You are on page 1of 25

Jaddiduu iimaanakum

Perbaharui Iman Kalian


Riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, secara marfu’ dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

َ ‫ َو َك ْي‬،ِ‫ يَا َر ُسو َل هللا‬:‫ قِي َل‬،“ ‫• “ َج ِّد ُدوا إِي َمانَ ُك ْم‬
‫ف نُ َج ِّد ُد‬
“ ُ‫ ” أَ ْكثِ ُروا ِم ْن قَ ْو ِل اَل إِلَهَ إِاَّل هللا‬:‫إِي َمانَنَا؟ قَا َل‬
‫‪Hadits Hanzalah berikut menunjukkan bahwa iman itu bisa berkurang.‬‬
‫ُول هَّللا ِ ‪ -‬ص‪K‬لى هللا‪ K‬علي‪K‬ه وس‪K‬لم‪ -‬قَا َل‪ –K‬لَقِيَنِ‪K‬ى أَبُو بَ ْك ٍر‬ ‫ى قَا َل‪َ –K‬و َكا َن‪ِ K‬م ْن‪ُ K‬كتَّا ِب‪َ K‬رس‪ِ K‬‬ ‫ظلَ َة‪ K‬األُ َس‪K‬يِّ ِد ِّ‬
‫• َع ْن‪َ K‬ح ْن َ‬
‫ُول هَّللا ِ‬ ‫ان هَّللا ِ َما تَقُو ُل قَا َل قُ ْل ُت‪ K‬نَ ُكو ُن‪ِ K‬ع ْن َد َرس‪ِ K‬‬ ‫ق َح ْنظَلَ ُة‪ K‬قَا َل ُس‪ْK‬ب َح َ‬ ‫ظلَ ُة‪ K‬قَا َل قُ ْل ُت‪K‬نَافَ َ‬
‫فَقَا َل َك ْي َف‪ K‬أَ ْن َت‪K‬يَا َح ْن َ‬
‫ار َو ْال َجنَّ ِة‪َ K‬حتَّى َكأَنَّا َر ْأ َى‪َ K‬ع ْي ٍن‪K‬فَإِ َذا َخ َرجْ نَ‪K‬ا ِم ْن‪ِ K‬ع ْن ِد َرس‪ِ K‬‬
‫ُول هَّللا ِ‬ ‫‪ -‬ص‪K‬لى هللا‪ K‬علي‪K‬ه وس‪K‬لم‪ -‬يُ َذ ِّك ُرنَ‪K‬ا بِالنَّ ِ‬
‫ض ْي َعا ِت‪ K‬فَنَ ِس‪K‬ينَا َكثِيرًا قَا َل‪ K‬أَبُ‪K‬و بَ ْك ٍر فَ َوهَّللا ِ إِنَّا‬
‫‪ -‬ص‪K‬لى هللا‪ K‬علي‪K‬ه وس‪K‬لم‪َ -‬عافَ ْس‪K‬نَا األَ ْز َوا َج‪َ K‬واألَ ْوالَ َد َوال َّ‬
‫ق‬ ‫ُول هَّللا ِ ‪ -‬ص‪K‬لى هللا‪ K‬علي‪K‬ه وس‪K‬لم‪ -‬قُ ْل ُت‪K‬نَافَ َ‬ ‫طلَ ْق ُت‪ K‬أَنَ‪K‬ا َوأَبُ‪K‬و بَ ْك ٍر َحتَّى َد َخ ْلنَ‪K‬ا َعلَ‪K‬ى َرس‪ِ K‬‬ ‫لَنَ ْلقَ‪K‬ى ِم ْث َل‪K‬هَ َذا‪ .‬فَا ْن َ‬
‫ون‬‫ُول هَّللا ِ‪ .‬فَقَا َل‪َ K‬رس‪ُK‬و ُل هَّللا ِ ‪ -‬ص‪K‬لى هللا علي‪K‬ه وس‪K‬لم‪َ « -‬و َ‪K‬ما َذا َك‪ .»K‬قُ ْل ُت‪ K‬يَ‪K‬ا َرس‪ُK‬و َل هَّللا ِ نَ ُك ُ‬ ‫ظلَ ُة‪ K‬يَ‪K‬ا َرس‪َ K‬‬ ‫َح ْن َ‬
‫ار َو ْال َجنَّ ِة‪َ K‬حتَّى َكأَنَّا َر ْأ َى‪َ K‬ع ْي ٍن‪K‬فَإِ َذا َخ َرجْ نَ‪K‬ا ِم ْن‪ِ K‬ع ْن ِد َك‪َ K‬عافَ ْس‪K‬نَا األَ ْز َوا َج َواألَ ْوالَ َد‬ ‫ِع ْن َد َك‪ K‬تُ َذ ِّك ُرنَ‪K‬ا بِالنَّ ِ‬
