You are on page 1of 10

IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN BERBASIS LEMBAGA

KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) OLEH DINAS SOSIAL, PEMUDA DAN


OLAHRAGA KOTA SEMARANG

Oleh :
Retno Wijayanti; Aloysius Rengga ; R Slamet Santoso

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Jl. Prof. Soedarto.SH Tembalang 12693, Semarang


Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465404
Laman : hhtp//www.fisip.undip.ac.id, e-mail : fisip@undip.ac.id
Email : dipikafatma@gmail.com

ABSTRACT

The number of abandoned children in the city of Semarang indicate that the level of
welfare of the child is still lacking. In 2013 there were 2,455 of abandoned children in the
orphanage. That number is increasing from year to year, indicated by the increasing number of
Orphanage in Semarang.
The policy of Standard service based on Children’s social welfare foundation (LKSA) is
one of the policies that ensure the rights of abandoned children in the orphanage. The purpose of
this research is to describe how the implementation is and factors that support and obstruct the
implementation of the Standard service based on Children’s social welfare foundation (LKSA).
The method used in this research is qualitative descriptive research.
The results of this research showed that the lack of monitoring and publication from
Disospora make the implementation of the Standard service based on Children’s social welfare
foundation (LKSA) has not gone well. There are still some point that unmet the standard like the
lack of social workers and professionals in the orphanage, there are also buildings and facilities
in the orphanage that don’t meet the standards.
Researcher sugests to the implementor of policies to improve the publication and tighten
the monitoring of orphanages in Semarang. The allocation of social assistance should prioritize
the principles of transparency and equity.

Keywords : Policy, Implementation, Abandoned Children, Children’s Social Welfare

1
PENDAHULUAN RI No. 30/HUK/2011 tentang Standar
A. Latar Belakang Nasional Pengasuhan Anak Untuk
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
Seperti yang kita ketahui berdasarkan adalah instrumen kebijakan yang bertujuan
UUD 1945 pasal 34 ayat 1 bahwa “fakir untuk menjamin dan memenuhi hak-hak
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh anak terlantar yang berada di dalam panti.
Negara”. Artinya negara memiliki
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan Dalam implementasi Standar
anak terlantar dan memelihara anak Pelayanan Berbasis Lembaga
terlantar hingga terpenuhi kebutuhan Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)
dasarnya seperti kebutuhan fisik, mengalami gap atau ketidaksesuaian
kebutuhan religius, kebutuhan psikologis, antara standar yang telah dirumuskan
kebutuhan sosial dan kebutuhan akan dengan yang terjadi di lapangan. Data
pendidikan. menunjukkan bahwa mayoritas panti
asuhan anak terlantar di Kota Semarang
Menurut Peraturan Menteri Sosial RI belum mampu memenuhi standar yang
(Permensos) Nomor 8 Tahun 2012 tentang ada.
Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Temuan di lapangan menunjukkan
dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan beberapa standar yang masih belum
Sosial bagian lampiran point 2 bahwa : terpenuhi antara lain :
“Yang dimaksud dengan anak 1. kelengkapan identitas anak
terlantar adalah seorang anak berusia 6 terlantar kurang menjadi urusan
(enam) tahun sampai dengan 18 (delapan prioritas bagi panti asuhan. Hal ini
belas) tahun, meliputi anak yang mampu menghambat pemberian
mengalami perlakuan salah dan bantuan sosial kepada anak
ditelantarkan oleh orang tua atau terlantar karena dalam peraturan
keluarga atau anak kehilangan hak asuh pemerintah Kota Semarang
dari orang tua atau keluarga.” disebutkan kelompok sasaran harus
memiliki Nomor Induk
Dari pengertian tersebut, maka tidak Kependudukan (NIK).
semua anak dapat dikatakan sebagai anak
terlantar. 2. Kemudian proporsi jumlah anak
terlantar yang diasuh dengan
Di Kota Semarang terdapat 45 pekerja sosial yang ada dipanti
panti asuhan anak yang masih beroperasi tidak seimbang.
