You are on page 1of 12

Makalah

Mata Kuliah Ergonomi dan K3

PERATURAN PEMASANGAN DAN PEMELIHARAAN APAR SERTA

INSTALASI ALARM PEMADAMAN OTOMATIS

OLEH :

MUH. BINTANG FATHAR A.ABDUH / 210202601005

ARYA DIRGA / 210202600003

RAGIEL SATRYO PRAKOSO / 210202601001

DENY APRIAN / 210202600007

MELVIN SAMPE BUA’ / 210202600005

DIKI SAPUTRA / 210202601013

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Peraturan Pemasangan Dan Pemeliharaan Apar Serta Instalasi Alarm Pemadaman
Otomatis” untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ergonomi dan K3. Penulis juga
tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada dosen serta teman-teman yang
telah memberi masukan dan pandangan selama menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik serta
saran yang membangun masih diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan, oleh karena itu
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Atas perhatian dari semua pihak yang
membantu penulisan makalah ini kami ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Makassar, 9 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................1

1.2. Tujuan dan Manfaat.....................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3

2.1. Peraturan Pemasangan Dan Pemeliharaan Apar ...........................................3

2.2. Instalasi Alarm Pemadaman Otomatis .........................................................5

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................8

3.1. Kesimpulan .................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, keselamatan


dan kesehatan di tempat kerja menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan kerugian
yang dialami apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Walaupun
perkembangan teknologi semakin pesat, kejadian kebakaran tetap meningkat dan
tidaklah berkurang. Kebakaran merupakan salah satu bahaya keselamatan yang
sangat signifikan. Kerugian yang ditimbulkan pun juga sangat besar baik itu
terhadap keselamatan jiwa maupun harta benda. Pencegahan pun sangat diperlukan
untuk memperkecil bahkan menghilangkan resiko terjadinya kebakaran dan
menghindari kerugian yang lebih besar. Pelaksanaan prosedur keselamatan dan
kesehatan di tempat kerja bermanfaat selain menghindari bahaya dalam bekerja
juga menciptakan lingkungan kerja kondusif menuju peningkatan produktivitas.
Instalasi alarm pemadam otomatis merupakan salah satu cara untuk
mencegah dan mengurangi kerugian akibat kebakaran. Alarm ini akan memberikan
peringatan secara otomatis ketika terdeteksi adanya asap atau panas yang
berlebihan, sehingga dapat memicu sistem pemadam kebakaran untuk segera
beraksi. Instalasi alarm pemadam otomatis juga harus dilengkapi dengan peralatan
pemadam kebakaran yang memadai, seperti alat pemadam kebakaran (APAR) atau
sprinkler. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa jika terjadi kebakaran, sistem
pemadam kebakaran dapat segera beraksi dan meminimalkan kerugian yang
ditimbulkan.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) merupakan alat pencegahan pertama jika
terjadi kebakaran di tempat kerja. Meskipun tidak pernah terjadi kebakaran di
tempat kerja yang membutuhkan alat pemadam kebakaran, namun pemeriksaan
APAR secara berkala diperlukan untuk digunakan secara memadai dalam situasi
yang mendesak. Penyediaan APAR yang sesuai, pemasangan yang tepat,
pemeliharaan yang benar, serta pelatihan penggunaannya merupakan suatu sistem
salah satu pencegahan kebakaran yang tidak dapat berdiri sendiri. Apabila salah
satu dari sistem tersebut tidak berjalan dengan baik maka telah terjadi kegagalan

1
APAR karena fungsinya akan berkurang. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi
terhadap pemeriksaan alat pemadam kebakaran.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk
memahami bagaimana peraturan pemasangan dan pemeliharaan apar serta instalasi
alarm pemadaman otomatis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peraturan Pemasangan Dan Pemeliharaan Apar

