Professional Documents
Culture Documents
Peluang Inovasi Produk Perikanan I PELUANG INOVASI PRODUK PERIKANAN
Peluang Inovasi Produk Perikanan I PELUANG INOVASI PRODUK PERIKANAN
net/publication/373658004
CITATIONS READS
0 44
2 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Dwi Apriliani Ags on 05 September 2023.
PELUANG INOVASI
PRODUK PERIKANAN
Azizah Mahary
Dwi Apriliani AGS
i
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Judul:
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Cetakan Pertama:
September, 2021
vi + 100 halaman
Penulis:
Azizah Mahary
Dwi Apriliani AGS
Editor:
Amar Ma’ruf
Desain Cover:
Agus Manto
copyright © 2020
ISBN:
978-602-14628-9-8
Penerbit:
Forthisa Karya
KATA PENGANTAR
iii
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Penulis,
iv
Peluang Inovasi Produk Perikanan
DAFTAR ISI
v
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
vi
Peluang Inovasi Produk Perikanan
POTENSI PERIKANAN
DI INDONESIA
1
1
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
2
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Berdasarkan data yang dirangkum World Atlas tahun 2018, Indonesia masuk
dalam sepuluh besar sebagai negara dengan konsumsi ikan per kapita
tertinggi, lebih tepatnya di posisi kesembilan. Menurut Arifin dkk. (2018)
dalam Laporan Bappenas, World Food Programmed (WFP) dan FAO rata-
rata konsumsi ikan masyarakat Indonesia mencapai 18 kilogram per orang per
tahun, atau mendekati 350 gram setiap minggunya. Bisa dikatakan rata-rata
orang Indonesia rutin mengonsumsi ikan setiap minggu. Keberuntungan
seperti ini belum tentu bisa dijumpai di semua negara, dimana tidak semua
masyarakatnya bisa mengonsumsi ikan setiap pekan. Bukan karena faktor tidak
mampu membeli, akan tetapi memang sumber daya perairannya yang tidak
terlalu besar.
air tenang yaitu mendekati 2,7 juta ton. Fakta menarik lainnya dari data
tersebut bahwa budidaya ikan secara minapadi turut menjadi sektor sangat
penting yang mendukung produksi perikanan, dengan volume produksi
mencapai hampir 83 ribu ton untuk keseluruhan tahun 2017. Data lengkap
produksi perikanan tahun 2017 bisa dilihat pada tabel 1 di bawah.
5
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
sebesar 400 ribu ton dengan perkiraan nilai produksi mencapai 22 triliun
Rupiah. Produksi komoditas lainnya dari subsektor perikanan laut sebesar
4,91 juta ton dengan perkiraan nilai produksi 131,1 triliun Rupiah. Dari
subsektor perikanan perairan umum daratan (PUD), komoditas ikan
menghasilkan volume produksi sebesar 398 ribu ton dengan perkiraan nilai
produksi 9,8 triliun Rupiah, komoditas udang menghasilkan 51 ribu ton, serta
komoditas lainnya menghasilkan 18,5 ribu ton dengan perkiraan nilai
produksi 552 miliar rupiah.
Gambar 3. Kegiatan panen ikan secara konvensional pada budidaya ikan air
tawar
6
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Lainnya,
4.971.768
Lainnya,
Udang, 51.062
18.558
Ikan, 398.203
7
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Gambar 6. Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang produksinya paling
tinggi di Indonesia
8
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Rumput Laut,
10.546.920
10
Peluang Inovasi Produk Perikanan
nelayan dalam hal ini istri nelayan sendiri yang berperan sebagai penjual ikan
langsung ke konsumen. Kedua, nelayan menyetor ikan hasil tangkapannya
kepada pengepul, lalu pengepul mengecer ke pedagang eceran untuk dijual
kepada konsumen akhir. Ketiga, sama seperti jalur yang kedua, nelayan
menyetor kepada pengepul, namun pengepul langsung menyetor ke restoran-
restoran, selanjutnya restoran menjual olahan ikan kepada konsumen.
Keempat, nelayan menyetor kepada pengepul, selanjutnya pengepul
mendistribusikannya kepada pedagang dari daerah lain ataupun
mendistribusikan kepada industri-industri perikanan. Sementara untuk jalur
pemasaran perikanan budidaya, sebagai contoh pada pemasaran komoditas
ikan lele di Kabupaten Boyolali berdasarkan studi yang dilakukan Triyanti dan
Shafitri (2012). Mereka melaporkan 4 jalur pemasaran ikan lele di daerah
yang terkenal dengan kota susu ini. Pada jalur pemasaran pertama sampai
ketiga, pembudidaya lele melibatkan pengepul maupun pedagang pengecer
untuk memasarkan ikan hasil budidayanya. Pada jalur pemasaran keempat,
setelah pembudidaya memanen ikan, mereka tidak langsung menyetor ikan
segar kepada pengepul, pengecer, ataupun menjual langsung ke konsumen.
Para pembudidaya ikan memilih untuk mengolah lele menjadi produk
turunan, baru selanjutnya memasarkan hasil olahan tersebut di Boyolali
maupun ke luar kabupaten. Dengan begitu pembudidaya ikan lele bisa
memperoleh pendapatan lebih besar.
Selain sebagai produk hidup, ikan juga dipasarkan sebagai produk
segar (fresh product). Biasanya ikan didinginkan untuk menjaga supaya ikan
tetap segar. Dalam skala kecil, biasanya penjual mendinginkannya dengan
menaruh ikan pada wadah yang berisi batu es, atau disimpan dalam box
penyimpanan ikan sehingga kesegarannya lebih tahan lama. Berikut ini contoh
alur pemasaran ikan segar berdasarkan analisis yang dilakukan Sukardi (2001)
di Provinsi DI Yogyakarta. Beberapa jenis ikan yang dijual oleh pedagang
pengecer di pasar umum adalah lele dumbo (50,3 %), karper atau ikan mas
(11,6 %), nila hitam (27,8 %), nila merah (2,5 %), tawes (5,1 %), bawal dan
lain-lain (2,6 %). Tentunya persentase tersebut tidak tetap, terus berubah-
ubah dari waktu-ke waktu hingga saat ini. Para pedagang pengecer
mendapatkan pasokan ikan dari agen dan pedagang besar. Sebagian kecil
11
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Gambar 9. Rajungan yang dipasarkan dalam bentuk segar yang ditaruh dalam
peti/box berisi batu es
12
Peluang Inovasi Produk Perikanan
13
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
14
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Pengolahan ikan agar ikan lebih awet dalam waktu yang lama adalah
dengan mengurangi kadar air ikan atau dengan proses pengeringan. Ada dua
jenis produk ikan kering, yaitu produk kering (dried product) dan produk
kering asin (dried salted product). Pengolahan produk ikan kering melalui
proses pengeringan mekanis ataupun alami seperti dijemur di panas terik sinar
matahari. Sementara untuk ikan kering asin dengan proses penggaraman
sekaligus mengeringkannya baik itu secara alami maupun mekanis. Ikan teri
(family Engraulidae) merupakan satu dari sekian olahan ikan kering yang sangat
popular. Misalnya teri medan yang terkenal memiliki raza lezat. Harga per
15
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
kilo ikan kering kecil-kecil ini pun dibandrol cukup mahal bagi sebagian
masyarakat. Rahayu dkk. (2017) menulis observasi tentang pengolahan teri
medan di wilayah Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara. Uniknya, dari hasil
observasi tersebut diketahui bahwa proses pengolahan lebih banyak dilakukan
di atas kapal dengan alasan karena bahan baku ikan lebih segar. Proses
pengolahan diawali dari penyortiran untuk memisahkan jenis ikan lainnya
yang kemungkinan terikut dalam tangkapan ikan teri. Kemudian dilakukan
pencucian terhadap ikan, selanjutnya dilakukan perebusan sekaligus
penggaraman. Setelah perebusan selesai, ikan ditiriskan di atas kapal.
Kemudian masuk ke tahap pengeringan yaitu menjemur ikan yang dilakukan
di darat. Lamanya penjemuran tergantung terik sinar matahari saat
penjemuran. Setelah itu ikan dikemas untuk selanjutnya didistribusi atau
dipasarkan. Produsen ikan teri kering mendistribusikan produknya ke grosir,
dari grosir lanjut ke pengecer. Selanjutnya pengecer menjual kepada
konsumen. Atau sebelum sampai ke pengecer, pihak grosir juga biasanya
menyalurkan kepada distributor selanjutnya baru ke pengecer.
