You are on page 1of 4

TUGAS PSIKOLOGI BUDAYA MELAYU

RESUME MATERI 5C TENTANG FILSAFAH MELAYU

Jihaan Khoirunnissa
228110047

Dosen Pengampu : Ir. Fakhrunnas, M.I.KOM

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023/2024
1. Pengertian Falsafah

Bermula dari pengertian adalah sebuah atau sesuatu atau bagian dari sejarah bagaimana para
tokoh-tokoh filosofi mengaplikasikan falsafah dalam kehidupan sehari-hari mereka. Nama falsafah itu
adalah kata arab yang berhubung erat dengan kata yunani, didalam bahasa Arab awalnya memang
tidak ada, namun kemudian di jadikan sebagai bahasa arab yaitu Falsafah kemudian menjadi
Tashowuf yaitu merupakan satu kesatuan dari falsafah. Adalah pengaruh dari peradaban yunani kuno,
dalam bahasa Yunani falsafah yaitu Filosofia (Philosophia). Dalam bahasa Yunani kata Filosofia itu
merupakan majemuk yang terjadi dari Filo dan Sofia. Filo artinya “cinta” dalam arti seluas-luasnya,
yaitu ingin dan karena ingin itu lalu berusaha mencapai yang diingini itu. Sofia artinya
“kebijaksanaan”. Bijaksana inipun kata asing adapun artinya adalah pandai yaitu mengerti dengan
mendalam. Dapat disimpulkan bahwa falsafah sama dengan sebuah keinginan untuk menggali sebuah
kebenaran.
Secara terminologis, falsafah mempunyai arti yang berwarna-warna, sebanyak orang yang
memberikan pengertian atau batasan. Berikut yang dikemukakan oleh senior falsafah:
1. Plato (427 SM – 347 SM). Filosof Yunani yang terkenal, gurunya aristoteles, ia sendiri berguru
kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa falsafah adalah pengetahuan tentang segala yang ada; ilmu
yang berminat untuk mencapai sebuah kebenaran yang asli.
2. Aristoteles (381 SM – 322 SM) mengatakan bahwa falsafah adalah ilmu yang meliputi kebenaran
yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu; methafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
3. Marcus Tullius Cicero (106 SM – 43 M) seorang politikus dan ahli pidato didaerah Romawi
merumuskan falsafah sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk
mencapainya.
4. Al-Farabi (wafat 950M) seorang filosof muslim yang mengatakan bahwa falsafah atau falsafah
adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakekat yang sebenarnya.
5. Immanuel Kant (1724 M 1804 M) yang sering dijuluki raksasa pemikir Barat, mengatakan bahwa
falsafah adalah merupakan ilmu pokok dari segala pengetahuan yang meliputi empat persoalan yaitu :
a. b. c. d.
Apakah yang dapat kita ketahui? Pertanyaan ini dijawab oleh metafisika. Apakah yang boleh kita
kerjakan? Pertanyaan ini dijawab oleh etika.
Sampai dimanakah pengharapan kita? Pertanyaan ini dijawab oleh agama. Apakah manusia itu?
Pertanyaan ini dijawab oleh Antropologi.
Keempat soal itu adalah filsafi. Usaha untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan terhadapnya telah
menimbulkan teori-teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme, pragmatisme, dan
fenomenologi. Falsafah juga berarti bermacam-macam teori dan sistem pemikiran yang
dikembangkan oleh para filosof besar seperti Socrates, Aristoteles dan lain-lain.

2. Pengenalan Akan Melayu

Melayu itu bukan rupa, bukan kulit, bukan bahasa dan bukan orang, Melayu itu Alam,
Melayu itu Dunia, Melayu itu Pemikiran Ketuhanan, Melayu itu budaya yang memerintah. Melayu itu
bukan artinya layu dan bukan pula seperti tafsiran yang sedia ada dalam kamus atau kenyataan yang
difahamkan oleh pengkaji yang memaparkan pendapat mereka. Melayu itu adalah satu nilai yang
memberi kita akan kefahaman sejati tentang apa dan siapa Melayu itu. Maka jika memahami Melayu
dengan tafsiran yang sebegitu rupa “Melayu itu Alam, Melayu itu Dunia, Melayu itu Pemikiran
Ketuhanan, Melayu itu budaya yang memerintah.”, kita telah membuka satu penampilan baru dan satu
nafas baru yang lebih segar dimana pengertiannya amat bersesuaian jika berganding dengan Orde
Baru orang Melayu di alaf ini demi mencapai kejatian dirinya dan kejayaan bangsanya untuk
setanding dengan bangsa lain didunia ini. Melayu dikaitkan dengan rumpun manusia yang
merangkumi berbagai kaum diseluruh dunia dan nama Melayu dikaitkan juga dengan ketamadunan
awal manusia seperti ketamadunan yang pernah ada didataran Sunda yang dikenali sebagai Atlantis,
Mu, Lemuria dan Kumari Kandam seperti mana pernah tercatat di dalam literatur orang Tamil.
Melayu juga adalah satu julukan dan gelaran kepada satu entitas yang memiliki nilai yang menjadi
idola atau yang diagungkan oleh manusia kini terhadap kehebatan mereka yang menjadi pencetus
ketamadunan dan pendidik dalam kehidupan manusia di muka bumi ini walau tidak disadari banyak
orang akan kedudukan dan fakta ini. Mereka yang dikatakan Melayu bukanlah manusia, lebih kepada
bentuk satu entitas, “Intellegent” yang mempengaruhi arus evolusi manusia serta tujuan manusia dari
mula hingga kini sehingga ke suatu masa apabila manusia sudah jauh dalam evolusinya sehingga
membolehkan mereka memilih dan membentuk kehidupan mereka selaras dengan fitrah diri mereka
dan kaitannya dengan alam ini. Maka entitas yang “Intellegent” ini menjadi pribadinya orang Melayu
atau merupakan kepribadian yang memiliki kebijaksanaan berkat sikap batinnya dan bukan karena
sikap lahirnya serta memiliki kesaktian dan kekuatan guna sebagai pendidik manusia dan menjaga
kesejahteraan alam sejagad. Inilah Melayu dalam arti kata yang sebenarnya yaitu kepribadian dari
batinnya yang patut kita warisi bukan hanya bersandar akan tubuh fisikalnya saja yang menjadi takrif
akan arti Melayu itu. Inilah fitrah kita orang Melayu mewarisi akan nilainya sebagai Melayu dari
mereka keturunan kita yang hebat ketika dahulu. Orang Melayu memiliki nilai Melayu yang menjadi
inti akan dirinya dan kebanyakan orang Melayu hanya mengenal Melayu tingkat fisikalnya saja walau
ada segolongan orang Melayu telah mencapai tahap kesempurnaan yang lebih tinggi dan telah jauh
evolusinya. Semuanya terpapar di pemikirannya, terpampang dalam sejarahnya dan tersisa didalam
perbendaharaan keilmuan dan peradaban yang telah lalu.

