You are on page 1of 20

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.

4 Oktober - Desember 2015

PENGENDALIAN PERILAKU EMOSIONAL ANAK TK


MELALUI KOMUNIKASI ANTARA GURU DENGAN ORANG
TUA DI KEC. BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR
Yuniartanty Ashary1, Tawany Rahamma2, Jeanny Maria Fatimah 2
1
Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan
2
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin

Abstract

This study aims to determine (a) to describe emotional behavior of kindergarten children in the district.
Biringkanaya Makassar, (b) to describe communication between teachers and parents of kindergarten children in
the district. Biringkanaya Makassar and (c) to determine control of the emotional behavior of kindergartners
through communication between teachers and parents In the district Biringkanaya Makassar.This study is an ex-
post-facto quantitative, where the population is around the kindergarten students in the district. Biringkanaya
Makassar of 1,779 children in 79 institutions spread kindergarten in 7 (seven) wards. With the sampling method,
then selected 84 children as respondents in this study. The relationship between the independent variables were
analyzed by using Simple Linear Regression Analysis. The results showed that (a) the child's emotional behavior of
the most prominent forms of aggressiveness is tempered (80,36%), anxiety is crying (48,21%), withdrawal is not
much to say (48,21%) as well as excessive fear is the fear of meeting a stranger (36,31%) (b) communication media
is most often used in solving problems of emotional behavior children are face to face, and (c) intensive
communication negatively correlated with children's emotional behavior, which means more intensive
communication, the more reduced (controlled) the child's emotional behavior. Approximately 32.8% of control
children's emotional behavior is caused by factor intensity of communication between teachers and parents to
discuss the child's emotional behavior problems in kindergarten Biringkanaya Makassar

Keywords: intensity of communication; Behavior aggressiveness; anxiety; withdrawal; excessive fear

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (a) mengetahui gambaran perilaku emosional anak TK di Kec. Biringkanaya Kota
Makassar, (b) mengetahui gambaran komunikasi antara guru dengan orang tua anak TK di Kec. Biringkanaya Kota
Makassar dan (c) mengetahui pengendalian perilaku emosional anak TK melalui komunikasi antara guru dengan
orang tua di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Penelitian ini merupakan eks-post-fakto yang kuantitatif.
Populasinya adalah seluruh murid TK di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar sebesar 1.779 anak yang
menyebar pada 79 lembaga TK di 7 (tujuh) kelurahan. Sampel penelitian ini 84 orang anak sebagai responden.
Hubungan antara variabel bebas dianalisis dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (a) perilaku emosional anak bentuk agresivitas yang paling menonjol adalah marah (80,36%) ,
kecemasan adalah menangis (48,21%), menarik diri adalah tidak banyak bicara (48,21%) serta takut berlebihan
adalah takut bertemu orang asing (36,31%) (b) media komunikasi yang paling sering digunakan dalam
menyelesaikan permasalahan perilaku emosional anak adalah tatap muka serta (c) intensif komunikasi berkorelasi
negatif dengan perilaku emosional anak, yang artinya semakin intensif komunikasi , maka semakin berkurang
(terkendali) perilaku emosional anak. Sekitar 32,8% pengendalian perilaku emosional anak disebabkan oleh faktor
intensitas komunikasi antara guru dengan orang tua dalam membicarakan permasalahan perilaku emosional anak di
TK Biringkanaya Kota Makassar.

Kata Kunci : Intensitas komunikasi; Perilaku agresivitas; kecemasan; menarik diri; takut berlebihan