dan aktif dalam melakukan pelayanan
terhadap anak terlantar. Panti-panti 3. Tidak adanya tenaga profesional
tersebut memberikan pelayanan terhadap seperti tenaga medis dan psikologi
anak terlantar di dalam panti dan di luar untuk menjamin pemenuhan hak-
panti. Pada tahun 2013 masih terdapat hak anak terlantar di dalam panti.
sebanyak 2.455 anak terlantar yang di 4. Bangunan dan fasilitas yang belum
dalam panti dan 641 anak terlantar yang di memenuhi standar yang telah
luar panti dan total anak terlantar di Kota ditetapkan.
Semarang menjadi 3.096 anak. Banyaknya Mengingat pentingnya peran panti
jumlah anak terlantar di Kota Semaranng sosial anak terlantar dan Dinas Sosial,
membuat penanganannya perlu untuk Pemuda dan Olahraga Kota Semarang
diperhatikan. dalam menjalankan tugas dan
Kebijakan Standar Pelayanan Berbasis fungsinya sebagai Lembaga
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)
(LKSA) yang termuat dalam Permensos yang sangat menentukan nasib anak

2
terlantar untuk kedepannya, maka yang jelas. Fokus adminitrasi publik dalam
peneliti tertarik untuk melakukan paradigma ini adalah teori organisasi, teori
penelitian dengan judul manajemen, dan kebijakan publik;
“Implementasi Standar Pelayanan sedangkan lokusnya adalah masalah-
Berbasis Lembaga Kesejahteraan masalah dan kepentingan publik (public
Sosial Anak (LKSA) Oleh Dinas affairs).
Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Paradigma Good Governance yaitu
Semarang.” suatu sistem nilai, kebijakan, dan
kelembagaan dimana urusan-urusan
B. Tujuan Penelitian ekonomi, sosial, dan politik dikelola
Tujuan penelitian ini dimaksudkan melalui interaksi antara masyarakat,
untuk menjawab pertanyaan penelitian pemerintah dan sektor swasta. Paradigma
(research question) yang muncul dengan ini mengutamakan mekanisme dan proses
latar belakang seperti yang diuraikan di dimana para warga masyarakat dan
atas, tujuan penelitian ini adalah untuk: kelompok dapat mengartikulasikan
kepentingannya, memediasi berbagai
1. Untuk mendiskripsikan
perbedaan-perbedaannya, dan menjalankan
Implementasi Standar Pelayanan
hak dan kewajibannya.
Berbasis Lembaga Kesejahteraan
C.2. Kebijakan Publik
Sosial Anak Oleh Dinas Sosial,
Kebijakan Publik adalah apapun
Pemuda dan Olahraga Kota
pilihan pemerintah untuk melakukan atau
Semarang.
tidak melakukan (Public policy is
2. Untuk mendiskripsikan faktor-
whatever governments choose to do or not
faktor apa saja yang mendukung
do). Terdapat tiga kegiatan pokok yang
dan menghambat Implementasi
berkenaan dengan kebijakan publik, yaitu:
Standar Pelayanan Berbasis
1. Formulasi Kebijakan ( perumusan
Lembaga Kesejahteraan Sosial
kebijakan)
Anak Oleh Dinas Sosial, Pemuda
Perumusan kebijakan adalah inti
dan Olahraga Kota Semarang.
dari kebijakan publik, karena disini
dirumuskan batas-batas kebijakan itu
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
sendiri. Ini merupakan permulaan dari
Secara garis besar teori yang
kebijakan.
