemotretan dengan baju a) Perencanaan yang dilakukan UPK PBB Setu
adat betawi ataupun mengajarkan Babakan sudah berjalan dengan baik serta
pengunjung tari tradisonal betawi; 2) sudah ada upaya dalam pembangunan
menyediakan tempat sampah di setiap sudut namun masih memiliki beberapa kendala
Setu Babakan; 3) pembangunan Setu seperti kendala operasional dan struktural.
Babakan harus dilakukan sesuai dengan b) Pengorganisasian sudah berjalan dengan
zonasi yang telah ditentukan serta tetap baik. Seluruh pegawai dilibatkan, serta
memperhatikan tata ruang yang ada; 4) rutin dalam pengelolaan mereka sudah sesuai
mengadakan berbagai pertunjukan seni yang dengan tugas dan kewajibannya masing-
lebih menarik agar para pengunjung tidak masing walaupun masih terkendala
bosan untuk datang ke Setu Babakan. kurangnya sumber daya manusia dalam
3. Strategi W-O merupakan strategi pengelolaan
pemanfaatan peluang (opportunities) dengan c) Penggerakan para pegawai dilakukan
meminimalisir kekurangan (weakness), langsung oleh Kepala Unit, dengan cara
dengan cara : 1) pemanfaatan lahan yang memotivasi mereka serta turun langsung ke
luas untuk mengembangkan kawasan lapangan. Dilihat dari pelaksanaan
ekowisata; 2) melakukan promosi melalui pengelolaan telah berjalan dengan baik
media sosial dan bantuan Public Relation d) Pengawasan para pegawai dan administrasi
(PR); 3) memfasilitasi kegiatan cultural visit dilakukan langsung oleh Kepala Unit dan
kepada para pengrajin dengan menyediakan sudah dilakukan dengan baik.
jadwal khusus yang dapat dipilih oleh calon Selain itu terdapat beberapa faktor
wisatawan untuk dapat mengikuti workshop penghambat dalam pengelolaan PBB Setu seperti
kerajinan serta batik betawi dimana kendala struktural yaitu masih kurang nya
pengrajin lokal yang menjadi mentor nya; 4) sumber daya manusia dalam mangemen
membuat panggung indoor yang berguna pengelolaan, hal ini dapat dilihat dari beratnya
beban kerja yang dirasakan pegawai tidak

109
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN:2338-8811, e-ISSN:2548-8937
Vol. 7 No 1, 2019

sebanding dengan volume wilayah yang begitu DAFTAR PUSTAKA


luas. Selain itu terdapat juga kendala dari segi Andriani, M. A. "Pengelolaan Desa Wisata Belimbing Menuju
operasional yaitu koordinasi yang masih lambat Pariwisata Berkelanjutan Kecamatan Pupuwan,
Kabupaten Tabanan, Bali." Jurnal Destinasi
antara pengelola dengan pihak SKPD/UKPD Pariwisata 3.1 (2015): 17-23.
pembantu. Hal ini dapat dilihat dari lambatnya Arikunto, S. 2010. Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
proses penyediaan alat-alat pengelolaan di Jakarta: PT Rinneka Cipta
Kampung Betawi Setu Babakan. Damardjati, R. S. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Jakarta :
Pradnya Paramitha
Strategi pengembangan Kampung Setu Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang
Babakan dilihat dari analisis SWOT yaitu: Dibentuknya Organisasi dan Tata Kerja Unit
1) Strategi S-O dengan memanfaatkan lahan Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya
yang luas untuk mengembangkan kawasan Betawi
wisata terpadu yang yang tidak hanya Sugiyono.2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung : Alfabeta
menyediakan lahan rekreasi tapi juga Surat Keputusan Gubernur Nomor 9 Tahun 2000 tentang
sebagai pusat edukasi serta menyediakan Penetapan Perkampungan Betawi Setu Babakan
hiburan khas betawi. sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi di Jakarta
2) Strategi S-T yaitu PBB Setu Babakan perlu Selatan
Tosun, C. 2002. Limits of Community Participation in the
menyediakan atraksi wisata yang lebih Tourism Development Process in Developing
menarik seperti penyewaan sepeda, Countris : Tourism Management.
pemotretan dengan baju adat betawi
ataupun mengajarkan pengunjung tari
tradisonal Betawi
3) Strategi W-O dengan cara mencegah
pencemaran lingkungan perlu disediakan
tempat sampah di setiap sudut Setu Babakan.
Selain itu lahan yang luas juga dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan
kawasan ekowisata. Hal ini didukung oleh
kenampakan alam serta vegetasi yang
terdapat di Setu Babakan.
4) Strategi W- T dapat dilakukan dengan
melakukan penyuluhan dan sosialisasi
tentang pelestarian kebudayaan betawi.
Selain itu juga dapat dilakukan kerjasama
dengan agent travel untuk menyediakan
paket wisata budaya ke PBB Setu Babakan.

5.2 SARAN
Diharapkan untuk kedepannya pengelola
dapat melakukan koordinasi secara
berkesinambungan dengan para SKPD/UKPD
yang membantu pengelolaan, Selain itu pengelola
juga bisa memperkerjakan para pegawai magang
/ outsoursing untuk membantu meringankan
pelaksanaan pengelolaan di PBB Setu Babakan.

110

You might also like