415
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015

PENDAHULUAN dipublikasikan dengan sangat vulgar


sehingga dapat merusak pemikiran dan
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah perilaku.
pendidikan formal yang diberikan kepada Namun demikian, kenyataan menunjukkan
anak usia pra sekolah atau anak pada bahwa permasalahan yang dialami oleh anak
rentang usia 0 – 6 tahun. Kehadiran PAUD usia dini yang sering dijumpai adalah
didukung oleh kebijakan pemerintah, dalam permasalahan pada Perilaku emosional, dan
hal ini Dalam Undang-Undang Nomor 20 apabila permasalahan tersebut tidak segera
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan diatasi akan sangat berdampak buruk bagi
Nasional (pasal 1 butir 14) menyatakan perkembangannya kelak. Permasalahan
bahwa upaya pembinaan yang ditujukan perilaku emosional anak usia PAUD yang
untuk membantu pertumbuhan dan dikomunikasikan dalam kaitannya dengan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak pengendalian perilaku emosional anak
memiliki kesiapan dalam memasuki antara guru dengan orang tua tentunya
pendidikan lebih lanjut. banyak terkait dengan kenyataan sehari-hari,
Anak usia dini merupakan dasar awal yang perilaku yang dikomunikasikan biasanya
menentukan kehidupan suatu bangsa dimasa :(1) agresivitas; (2) kecemasan; (3) Menarik
yang akan datang, sehingga diperlukan diri (Withdraw); (4) Takut berlebihan.
persiapan generasi penerus bangsa dengan Di Indonesia, menurut data Komnas
mempersiapkan anak untuk tumbuh dan Perlindungan Anak pada tahun 2010 telah
bekembangan secara optimal baik dalam diterima laporan kekerasan pada anak
perkembangan moral, fisik/motorik, mencapai 2.046 kasus, laporan kekerasan
kognitif, bahasa, maupun sosial emosional. pada tahun 2011 naik menjadi 2.462 kasus,
Setiap anak berhak untuk mendapatkan pada tahun 2012 naik lagi menjadi 2.629
penghidupan dan perlindungan yang layak, kasus dan melonjak tinggi pada tahun 2013
serta dapat tumbh dan berkembangan secara tercatat ada 1.032 kasus kekerasan pada
optimal. anak yang terdiri dari : kekerasan fisik 290
Akhir-akhir ini terdapat berbagai fenomena kasus (28%), kekerasan psikis 207 (20%),
perilaku negatif terlihat dalam kehidupan kekerasan seksual 535 kasus (52%).
sehari-hari pada anak-anak. Melalui surat Sedangkan dalam tiga bulan pertama pada
kabar atau televisi dapat dijumpai kasus- tahun 2014, Komnas perlindungan anak
kasus anak usia dini seperti kekerasan baik telah menerima 252 laporan kekerasan pada
itu kekerasan fisik, verbal, mental bahkan anak. Jadi, menurut Komnas perlindungan
pelecehan atau kekerasan seksual juga sudah anak bahwa laporan kekerasan pada anak
menimpah anak-anak. Bentuk kekerasan didominasi oleh kejahatan seksual dari
seperti ini biasanya dilakukan oleh orang tahun 2010-2014 yang berkisar 42-62%
yang telah dikenal anak, seperti keluarga. Berdasarkan studi Progress In International
Dewasa ini, nilai-nilai agama dan budaya reading Literacy Study (PIRLS)
mulai luntur ditengah-tengah masyarakat. Internasional Association for the Evaluation
Hal ini berdampak pada anak-anak usia of Educational Achievement (IEA) yang
PAUD. Acara televisi yang tidak terkontrol berkantor di Amsterdam, Belanda di ikuti 40
di mana ditonton oleh anak-anak, dapat negara pada tahun 2007, Indonesia dengan
menjadi pemicu munculnya perilaku- sampel penelitian 4.950, siswa dari 170
perilaku baru yang tidak layak bagi anak- SD/MI swasta dan negeri, Indonesia
anak. Tontonan seperti percintaan, adegan- termasuk memiliki tingkat kemampuan
adengan yang tidak pantas ditoton, membaca rendah. Fenomena tersebut lebih

