Professional Documents
Culture Documents
net/publication/341667943
CITATION READS
1 155
2 authors:
All content following this page was uploaded by Aryandini Novita on 27 May 2020.
Abstract
This paper discusses about preservation of maritime archeological resources by integrat-
ing the use of wrecksite as a dive tourism object with coral reefs conservation so it can im-
prove the community's economy. The method used in this paper is literature study in the
form of an examination of library materials such as books, articles, research reports, and
other notes. Main data are archeological research reports in Sungai Padang Village con-
ducted by South Sumatra Archaeological Office in 2017 and 2019. While supporting data
are publications about the use of maritime cultural heritage as a tourist attraction and its
management. Wreck dive is a special interest tourism that only has less interest as other di-
ve tourism, so it must be synergized with other dive tourism objects, such as coral reefs. The
attraction of diving tourism products needs to be packaged by activities based on coral reef
conservation activities and site conservation so that diving tourism attractions on wreck
sites can be more preserve and sustainable.
dijadikan simbol kekayaan atau prestise bongkar paksa sisa-sisa kapal secara tidak
(Scott-Ireton and McKinnon 2015: 158). langsung juga berakibat pada rusaknya
Ketidaktahuan nelayan akan nilai ekonomis terumbu karang di sekitar situs. Kerusakan
tinggalan arkeologi dari situs kapal terumbu karang ini pada akhirnya dapat
tenggelam kemudian dimanfaatkan oleh mengakibatkan berkurangnya hasil tangka-
“pemburu harta karun” sehingga mereka pan nelayan setempat karena populasi ikan
menjanjikan bayaran yang tinggi kepada dan hewan laut lainnya yang tinggal di
nelayan jika menemukan situs (Flecker terumbu karang berkurang (Fenner 2012:
2017: 7-8). Hal ini menyebabkan maraknya 118; Rogers, Blanchard, and Mumby 2017:
penjarahan terhadap situs kapal teng-gelam 4-5).
meskipun pemerintah telah menerbitkan Selain bermanfaat sebagai sumber mata
payung hukum untuk melindungi pencaharian nelayan, terumbu karang juga
keberadaan sumber daya arkeologi maritim, dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Namun
yaitu Undang Undang No 11 Tahun 2010 demikian penangkapan ikan dan hewan laut
tentang Cagar Budaya. Keadaan ini menjadi lainnya yang secara berlebihan serta aktivi-
semakin rumit karena adanya peraturan- tas wisata yang tidak terkendali dapat
peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah mengakibatkan ekosistem terumbu karang
tentang pengelolaan sumber daya arkeologi menjadi terdegradasi (Sammarco 2008: 109;
maritim yang saling tumpang tindih sehing- Susi-loningtyas, Handayani, and Amalia
ga unit-unit pelaksana terkait sering ber- 2017: 7; Lelloltery et al. 2018: 1094).
konflik (Rachmana 2015: 372). Mengatasi hal tersebut sudah selayaknya
Dalam aktivitasnya, para penjarah hanya pemanfaatan sumber daya kelautan dikelola
mengambil artefak-artefak yang utuh dan secara menyeluruh sehingga tekanan
dianggap memiliki nilai ekonomis saja. ekologis yang mengakibatkan penurunan
Peng-abaian terhadap artefak yang tidak kualitas dan daya dukung ekosistem
utuh apalagi tidak memiliki nilai ekonomis perairan pantai dapat dikurangi (Edwards
dapat mengakibatkan hi-langnya nilai se- ed. 2010: 5; Johnson and Jackson 2015:
jarah, budaya dan ilmu pengetahuan dari 898).
sumber daya maritim tersebut (Claesson Tulisan ini bertujuan untuk meng-
2011: 68). Sebagai warisan budaya masa integrasikan upaya pelestarian sum-berdaya
lalu, situs kapal tenggelam juga diharapkan arkeologi maritim dengan konservasi terum-
memiliki nilai ekonomis sehingga dapat di- bu karang sehingga mendorong pemerintah
manfaatkan untuk meningkatkan kesejahter- daerah untuk segera menetapkan sumber
aan masya-rakat namun demikian bukan daya arkeologi tersebut sebagai cagar bu-
nilai ekonomis seperti yang diuraikan sebe- daya. Upaya ini pada dasarnya karena kedua
lumnya melainkan sebagai objek wisata. sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan
Penjarahan terhadap situs kapal sebagai salah satu sumber daya yang dapat
tenggelam dilakukan dengan cara mem- meningkatkan perekonomian masyarakat,
29
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.
