You are on page 1of 17

UHAP6013

SEMINAR ON GLOBAL DEVELOPMENT, ECONOMIC


AND SOCIAL ISSUES


Nama : Ahmad Muzammil Bin Idris
ID : MKP163008
Pensyarah: Dr. Mohd Nasir Bin Markom
Tajuk : Isu Global & Malaysia : Penularan HIV &
AIDS








1.0 Pengenalan: Penyakit Menular Sebagai Isu Global


Penyakit yang menginfeksi masyarakat global merupakan pembunuh manusia
yang paling banyak, lebih banyak membunuh daripada konflik (Shah, 2008).
Lebih dari satu perempat kematian di dunia disebabkan karena terinfeksi
penyakit (Payne, 2009). Penyakit menular yang dimaksud antara lain HIV/AIDS,
malaria, influenza, flu burung, tuberculosis (TBC), demam, campak, SARS, dan
sebagainya.

Penyakit menular telah menjadi permasalahan global seiring dengan
berkembangnya globalisasi sejak tahun 1980-an. Pada saat itu, penyakit menular
hanya ada di negara-negara miskin saja. Namun dengan semakin
berkembangnya globalisasi, penyakit tersebut mulai menular ke negara-negara
yang lain. Pada tahun 1990-an mulai dikenal istilah globalisasi penyakit menular
karena masalah kesehatan ini telah menjadi agenda global. Hal ini ditandai
dengan adanya dua hal yaitu berkembangnya antibiotik yang sama dan
munculnya dampak yang luar biasa dari epidemik baru. Penyakit menular
berkaitan dengan isu global dan tidak bisa dipisahkan dari komponen globalisasi
secara politik, ekonomi, dan budaya (Payne, 2009).

Banyak hal yang bisa turut berkontribusi dalam perkembangan penyakit, seperti
perjalanan dan komunikasi global, perdagangan, faktor lingkungan, konflik etnik
dan perang, pengungsi dan migrasi, kemiskinan, praktek kesehatan modern, dan
perubahan pola-pola sosial dan tingkah laku, dan sebagainya. Konflik misalnya,
dapat menyebabkan rusaknya fasilitas publik dan menyebabkan pengungsi yang
begitu banyak dengan kondisi sanitasi yang buruk. Hal ini tentu dapat
mendorong tersebarnya penularan penyakit. Lebih lanjut, kemiskinan membuat
masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya secara baik, akhirnya
kelaparan, dan kemudian mudah terserang penyakit. Degradasi lingkungan dan
penebangan hutan kemudian dihubungkan dengan pemanasan global dan banjir
tentu juga turut menyebabkan berkembangnya penyakit yang menjangkiti
masyarakat global. Pemanasan global juga menyebabkan naiknya suhu udara
ketika musim dingin yang justru semakin membuat kuman-kuman penyakit
berkembang biak dengan pesat. Semakin banyaknya penduduk dunia yang
akhirnya mendorong urbanisasi yang kemudian juga turut membantu
penyebaran penyakit karena semakin dekatnya interaksi antarmanusia di
berbagai belahan dunia (Payne, 2009).

Sebelum tahun 1990-an, isu utama adalah tentang keamanan nasional, yang
hanya menekankan kepada kekuatan militer dan perang untuk menghadapi
ancaman dan masalah yang muncul dalam dimensi global. Namun sejak 1990-an
yaitu sejak berakhirnya Perang Dingin dan semakin berkembangnya globalisasi,
isu yang mulai berkembang adalah tentang keamanan global, yang menekankan
keamanan yang sama dan komprehensif untuk semua masyarakat global, dan
human security, yang fokus terhadap individu sebagai obyek utama dalam
keamanan. Perkembangan tersebut tentu sangat berhubungan dengan kondisi
masyarakat dunia yang semakin mengglobal.

Globalisasi penyakit menular akan sangat berpengaruh terhadap keselamatan
sejagat. Pertama, penyakit menyebabkan lebih banyak korban daripada perang.
Kedua, kes-kes tentang penyakit menular akan mengurangi kepercayaan publik
terhadap negara yang kemudian akan berpengaruh terhadap legitimasi negara
yang bersangkutan. Ketiga, penyakit melemahkan dasar ekonomi dari human
security. Keempat, penyakit akan berpengaruh terhadap tatanan sosial dan
kestabilan. Kelima, penyebaran penyakit menular akan menyebabkan
ketidakstabilan regional. Keenam, penyakit dapat disalahgunakan untuk senjata
biologis dalam perang maupun terorisme (Payne, 2009).


