STRUKTUR

BETON PRATEKAN
SEKAR MENTARI ST MT
3.1 Konsep Beton Prategang:

• Superposisi Tegangan
• Internal (Resisting) Couple
• Load Balancing
(a) Superposisi tegangan
Konsentrik Prestressing
Eksentrik Prestressing
Curved Tendon:

Efek pprestressing:
g F Fe
f   c
A I
(b) Konsep internal resisting
PC, kombinasi steel dan beton Resistingg couple
p

Bervariasi sesuai M, Konsatan,

C = T → konstan C = T → bervariasi
sesuai M
Konsep internal resisting
RC > Passive PC > Active
reinforcement
reinforcement
No crack
> cracking Degree of
prestressing
Internal Resisting
C
e
a M

Internal (Resisting) Couple = Momen Luar

a = M/C = M/T
C=T

Dengan diketahuinya posisi C, bergeser sebesar a dari cgs →

T
Tegangan dapat
d t dicari
di i sebagai
b i gaya eksentris:
k ti
C Cec
f  
A I
dimana C = T
(c) Konsep Load Balancing
Prestressingg balance the load

8 Fh
8Fh
wb 
L2

F=gaya prestressing
F t i
L=span
H=sag dari parabola
Konsep Load Balancing
Untuk
U t k bbeban
b luar
l w yang sama besar
b ddengan wb, beban
b b
transversal seimbang

F
f 
A
Mc
Untuk perubahan stress dari kondisi balance: f 
I
M = unbalanced moment akibat beban (w-wb)
Bent Tendons
φ

Beam with bent tendon

V  F Freebody
F b d off C
Concrete,
t with
ith
Tendon Replaced by Forces

V  F
Concrete Stress Limits for Flexure
Compressive Stress Limit Tensile Stress Limit
Initial Stage 0,60 ff’cii (a) (1/4)f cii
(1/4)f’
At prestress transfer (b) (1/2)f’ci
Compresive Strength (c) If values above
= f’ci exceeded, provide
b d d reinforcement,
bonded i f t
As=Nc/0.5fy to resist
tensile stress resultant,
Nc

Final Stage (a) 0,45 f’c (a) (1/2)f’c

Aft all
After ll prestress
t (b) 0,60
0 60 f’c (b) (1/4)f’c
loosses
Compresive Strength
= f’c

SNI 03-1847-2002 / ACI 318-1999

Permissible Stresses in Tendons:

• In order to provide a margin of safety

against
g tendon fracture
• or end anchorage failures;
• to avoid inelastic tendon deformation;
• and to limit relaxation losses
Permissible Stresses in Tendons:
Permissible stress in
tendons

Due to prestressing steel 0,94

0 94 fpy
jacking force  0,80 fpu

Immediately after 0,82

0 82 fpy
prestesing  0,74 fpu

Post-tensioning
P t t i i tendons,
t d att 0 70 fpu
0,70
anchorage devices and
couplers, immediately after
force transfer
ACI Code Tendons Stress Limits in terms of
fpu:
Tendon type fpy At Jackingg After Transfer

Low- 0,90 0,80 0,74*

relaxation
strand or wire
Normal stress- 0,85 0,80 0,70
relieved
strand or wire
Plain 0,85 0,80 0,70
pprestressingg
bars
Deformed 0,80 0,75 0,66
prestressing
bars
* Post-tensioned tendons limited to 0,70 fpu at anchorage and couplers.
Life History of Prestressed member under
flexure

• Elastic stress
• Load balancing method Life history
• Ultimate strength method

Load-deflection relationship
Life History of Prestressed member under
flexure
3.2 Design balok terhadap lentur

(a) Pertimbangan Umum

Prestressing - Improved response struktur

terhadap beban
- Penggunaan hight-strength material
secara efisien
fi i
- Self-equilibrating system dari internal
stress: High tension stress pada
tendon
High compression stress pada
beton
Setiap fase kritis harus ditinjau
Beberapa fase yang harus ditinjau:

