You are on page 1of 11

Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No.

2 Desember 2021

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENGANGKATAN


ANAK DI BALAI REHABILITASI SOSIAL ANAK YANG
MEMERLUKAN PERLINDUNGAN KHUSUS
“PARAMITA” MATARAM
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Veggy Livian Agata


Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, veggy1996@gmail.com

Meiti Subardhini
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, meiti.subardhini@gmail.com

Ami Maryami
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, maryami_ridzwan@yahoo.co.id
_________________________

Abstract
The purpose of this research is to get an overview about how the role of social worker in
the child adoption at the Social Rehabilitation Center of Child with Special Protection
Need “Paramita” Mataram. To obtain an empirical description of the characteristics of
informants, the role of social workers in adopting children as administrators, experts,
enablers, brokers, advocates, and educators. The approach used in this study is a
qualitative approach with a descriptive method. The techniques used are in-depth
interviews, documentation studies and field observations. The informants determined by
using purposive in total 2 (two) informants consisting of social workers who handle child
adoption at BRSAMPK “Paramita” Mataram. The results of research on the role of
social workers in adopting children at BRAMPK "Paramita" Mataram show that there is
an overlap of the main tasks and functions of social workers with other officers so that in
carrying out their roles they are less than optimal. The proposed program is
“Strengthening Human Resources Capacity of BRSMPK “Paramita” Mataram. This
program aims to increase the knowledge of all human resources of BRAMPK “Paramita”
Mataram related to their respective duties, principals and functions so that they can
provide effective and efficient services.

Keywords:
Role of Social Worker, Child Adoption, Strengtening Human Resource Capacity
__________________________

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai bagaimana peran pekerja
sosial dalam pengangkatan anak di Balai Rehabilitasi Sosial anak yang Memerlukan
Perlindungan Khusus “Paramita” Mataram. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan
gambaran secara empiris tentang karakteristik informan, peran pekerja sosial dalam
pengangkatan anak sebagai administrator, tenaga ahli (expert), pemungkin (enabler),
perantara (broker), pembela (advocate), dan pendidik (educator). Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Teknik yang digunakan dengan wawancara mendalam, studi dokumentasi dan observasi
197
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 2 Desember 2021

lapangan. Penentuan informan dengan menggunakan purposive berjumlah 2 (dua)


informan yang terdiri dari pekerja sosial yang menangani pengangkatan anak di
BRSAMPK “Paramita” Mataram. Hasil penelitian peran pekerja sosial dalam
pengangkatan anak di BRSAMPK “Paramita” Mataram menunjukkan adanya tumpang
tindih tugas pokok dan fungsi pekerja sosial dengan petugas lainnya sehingga dalam
menjalankan peran menjadi kurang maksimal. Program yang diusulkan yaitu “Penguatan
Kapasitas Sumber Daya Manusia BRSAMPK “Paramita” Mataram. Program ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan seluruh sumber dayamanusia BRSAMPK
“Paramita” Mataram terkait dengan tugas, pokok dan fungsinya masing-masing sehingga
dapat memberikan pelayanan yang efektif dan efisien.

Kata Kunci:
Peran Pekerja Sosial, Pengangkatan Anak, Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia

198
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 2 Desember 2021

PENDAHULUAN Barat, yang budayanya tidak jauh berbeda,


Di era globalisasi saat ini jumlah kasus pada tahun 2017 Provinsi Bali memiliki
pembuangan bayi oleh orang tua yang tidak persentase 8,55 persen jumlah perkawinan
diketahui atau karena kehamilan tidak anak dari data Kementerian Pemberdayaan
diinginkan pada usia anak mengalami Perempuan dan Perlindungan anak. Menurut
peningkatan. Hal ini dipicu oleh beberapa data dari Polda Provinsi Nusa Tenggara Barat
faktor salah satunya adalah karena bayi tersebut 5 tahun terakhir kekerasan seksual pada anak
hasil dari hubungan terlarang atau hubungan hingga bulan Mei 2021 tercatat lebih dari 700
diluar ikatan perkawinan yang sah. Menurut kasus. Selain seks bebas yang marak dilakukan,
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial budaya di Nusa Tenggara Barat khususnya
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial pulau Lombok juga disalah artikan oleh anak
Anak (DTKS PMKS Anak) jumlah respon atau remaja untuk melakukan hubungan seks
kasus kasus bayi yang dibuang Di Indonesia bebas. Budaya di Pulau Lombok bernama
sampai tahun 2019 mencapai 8.507 kasus. “merarik” menurut Wikipedia adalah sebuah
Angka tersebut mengalami peningkatan dari bahasa istilah yang dimiliki oleh masyarakat
tahun ke tahun. Meningkatnya kasus suku sasak di Nusa Tenggara Barat, dalam
pembuangan bayi hasil hubungan terlarang dan bahasa sasak merarik artinya menikah. Dalam
seks bebas ini perlu mendapat perhatian semua adat sasak, perkawinan sering disebut dengan
pihak. Sesuai dengan data Balai Rehabilitasi merarik. Secara istilah kata merarik diambil
Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan dari kata “lari”. Merarikan (melarikan) atau
Khusus “Paramita” Mataram, di Nusa kawin lari adalah sistem adat pernikahan yang
Tenggara Barat jumlah kasus pembuangan bayi masih diterapkan di lombok. Kawin lari dalam
sejak tahun 2017 hingga bulan Juni tahun 2020 bahasa sasak disebut merarik. Pada usia anak
terdapat 118 bayi yang merupakan bayi tidak dan remaja, menganggap bahwa melakukan
diinginkan, 44 diantaranya bayi yang budaya merarik ini adalah melakukan
ditemukan oleh masyarakat atau dibuang. hubungan seks terlebih dahulu, yang
Kasus pembuangan bayi ini menjadi trend mengakibatkan anak atau remaja perempuan
di usia anak hingga remaja di Nusa Tenggara hamil diluar ikatan perkawinan.
Barat, mereka melakukan seks bebas dengan Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang
kekasih hingga mengakibatkan anak atau Memerlukan Perlindungan Khusus “Paramita”
remaja perempuan mengalami kehamilan tidak Mataram merupakan salah satu Unit Pelaksana
diinginkan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Teknis Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2019 Anak Kementerian Sosial Republik Indonesia
mencatat pernikahan dari usia 15-19 tahun yang menangani kluster anak yang
89,83 persen dengan persentase ibu muda (usia memerlukan perlindungan khusus. Menurut
15-19 tahun) yang cerai hidup lebih banyak Peraturan Menteri Sosial Nomor 08 Tahun
dibandingkan persentase ibu yang bercerai 2012 tentang Pedoman Pendataan penyandang
hidup pada kelompok umur lainnya, dengan Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi
jumlah persentase 10,08 persen. Jika Sumber Kesejahteraan Sosial, anak yang
dibandingkan dengan wilayah lain yang memerlukan perlindungan khusus adalah anak
berdekatan dengan Provinsi Nusa Tenggara yang berusia 6 (enam) tahun sampai 18