digunakan oleh peneliti untuk
2. Implementasi Kebijakan
mendiskripsikan implementasi kebijakan
Dalam kelompok ini terdapat
Standar Pelayanan Berbasis Lembaga
kegiatan yang mengarah pada proses
Kesejahteraan Sosial Anak antara lain :
pelaksanaan kebijakan. Dalam praktik
C.1. Administrasi Publik
implementasi kebijakan merupakan
Menurut Sondang P Siagian
proses yang sangat kompleks, sering
administrasi adalah keseluruhan proses
bernuansa politis dan memuat adanya
pelaksanaan dari keputusan-keputusan
intervensi kepentingan. Pada tahap
yang telah diambil dan pelaksanaan itu
implementasi pengaruh dari faktor-
pada umumnya dilakukan oleh dua orang
faktor yang ada di dalamnya sangat
manusia atau lebih untuk mencapai tujuan
menentukan suatu kebijakan itu
yang telah ditentukan sebelumnya
berhasil atau tidak.
(Kencana Inu, 1999: 14). Salah satu
3. Evalusi Kebijakan
paradigma administrasi tepatnya
Evaluasi merupakan kegiatan
paradigma kelima yaitu administrasi
untuk melihat atau menilai
publik sebagai administrasi publik.
keberhasilan atau kegagalan sebuah
Menurut Nicholas Henry paradigma
organisasi atau unit kerja dalam
tersebut telah memiliki fokus dan lokus
3
melakukan tugas dan fungsi yang D.3. Subjek Penelitian
dibebankan kepadanya. Metode penelitian yang digunakan
C.3. Implementasi Kebijakan Publik dalam penlitian ini adalah kualitatif.
Implementasi kebijakan pada Dalam penelitian kualitatif, teknik
prinsipnya adalah cara agar sebuah sampling yang biasa digunakan adalah
kebijakan dapat mencapai tujuannya. purposif (purposive sampling). Penulis
Implementasi kebijakan publik dapat pula memiliki pertimbangan untuk memilih
diartikan sebagai salah satu tahapan dari informan mana yang akan dimintai
proses kebijakan publik sekaligus studi keterangan untuk penelitian di lapangan.
yang sangat komplek. Demikian pula Informan yang dapat membantu penulis
sebaliknya, bagaimanapun baiknya menemukan informasi sedalam mungkin
persiapan dan perencanaan implementasi diantaranya yaitu:
kebijakan, kalau tidak dirumuskan dengan 1. Kepala Seksi Pelayanan Sosial
baik maka tujuan kebijakan juga tidak Dinas Sosial, Pemuda dan
akan bisa diwujudkan (Widodo, 2009: Olahraga Kota Semarang.
85). 2. Staf Pelayanan Sosial Dinas Sosial,
Pada dasarnya ada lima “tepat” Pemuda dan Olahraga Kota
yang perlu dipenuhi dalam hal keefektifan Semarang.
implementasi kebijakan (Nugroho, 2011: 3. Kepala Lembaga Kesejahteraan
650-652) yaitu ketepatan kebijakan, Sosial Anak (LKSA) atau ketua
ketepatan pelaksana, ketepatan target, panti asuhan.
ketepatan lingkungan dan ketepatan 4. Anak Terlantar.
proses. Model implementasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah D.4. Jenis Data
model implementasi George C Edwards III Menurut Lofland dan Lofland
yang memiliki empat indikator yang (1984) dalam Lexy J. Moleong (2005:
mampu mempengaruhi implementasi yaitu 157) sumber data utama dalam penelitian
komunikasi, sumber daya, disposisi dan kualitatif adalah kata-kata atau tindakan,
struktur birokrasi. selebihnya adalah data tambahan, misalnya
seperti dokumen, foto dan lainnya.
D. Metode Penelitian Berkaitan dengan hal itu, jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
D.1. Desain Penelitian
berupa: kata-kata atau tindakan, sumber
Metode yang digunakan dalam data tertulis, foto, dan statistik.
penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis
D.5. Sumber Data
penelitiannya adalah deskriptif. Penelitian
a. Data Primer
ini akan mengamati proses pelaksanaan
Data Primer merupakan data yang
Standar Pelayanan Berbasis Lembaga diperoleh secara langsung dari lapangan
Kesejahteraan Sosial Anak dengan atau lokasi penelitian, baik melalui
menggunakan sudut pandang implementasi wawancara maupun hasil observasi.