16
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Gambar 10. Ikan teri merupakan salah satu jenis ikan yang banyak dipasarkan
sebagai produk kering yang diasinkan
ditusuk seperti sate lalu ditiriskan dan dilakukan pengasapan. Sama seperti
olahan-olahan sebelumnya, ikan asap juga sangat mudah dijumpai di swalayan-
swalayan ataupun toko-toko online, seperti jenis ikan lele, tongkol, cakalang,
manyung, roa, selais, cucut, dan ikan patin.
Fermentasi (fermented product) juga merupakan teknik yang umum
untuk membuat produk lebih awet. Mungkin pasar jenis olahan perikanan
secara fermentasi belum terlalu umum seperti halnya produk-produk ikan
lainnya sehingga masih belum banyak dijumpai di pasaran. Salah satu olahan
ikan fermentasi yang terkenal di Indonesia adalah pakasam khas Suku Banjar
Kalimantan Selatan. Namun bukan hanya di Kalimantan Selatan, pekasam juga
banyak diolah di daerah-daerah lain. Peda juga merupakan produk olahan
fermentasi ikan dengan ditambahkan garam yang sangat popular di Indonesia.
Jenis ikan yang digunakan biasanya ikan gembung (genus Rastrelliger). Produk
fermentasi lainnya tentu sebagian besar orang Indonesia sudah sangat akrab
dan sangat menggemari, yaitu terasi atau juga sering disebut belacan. Biasanya
terasi dibuat dari bahan baku udang kecil-kecil atau udang rebon. Di Indonesia
ada sangat banyak merk terkenal produk terasi. Baik itu produk dari
perusahaan makanan terkenal yang diolah secara modern, maupun terasi yang
dihasilkan dari pengolahan secara sederhana oleh industri-industri rumahan.
Terasi dan peda sangat banyak kita jumpai di toko-toko online. Namun untuk
pekasam belum semua daerah di Indonesia familiar dengan olahan fermentasi
satu ini. Beberapa produk ikan fermentasi yang popular di dunia antara lain
kusaya dari Jepang, hongehoe dari Korea, bagoong khas Filipina, ngari dari India,
pia ra dari Thailand, hakari dari Islandia, dan fesikh dari Mesir.
Produk ikan yang paling banyak dikonsumsi tentunya produk masak
(cooked product). Di Indonesia varian produk masak ini mungkin tak terhitung
karena saking terlalu banyak, dan akan terus bertambah mengingat inovasi
produk olahan ikan tidak pernah berhenti. Dari yang tradisional hingga
kekinian. Dari wejangan ala kaki lima hingga restoran-restoran mewah. Dari
segala kelas ekonomi. Hal ini bisa dimaklumi karena komoditas perikanan
begitu melimpah di negeri kita. Beberapa inovasi-inovasi tersebut akan
dibahas lebih detil di beberapa bab selanjutnya. Untuk mengulas semua
masakan berbahan dasar ikan di Indonesia, tentu tidak cukup hanya dalam satu
18
Peluang Inovasi Produk Perikanan
buku ini. Setiap daerah di Indonesia punya makanan khas ikan, konsumen atau
pasarnya pun sangat tinggi. Beberapa di antaranya adalah bandeng presto khas
kota Semarang, ikan kembung sambal khas Padang, rica-rica cakalang khas
Kota Manado, sate bandeng khas Banten, seruit khas Kota Lampung, pempek
khas Kota Palembang, otak-otak khas Batam atau Kepulauan Riau, gohu ikan
atau istilah lainnya sashimi khas Ternate, sate lilit ikan khas Bali, ikan peletuk
bambu kuning khas Kalimantan Barat, dan masih sangat banyak lainnya.
Penulis belum menemukan berapa jumlah seluruhnya secara akurat. Perlu
dilakukan riset komprehensif untuk mengumpulkan seluruh olahan masak
berbahan baku ikan dari seluruh Indonesia. Sehingga kita bisa tahu jumlahnya
secara pasti. Ibarat sensus penduduk atau inventarisasi pulau-pulau di seluruh
Indonesia. Namun itu riset yang sangat komprehensif mengingat hampir di
setiap kota atau daerah di Indonesia mempunyai tidak hanya satu jenis olahan
berbahan baku komoditas perikanan.
Selanjutnya ada pengolahan produk ikan menggunakan metode surimi
(surimi based product). Teknik pengolahan ini berasal dari Jepang, prinsipnya
dengan cara melumatkan daging ikan. Jenis ikan yang biasa digunakan untuk
bahan baku adalah daging ikan yang berwarna putih. Tahapan-tahapan
pengolahan surimi secara umum adalah pembersihan dengan mencuci ikan,
penggilingan. Selanjunya ikan dikemas lalu dibekukan. Belakangan ini produk
surimi semakin popular di Indonesia dan semakin mudah dijumpai khususnya
di toko-toko online. Surimi yang paling banyak dijual yaitu surimi berbahan
baku ikan tuna dan tenggiri. Selain ikan ada juga yang berbahan baku udang
dan kepiting. Banyak juga masyarakat yang menggunakan surimi untuk
membuat pempek.
Peluang Ekspor
Pada bagian sebelumnya sudah ditulis secara singkat produk-produk
hasil perikanan untuk pasar dalam negeri dan memiliki potensi ekspor.
Kualitas dan kuantitas produk sangat penting dalam rangka memacu angka
permintaan. Namun untuk perdagangan antar negara, tidak sebatas pada
menjaga mutu dan kuantitas produk. Ada hal lain yang sangat perlu
diperhatikan yaitu perihal perjanjian internasional tentang perikanan.
19
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
20
Peluang Inovasi Produk Perikanan
21
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
kepiting beku menghasilkan FOB sebesar US$ 24,2 juta tahun 2019 namun
menurun menjadi US$ 9,53 juta di tahun 2020. Selain produk yang
dibekukan, ada juga produk perikanan yang diawetkan, yang terbesar volume
ekspornya adalah ikan dan kepiting. Komoditas ikan yang diolah atau
diawetkan menghasilkan FOB mencapai hampir US$ 422,8 juta di tahun 2019
dan lebih US$ 366,9 juta pada 2020. Produk kepiting yang diawetkan
menghasilkan FOB lebih dari US$ 159 juta tahun 2019 dan hampir US$ 149,8
juta di tahun 2020. Komoditas ikan kering dan ikan kering asin ternyata juga
laris di pasar internasional. Volume ekspor produk tersebut mencapai 11,5
ribu ton dan hampir 14 ribu ton untuk periode Januari – November tahun
2019 dan 2020. FOB yang dihasilkan mencapai US$ 84,16 juta pada tahun
2019 dan US$ 92,9 juta di tahun 2020. Selain itu ada juga produk tepung ikan
yang volume ekspornya juga mencapai ratusan ton. Tahun 2019 mencapai
519,7 ton dan tahun 2020 sebesar 129,6 ton dengan FOB mencapai US$ 4,96
juta untuk tahun 2019 dan US$ 717,8 ribu untuk tahun 2020. Selain produk-
produk yang mampu awet bertahan lama, produk yang masa simpannya tidak
lama atau produk segar juga tetap ada. Ekspor komoditas fillet ikan segar
mencapai hampir 3 ribu ton untuk tahun 2019 dan mendekati 1,9 ribu ton
untuk tahun 2020. Produk tersebut menghasilkan FOB lebih dari US$ 28,5
juta untuk tahun 2019 dan US$ 21 juta pada tahun 2020.