199
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 2 Desember 2021

(delapan belas) tahun dalam situasi darurat, dari Peran pekerja sosial sebagai administrator
kelompok minoritas dan terisolasi, merupakan peran yang sangat penting bagi
dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, pekerja sosial, dimana peran pekerja sosial
diperdagangkan, menjadi korban dalam administrasi ini berhubungan langsung
penyalahgunaan narkotika, alkohol, dengan pertanggungjawaban pekerjaan pekerja
psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), sosial itu sendiri. Sub aspek peran pekerja
korban penculikan, penjualan, perdagangan, sosial sebagai administrator yaitu melakukan
korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, pencatatan kronologi kasus Calon Anak
yang menyandang disabilitas, dan korban Angkat (CAA).
perlakuan salah dan penelantaran. Peneliti menyimpulkan bahwa pekerja
sosial melaksanakan peran sebagai
METODE
administrator dalam pengangkatan anak di
Desain penelitian yang digunakan
BRSAMPK “Paramita” Mataram yaitu
dalam penelitian ini adalah deskripstif kualitatif
melakukan pencatatan kronologi kasus Calon
untuk menjelaskan dan memahami secara
Anak Angkat (CAA) dan mendokumentasikan
mendalam terkait dengan peran pekerja sosial
kronologi kasus Calon Anak Angkat (CAA)
dalam pengangkatan anak di Balai Rehabilitasi
tersebut dalam bentuk softfile.
Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan
2. Peran Pekerja Sosial sebagai Tenaga Ahli
Khusus “Paramita” Mataram. Cara menentukan
(Expert)
sumber data primer ditentukan melalui teknik
Peran pekerja sosial sebagai Tenaga Ahli
purposive sampling. Sumber data primer dalam
(expert) adalah peran dimana pekerja sosial
penelitian ini adalah dua pekerja sosial
yang menuntut untuk lebih banyak
fungsional yang menangani pengangkatan anak
memberikan saran dan dukungan informasi
di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang
diberbagai bidang. Seseorang harus sadar
Memerlukan Perlindungan Khusus “Paramita”
bahwa maksud dan saran yang diberikan oleh
Mataram. Sedangkan sumber data sekunder
pekerja sosial bukanlah mutlak harus
diperoleh dari Profil Balai Rehabilitasi Sosial
dijalankan oleh masyarakat. Tetapi lebih
Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus
sebagai memberikan masukan atau gagasan
“Paramita” Mataram dan data Badan Pusat
untuk bahan pertimbangan.
Statistik mengenai jumlah kasus kekerasan
Peneliti menyimpulkan bahwa pekerja
seksual anak di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
sosial telah melaksanakan perannya sebaagai
Teknik pengumpulan data menggunakan
tenaga ahli (expert) didukung juga dengan
wawancara mendalam, observasi dan studi
pernyataan dari kepala BRSAMPK “Paramita”
dokumentasi. Kemudian, pemeriksaan
Mataram dan penyuluh sosial. Namun, dalam
keabsahan data menurut Moleong (2017)
pelaksanaannya peran tersebut masih sering
dengan perpanjangan keikutsertaan,
dilaksanakan bukan oleh pekerja sosial,
ketekunan/keajegan pengamatan dan
melainkan oleh staf seksi AAS.
triangulasi data.
3. Peran Pekerja Sosial sebagai Pemungkin
HASIL PENELITIAN
(Enabler)
1. Peran Pekerja Sosial sebagai
Peran pekerja sosial pemungkin (enabler)
Administrator
merupakan peranan sebagai pendorong,

200
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 2 Desember 2021

pembimbing, penuntut atau penyedia fasilitas administrasi serta hubungan ke lembaga


sehingga pekerja sosial diharapkan membantu pelayanan lainnya.
dalam mengartikulasikan kebutuhan mereka, Peneliti dapat menyimpulkan bahwa
mengidentifikasikan masalah mereka dan pekerja sosial belum pernah menghadiri sidang
mengembangkan kapasitas mereka agar dapat Tim PIPA sama sekali, hal tersebut disebabkan
menangani masalah yang mereka hadapi secara karena pendelegasian tugas yang kurang jelas,
lebih efektif. sehingga yang menghadiri sidang Tim PIPA
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa adalah staf seksi AAS yang merupakan
peran pekerja sosial sebagai pemungkin fungsional umum.
(enabler) dalam pengangkatan anak di 6. Peran Pekerja Sosial sebagai Pendidik
BRSAMPK “Paramita” Mataram telah (Educator)
dilaksanakan dengan baik dan semaksimal Peran Pekerja Sosial sebagai pendidik
mungkin, namun terkadang peran tersebut (educator) diharapkan pekerja sosial mampu
diambil alih oleh staf seksi AAS sehingga berbicara didepan publik untuk menyampaikan
terjadi tumpang tindih tugas dalam informasi mengenai hal-hal yang berkaitan
memberikan pelayanan. dengan pengangkatan anak di BRSAMPK
4. Peran Pekerja Sosial sebagai Perantara “Paramita” Mataram.
(Broker) Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pekerja
Peran pekerja sosial sebagai perantara sosial memberikan solusi dan saran kepada
(broker) merupakan peranan dalam masyarakat Calon Orang Tua Angkat (COTA) dalam
yang menghubungkan individu dengan melaksanakan perannya sebagai pendidik
kelompok dalam masyarakat yang (educator) dalam pengangkatan anak di
membutuhkan bantuan atau pelayanan BRSAMPK “Paramita” Mataram.
individu. PEMBAHASAN
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pekerja Pembahasan hasil penelitian yang
sosial belum melaksanakan perannya sebagai didapatkan dengan menggunakan teknik
perantara (broker) dalam pengangkatan anak di wawancara dan studi dokumentasi telah
BRSAMPK “Paramita” Mataram, dalam hal ini memberikan gambaran mengenai peran pekerja
proses pelimpahan berkas Calon Orang Tua sosial dalam pengangkatan anak di BRSAMPK
Angkat (COTA) kepada sakti peksos maupun “Paramita” Mataram ini disesuaikan dengan
Dinas Sosial Provinsi Nusa Tenggara Barat. rumusan masalah.
5. Peran Pekerja Sosial sebagai Pembela Merton dalam Raho Bernard (2007:67)
(Advocate) menyatakan bahwa peranan didefinisikan
Peran pekerja sosial sebagai pembela sebagai pola tingkah laku yang diharapkan
(advocate) merupakan peranan yang masyarakat dari orang yang menduduki status
menempatkan pekerja sosial sebagai orang tertentu. Kaitannya dengan penelitian ini, maka
yang siap membela kepentingan Calon Orang pekerja sosial diharapkan mampu
Tua Angkat (COTA) dan Calon Anak Angkat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan
(CAA) dalam segala hal khususnya yang kedudukannya sebagai pejabat fungsional
berkaitan dengan hukum maupun keperluan tertentu pekerja sosial ahli pertama di
BRSAMPK “Paramita” Mataram.

