You are on page 1of 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341667943

PEMANFAATAN SITUS KARANG KAPAL SEBAGAI OBYEK WISATA MINAT


KHUSUS

Article in Siddhayatra Jurnal Arkeologi · May 2020


DOI: 10.24832/siddhayatra.v25i1.161

CITATION READS

1 155

2 authors:

Aryandini Novita Roby Ardiwidjaja


South Sumatra Archaeology Office Ministry of Tourism and Creative Economy
17 PUBLICATIONS 12 CITATIONS 5 PUBLICATIONS 24 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Aryandini Novita on 27 May 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.

PEMANFAATAN SITUS KARANG KAPAL SEBAGAI OBYEK


WISATA MINAT KHUSUS
USE OF THE CORAL SITE AS A TOURIST SPECIAL INTEREST

Aryandini Novitaa, Roby Ardiwijayab


a
Balai Arkeologi Sumatera Selatan
Jl Kancil Putih, Demang Lebar Daun Palembang. novitaaryandini@gmail.com
b
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pariwisata
Jalan Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta. r_ardiwidjaja@yahoo.com

Abstract
This paper discusses about preservation of maritime archeological resources by integrat-
ing the use of wrecksite as a dive tourism object with coral reefs conservation so it can im-
prove the community's economy. The method used in this paper is literature study in the
form of an examination of library materials such as books, articles, research reports, and
other notes. Main data are archeological research reports in Sungai Padang Village con-
ducted by South Sumatra Archaeological Office in 2017 and 2019. While supporting data
are publications about the use of maritime cultural heritage as a tourist attraction and its
management. Wreck dive is a special interest tourism that only has less interest as other di-
ve tourism, so it must be synergized with other dive tourism objects, such as coral reefs. The
attraction of diving tourism products needs to be packaged by activities based on coral reef
conservation activities and site conservation so that diving tourism attractions on wreck
sites can be more preserve and sustainable.

Keywords: site preservation, ecotourism, sustainable tourism

Abstrak. Tulisan ini membahas tentang pelestarian sumberdaya arkeologi maritim


dengan cara mengintegrasikan pemanfaatan situs kapal tenggelam sebagai obyek wisata
selam dengan konservasi terumbu karang sehingga dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat. Metode yang digunakan dalam tulisan ini berupa studi kepustakaan yang beru-
pa penalaahan terhadap bahan pustaka berupa buku, artikel, laporan penelitian dan catatan
lainnya. Data utama berupa laporan penelitian arkeologi di Desa Sungai Padang yang dil-
akukan oleh Balai Arkeologi Sumatera Selatan tahun 2017 dan 2019. Sedangkan data pen-
dukung berupa publikasi tentang pemanfaatan warisan budaya maritim sebagai objek wisata
dan pengelolaannya. Wreckdive merupakan wisata minat khusus yang hanya memiliki pem-
inat tidak sebanyak wisata selam lainnya sehingga harus disinergikan dengan obyek wisata
selam lainnya antara lain terumbu karang. Daya tarik produk wisata selam perlu dikemas
dalam bentuk kegiatan yang berbasis pada aktivitas konservasi terumbu karang dan peles-
tarian situs sehingga atraksi wisata selam di situs kapal tenggelam dapat lebih terjaga dan
berkelanjutan .

Kata kunci: Batak pelestarian situs, ekowisata, pariwisata berkelanjutan

I. PENDAHULUAN adanya anggapan bahwa situs kapal


Tingginya minat para kolektor barang tenggelam menyimpan “harta karun”,
antik terhadap tinggalan arkeologi yang be- bahkan terkadang juga diperparah oleh pem-
rasal dari kapal tenggelam menyebabkan beritaan yang berlebih dari media massa se-
tinggalan tersebut memiliki nilai ekonomis hingga menyebabkan sekelompok orang
yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan cenderung ingin memilikinya karena dapat