Jika menghubungkan antara kemiskinan dan penyakit menular, akan kita dapati
suatu lingkaran yang tidak ada hentinya. Seseorang yang miskin akan mudah
mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi, yang kemudian akan berakibat
mudah terkena penyakit. Karena miskin, tentu saja akses orang tersebut kepada
pelayanan kesehatan sangatlah kurang, yang kemudian menyebabkan orang
tersebut tidak sembuh namun justru berpotensi menularkan penyakitnya.
Sekitar 1 milyar orang kekurangan akses terhadap pelayanan kesehatan dan
sekitar 11 juta anak-anak balita meninggal tiap tahunnya karena kekurangan gizi
dan terkena penyakit menular (Shah, 2008).

Pada tahun 2002, hampir 11 juta orang meninggal karena penyakit menular.
Shah (2008) mengatakan bahwa kematian akibat penyakit jumlahnya jauh lebih
besar dibandingkan dengan kematian karena perang. Ketika kemiskinan masih
menjadi masalah global, maka wajar jika masalah penyakit menular juga menjadi
masalah yang berkepanjangan. Masalah ini sekarang menjadi agenda bersama
masyarakat global yang harus segera dicari solusinya. Beberapa bukti bahwa ada
usaha untuk mencegah dan menyelesaikan kes penyakit menular adalah dengan
diadakannya International Sanitation Conference pada tahun 1851 di Eropa,
dibentuknya International Health Regulations oleh WHO, Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat, UNAIDS, dan sebagainya
(Payne, 2009).

















2.0 HIV dan AIDS

Suatu ketika sekitar 1980an, kewujudan virus HIV telah menggemparkan dunia
terutamanya di negara Barat dan Afrika yang mana virus ini pertama kali
dijumpai. HIV bermaksud Human Immunodeficiency Virus yang berkebolehan
untuk menghakis ketahanan semula jadi badan untuk menentang organisma
asing. Hal ini menjadikan badan seseorang yang dijangkiti virus ini terdedah
kepada banyak jenis jangkitan.

AIDS pula bermaksud Acquired Immunodeficiency Syndrome. AIDS bukan sejenis
penyakit yang wujud dengan sendirinya, namun AIDS merupakan satu peringkat
dan juga merupakan peringkat terakhir bagi seseorang yang telah dijangkiti oleh
virus HIV. Dalam peringkat ini, sistem pertahanan tubuh pesakit iaitu sel darah
putih akan diserang dan dimusnahkan oleh virus HIV, yang mana sebenarnya
fungsi sel darah putih adalah untuk memusnahkan organisma asing yang masuk
ke dalam badan seseorang individu. Akibatnya segala virus, bakteria dan mikro
organisme lain akan mudah menjangkiti pesakit tersebut. Akhirnya pesakit akan
mati akibat tubuhnya tidak dapat mempertahankan diri sendiri daripada
ancaman mikro organisme. Kadang-kadang, hanya disebabkan demam biasa,
individu yang dijangkit AIDS boleh mati dengan cepat. Terdapat beberapa tahap
pada fasa-fasa perkembangan virus HIV ini sehingga terjadinya AIDS.

Pembawa HIV dikatakan berada pada tahap Asimtomatik yang mana ia tidak
menunjukkan apa-apa gejala atau simptom kecuali dapat dikenal pasti melalui
pemeriksaan khas HIV. Pada tahap ini perkembangan virus HIV hanya
bergantung kepada sistem keimunan individu itu sendiri. Kebanyakan pembawa
virus HIV tidak mempunyai sebarang gejala, cuma mempunyai pembengkakkan
limfadenopathi menyeluruh yang berterusan (PGL).

Pada fasa ini juga akan berlaku penurunan berat badan kurang dari 10% dari
perkiraan berat badan sebelum terkena penyakit, yang tidak diketahui
penyebabnya. Selain itu, akan juga berlaku infeksi saluran nafas atas yang sering
kambuh seperti: sinusitis, bronchitis, otitis media, faringitis. Juga ada
kemungkinan untuk terjadinya penyakit yang berkaitan seperti Herpes zoster,
radang pada mulut, Stomatitis yang berulang, gatal pada kulit (papular pruritic
eruption), seborrhoeic dermatitis dan infeksi jamur pada kuku dan jari-jari

Apabila pesakit mula memasuki fasa PGL iaitu Limfadenopati menyeluruh yang
berterusan, akan berlaku kebengkakkan pada kelenjar. Seterusnya,
kebanyakkan pesakit mula sedar akan masalah kesihatan mereka pada peringkat
ARC iaitu Kompleks berkaitan AIDS yang mana gejala seperti demam yang
teruk, kurang berat badan yang mendadak, cirit-birit, keletihan daya fizikal dan
berpeluh pada waktu malam mula dirasai. Pada peringkat ini, sistem imunisasi
badan merudum dengan sangat dasyat dan kelihatan sangat jelas. Pesakit yang
mempunyai virus HIV yang berterusan menjadi AIDS berlaku mengikut kadar
yang berlainan bagi setiap individu. Kesimpulan peringkat HIV dan AIDS ini
disimpulkan dalam rajah 1 dan rajah 2.