‫ون‬ ‫ض ْي َعا ِت‪ K‬نَ ِس‪K‬ينَا َكثِيرًا‪ .‬فَقَا َل‪َ K‬رس‪ُK‬و ُل هَّللا ِ ‪ -‬ص‪K‬لى هللا‪ K‬علي‪K‬ه وس‪K‬لم‪َ « -‬والَّ ِذى نَ ْف ِس‪K‬ى بِيَ ِد ِه‪ K‬إِ ْن‪K‬لَ ْو تَ ُدو ُم َ‬ ‫َوال َّ‬
‫ُش ُك ْم‪َ K‬وفِ‪K‬ى طُ ُرقِ ُك ْم‪َ K‬ولَ ِك ْن‪ K‬يَ‪K‬ا َح ْنظَلَةُ‬‫ص‪K‬افَ َح ْت ُك ُم ْال َمالَئِ َك ُة‪َ K‬علَ‪K‬ى فُر ِ‬ ‫َعلَ‪K‬ى َ‪K‬ما تَ ُكونُو َن‪ِ K‬ع ْن ِدى َوفِ‪K‬ى ال ِّذ ْك ِر لَ َ‬
‫ت‬
‫ث َمرَّا ٍ‬ ‫َسا َعةً َو َسا َعةً »‪ .‬ثَالَ َ‬
Dari Hanzholah Al-Usayyidiy -beliau adalah di antara juru tulis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-, ia
berkata, “Abu Bakr pernah menemuiku, lalu ia berkata padaku, “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?” Aku
menjawab, “Hanzhalah kini telah jadi munafik.” Abu Bakr berkata, “Subhanallah, apa yang engkau katakan?”
Aku menjawab, “Kami jika berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami teringat neraka dan
surga sampai-sampai kami seperti melihatnya di hadapan kami. Namun ketika kami keluar dari majelis
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami bergaul dengan istri dan anak-anak kami, sibuk dengan berbagai
urusan, kami pun jadi banyak lupa.” Abu Bakr pun menjawab, “Kami pun begitu.”
Kemudian aku dan Abu Bakr pergi menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata,
“Wahai Rasulullah, jika kami berada di sisimu, kami akan selalu teringat pada neraka dan surga sampai-sampai
seolah-olah surga dan neraka itu benar-benar nyata di depan kami. Namun jika kami meninggalkan majelismu,
maka kami tersibukkan dengan istri, anak dan pekerjaan kami, sehingga kami pun banyak lupa.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda,
“Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya kalian mau kontinu dalam beramal sebagaimana
keadaan kalian ketika berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, maka niscaya para malaikat akan
menjabat tangan kalian di tempat tidur dan di jalan kalian. Namun Hanzhalah, lakukanlah sesaat demi sesaat.”
Beliau mengulanginya sampai tiga kali. (HR. Muslim, no. 2750).
Iman Naik Turun