yaitu sebagai objek wisata bahari khususnya Calang. Di sepanjang teluk tersebut mem-
wisata selam. Pengelolaan secara terin- bentang terumbu karang tepi (fringing reef).
tegrasi terhadap sumber daya arkeologi mar- Perairan di sekitar gugusan karang tersebut
itim ini dengan sumber daya kelautan memiliki kedalaman maksimal hanya 10 m
lainnya sangat diperlukan karena terkait bahkan di beberapa lokasi berupa zona inter-
dengan kelestarian kedua sumber daya terse- tidal sehingga pada saat surut lokasi tersebut
but sehingga dapat mendatangkan para tampak seperti daratan. Secara umum hing-
wisatawan dan investor yang akhirnya dapat ga jarak sekitar 600 m dari garis pantai,
me-ningkatkan pendapatan penduduk setem- perairan di utara Belitung masih dipengaruhi
pat (Nunes and Roeder 2014: 35-44; Nocca oleh pasang surut air laut (Gambar 1). Ber-
2017: 2-28). dasarkan tabel pasang surut yang dikeluar-
. kan oleh Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL
II. METODE PENELITIAN tahun 2001 diketahui bahwa perairan bagian
Metode yang digunakan dalam tulisan ini bagian utara Belitung mencapai titik teren-
merupakan studi kepustakaan yang berupa dah pada saat surut hingga 40 cm (Novita,
penalaahan terhadap bahan pustaka berupa Atmodjo, dan Ramadhan 2017: 2). Kondisi
buku, artikel, laporan penelitian dan catatan ini menunjukkan bahwa kegiatan pelayaran
lainnya. Data pada tulisan ini adalah data di wilayah perairan ini sangat tergantung
pustaka berupa laporan penelitian arkeologi pada waktu pasang surut air laut untuk
di Desa Sungai Padang yang dilakukan oleh menghindari karam. Berdasarkan kondisi
Balai Arkeologi Sumatera Selatan tahun tersebut tidak mengherankan jika di wilayah
2017 dan 2019. Data yang dikumpulkan perairan ini banyak memiliki potensi sumber
berupa informasi tentang situs-situs bawah daya arkeologi maritim berupa situs kapal
air di Desa Sungai Padang dan informasi tenggelam.
tentang lingkungan perairan di Desa Sungai Penelitian Balai Arkeologi Sumatera Se-
Padang. Selain itu publikasi tentang pem- latan menunjukkan terdapat dua situs kapal
anfaatan warisan budaya maritim sebagai tenggela di wilayah perairan Sungai Padang,
objek wisata dan penge-lolaannya juga yaitu Situs Karang Kapal 1 dan Situs Ka-
digunakan sebagai data pendukung. rang Kapal 2 (Peta 2). Kedua situs tersebut
secara geografis berada pada satu gugusan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN karang yang oleh penduduk setempat dise-
A. Sumber Daya Arkeologi Maritim Di but dengan Karang Kapal. Berdasarkan hasil
Desa Sungai Padang penelitian Balai Arkeologi Sumatera Selatan
Desa Sungai Padang terletak di wilayah tahun 2017, di area ini terdapat gugusan ka-
Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, rang dangkal sepanjang + 1,5 km dengan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. kedalaman paling dangkal antara 1-2 meter
Secara geografis desa ini berada di bagian yang cukup berbahaya bagi jalur lalu lintas
utara Pulau Belitung tepatnya di Teluk
30
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43
Situs Karang Kapal 1 merupakan lokasi kan balok-balok kayu tersebut terendapkan
tenggelamnya kapal kayu yang saat ini pada area lereng terumbu pada kedalaman
keadaannya sudah sangat rusak dan tidak mulai dari + 7 meter hingga di dasar laut
lagi membentuk profil sebuah kapal. Bagian pada kedalaman + 16 meter. Selain kayu, di
-bagian kapal yang sebagian besar merupa- area Situs Karang Kapal 1 juga terdapat
31
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.
temuan-temuan yang kemungkinan besar selang fleksibel, serta ban luar kendaraan
berasosiasi dengan sisa kapal tersebut, anta- bermotor (Gambar 3) (Novita, Atmodjo, dan
ra lain pipa besi, kayu berlapis serat fiber, Ramadhan 2017).