22
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Gambar 11. Kepiting beku adalah salah satu komoditas yang memiliki potensi
ekspor tinggi
Tabel 4. Sepuluh negara utama importir ikan segar hasil tangkap dari
Indonesia
Volume impor (ton)
No. Negara importir
Jan – Nov 2019 Jan – Nov 2020
1. Malaysia 25.677.608 27.312.395
2. Singapura 14.104.130 14.083.074
3. Taiwan 2.083.336 2.194.076
4. Hongkong 1.940.624 2.381.999
5. Jepang 1.901.238 2.654.218
6. Cina 1.689.705 2.365.106
7. Arab Saudi 599.655 244.845
8. Australia 282.062 238.002
9. Amerika Serikat 153.143 93.846
10. Thailand 115.515 188.033
24
Peluang Inovasi Produk Perikanan
25
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
26
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Tabel 9. Sepuluh negara utama importir kulit kerang dan lain-lain dari
Indonesia
Volume impor (ton)
No. Negara importir
Jan – Nov 2019 Jan – Nov 2020
1 Uni Emirat Arab 4.793.891 4.581.852
2. Cina 3.746.413 2.215.692
3. Jepang 1.392.319 1.196.944
4. India 517.122 273.145
5. Korea 480.908 161.138
6. Taiwan 131.420 2.508
7. Arab Saudi 12.000 3.677.045
8. Kamboja 40.000 100.000
9. Vietnam 215.311 93.162
10. Amerika Serikat 2.860 62.730
Tabel 10. Sepuluh negara utama importir rumput laut dan ganggang
Volume impor (ton)
No. Negara importir
Jan – Nov 2019 Jan – Nov 2020
1 Cina 141.277.051 132.370.286
2. Korea 6.435.250 7.516.691
3. Vietnam 5.701.952 5.510.933
4. Amerika Serikat 6.236.930 3.010.830
5. Cili 3.814.940 3.188.120
6. Perancis 2.846.791 3.277.030
7. Spanyol 2.289.625 1.829.398
8. Jepang 1.303.834 1.213.628
9. Filipina 1.253.607 860.715
10. Denmark 1.763.940 154.780
27
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Tabel 11. Sepuluh negara utama importir ikan hidup hasil budidaya dari
Indonesia
Volume impor (ton)
No. Negara importir
Jan – Nov 2019 Jan – Nov 2020
1 Cina 1.739.722 931.214
2. Hongkong 555.931 172.196
3. Filipina 338.825 148.520
4. Malaysia 331.473 119.227
5. Singapura 230.342 140.647
6. Vietnam 172.860 113.732
7. Amerika Serikat 108.936 76.340
8. Jepang 65.464 69.699
9. Korea 28.849 62.594
10. Taiwan 35.841 52.421
Dari data yang ada hanya ada sepuluh utama importir mutiara yaitu
Jepang, Hongkong, Korea, Cina, Thailand, Singapura, Australia, Perancis,
Denmark, dan Lithuania. Begitu juga dengan ikan segar hasil budidaya tercatat
hanya ada empat negara importir utama yaitu Malaysia, Uni Emirat Arab,
Taiwan, dan Qatar.
Tabel 12. Sepuluh negara utama importir udang hasil budidaya dari Indonesia
Volume impor (ton)
No. Negara importir
Jan – Nov 2019 Jan – Nov 2020
1 Malaysia 2.366.204 1.798.070
2. Hongkong 960.119 578.877
3. Singapura 273.238 1.042.355
4. Cina 239.236 303.353
5. Korea 69.325 97.348
6. Amerika Serikat 180.763 21.196
7. Taiwan 17.415 40.097
8. Thailand 36.571 13.035
9. Belanda 37.863 4.499
10. Belgia 57.319 468
28
Peluang Inovasi Produk Perikanan
KUALITAS DAN
KANDUNGAN GIZI
29 29
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
30
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Dalam bahasan ini, pastinya penulis tidak menjabarkan secara rinci isi
dari standar setiap produk, mulai dari spesifikasi, syarat bahan baku, serta
penanganan dan pengolahan. Karena isi detil yang sangat banyak sehingga
tidak memungkinkan dalam buku ini dijabarkan satu per satu. Namun
pembaca bisa mengulasnya secara rinci melalui website Badan Standarisasi
Nasional / National Standardization Agency of Indonesia
(http://sispk.bsn.go.id/) atau sumber kredibel lainnya.
31
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
32
Peluang Inovasi Produk Perikanan
33
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
35
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
36
Peluang Inovasi Produk Perikanan
39
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
40 40
Peluang Inovasi Produk Perikanan
41
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
42
Peluang Inovasi Produk Perikanan
2018). Informasi ini sangat penting ketika akan melakukan ekstraksi tepung
lele sehingga pembuatan tepung lele mampu menghasilkan kualitas kalsium
yang semakin tinggi. Terlebih pada pengolahan dengan skala besar atau level
industri.
Memang, metode konvensional sudah bisa menghasilkan tepung dari
tulang ikan. Namun perlu inovasi metode dalam pengembangan tepung ikan
untuk meningkatkan kualitas terutama kadar kalsium yang lebih tinggi.
Sebagai gambaran atas inovasi metode tersebut, berikut ini merupakan tabel
karakteristik fisik mikrokalsium hasil studi Ratnawati dkk. (2020). Pada tabel
tersebut membandingkan karakter fisik mikrokalsium antara metode
konvensional dan metode Sol-gel yang merupakan metode untuk
memproduksi material padat dari molekul-molekuk kecil.
Tabel 21. Tampilan karakter fisik mikrokalsium tepung tulang ikan lele pada
variasi metode preparasi
Metode Warna Aroma Tekstur Tampilan
Sol-gel, agitasi 700 Putih Netral Bubuk Seperti tepung
rpm selama 3 jam halus
Sol-gel tanpa agitasi Putih keabu- Netral Bubuk Seperti tepung
abuan halus
Metode konvensional Putih Amis Bubuk Gumpalan-
kekuningan kasar gumpalan kecil
43
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Walaupun belum terlalu banyak, tapi kita sudah bisa menjumpai produk
tepung tulang ikan di pasaran. Di antaranya adalah tepung tulang ikan tuna,
tulang ikan tenggiri, tulang ikan patin, tulang ikan bandeng, tulang ikan
belida, dan tepung tulang sotong. Kegunaannya pun bervariasi, antara lain
sebagai bahan pakan ikan, pakan burung, hingga pengganti terigu sebagai
bahan baku membuat mie.
44
Peluang Inovasi Produk Perikanan
45
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
46
Peluang Inovasi Produk Perikanan
harga yang bervariasi. Misalnya di laman Tokopedia dijumpai per kilo gram
dijual seharga 6.500 Rupiah. Inovasi ini bukan hanya menjadi solusi
lingkungan namun juga dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat
penghasil rajungan. Seperti yang dilakukan oleh Mahasiswa Jurusan Budidaya
Perairan Universitas Asahan melalui Program Holistik Pembinaan dan
Pemberdayaan Desa (PHP2D), mereka merubah limbah rajungan yang selama
ini sebagai masalah lingkungan menjadi pakan ikan yang dilaksanakan di Desa
Dahari Selebar, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara tahun 2020.
Selain itu tepung cangkang rajungan juga dapat diolah menjadi bahan
baku makanan ringan, bahan baku kosmetik, dan sebagai pupuk organik untuk
membantu pertumbuhan tanaman. Untuk kegunaannya sebagai bahan
makanan ringan, salah satunya seperti percobaan oleh Yanuar dkk. yang
diterbitkan di Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan (2009). Dari percobaan
mereka memperlihatkan bahwa makanan ringan berupa crackers yang dibuat
dengan tambahan tepung cangkang rajungan, secara karakteristik fisik berupa
tingkat kekerasan, berat, tebal dan diameter crackers tidak berbeda dengan
48
Peluang Inovasi Produk Perikanan
49
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
senyawa turunan protein yang bersifat tembus cahaya atau bening, tidak
memiliki rasa, tidak berwarna, dan rapuh jika kering. Selain dijadikan bahan
baku makanan, gelatin juga banyak dimanfaatkan dalam industri kecantikan,
farmasi, kimia, hingga keperluan industri militer maupun fotografi.
Hewan yang dijadikan bahan baku gelatin antara lain sapi dengan
memanfaatkan bagian kulit jangat dan tulang, hewan babi dengan
memanfaatkan kulitnya, dan ikan juga dengan memanfaatkan bagian kulitnya.
Selama ini, sapi dan babi merupakan hewan yang paling banyak dijadikan
sebagai bahan baku gelatin. Namun di sebagian wilayah seperti Indonesia yang
merupakan negara mayoritas Muslim, gelatin berbahan dasar babi tentu tidak
bisa diterima sebagian besar masyarakat karena pertimbangan status kehalalaln
produk. Namun jika bergantung pada sapi saja, harga bahan bakunya lumayan
tinggi dan kuantitasnya juga terbatas. Di sisi lain, ada limbah makanan yang
selama ini banyak terbuang yang memiliki potensi bisa diolah menjadi gelatin,
yaitu tulang ikan. Penggunaan tulang ikan berguna sebagai solusi lingkungan
juga meningkatkan nilai tambah, terutama bagi industri yang fokus pada
produk daging ikan seperti industri ikan kaleng dan fillet ikan.