Tahap: Penyakit yang berbahaya
dan menampakkan ketara pada tubuh
AIDS pesakit secara fizikal & mental

ARC Tahap: Belum tahap
penyakit dan
AIDS Related Complex
tidak menampakkan kesan
(Kompleks berkaitan pada fizikal & mental
AIDS)
PGL

Progressive Generalized
Lymphadenopathy

(Limpadenopati menyeluruh yang
berterusan)



Asimtomatik
Asymptomatic
(Tiada sebarang gejala)


Rajah1: Peringkat berlakunya HIV sehingga AIDS (Diubahsuai dari Attawell &
Grosskurth, 1999).




















Rajah 2: Fasa infeksi HIV dari mingguan hinga ke tahunan (Diubahsuai dari
Attawell & Grosskurth, 1999).
3.0 Sejarah Kewujudan dan Penularan Awal HIV


Asal-usul virus HIV masih lagi kabur setakat ini, kerana terdapat banyak teori
yang dikeluarkan oleh pelbagai pihak tentang sejarah virus ini wujud. Namun,
kes HIV ini mula ditemui pertama kali di Afrika dan kononnya berasal dari
monyet hijau iaitu satu kumpulan monyet dan primate yang dipelihara di Afrika
telah diketahui mudah diserang oleh epidemik penyakit kekurangan daya tahan
3.0 tubuh.
SEJARAH AIDS

Pada tahun 1985 antibodi kepada virus HIV telah didapati pada pelacur- pelacur
Asal-usul virus HIV masih lagi kabur setakat ini, kerana terdapat banyak teori yang
di Afrika Barat dan antibodi ini lebih menyerupai virus HIV yang didapati
dikeluarkan oleh pelbagai pihak tentang sejarah virus ini wujud. Namun, kes HIV ini
daripada monyet-monyet hijau Afrika ini (rajah 3). Namun, khabar itu hanya
terhenti di situ. pertama
mula ditemui Apa yang
kalimenjadi
di Afrikatanda tanya ketika
dan kononnya berasalini dari
ialah bagaimana
monyet cara
hijau iaitu satu
penularan
kumpulanvirus ini. Mungkin
monyet dan primatemelalui
yangseks, gigitan diatau
dipelihara darah
Afrika monyet-monyet
telah diketahui mudah
tersebut.
diserang oleh epidemik penyakit kekurangan daya tahan tubuh.
















Rajah 3 : Monyet hijau Afrika
Rajah 3: Monyet hijau yang didapati di benua Afrika.

Manakala Centers for Disease Control and Prevention (CDCP) pula menerangkan
Pada tahun 1985 antibodi kepada virus HIV telah didapati pada pelacur-
tentang kejadian ini berawal pada musim panas di Amerika Serikat tahun 1981,
pelacur di Afrika Barat dan antibodi ini lebih menyerupai virus HIV yang didapati
ketika itu untuk pertama kalinya oleh dilaporkan oleh CDCP bahwa
daripada monyet-monyet
ditemukannya hijauyang
suatu peristiwa Afrika ini. dapat
tidak Namun, khabar itu
dijelaskan hanya terhenti
sebelumnya di situ.
dimana
ditemukan
Apa yangpenyakit Pneumocystis
menjadi tanda tanya ketikaCarinii Pneumonia
ini ialah bagaimana (infeksi
cara paru-paru yang ini.
penularan virus
mematikan) yang seks,
Mungkin melalui mengenai
gigitan5 atau
orang
darahhomosexual
monyet-monyet di Los Angeles, kemudian
tersebut.
berlanjut ditemukannnya penyakit Sarkoma Kaposi yang menyerang sejumlah
26 orang homosexsual di New York dan Los Angeles. Beberapa bulan kemudian
penyakit tersebut ditemukan pada pengguna narkoba suntik, segera hal itu juga
Apa yang jelas, daripada kes-kes AIDS yang berlaku di semua negara di
menimpa para penerima transfusi darah.
dunia ini ialah melibatkan golongan masyarakat yang melakukan hubungan

homoseks,
Sesuai amalan seks
perkembangan pola rambang dan penagihan
epidemiologi penyakit ini, dadah. Kesemua
semakin perbuatan
jelaslah bahwa ini
penyebab proses penularan
adalah bertentangan denganyang paling
suruhan pada sering adalah kepercayaan
mana-mana melalui kontak dansexual,
agama di
dunia. Sejak itu lah, penyebaran virus ini merebak dengan begitu cepat ke seluruh
negara di dunia ini.
darah dan produk darah serta cairan tubuh lainnya. Kesimpulannya, pada tahun
1983, ditemukan virus HIV pada penderita dan selanjutnya pada tahun 1984 HIV
dinyatakan sebagai faktor penyebab terjadinya Aquired Immunodeficiency
Syndrom (AIDS).