• Initial prestress, sesaat setelah transfer, Pi

• Initial p
prestress plus
p berat sendiri
• Initial prestress plus full beban mati
• Efective prestress
prestress, Pe,
Pe setelah losses,
losses plus
beban service, terdiri dari full beban mati
dan beban hidup p
• Ultimate load, beban layan di kalikan load
factor
Pertimbangan umum dalam design
Pretensioned
Beam
(b) Tegangan izin tendons
Alasan pembatasan tensile stress:

• Safety terhadap fracture

• Safety terhadap endend-anchorage
anchorage failure
• Menhindarkan inelastic deformation
• M b
Membatasi i llosses akibat
kib relasasi
l i
(c) Tegangan Izin Beton
Control of cracking occurring at transfer:
Initial Stage

Final Stage
(d) Tegangan pada Beton
Akibat prestressing:
p g
Estimasi prestressing force:
Post tensioned: Initial prestressing,
Post-tensioned: prestressing Pi=Apfpi

- initial jacking force

- stressing sequence
- friction loosses

Standard Pretensioned:

Reduksi tendon forces antara jjackingg dan transfer

dianggap: 10 % untuk stress-relieved strand
7.5 % untul low-relaxation strand
Estimasi final prestressing force:

Pf  Ap f pf Creep,
Creep
Shrinkage,
relaksasi
Stresses akibat beban luar
Transformed section:

Nilai n:
-short term loads
-- long term loads
Ringkasan tegangan akibat prestressing dan
beban
Transformed Section
(e) Proses Perencanaan
Perencanaan

• Dimensi Penampang
• Material Properties
• Tendon Profile
• P
Prestressing
i force
f yang diperlukan
di l k
• Luas tulangan
• Detail penulangan
Kriteria yang harus dipenuhi

• Batasan tinggi
• Difleksi harus dalam batas yang diizinkan
• Kekuatan yang cukup
(i) Pemilihan Potongan Balok: Tipe, urutan pelaksanaan

• Pemilihan type prestressed member;

• Urutan pelaksanaan
• Penentuan overall member depth based on
typical span-to-depth
span to depth ratios
 Span and load ranges for standard deck elements

Type and
standard
precast,
pretensioned
elements
Typikal Span-to-depth ratio
(ii) Memenuhi batas tegangan

• Tendon stress: batas atas ketika di tension

• Stress pada beton
- Initial Stage: Pi,
Beton muda, fci’,
Gaya prestressing: Pi, Pf
Momen, Momen min
- Final Stage: Pf, Eksentrisitas (e)
Concrete Strength, fc’,
Momen Momen max
Momen,
Kasus 1: Kondisi zero tension
M min
Pi  (1)
e  kb

Sb
kt 
A
S
kb  t
A M max
Pf  (2)
e  kt

arrangement pers (1) dan (2)

Pf
Pf (kt  kb )  M max  M min
Pi
Nilai pendekatan lengan momen dalam untuk preliminary
service load design:
Kasus 2: Tegangan tarik izin diperbolehkan
M min Pi M min M min  St f t
St
 
A St
 ft e  kb  (5)
Pi

M max  Sb f b
Pf  (4)
e  kt

M max Pf Pf e
   fb
Sb A Sb
Range dari eksentrisitas tendon sehubungan dengan
batasan tegangan:
Note:

• Tendon lurus, e konstan, stress limit tension dapat

di lampaui
• Post-tensioned, dengan parabolic tendon,
memenuhi secara efisien stress limit baik di
midspan
id maupun diujung
di j (support)
( )
• Pretensioned: - single harping point di midspan
- Double harping point pada kira-
kira 1/3 bentang
Reduksi prestress force di dekat perletakan,
perletakan
pretensioned
Reduksi prestress force di dekat perletakan,
perletakan
postensioned
(iii) Memenuhi batas defleksi
Prestressing
P t i → camber
b
DL dan LL → downward deflection

Simply supported beam, pretensioned with single

harping point, zero end eccentricity, zero deflection
under dead load,
load wd
5
Pf e  wd l 2
32
Post-tensioned beam with a parabolic profile:
1
Pf e  wd l 2
8
(iv) Memenuhi kebutuhan kekuatan
wu=1.2wd+1.6wl

