You are on page 1of 15

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2018


UNIVERSITAS PATTIMURA

TULI MENDADAK
Siska Teurupun

Pembimbing
dr Rodrigo Limmon, Sp. THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURAAMBON
2018
PENDAHULUAN

• Tuli mendadak (sudden deafness atau sudden sensorineural hearing loss (SSNHL)) didefinisikan
sebagai kehilangan pendengaran sensorineural yang lebih dari 30 dB pada 3 frekuensi berturut
turut dalam onset 3 hari
• Di Amerika Serikat terjadi 5-20 kasus tuli mendadak per 100.000 penduduk pertahun. Hadjar E
melaporkan di sub bagian Neurotologi THT FKUI/ RS Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun
1999 sampai dengan tahun 2001 terdapat 262 pasien tuli mendadak yang merupakan 6,24 %
dari seluruh penderita
• Pada umumnya terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba. Kadang bersifat sementara atau
berulang dalam serangan.
• Diagnosis tuli mendadak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan THT,
audiologi, laboratorium serta pemeriksaan penunjang lain.

9/19/2018
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI Telinga

9/19/2018
9/19/2018
9/19/2018
9/19/2018
Tuli Mendadak

• Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba, bersifat sensorineural
dan penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, biasanya terjadi pada satu telinga.
• Beberapa ahli mendefinisikan tuli mendadak sebagai penurunan pendengaran sensorineural 30
dB atau lebih, paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan audiometri dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari.

9/19/2018
Epidemiologi

• Ketulian pada tuli mendadak sebagian besar kasus terjadi pada satu telinga (unilateral) dan
hanya 1,7% - 2% kasus terjadi pada dua telinga (bilateral).
• Di Amerika Serikat terjadi 5-20 kasus tuli mendadak per 100.000 penduduk pertahun.
• Hadjar E melaporkan di sub bagian Neurotologi THT FKUI/ RS Cipto Mangunkusumo Jakarta
pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 terdapat 262 pasien tuli mendadak yang
merupakan 6,24 % dari seluruh penderita ketulian dan 10% dari tuli sensorineural dan 36% dari
penderita tuli akibat kelainan vaskuler
• 53% pria terkena tuli mendadak dibandingkan wanita.

9/19/2018
Etiologi &
Patofisiologi
kelainan vaskular,
infeksi virus,
kerusakan membran
intrakoklea, dan
kelainan imunologi

9/19/2018
Diagnosis

• Anamnesis
• Pemfis
• p pendengaran-->tes penala, audiometri, SISI, BERA
• P Penunjang --> Lab, radiologi

9/19/2018
TATALAKSANA

• Tirah baring sempurna(total bed rest)


• Vasodilatansia yang cukup kuat
• Prednison 4x 10 mg (2 tablet), tappering off tiap 3 hari (hati– hati pada penderita DM).
• Vitamin C 500 mg 1x1 tablet/hari
• Neurobion 3x1 tablet /hari
• Diet rendah garam dan rendah kolesterol
• Inhalasi oksigen 4x15 menit (2 liter/menit), obat antivirus sesuai dengan virus penyebab
• Hipertonik oksigen terapi

9/19/2018
evaluasi

• Sangat baik, apabila perbaikan >30 dB pada 5 frekuensi.


• Sembuh, apabila perbaikan ambang pendengaran <30 dB pada frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000
Hz, 2000 Hz dan dibawah 25 dB pada frekuensi 4000 Hz.
• Baik, apabila rerata perbaikan 10- 30 dB pada 5 frekuensi.
• Tidak ada perbaikan, apabila terdapat perbaikan <10 dB pada 5 frekuensi.

9/19/2018
prognosis

• Malam
• Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan untuk sembuh,
bila sudah lebih dari 2 minggu kemungkinan sembuh menjadi kecil.

9/19/2018
Kesimpulan

• Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba, bersifat sensorineural dan
penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, biasanya terjadi pada satu telinga.
• Etiologi tersering adalah iskemia koklea dan infeksi virus.
• 4 teori yang dipostulasikan bagi terjadinya tuli mendadak yaitu infeksi viral labirin, gangguan vaskuler
labirin, ruptur membran intrakoklear dan penyakit telinga dalam yang berhubungan dengan imun
• Diagnosis tuli mendadak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan THT, audiologi,
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lain.
• Terapi yang diberikan yaitu tirah baring, vasodilatansia, kortikosteroid, pengaturan diet rendah garam dan
rendah kolesterol, inhalasi oksigen, terapi kausa viral, dan oksigen hipertonik.
• Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan untuk sembuh, bila telah
lebih dari 2 minggu kemungkinan sembuh menjadi lebih kecil

9/19/2018
terima kasih

9/19/2018

You might also like