Model George C. Edwards III.
b. Data Sekunder
D.2. Situs Penelitian Data Sekunder merupakan data yang
Situs penelitian menetapkan tempat diperoleh di luar lapangan atau lokasi
atau wilayah dimana penelitian akan penelitian yang dapat mendukung data
dilaksanakan. Lokasi atau wilayah yang primer, yakni melalui studi pustaka,
diambil adalah Dinas Sosial, Pemuda dan internet, artikel, foto, gambar, dan
Olahraga Kota Semarang. sebagainya. Dalam penelitian ini,
4
peneliti menggunakan kedua sumber 30/HUK/2011 tentang Standar Nasional
data di atas agar saling melengkapi satu Pengasuhan Anak Untuk Lembaga
sama lain. Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).
Kebijakan tersebut merupakan sebuah
D.6. Teknik Pengumpulan Data kebijakan yang dikeluarkan oleh
Cara atau teknik pengumpulan Kementerian Sosial untuk mengatasi
data, maka teknik pengumpulan data dapat permasalahan kesejahteraan sosial anak.
dilakukan dengan observasi (pengamatan), Kementerian sosial dinilai memiliki misi
interview (wawancara), dokumentasi dan kelembagaan dibidang urusan sosial.
studi pustaka atau gabungan keempatnya. Maka kebijakan ini sudah dirumuskan oleh
lembaga yang tepat.
D.7. Analisis dan Interprestasi Data Kebijakan tersebut dibuat untuk
Dalam penelitian ini teknik yang menjamin hak-hak anak terlantar untuk
digunakan dalam proses pengolahan data tetap dalam pengasuhan keluarga inti.
yaitu bergerak diantara perolehan data, Tidak hanya menjamin keterikatan anak
reduksi data, penyajian dan penarikan dengan keluarga inti, kebijakan ini juga
kesimpulan/verifikasi sebagai pedoman bagi LKSA untuk
D.8. Kulitas Data memberikan pelayanan terbaik bagi anak
Penelitian kualitatif harus memiliki terlantar di dalam panti. Oleh karena itu,
standar kredibilitas yang baik. Standar kebijakan Standar Pelayanan Berbasis
kredibilitas ini untuk menunjukkan agar Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
hasil penelitian kualitatif memiliki tingkat (LKSA) sudah dirumuskan sesuai dengan
karakter masalah yang dihadapi anak
kepercayaan yang tinggi sesuai dengan
terlantar.
fakta yang ada di lapangan. Untuk itu
A.2. Ketepatan Pelaksana
penulis menggunakan triangulasi sumber,
Untuk melihat aktor utama dalam
triangulasi teknik pengumpulan data dan
suatu kebijakan dapat dilihat dari sifat
triangulasi waktu. kebijakan itu sendiri. Kebijakan yang
bersifat memberdayakan masyarakat,
PEMBAHASAN seperti penanggulangan kemiskinan,
sebaiknya diselenggarakan pemerintah
A. Implementasi
bersama masyarakat. Standar Pelayanan
A.1. Ketepatan kebijakann Berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial
Ketepatan kebijakan dinilai dari Anak (LKSA) termasuk dalam kebijakan
sejauh mana kebijakan yang ada telah yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah
bermuatan hal-hal yang memang bersama masyarakat.
memecahkan masalah yang hendak Aktor utama dalam Implementasi
dipecahkan, apakah kebijakan tersebut Standar Pelayanan Berbasis Lembaga
sudah dirumuskan sesuai dengan karakter Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) adalah
masalah yang hendak dipecahkan, apakah Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga dan
kebijakan dibuat oleh lembaga yang Panti Asuhan Anak Terlantar yang dalam
mempunyai kewenangan (misi hal ini peneliti mengambil studi kasus di
kelembagaan) yang sesuai dengan karakter Panti Asuhan Anak Nurul Huda Azzuhdi.