Iman yang da pada diri manusia, tidak diam. Artinya, dia bisa mengalami perubahan. Bisa naik dan bisa
turun.
Iman naik ketika melakukan ketaatan dan turun ketika melakukan maksiat. Inilah aqidah kaum muslimin ahlus
sunah.
Terdapat banyak dalil bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang,
Diantarannya firman Allah,
ْ ‫وا ثُ َّم َكفَر‬
ْ ‫ُوا ثُ َّم آ َمنُوا ثُ َّم َكفَرُوا ثُ َّم‬
‫از َدا ُدوا ُك ْفرًا‬ ْ ُ‫ين آ َمن‬
َ ‫إِ َّن الَّ ِذ‬ •
• “Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi,
kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada
mereka.” (QS. an-Nisa: 137).
Naiknya iman sahabat,
َ ‫ين آ َمنُوا فَ َزا َد ْتهُ ْم إِي َمانًا َوهُ ْم يَ ْستَ ْب ِشر‬
‫ُون‬ ْ َ‫• وإِ َذا َما أُ ْن ِزل‬
َ ‫ت سُو َرةٌ فَ ِم ْنهُ ْم َم ْن يَقُو ُل أَيُّ ُك ْم َزا َد ْتهُ هَ ِذ ِه إِي َمانًا فَأ َ َّما الَّ ِذ‬
“Apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang
munafik) ada yang berkata: “Siapakah di antara kamu yang bertambah
imannya dengan (turannya) surat ini?” Adapun orang-orang yang beriman,
maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.” (QS. at-
Taubah: 124)
Allah menyatakan bahwa iman para sahabat bertambah karena ketaatan
mereka kepada aturan yang Allah turunkan.
Sebaliknya, mereka yang tidak mengikuti aturan itu, imannya akan berkurang.
Hatinya Orang Beriman
Allah juga berfirman,
َ ُ‫ت َعلَ ْي ِه ْم آَيَاتُهُ َزا َد ْتهُ ْم إِي َمانًا َو َعلَى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكل‬
‫ون‬ ْ َ‫ين إِ َذا ُذ ِك َر هَّللا ُ َو ِجل‬
ْ َ‫ت قُلُوبُهُ ْم َوإِ َذا تُلِي‬ َ ُ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمن‬
َ ‫ون الَّ ِذ‬ •
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.” (QS. al-Anfal: 2)
Karena itulah, ulama sepakat bahwa iman bisa bertambah dan berkurang.
Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Kisah Orang Terdahulu
[1] Keterangan Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, beliau mengajak
masyarakat untuk taat kepada Allah dengan ajakan untuk menambah iman,
‫• هلُ ُّموا نَ ْز َد ْد إِي َمانًا‬
“Mari kesini kalian, kita akan menambah iman.”
[2] Keterangan Yahya bin Said al-Qathan – gurunya Imam Ahmad –,
‫ اإليمان يزيد وينقص‬:‫ ويقولون‬،‫ إال على سنتنا في اإليمان‬،‫• ما أدركت أحداً من أصحابنا‬
Kami tidak menjumpai seorangpun di kalangan sahabat kami, kecuali
sesuai prinsip kami dalam masalah iman. Mereka semua menyatakan,
“Iman bisa bertambah dan berkurang.” (Siyar A’lam an-Nubala, ad-
Dzahabi,9/179)
• [3] keterangan Imam al-Bukhari
،‫• لقيت أكثر من ألف رجل من العلماء باألمصار فما رأيت أحداً يختلف في أن اإليمان قول وعمل‬
‫ويزيد وينقص‬
• Aku berjumpa dengan lebih dari 1000 ulama dari berbagai negeri, aku
tidak pernah mendengar satupun yang berbeda dalam prinsip bahwa iman
itu ucapan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang. (Fathul Bari,
1/47)
• [4] keterangan Abul Hasan al-Asy’ari,
‫• وأجمعوا على أن اإليمان يزيد بالطاعة وينقص بالمعصية‬
• Ulama sepakat bahwa iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang
dengan bermaksiat. ( Risalah ila Ahli at-Tsaghr, 272).
Pertama: Menolong agama Allah
‫ِّت أَ ْق َدا َم ُك ْم‬ ُ ‫صرُوا هَّللا َ يَ ْن‬
ْ ‫صرْ ُك ْم َويُثَب‬ َ ‫• يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
ُ ‫ين آ َمنُوا إِ ْن تَ ْن‬
• “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya
Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS.
Muhammad: 7)
Kedua: Memiliki iman yang kokoh
َ ‫ُضلُّ هَّللا ُ الظَّالِ ِم‬
‫ين ۚ َويَ ْف َع ُل هَّللا ُ َما يَ َشا ُء‬ ِ ‫ت فِي ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوفِي اآْل ِخ َر ِة ۖ َوي‬
ِ ِ‫ين آ َمنُوا بِ ْالقَ ْو ِل الثَّاب‬
َ ‫ِّت هَّللا ُ الَّ ِذ‬
ُ ‫يُثَب‬ •
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)
Syaikh As-Sa’di menyatakan dalam kitab tafsirnya mengenai surah Ibrahim ayat 27, “Allah
akan mengokohkan hamba yang beriman di mana mereka adalah yang memiliki iman yang
sempurna sehingga diwujudkan pada amalan jawarih (anggota badan). Allah akan
mengokohkan mereka pada kehidupan dunia ketika datang berbagai syubhat (kerancuan
dalam beragama) sehingga mendapatkan hidayah hingga rasa yakin yang kuat. Begitu pula
Allah akan mengokohkan mereka dari berbagai syahwat sehingga mereka mendahulukan
kecintaan kepada Allah daripada keinginan diri dan hawa nafsu.”
Ketiga: Berinfak di jalan Allah
َ َ‫ت هَّللا ِ َوتَ ْثبِيتًا ِم ْن أَ ْنفُ ِس ِه ْم َك َمثَ ِل َجنَّ ٍة بِ َرب َْو ٍة أ‬
‫صابَهَا َوا ِب ٌل‬ َ ْ‫ون أَ ْم َوالَهُ ُم ا ْبتِ َغا َء َمر‬
ِ ‫ضا‬ َ ‫• َو َمثَ ُل الَّ ِذ‬
َ ُ‫ين يُ ْنفِق‬
‫صي ٌر‬ ِ َ‫ون ب‬َ ُ‫طلٌّ ۗ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َمل‬
َ َ‫ُص ْبهَا َوابِ ٌل ف‬ ِ ‫ت أُ ُكلَهَا‬
ِ ‫ض ْعفَي ِْن فَإِ ْن لَ ْم ي‬ ْ َ‫فَآت‬
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya
karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa
mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi
yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan
buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya,
maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah: 265)
Keempat: Berdoa kepada Allah