Naskah diterima 12/02/2020; Revisi diterima 14/03/2020; Disetujui 24/03/2020 28


Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43

dijadikan simbol kekayaan atau prestise bongkar paksa sisa-sisa kapal secara tidak
(Scott-Ireton and McKinnon 2015: 158). langsung juga berakibat pada rusaknya
Ketidaktahuan nelayan akan nilai ekonomis terumbu karang di sekitar situs. Kerusakan
tinggalan arkeologi dari situs kapal terumbu karang ini pada akhirnya dapat
tenggelam kemudian dimanfaatkan oleh mengakibatkan berkurangnya hasil tangka-
“pemburu harta karun” sehingga mereka pan nelayan setempat karena populasi ikan
menjanjikan bayaran yang tinggi kepada dan hewan laut lainnya yang tinggal di
nelayan jika menemukan situs (Flecker terumbu karang berkurang (Fenner 2012:
2017: 7-8). Hal ini menyebabkan maraknya 118; Rogers, Blanchard, and Mumby 2017:
penjarahan terhadap situs kapal teng-gelam 4-5).
meskipun pemerintah telah menerbitkan Selain bermanfaat sebagai sumber mata
payung hukum untuk melindungi pencaharian nelayan, terumbu karang juga
keberadaan sumber daya arkeologi maritim, dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Namun
yaitu Undang Undang No 11 Tahun 2010 demikian penangkapan ikan dan hewan laut
tentang Cagar Budaya. Keadaan ini menjadi lainnya yang secara berlebihan serta aktivi-
semakin rumit karena adanya peraturan- tas wisata yang tidak terkendali dapat
peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah mengakibatkan ekosistem terumbu karang
tentang pengelolaan sumber daya arkeologi menjadi terdegradasi (Sammarco 2008: 109;
maritim yang saling tumpang tindih sehing- Susi-loningtyas, Handayani, and Amalia
ga unit-unit pelaksana terkait sering ber- 2017: 7; Lelloltery et al. 2018: 1094).
konflik (Rachmana 2015: 372). Mengatasi hal tersebut sudah selayaknya
Dalam aktivitasnya, para penjarah hanya pemanfaatan sumber daya kelautan dikelola
mengambil artefak-artefak yang utuh dan secara menyeluruh sehingga tekanan
dianggap memiliki nilai ekonomis saja. ekologis yang mengakibatkan penurunan
Peng-abaian terhadap artefak yang tidak kualitas dan daya dukung ekosistem
utuh apalagi tidak memiliki nilai ekonomis perairan pantai dapat dikurangi (Edwards
dapat mengakibatkan hi-langnya nilai se- ed. 2010: 5; Johnson and Jackson 2015:
jarah, budaya dan ilmu pengetahuan dari 898).
sumber daya maritim tersebut (Claesson Tulisan ini bertujuan untuk meng-
2011: 68). Sebagai warisan budaya masa integrasikan upaya pelestarian sum-berdaya
lalu, situs kapal tenggelam juga diharapkan arkeologi maritim dengan konservasi terum-
memiliki nilai ekonomis sehingga dapat di- bu karang sehingga mendorong pemerintah
manfaatkan untuk meningkatkan kesejahter- daerah untuk segera menetapkan sumber
aan masya-rakat namun demikian bukan daya arkeologi tersebut sebagai cagar bu-
nilai ekonomis seperti yang diuraikan sebe- daya. Upaya ini pada dasarnya karena kedua
lumnya melainkan sebagai objek wisata. sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan
Penjarahan terhadap situs kapal sebagai salah satu sumber daya yang dapat
tenggelam dilakukan dengan cara mem- meningkatkan perekonomian masyarakat,

29
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.

yaitu sebagai objek wisata bahari khususnya Calang. Di sepanjang teluk tersebut mem-
wisata selam. Pengelolaan secara terin- bentang terumbu karang tepi (fringing reef).
tegrasi terhadap sumber daya arkeologi mar- Perairan di sekitar gugusan karang tersebut
itim ini dengan sumber daya kelautan memiliki kedalaman maksimal hanya 10 m
lainnya sangat diperlukan karena terkait bahkan di beberapa lokasi berupa zona inter-
dengan kelestarian kedua sumber daya terse- tidal sehingga pada saat surut lokasi tersebut
but sehingga dapat mendatangkan para tampak seperti daratan. Secara umum hing-
wisatawan dan investor yang akhirnya dapat ga jarak sekitar 600 m dari garis pantai,
me-ningkatkan pendapatan penduduk setem- perairan di utara Belitung masih dipengaruhi
pat (Nunes and Roeder 2014: 35-44; Nocca oleh pasang surut air laut (Gambar 1). Ber-
2017: 2-28). dasarkan tabel pasang surut yang dikeluar-
. kan oleh Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL
II. METODE PENELITIAN tahun 2001 diketahui bahwa perairan bagian
Metode yang digunakan dalam tulisan ini bagian utara Belitung mencapai titik teren-
merupakan studi kepustakaan yang berupa dah pada saat surut hingga 40 cm (Novita,
penalaahan terhadap bahan pustaka berupa Atmodjo, dan Ramadhan 2017: 2). Kondisi
buku, artikel, laporan penelitian dan catatan ini menunjukkan bahwa kegiatan pelayaran
lainnya. Data pada tulisan ini adalah data di wilayah perairan ini sangat tergantung
pustaka berupa laporan penelitian arkeologi pada waktu pasang surut air laut untuk
di Desa Sungai Padang yang dilakukan oleh menghindari karam. Berdasarkan kondisi
Balai Arkeologi Sumatera Selatan tahun tersebut tidak mengherankan jika di wilayah
2017 dan 2019. Data yang dikumpulkan perairan ini banyak memiliki potensi sumber
berupa informasi tentang situs-situs bawah daya arkeologi maritim berupa situs kapal
air di Desa Sungai Padang dan informasi tenggelam.
tentang lingkungan perairan di Desa Sungai Penelitian Balai Arkeologi Sumatera Se-
Padang. Selain itu publikasi tentang pem- latan menunjukkan terdapat dua situs kapal
anfaatan warisan budaya maritim sebagai tenggela di wilayah perairan Sungai Padang,
objek wisata dan penge-lolaannya juga yaitu Situs Karang Kapal 1 dan Situs Ka-
digunakan sebagai data pendukung. rang Kapal 2 (Peta 2). Kedua situs tersebut
secara geografis berada pada satu gugusan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN karang yang oleh penduduk setempat dise-
A. Sumber Daya Arkeologi Maritim Di but dengan Karang Kapal. Berdasarkan hasil
Desa Sungai Padang penelitian Balai Arkeologi Sumatera Selatan
Desa Sungai Padang terletak di wilayah tahun 2017, di area ini terdapat gugusan ka-
Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, rang dangkal sepanjang + 1,5 km dengan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. kedalaman paling dangkal antara 1-2 meter
Secara geografis desa ini berada di bagian yang cukup berbahaya bagi jalur lalu lintas
utara Pulau Belitung tepatnya di Teluk

30
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43

pelayaran (Novita, Atmodjo, dan Ramadhan 2017: 6-7).