201
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 2 Desember 2021

Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik yang membimbing seseorang dalam


Indonesia Nomor 110/HUK/2009 tentang kehidupan bermasyarakat,
Persyaratan Pengangkatan Anak, Pekerja sosial 2. Peran adalah konsep tentang apa yang
profesional adalah seseorang yang bekerja, membimbing seseorang dalam kehidupan
baik di lembaga pemerintah maupun swasta bermasyarakat.
yang memiliki kompetensi dan profesi 3. Peran juga dapat dilakukan sebagai
pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam perilaku individu yang penting bagi
pekerjaan sosial yang diperoleh melalui struktur masyarakat.
pendidikan, pelatihan dan/atau pengalaman Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
praktek pekerja sosial untuk melaksanakn informasi mengenai karakteristik informan,
tugas-tugas pelayanan dan penanganan peran pekerja sosial dalam pengangkatan anak
masalah sosial. yang meliputi peran sebagai administrator,
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh peran sebagai tenaga ahli (expert), peran
informasi mengenai karakteristik informan, sebagai pemungkin (enabler), peran sebagai
peran pekerja sosial sebagai administrator, perantara (broker) peran sebagai pembela
peran pekerja sosial sebagai tenaga ahli (advocate), dan peran sebagai pendidik
(expert), peran pekerja sosial sebagai (educator).
pemungkin (enabler), peran pekerja sosial 1. Karakteristik Informan
sebagai perantara (broker), peran pekerja sosial Menurut Effendy (2008) dalam jurnal
sebagai pembela (advocate) dan peran pekerja Nurhayani Lubis (2019) menjelaskan ada dua
sosial sebagai pendidik (educator) dalam faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran
pengangkatan anak di BRSAMPK “Paramita” seseorang, yaitu faktor internal seperti usia,
Mataram. pendidikan, pekerjaan dan motivasi, dan faktor
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun eksternal seperti lingkaran sosial, fasilitas dan
2019 tentan Pekerja Sosial, Pekerja Sosial media. Berdasarkan hasil penelitian ditumukan
adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, beberapa karakteristik informan terdiri dari
keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan sosial nama, jenis kelamin, jabatan di lembaga dan
serta telah mendapatkan sertifikat kompetensi. lama bekerja di lembaga.
Pekerja sosial harus mampu melaksanakan Semua informan yang telah ditentukan
peran-perannya di lembaga perlindungan anak, peneliti memiliki keterkaitan secara langsung
pekerja sosial harus mengetahui akan dengan fokus penelitian yaitu peran pekerja
peraturan-peraturan yang ada terkait dengan sosial dalam pengangkatan anak di BRSAMPK
perlindungan anak, peksos juga dituntut untuk “Paramita” Mataram. Karakteristik informan
memahami semua metode-metode pekerjaan dalam penelitian ini adalah 2 orang pekerja
sosial dalam prakteknya menangani klien, sosial yang menangani pengangkatan anak di
adapun pengertian peran menurut Soerjono BRSAMPK “Paramita” Mataram. Informan M
Soekanto (2007:269) : merupakan pekerja sosial ahli pertama di
1. Peran meliputi norma-norma yang BRSAMPK “Paramita” Mataram yang telah
dihubungkan dengan tempat seseorang di bekerja selama 10 tahun di BRSAMPK
dalam masyarakat, peran dalam arti ini “Paramita” Mataram. Informan R merupakan
merupakanrangkaian peraturan-peraturan pekerja sosial ahli pertama yang bekerja di