Apa yang jelas, daripada kes-kes AIDS yang berlaku di semua negara di dunia ini
ialah melibatkan golongan masyarakat yang melakukan hubungan homoseks,
amalan seks rambang dan penagihan dadah. Kesemua perbuatan ini adalah
bertentangan dengan suruhan pada mana-mana kepercayaan dan agama di
dunia. Sejak itu lah, penyebaran virus ini merebak dengan begitu cepat ke
seluruh negara di dunia ini.

Telah lama diketahui secara pasti bahwa virus tertentu dapat menyeberang dari
haiwan kepada manusia dan proses ini dikenal dengan zoonosis. Bagaimana
proses SIV menjadi HIV pada manusia adalah seperti teori berikut:

(1) Teori Pemburu, merupakan teori yang paling banyak dianut. Di dalam teori
ini dijelaskan bahwa, SIV dapat berpindah ke manusia, ketika seseorang berburu
simpanse kemudian membunuh serta memakan dagingnya. Terkadang virus
yang masuk bisa tetap sebagai SIV, atau dalam suatu kesempatan akan berubah
menjadi HIV.

(2) Teori Vaksin Polio, merupakan teori lain yang mengatakan bahwa HIV dapat
berpindah secara tidak sengaja karena kealpaan pihak medis, misalnya melalui
percobaan medis. Teori ini disebarluaskan secara baik dimana vaksin polio yang
memainkan peranan dalam perpindahan ini, karena vaksin tersebut dibuat
dengan menggunakan ginjal monyet.

(3) Teori Kontaminasi Jarum Suntik, merupakan lanjutan dari Teori Pemburu,
dimana pada tahun 1950 sudah digalakkan untuk memakai jarum suntik yang
hanya sekali pakai serta menerapkan penataan untuk mensterilkan peralatan
medis, tetapi ini memakan banyak anggaran sehingga terkadang, satu jarum
digunakan untuk beberapa orang tanpa disterilkan terlebih dahulu. Hal tersebut
akan mempercepat terkontaminasinya dengan berbagai macam infeksi.

(4) Teori Penjajahan, dasar pemikiran teori ini mengacu pada teori pemburu.
Pada akhir abad 19 hingga awal abad 20, sebagian besar negara Afrika
mengalami penjajahan. Seperti layaknya warga yang terjajah, rakyat Afrika
diwajibkan mengikuti kerja paksa, mereka ditempatkan dalam satu camp
dimana sanitasinya sangat buruk, kerja fisik diluar batas serta kebutuhan
makanan tidak terjamin bahkan tidak menutup kemungkinan mereka
mendapatkan lauk berupa simpanse yang sedang mengidap SIV.

(5) Teori Konspirasi. Beberapa orang mengatakan bahwa virus HIV adalah
rekayasa manusia. Dari survey yang dilakukan di Amerika Serikat, didapatkan
hasil bahwa sebagian besar responden berkulit hitam mempercayai bahwa virus
HIV memang diciptakan untuk memusnahkan sebagian besar orang berkulit
hitam serta para homoseksual. Beberapa bahkan meyakini bahwa virus HIV
disebarkan di seluruh dunia melalui program imunisasi campak maupun melalui
uji coba program vaksinasi Hepatitis B kepada kaum homosexsual.

Sejauh ini, masih belum ada satu teoripun yang mampu menjelaskan dengan
memuaskan bagaimana SIV pada binatang bisa menyeberang menjadi HIV pada
manusia. Manakala rajah di bawah menunjukkan proses perubahan pada sel CD4
dalam tubuh yang didominasi oleh sel virus HIV. Mutakhir ini, kes HIV adalah
disebabkan oleh lima faktor utama (Attawell & Grosskurth, 1999), iaitu:


1. Hubungan seks dengan pembawa HIV
2. Darah/produk darah yang tercemar dengan virus HIV
3. Penagih dadah yang berkongsi jarum suntikan yang telah tercemar
dengan virus HIV
4. Transfusi darah/penerima organ yang telah tercemar dengan virus
HIV
5. Jangkitan vertikal dari ibu yang telah dijangkiti oleh virus HIV
kepada anak samada semasa mengandung, proses kelahiran dan
penyusuan ibu.

















Rajah 4: Proses sintesis dan penghasilan HIV dari sel inang (Diubahsuai dari
Attawell & Grosskurth, 1999).
.










4.0 Isu HIV/AIDS di Dunia & Malaysia


HIV/AIDS kekal menjadi punca utama kematian rakyat Afrika berusia antara 10
dan 19 tahun, kata ketua UNICEF, Anthony Lake, pada permulaan sidang
kemuncak antarabangsa mengenai virus itu pada awal 2017. Di sebalik
kemajuan mengagumkan di seluruh dunia dalam menangani wabak HIV/AIDS,
masih banyak perlu dilakukan untuk melindungi kanak-kanak dan remaja
daripada jangkitan, sakit dan kematian.