Gambar 1. Kondisi Geografis Perairan Bagian Utara Pulau Belitung


(Sumber: Balar Sumsel 2017)

Gambar 2. Lokasi Situs Karang Kapal 1 dan Karang Kapal 2


(Sumber: Balar Sumsel 2019)

Situs Karang Kapal 1 merupakan lokasi kan balok-balok kayu tersebut terendapkan
tenggelamnya kapal kayu yang saat ini pada area lereng terumbu pada kedalaman
keadaannya sudah sangat rusak dan tidak mulai dari + 7 meter hingga di dasar laut
lagi membentuk profil sebuah kapal. Bagian pada kedalaman + 16 meter. Selain kayu, di
-bagian kapal yang sebagian besar merupa- area Situs Karang Kapal 1 juga terdapat

31
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.

temuan-temuan yang kemungkinan besar selang fleksibel, serta ban luar kendaraan
berasosiasi dengan sisa kapal tersebut, anta- bermotor (Gambar 3) (Novita, Atmodjo, dan
ra lain pipa besi, kayu berlapis serat fiber, Ramadhan 2017).

Gambar 3. Situasi Situs Karang Kapal 1


(Sumber: Balar Sumsel 2017)

Bagian kapal yang terendapkan pada ler- hard coral. Kapal yang tenggelam di situs
eng terumbu sebagian berada di bawah reef ini berupa kapal besi (Gambar 5). Oleh
rubble, sedangkan untuk bagian yang ter- penduduk Desa Sungai Padang, situs ini di-
endapkan pada dasar laut sebagian tertutup namakan Karang Timah karena pada tahun
oleh lapisan pasir. Selain itu pada beberapa 1990-an saat situs tersebut ditemukan ban-
bagian kapal banyak yang sudah ditumbuhi yak terdapat balok-balok timah di dalam
oleh terumbu karang. Luasan distribusi kapal yang tenggelam di situs tersebut
temuan di Situs Karang Kapal 1 tersebar (Gambar 6) (Novita et al. 2019).
sepanjang + 70 meter, dengan pola sebaran Penyebab tenggelamnya kapal pada Situs
tidak beraturan yang sejajar dengan zona Karang Kapal 2 dilihat dari sebaran temuan
lereng terumbu (Gambar 4) (Novita, Atmod- yang berada di tengah-tengah karang keras
jo, dan Ramadhan 2017). kemungkinan besar karena menabrak ham-
Situs Karang Kapal 2 merupakan situs paran karang keras yang melintang dari bar-
kapal tenggelam yang memiliki kedalaman at ke timur. Terlebih jika dilihat dari kedala-
3 sampai 10 m dari per-mukaan laut dengan man temuan komponen kapal yang berada
visibility 3 sampai 5 meter. Keadaan dasar pada kedalaman antara 3-5 meter. Pertum-
laut didominasi oleh pasir, soft coral dan buhan karang pada kedalaman antara 5-10

32
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43

meter akan semakin cepat karena berada pa- abad XX. Ukuran kapal yang cukup besar
da lingkungan perairan yang masih mampu tidak memungkinkan bagi para nahkoda un-
dijangkau cahaya matahari. Per-tumbuhan tuk mengamati kondisi perairan yang akan
karang yang masif tanpa disadari menjadi dilewati secara menyeluruh sehingga kapal
malapetaka bagi kapal-kapal yang melintas akan menabrak gugusan karang keras dan
di perairan utara Pulau Belitung terutama akhirnya karam seperti kapal pada Situs Ka-
kapal kargo berbahan besi yang marak rang Kapal 2 (Novita et al. 2019).
digunakan di perairan Nusantara pada awal

Gambar 4. Sebaran Temuan Arkeologi di Situs Karang Kapal 1


(Sumber: Balar Sumsel 2017)

Gambar 5. Situasi Situs Karang Kapal 2


(Sumber: Balar Sumsel 2019)

33
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.

Gambar 6. Sebaran Temuan Arkeologi


di Situs Karang Kapal 2
(Sumber: Balar Sumsel 2019)

B. Keragaman Terumbu Karang di Perairan Belitung merupakan salah satu


Gugusan Karang Kapal perairan yang memiliki terumbu karang
Perairan bagian utara Belitung umumnya yang tumbuh dengan baik. Hal ini dikare-
bersifat perairan terbuka, yaitu tipe perairan nakan wilayah perairan ini bukan merupa-
yang menghadap ke arah laut lepas tanpa kan muara sungai-sungai besar seperti yang
adanya penghalang baik itu pulau maupun terdapat di daratan Sumatera. Tingkat salini-
daratan di depannya sehingga sangat di- tas dan kejernihan air di wilayah ini sangat
pengaruhi oleh ombak dan gelombang. Da- cocok untuk menunjang tumbuhnya koloni
lam hal ini laut lepas yang berada di bagian karang dengan baik.
utara Belitung adalah Laut Cina Selatan. Karang Kapal merupakan gugusan terum-
Berdasarkan kedalamannya perairan Beli- bu karang penghalang (barrier reef) yang
tung termasuk ke dalam perairan dangkal. terletak + 13 km arah utara Desa Sungai Pa-
Kedalaman 5 m dapat ditemukan di bebera- dang. Pengamatan pada saat penelitian,
pa bagian yang berjarak 500 m dari garis secara umum terumbu karang yang terdapat
pantai. Selebihnya di bagian pantai lainnya di sekitar Situs Karang Kapal 1 dan Karang
memiliki kedalaman rata-rata sekitar 10-15 Kapal 2 terdiri dari hard coral dan soft cor-
m. Perairan yang agak jauh memiliki kedala- al. Hard coral didominasi oleh Acroporidae
man sekitar 15-30 m. sedangkan soft coral didominasi oleh Goni-
opora sp dan Sarcophyton sp.