kebijakan. Sebagai aktor utama Implementasi Standar
Kebijakan Standar Pelayanan Pelayanan Berbasis Lembaga
Berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), Panti
Anak (LKSA) merupakan salah satu isi Asuhan Nurul Huda Azzuhdi merupakan
dari kebijakan Permensos RI No. salah satu panti asuhan anak milik swasta
5
yang berinteraksi secara langsung dalam antara pemerintah kota dengan media
proses pemberian pelayanan kepada anak massa dan kelompok kepentingan.
terlantar. A.5 Ketepatan Proses
A.3 Ketepatan Target Peneliti melihat bahwa publik
Dalam kebijakan Standar belum siap untuk menjalankan proses
Pelayanan Berbasis Lembaga kebijakan dengan baik. Hal tersebut
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) tidak terbukti pada ketidaksiapan sumber daya
ada tumpang tindih antara program atau manusia yang menjamin hak-hak anak
kebijakan satu dengan yang lain. Adanya yang berada di dalam panti. Kemudian
koordinasi antara dinas kesehatan, dinas ketidak tepatan proses juga terjadi pada
pendidikan dan dinas sosial Kota tahap monitoring yang dilakukan Dinas
Semarang yang saling bersinergi Sosial, Pemuda dan Olahraga bahwa
mendukung kebijakan ini. mereka tidak bisa mengakomodir semua
Sedangkan respon dari kelompok panti yang ada di Semarang. Hal tersebut
sasaran terhadap kebijakan Standar membuat pengawasan menjadi lemah dan
Pelayanan Berbasis Lembaga cenderung berdampak pada pelayanan
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) adalah yang buruk terhadap kelompok sasaran.
negatif. Artinya kelompok sasaran belum Kekurangan ketepatan proses yang
mengetahui isi dan tujuan dari kebijakan terakhir adalah pada tahap pemberian
Standar Pelayanan Berbasis Lembaga batuan sosial dari pemerintah Kota
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA). Semarang kepada panti asuhan anak.
Kelompok sasaran hanya mengetahui Adanya ketidakjelasan dan tidak
bahwa pelayanan yang diberikan oleh meratanya penyaluran bantuan kepada
Panti Asuhan sudah cukup baik. Peneliti panti asuhan yang ada di Kota Semarang.
juga menambahkan target dari kebijakan B. Faktor - faktor yang mendukung
Standar Pelayanan Berbasis Lembaga dan menghambat Implementasi
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) belum B.1. Komunikasi
tercapai. Sosialisasi yang dilakukan belum
A.4. Ketepatan Lingkungan menyentuh keseluruh panti asuhan anak di
Lingkungan kebijakan yaitu Kota Semarang, sehingga tujuan dan isi
interaksi diantara lembaga perumus kebijakan belum tersampaikan secara
kebijakan dan pelaksana kebijakan dengan efektif. Pihak Dinas Sosial, Pemuda dan
lembaga lain yang terkait. Kebijakan Olahraga tidak memiliki jadwal khusus
berasal dari pemerintah pusat untuk melakukan sosialisasi dan
(Kementerian Sosial) sebagai perumus pengawasan Standar Pelayanan Berbasis
kebijakan kemudian sebagai implementor Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
tingkat kota oleh Dinas Sosial, Pemuda (LKSA). Pelaksanaan sosialisasi hanya
dan Olahraga Kota Semarang dibantu oleh diberikan pada saat memperingati hari-hari
Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan. besar tertentu seperti Hari Anak Nasional.