Di antaranya diajarkan dalam ayat tentang doa Thalut dan tentaranya,


َ ‫صرْ نَا َعلَى ْالقَ ْو ِم ْال َكافِ ِر‬
‫ين‬ ُ ‫ِّت أَ ْق َدا َمنَا َوا ْن‬ َ ‫• َربَّنَا أَ ْف ِر ْغ َعلَ ْينَا‬
ْ ‫ص ْبرًا َوثَب‬
“Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah
pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS. Al-
Baqarah: 250)
Kelima: Mengerjakan yang makruf dan meninggalkan larangan
Allah

• Kata Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly, “Ketika seseorang berkata benar dan makin bagus amalannya, maka ia akan semakin
kokoh dalam beragama.” (Bahjah An-Nazhirin, 2:514)
• Hal ini sebagaimana disebutkan dalam ayat,
‫ َوإِ ًذا آَل تَ ْينَاهُ ْم ِم ْن لَ ُدنَّا‬, ‫ان َخ ْيرًا لَهُ ْم َوأَ َش َّد ت َْثبِيتًا‬ َ ُ‫ار ُك ْم َما فَ َعلُوهُ إِاَّل قَلِي ٌل ِم ْنهُ ْم ۖ َولَ ْو أَنَّهُ ْم فَ َعلُوا َما يُو َعظ‬
َ ‫ون بِ ِه لَ َك‬ ْ ‫َولَ ْو أَنَّا َكتَ ْبنَا َعلَ ْي ِه ْم أَ ِن ا ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم أَ ِو‬
ِ َ‫اخ ُرجُوا ِم ْن ِدي‬ •
‫ك َرفِيقًا‬ ٰ ُ ‫هَّللا‬ َ
َ ِ‫ك َم َع ال ِذينَ أ ْن َع َم ُ َعلَ ْي ِه ْم ِمنَ النَّبِيِّينَ َوالصِّ دِّيقِينَ َوال ُّشهَدَا ِء َوالصَّالِ ِحينَ ۚ َو َحسُنَ أولَئ‬ َّ ٰ ُ ‫هَّللا‬
َ ِ‫ َو َم ْن يُ ِط ِع َ َوال َّرسُو َل فَأولَئ‬, ‫ص َراطًا ُم ْستَقِي ًما‬ ِ ‫ َولَهَ َد ْينَاهُ ْم‬, ‫أجْ رًا َع ِظي ًما‬ َ
• “Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: “Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu”,
niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka
melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih
menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan
pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus. Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-
orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisaa’: 66-69)
Keenam: Tadabbur (merenungkan) Al-Qur’an Al-Karim

َ ‫ين آ َمنُوا َوهُ ًدى َوبُ ْش َر ٰى لِ ْل ُم ْسلِ ِم‬


‫ين‬ َ ‫ِّت الَّ ِذ‬ ِّ ‫ك ِب ْال َح‬
َ ‫ق لِيُثَب‬ ِ ‫• قُلْ نَ َّزلَهُ رُو ُح ْالقُ ُد‬
َ ِّ‫س ِم ْن َرب‬
“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur’an itu dari
Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah
beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah).” (QS. An-Nahl: 102)
Ketujuh: Mencontoh orang-orang saleh sebelumnya