Bagian kapal yang terendapkan pada ler- hard coral. Kapal yang tenggelam di situs
eng terumbu sebagian berada di bawah reef ini berupa kapal besi (Gambar 5). Oleh
rubble, sedangkan untuk bagian yang ter- penduduk Desa Sungai Padang, situs ini di-
endapkan pada dasar laut sebagian tertutup namakan Karang Timah karena pada tahun
oleh lapisan pasir. Selain itu pada beberapa 1990-an saat situs tersebut ditemukan ban-
bagian kapal banyak yang sudah ditumbuhi yak terdapat balok-balok timah di dalam
oleh terumbu karang. Luasan distribusi kapal yang tenggelam di situs tersebut
temuan di Situs Karang Kapal 1 tersebar (Gambar 6) (Novita et al. 2019).
sepanjang + 70 meter, dengan pola sebaran Penyebab tenggelamnya kapal pada Situs
tidak beraturan yang sejajar dengan zona Karang Kapal 2 dilihat dari sebaran temuan
lereng terumbu (Gambar 4) (Novita, Atmod- yang berada di tengah-tengah karang keras
jo, dan Ramadhan 2017). kemungkinan besar karena menabrak ham-
Situs Karang Kapal 2 merupakan situs paran karang keras yang melintang dari bar-
kapal tenggelam yang memiliki kedalaman at ke timur. Terlebih jika dilihat dari kedala-
3 sampai 10 m dari per-mukaan laut dengan man temuan komponen kapal yang berada
visibility 3 sampai 5 meter. Keadaan dasar pada kedalaman antara 3-5 meter. Pertum-
laut didominasi oleh pasir, soft coral dan buhan karang pada kedalaman antara 5-10
32
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43
meter akan semakin cepat karena berada pa- abad XX. Ukuran kapal yang cukup besar
da lingkungan perairan yang masih mampu tidak memungkinkan bagi para nahkoda un-
dijangkau cahaya matahari. Per-tumbuhan tuk mengamati kondisi perairan yang akan
karang yang masif tanpa disadari menjadi dilewati secara menyeluruh sehingga kapal
malapetaka bagi kapal-kapal yang melintas akan menabrak gugusan karang keras dan
di perairan utara Pulau Belitung terutama akhirnya karam seperti kapal pada Situs Ka-
kapal kargo berbahan besi yang marak rang Kapal 2 (Novita et al. 2019).
digunakan di perairan Nusantara pada awal
33
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.
34
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43
35
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.
sudah mengkhawatirkan. Menurut data dari hadap pengalaman dan pengetahuan yang
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indo-nesia diperolehnya.
menunjukkan hanya 6,39% terumbu karang
dalam kondisi sangat baik, 23,40% kondisi D. PEMBAHASAN
baik, 35,06% kondisi cukup dan kondisi bu- Saat ini Desa Sungai Padang sudah
ruk sebesar 35,15% (Lembaga Ilmu Penge- ditetapkan sebagai salah satu kawasan ge-
tahuan Indonesia 2018). Di sisi lain dari opark. Sungai yang membelah Desa Sungai
berbagai catatan sejarah dalam dan luar Padang merupakan alur yang terbentuk dari
negeri, disebutkan bahwa wilayah perairan kontak antara batuan sedimen formasi ke-
Indonesia termasuk di perairan Belitung di- lapa kampit berusia 245 – 360 juta tahun
perkirakan terdapat banyak benda tinggalan yang diterobos batuan granit berumur 230
budaya maritim seperti kapal tenggelam juta tahun yang merupakan zona lemah
(shipwreck) yang telah berumur ratusan ta- yang akhirnya terbentuk sungai purba. Di
hun dan belum dimanfaatkan secara opti- sepanjang sungai ini terdapat situs-situs
mal. Hingga saat ini benda tinggalan budaya arkeologi yang memiliki rentang waktu dari
maritim yang memiliki nilai ilmu penge- abad XIII hingga awal abad XX.
tahuan (scientific value) dan nilai ekonomi Dengan ditetapkannya Desa Sungai Pa-
(economic value) tinggi, keberadaannya se- dang menjadi geopark, maka dapat dipasti-
makin berkurang akibat meningkatnya peng kan desa ini menjadi salah satu destinasi
-angkatan ilegal dan pencurian baik oleh wisata unggulan dari Kabupaten Belitung.