Inovasi sebagai upaya menghasilkan gelatin berkualitas dari tulang
ikan sudah cukup banyak dilakukan. Diantaranya adalah memanfaatkan limbah
tulang ikan kambing-kambing (Abalistes stellaris). Ekstraksi gelatin
menggunakan asam asetat. Proses pembuatannya dimulai dari mengumpulkan
tulang ikan lalu membersihkannya dari daging maupun sisik ikan yang masih
tersisa. Selanjutnya tulang dijemur satu hingga dua hari. Untuk memastikan
bahwa tulang benar-benar bersih dari daging yang menempel, maka dilakukan
proses perendaman menggunakan air hangat dengan suhu sekitar 60 - 70 oC
selama satu sampai dua menit. Lalu dilakukan pembersihan, penirisan, dan
tulang ikan tersebut dipotong kecil-kecil sekitar 1 cm. Potongan-potongan
tulang ikan direndam menggunakan asam asetat (CH3COOH) selama kurang
lebih 24 jam. Kemudian tulang ikan dicuci menggunakan air yang kadar
keasamannya netral (pH 6-7). Ekstraksi gelatin dilakukan dalam waterbath
menggunakan larutan asam asetat selama kurang lebih 7 jam pada suhu 80 oC.
Ekstraksi gelatin dari tulang ikan kambing-kambing dengan menggunakan
asam asetat bisa menghasilkan rendemen gelatin hingga 2,90 %. Konsetrasi
50
Peluang Inovasi Produk Perikanan
asam asetat yang digunakan adalah 3%. Konsentrasi abu pada gelatin tersebut
sebesar 18,62 %, kandungan lemak 0,3 %, dan kadar air 13,54 %. Beberapa
jenis ikan lainnya yang tulangnya dimanfaatkan sebagai bahan baku gelatin
antara lain tulang ikan cucut, ikan kaci-kaci, ikan tuna, ikan kakap, ikan hitu,
dan ikan pari.
Di pasaran, gelatin berbahan tulang ikan harganya terbilang cukup
mahal karena memang proses pembuatannya yang tidak sederhana, juga
gelatin merupakan bahan baku yang kaya manfaat. Seperti yang dijumpai di
laman Tokopedia, ada yang menjual dengan harga per 100 gramnya mencapai
80 ribu Rupiah. Berarti per kilonya bisa mencapai 800 ribu Rupiah. Tentu
bisnis yang sangat menjanjikan jika melihat bahan baku yang awalnya hanya
berupa limbah. Gelatin berbahan ikan sudah lumayan banyak dijumpai di
toko-toko online. Namun gelatin berbahan tulang ikan belum sebanyak
gelatin berbahan ikan ataupun bahan lainnya. Ini merupakan peluang bisnis
menjanjikan, mengingat masih sedikitnya kompetitor namun marketnya sudah
terbentuk serta bahan baku yang melimpah.
Silase Ikan
Silase ikan merupakan produk samping dari komoditas perikanan
yang berbentuk produk cair. Menurut Wood dalam Buku Microbiology of
Fermented Foods terbitan Springer, silase adalah produk fermentase yang
memiliki kadar air tinggi. Biasanya dijadikan sebagai bahan baku pakan ternak.
Selain itu melalui proses digesti anaerobic, silase juga dapat dijadikan sebagai
bahan bakar alami atau biofuel. Untuk menghasilkan silase ikan perlu
menambahkan asam terhadap ikan sebagai pemacu aktivasi enzim. Misalnya
asam propionic dan asam formic. Bakteri penghasil asam juga dapat digunakan
untuk menghasilkan silase. Peran enzim adalah memecah protein ikan menjadi
unsur larut yang lebih kecil, serta asam berperan meningkatkan aktivitas
enzim untuk mencegah pembusukan bakteri.
Berikut ini teknis pembuatan silase ikan yang penulis lansir dari laman
FAO (http://www.fao.org/). Pertama, bahan baku ikan dicincang kecil-kecil.
Hasil cincang tersebut diberi perlakuan asam formic 85 % sebanyak 3,5 %
dari berat bahan baku. Misal jika bahan baku sebanyak 100 kg maka asam
51
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
formic yang diperlukan sekitar 3 sampai 3,5 liter. Pemberian asam formic
mesti merata, karena bagian yang tidak terkena asam akan mudah membusuk.
Tingkat keasaman atau pH optimum adalah 4 atau lebih rendah. Perlu sesekali
mengaduk untuk membuat peredaran asam tetap merata. Karena
menggunakan asam, maka wadah yang digunakan harus diperhatikan.
Upayakan menggunakan wadah yang tahan asam. Tingkat pencairan
bergantung pada bahan baku. Misal ikan pari agak sulit dicairkan oleh karena
itu perlu dicampur dengan ikan lain. Ikan segar adalah bahan baku yang baik
untuk bahan baku pembuatan silase karena pencairannya lebih cepat. Suhu
juga mempengaruhi lama pencairan. Misalnya suhu yang lebih rendah
membuat proses pencairan lebih lama. Setelah silase jadi, proses
penanganannya kira-kira seperti cairan lainnya. Bisa disimpan dalam wadah.
Mengenai komposisi nutrisi silase, hampir sama dengan komposisi
nutrisi bahan bakunya. Silase ikan memiliki masa simpan yang cukup lama.
Silase ikan dapat tahan disimpan selama dua tahun dalam suhu kamar. Silase
ikan dapat dijadikan bahan baku pakan ikan dan pakan ternak lainnya. Silase
ikan mengandung protein sekitar 15 %, oleh karena itu untuk menghasilkan
protein sebesar 65 % seperti pakan ikan kebanyakan maka dibutuhkan silase
ikan empat kali lebih banyak agar dapat menghasilkan kandungan protein yang
sama. Sebagai bahan pakan hewan ternak, penggunaan silase ikan telah
terbukti meningkatkan kualitas hasil ternak. Misalnya produk susu sapi dan
turunannya yaitu mentega yang tahan kontaminasi. Sementara pada ayam,
penggunaan silase sebagai bahan pakan terbukti dapat meningkatkan produksi
telur.
52
Peluang Inovasi Produk Perikanan
53 53
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Dendeng Ikan
Masyarakat Indonesia tentu sudah akrab sekali dengan olahan daging
ikan kering berbentuk gepeng atau pipih dengan dilumuri bumbu rempah-
rempah khas Indonesia ini. Kita menyebutnya dendeng. Di laman berbagi
resep masakan cookpad terdapat puluhan resep kategori olahan dendeng ikan.
Resep-resep tersebut menunjukkan variasi olahan dendeng ikan, termasuk
variasi berdasarkan jenis ikan antara lain dendeng tongkol, mujair, lele,
bandeng, ikan mas, ikan kembung, tuna, cucut, dan ikan marlin. Begitu juga
di toko-toko online, banyak sekali penjual yang menjajakan olahan dendeng
ikan seperti ikan asin dendeng, dendeng kulit tenggiri, dendeng mujair,
dendeng ikan japuh, dendeng ikan teri, ikan sarden, dendeng cumi, ikan nila,
dan masih banyak lainnya. Hal tersebut mengonfirmasi bahwa makanan lezat
ini memang sangat digemari di Indonesia.
Inovasi-inovasi olahan dendeng juga terus bermunculan, seperti
dendeng dari ikan kambing-kambing. Mungkin bagi sebagian masyarakat
masih jarang mendengar dendeng ikan kambing-kambing. Sebagai informasi,
54
Peluang Inovasi Produk Perikanan
ikan kambing-kambing memiliki nama ilmiah Abalistes stellaris. Ikan ini juga
dikenal dengan nama ikan ayam-ayam, ikan togek, ikan etong, ikan jebong,
atau dalam bahasa Inggris disebut starry triggerfish. Aceh merupakan salah satu
wilayah di Indonesia yang cukup akrab dengan jenis ikan ini. Membuat ikan
kambing-kambing menjadi olahan dendeng merupakan alternatif lain dari
dendeng sapi yang tentu secara harga bahan baku lebih mahal. Manfaat bagi
komoditi ini adalah ikan kambing-kambing memiliki kadar air tinggi yang
membuatnya mudah rusak. Sehingga mengolahnya menjadi produk kering
selain menambah kelezatan rasa juga membuat produk ini lebih tahan lama.