‫ين‬ ُّ ‫ك فِي ٰهَ ِذ ِه ْال َح‬


َ ِ‫ق َو َم ْو ِعظَةٌ َو ِذ ْك َر ٰى لِ ْل ُم ْؤ ِمن‬ َ ‫ك ۚ َو َجا َء‬ َ ‫• َو ُكاًّل نَقُصُّ َعلَ ْي‬
ُ ‫ك ِم ْن أَ ْنبَا ِء الرُّ س ُِل َما نُثَب‬
َ ‫ِّت ِب ِه فُ َؤا َد‬

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan


kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.” (QS. Hud: 120)
Dari Khabbab bin Al-Aratti, dia berkata,
‫ال َّر ُج ُل‬K‫ كا َن‬K‫ل‬:َ ‫ا؟ قا‬Kَ‫و هَّللا َ لَن‬K‫ أَاَل تَ ْد ُع‬،‫ا‬Kَ‫ص ُر لَن‬ِ ‫تَ ْن‬K‫ أَاَل تَ ْس‬:‫ه‬K‫ا ل‬Kَ‫ قُ ْلن‬،K‫ي ِظ ِّل ال َك ْعبَ ِة‬K‫ه ف‬K‫ ل‬K‫ ٌد بُرْ َد ًة‬K‫و ُمتَ َو ِّس‬K‫ وه‬،‫لَّ َم‬K‫ه وس‬K‫لَّى هللا ُ علي‬K‫ص‬ َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ K‫ى َرس‬K‫ا إل‬Kَ‫• َش َك ْون‬
‫اط‬ِ ‫ بأ َ ْم َش‬K‫ ويُ ْم َش ُط‬،K‫ن ِدينِ ِه‬K‫ ع‬K‫ ُّدهُ ذل َك‬K‫ص‬ ُ َ‫ا ي‬K‫ وم‬،K‫باثنَتَ ْي ِن‬ ْ ‫ق‬ ُّ ‫ ِه فيُ َش‬K‫ى َر ْأ ِس‬Kَ‫ عل‬K‫ض ُع‬ َ ‫ار فيُو‬ ِ ‫بال ِم ْن َش‬K‫ في َُجا ُء‬،K‫ فِي ِه‬K‫ فيُجْ َع ُل‬،K‫ض‬ ِ ْ‫ي األر‬K‫ه ف‬K‫يُحْ فَ ُر ل‬K‫ن قَ ْبلَ ُك ْم‬K‫فِي َم‬
‫ ال‬،‫ت‬ َ ‫ص ْن َعا َء إلى َحضْ َر َم ْو‬ َ ‫ير الرَّا ِكبُ ِمن‬ َ ‫ حتَّى يَ ِس‬،‫ وهَّللا ِ لَيُتِ َّم َّن هذا األ ْم َر‬،‫ك عن ِدينِ ِه‬ َ ‫ص ُّدهُ ذل‬ ُ َ‫ وما ي‬،‫ب‬ ٍ ‫ص‬ ْ ‫ون لَحْ ِم ِه ِمن َع‬
َ ‫ظ ٍم أَ ْو َع‬ َ ‫الح ِدي ِد ما ُد‬ َ
َ ُ‫ْجل‬
.‫ون‬ ِ ‫ ولَ ِكنَّ ُك ْم تَ ْستَع‬،‫ب علَى َغنَ ِم ِه‬ َ ‫ أَ ِو ال ِّذ ْئ‬،َ ‫اف إاَّل هَّللا‬
ُ ‫يَ َخ‬
“Kami mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu beliau sedang berbantalkan
sorbannya di bawah lindungan Kabah. Kemudian kami bertanya, ‘Apakah engkau tidak memintakan
pertolongan untuk kami? Apakah engkau tidak mendoakan untuk kebaikan kami?’
Beliau bersabda, ‘Orang-orang yang sebelum kamu itu ada yang ditanam hidup-hidup, ada yang digergaji
dari atas kepalanya sehingga tubuhnya terbelah dua, dan ada pula yang disisir dengan sisir besi yang
mengenai daging dan tulangnya, tetapi yang demikian itu tidak menggoyahkan mereka dari agamanya.
Demi Allah, Allah pasti akan mengembangkan agama Islam hingga merata dari Shan’a sampai ke
Hadhramaut, dan masing-masing dari mereka tidak takut melainkan hanya kepada Allah atau takut serigala
menyerang kambingnya. Akan tetapi kamu sekalian sangat tergesa-gesa.’” (HR. Bukhari, no. 3612;
Ahmad, 5:109; Al-Humaidi, no. 157; Abu Daud, no. 2649; dan An-Nasa’i, 8:204).
Kedelapan: Cinta pada Allah dan Rasul-Nya
Kesembilan: Mencintai orang lain karena Allah dan membencinya juga karena
Allah
Kesepuluh: Benci kepada kekufuran dan kembali padanya
 