34
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43

Gambar 8. Keragaman terumbu karang di sekitar Gugusan Karang Kapal


(Sumber: Balar Sumsel 2019)

C. Pelestarian Situs Arkeologi Maritim wisatawan mengünjungi suatu tempat karena


Sebagai Daya Tarik Wisata Bahari memiliki minat atau tujuan khusus terhadap
Wisata bahari sebagai bagian dari wisata suatu daya tarik atau kegiatan yang di lokasi
berbasis sumberdaya alam alami atau atau daerah tujuan wisata tersebut. Dalam
dikenal sebagai ekowisata, merupakan jenis penyelenggaraannya, salah satu aktivitas
wisata minat khusus yang aktivitasnya wisata bahari yang berkembang pesat dan
terkait langsung dengan wilayah laut baik di banyak diminati akhir-akhir ini khususnya
pesisir (coastal), di permukaan laut oleh wisatawan mancanegara yang berkun-
(marine), maupun kegiatan yang dilakukan jung ke Indonesia adalah wisata selam.
di bawah permukaan laut (submarine). Ada- Permasalahannya di satu sisi banyak area
pun wisata minat khusus didefinisikan se- terumbu karang sebagai daya tarik wisata
bagai suatu bentuk perjalanan wisata selam (dive spot), secara umum kondisinya

35
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.

sudah mengkhawatirkan. Menurut data dari hadap pengalaman dan pengetahuan yang
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indo-nesia diperolehnya.
menunjukkan hanya 6,39% terumbu karang
dalam kondisi sangat baik, 23,40% kondisi D. PEMBAHASAN
baik, 35,06% kondisi cukup dan kondisi bu- Saat ini Desa Sungai Padang sudah
ruk sebesar 35,15% (Lembaga Ilmu Penge- ditetapkan sebagai salah satu kawasan ge-
tahuan Indonesia 2018). Di sisi lain dari opark. Sungai yang membelah Desa Sungai
berbagai catatan sejarah dalam dan luar Padang merupakan alur yang terbentuk dari
negeri, disebutkan bahwa wilayah perairan kontak antara batuan sedimen formasi ke-
Indonesia termasuk di perairan Belitung di- lapa kampit berusia 245 – 360 juta tahun
perkirakan terdapat banyak benda tinggalan yang diterobos batuan granit berumur 230
budaya maritim seperti kapal tenggelam juta tahun yang merupakan zona lemah
(shipwreck) yang telah berumur ratusan ta- yang akhirnya terbentuk sungai purba. Di
hun dan belum dimanfaatkan secara opti- sepanjang sungai ini terdapat situs-situs
mal. Hingga saat ini benda tinggalan budaya arkeologi yang memiliki rentang waktu dari
maritim yang memiliki nilai ilmu penge- abad XIII hingga awal abad XX.
tahuan (scientific value) dan nilai ekonomi Dengan ditetapkannya Desa Sungai Pa-
(economic value) tinggi, keberadaannya se- dang menjadi geopark, maka dapat dipasti-
makin berkurang akibat meningkatnya peng kan desa ini menjadi salah satu destinasi
-angkatan ilegal dan pencurian baik oleh wisata unggulan dari Kabupaten Belitung.
perseorangan atau perusahaan domestik Berkenaan de-ngan hal tersebut Situs Ka-
maupun asing. rang Kapal 1 dan Karang Kapal 2 dapat di-
Mengatasi kondisi tersebut, diperlukan manfaatkan menjadi destinasi wisata. Pem-
suatu cara, konsep atau pen-dekatan yang anfaatan situs arkeologi menjadi destinasi
mampu meningkatkan posisi daya tarik In- wisata secara ekonomi dapat meningkatkan
donesia sebagai destinasi wisata selam kesejahteraan masyarakat setempat, namun
dunia, sekaligus mampu memperkuat upaya jika tidak di-kelola dengan baik kelestarian
konservasi terumbu karng serta pelestarian situs-situs tersebut akan terancam
tinggalan budaya maritim. Salah satunya (Ardiwidjaja 2017). Namun demikian pem-
adalah dengan memanfaatkan pariwisata anfaatan yang berlebihan dapat memberikan
berke-lanjutan sebagai alat untuk mengemas tekanan yang sangat berat bagi sisa kapal
setiap kegiatan atau aktivitas konservasi tenggelam di kedua situs tersebut, demikian
terumbu karang serta pelestarian tinggalan juga ekosistemnya.
budaya maritim sebagai daya tarik wisata Kedalaman situs cukup ideal untuk
bahari khususnya wisata selam. Pendekatan penyelaman bagi peselam berbagai kriteria.
ini memungkinkan wisatawan turut ber- Peselam pemula umumnya memiliki ke-
peran aktif serta memberikan kepuasan ter- cenderungan untuk me-megang atau
menginjak komponen kapal sebagai pegan-