Menurut PERMENAKER No.04/MEN/ tahun 1980, APAR adalah alat yang


ringan yang digunakan oleh satu orang untuk memadamkan api pada mulai terjadi
kebakaran. Penempatan APAR harus memenuhi syarat yaitu, harus diletakkan pada
lokasi dimana mudah diakses dan mudah dijangkau, peletakkan tidak terhalang apa
pun dan mudah dilihat, digantung dengan ketinggian tidak lebih dari 1,2 meter. Ada
beberapa macam-macam media APAR yaitu, media air, media busa, media serbuk
kering, media karbon dioksida dan media halon.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Adalah suatu alat berupa tabung yang
diisi dengan media yang dapat mengatasi serta memadamkan kebakaran pada awal
terjadinya api. Dalam apar masing masing memiliki berbagai macam variasi dan
juga berbagai macam isi tergantung dari golongan kebakaran yang terjadi dan apar
yang di gunakan untuk penanggulangannya.
Menurut penelitian National Association of Fire Equipment Distributor di
Amerika bahwa sejumlah 5400 kasus kebakaran dapat diatasi dan dipadamkan
dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), sedangkan sisanya
dipadamkan dengan peralatan penyemprotan air otomatis atau dari pemadam
kebakaran dengan peralatan yang lebih besar Dalam survey yang sama juga
dijelaskan bahwa lebih dari 90% kasus kebakaran dapat ditangani dengan
menggunakan APAR, dalam banyak kasus kebakaran dapat dipadamkan dengan
menggunakan APAR sebelum pemadam kebakaran datang.
Kebakaran merupakan bencana serius yang masih membutuhkan perhatian,
kebakaran terjadi mulai dari perumahan mewah, perumahan kumuh, hotel,
perkantoran, kereta api, mall, hutan belantara, bahkan perusahaan besar yang sudah
menerapakan sistem manajemen kebakaran. Kebakaran menimbulkan kerugian
yang sangat besar diantaranya kerusakan bangunan, berhentinya proses produksi,
kerugian sosial, kerusakan lingkungan, kerugian materi, kerugian jiwa,bahkan
sampai terjadinya kematian.

3
Inspeksi APAR Merupakan program K3 untuk melakukan pemantauan
terhadap fasilitas pemadam kebakaran. Kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali.
APAR dapat dibedakan menjadi 4 jenis. Berdasarkan isi, jenis APAR terdiri dari
cairan (air), busa, tepung kering, dan gas hidrokarbon berhalogen. Setiap kelompok
APAR harus ditempatkan pada posisi yang dapat dilihat dengan jelas, mudah
dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. Sistem
proteksi aktif seperti APAR tersebut juga belum memenuhi standar yang ditentukan
oleh pemerintah di Indonesia. Cacat pada APAR harus segera diganti dengan yang
tidak cacat. Hal ini tidak sesuai dengan yang terjadi pada aspek pemeliharaan
APAR, salah satunya ketidaksesuaian ini terjadi pada selang (HOSE) karena sudah
cacat dan seharusnya diganti dengan yang tidak cacat.
Pelaksanaan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran jika
sudah dilakukan dengan rutin, ketersediaan alat pemadam kebakaran cukup
berpengaruh pada keamanan staf. Fasilitas pemadam kebakaran harus dilengkapi
sesuai dengan ukuran atau peraturan objek pemadam kebakaran untuk menekankan
pentingnya pemadaman kebakaran awal.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.04/MEN/1980
tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR (Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No 08 Tahun 1980 Tentang Syarat - Syarat
Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan, n.d.) telah mengatur
sedemikian rupa tentang penerapan APAR. Namun pada kenyataannya
penempatan, penggunaan, pemeliharaan serta pengawasan APAR yang telah
ditetapkan sesuai dengan peraturan sering tidak menjadi prioritas. Hal ini dapat
menyebabkan kemampuan dan kondisi APAR tidak sesuai, sehingga tidak dapat
digunakan secara maksimal disaat kondisi darurat. Penyediaan APAR di ruang
tertutup maupun terbuka sangatlah penting apalagi tempat yang rawan atau
berpotensi terjadi kebakaran. APAR sendiri merupakan suatu alat pemadam yang
dapat dibawa dan digunakan oleh satu orang, beratnya berkisar antara 1 hingga 15
kg, dan digunakan untuk memadamkan kebakaran tingkat awal.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-04/MEN/1980
mengatur persyaratan untuk pemasangan dan pemeliharaan APAR (Alat Pemadam
Api Ringan), atau alat pemadam api portabel. Peraturan tersebut ditetapkan pada

4
tanggal 13 April 1980 dan berlaku untuk seluruh kegiatan instalasi dan
pemeliharaan APAR. Peraturan tersebut mencakup persyaratan sebagai berikut:
1. Instalasi, APAR harus dipasang di lokasi yang mudah dijangkau dan harus
terlihat serta dapat diidentifikasi
2. Pemeliharaan, APAR harus dirawat secara berkala untuk memastikan kondisi
kerjanya baik. Kegiatan perawatan meliputi pemeriksaan pressure gauge,
pemeriksaan selang dan nozzle, serta pengisian ulang atau penggantian bahan
pemadam.
3. Pelatihan, pengusaha harus memberikan pelatihan kepada karyawan tentang
penggunaan APAR yang benar
Penting untuk dicatat bahwa peraturan ini berlaku untuk semua tempat kerja
dan bangunan, dan kegagalan untuk mematuhi peraturan dapat mengakibatkan
hukuman dan konsekuensi hukum.