202
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 2 Desember 2021

BRSAMPK “Paramita” Mataram selama 7 pekerja sosial bukanlah mutlak harus


tahun. dijalankan, namun lebih merupakan sebagai
2. Pekerja Sosial sebagai Administrator masukan atau gagasan untuk bahan
Menurut Kidneigh (1950) administrasi pertimbangan masyarakat atau organisasi
dalam pekerjaan sosial adalah tindakan staf dalam masyarakat tersebut. Berdasarkan hasil
anggota yang memanfaatkan proses sosial penelitian peran pekerja sosial sebagai tenaga
untuk mengubah kebijakan sosial lembaga ahli (expert) dalam pengangkatan anak di
menjadi pemberian layanan sosial. BRSAMPK “Paramita” Mataram.
Administrasi sebagai bidang dalam pekerjaan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
sosial merupakan hal yang sah dan administrasi peran pekerja sosial sebagai tenaga ahli
sebagai metode praktik pekerja sosial dasar, (expert) telah dilakukan oleh pekerja sosial
seperti casework dan groupwork. Berdasarkan yaitu memberikan informasi terkait dengan
hasil penelitian yang dikemukakan bagaimana prosedur pengangkatan anak sesuai dengan
peran pekerja sosial sebagai administrator Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007
dalam pengangkatan anak. tentang Pengangkatan Anak. Dalam
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, melaksanakan perannya, pekerja sosial
semua informan telah melaksanakan peran menjelaskan secara detail mengenai prosedur
sebagai administrator dalam pengangkatan pengangkatan anak di BRSAMPK “Paramita”
anak, yaitu pekerja sosial melakukan Mataram yang sesuai dengan Peraturan
pencatatan kronologi kasus dan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007. Menurut
mendokumentasikan dalam bentuk softfile penjelasan informan sekunder juga
berkas Calon Anak Angkat (CAA) yang menegaskan bahwa yang menjelaskan
merupakan penerima manfaat di BRSAMPK mengenai prosedur pengangkatan anak pekerja
“Paramita” Mataram. Peran ini dilaksanakan sosial dan penyuluh sosial, namun pada
oleh pekerja sosial bertujuan agar Calon Anak pelaksanaannya ada juga petugas fungsional
Angkat (CAA) memiliki dokumen atau berkas tertentu yang menjelaskan prosedur tersebut.
sebagai pertanggungjawaban dikemudian hari. Seluruh informan juga menjelaskan bahwa
Selain itu, Calon Anak Angkat (CAA) juga diharapkan kedepannya seluruh staf dapat
berhak mengetahui identitas aslinya saat bekerja sesuai dengan tugas, pokok dan
usianya beranjak dewasa dan dianggap sudah fungsinya masing-masing, agar dapat
siap mengetahui identitas aslinya. memberikan pelayanan yang sesuai dengan
yang dibutuhkan oleh masyarakat.
3. Pekerja Sosial sebagai Tenaga Ahli 4. Pekerja Sosial sebagai Perantara
(Expert) (Broker)
Menurut Zastrow dalam Isbandi Rukminto
Menurut Zastrow dalam Isbandi Rukminto
Adi (2013: 89-94) peran pekerja sosial sebagai
Adi (2013: 89-94) peran pekerja sosial sebagai
expert adalah peran pekerja sosial dimana
perantara (broker) adalah pekerja sosial
pekerja sosial dituntut untuk lebih banyak
berperan dalam masyarakat yang
memberikan saran dan dukungan informasi
menghubungkan individu dengan kelompok
diberbagai bidang. Seseorang harus sadar
dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan
bahwa maksud dan saran yang diberikan oleh
atau pelayanan.
203
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 2 Desember 2021