36
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43

gan atau pijakan untuk mengatur bouyancy. ekowisata bahari di Taman Nasional Kari-
Tindakan dari peselam tersebut jika ter- mun Jawa yang menjadi tujuan utama
akumulasi dapat memberi dampak negatif wisatawan ke wilayah ini adalah potensi
terhadap sisa kapal tenggelam yang pada terumbu karang, fauna laut, reruntuhan ka-
dasarnya sangat rapuh. Kerusakan kimiawi pal, pemandangan yang menyajikan
pada komponen kapal juga dapat terjadi perpaduan antara bukit dan laut, hutan man-
dikarenakan dikarenakan gelembung udara grove, dan fauna darat. Selain itu Hidayah
dari penyelam yang mempercepat proses et.al (2017: 93-98) yang menunjukan dalam
korosi pada komponen kapal (Ridwan et al. suatu kegiatan wreckdive selalu diselingi
2015; Pratama 2018). dengan penyelaman lain untuk menikmati
Kerusakan ekosistem di sekitar situs yang obyek-obyek lain seperti terumbu karang
diakibatkan oleh keteledoran dan ketidakhati dan keanekaragaman hayati lainnya. Ber-
-hatian penyelam be-rupa rusaknya terumbu dasarkan hal tersebut maka pengelolaan
karang sehingga spesies ikan yang terdapat terpadu dalam pengembangan wisata selam
di situs tersebut berkurang. Kepakan fin pe- sehingga memiliki manfaat bagi masyarakat
selam juga dapat mengakibatkan pasir di Sungai Padang.
dasar laut menjadi teraduk sehingga beresiko Dalam Undang-Undang nomor 11 tahun
merusak terumbu karang dan dapat memat- 2010 tentang Cagar Budaya, pelestarian
ikan hewan-hewan yang hidupnya di bawah Cagar Budaya secara fisik dan nilai yang
pasir. Pemberian makanan kepada ikan-ikan dikandungnya harus mendapat perlindungan
di sekitar situs sebenarnya menyalahi kaidah hukum oleh pemerintah. Adanya jaminan
konservasi perikanan karena dapat merusak hukum maka, eksistensi dari tinggalan bu-
pola diet dari ikan-ikan tersebut (Ridwan et daya tersebut dapat dipertahankan, sehingga
al. 2015; Pratama 2018). Selain faktor dapat dimanfaatkan dan dikembangkan un-
manusia, ancaman kelestarian situs kapal tuk kepentingan masyarakat.
tenggelam juga dapat juga disebabkan oleh Pelestarian sumber daya arkeologi pada
alam. Tingginya dinamika perairan seperti dasarnya tidak hanya sekedar melestarikan
perubahan kondisi arus, kecepatan angin fisik bendanya, namun yang menjadi lebih
yang memicu gelombang dapat menyebab- mendasar adalah melestarikan nilai yang
kan sisa kapal tenggelam mengalami kerusa- dikandung oleh sumber daya tersebut. Nilai
kan fisik (Ridwan et al. 2015). penting dari sumber daya arkeologi dapat
Wreck dive merupakan wisata minat khu- dijadikan acuan untuk me-nentukan strategi
sus yang hanya memiliki peminat tidak pelestarian ke depan. Untuk maksud tersebut
sebanyak wisata selam lainnya sehingga un- Situs Karang Kapal 1 dan Karang Kapal 2
tuk keberlanjutannya harus disinergikan perlu ditetapkan sebagai situs cagar budaya
dengan obyek wisata selam lainnya antara dengan memperhatikan ke-tentuan undang-
lain terumbu karang. Penelitian Fauziah undang sehingga keberadaan situs-situs ter-
(2010: 88) telah mengidentifikasi potensi sebut men-dapat jaminan hukum negara.

37
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.