Pembuatan dendeng ikan kambing-kambing bisa dilakukan dengan
metode sayat. Menurut studi yang dilakukan El Husna dkk. (2014) bahwa
metode sayat lebih bagus untuk pengolahan dendeng ikan kambing-kambing.
Hal tersebut berkaitan dengan kadar air yang menunjukkan metode sayat
menghasilkan kadar air lebih rendah dibanding metode giling. Sebab kadar air
juga turut berpengaruh pada kadar protein dendeng.
Gambar 17. Tahapan mencelupkan bahan baku ikan ke dalam bumbu pada
pembuatan dendeng ikan kambing-kambing
55
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
40
30
20
10
0
20% 30% 40%
Konsentrasi Gula Aren (%)
Stik Ikan
Satu lagi olahan produk ikan yang cukup modern, termasuk dalam
kategori makanan cemilan, yaitu stik ikan (fish stick). Berbeda dengan steak
56
Peluang Inovasi Produk Perikanan
yang pengolahannya sama dengan prinsip steak daging sapi. Stik yang dimaksud
di sini adalah makanan ringan dengan bahan baku telur, tepung terigu, lemak,
air dan garam berbentuk irisan tipis-tipis dengan bentuk pipih. Pengolahannya
digoreng sehingga memiliki tekstur renyah. Untuk mengonsumsinya, selain
kita bisa membeli langsung yang sudah jadi, bisa juga membuat sendiri dengan
bahan-bahan ikan seperti ikan patin, tenggiri, ikan marlin, salmon, ikan dori,
gurame, lele, bandeng, tuna, dan ikan lainnya. Resep-resep tersebut banyak
dijumpai di buku-buku panduan resep makanan, juga bisa dengan mudah kita
jumpai di internet salah satunya di situs cookpad, ada puluhan resep yang
dibagikan tentang olahan stik ikan.
Jika tidak mau repot-repot bisa langsung ke swalayan-swalayan
terdekat untuk membeli stik ikan dari produsen yang sudah punya nama
besar, atau kita bisa dengan mudah membelinya melalui toko-toko online.
Namun, sebagai khazanah pembelajaran, kita mesti tahu atau
mencoba inovasi terbaru tentang stik ikan. Sama seperti pada bahasan
dendeng ikan, kali ini penulis ingin menjelaskan inovasi stik ikan dari ikan
kambing-kambing dan ikan pisang-pisang (Caesio chrysozona). Kedua jenis ikan
ini memang belum umum diolah sebagai stik. Keduanya biasanya hanya
dikonsumsi segar atau sebagai ikan asin. Diversifikasi olahan ikan ini bisa
meningkatkan nilai jual. Selain itu juga melepas ketergantungan dari hanya
sedikit jenis ikan sebagai bahan baku stik ikan, seperti ikan tenggiri. Oleh
karena itu perlu mengkaji kandungan gizi dari olahan stik ikan kambing-
kambing dan pisang-pisang untuk memperkenalkan sekaligus bahan
pertimbangan apakah olahan tersebut memiliki manfaat dan worth it di
pasaran. Kadar gizi tersebut penulis sajikan pada tabel 20 di bawah ini yang
menunjukkan kandungan protein, kadar abu, karbohidrat, lemak, dan kadar
air.
57
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Tabel 20. Kandungan gizi stik ikan kambing-kambing dan ikan pisang-pisang
Jenis stik ikan
Kadar gizi (%)
Ikan kambing-kambing Ikan pisang-pisang
Protein 11,96 % 12,49 %
Kadar abu 2,65 % 2,81 %
Karbohidrat 53,77 % 55,12 %
Lemak 27,91 % 26,11 %
Kadar air 3,71 % 3,47 %
Kerupuk Tiram
Bagi sebagain besar masyarakat Indonesia, rasanya tidak puas jika
makan tidak ada kerupuk. Kerupuk merupakan cemilan seluruh lapisan
masyarakat Indonesia dan sudah menjadi budaya yang melekat. Kerupuk pun
memiliki beragam varian. Termasuk kerupuk-kerupuk yang terbuat dari
komoditas perikanan.
58
Peluang Inovasi Produk Perikanan
59
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Selama ini, tiram lebih banyak dijual mentah. Pengolahan tiram tentu
akan meningkatkan nilai ekonomi dari komoditi ini. Termasuk mengolahnya
menjadi kerupuk. Proses pengolahannya pun sederhana, bisa dilakukan oleh
industri rumahan. Secara singkat, proses pembuatan kerupuk dimulai dari
mencampurkan bahan baku untuk dibuat adonan, mencetak adonan,
pengukusan, selanjutnya adonan didinginkan untuk melakukan pngirisan.
Irisan-irisan yang telah berbentuk kerupuk selanjutnya dikeringkan bisa
dengan dijemur di bawah terik matahari, lalu selanjutnya proses memasak
atau menggoreng kerupuk.
Untuk kandungan gizi, khususnya protein ditentukan oleh
perbandingan tiram dengan bahan lainnya. Misalnya semakin banyak
perbandingan tiram maka kandungan proteinnya pun semakin tinggi.
Misalnya, penulis melakukan analisis antara kerupuk tiram komersil dengan
kerupuk tiram olahan, bahwa kerupuk tiram komersil memiliki kandungan
protein 7,02 %, sedangkan kerupuk tiram olahan 3,63 %. Sementara untuk
kandungan lemak, antara kerupuk tiram komersil dengan kerupuk tiram
olahan tidak jauh berbeda, masing-masing 0,56 % dan 0,57 %.
60
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Lokan Krispi
Kita memiliki begitu banyak spesies hewan moluska yang punya
potensi dijadikan olahan makanan. Pada bagian sebelumnya kita sudah
membahas tentang renyahnya kerupuk tiram, kali ini masih pada olahan
renyah lainnya berbahan moluska, bahan bakunya banyak kita jumpai, yaitu
lokan (Polymesoda expansa), atau sebagain masyarakat menyebutnya dengan
kijing. Sama seperti tiram, masyarakat lebih banyak mengonsumsinya
langsung misal hanya dengan direbus dibanding diolah dengan proses yang
lebih panjang. Seperti komoditi perairan lainnya, kijing juga memiliki
kandungan protein yang tinggi. Kijing segar memiliki kandungan protein 8,90
% dan pada basis kering memiliki kandungan protein mencapai 48,21%.
61
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Gambar 21. Lokan atau kijing dengan cangkang (kiri), dan daging lokan
setelah dipisah dari cangkang (kanan)
62
Peluang Inovasi Produk Perikanan
63
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
30
Inovasi lokan krispi memang masih cukup fresh. Belum terlalu banyak
masyarakat di Indonesia yang membuat dan memasarkannya. Beda halnya
dengan olahan udang krispi yang telah menjamur dimana-mana karena
memang dari segi bahan baku tidak semua daerah punya produksi lokan yang
tinggi. Dan misalpun ada, masyarakat masih cenderung mengolahnya dengan
sederhana. Di toko-toko online, lokan krispi bisa dibilang punya harga
bandrol cukup mahal. Penulis menjumpai ada yang menjual 70 ribu Rupiah
hanya per kemasan 125 gram. Itu pun belum banyak bisa kita temukan.
Dengan begitu lokan krispi sangat prospek sebagai usaha kuliner baru yang
perlu diperkenalkan. Selain masih sedikitnya kompetitor juga harga jual yang
lumayan menggiurkan.
Kerupuk Teripang
Teripang adalah hewan invertebrata dari kelas Holothuroidea. Hewan
ini sering dijuluki timun laut karena memang bentuknya mirip timun.
Teripang hidup di lingkungan terumbu atau di lumpur pasiran dan memiliki
pergerakan yang lambat. Beberapa jenis teripang yang sering dimanfaatkan
antara lain: teripang pasir atau teripang putih (Holothuria scabra), teripang
dongnga (Stichopu ssp.), teripang pandan (Theenota ananas), dan teripang koro
64
Peluang Inovasi Produk Perikanan
65
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Bakso Ikan
Makanan yang satu ini sudah seperti makanan pokok bagi masyarakat
Indonesia. Setiap jalan-jalan kota sampai ke pelosok-pelosok perkebunan ada
yang menjual makanan yang terbuat dari daging sapi yang dibentuk bulat-bulat
seperti bola kecil. Hampir seluruh orang Indonesia suka bakso (meatball).