416
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015

ironis lagi bila dialami anak berkebutuhan Sebagai orang yang sama-sama mendidik
khusus yang mengalami kesulitan belajar, anak, gurupun membutuhkan bantuan untuk
seperti anak dengan gangguan memahami anak. Tentu saja sumber yang
perkembangan kognitif, di mana menurut paling baik adalah orang tua. Dengan
Gillis (Beacham, 2006) berdasarkan hasil adanya hubungan yang baik antara guru
peneltiannya menemukan bahwa 50-100% dengan orang tua murid, maka guru pun
orang gangguan perkembangan kognitif akan mudah saat harus menyampaikan
bukan hanya sulit membaca akan tetapi juga sesuatu yang pribadi mengenai anak di
mempunyai kesulitan matematis. sekolah. Sebaliknya orang tua juga tidak
Perkembangan perilaku emosional negatif akan canggung untuk memberitahu gurunya
pada anak usia PAUD memang memerlukan tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh
upaya pengendalian yang sungguh-sungguh. guru mengenai anak
Perilaku emosional yang negatif, dapat Komunikasi antara orang tua dengan
melekat pada diri anak jika tidak diupayakan guru,khususnya menyangkut pengendalian
pengendaliannya dengan benar. perilaku emosional anak, maka tiga faktor
Perkembangan otak dan sikap anak, banyak yang sangat penting dipertimbangkan yakni
berkembang pada saat mereka berada pada : Penggunaan media komunikasi, Kualitas
usia PAUD komunikasi yaitu efektifitas komunikasi
Kecamatan Biringkanaya merupakan suatu antara guru dengan orang tua melalui sifat :
kecamatan di Kota Makassar yang memiliki (a) Keterbukaan, (b) Empati; (c) Dukungan;
jumlah Taman Kanak-Kanak serta jumlah (d) Perasaan positif (d) Kesamaan . Dari
Anak Usia Dini paling banyak. Disamping kelima sifat komunikasi tersebut merupakan
itu, daerah ini merupakan suatu daerah salah satu faktor yang menjadi kunci
berkembang yang tingkat pertumbuhan keberhasilan komunikasi, yang pada
penduduk cukup tinggi. Besar kecendrungan akhirnya akan menjadi kunci sukses
pembangunan perumahan dilakukan di pembinaan dan perkembangan anak dalam
daerah ini. PAUD.
Perkembangan dunia pendidikan anak usia Frekuensi Penggunaan Media Komunikasi
dini di kecamatan Biringkanaya memang adalah seberapa sering penggunaan media
cukup kompleks, disamping karena daerah dalam komunikasi antara orang tua dengan
ini dikenal sebagai kawasan industri, pintu guru. Sesuai dengan pengamatan, maka
gerbang memasuki wilayah makassar, juga terdapat tiga hal yang menjadi sarana
dikenal sebagai daerah yang karakteristik komunikasi yang banyak digunakan
masyarakat yang sangat beragam. diperkotaan yakni (1) buku penghubung; (2)
Kemajemukan tersebut menjadi salah satu Pertemuan (tatap muka); (3) pengguanan
ciri dari pada kecamatan Biringkanaya. telepon, (4) rapat dan.(5) Kunjungan ke
Kompleksitas masyarakat yang ada di rumah.
Biringkanaya, berkaitan dengan pola dan Media komunikasi tersebut merupakan
perilaku masyarakat dalam pengembangan salah satu jalan yang tepat dalam rangka
anak, termasuk, di dalamnya penggunaan mengevaluasi dan mengembangkan anak,
media komunikasi dan pesan yang khususnya pengendalian perilaku emosional
dikomunikasikan dalam proses hubungan anak di sekolah. Intensitas komunikasi yang
antara orangtua dengan guru. dibangun antara guru dengan orang tua
Komunikasi yang intensitas antara guru murid sangat diperlukan dalam pengendalian
dengan orang tua, dapat menjadi penentu perilaku emosional anak TK, artinya
berkurangnya perilaku emosional anak, intesitas komunikasi tersebut memiliki

417
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015

hubungan terhadap pengendalian perilaku METODE


emosional anak TK .
Menurut Gunarsa (2004), bahwa intensitas Penelitian ini merupakan suatu penelitian Ex-
komunikasi antara guru dengan orang tua post-facto kuantitatif, yakni suatu penelitian
dapat di ukur dari apa dan siapa yang saling yang dilakukan dalam rangka mengungkap
di bicarakan, pikiran, perasaan, objek data yang sudah ada dilapangan dengan
tertentu, orang lain atau dirinya sendiri. pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian
Ditambahkannya lagi, bahwa intensitas ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Kec.
komunikasi yang mendalam ditandai oleh Biringkanaya Kota Makassar, tahun ajaran
kejujuran, keterbukaan, dan saling percaya, 2014/2015, selam 3(tiga) bulan yakni mulai
sehingga menimbulkan respon dalam bentuk bulan April sampai bulan Juni 2015.
perilaku atau tindakan . Populasi penelitian ini adalah seluruh murid
Intensitas komunikasi yang dilakukan TK di Kec. Biringkanaya Kota Makassa
dengan menggunakan berbagai media, sebesar 1.779 anak yang menyebar pada 79
memiliki pesan-pesan tertentu yang tentunya lembaga TK di 7 (tujuh) kelurahan. Penentuan
berkaitan dengan perkembangan anak TK. sampel dilakukan dengan rumus solvin
Apabila intensitas komunikasi yang terjalin dengan taraf kepercayaan 10%, akhirnya
antara guru dengan orangtua murid berjalan didapat sampel sebesar 84 orang anak.
dengan baik melalui berbagai media dengan Data yang ada digunakan yakni data primer
pesan yang jelas, maka akan memiliki dan data sekunder, pengumpulan data
hubungan terhadap pengendalian perilaku dilakukan melalui penyebaran kuesioner,
emosional anak Taman kanak-kanak (TK). observasi dan dokumentasi. Data diolah
Sehubungan dengan uraian-uraian di atas, dengan menggunakan statistik deskriptif
penulis tertarik untuk mengadakan yakni tabel frekuensi dan prosentase serta
penelitian mengenai “ Pengendalian Perilaku statistik inferensial yakni analisis regresi
Emosional Anak TK Melalui Komunikasi linier sederhana.
antara Guru dengan Orang Tua di Kec.
Biringkanaya Kota Makassar”. HASIL