Berdasarkan hasil penelitian, pekerja sosial 6. Pekerja Sosial sebagai Pendidik


belum menjalankan perannya sebagai perantara (Educator)
(broker) dalam pengangkatan anak di Menurut Zastrow dalam Isbandi Rukminto
BRSAMPK “Paramita” Mataram, dimana Adi (2013: 89-94) peran pekerja sosial sebagai
dalam peran ini, pekerja sosial belum pernah pendidik (educator) adalah pekerja sosial
melakukan proses pelimpahan berkas dari diharapkan mampu berbicara didepan publik
Calon Orang Tua Angkat (COTA) secara untuk menyampaikan informasi terkait
langsung kepada Dinas Sosial Provinsi Nusa mengenai hal-hal tertentu, sesuai dengan yang
Tenggara Barat. Pada saat melakukan ditangani.
triangulasi sumber, hal ini dibenarkan oleh Berdasarkan hasil penelitian, peran
informan, karena selama ini yang menjalankan pekerja sosial sebagai pendidik (educator)
peran tersebut adalah staf seksi Asesmen dan dalam pengangkatan anak di BRSAMPK
Advokasi Sosial (AAS) BRSAMPK “Paramita” Mataram adalah Pekerja sosial
“Paramita” Mataram, dimana staf ini merupaka memberikan penjelasan informasi kepada
fungsional umum, yang seharusnya tidak Calon Orang Tua Angkat (COTA) terkait
memiliki tugas dan fungsi dalam pengangkatan dengan pengasuhan sementara selama 6 bulan
anak di BRSAMPK “Paramita” Mataram. sebelum lanjut kepada tahapan pengangkatan
5. Pekerja Sosial sebagai Pembela anak. Pengasuhan sementara dilakukan Calon
(Advocate) Orang Tua Angkat (COTA) selama 6 bulan
setelah Calon Orang Tua Angkat (COTA)
Menurut Zastrow dalam Isbandi Rukminto
mendapatkan Surat Keputusan Pengasuhan
Adi (2013: 89-94) peran pekerja sosial sebagai
Sementara dari Dinas Sosial Provinsi Nusa
pembela (advocate) adalah peranan yang
Tenggara Barat.
menempatkan pekerja sosial sebagai orang
Pelaksanaan pengasuhan sementara ini,
yang siap membela kepentingan Calon Orang
Calon Orang Tua Angkat (COTA) di
Tua Angkat (COTA) dan Calon Anak Angkat
monitoring oleh Dinas Sosial Provinsi Nusa
(CAA) dalam segala hal khususnya yang
Tenggara Barat yang diwakili oleh Satuan
berkaitan dengan hukum atau keperluan
Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) untuk
administrasi serta hubungan ke lembaga
menilai kelayakan Calon Orang Tua Angkat
pelayanan lain.
(COTA) dapat melanjutkan kepada tahap
Berdasarkan hasil penelitian, peran pekerja
pengangkatan anak atau tidak, yang dibuktikan
sosial sebagai pembela (advocate) dalam
dalam bentuk laporan sosial yang dibuat oleh
pengangkatan anak di BRSAMPK “Paramita”
sakti peksos.
Mataram belum dijalankan oleh informan,
peran pekerja sosial sebagai pembela KESIMPULAN
(advocate) dalam pengangkatan anak di Penelitian tentang peran pekerja sosial
BRSAMPK “Paramita” Mataram adalah dalam pengangkatan anak dilakukan di Balai
menghadiri sidang Tim PIPA (Pertimbangan Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan
Izin Pengangkatan Anak). Hasil penelitian, Perlindungan Khusus (BRSAMPK)
seluruh informan menyatakan belum pernah “Paramita” Mataram. Informn mengenai
menghadiri sidang Tim PIPA. penelitian ini diperoleh dari 2 (dua) pekerja
sosial yang menangani pengangkatan anak dan
204
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 2 Desember 2021