Dalam pelaksanaannya, Dinas Sosial, B.2. Sumber Daya
Pemuda dan Olahraga melakukan sumber daya dalam kebijakan
koordinasi dengan pihak swasta yang Implementasi Standar Pelayanan Berbasis
dalam hal ini adalah panti asuhan anak LKSA masih terdapat kekurangan.
terlantar. Kekurangan sumber daya tersebut dapat
Untuk lingkungan diluar kebijakan menghambat proses implementasi, sumber
seperti media massa dan kelompok daya yang dimaksud meliputi sumber daya
kepentingan, perannya memang belum staf dan fasilitas. Hasil yang diperoleh
efektif. Tidak ada kerjasama yang nyata
6
dari berbagai wawancara diatas bahwa staf Tugas dan fungsi masing-masing
yang melaksanakan Standar Pelayanan implementor sudah sesuai dengan tujuan
Berbasis LKSA dari pihak Dinas Sosial, dan sasaran dari kebijakan Standar
Pemuda dan Olahraga masih kurang Pelayanan Berbasis LKSA. Tidak ada
sehingga tidak maksimal dalam melakukan pelimpahan tanggung jawab yang tumpang
monitoring. Kemudian karena minimnya tindih karena semua tugas dan fungsi unit
bantuan dari pemerintah kota Semarang organisasi Dinas Sosial, Pemuda dan
maka hal ini berpengaruh terhadap Olahraga Kota Semarang sudah jelas
kelengkapan staf dan fasilitas yang ada di diatur dalam Peraturan Walikota Semarang
Panti. Kemudian untuk elemen sumber Nomor 25 Tahun 2008.
daya informasi sudah cukup mendukung
karena masing-masing telah memiliki
KESIMPULAN DAN SARAN
sumber informasi sebagai panduan
implementasi kebijakan. A. Kesimpulan :
B.3. Disposisi A.1. Implementasi Standar Pelayanan
Dukungan pemerintah kota Berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial
Semarang dalam implementasi Standar Anak (LKSA)
Pelayanan Berbasis Lembaga
Pada fenomena ketepatan
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) masih
sangat minim. Dibuktikan dengan kebijakan tidak ditemukan adanya
minimnya anggaran yang dikeluarkan permasalahan. Kebijakan Standar
untuk bantuan sosial bagi anak terlantar. Pelayanan Berbasis Lembaga
Untuk wewenang yang dilakukan Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dinilai
oleh Dinas Sosial sudah berjalan sesuai telah bermuatan hal-hal yang memang
dengan wewenang yang dimiliki yaitu memecahkan masalah yang hendak
memilih dan menentukan LKSA mana dipecahkan. Tujuan kebijakan sudah sesuai
yang telah memenuhi syarat untuk
untuk menjamin hak-hak anak terlantar.
mendapat bantuan. Selain itu Dinas sosial
juga mimiliki wewenang untuk melakukan Pada ketepatan pelaksana dinilai dari
supervisi yaitu dengan mengharusnya sifat dan tujuan kebijakan Standar
panti-panti sosial membuat laporan dan Pelayanan Berbasis Lembaga
memperbarui ijinnya. Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), maka
B.4. Struktur Birokrasi sudah tepat apabila kebijakan dilakukan
SOP yang terdapat dalam oleh pemerintah dan swasta. Dalam hal ini
kebijakan Standar Pelayanan Berbasis implementor dari pemerintah diwakili oleh
LKSA sudah mudah untuk dipahami dan
Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga, dinas
jelas mekanismenya. Hanya saja terdapat
kendala dalam prosedur pemberian yang memiliki tupoksi selaras dengan
bantuan sosial kepada anak terlantar. tujuan kebijakan. Sedangkan implementor
Kendala yang muncul adalah adanya dari masyarakat diwakili oleh Panti-Panti
keharusan memiliki NIK bagi kelompok Asuhan milik swasta.
sasaran sebagai salah satu syarat mendapat
Untuk ketepatan target peneliti
bantuan sosial. Disatu sisi panti asuhan
belum dapat melengkapi persyaratan berkesimpulan bahwa respon dari
tersebut dikarenakan kekurangan sumber kelompok sasaran terhadap kebijakan
daya baik staf maupun informasi untuk Standar Pelayanan Berbasis Lembaga
memproses NIK Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) adalah
negatif. Artinya kelompok sasaran belum
7
mengetahui isi dan tujuan dari kebijakan Ditemukan fasilitas yang belum sesuai
Standar Pelayanan Berbasis Lembaga dengan standar kebijakan seperti
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA). kurangnya kamar tidur untuk anak
terlantar dan tidak adanya peralatan tidur
Pada ketepatan lingkungan kebijakan seperti kasur.