Rasanya lezat juga tinggi protein, ditambah kuah hasil perpaduan yang pas dari
beberapa rempah-rempah. Bukti kepopuleran tersebut bisa dilihat dari laman
cookpad, ada lebih 70 ribu tulisan tentang resep bakso yang dibagikan di sana.
Bakso yang ada selama ini terbuat dari daging, tapi tidak hanya dari
daging sapi. Varian ini memang belum sepopuler bakso daging sapi, tapi sudah
66
Peluang Inovasi Produk Perikanan
bisa menjadi alternatif mahalnya daging sapi. Yaitu bakso ikan. Sebenarnya,
beberapa daerah, diantaranya Palembang sudah akrab dengan makanan mirip
bakso ikan sejak lama. Yaitu tekwan yang terbuat dari campuran ikan dan
tapioka dibentuk bulat kecil-kecil. Disajikan dengan kuah dan beberapa bahan
pelengkap lainnya seperti seledri, sohun, daun bawang dan bawang goreng.
Penyajiannya mirip bakso pada umumnya. Bakso ikan dibuat dari bahan baku
daging ikan utuh yang dilumatkan, atau bisa juga disebut surimi. Lumatan
tersebut dibuat adonan dengan bumbu-bumbu dan tapioka, selanjutnya
dibentuk bulat-bulat kecil sama seperti bakso daging menggunakan rebusan
air.
Tenggiri merupakan jenis ikan yang umum digunakan sebagai bahan
baku bakso ikan. Namun, sebab harga ikan tenggiri yang cukup mahal,
diperlukan diversifikasi jenis ikan lainnya. Termasuk jenis ikan pada bahasan
alternatif bahan stik ikan dan dendeng ikan yaitu ikan kambing-kambing.
Tentunya jenis ikan yang lain perlu dicoba serta dianalisis juga agar
memperkaya diversifikasi bahan baku. Berbeda dengan bakso daging sapi dan
daging ayam, saat penyimpanan, bakso berbahan baku ikan lebih cepat
terdegradasi yang disebabkan bakteri pembusuk. Oleh karena perlu
penanganan untuk meningkatkan masa simpan dengan cara menekan
eksistensi bakteri penyebab pembusukan. Sebagai alternative adalah
penggunaan asap cair (liquid smoke) kemudian menyimpan bahan baku dalam
suhu dingin. Pemberian asap cair baik itu konsentrasi 1 %, 3%, dan 5% dapat
menekan pertumbuhan mikroba Salmonella atau menunjukkan negatif dari
kontaminasi bakteri tersebut. Begitu pula penyimpanan bahan baku dalam
suhu dingin khususnya di bawah 15 oC dan di atas 45 oC bisa menghindari
bahan baku bakso ikan dari kontaminasi Salmonella. Begitu juga perannya
terhadap mencegah kontaminasi dari Escherichia coli, tiga konsentrasi asap cari
seperti yang telah di tulis di atas mampu menekan mikroba tersebut dengan
angka paling mungkin (APM) < 3 per gram. Angka tersebut menunjukkan
layak sesuai SNI 7388:2009 tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam
pangan. Sementara untuk standar karakter fisik yang mencakup tampilan atau
kenampakan, rasa, aroma, dan tekstur, asap cair 1 % merupakan konsentrasi
yang tepat karena tidak banyak menyebabkan tingkat kesukaan menurun pada
67
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Sama seperti bakso daging sapi, kita bisa dengan sangat mudah
menjumpai bakso ikan di pasaran. Baik itu swalayan-swalayan maupun
berbagai toko online. Bakso ikan yang dipasarkan bervariasi baik menurut
grade dan bahan baku. Namun seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa
kebanyakan adalah bakso ikan berbahan ikan tenggiri. Bakso ikan dengan
bahan baku lainnya antara lain menggunakan bahan baku ikan ekor kuning,
tuna, salmon. Selain itu ada juga yang terbuat dari bahan baku udang, lobster,
kepiting, dan cumi-cumi.
68
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Gambar 25. Adonan bakso ikan kambing-kambing (kiri), dan bakso ikan yang
sudah matang (kanan)
Ikan Asap
Pada bahasan sebelumnya telah disinggung sedikit mengenai ikan asap
yaitu metode pengolahan untuk membunuh bakteri agar ikan lebih awet.
Menurut laporan Adebowali dkk. dalam Journal of Food Technology (2008)
beberapa manfaat dari pengasapan pada ikan adalah: pengemasan yang juga
berimbas kepada pengangkutan dan pemasaran jadi lebih mudah, daging ikan
menjadi lebih awet, citarasa ikan berubah, saat hasil tangkap melimpah
pengasapan bisa digunakan untuk langsung mengolah ikan, membantu
menjamin pasokan protein sepanjang tahun untuk masyarakat, solusi pasokan
ikan ketika musim tangkap sedikit atau paceklik, serta biaya pengolahannya
murah dan menggunakan alat-alat yang sederhana.
Kita tentu sering dengar ikan salai sebagai salah satu produk perikanan
yang diolah dengan pengasapan. Biasanya ikan salai menggunakan bahan baku
jenis ikan air tawar. Ikan dibersihkan dahulu lalu kemudian dilakukan
pengasapan. Ikan salai memiliki ketahanan masa simpan yang cukup lama. Hal
69
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Gambar 26. Perendaman bahan baku ikan pada asap cair tempurung kelapa
sebelum pengasapan
70
Peluang Inovasi Produk Perikanan
71
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
72 72
Peluang Inovasi Produk Perikanan
seperti insang, jeroan, dan ekor sepertinya halnya ikan juga mengandung
protein yang cukup tinggi sehingga bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku
pakan ikan. Seperti yang telah dilaksanakan oleh tim peneliti dari
Laboraturium Zoologi dan Rekayasa Hewan Departemen Biologi, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Dilansir dari laman resmi ITS
(Nopember 2017), Dr. Awik bersama tim peneliti memanfaatkan limbah
pengasapan ikan, yaitu bagian ikan seperti insang, jeroan, dan ekor untuk
diolah menjadi pellet ikan, yang diberi nama Z-Fosh. Sebelum diolah, limbah-
limbah tersebut mesti direbus untuk membunuh bakteri dan memisahkan
lemak. Lalu bahan-bahan tersebut dijemur di bawah sinar matahari atau
menggunakan oven untuk mengurangi kadar airnya. Pengolahan limbah ikan
menjadi pakan ikan membutuhkan adonan yang berbahan tepung tapioka,
keong sawah, vitamin konsentrat, dan dedak. Penggunaan keong sawah pun
membutuhkan penanganan lagi yaitu memisahkan dengan cangkang lalu
mengukusnya. Sebelum dicetak, untuk memecah senyawa aflaktosin yang
bersifat racun pada adonan dilakukan fermentasi menggunakan ragi tempe dan
irisan daun papaya. Adonan yang sudah dicetak berbentuk pellet selanjutnya
dikeringkan.
75
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Gambar 28. Limbah ikan bisa dimanfaatkan untuk tambahan bahan pakan ikan
Jeroan ikan memang menjadi salah satu limbah ikan yang sangat
berpotensi diolah kembali menjadi pakan ikan karena memiliki nutrisi yang
tinggi. Bhaskar dkk. dalam Jurnal Bioresource Technology (2008)
melaporkan industri perikanan memiliki limbah dengan kandungan nutrisi
yaitu protein dan lemak tak jenuh yang tinggi. Di antaranya bagian jeroan.
Pada ikan sturgeon (Acipenser persicus) mengandung 15,48 % protein, dan ikan
catla (Catla catla) mengandung 16,72 % protein. Sementara itu 10-15 % dari
tubuh ikan merupakan jeroan, bergantung tiap spesies. Pengolahan limbah
jeroan tersebut selain menjadi solusi menangani masalah lingkungan juga bisa
diolah menjadi produk hidolisat. Namun mesti diuji coba pengolahan jeroan
secara lebih lanjut, termasuk untuk menjaga kandungan nutrisi utama dari
pakan ikan yaitu protein. Apu (2017) menguji beberapa metode pengolahan
pakan ikan dari jeroan ikan cakalang untuk pakan ikan nila, yaitu dengan
metode langsung atau tanpa pemanasan, metode perebusan, dan pengukusan.
