Professional Documents
Culture Documents
Nim : 043928479
1) Sejak akhir tahun 2019 hingga tahun 2022 saat ini, kondisi dunia masih diselimuti dengan pandemi
COVID 19 yang masih menjadi masalah besar di kalangan masyarakat. Lembaga kesehatan dunia atau
WHO (World Health Organization) telah mengartikan pandemi sebagai penyebaran penyakit baru di
seluruh dunia. Tidak hanya dari aspek kesehatan secara fisik, keberadaan pandemi COVID-19 telah
menjadi ancaman yang serius pada berbagai aspek di kehidupan bermasyarakat. Harapan setiap
masyarakat adalah dapat terus bertahan baik secara fisik kesehatan, sosial, ekonomi, dan berbagai
elemen bidang lainnya. Dalam ilmu sosial, pandemi dilihat sebagai suatu permasalahan yang dapat
memengaruhi siapa pun dan di mana pun. Akan tetapi, jika dilihat lebih lanjut pandemi memiliki
potensi dampak pada kelompok tertentu akibat dari perbedaan kondisi kehidupan. Contohnya seperti
mereka yang terdampak dari kalangan pemukiman kumuh, orang dengan pekerjaan tidak tetap, dan
masih banyak kelompok lainnya yang mengalami dampak yang besar. Berbagai pemerintahan,
termasuk di negara Indonesia, dalam rangka menangani permasalahan pandemi seperti saat ini
Dari prespektif konflik ini seperti apa fungsi/ peranan pihak berwenang. Peranan hukum tata negara
menghadapi pandemic Covid-19 mengambil alih untuk membuat peraturan Perundang-undangan yang
harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat atau keadaan new normal. Dimana ada beberapa cara
mencegah penyebarannya dengan menjalankan pola hidup bersih dan sehat, memakai masker, social
distancing, psical distancing, bahkan dengan cara vaksin Covid-19. Pandemi global Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19) yang telah melanda dunia saat ini, secara tidak langsung telah berdampak
besar bagi sejumlah tatanan kehidupan masyarakat, mulai dari ekonomi, sosial hingga mempengaruhi
kondisi alam. Dalam waktu yang singkat virus ini telah mengubah keadaan dan cara hidup masyarakat
di seluruh dunia. Di Indonesia, pandemi Covid-19 telah berlangsung sejak awal tahun 2020, dan hingga
saat ini penyebaran virus corona masih terus mewabah. Pemerintah telah berusaha melakukan segala
upaya dalam mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19. Beberapa upaya yang telah dilakukan
pemerintah antara lain Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Adaptasi Kebiasaan
Baru (AKB) atau New Normal. Kebijakan tersebut mengharuskan masyarakat untuk menyesuaikan
Menurut pandangan Paul R Ward, berbagai jenis kontrol dan langkah-langkah darurat dalam
menangani pandemi yang dilakukan oleh pemerintah dapat menjadi isu sosial yang berkelanjutan.
Contohnya dengan terjadinya panic buying di awal masa pandemi yang mendadak menjadi konflik
sosial baru. Selain itu juga, munculnya protokol kesehatan yang sangat ketat sehingga dapat menjadi
isu sosial yang berkelanjutan kedepannya. Salah satu penerapan kebijakan pemerintah dalam
menangani masalah pandemi adalah dengan munculnya protokol kesehatan dan juga lockdown dalam
jangka waktu yang ditentukan. Dilihat dari isu sosial, kebijakan tersebut dapat berdampak pada ikatan
sosial, kepercayaan, dan solidaritas di masa depan. Karena cara-cara tersebut dianggap bisa
Dalam perspektif Structural Fungsional , Masa pandemi hampir memukul seluruh sektor ekonomi
walaupun ada beberapa sektor yang diuntungkan dengan adanya wabah covid ini. Dampak yang bisa
dirasakan yaitu di pusat perbelanjaan seperti pasar, toko offline mengalami penurunan secara drastis.
Namun beberapa sector mengalami kenaikan drastic seperti sector Kesehatan dan farmasi.