2 (dua) informan yang dianggap mengetahui Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pengangkatan
tentang peran pekerja sosial dalam Anak.
pengangkatan anak di Balai Rehabilitasi Sosial Peran pekerja sosial dalam
Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus pengangkatan anak di BRSAMPK “Paramita”
(BRSAMPK) “Paramita” Mataram. Penelitian Mataram sebagai pemungkin (enabler) adalah
tentang peran pekerja sosial dalam pekerja sosial memberikan saran dan solusi
pengangkatan anak di Balai Rehabilitasi Sosial agar kesulitan yang dihadapi Calon Orang Tua
Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus Angkat (COTA) dalam memenuhi persyaratan
(BRSAMPK) “Paramita” Mataram difokuskan pengangkatan anak. Dalam pengangkatan anak
pada karakteristik informan dan enam aspek Calon Orang Tua Angkat (COTA) kesulitan
yang diteliti yaitu peran pekerja sosial sebagai dalam menghadirkan saksi di persidangan,
administrator, peran pekerja sosial sebaga pekerja sosial jika memungkinkan untuk hadir
tenaga ahli (expert), peran pekerja sosial dan memberikan kesaksian akan datang untuk
sebagai pemungkin (enabler), peran pekerja membantu proses pengangkatan anak dalam
sosial sebagai perantara (broker), peran pekerja persidangan.
sosial sebagai pembela (advocate) dan peran Peran pekerja sosial dalam
pekerja sosial sebagai pendidik (educator). pengangkatan anak di BRSAMPK “Paramita”
Peran pekerja sosial dalam Mataram sebagai perantara (broker) adalah
pengangkatan anak di BRSAMPK “Paramita” pekerja sosial membantu menghubungkan
Mataram sebagai administrator meliputi peran Calon Orang Tua Angkat (COTA) dengan
pekerja sosial dalam melakukan pencatatan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Nusa Tenggara
kronologi kasus Calon Anak Angkat (CAA) Barat. Selain itu, peran pekerja sosial sebagai
dan mendokumentasikan pencatatan kronologi perantara (broker) adalah melakukan
kasus Calon Anak Angkat (CAA) dalam bentuk pelimpahan berkas Calon Orang Tua Angkat
softfile. Peran pekerja sosial sebagai (COTA) kepada Dinas Sosial Provinsi Nusa
administrator ini telah dijalankan dengan Tenggara Barat, namun peran ini belum
maksimal oleh pekerja sosial yang menangani berjalan maksimal, karena peran ini dijalankan
pengangkatan anak di BRSAMPK “Paramita” oleh petugas lain yang bukan pekerja sosial.
Mataram. Peran pekerja sosial dalam
Peran pekerja sosial dalam pengangkatan anak di BRSAMPK “Paramita”
pengangkatan anak di BRSAMPK “Paramita” Mataram sebagai pembela (advocate) adalah
Mataram sebagai tenaga ahli (expert) yaitu, peran pekerja sosial didalam sidang Tim PIPA
pekerja sosial menjelaskan terkait dengan (Tim Pertimbangan Izin Pengangkatan Anak)
prosedur dan persyaratan pengangkatan anak dimana didalam sidang tersebut diharapkan
melalui lembaga pengasuhan anak BRSAMPK pekerja sosial dapat memberikan masukan atau
“Paramita” Mataram, dimana pekerja sosial pertimbangan terkait dengan perkembangan
dalam menjelaskan prosedur dan pengangkatan bayi atau Calon Anak Angkat (CAA) saat
anak berpedoman Keputusan Menteri Sosial berada didalam BRSAMPK “Paramita”
Nomor 110/HUK/2009 tentang Persyaratan Mataram, berdasarkan hasil penelitian yang
Pengangkatan Anak dan Peraturan Pemerintah dilakukan pekerja sosial belum pernah hadir
dalam sidang Tim PIPA selama pekerja sosial