AIDS masih menjadi punca kedua kematian bagi golongan berusia 10 hingga 19
tahun seluruh dunia, dan nombor satu di Afrika," katanya dalam kenyataan yang
disiarkan pada hari pertama persidangan AIDS 2016, yang diadakan di bandar
raya Durban.

Menurut StatisticaChart (2015), Russia merupakan negara paling tertinggi
dengan kes HIV yang baru disusuli oleh Ukraine dan Uniter Kingdom. Hampir
100,000 kes tercatat pada tahun 2015 (rajah 5). Manakala menurut UNICEF,
kematian berkaitan AIDS dalam kalangan penduduk berusia antara 15 dan 19
tahun meningkat lebih dua kali ganda sejak 2000, dengan 29 jangkitan baru
dalam kumpulan umur berkenaan dilaporkan di seluruh dunia setiap jam.





















Rajah 5: 10 negara dunia yang terbanyak dengan kes HIV yang baru pada tahun
2015 (Statistica, 2015).

Remaja perempuan, terutama mudah terdedah, merangkumi kira-kira 65
peratus daripada jangkitan baru dalam kalangan belia di seluruh dunia. Di gurun
kecil Sahara Afrika, yang merangkumi kira-kira 70 peratus penduduk dunia yang
menghidap HIV, tiga daripada setiap empat beliau yang baru dijangkiti HIV pada
2015 ialah perempuan. Kira-kira 68 peratus daripada 52,000 penduduk muda
yang ditanya di 16 negara berkata mereka tidak mahu diuji, kerana bimbang
dengan keputusan positif HIV dan kerana bimbang dengan stigma sosial.

UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25
juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu
epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses
perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik
AIDS didakwa bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2.4 dan 3.3 juta) hidup di
tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570,000) merupakan anak-anak. Secara
global, antara 33.4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005,
antara 3.4 dan 6.2 juta orang terinfeksi dan antara 2.4 dan 3.3 juta orang dengan
AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun
1981 (Attawell & Grosskurth, 1999).

Seperti yang diterangkan di perenggan atas, secara statistik Afrika Sub-Sahara
tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi, dengan perkiraan 21.6
sampai 27.4 juta jiwa kini hidup dengan HIV. Dua juta [1.5&-3.0 juta] dari
mereka adalah anak-anak yang usianya lebih rendah dari 15 tahun. Lebih dari
64% dari semua orang yang hidup dengan HIV ada di Afrika Sub Sahara, lebih
dari tiga per empat (76%) dari semua wanita hidup dengan HIV. Pada tahun
2005, terdapat 12.0 juta [10.6-13.6 juta] anak yatim/piatu AIDS hidup di Afrika
Sub Sahara. Asia Selatan dan Asia Tenggara adalah terburuk kedua yang
terinfeksi dengan besar 15%. 500.000 anak-anak mati di region ini karena AIDS.
Dua-tiga infeksi HIV/AIDS di Asia muncul di India, dengawn perkiraan 5.7 juta
infeksi (perkiraan 3.4 - 9.4 juta) (0.9% dari populasi), melewati perkiraan di
Afrika Selatan yang sebesar 5.5 juta (4.9-6.1 juta) (11.9% dari populasi) infeksi,
membuat negara ini dengan jumlah terbesar infeksi HIV di dunia. Di 35 negara di
Afrika dengan perataan terbesar, harapan hidup normal sebesar 48.3 tahun - 6.5
tahun sedikit daripada akan menjadi tanpa penyakit (Attawell & Grosskurth,
1999).


4.1 Isu HIV/AIDS di Malaysia

Mengikut analisis yang dibuat daripada dapatan kajian yang telah dilakukan,
terdapat beberapa pencanggahan maklumat tentang bagaimana AIDS boleh
tersebar ke Malaysia, namun kes AIDS pertama di negara ini dikesan pada bulan
Disember 1986 yang mana seorang rakyat Amerika yang berasal dari Malaysia
telah jatuh sakit apabila melawat Malaysia. Beliau mengalami demam paru-paru
dan berada pada peringkat akhir AIDS. Sejak virus ini dikesan di Malaysia, telah
dikenalpasti yang penghidap-penghidap AIDS adalah terdiri daripada golongan
yang mengamalkan gaya hidup yang tidak sihat seperti penagihan dadah, tabiat
seks rambang dan homoseksual.

Namun, walaupun kita tidak berada dalam golongan yang berisiko tinggi untuk
dijangkiti virus ini, kita perlu sedar bahawa ramai penghidap AIDS bukan terdiri
daripada golongan tersebut. Kita telah menjadi mangsa akibat kelewaan dan
sikap tidak mahu mengambil tahu tentang keadaan dan suasana yang berlaku di
sekeliling kita. Anggapan bahawa kita sukar untuk mendapat jangkitan AIDS itu
adalah salah, kerana sesiapa sahaja boleh dijangkiti AIDS. Contohnya apabila kita
mendirikan rumahtangga, jika kita tidak ambil tahu status kesihatan pasangan
kita, boleh jadi dia antara antara pembawa HIV positif.