Pengolahan langsung menghasilkan kandungan protein yang paling tinggi yaitu
76
Peluang Inovasi Produk Perikanan
74,50 %. Dari studi tersebut juga diketahui bahwa tepung berbahan jeroan
ikan cakalang bisa mengganti hingga 50 % tepung ikan untuk membuat pakan
ikan nila.
Limbah perikanan yang dapat dijadikan bahan pakan tidak hanya dari
ikan. Termasuk dari moluska, diantaranya kerang darah (Anadara granosa).
Limbah cangkang kerang darah yang tinggi kalsium dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ikan. Selain tinggi kalsium, cangkang kerang juga mengandung
fosfor dan protein. Kandungan proteinnya sekitar 2-3 %, dan kalsium
mencapai 30-40 %. Penggunaan tepung cangkang kerang sebagai bahan pakan
telah diteliti untuk pakan ikan lele. Pada pengujian tersebut, tepung cangkang
kerang dicampur dengan tepung jagung, tepung kedelai, dan tepung ikan.
Kadar penambahan tepung cangkang kerang diteliti melalui uji proksimat
untuk melihat komposisi nutrisi setelah tepung cangkang kerang ditambahkan
pada bahan pakan ikan lele. Tabel di bawah menunjukkan perbandingan
nutrisi antara beberapa jenis tepung tersebut, serta perubahan nutrisi yang
diamati melalui uji proksimat setelah bahan-bahan tersebut ditambahkan
tepung cangkang kerang 5, 10, dan 15 %. Dari konsentrasi tersebut,
penambahan tepung cangkang kerang 10 % memberikan tingkat kelangsungan
hidup lele yang tertinggi yaitu 58 %, serta nilai yang paling besar pada
penambahan berat dan panjang masing-masing 1,55 gram dan 1,82 cm.
Tabel 22. Persentase masing-masing nutrisi pada beberapa jenis tepung bahan
baku pakan ikan
Tepung Tepung Tepung Tepung cangkang
Nutrisi (%)
kedelai ikan jagung kerang darah
Karbohidrat 30,60 67,08 78,14 14,45
Protein 38,26 7,44 5,51 0,15
Lemak 19,69 14,57 2,14 0,17
Abu 4,85 1,41 2,12 4,31
Air 6,59 11,42 10,14 1,66
77
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Namun jika perbandingan silase ikan dinaikkan misal hingga 3:1 dengan porsi
silase ikan lebih tinggi, maka performa pertumbuhan ikan nila berkurang
secara signifikan. Hal tersebut diperikarakan karena keasaman pada pakan ikan
menjadi terlampau tinggi serta tingginya kadar asam amino bebas pada silase
ikan.
Percobaan lainnya adalah pada ikan kerapu. Kali ini dua dekade lebih
awal dari hasil studi pada ikan nila di atas. Ridwanuddin dan Sheen (2014)
melakukan studi untuk melihat pertumbuhan ikan kerapu (Epinephelus coioides)
setelah diberikan pakan ikan berbahan silase ikan sebagai pengganti tepung
ikan yang dikombinasikan dengan bungkil kedelai tinggi lemak (full-fat soybean
meal) atau dikombinasikan dengan tepung hasil samping unggas. Ada lima jenis
kombinasi bahan pakan yang diuji, pertama adalah pakan berbasis tepung ikan,
dan empat lainnya adalah mengganti 50 % tepung ikan dengan penambahan
10 – 20 % silase ikan dikombinasikan dengan bungkil kedelai atau hasil
samping unggas. Penambahan silase ikan 10 % yang dikombinasikan dengan
tepung hasil samping unggas 20 % menghasilkan performa pertumbuhan yang
paling tinggi pada ikan kerapu. Pada konsentrasi atau perbandingan tersebut,
penambahan kombinasi silase ikan dengan tepung hasil samping unggas dapat
menggantikan peran tepung ikan sebesar 50 % pada pertumbuhan ikan
kerapu, dan subtitusi tersebut tidak memberikan dampak negatif terhadap
ikan.
Penggunaan silase ikan sebagai subtitusi tepung ikan perlu terus
dikembangkan untuk variasi bahan baku pakan ikan, juga mengingat potensi
silase ikan yang bagus untuk pertumbuhan ikan. Baik itu dari segi persentasi
silase ikan, jenis ikan atau hewan perairan lainnya, ataupun bahan-bahan
kombinasi lainnya seperti contoh sebelumnya. Dalam penggunaannya, perlu
juga dipastikan kualitas dari silase ikan. Misalnya, yang paling penting
mengenai kontrol terhadap tingkat keasaman atau pH silase ikan yang mesti
rutin dilakukan.
sebagai bahan tambahan pakan ikan lele. Kedua bahan tersebut memang jenis
bahan baku nabati yang paling sering digunakan sebagai bahan tambahan pakan
ikan atau pun pakan ternak. Karena tepung kedelai yang sangat tinggi protein,
dan tepung jagung sangat tinggi kandungan karbohidratnya. Hanya saja, kedua
jenis bahan ini juga sebagai bahan makanan pokok, termasuk bagi masyarakat
Indonesia. Tentu prioritas pemenuhan utama terlebih dahulu sebagai bahan
pangan penduduk, jadi memang tidak bisa bergantung kepada dua jenis bahan
ini, mesti ada alternatif bahan lainnya. Jangan sampai menjadikan bahan-bahan
tersebut sebagai bahan pakan ikan nabati malah justru membuat pasokannya
semakin berkurang. Seperti kedelai, produksi kedelai nasional belum bisa
memenuhi kebutuhan konsumsi kedelai masyarakat Indonesia. Data dari
Buletin Konsumsi Pangan, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
menunjukkan kebutuhan kedelai di Indonesia tahun 2017 mencapai 2,5 juta
ton. Sedangkan produksi nasional sekitar 675 ribu ton. Oleh karena itu
Indonesia mesti impor kedelai untuk memenuhi selisih yang sangat jauh
tersebut. Berdasarkan data United States Department of Agriculture yang
dipublikasikan oleh indexmudi.com, Indonesia hanya kalah dari gabungan 27
negara Uni Eropa dan Vietnam sebagai importir terbesar kedelai di dunia.
Beberapa tahun terakhir, duckweed (dari subfamili Lemnoideae) banyak
dibicarakan karena bisa menjadi bahan baku pakan ternak juga perikanan.
Sebenarnya potensi duckweed sebagai sumber nutrisi hewan dan ikan sudah
sejak beberapa dekade lalu telah diteliti. Bahkan bagi sebagian kecil
komunitas, duckweed juga menjadi makanan manusia, walaupun tidak
semuanya dapat menerima ketika duckweed diperkenalkan sebagai bahan
makanan, seperti ada sedikit penolakan ketika diperkenalkan di Eropa.
Menurut Appenroth dkk. dalam Jurnal Food Chemistry (2017), penduduk di
beberapa wilayah di Asia Tenggara menggunakan duckweed sebagai bahan
makanan. Sebab dipercaya mengandung protein lebih tinggi dibanding
kedelai, oleh karena itu bisa dijadikan sumber gizi yang potensial.