Selain itu diperlukan juga penyusunan ke- yang ke-dalamannya tidak melebihi
bijakan khusus yang mengatur tentang dari 40 meter dan resmi di-kelola oleh
obyek wisata selam terkait pembatasan pihak yang berwenang dengan sifat
wisatawan untuk me-nyelam di perairan akses terbuka. Kriteria layaknya di-
Sungai Padang khususnya maupun Belitung kembangkan taman situs ka-pal
pada u-mumnya. Pengaturan ini pada da- tenggelam ini antara lain mudah di-
sarnya bertujuan untuk mengurangi tekanan akses, kondisi ling-kungan harus
terhadap keberadaan situs maupun dikelilingi oleh ekosistem laut yang
ekosistem di sekitarnya. beragam dan jernih, serta kondisi pe-
Menurut El-Kady (El-Kady 2017), lestarian in situ di dasar laut. Di be-
pengelolaan situs kapal tenggelam untuk berapa negara, taman seperti ini sudah
menjadi produk daya tarik pariwisata di-kembangkan, seperti di Baia Italia
sekaligus melestari-kannya, dapat dilakukan dan Florida yang menampilkan taman
dalam berbagai cara dengan melihat pada situs kapal tenggelam. Secara umum
tujuan pelestarian yang memper-timbangkan dengan taman ini di-mungkinkan
sifat dan kondisi in situ situsnya. Pada da- dikemas produk wisata bahari yang
sarnya pengelolaan situs kapal tenggelam dapat memberikan pengalaman dan
bertujuan untuk melindungi dan menyela- pengetahuan, tentang warisan budaya
matkan situs itu sendiri. Secara rinci upaya- maritim kepada wisatawan melalui pe-
upaya pengelolaan tersebut dapat dilihat pa- nyelaman, snorkeling atau pe-rahu
da uraian-uraian berikut: dengan gelas kaca di dasarnya (Sub
1. Pengelolaan dengan tujuan perlindungan. Bottom Glass). Untuk menjaga nilai
Pengelolaan ini mempertimbangkan dan keberadaan situs, maka perlu
upaya pelestarian in situ sebagai pilihan per- ditetapkan prosedur akses wisatawan
tama yang harus dilakukan adalah karena yang harus di-dampingi pemandu (dive
dalam periode tertentu objek atau artefak master) dan panduan yang boleh dan
bawah laut serta lingkungan laut sekitarnya tidak boleh (do's and don't) dilakukan
menun-jukan keseimbangan tanpa terancam wisatawan selama mengunjungi situs.
oleh degradasi, arus, dan pelapukan. b. Museum Arkeologi Bawah Air. Pen-
Mengacu pada sifat, kondisi dan keletakan dekatan ini cukup kompleks untuk me-
situs kapal tenggelam, beberapa pendekatan mamer-kan situs kapal tenggelam se-
dapat di-terapkan untuk dikemas sebagai bagai daya tarik atraksi wisata dalam
daya tarik atraksi wisata: kondisi in situ. Berbagai resiko perlu di
a. Taman Arkeologi Bawah Air. Pen- -perhitungkan secara matang dalam
dekatan ini lebih praktis memamerkan membangun museum agar tidak meng-
situs kapal tenggelam sebagai daya ganggu dan merusak situs. Kriteria la-
tarik atraksi wisata khususnya se-lam yaknya dikembangkan mu-seum ting-
dan snorkeling dalam kondisi in situ, galan budaya maritim ini antara lain

38
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43

dibangun di kawasan pesisir dan laut, b. Dokumentasi Digital Situs Kapal


koleksi museum berupa ting-galan bu- Tenggelam. Penyela-matan melalui
daya maritim bersifat in situ atau tidak pendekatan visualisasi situs kapal
in situ, kondisi lingkungan situs ter- tenggelam yang sifat akses-nya ter-
dapat ekosistem laut dan jernih, serta tutup, tidak jelas atau kondisinya
mampu melayani pengunjung melihat keberadaannya terletak terlalu dalam di
situs arkeologi di bawah air tanpa men- dasar laut, dapat dilakukan dengan men
jadi basah. Beberapa ne-gara sudah -dokumentasikan secara detail melalui
membangun mu-seum arkeologi bawah proses digitalisasi. Hasil pendoku-
air yang prinsip bangunannya tidak mentasian secara digital berpeluang
jauh berbeda dengan bangunan Sea- untuk dikemas sebagai daya tarik Mu-
world, misalnya Museum Baiheliang di seum Virtual yang ditayangkan baik
Cina dan Museum Bawah Air di Alex- secara on maupun off line. Disamping
andria. itu juga bermanfaat untuk dikemas
menjadi daya tarik teknologi simulasi
2. Pengelolaan dengan tujuan Penyelamatan rekonstruksi tiga dimensi dan teknologi
Pengelolaan ini mempertimbangkan sifat aug-mented reality.
dan kondisi situs tidak memungkinkan
upaya pelestarian in situ dilakukan karena Mengacu pada Undang undang nomor 10
risiko ke-rusakan dan kehilangan dari nilai tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pada
dan keberadaan situs kapal tenggelam cukup Bab 2 Pasal 4 disebutkan bahwa kepa-
besar oleh manusia atau kondisi lingkungan riwisataan bertujuan antara lain untuk
bawah laut seperti arus, pelapukan, atau le- meningkatkan pertumbuhan eko-nomi;
tak kedalaman situs lebih dari 40 meter. Se- meningkatkan kesejahteraan rakyat; me-
hingga perlu diselamatkan dengan cara lestarikan alam, ling-kungan, dan sumber
memindahkan artefak di situs ke darat atau daya; serta memajukan kebudayaan. Selan-
menutup akses bagi siapapun ke situs. Be- jutnya pada Bab 4 Pasal 6 ditegaskan bahwa
berapa tindak lanjut pe-nyelamatan situs pembangunan kepariwisataan diwujudkan
yang dapat dilakukan: melalui pelaksanaan rencana pembangunan
a. Museum Arkeologi Bawah Air. kepariwisataan dengan memperhatikan
Penyelamatan artefak-artefak dari situs keanekaragaman, ke-unikan, dan kekhasan
kapal tenggelam yang ada di dasar laut budaya dan alam, serta kebutuhan manusia
diangkat ke darat dan disimpan untuk untuk berwisata.
tujuan utama ilmu pengetahuan dan se- Dalam memanfaatkan kawasan Situs Ka-
kaligus dikemas menjadi a-traksi rang Kapal 1 dan Karang Kapal 2 beserta
dengan cara dipamer-kan sebagai lingkungan di sekitarnya sebagai kawasan
koleksi museum. sensitif menjadi daya tarik wisata bahari
khususnya wisata selam, perlu dikemas daya

