You are on page 1of 15

JOURNAL READING

EVALUATION OF THE CHILD WITH


FEBRILE SEIZURES
REESE C. GRAVES, MD; KAREN OEHLER, MD, PhD; and LESLIE E. TINGLE, MD

Diterjemahkan Oleh : Putu Ratih Wijayanthi (0615195)

Pembimbing : dr. Sri Indayanti Suwaryo, Sp.A(K)


KEJANG DEMAM
• Kejang demam adalah kejang yang berhubungan
dengan demam tanpa adanya infeksi sistem saraf
pusat atau ketidakseimbangan elektrolit akut pada
anak tanpa didahului kejang demam sebelumnya.
• Insidensi : masa kanak-kanak. 2-5% usia 6 bulan – 5
tahun.
• Kejang demam terjadi tanpa infeksi intrakranial,
gangguan metabolik, atau riwayat kejang tanpa
demam.
• Klasifikasi kejang demam : kejang demam simple (65-
90%) dan kejang demam kompleks.
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM

KEJANG DEMAM KEJANG DEMAM


SIMPLE KOMPLEKS
•Durasi : < 15 menit Durasi : > 15 menit
•Generalized Focal
•Tidak adanya gangguan Berulang dalam waktu
neurologis sebelumnya 24 jam
•Terjadi 1x dalam 24 jam
FAKTOR RISIKO
• Keterlambatan tumbuh kembang.
• Infeksi virus
• Riwayat keluarga yang menderita kejang
demam
• Vaksinasi
• Defisiensi besi dan zinc
• Kejang demam dapat terjadi sebelum atau
setelah onset demam, dengan kemungkinan
kejang meningkat pada anak dengan atau
tanpa kenaikan suhu.
EVALUASI
• Riwayat penyakit :
– Apa pemicu kejang demam, dan, yang paling
penting adalah riwayat meningitis?
– Adakah kejang demam berulang (epilepsi)?
– Adakah penyebab lain timbulnya kejang demam?
• Pemeriksaan :
– Paling penting  mencari sumber timbulnya
kejang demam pada anak, dengan meningitis.
– Meningitis biasanya terjadi pada anak-anak,
kadang-kadang dewasa.
– Meningitis bakterial dapat disertai dengan
peningkatan tekanan intrakranial pada anak.
Tanda : gangguan mental, vomit, strabismus
(Nervus VI, kadang Nervus III, palsy), pada mata
“setting sun sign”, perubahan tanda vital
(peningkatan tekanan darah, peningkatan atau
penurunan frekuensi nadi, penurunan frekuensi
pernapasan), dan, pada bayi tidak ada pulsasi di
fontanel dan strukturnya terpisah.
• Pada anak dewasa, jika meningitis bakterial
disertai intrakranial abses (extradural,
subdural, atau otak), trombosis vaskular
dengan infeksi otak, atau hidrosefalus,
papiledema. Dapat disertai penyakit yang
lainnya seperti otitis media, faringitis, viral
exanthem, atau gastroenteritis, dan lesi kulit
(coklat, putih, dan merah) indikasi
phakomatosis.
• Laboratorium :
– Pemeriksaan laboratorium tidak khas pada kejang
demam, kecuali gejala dan tanda spesifik (contoh :
vomitting atau diare). Laboratorium : hitung jenis
darah lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium,
fosfor, magnesium, BUN (Blood Urea Nitrogen),
dan urinalisis.
– Tanda-tanda demam yang sebelumnya pernah
kejang, pemeriksaan laboratorium : hitung jenis
darah lengkap, kultur darah, kultur urin, dan kultur
BAB (partikel dari Shigella) jarang dilakukan.
• Pada anak dengan diare, vomiting, dan
dehidrasi, dilakukan pemeriksaan serum
elektrolit.
• Studi yang lain kemungkinan termasuk
antikonvulsan (terutama pada anak yang
sedang mendapatkan perawatan kejang)
dan gula darah dengan vomit dan ketosis.
• Brain Imaging
– Indikasi :
– 1) riwayat penyakit atau pemeriksaan indikasi
mungkin atau trauma kepala (contoh : scalp
swelling dan discoloration, hemotympanum)
– 2) kemungkinan lesi struktural otak (contoh :
microcephaly, spasticity)
– 3) peningkatan tekanan intrakranial (vomit
berulang, iritabilitas atau perasaan mengantuk,
anak anterior fontanel penuh, paralisis nervus VI,
papiledem pada anak dewasa.)
• Pungsi Lumbar
– Pungsi lumbar digunakan pada anak dengan
kejang demam simple.
– Merupakan pilihan untuk anak usia 6 – 12 bulan
dengan status imunisasi Haemophilus influenzae
type B dan S.pneumoniae tidak komplit atau
tidak diketahui, dan dalam sebelum terapi
antibiotik.
– Indikasi : tanda klinis meningen, kejang demam
kompleks, anak-anak dengan kesadaran
somnolen atau iritabilitas atau sakit sistemik,
kemungkinan anak usia < 18 bulan, dan usia <
12 bulan.
• LCS (Liquor Cerebro Spinal) lebih mungkin
abnormal pada anak dengan kejang demam
yang memiliki :
– 1) ditemukan kecurigaan pada pemeriksaan fisik dan /
atau pemeriksaan neurologis (khususnya tanda
meningeal).
– 2) kejang demam kompleks, karena sebagian besar
kejang demam disertai meningitis bakterial.
– 3) ke rumah sakit dalam waktu 48 jam sebelum kejang
demam.
– 4) kejang demam termasuk bagian emergensi.
– 5) keadaan bingung setelah mengalami kejang, karena
anak dengan kejang demam simple sangat singkat.
– 6) kejang demam timbul setelah usia 3 tahun, karena
kejang demam terjadi antara usia 18 – 22 bulan.
• Kegagalan diagnosis meningitis terjadi pada
anak :
– 1) usia muda (18 bulan), karena tidak
menunjukkan tanda atau gejala meningitis.
– 2) anak-anak yang dievaluasi oleh petugas
kesehatan kurang berpengalaman.
– 3) anak-anak yang tidak di follow-up
• EEG (ElectroEncephaloGraphy)
– Menurut AAP menemukan EEG tidak dapat
memprediksi epilepsi :
– 1) pada anak dengan kejang demam simple
– 2) pada anak dengan kejang demam kompleks
– 3) pada anak dengan kejang demam dan
sebelumnya gangguan neurologis (risiko tinggi
pada epilepsi)

You might also like