sudah mendukung implementasi Kebijakan
Standar Pelayanan Berbasis Lembaga B. Saran
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA). B.1. Saran untuk Implementasi Standar
Pelayanan Berbasis Lembaga
Dibuktikan dengan adanya kunjungan
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)
setiap 6 bulan sekali dari petugas
1. Pada ketepatan target kebijakan,
kesehatan untuk mengecek kesehatan
perlunya komitmen dan dukungan
anak-anak. adanya kemudahan anak-anak pemerintah Kota Semarang berupa
terlantar dalam mengakses pendidikan bantuan anggaran. Dengan
juga adanya pendataan yang rutin anggaran yang memadai maka
dilakukan oleh pihak Dinas Sosial, panti dapat meningkatkan
Pemuda dan Olahraga Kota Semarang. pelayanan dibidang fasilitas dan
sumber daya manusia. Melibatkan
Ketepatan proses kebijakan Standar seluruh perwakilan panti swasta
Pelayanan Berbasis Lembaga dalam proses sosialisasi agar tujuan
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), dan isi kebijakan dapat diterima
terbukti pada ketidaksiapan sumber daya dengan baik oleh kelompok
manusia yang menjamin hak-hak anak sasaran.
yang berada di dalam panti. Kemudian 2. Untuk meningkatkan ketepatan
ketidak tepatan proses juga terjadi pada lingkungan Standar Pelayanan
Berbasis Lembaga Kesejahteraan
tahap monitoring yang dilakukan Dinas
Sosial Anak (LKSA). Diperlukan
Sosial, Pemuda dan Olahraga bahwa kerjasama yang nyata antara
mereka tidak bisa mengakomodir semua pemerintah dan media. Kerjasama
panti yang ada di Semarang. tersebut dapat berupa penerbitan
berita tentang kebijakan Standar
A.2. Faktor pendukung dan penghambat Pelayanan Berbasis Lembaga
implementasi Kesejahteraan Sosial Anak
Faktor pendorong dari kebijakan (LKSA).
ini adalah Implementor telah mengetahui 3. Peningkatan ketepatan proses
isi dan tujuan kebijakan melalui buku Standar Pelayanan Berbasis
panduan Permensos No. 30/HUK/2011 Lembaga Kesejahteraan Sosial
tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak (LKSA) dapat dilakukan
Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial dengan meningkatkan peran
Anak dengan baik pemerintah dalam menjalin
Faktor penghambatnya adalah kerjasama dengan instansi terkait
Tidak adanya transparansi mengenai seperti Dinas Kesehatan guna
alasan panti asuhan mendapat atau tidak menyiapkan social worker / tenaga
mendapat bantuan atau alasan ketika panti medis / tenaga psikologi pada
tidak diikut sertakan dalam sosialisasi setiap panti asuhan di Kota
yang ada. Tidak ada tenaga profesional Semarang. Memperketat
(social worker) seperti tenaga psikologi pengawasan dengan salah satu
dan tenaga medis yang menjamin instrumennya yaitu memperketat
pemenuhan hak-hak anak terlantar. Laporan Pertanggungjawaban
8
(LPJ) penggunaan anggaran Pengasuhan Untuk Lembaga
bantuan sosial, lebih sering Kesejahteraan Sosial Anak. Jakarta.
melakukan pemantauan dan Kencana inu, dkk. 1999. Ilmu Administrasi
sosialisasi. Publik. Jakarta: PT.Rineka
B.2. Saran untuk Faktor-faktor Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model
Penghambat Implementasi Standar dan Aktor dalam Proses Kebijakan
Pelayanan Berbasis Lembaga Publik. Yogyakarta: Gava Media.