Mengenai potensi duckweed dijadikan sebagai bahan pakan ikan, di
Indonesia sudah cukup banyak percobaan untuk menguji tanaman ini menjadi
pakan beberapa jenis ikan air tawar di Indonesia. Pemanfatan duckweed untuk
pakan ikan adalah dengan menjadikan tepung terlebih dahulu. Manganang dan
80
Peluang Inovasi Produk Perikanan
81
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
RISET DAN
PENGEMBANGAN INOVASI
82 82
Peluang Inovasi Produk Perikanan
84
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Pemberdayaan Masyarakat
Teknologi yang sudah diciptakan atau dikembangkan harus mampu
sampai dan diterapkan masyarakat. Bagi perguruan tinggi, selain penelitian,
pengabdian masyarakat merupakan satu pilar lainnya dari pilar pokok Tri
Dharma Perguran Tinggi. Oleh karena itu sivitas akademik wajib melakukan
pengabdian kepada masyarakat termasuk salah satu tujuannya sebagai sarana
transfer teknologi agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Produk-produk
inovatif yang ditulis dalam buku ini sebagian besar juga merupakan hasil-hasil
riset yang telah ditransfer ke masyarakat agar memiliki dampak nyata
khususnya untuk meingkatkan ekonomi.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah
mengatur pedoman pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat
mandiri kelautan dan perikanan dalam peraturan menteri Nomor
10/PERMEN-KP/2014. Pedoman tersebut memiliki tujuan meningkatkan
kemampuan usaha dan kesejahteraan, pengembangan wirausaha anggota
kelompok usaha kelautan dan perikanan (KUKP), dan meningkatnya kualitas
lingkungan. Sasaran program pemberdayaan nasional tersebut adalah
berkembangnya KUKP di Kabupaten/Kota mencakup kegiatan perikanan
tangkap, perikanan budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, dan
usaha garam rakyat serta masyarakat pesisir lainnya. Alur proses
86
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Sosialisasi di Pertemuan
Refleksi Kemiskinan
Masyarakat Masyarakat
Pengorganisasian Penyusunan
Pemetaan Swadaya
Masyarakat Rencana
Pelaksanaan
Penerima Manfaat
Kegiatan
87
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
pemanfaatan limbah kulit, tulang, dan jeroan ikan yang merupakan limbah
hasil pengolahan abon. Kerupuk kulit adalah produk alternatif dari limbah
kulit. Limbah tulang diolah menjadi tepung tulang. Sementara jeroan ikan dan
kepala ikan diolah menjadi kecap ikan. Peserta pelatihan juga diajarkan
membuat beragam produk dari bahan baku tepung tulang. Produk-produk
tersebut dalah macaroni dan eggroll yang merupakan produk kering, serta
spong cake yang merupakan produk semi basah.
90
Peluang Inovasi Produk Perikanan
DAFTAR ISI
Amir, N., Metusalach., Fahrul. (2018). Mutu dan Keamanan Pangan Produk
Ikan Asap di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal
Agribisnis Perikanan, 11 (2), 15-21.
Anggraini, O., Apriliani AGS, D., Khairi, I., Nurhayati. (2020). Efektivitas
Penambahan Asam Cuka (CH3COOH) Dengan Dosis yang Berbeda Pada
Lokan / Kijing (Pilsbryoconcha sp.) Crispy. Jurnal Tilapia, 1 (1), 20-25.
91
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Anonim. (2020). Soybean Meal Import by Country in 1000 MT. Diakses dari
https://www.indexmundi.com/ tanggal 8 Maret 2021.
Anonim. (2020). The States of World Fisheries and Aquaculture. Food and
Agricultural Organization of The United Nations.
Anonim. (2017). Sulap Limbah Ikan Jadi Pakan Ikan. ITS News. Diakses dari
https://www.its.ac.id/news/ tanggal 7 Maret 2021.
Appenroth, K. J., Sree, K. S., Böhm, V., Hammann, S., Vetter, W.,
Leiterer, M., & Jahreis, G. (2017). Nutritional value of duckweeds
(Lemnaceae) as human food. Food chemistry, 217, 266–273.
Apriliani AGS, D., Arfiana, A. (2017). Analisis Jumlah Mirkoba (Total Plate
Count) Ikan Tuna (Thunnus sp) Asap dan Ikan Kambing-Kambing
(Abalistes stelarris) Asap Menggunakan Asap Cair Tempurung Kelapa.
Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan
Kelautan ke-VI, 829-935.
92
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Apriliani AGS, D., Syahputra, F. (2019). Analisis Kandungan Mutu Stik Ikan
Kambing-Kambing (Abalistes stellaris) dan Ikan Pisang-Pisang (Caesio
chrysozona) Sebagai Alternatif Diversifikasi Olahan Ikan. Acta Aquatica:
Aquatic Sciences Journal, 6 (1), 9-12.
Arifin, B., Achsani, N.A., Martianto, D., Sari, L.K., Firdaus, A.H. (2018).
Modelling The Future of Indonesian Food Consumption: Final Reprot.
National Development Planning Agency (Bappenas), World Food
Programme (WFP) and Food and Agricultural Organization of the
United Nations (FAO).
Efendi, E., Mahary, A., Palem, T.K. (2020). Kajian Penggunaan POC
Limbah Rajungan dan Pupuk Multi KP Terhadap Pertumbuhan Produksi
Jagung Ketan (Zea mays ceratina Kules). Prosiding Seminar Nasional
Multidisiplin Ilmu Universitas Asahan ke-4, 1113-1125.
93
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Jati, A.K., Nurani, Y.W., Iskandar, B.H. (2014). Sistem Rantai Pasok Tuna
Loin di Perairan Maluku. Marine Fisheries, 5 (2), 171-180.
Lund, E.K. (2013). Health Benefits of Seafood: Is It Just The Fatty Acids?.
Food Chemistry, 140 (3), 413-420.
94
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Nguyen, V. B., Nguyen, D. N., Nguyen, A. D., Ngo, V. A., Ton, T. Q.,
Doan, C. T., Pham, T. P., dkk. (2020). Utilization of Crab Waste for
Cost-Effective Bioproduction of Prodigiosin. Marine Drugs, 18(11),
523.
Oktari, D., Apriliani, D., Handayani, L. (2019). Analisis Mutu Dendeng Ikan
Kambing-Kambing (Abalistes stellaris) dengan Penambahan Gula Aren
(Arenga Pinnata) Konsentrasi yang Berbeda. Semdi Unaya-2019, 59-66.
Pregiwati, L.A. (2019). 2020, Anggaran KKP Naik Menjadi Rp 6,47 Triliun.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Diakses dari
https://kkp.go.id/artikel/ tanggal 8 Maret 2021.
95
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
Sarwanto, C., Wiyono, ES., Nurani, TW., Haluan, J. (2014). Kajian Sistem
Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Kabupaten Gunungkidul,
Provinsi DIY. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 9 (2), 207-
217.
96
Peluang Inovasi Produk Perikanan
Toppe, J., Olsen, R.L., Penarubia, O.R., James, D.G. (2018). Production
and Utilization of Fish Silage. Roma, Food and Agriculture Organization
of The United Nations.
Triyanti, S., Shafitri, N., (2012). Kajian Pemasaran Ikan Lele (Clarias sp.)
Dalam Mendukung Industri Perikanan Budidaya (Studi Kasus di
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah). Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan, 7 (2), 177-191.
World Atlas. (2018). Countries That Eat The Most Fish. Diakses dari
https://www.worldatlas.com/ tanggal 15 Februari 2021.
Yulianti, N., Apriliani AGS, D., Nazlia, S., Nurhayati. (2020). Perbandingan
Mutu Kerupuk Teripang (Holuthuria scabra) Olahan Dengan Kerupuk
Komersial. Jurnal Tilapia, 1 (1), 13-19.
97
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
https://mjl.clarivate.com/
https://sinta.ristekbrin.go.id/
https://www.scimagojr.com/
98
Peluang Inovasi Produk Perikanan
TENTANG PENULIS
Azizah Mahary
Lahir di Kota Medan, 14 Juni 1986. Pasca lulus sekolah menengah atas,
Azizah Mahary melanjutkan pendidikan S1 ke Kota Semarang, mengambil
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Diponegoro. Ia berhasil mendapatkan gelar sarjana dari
Universitas Diponegoro pada tahun 2009. Setelah lulus kuliah, ia berkarir
menjadi penyuluh perikanan bantu di Dinas Perikanan Kabupaten Langkat
hingga tahun 2010. Tahun 2011 hingga 2012, Azizah Mahary sempat
bergabung menjadi tenaga saver program di sebuah lembaga swadaya
masyarakat (NGO). Tahun 2012 hingga 2014, ia bekerja di PT. ASSA
menduduki posisi sebagai Quality Control.
Sambil berkarir, Azizah Mahary melanjutkan studi S2 mengambil
konsentrasi Magister Agribisnis di Universitas Medan Area. Ia meraih gelar
magister pada tahun 2014, selanjutnya memutuskan berkarir sebagai dosen di
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Asahan
hingga saat ini.
Selain beraktivitas sebagai dosen, saat ini Azizah Mahary juga sedang
melanjutkan studi S3 pada Program Doktor Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
Selama menjadi dosen, ia aktif melakukan kegiatan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian masyarakat. Karya ilmiah hasil penelitiannya telah diterbitkan
di berbagai jurnal ilmiah maupun prosiding yang bisa diakses melalui laman
Google Scholar Azizah Mahary, atau akun Sinta Ristekbrin.
99
Azizah Mahary dan Dwi Apriliani AGS
100
View publication stats