perseorangan atau perusahaan domestik Berkenaan de-ngan hal tersebut Situs Ka-
maupun asing. rang Kapal 1 dan Karang Kapal 2 dapat di-
Mengatasi kondisi tersebut, diperlukan manfaatkan menjadi destinasi wisata. Pem-
suatu cara, konsep atau pen-dekatan yang anfaatan situs arkeologi menjadi destinasi
mampu meningkatkan posisi daya tarik In- wisata secara ekonomi dapat meningkatkan
donesia sebagai destinasi wisata selam kesejahteraan masyarakat setempat, namun
dunia, sekaligus mampu memperkuat upaya jika tidak di-kelola dengan baik kelestarian
konservasi terumbu karng serta pelestarian situs-situs tersebut akan terancam
tinggalan budaya maritim. Salah satunya (Ardiwidjaja 2017). Namun demikian pem-
adalah dengan memanfaatkan pariwisata anfaatan yang berlebihan dapat memberikan
berke-lanjutan sebagai alat untuk mengemas tekanan yang sangat berat bagi sisa kapal
setiap kegiatan atau aktivitas konservasi tenggelam di kedua situs tersebut, demikian
terumbu karang serta pelestarian tinggalan juga ekosistemnya.
budaya maritim sebagai daya tarik wisata Kedalaman situs cukup ideal untuk
bahari khususnya wisata selam. Pendekatan penyelaman bagi peselam berbagai kriteria.
ini memungkinkan wisatawan turut ber- Peselam pemula umumnya memiliki ke-
peran aktif serta memberikan kepuasan ter- cenderungan untuk me-megang atau
menginjak komponen kapal sebagai pegan-
36
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43
gan atau pijakan untuk mengatur bouyancy. ekowisata bahari di Taman Nasional Kari-
Tindakan dari peselam tersebut jika ter- mun Jawa yang menjadi tujuan utama
akumulasi dapat memberi dampak negatif wisatawan ke wilayah ini adalah potensi
terhadap sisa kapal tenggelam yang pada terumbu karang, fauna laut, reruntuhan ka-
dasarnya sangat rapuh. Kerusakan kimiawi pal, pemandangan yang menyajikan
pada komponen kapal juga dapat terjadi perpaduan antara bukit dan laut, hutan man-
dikarenakan dikarenakan gelembung udara grove, dan fauna darat. Selain itu Hidayah
dari penyelam yang mempercepat proses et.al (2017: 93-98) yang menunjukan dalam
korosi pada komponen kapal (Ridwan et al. suatu kegiatan wreckdive selalu diselingi
2015; Pratama 2018). dengan penyelaman lain untuk menikmati
Kerusakan ekosistem di sekitar situs yang obyek-obyek lain seperti terumbu karang
diakibatkan oleh keteledoran dan ketidakhati dan keanekaragaman hayati lainnya. Ber-
-hatian penyelam be-rupa rusaknya terumbu dasarkan hal tersebut maka pengelolaan
karang sehingga spesies ikan yang terdapat terpadu dalam pengembangan wisata selam
di situs tersebut berkurang. Kepakan fin pe- sehingga memiliki manfaat bagi masyarakat
selam juga dapat mengakibatkan pasir di Sungai Padang.
dasar laut menjadi teraduk sehingga beresiko Dalam Undang-Undang nomor 11 tahun
merusak terumbu karang dan dapat memat- 2010 tentang Cagar Budaya, pelestarian
ikan hewan-hewan yang hidupnya di bawah Cagar Budaya secara fisik dan nilai yang
pasir. Pemberian makanan kepada ikan-ikan dikandungnya harus mendapat perlindungan
di sekitar situs sebenarnya menyalahi kaidah hukum oleh pemerintah. Adanya jaminan
konservasi perikanan karena dapat merusak hukum maka, eksistensi dari tinggalan bu-
pola diet dari ikan-ikan tersebut (Ridwan et daya tersebut dapat dipertahankan, sehingga
al. 2015; Pratama 2018). Selain faktor dapat dimanfaatkan dan dikembangkan un-
manusia, ancaman kelestarian situs kapal tuk kepentingan masyarakat.
tenggelam juga dapat juga disebabkan oleh Pelestarian sumber daya arkeologi pada
alam. Tingginya dinamika perairan seperti dasarnya tidak hanya sekedar melestarikan
perubahan kondisi arus, kecepatan angin fisik bendanya, namun yang menjadi lebih
yang memicu gelombang dapat menyebab- mendasar adalah melestarikan nilai yang
kan sisa kapal tenggelam mengalami kerusa- dikandung oleh sumber daya tersebut. Nilai
kan fisik (Ridwan et al. 2015). penting dari sumber daya arkeologi dapat
Wreck dive merupakan wisata minat khu- dijadikan acuan untuk me-nentukan strategi
sus yang hanya memiliki peminat tidak pelestarian ke depan. Untuk maksud tersebut
sebanyak wisata selam lainnya sehingga un- Situs Karang Kapal 1 dan Karang Kapal 2
tuk keberlanjutannya harus disinergikan perlu ditetapkan sebagai situs cagar budaya
dengan obyek wisata selam lainnya antara dengan memperhatikan ke-tentuan undang-
lain terumbu karang. Penelitian Fauziah undang sehingga keberadaan situs-situs ter-
(2010: 88) telah mengidentifikasi potensi sebut men-dapat jaminan hukum negara.