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Moleong, J Lexy. 2010.Metodologi
1. Dinas Sosial, Pemuda dan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Olahraga harus memiliki jadwal Remaja Rosdakarya
yang khusus untuk melakukan Nugroho, Riant. 2006. Kebijakan Publik
sosialisasi dan pembinaan secara
Untuk Negara-Negara Berkembang.
berkala dan continue. Kemudian Jakarta: Gramedia.
Dinas Sosial, Pemuda dan
Olahraga harus lebih Nugroho, Riant. 2011. Kebijakan Publik
mengedepankan Transparansi Untuk Negara-Negara Berkembang.
dalam informasi bantuan sosial. Jakarta: Gramedia.
2. Saran untuk peningkatan sumber Nugroho, Riant. 2004. Kebijakan Publik
daya dapat berupa tambahan Formulasi, Implementasi, Evaluasi.
sumber daya manusia non PNS Jakarta: Gramedia.
pada Dinas Sosial, Pemuda dan Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Olahraga. penambahan bantuan Administrasi dilengkapi metode R n
sosial kepada panti-panti asuhan D. Bandung: Alfabeta
yang belum mendapat, dan Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
peningkatan kualitas pekerja sosial Administrasi dilengkapi metode R n
(social worker) yang ada di panti D. Bandung: Alfabeta
dengan memberikan pelatihan. Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan
3. Peneliti menyarankan untuk Publik, Konsep, Teori, Aplikasi.
struktur birokrasi agar adanya Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pengecualian atau kemudahan Subarsono. 2011. Analisis Kebijakan
terhadap kelompok sasaran yang Publik, Konsep, Teori, Aplikasi.
tidak memiliki Nomor Induk Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kependudukan (NIK) untuk tetap
Suwitri, Sri. 2009. Konsep Dasar
mendapatkan bantuan. Anak
Kebijakan Publik. Semarang: Undip.
terlantar yang tidak jelas latar
belakang dan orang tuanya harus Tachjan, H. 2006. Implementasi Kebijakan
diakui keberadaannya oleh Publik. Bandung: Penerbit AIPI
pemerintah secara legal. Bandung.
Wibawa, Samodra. 2011. Politik
Perumusan Kebijakan Publik.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Graha Ilmu.
Departemen Sosial RI. 2006. Modul Widodo, Joko. 2009. Analisis Kebijakan
Pelayanan Sosial Anak Terlantar Publik : Konsep dan Analisis
Luar Panti. Jakarta Kebijakan Publik. Malang:
Banyumedia Publishing.
Kementerian Sosial Republik Indonesia,
Direktorat Jendral Rehabilitasi Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses
Sosial. 2011. Standar Nasional Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Media Pressindo
9
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial.
Peraturan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 111/ HUK / 2009
Tentang Indikator Kinerja
Pembangunan Kesejahteraan Sosial.
Peraturan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 30/HUK/2011
Tentang Standar Nasional
Pengasuhan Untuk Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak.
Peraturan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pendataan dan
Pengelolaan Data Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial dan
Potensi dan Sumber Kesejahteraan
Sosial.
Internet :
Slideshare Badan Pendidikan dan
Penelitian Kesejahteraan Sosial
Pusat Data dan Informasi
Kesejahteraan Sosial. 2012
.Kementerian Sosial Dalam Angka
Pembangunan Kesejahteraan Sosial.
Dalam www.kemensos.go.id.
Diunduh pada 25 Mei 2014 pukul
05.00 WIB.
Daftar Panti Asuhan Swasta Di Kota
Semarang. 2013. Dalam
http://dinsos.jatengprov.go.id/emis/i
ndex.php/2014-03-13-04-52-
34/semarang. Diunduh pada 9
Desember 2014 pukul 19.00 WIB.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam
http://eprints.undip.ac.id/37089/2/5-
Bab_II.pdf. Diunduh pada 29
Desember 2014 pukul 21.00 WIB.

10

You might also like