~0.9h

M n   ( Aps 0.95 f pu  As f y )0.9h

M n  M u
(v) Urutan dari perencanaan

Preliminary
design
process
Example: Design of Double-Tee Floor
Member

14 mspan
102 mm
 Example: Design of Double-Tee Floor
Member
• The untopped double-tee floor member shown in Figure,
span 14.0 m in an office building and carries a service live
load of 2.4 kN/m2 as well as a superimposed dead load of
0.72 kN/m2. The concrete strength at transfer, fci’ is 24.1
MPa, and the minimum specified 28-day strength is 34.5
MPa (normal weight concrete). The prestressing steel is ½
in. (13 mm) diameter low-relaxation strand, with an
ultimate strength, fpu=270 ksi (1860 MPa), which will be
tensioned to 0.75fpu in the pretensioning bed. Design the
double tee following the conventional practice of using
only prestressing strand for longitudinal reinforcement in
the stems.
stems
 Example: Prosedur design

• Tentukan tinggi balok

• Tentukan gaya prestressing
• Tentukan tendon profile
• C k tegangan beton
Cek b pada
d beban
b b service
i
• Cek kapasitas lentur
• Cek reserve strength setelah cracking
• Cek defleksi
 Tentukan tinggi balok:
• Untuk double Tee, span-to-depth ratio dalam
range 20 – 30
• Sebuah doubel Tee dengan tinggi 610 mm, dengan
span-to-depth ratio 23
2438 mm

50 mm 610 mm

1219 mm
 Tentukan gaya prestressing efektif
berdasarkan tegangan beton izin
Gaya prestressing yang diperlukan:

M max  Sb f b
Pf 
e  kt

Luas penampang strand:

Pf
Aps 
f pf
Untuk low relaxation strands, tegangan prestressing setelah
loss fpff=1080
loss, 1080 MPa
 Estimasi final prestressing force:
Creep
Creep,
Pf  Ap f pf Shrinkage,
relaksasi

effective
Initial
• wo=6.10 kN/m
• wd=11.75
75 kN/m
• wl=5.84 kN/m
• M i
Maximum service
i load
l d moment at midspan,
id
Mmax=(wo+wd+wl)L2/8=336 kN-m;
• Required moment ultimate at midspan,
Mu=(1.4(wo+wd)+1.7wl)L2/8=514 kN-m
 Gaya prestressing yang diperlukan

Untuk double tee, e+kt = 0.70 h=0.7 x 610=427 mm.

Bottom fiber tensile stress limit 6√fc’=424 psi=3.20 MPa.
G
Gaya prategang yang didiperlukan:
l k
M max  Sb f b
Pf 
e  kt

Pf=651 kN
615x103/1080
Aps≥ Pf/fps=615x10 588 mm2
/1080=588
 Tentukan gaya prestressing efektif
berdasarkan kekuatan batas

Penentuan luas strand untuk memenuhi kekuatan batas:

M n   ( Aps 0.95 f pu  As f y )0.9h

M n  0.77 Apps f ppu h
Mn
Aps 
0.77 f ppu h
 Tentukan gaya prestressing efektif
berdasarkan kekuatan batas

Mn
Aps 
0.77 f pu h

Aps=514/(0.77x1860x610)=587 mm2

Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa batas tegangan

tarik sedikit lebih kritis dibandingkan batas kekuatan.

Dipilih total 6 ½ in. (13 mm) strands dengan Aps= 6 x

0.153=0.92 in2=592 mm2
 Tentukan tendon profile
Pada midspan
p kita gunakan
g maksimum eksentritas yang
y g mungkin,
g , tetapi
p pada
p
kedua ujung ekesentristas akan direduksi untuk membatasi tegangan tarik pada
serat atas dari balok tidak lebih dari 6√fci’=6√3500=355 psi =2.45 MPa. Kondisi
stress akan dikontrol pada 50 diameter strand dari ujung balok = 50 x ½ in=25
in 635 mm atau
in=635 ata 23 in=584.2
in 584 2 mm dari centerline perletakan Untuk
Unt k mengontrol
tegangan tarik pada serat atas, eksentrisitas harus memenuhi persamaan:

M min  St f t
e  kb 
Pi

kb=St/A=194 mm
Mmin=12 kN-m
Pi=Apsfpi=592 x 1290=765 kN
e≤ 194+(12x103x103+50194 x 103x2.45)/(765x103)
e≤
≤ 371 mm
 Tendons Profile
cgc 2438 mm

ee=232 mm h

14 mspan ec=372
372 mm
102 mm
End section Midspan section
2438 mm

50 mm
610 mm
2 x 150 mm
50 mm 63 mm 50 mm

1219 mm
 Cek tegangan beton pada beban service

• Tegangan dicek pada tiga potongan:

midspan,
p , pada
p 0.4L,, ppada suatu lokasi
dimana 50 strand diameter dari ujung balok,
dimana g gaya
y prestress
p secara full bekerja.
j
• Tegangan dicek pada dua kondisi: kondisi
initial dan kondisi final.
initial, final
 Cek tegangan beton pada beban service
pada midspan
• Maximum service load moment at midsapan,
Mmax=(wo+wd+wl)L2/8=336 kN-m;
• Pf=592x1080=639630 N Aps=592 mm2
• e=372 mm; Sb=20058 x 103 mm3; St=50194 x 103
mm3; A=258709 mm2
• f1=-Pf/A-Pfe/St-Mmax/St=-642 psi =-4.432 MPa
• f2 =-Pf/A+Pfe/Sb+Mmax/Sb=+349 psi = + 2.41 MPa
 Cek kapasitas lentur
Kapasitas lentur dapat kritis pada midspan atau 0.40L
0 40L

cgc 518 mm 546 mm cgc

406 mm ee=232 mm

50 mm
0.5 L
102 mm cgs 102 mm

0.4 L

M0.5L=514
514 kN-m
kN

M0.4L
0 4L=0.96M
0.96M0.5
0 5L
L=463
463 kN-m
kN m
 Cek kapasitas lentur

Tinggi stress blok:

Ap f ps
a  1c
0.85 f c ' b

Dengan demikian momen design:

 a
M n  Ap f ps  d p  
 2
Tegangan steel fps pada keruntuhan lentur:

Stress didalam prestressing steel ketika balok failure dapat

ditentukan secara pendekatan, berlaku jika fpe tidak kurang dari
0 50 fpu.
0,50

Bonded tendon, tanpa tulangan tarik dan tekan

  p  p f pu 
f ps  f pu 1  
 1 f c ' 

dimana: p=Ab/bdp
dp=tinggi efektif balok ke titik berat prestressing
p=0.40
=0 40 untuk fps/fpu < 00.85,
85 ordinary stress-relieved tendons
p=0.28 untuk fps/fpu < 0.90, low relaxation wire dan strand
 Cek reserve strength setelah cracking
Beton
B t dianggap
di crackk jika
jik tegangan
t tarik
t ik mencapaii modulus
d l off
rupture, fr=0.70√fc’. Pada kondisi final, jika tegangan tarik
mencapai ft, dan momen maksimum Mmax, thus Mcr adalah

M cr  Sb ( f r  f t )  M max

Dengan demikian reserve of strength after cracking:

M n
FS   1.20
M cr
 Cek defleksi

• Karena balok tidak retak pada beban

service,, defleksi dapat
p dihitung
g dengan
g
menganggap response elastic, uncrack
• Defleksi sesaat akibat beban hidup
• Cek defleksi terhadap kerusakan partisi
 (a) Defleksi sesaat akibat beban
hidup
Lendutan sesaat akibat beban hidup:

5 wl L4
L 
384 Ec I
Ec  4700 f c'

Batas defleksi sesaat akibat beban hidup: l/360

(b) Cek defleksi terhadap kerusakan
partisi
Untuk menghitung defleksi yang akan memberikan efek terhadap partisi,
kita estimete pertama defleksi balok pada saat partisi dipasang.

Defleksi elastic akibat berat sendiri:

5 wo L4
 wo  Dimana modulus elastisitas beton pada saat
384 Ec I release prestress
Ec  4700 f ci'

Elastic camber akibat initial prestressing

2ec  ee Pi L2
 Pi  ( )
24 EI