2.2. Instalasi Alarm Pemadaman Otomatis

Peraturan instalasi alarm kebakaran automatik ini telah tertuang dalam


Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor: PER.02/MEN/1983
mengenai instalasi alarm kebakaran automatik. Yang dinamakan instalasi alarm
kebakaran automatik adalah serangkaian sistem alarm kebakaran yang
menggunakan detector api, asap, panas, maupun jenis detector lain serta
perlengkapan lainnya yang dipasang pada rangkaian alarm. Pemerintah
membuat peraturan instalasi kebakaran automatik ini bertujuan untuk mengatur
instalasi alarm kebakaran automatik sebagai tindakan preventif terhadap bahaya
kebakaran sesuai dengan standar keselamatan kerja. Di dalam peraturan mengenai
instalasi alarm kebakaran ini tertuang berbagai langkah mulai dari perencanaan,
pemasangan, pemeliharaan serta pengujian instalasi alarm kebakaran automatik.
Adapun berbagai peralatan yang ada dalam instalasi alarm ini, antara lain:
1. Detector lini adalah detector dimana unsur pengindra perasanya berbentuk
seperti pita atau batang.
2. Titik panggil manual Atau tombol pecah kaca merupakan salah satu komponen
dalam peraturan instalasi alarm kebakaran automatik merupakan sebuah alat
yang digunakan untuk memecah kaca secara manual dimana alarm tidak bisa
beroperasi selama kaca belum dipecahkan.

5
3. Ruang Kontrol adalah tempat dimana panil indikator ditempatkan.
4. Detector merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mendeteksi paling awal
adanya ancaman bahaya kebakaran agar mampu membangkitkan alarm untuk
menjalankan fungsinya.
5. Panil Indikator adalah panil kontrol utama yang dimana terdapat indikator
beserta peralatan lainnya yang diperlukan.
6. Detektor panas adalah sistem detektor dimana bisa bekerja jika mendeteksi
adanya panas di atas suhu normal yang sudah disetting sebelumnya.
7. Detector nyala Api atau yang biasa disebut flame detector merupakan detector
yang menggunakan nyala api sebagai sistem kerjanya.
8. Detektor asap adalah detektor yang mendeteksi adanya ancaman kebakaran
dari asap yang timbul.
9. Panil mimik merupakan sebuah panil tiruan yang memperlihatkan adanya
indikasi alarm kedalam bentuk gambar ataupun diagram.
10. Panil pengulang adalah sebuah panil duplikat indikator kebakaran yang hanya
memberi petunjuk saja tanpa disertai dengan peralatan lainnya.
11. Tegangan ekstra rendah merupakan tegangan antara fasa dan nol dengan
tegangan paling rendah hanya 50 volt.
12. Sistem penangkap asap adalah serangkaian alat pengindra beserta alat
penangkap asapnya.
Pada peraturan instalasi alarm kebakaran automatik, setiap sistem alarm
yang ada harus menggunakan gambar secara lengkap dengan mencantumkan letak
detector dan kelompok alarm. Boleh-boleh saja memasang lebih dari satu jenis
detector dalam satu sistem alarm, tapi dengan syarat tegangannya harus sama.
Selain itu, untuk mencegah terjadinya operasi palsu, detector juga bisa dilengkapi
dengan alat indikator selama jika terjadi masalah pada indikator tidak akan
mempengaruhi kinerja detector.
Menurut Peraturan Menteri RI No. 02/MEN/1983, detektor kebakaran di
bagi menjadi beberapa tipe, yaitu :
1. Detektor asap, prinsip kerja deteksi ini bila terjadi kebakran yang kemudian
ada asap memasuki ruang deteksi maka partikel asap tersebut mempengaruhi
perubahan nilai ion diruang deteksi, dengan perubahan nilai ion pada ruang