3. Falsafah Hidup Orang Melayu

Masyarakat Melayu itu dalam falsafah hidupnya dapat disimpulkan berlandaskan pada lima
dasar, yaitu:
1. Melayu itu Islam, yang sifatnya universal dan demokratis bermusyawarah.
2. Melayu itu berbudaya, yang sifatnya nasional dalam bahsa, sastra, tari, pakaian, tersusun dalam
tingkah laku, dan lain-lain.
3. Melayu itu beradat, yang sifatnya regional (kedaerahan)dalam bhineka tunggal ika, dengan tepung
tawar, balai pulut kuning dan lain-lain yang mnegikat tua dan muda.
4. Melayu itu berturai, yaitu tersusun dalam masyarakat yang rukun tertib mengutamakan
ketenteraman dan kerukunan, hidup berdampingan dengan harga menghargai timbal balik, bebas tapi
terikat dalam masyarakat.
5. Melayu itu berilmu, artinya pribadi yang diarahkan kepada ilmu pengetahuan dan ilmu kebathinan
(agama dan mistik), agar bermarwah dan disegani orang, untuk kebaikan umum.

4. Falsafah Adat Orang Melayu

Sebuah nilai adalah sebuah konsepsi , eksplisit atau implisit yang menjadi milik khusus
seorang atau ciri khusus suatu kesatuan sosial (masyarakat) menyangkut sesuatu yang diingini
bersama (karena berharga) yang mempengaruhi pemilihan sebagai cara, alat dan tujuan sebuah
tindakan.

a. Hidup dalam Falsafah Melayu


Tujuan hidup bagi orang Melayu adalah untuk berbuat jasa. Kata pusaka orang Melayu mengatakan
bahwa “hidup berjasa, mati berpusaka”. Jadi orang Melayu memberikan arti dan harga yang tinggi
terhadap hidup.

b. Kerja dalam Falsafah Melayu


Sejalan dengan makna hidup bagi orang Melayu, yaitu berjasa kepada kerabat dan masyarakatnya,
kerja merupakan kegiatan yang sangat dihargai. Kerja merupakan keharusan. Kerjalah yang dapat
membuat orang sanggup meninggalkan pusaka bagi anak kemenakannya. Dengan hasil kerja dapat
dihindarkan “hilang warna karena penyakit, hilang bangsa karena tidak beremas’. Artinya harga diri
seseorang akan hilang karena miskin, oleh sebab itu bekerja keras salah satu cara untuk
menghindarkannya.

c. Waktu dalam Falsafah Melayu


Bagi orang Melayu waktu berharga merupakan pandangan hidup orang Melayu. Orang Melayu harus
memikirkan masa depannya dan apa yang akan ditinggalkannya serta bekal apa yang dibawa sesudah
mati. Mereka dinasehatkan untuk selalu menggunakan waktu untuk sesuatu yang bermakna.

d. Alam dalam Falsafah Melayu


Pepatah adat menyebutkan: "Menyimak alam, mengkaji diri" Nilai ini mengajarkan agar dalam
merancang dan melaksanakan pembangunan, haruslah diawali dengan penelitian yang cermat
terhadap alam dan semua potensi yang ada (sumber daya alam), serta mengkaji pula kemampuan diri
(sumber daya manusia). Melalui kajian inilah dibuat rancangan yang diharapkan dapat memenuhi
harapan semua pihak. Orangtua-tua mengakatan: "menyimak alam luar dan dalam, mengkaji diri
untuk mengukur kemampuan sendiri"; atau dikatakan: "mengkaji alam dengan mendalam, diri diukur
dengan jujur".

You might also like