Permasalahan Gambaran Perilaku emosional anak TK di


Kec. Biringkanaya Kota Makassar
Dari uraian latar belakang, maka penulis
merumuskan masalah penelitian ini adalah : Hasil penelitian tentang gambaran perilaku
1. Bagaimana gambaran perilaku emosional emosional anak, ditunjukkan pada tabel 1.
anak TK di Kec. Biringkanaya Kota
Makassar ? Perilaku agresivitas yang paling menonjol
2. Bagaimana gambaran komunikasi guru adalah marah, nampaknya penyebab anak
dengan orangtua anak TK di Kec. suka marah-marah di sekolah disebabkan
Biringkanaya Kota Makassar? karena (a) anak yang tidak disiplin baikdi
3. Bagaimana pengendalian perilaku rumah maupun di sekolah, dan pada saat
emosional anak TK melalui komunikasi ditegur karena kurang disiplin tersebut, maka
antara guru dengan orang tua di Kec. anak tersebut langsung marah-marah (b) anak
Biringkanaya Kota Makassar? kadang marah karena kurang menyenangi
bangun pagi,sehingga anak diwaktu agi hari
sering marah-marah baik di rumah maupun di
sekolah.

418
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015

Perilaku kecemasan yang paling menonjol digunakan dalam pengendalian perilaku


menangis, dimana perilaku ini cenderung emosional anak dipaparkan pada tabel 2.
merupakan bentuk dari kebutuhan anak akan Media yang paling sering digunakan dalam
perhatian dari orang-orang sekitaranya. Di menyampaikan ataupun merespon perilaku
samping itu, seringnya anak menangis di agresivitas anak adalah tatap muka kemudian
sekolah, disebabkan karena keusilan dari disusul dengan telepon. Kecemasan yang
teman-temannya sendiri ataukah menangis menjadi salah satu bentuk perilaku emosional
karena saling rampas alat permainan. anak yang diselidiki dalam penelitian ini,
Perilaku menarik diri yang paling sering menunjukkan ahwa sebagain besar responden
didlakukan anak adalah tidak banyak bicara. menggunakan media tatap muka kemudian
Dalam kenyataannya, perilaku ini ditunjukkan disusul dengan media telepon
dengan cara pergi menyendiri yang berpisah Perilaku menarik diri merupakan salah satu
dengan teman-teman sebayanya, anak biasa perilaku emosional yang kurang baik
bermain sendiri di pinggir kelas atau bermain dilakukan oleh anak, dimana media tatap
pada permainan yang hanya melibatkan muka merupakan sarana yang palin banyak
dirinya sendiri saja. Di samping itu, anak digunakan kemudian disusul dengn
yang “ngambek” seperti ini biasanya penggunaan media telepon. Begitu pula media
menampakkan muka yang murung dan kurang yang banyak digunakan dalam menangani
bersemangat bermain atau belajar dalam takut berlebihan, maka tatap muka yang
kelas. paling tinggi frekuensinya, kemudian disusul
Perilaku terakhir yang dikaji adalah perilaku dengan media penggunaan telepon.
takut berlebihan, dimana yang paling Penggunaan media tatap muka dalam
menonjol perilaku takut bertemu dengan menyampaikan ataupun merespon perilaku
orang asing. Takut secara berlebihan jika emosional anak, merupakan sarana yang
bertemu dengan orang asing, ditunjukkan paling sering digunakan dalam
dimana anak akan sungkan atau malu-malu berkomunikasi. Hal ini disebabkan karena
bicara atau bermain bersama jika ada teman media ini sangat sederhana dilakukan karena
barunya. Di samping itu, takut seperti ini lebih bersifat kekeluargaan. Di samping itu,
kadang terjadi karena pembawaan, tetapi jika media tatap muka lebih memungkinkan orang
anak sudah saling kenal, maka mereka akan tua ataupun guru terbuka dalam
bemain dan bersenda gurau dengan teman berkomunikasi, karena media ini dapat
sebayanya ataupun dengan orang yang lebih dilakukan dengan menggunakan bahasa-
dewasa darinya bahasa sederhana atau bahasa sehari-hari
sehingga dapat lebih nyaman dan akrab antara
Gambaran media komunikasi antara guru kedua belah pihak.
dan orang tua anak TK di Kec. Biringkanaya
Kota Makassar Intensitas komunikasi antara guru dengan
orang tua anak TK di Kecamatan
Media yang digunakan dalam meng- Biringkanaya Kota Makassar (variabel X )
komunikasikan antara orang tua dan guru
dalam pengendalian perilaku emosional anak, Intensitas pertemuan antara guru dan orang
dilakukan dengan berbagai bentuk pada jenis tua, baik dalam penyampaian informasi
perilaku emosional yang dikaji. Media yang maupun dalam hal respon terhadap informasi,
dikaji adalah kunjungan ke rumah, rapat, yang indikatornya dari durasi waktu
buku penghubung, telepon dan tatap muka pertemuan dan frekuensi merupakan salah
Adapun gambaran frekuensi media yang satu hal yang dikaji dalam penelitian.