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َّ‫ َوأَ ْن ي ُِحبَّ ْال َمرْ َء الَ ي ُِحبُّهُ إِال‬، ‫ون هَّللا ُ َو َرسُولُهُ أَ َحبَّ إِلَ ْي ِه ِم َّما ِس َواهُ َما‬
َ ‫ان أَ ْن يَ ُك‬ ٌ َ‫• ثَال‬
ِ ‫ث َم ْن ُك َّن فِي ِه َو َج َد َحالَ َوةَ ا ِإلي َم‬
ِ َّ‫ف ِفى الن‬
‫ار‬ َ ‫ َوأَ ْن يَ ْك َرهَ أَ ْن يَعُو َد فِى ْال ُك ْف ِر َك َما يَ ْك َرهُ أَ ْن يُ ْق َذ‬، ِ ‫هَّلِل‬
“Tiga perkara yang seseorang akan merasakan manisnya iman : [1] ia lebih
mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainnya, [2] ia mencintai seseorang
hanya karena Allah, [3] ia benci untuk kembali pada kekufuran sebagaimana ia
benci bila dilemparkan dalam neraka.”  (HR. Bukhari, no. 6941 dan Muslim, no. 43)
Kesebelas: Saling menasihati dalam kebenaran, kesabaran, dan rahmat
Allah Ta’ala berfirman,
ِّ ‫ص ْوا بِ ْال َح‬
َ ‫ق َوتَ َوا‬
َّ ‫ص ْوا بِال‬
‫صب ِْر‬ َ ‫ت َوتَ َوا‬ َ ‫) إِاَّل الَّ ِذ‬2( ‫ْر‬
ِ ‫َّالِ َحا‬K‫ين آَ َمنُوا َو َع ِملُوا الص‬ ٍ ‫ان لَفِي ُخس‬ ْ ‫• َو ْال َع‬
َ ‫) إِ َّن اإْل ِ ْن َس‬1( ‫ ِر‬K‫ص‬
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al
‘Ashr: 1-3).
Dalam ayat lain disebutkan,
‫ َحابُ ْال َم ْي َمنَ ِة‬K‫ص‬ َ ‫ أُو ٰلَ ِئ‬, ‫ص ْوا ِب ْال َمرْ َح َم ِة‬
ْ َ‫ك أ‬ َ ‫ب ِْر َوتَ َوا‬K‫ص‬ َ ‫ان ِم َن الَّ ِذ‬
َ ‫ين آ َمنُوا َوتَ َوا‬
َّ ‫ص ْوا بِال‬ َ ‫ثُ َّم َك‬ •
“Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk
bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang
beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.” (QS. Al-Balad: 17-18)
Kedua belas: Rajin berdzikir kepada Allah
Allah Ta’ala berfirman,
ْ َ‫ط َمئِ ُّن قُلُوبُهُ ْم بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ ۗ أَاَل بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ ت‬
ُ‫ط َمئِ ُّن ْالقُلُوب‬ ْ َ‫ين آ َمنُوا َوت‬
َ ‫الَّ ِذ‬ •
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)
Kalau hati tentram, maka kaki akan kokoh ketika menghadapi musuh
sebagaimana disebutkan dalam ayat,
َ ‫ين آ َمنُوا إِ َذا لَقِيتُ ْم فِئَةً فَ ْاثبُتُوا َو ْاذ ُكرُوا هَّللا َ َكثِيرًا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح‬
‫ُون‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬ •
“Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh),
maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar
kamu beruntung.” (QS. Al-Anfal: 45)
Ketiga belas: Harus diyakini Islam itu jalan hidup yang benar
Dalam ayat disebutkan,,

َ ‫ين ُكلِّ ِه َولَ ْو َك ِرهَ ْال ُم ْش ِر ُك‬


‫ون‬ ْ ‫ق لِي‬
ِ ‫ُظ ِه َرهُ َعلَى ال ِّد‬ ِّ ‫ين ْال َح‬
ِ ‫• هُ َو الَّ ِذي أَرْ َس َل َرسُولَهُ بِ ْالهُ َد ٰى َو ِد‬
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-
Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama,
walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS. At-Taubah: 33)
Referensi:
Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun
1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.

Sumber https://rumaysho.com/22475-13-kiat-agar-kokoh-di-atas-iman.html

You might also like