Secara lebih dalam, jika dilihat dari sosiologi menurut Dr. Niharika Mohapatra dalam jurnalnya, lebih
mempelajari pada aspek kemanusiaan. Aspek kemanusiaan tersebut di antaranya meliputi adaptasi
manusia, perilaku, persepsi, dan juga respons dalam menghadapi pandemi COVID-19 yang tidak hanya
berdampak pada kerusakan fisik saja. Dan yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa dalam skala besar
dapat menjadi kepanikan massal pada masyarakat luas. Contohnya seperti penerapan lockdown di awal
Selain itu dari segi perspektif gender dalam pandangan ilmu sosial, hal ini melihat adanya berbagai
ancaman bagi para perempuan selama menjalankan masa lockdown di rumah. Secara tradisional,
perempuan memiliki anggapan sebagai orang yang memberikan perawatan dan juga mengasuh.
Sehingga selama masa pandemi tanggung jawab perempuan akan hal tersebut menjadi lebih besar. Hal
tersebut berakibat pada temuan bahwa perempuan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi
dibandingkan laki-laki selama masa pandemi. Masalah lain yang juga menimpa perempuab selama
masa lockdown menurut jurnal yang sama adalah munculnya tindakan kekerasan. Kondisi ini dapat
terjadi akibat berbagai tuntutan kehidupan perempuan dan permasalahan yang harus diemban oleh
Apalagi dengan kondisi dimana menjalani kehidupan di rumah saja, sehingga memicu terjadinya
berbagai jenis kekerasan rumah tangga. Secara umum dilihat kaitannya antara pandemi dan perspektif
ilmu sosial, teori Risk Society dari Ulrich Beck dapat mengkaji secara lebih lanjut terkait isu tersebut.
Menurut Beck, masyarakat berisiko adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Apalagi di masa
pandemi seperti saat ini, yang menimbulkan berbagai ancaman serius bagi berbagai aspek
pembangunan. Risiko menjadi salah satu cara sistematis dalam menangani bahaya dan ketidakamanan
yang disebabkan oleh keberadaan modernisasi. Beck juga mengaitkan risk society dengan perubahan
modern yang disebut “reflexive modernization”, yaitu di mana kemajuan dapat seketika berubah
menjadi penghancuran diri. Contohnya seperti pandemi COVID-19 saat ini yang merupakan hasil dari
interaksi manusia dengan alam. Di mana kesehatan manusia dianggap memiliki hubungan yang erat
banyak orang, serempak di berbagai negara dan pertama kali muncul pada tahun 2019 di Wuhan Cina.
Sementara kasus covid-19 menurut WHO disebut sebagai pandemic karena menyebar di wilayah yang
Dalam pembahasan pandemi COVID-19 ini cenderung mengarahkan risk society pada kelompok
masyarakat yang rentan. Hal tersebut karena setiap individu dalam menghadapi krisis seperti saat ini
memiliki cara penanganan yang berbeda-beda. Sehingga dalam hal ini banyak masyarakat terdampak
yang secara sosiologis terdapat variasi dampak atas dasar kelas, kasta, pekerjaan, etnis, jenis kelamin,
usia, status kesehatan, disabilitas, dll. Salah satu contohnya, yaitu penyandang disabilitas mengalami
dampak di mana kesulitan untuk mendapatkan penolong atau bantuan. Hal tersebut di antaranya karena
pengaruh dari imbauan untuk dapat menjaga jarak dan tidak saling bersentuhan. Contoh lain, yaitu
keberadaan Migran yang dianggap paling rentan. Karena selain mereka harus mengalami kehilangan
pekerjaan, juga kehilangan upah. Dampak lain yang harus mereka rasakan adalah kehilangan akses ke
rumah karena dianggap dapat mengancam dan memperburuk keadaan kesehatan di lingkungan. Hal-
hal di atas menunjukkan bagaimana kerentanan dan risiko yang dialami oleh masyarakat dalam situasi
Rujukan
https://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/article/download/36088/15470