419
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015

Hasil perhitungan terhadap seluruh jawaban baik.


responden, dipaparkan dalam tabel 3.
Pada umumnya guru dan orang tua Deskriptif hasil Observasi Perilaku
menggunakan waktu 10 -19 menit dalam Emosional Anak TK di Kecamatan
membicarakan masalah perilaku agresivitas Biringkanaya Kota Makassar (variabel Ydata
anak, perilaku kecemasan, perilaku menarik terlampir)
diri dan perilaku takut secara berlebihan.
Hasil pengamatan dan wawancara Perilaku emosional anak yang dikaji dalam
menunjukkan bahwa faktor penyebab penelitian ini adalah agresivitas, kecemasan,
penggunaan waktu dipengaruhi oleh (a) Guru menarik diri dan takut berlebihan, dimana
dan orang tua membicarakannya pada jam pengamatan dilakukan selama sepekan, yang
istirahat , (b). Waktu yang digunakan harus dilakukan sendiri oleh guru kelas yang
efektif dan efisien serta (c) dilakukan melalui bertugas di sekolah tempat penelitian.
tatap muka satu persatu. Hasil perhitungan terhadap perilaku
Selanjutnya perhitungan tentang frekuensi emosional anak dalam sepekan ditunjukkan
pertemuan antara guru dan orang tua dalam pada tabel 6.
membicarakan perilaku emosional anak, dapat Tabel 6 menggambarkan perilaku emosional
dilihat pada tabel 4. anak, dimana indikatornya adalah perilaku
Frekuensi penanganan perilaku emosional Agresivitas, perilaku kecemasan ,perilaku
anak, antara orang tua dan guru. dalam hal menarik diri dan perilaku takut berlebihan.
perilaku agresivitas, umumnya dilakukan Gambaran perilaku emosional anak dalam
pertemuan sekali sebulan, dimana orang tua proses belajar mengajar di TK Biringkanaya
dan guru selalu menanggapinya. Lain halnya kota Makassar berdasarkan jawaban
dengan kecemasan, dimana pertemuan responden, diperoleh bahwa rata-rata 21,5357
sebanyak dua kali sebulan serta orang tua dan dengan standar deviasi 1,09087. Selanjutnya
guru selalu menanggapinya. median bernilai 20,000 dengan mode sebesar
Perilaku menarik diri, merupakan salah satu 13,00
perilaku emosional anak yang perlu Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa
pembenahan aau pembinaan, dimana perilaku emosional telah mampu di
pertemuan sekali sebulan merupakan hal yang kendalikan pada anak TK di kecamatan
paling sering dilakukan dan selalu Biringkanaya Kota Makassar.
mendapatkan tanggapan baik dari guru
maupun orang tua. Begitupula halnya dengan Hubungan Intensitas dengan perilaku
perilaku takut berlebihan, dimana pertemuan emosional anak TK di Kecamatan
yang dilakukan adalah sekali sebulan, orang Biringkanaya Kota Makassar
tua dan guru selalu menanggapinya.
Berdasarkan pemaparan diatas diperoleh Perhitungan hubungan antara variabel bebas
kesimpulan bahwa intensitas komunikasi dengan variabel terikat, dilakukan dengan
berhasil atau sesuai dengan harapan guru menggunakan analisis Regresi Linier
dengan orang tua . Hal ini ditunjukkan oleh Sederhana. Dalam hal ini, analisis untuk
tabel diatas dengan nila rata-rata hasil tingkat melihat pengaruh Intensitas komunikasi
intensitas komunikasi adalah 40,967 median antara guru dengan orang tua (X) dengan
adalah 40,0000 modus adalah 39,00 dan perilaku emosional anak (Y) di Taman
standar deviasinya adalah 9,81787. Dengan Kanak-Kanak Kecamatan Biringkanaya Kota
demikian tingkat intensitas komunikasi antara Makassar.
guru dengan orang tua masuk dalam kategori Perhitungan dilakukan dengan bantuan