Sehingga ke hari ini, dunia mahupun Malaysia masih belum menemui vaksin
yang boleh mencegah jangkitan HIV dan ubat yang boleh menyembuhkan pesakit
AIDS. Oleh yang demikian, langkah-langkah pencegahan dan kawalan kepada
jangkitan HIV adalah amat penting untuk membendung wabak ini dari terus
menular.

4.1.1 Punca Penularan Wabak HIV/AIDS di Malaysia

Mengikut statistik yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesihatan Malaysia,
punca utama berlakunya kes AIDS di negara ini adalah kerana penyalahgunaan
dadah. Punca utama adalah perkongsian jarum semasa menyuntik dadah yang
merupakan 75% dari keseluruhan jangkitan HIV yang dilaporkan, sementara
15% dilaporkan menerusi perhubungan seks dengan pasangan yang dijangkiti
HIV (Attawell & Grosskurth, 1999). Berikut merupakan punca penularan wabak
ini:


1) Penyalahgunaan Dadah

Agen utama yang berlakunya kes ini adalah berdasarkan kepada sikap penagih
dadah yang gemar berkongsi jarum suntikan antara satu sama lain. Selain
daipada itu, ramai di antara mereka kerap berkunjung ke rumah-rumah
pelacuran bagi melepaskan gian di jiwa akibat kesan ubat dadah dengan
melakukan aktiviti berkaitan dengan seks.

Penagihan dadah menerusi suntikan mempunyai risiko yang tinggi untuk
dijangkiti virus HIV kerana setiap kali penagih membuat suntikan pada badan,
memungkinkan sedikit darah akan tertinggal pada jarum suntikan akan
dipindahkan ke badan penagih yang lain melalui perkongsian jarum. Oleh itu,
apabila seorang penagih telah dijangkiti HIV, kebarangkalian kelompok mereka
untuk mendapat jangkitan virus tersebut adalah amat tinggi.

2) Hubungan seks bebas

Industri pelacuran juga merupakan salah satu agen utama penyebaran virus HIV
dalam kalangan masyarakat di Malaysia. Kegiatan pelacuran di negara ini bagai
tidak dapat dikawal lagi oleh pihak yang berkuasa kerana kegiatan mereka
sering didalangi oleh golongan berpengaruh dan sindiket yang mahir dalam
penjajaan manusia tersebut.

Terdapat kaitan yang kuat antara seks bebas dengan penagihan najis dadah.
Kebiasaannya penagih akan melakukan hubungan seks setelah mengambil
suntikan dadah kerana kesan dari najis tadi menyebabkan mereka akan berasa
khayal atau mabuk. Melakukan hubungan seks secara sedar atau tidak sedar
merupakan suatu tindakan yang akan dilakukan apabila pengambilan dadah
adalah dalam kuantiti yang lebih. Rajah 6 menunjukkan poster tentang jauhi seks
bebas.



























Rajah 6: Poster tentang jauhi seks bebas dan HIV


3. Pelancongan

Sektor pelancongan merupakan antara faktor terbesar dalam kes wabak AIDS di
Malaysia. Virus HIV telah dibawa masuk ke Malaysia boleh pelancong asing dan
kemudiannya melakukan hubungan seks dengan orang tempatan atau pelancong
tempatan tanpa menggunakan kondom. Akibatnya, tanpa disedari, virus ini telah
disebarkan secara senyap ke dalam tubuh-tubuh mangsa.

Negeri Kelantan pernah menjadi negeri yang mencatat penyebaran HIV yang
tertinggi pada tahun 2006. Namun, Jabatan Perkhidmatan Perubatan dan
Kesihatan Kelantan mengesahkan kebanyakan pembawa virus HIV di negeri
Kelantan, menjangkitinya di Thailand. Statistik ini menunjukkan bahawa
pelancongan telah menjadi satu punca utama kepada kes kes HIV/AIDS. Statistik
mengikut negeri pula seperti yang ditunjukkan pada rajah 6.


Perkhidmatan Perubatan dan Kesihatan Kelantan mengesahkan
kebanyakan pembawa virus HIV di negeri Kelantan, menjangkitinya di
Thailand.



Rajah 5 : Statistik kes jangkitan HIV di Kelantan tertinggi pada tahun 2006
Rajah 7 : Statistik kes jangkitan HIV di Kelantan tertinggi pada tahun 2006 (KKM,
2011).

Terdapat juga para pelancong yang datang ke Malaysia semata-mata untuk
Terdapat jugaseks
merasai para pelancong
dengan yang datang
orang tempatan ke bukan
dan orang Malaysia semata-mata
tempatan yang
disediakan di rumah-rumah pelacuran merata di Malaysia. Di pusat bandar pula
untuk terdapat
merasai pusat seks dengan
kegiatan orang
homoseksual seperti tempatan dan homoseksual
hotel-hotel mesra orang bukan
dan juga pusat gimnasium yang diubahsuai menjadi pusat kegiatan seks bebas
tempatan yang disediakan di rumah-rumah pelacuran merata di
(Utusan, 2006).