39
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.

tarik produk wisata bahari termasuk wisata tarian situs. Secara umum aktivitas yang
selam yang berbasis pada kegiatan dan ak- menjadi daya tarik wisata bawah air dapat
tivitas konservasi terumbu karang dan peles- dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Daya Tarik Produk Wisata Bawah Air Berdasarkan Aktivitas

(Sumber: diolah dari berbagai sumber)

Dalam menjaga keseimbangan ekosistem memulihkan keter-sediaan sumberdaya ikan


perairan di sekitar situs, salah satu tindakan (Kamaali, Baskoro, dan Wisudo 2016).
yang dapat dilakukan adalah dengan mem- Dengan demikian atraksi wisata selam di
buat rumpon baik alami maupun buatan atau situs kapal tenggelam dapat lebih terjaga dan
apartemen ikan sebagai peng-ganti dari berkelanjutan.
terumbu karang yang proses tumbuhnya me-
makan waktu yang sangat lama. Rumpon IV. SIMPULAN
berfungsi sebagai tempat berpijah bagi ikan Dalam Undang-Undang nomor 11 tahun
dewasa, tempat menempelnya telur ikan ser- 2010 tentang Cagar Budaya, pelestarian
ta areal perlindungan asuhan dan pem- Cagar Budaya secara fisik dan nilai yang
besaran bagi anak-anak ikan sehingga dapat dikandungnya harus mendapat perlindungan

40
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43

hukum oleh pemerintah. Adanya jaminan VI. UCAPAN TERIMA KASIH


hukum maka, eksistensi dari tinggalan bu- Penulis mengucapkan terima kasih yang
daya tersebut dapat dipertahankan, sehingga sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan un- telah membantu dalam penelitian ini, kepada
tuk kepentingan masyarakat. Bapak Dr Junus Satrio Atmodjo sebagai
Pelestarian sumber daya arkeologi pada penyelia penelitian, Saudara Ahmad Surya
dasarnya tidak hanya sekedar melestarikan Ramadhan, SS dan Saudara Wastu Hari Pra-
fisik bendanya, namun yang menjadi lebih setya, SS yang telah membantu dalam pros-
mendasar adalah melestarikan nilai yang es pengumpulan data lapangan dan
dikandung oleh sumber daya tersebut. Nilai pemetaan.
penting dari sumber daya arkeologi dapat
dijadikan acuan untuk menentukan strategi VII. KONTRIBUSI PENULIS
pelestarian kedepan. Selain itu di-perlukan Dalam artikel ini, Aryandini Novita dan
juga penyusunan kebijakan khusus yang Roby Ardiwidjaja merupakan kontributor
mengatur tentang obyek wisata selam terkait utama.
pembatasan wisatawan untuk menyelam di
perairan Sungai Padang khususnya maupun REFERENSI
Belitung pada umumnya. Pengaturan ini pa- Ardiwidjaja, Roby. 2017. “Pelestarian Ting-
galan Budaya Bawah Air: Pemanfaa-
da dasarnya bertujuan untuk mengurangi tan Kapal Karam Sebagai Daya Tarik
tekanan terhadap kebe-radaan situs maupun Wisata Selam.” Amerta 35 (2): 75–
148. https://
ekosistem di sekitarnya. jurnalarkeologi.kemdikbud.go.id/
index.php/amerta/article/
download/251/200.
V. SARAN
Perairan Belitung memiliki potensi sum- Claesson, Stefan. 2011. “The Value and
Valuation of Maritime Cultural Herit-
ber daya arkeologi yang merupakan warisan age.” International Journal of Cultural
budaya dari masa lalu, yang merefleksikan Property 18: 61–80. https://doi.org/
DOI: 10.1017/S0940739111000051.
lembar sejarah Pulau Belitung. Sumber daya
Edwards, Alasdair. 2010. Reef Rehabilita-
arkeologi tersebut berasal masa yang cukup tion Manual. Edited by Alasdair Ed-
panjang, yaitu sejak abad XIII hingga awal wards. Melbourne: The Coral Reef
abad XX. Sumber daya arkeologi merupa- Targeted Research and Capacity
Building for Management Program.
kan warisan budaya yang perlu dilestarikan https://ccres.net/images/uploads/
agar sejarah Pulau Belitung bagian selatan publications/3/
reef_rehabilitation_manual_web.pdf.
tidak terlupakan dan tidak kehilangan identi-
El-Kady, Marwa. 2017. “Potentials of Un-
tas. Beberapa lokasi yang telah diteliti perlu derwater Cultural Heritage in Tourism
ditetapkan sebagai situs cagar budaya untuk from the Perspective of Tour Guiding
in Alexandria, Egypt.” Tourism Re-
melindungi benda-benda muatan kapal dan
search Institute, Journal of Tourism
kapal itu sendiri. Research 17 (1): 222–37.

41
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.