37
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.
Selain itu diperlukan juga penyusunan ke- yang ke-dalamannya tidak melebihi
bijakan khusus yang mengatur tentang dari 40 meter dan resmi di-kelola oleh
obyek wisata selam terkait pembatasan pihak yang berwenang dengan sifat
wisatawan untuk me-nyelam di perairan akses terbuka. Kriteria layaknya di-
Sungai Padang khususnya maupun Belitung kembangkan taman situs ka-pal
pada u-mumnya. Pengaturan ini pada da- tenggelam ini antara lain mudah di-
sarnya bertujuan untuk mengurangi tekanan akses, kondisi ling-kungan harus
terhadap keberadaan situs maupun dikelilingi oleh ekosistem laut yang
ekosistem di sekitarnya. beragam dan jernih, serta kondisi pe-
Menurut El-Kady (El-Kady 2017), lestarian in situ di dasar laut. Di be-
pengelolaan situs kapal tenggelam untuk berapa negara, taman seperti ini sudah
menjadi produk daya tarik pariwisata di-kembangkan, seperti di Baia Italia
sekaligus melestari-kannya, dapat dilakukan dan Florida yang menampilkan taman
dalam berbagai cara dengan melihat pada situs kapal tenggelam. Secara umum
tujuan pelestarian yang memper-timbangkan dengan taman ini di-mungkinkan
sifat dan kondisi in situ situsnya. Pada da- dikemas produk wisata bahari yang
sarnya pengelolaan situs kapal tenggelam dapat memberikan pengalaman dan
bertujuan untuk melindungi dan menyela- pengetahuan, tentang warisan budaya
matkan situs itu sendiri. Secara rinci upaya- maritim kepada wisatawan melalui pe-
upaya pengelolaan tersebut dapat dilihat pa- nyelaman, snorkeling atau pe-rahu
da uraian-uraian berikut: dengan gelas kaca di dasarnya (Sub
1. Pengelolaan dengan tujuan perlindungan. Bottom Glass). Untuk menjaga nilai
Pengelolaan ini mempertimbangkan dan keberadaan situs, maka perlu
upaya pelestarian in situ sebagai pilihan per- ditetapkan prosedur akses wisatawan
tama yang harus dilakukan adalah karena yang harus di-dampingi pemandu (dive
dalam periode tertentu objek atau artefak master) dan panduan yang boleh dan
bawah laut serta lingkungan laut sekitarnya tidak boleh (do's and don't) dilakukan
menun-jukan keseimbangan tanpa terancam wisatawan selama mengunjungi situs.
oleh degradasi, arus, dan pelapukan. b. Museum Arkeologi Bawah Air. Pen-
Mengacu pada sifat, kondisi dan keletakan dekatan ini cukup kompleks untuk me-
situs kapal tenggelam, beberapa pendekatan mamer-kan situs kapal tenggelam se-
dapat di-terapkan untuk dikemas sebagai bagai daya tarik atraksi wisata dalam
daya tarik atraksi wisata: kondisi in situ. Berbagai resiko perlu di
a. Taman Arkeologi Bawah Air. Pen- -perhitungkan secara matang dalam
dekatan ini lebih praktis memamerkan membangun museum agar tidak meng-
situs kapal tenggelam sebagai daya ganggu dan merusak situs. Kriteria la-
tarik atraksi wisata khususnya se-lam yaknya dikembangkan mu-seum ting-
dan snorkeling dalam kondisi in situ, galan budaya maritim ini antara lain
38
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43
39
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.
tarik produk wisata bahari termasuk wisata tarian situs. Secara umum aktivitas yang
selam yang berbasis pada kegiatan dan ak- menjadi daya tarik wisata bawah air dapat
tivitas konservasi terumbu karang dan peles- dilihat pada tabel berikut:
40
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43
41
Aryandini Novita, Roby Ardiwijaya. Pemanfaatan Situs Karang Kapal Sebagai Objek Wisata Minat Khusus.
42
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 25 (1) Mei 2020: 28-43
43