Malaysia.

4.2 Kesan HIV/AIDS

Menurut Profesor Madya Ustaz Hashim Yahya (1991), turunnya wabak AIDS
adalah merupakan bala daripada Allah S.W.T. akibat daripada perbuatan
manusia yang jauh terpesong daripada landasan kehidupan manusia yang
normal. Wabak AIDS tidak patut dipersalahkan tetapi sebaliknya kesalahan itu
terletak pada perbuatan- perbuatan manusia yang menyebabkan tertimbul dan
tersebarnya AIDS. Saya juga sedari bahawa penularan wabak ini adalah
disebabkan ketidakmoralan manusia itu sendiri yang berani melakukan
perkara yang dilarang dalam memuaskan nafsu dan kehendak jahat diri sendiri.
Justeru, semua pihak akan merasai tempias dari perbuatan tersebut dan manusia
yang tidak berdosa yang juga turut menjadi mangsa.

8
Antara kesan daripada penyakit AIDS di Malaysia adalah kepada individu,
keluarga, masyarakat dan negara.


4.2.1 Kesan kepada individu

Pertamanya, kesan yang berlaku adalah terhadap individu yang dijangkiti
penyakit AIDS. Apabila seseorang itu telah dilabelkan sebagai penghidap
penyakit AIDS, majoriti masyarakat akan berfikir bahawa individu tersebut
berbahaya dan tidak boleh bergaul dengan orang ramai. Mentaliti masyarakat
menyatakan bahawa golongan inilah merupakan golongan yang mengamalkan
kehidupan yang bermasalah seperti penagih dadah dan pelacur tanpa menyiasat
atau ambil tahu bagaimana mereka telah dijangkiti penyakit itu. Oleh hal yang
demikian, emosi golongan ini akan terganggu dan boleh menyebabkan mereka
berasa tidak berguna dan mahu bunuh diri.

Selain itu, kesan juga terjadi kepada mangsa yang tidak bersalah contohnya
kanak-kanak yang mendapat jangkitan HIV daripada ibu atau bapa mereka.
Kesan yang paling ketara yang mungkin akan berlaku kepada kanak-kanak ini
ialah tekanan psikologi dan psikososial yang kuat dalam diri. Mereka akan
berasa sangat sedih, malu dan tertekan apabila menyedari bahawa diri mereka
telah dijangkiti penyakit yang berbahaya dan jangka hidup mereka adalah
singkat. Disamping itu, mereka akan gemar menyendiri dan tiada kawan kerana
kawalan ketat oleh ibu bapa jiran untuk membenarkan anak mereka berkawan
malahan berbual dengan kanak-kanak yang berpenyakit ini. Disebabkan keadaan
emosi dan ekonomi yang tertekan jugalah, kanak-kanak ini mudah diheret untuk
menjual perkhidmatan seks. Hal ini menyebabkan masalah menjadi semakin
berlarutan dan seperti tiada jalan penyelesaian.


4.2.2 Kesan kepada keluarga

Penyakit AIDS memberi kesan yang sangat besar terhadap institusi keluarga.
Hakikatnya, mengikut statistik yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesihatan
Malaysia, pecahan kes HIV bagi kaum lelaki adalah 3 kali ganda lebih besar
berbanding kaum perempuan pada tahun 2008. Kesannya, kaum lelaki yang
merupakan ketua keluarga sendiri tidak dapat membantu dalam menyediakan
nafkah dan keperluan keluarga mereka. Sebaliknya, anak-anak telah menjadi
yatim piatu, balu-balu terpaksa membesarkan anak-anak sendirian, ibu bapa
perlu menyara dan menampung hidup mereka sendiri tanpa kiriman wang oleh
anak lelaki mereka.


Akibatnya, keluarga terabai dan kehidupan menjadi tidak bahagia dan terpaksa
berhadapan dengan bebanan dan rasa malu yang tebal di dalam diri. Akhirnya,
ada keluarga yang sanggup bunuh diri kerana tidak tahan dengan tekanan hidup.



4.2.3 Kesan kepada negara

Mengikut kajian yang dilakukan, kos untuk membiayai seorang pesakit AIDS di
Malaysia, memerlukan perbelanjaan ubat sebanyak RM30,000.00 setahun. Ini
tidak termasuk kos perbelanjaan doktor dan jururawat serta perbelanjaan
tinggal di hospital bagi seorang pesakit. Cuba kita bayangkan, negara akan
menanggung RM 1 juta bagi seorang pesakit AIDS setahun. Sedangkan wang
sebanyak itu boleh menyelamatkan ribukan pesakit yang lain yang lebih dijamin
jangka hayat mereka berbanding pesakit AIDS yang hanya dapat bertahan purata
5 hingga 10 tahun setelah disyaki menjadi pembawa virus HIV.