205
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 2 Desember 2021

menjadi case manager Calon Anak Angkat, hal Pengembangan). Jakarta: PT Raja
ini disebabkan karena yang hadir dalam sidang Grafindo Persada.
Tim PIPA merupakan petugas lain yang bukan Moleong, Lexy J. 2017. Metode Penelitian
Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda
pekerja sosial. Karya.
Peran pekerja sosial dalam Soerjono, Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu
pengangkatan anak di BRSAMPK “Paramita” Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Mataram sebagai pendidik (educator) adalah Persada.
pekerja sosial memberikan pemahaman Sri Lestari. 2016. Psikologi Keluarga:
Penanaman Nilai dan Penanganan
informasi terkait dengan pengasuhan sementara Konflik
selama 6 bulan sebelum proses pengangkatan Dalam Keluarga. Jakarta: Kencana.
anak dilaksanakan, hal ini untuk memberikan Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif,
pengetahuan dan pemahaman kepada Calon Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Orang Tua Angkat (COTA) bahwa didalam Alfabet.
Yana Sundayani. (2015). Pengantar Metode
proses pengangkatan anak, ada pengasuhan Pekerja Sosial. Bandung: STKS
sementara selama 6 bulan terlebih dahulu Press
setelah mendapatkan Surat Keputusan Zastrow, Charles. 2017. Introduction to Social
Pengasuhan Sementara, didalam pengasuhan Work and Social Welfare: Empowering
sementara juga terdapat monitoring oleh Dinas People (Twelfh Edition). USA: Cengage
Learning
Sosial Provinsi untuk menilai kelayakan Calon
Orang Tua Angkat (COTA) yang dibuat oleh
Satuan Bakti Pekerja Sosial dalam bentuk Internet
laporan sosial yang kedua. KBBI, 2020. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Online. Available at:
DAFTAR PUSTAKA http://kbbi.web.id. Diakses 16 Agustus
Adi Fahrudin. 2014. Pengantar Kesejahteraan 2020.
Sosial. Bandung: Rafika Aditama.
Arif Gosita. 1989. Masalah Perlindungan
Anak. Jakarta: Akademi Pressindo. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
119/PMK.02/2020 tentang Standar Biaya
Bambang Rustanto. 2015. Penelitian Kualitatif Umum Masukan Tahun Anggaran 2021.
Pekerjaan Sosial. Bandung: Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007
Rosda Karya tentang Pengangkatan Anak
Peraturan Menteri Sosial RI Nomor
Brammer, A. (2006). Social Work Law. US: 110/HUK/2009 tentang Persyaratan
Prentice Hall/Pearson Education Ltd. Pengangkatan Anak
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia
Edi Suharto. Pembangunan, Kebijakan Sosial Nomor 30 Tahun 2011 tentang Standar
dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Nasional Pengasuhan Anak
Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia
Pembangunan STKS (LSPSTKS): 1997. Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pedoman
Heri Koswara, dkk. 2012. Garvin tentang Pendataan Penyandang Masalah
group work. Bandung: STKS Bandung. Kesejahteraan Sosial dan Potensi Sumber
Isbandi, Rukminto Adi. 2013. Kesejahteraan Kesejahteraan Sosial
Sosial (Pekerjaan Sosial,
Pengembangan Sosial, dan Kajian

206
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 20 No. 2 Desember 2021

Subandhini, M., Fahrudin, A., & Patrianti, T.


(2020). Social Workers Competence in
Psychosocial Therapy: A Case Study at
the Social Rehabilitation Center for
People with Mental Disabilities Phala
Martha Sukabumi, West
Java. International Journal of Advance
Science and Technology. Diakses pada
tanggal 4 Juni 2021

Undang – Undang Nomor 35 tahun 2014


tentang Perlindungan Anak

Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2019


tentang Pekerja Sosial

Veggy, Livian Agata. 2020. Laporan


Praktikum II: Praktik Pekerja Sosial
Intervensi Individu dan Keluarga di Balai
Rehabilitasi Sosial Anak yang
Memerlukan Perlindungan Khusus
“Paramita” Mataram. Politeknik
Kesejahteraan Sosial Bandung.

Wikipedia. 2020. Adopsi. Diakses pada 16


Agustus 2020, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Adopsi

Wikipedia. 2020. Merarik. Diakses pada 17


Agustus 2020, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Merarik
Wikipedia. 2020. Merarik. Diakses pada 17
Agustus 2020, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengasuhan

Yolanda, Meylany. “Peran pekerja sosial


dalama adopsi anak” Kumawula: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, vol. 1,
no. 3, 2018.

207

You might also like