Fauziah, Yunita Rahma. 2010. “Strategi terumbu-karang-indonesia-2018-


Pengembangan Ekowisata Taman Na- /21410.
sional Karimunjawa, Kabupaten Jepa- Nocca, Francesca. 2017. “The Role of Cu-
ra, Propinsi Jawa Tengah.” Institut tural Heritage in Sustainable Develop-
Pertanian Bogor. ment: Multidimensional Indicator as
Fenner, Douglas. 2012. “Challenges for Decision-Making Tool.” Sustainability
Managing Fisheries on Diverse Coral 9 (1882): 1–28. https://doi.org/
Reefs.” Diversity 4: 105–60. https:// doi:10.3390/su9101882.
doi.org/10.3390/d4010105. Novita, Aryandini, Junus Satrio Atmodjo,
Flecker, Michael. 2017. Legislation on Un- Dadang Hikmah Purnama, Jepriyadi A
derwater Cultural Heritage in South- Lumbu, Wastu Hari Prasetya, Muham-
east Asia: Evolution and Outcomes. mad Reyhan Qois, Armadi, and Isma-
Trend in S. Singapore: ISEAS - Yusof yati. 2019. “Pola Hubungan Maritim
Ishak Institute. https://doi.org/DS501 Situs-Situs Di Daerah Aliran Sungai
I59T no.23 (2017). Padang Kecamatan Sijuk KAbupaten
Belitung Pada Awal Abad XX.” Pa-
Hidayah, Ade, Sumarti, and Luchman Ha-
lembang.
kim. 2017. “Potensi Dan Pengem-
bangan Objek Wisata Bahari Tu- Novita, Aryandini, Junus Satrio Atmodjo,
lamben, Kabupaten Karangasem, Ba- and Ahmad Surya Ramadhan. 2017.
li.” Jurnal Administrasi Bisnis 50 (2): “Kesinambungan Pemanfaatan Ruang-
93–98. Ruang Aktivitas Di Pantai Utara Beli-
tung.”
Johnson, Ayana Elizabeth, and Jeremy B C
Jackson. 2015. “Fisher and Diver Per- Nunes, CH, and F Roeder. 2014. “Tourism
ception of Coral Reef Degradation and and Algarve’s Underwater Heritage
Implication for Sustainable Manage- Valorisation. A Case Study.” Journal
ment.” Global Ecology and Conserva- of Maritime Research XI (I): 35–44.
tion 3: 890–99. https://doi.org/http:// www.jmr.unican.es.
dx.doi.org/10.1016/ Pratama, Henri Riko. 2018. “Proses Pem-
j.gecco.2015.04.004. bentukan Data Arkeologi Bawah Air
Kamaali, Muhammad Wildy, Mulyono S Kapal Liberti Di Tulamben.” Berkala
Baskoro, and Sugeng Hari Wisudo. Arkeologi 38 (1): 59–77.
2016. “Pengkayaan Sumber Ikan Rachmana, Meike. 2015. “The Conception
Dengan Fish Apartement Di Perairan of Historic Shipwreck Ownership in
Bangsring, Banyuwangi.” Jurnal Accordance With International Law.”
Teknologi Perikanan Dan Kelautan 7 Jurnal Hukum Internasional 12 (3):
(1): 11–20. 356–81. https://media.neliti.com/
Lelloltery, Henderina, Satyawan Pudyat- media/publications/66755-EN-the-
moko, Chafid Fandelli, and Muhamad conception-of-historic-shipwrecks-
Baiquni. 2018. “Study of Coral Reef ow.pdf.
for Marine Ecotourism Development Ridwan, Nia Naelul Hasanah, Gunardi
Based On Region Suitability and Car- Kusumah, Semeidi Husrin, and Terry
rying Capacity in Margesu Island Na- L Kepel. 2015. “Kapal Karam MV
ture Tourism Park, Maluku, Indone- Boelongan Nederlan Di Kawasan
sia.” Biodiversitas 19 (3): 1089–96. Mandeh, Lingkungan Laut Sekitarnya
https://doi.org/10.13057/biodiv/ Dan Kemungkinan Pengembangann-
d190342. ya.” In Karakteristik Sumberdaya Laut
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Dan Pesisir, edited by Sugianta
2018. “Status Terkini Terumbu Ka- Wirasantoso and Widodo S Pranowo,
rang Indonesia 2018.” http://lipi.go.id/ 84–133. Jakarta: Pusat Penelitian dan
siaranpress/lipi:-status--terkini- Pengembangan Sumberdaya Laut dan

42
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43

Pesisir, Badan Penelitian dan Pengem- tles: Education and Arcahological


bangan Kelautan dan Perikanan. Tourism on Underwater Cultural Her-
itage.” Public Archaeology 14 (3): 157
Rogers, Alice, Julia L Blanchard, and Peter J
–71. https://doi.org/DOI
Mumby. 2017. “Fishery Productivity
10.1080/14655187.2016.1191925.
Under Progresive Coral Reef Degrada-
tion.” Journal of Applied Ecology, 1– Susiloningtyas, Dewi, T Handayani, and A
9. https://doi.org/10.1111/1365- N Amalia. 2017. “The Impact of Coral
2664.13051. Reefs Destruction and Climate Change
in Nusa Dua and Nusa Penida, Bali,
Sammarco, Paul W. 2008. “Crises on Coral
Indonesia.” In 1st UPI International
Reefs and in Coral Reef Science in
Geography Seminar, 1–8. IOP Pub-
The 21th Century: The Need for A
lishing. https://doi.org/
New Peer-Review System.” Ethic in
doi :10.1088/1755-
Science and Enviromental Politics 8:
1315/145/1/012054.
109–19. https://doi.org/doi: 10.3354/
esep00093.
Scott-Ireton, Della A, and Jennifer F
McKinnon. 2015. “As the Sand Set-

43

View publication stats

You might also like