Tambahan lagi, negara akan kehilangan produktiviti. Mengikut statistik yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesihatan Malaysia, bilangan orang yang positif
HIV tanpa gejala Asimtomatik, mengikut umur pada tahun 1985-1992 adalah
tertinggi pada umur antara 20 hingga 39 tahun (Attawell & Grosskurth, 1999).
Kesannya, penyumbang produktiviti dari segi ekonomi, keluarga, masyarakat
dan negara menjadi berkurangan secara mendadak. Bayangkan bagaimana
kehidupan isteri dan anak- anak kepada seorang suami yang disyaki pembawa
HIV positif untuk meneruskan kehidupan jika penanggung telah tiada. Maka
terjadilah perubahan pada nisbah tanggungan yang semakin meningkat kerana
produktiviti telah tergolong dalam kalangan tanggunggan seperti kanak-kanak,
orang tua, orang sakit dan orang cacat kerana penyakit AIDS yang mereka
hadapi. Menurut Jit Singh (1994) dengan kemunculan AIDS, perkiraan nisbah
tanggungan menjadi lebih rumit kerana bukan hanya lebih ramai orang tua
untuk dijaga tetapi juga semakin kurang orang muda dan aktif yang boleh
memberi perlindungan.

Kadar kematian yang lebih tinggi dalam kalangan orang-orang berkemahiran
dan profesional akan mengakibatkan penurunan kecekapan sektor awam dan
swasta kerana terpaksa mengaji kakitangan asing yang mahal. Oleh itu,
kedudukan ekonomi akan menurun disebabkan kos yang meningkat dan
pengeluaran yang berkurangan. Dalam laporan penyelidikan yang ditulis oleh
Fatan Hamamah (2005), cabaran besar dengan implikasi sosial dan ekonomi
yang tinggi telah ditanggung penyakit AIDS, kerana ia telah membawa implikasi
ekonomi dari segi kos langsung dan kos tidak langsung (Fatan Hamamah &
Saadiah Mohamad 2000), kepada pesakit, keluarga pesakit dan kerajaan.













5.0 Kesimpulan


Penyakit AIDS ini bukan hanya melibatkan isu perubatan yang perlu diselesaikan
oleh para doktor sahaja, namun ia melibatkan satu penyakit yang memberi kesan
kepada seluruh sistem sosial individu tersebut seperti kalangan keluarga,
pasangan, rakan, jiran mahupun masyarakat sekeliling. Selain individu AIDS ini
perlu menanggung keadaan kesihatan yang tidak sihat, mereka perlu juga
berhadapan dengan keadaan sosial yang mencabar emosi dan tingkah laku yang
ditunjukkan oleh masyarakat sekeliling.

Terdapat beberapa mitos yang dipercayai secara kuat oleh masyarakat di
Malaysia tentang penyebaran virus HIV antaranya ialah air liur, peluh dan air
mata pesakit boleh menyebabkan infeksi HIV. Namun, di sini saya ingin
menekankan bahawa kuantiti virus HIV yang terdapat dalam cecair tersebut
tidak cukup kuat untuk menyebabkan penyebaran virus kepada orang lain.
Justeru itu, mangsa HIV yang tidak berdosa seperti kakak-kanak, harus diberikan
layanan yang baik seperti mana pada poster dibawah yang direka untuk menjaga
hak-hak pesakit yang tidak bersalah.

Kesimpulannya, sebagai seorang individu dalm masyarakat, kita seharusnya
betanggungjawab ke atas diri sendiri bagi membendung penyakit ini dari
dihinggapi. Langkah yang pertama dan utama hendaklah kembali kepada al-
Quran dan Sunnah. Kedua adalah memupuk sikap anti-maksiat. Manakala yang
ketiga adalah menjalankan hukuman yang setempal kepada pencari penyakit
HIV seperti penagih dadah atau pelacur. Ini adalah kerana, penyakit AIDS tidak
wujud dengan sendirinya, tetapi dengan tangan-tangan manusia penyakit ini
wujud.





















6.0 Rujukan

Attawell K, Grosskurth H. From knowledge to practice: STD control and HIV
prevention. Brussels, Belgium: European Communities; 1999.

Payne, Richard J. 2009. Global Issues: Politics, Economics, and Culture. Pearson
Education, Inc.

Shah, Anup. 2008. Health Issues. Diambil dari
<http://www.globalissues.org/issue/587/health-issues&gt;. Diakses pada 1
Disember 2017.

Shah, Anup. 2008. Disease: Ignored Global Killers. Diambil dari
<http://www.globalissues.org/article/218/diseases-ignored-global-killers&gt;.
Diakses pada 1 Disember 2017.

http://www.who.int9

You might also like