6
deteksi mengakibatkan rangkaian elektronik kontak menjadi aktif dan
berbunyi.
2. Detektor nyala, prinsip alat ini berdasarkan sensitivitas terhadap cahaya api
yang memancarkan cahaya inframerah atau ultraviolet.
3. Detektor panas, prinsip kerja deteksi ini berdasarkan kepekaan menerima panas
dengan derajat suhu yang ditentukan oleh kepekaan deteksi, maka sensor
bimetal mendorong mekanikal kontak menjadi aktif dengan demikian alarrm
berbunyi. Sedangkan detektor panas tipe fix temperature bekerja ketika
terdapat kenaikan panas atau suhu secara drastic.
Agar alarm bisa berfungsi sewaktu-waktu, maka pengujian dan
pemeliharaan juga harus selalu rutin dilakukan secara berkala secara mingguan,
bulanan dan tahunan.
1. Pemeriksaan mingguan meliputi mencoba bunyi alarm secara simulasi,
memeriksa kinerja lonceng, memeriksa keadaan baterai dan tegangannya,
memeriksa seluruh kinerja sistem alarm serta mencatat hasil pemeliharaan dan
pengujian jurnal pemeriksaan.
2. Pemeriksaan bulanan meliputi mencoba menciptakan kebakaran secara
simulasi, pemeriksaan lampu-lampu indikator, pemeriksaan fasilitas penyedia
sumber tenaga darurat, simulasi kondisi gangguan darurat terhadap sistem,
memeriksa kebersihan dan kondisi panel indikator serta mencatat semua hasil
pemeriksaan dalam jurnal bulanan.
3. Sedangkan pemeriksaan tahunan meliputi pemeriksaan tegangan instalasi,
pemeriksaan kondisi dan seluruh detektor dan menguji sekurang-kurangnya
20% detektor pada tiap instalasi agar selambat-lambatnya dalam waktu 5 tahun,
seluruh detektor sudah diuji dengan sebaik mungkin. Pemeliharaan dan
pengujian tahunan ini bisa dilakukan oleh organisasi atau konsultan kebakaran
yang telah diakui oleh direktur atau pejabat terkait yang ditunjuk.

7
BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
1. Peraturan No. 4 tahun 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan alat pemadam api ringan (APAR) mengatur tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan (APAR). Beberapa
syarat pemasangan APAR antara lain adalah APAR harus diletakkan pada
posisi yang mudah dilihat secara visual, dan harus ditempatkan pada tempat
yang mudah dijangkau. Selain itu, pengujian alat pemadam api ringan diatur
melalui standar yang telah ditetapkan di Indonesia, yaitu Standar Nasional
Indonesia (SNI).
2. Peraturan No. 2 tahun 1983 tentang instalasi alarm pemadaman otomatis
mengatur tentang instalasi alarm kebakaran. Peraturan ini menjelaskan tentang
langkah-langkah mulai dari perencanaan, pemasangan, pemeliharaan, serta
pengujian instalasi alarm kebakaran. Alarm kebakaran harus dipasang pada
tempat yang mudah terlihat dan dijangkau. Ketika smoke detector mendeteksi
asap yang cukup banyak atau heat detector mendeteksi panas yang cukup
tinggi, maka alarm akan berbunyi secara otomatis dan lampu pada fire alarm
control panel akan menyala.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fitriyana, I., Ekawati, E., dan Kurniawan, B. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kesiapsiagaan tanggap darurat pada aviation security terhadap
bahaya kebakaran di terminal bandara X. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(Undip), 4(3), 416-424.
Isnaini, S. 2009. APAR (alat pemadam api ringan) dan instalasi hydrant sebagai
salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di area pabrik
I PT. Petrokimia Gresik.
Nappoe, B. C. 2018. Gambaran Kesesuaian Fasilitas Sistem Proteksi Aktif
Kebakaran di Gedung Kantor PT. X dengan Permen PU dan Permenaker
Republik Indonesia Tahun 2018 (Doctoral dissertation,
Universitas Binawan).
Panja, H. 2020. Penerapan Sarana Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Pusat
Perbelanjaan Mall. HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development), 4(2):280-290.
Widjaya, Y., dan Mahbubah, N. A. 2022. Evaluasi Inspeksi Alat Pemadam Api
Ringan Menggunakan Pendekatan Job Safety Analysis. Jurnal Serambi
Engineering, 7(3).
Yuniati, N. K., dan Wahyuningsih, A. S. 2022. Penerapan Alat Pemadam Api
Ringan Berdasarkan Permenakertrans No 04 Tahun 1980 di Dinas
Kesehatan Kabupaten Brebes. Indonesian Journal of Public Health and
Nutrition, 2(2):201-207.

You might also like