420
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015

komputer program SPSS 16.00, dimana perilaku emosional anak di TK Biringkanya


kesimpulannya dipaparka dalam tabel 7. Kota Makassar. Hal ini dapat juga berarti
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka bahwa, semakin baik intensitas komunikasi
dapat dibuat persamaan regresi linier yang dilakukan antara guru dengan orang tua,
sederhana sebagai berikut : akan mampu mengurangi perilaku emosional
anak seperti Agresivitas, kecemasan, menarik
Y = 47,579 - 0,636 X diri ataupun takut berlebihan. Guru dengan
orang tua yang intensif berkomunikasi, akan
Adapun makna dari nilai-nilai tersebut di mampu merubah perilaku anak dari perilaku
antaranya adalah : emosional kurang baik menjadi perilaku
a. Nilai Determinasi R2 sebesar (0,328) emosional yang baik dan diharapkan.
artinya sekitar (32,8%) pengendalian perilaku Intensitas komunikasi akan mampu
emosional anak disebabkan oleh faktor menjadikan anak berperilaku positif seperti
intensitas pertemuan antara guru dengan ramah terhadap teman-temannya, disiplin,
orang tua dalam membicarakan masalah rajin belajar, dapat bergaul, berani pada hal-
perilaku emosional anak di TK Biringkanaya hal yang benar, dan terutama dapat
Kota Makassar. berkembang sesuai dengan tahap-tahap
Nilai determinasi R2 ini juga menunjukkan perkembangan anak seusianya.
bahwa, terdapat (67,2%) (100,00%-32,8)
faktor lain yang mempengaruhi perilaku PEMBAHASAN
emosional anak tersebut. Ada kecenderungan
faktor ini adalah karena pembawaan, didikan Penelitian menunjukkan bahwa tatap muka
orang tua di rumah, pergaulan anak dengan merupakan media komunikasi yang paling
lingkungan sekitarnya, acara televisi,atau banyak dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori
faktor lainnya, namun faktor ini tidak diteliti interpesonal, dimana teori ini mengedepankan
dengan lebih seksama, karena penelitian ini aspek kebersamaan atau sharing process.
hanya memfokuskan pada intensitas Komunikasi interpersonal merujuk pada
komunikasi antara guru dengan orang tua komunikasi yang terjadi secara langsung
anak dalam membahas perilaku emosional antara dua orang.
anak. Beberapa faktor yang menyebabkan
b. Nilai F hitung (40.053) lebih besar dari pada efektifitas komunikasi Interpersonal dalam
nilai F table (1,66342) sehingga dapat pengendalian perilaku emosional anak di
disimpulkan bahwa intensitas komunikasi antaranya adalah (a) keterbukaan, atau
berpengaruh secara signifikan terhadap mengungkapkan pikiran, perasaan, dan harus
pengendalian perilaku emosional anak di TK bersikap tulus, jujur, kepada guru ke orang tua
Biringkanaya Kota Makassar. Hal ini berarti atau sebaliknya orang tua kepada guru
bahwa guru dengan orang tua yang khususnya mengenai perilaku emosional anak
memanfaatkan durasi waktu berkomunikasi (b) empati yakni guru dengan orang tua
dan frekuensi komunikasi yang tepat, dapat merasakan apa yang dialami oleh anak
memberi pengaruh yang berarti pada khususnya perilaku emosional.
pengendalian perilaku emosional anak. Komunikasi interpersonal merupakan
c. Nilai Koefisien X bertanda negatif atau komunikasi di antara individu-individu
terjadi korelasi negatif, artinya semakin lama dengan latar belakang kultur, nilai,
komunikasi antara orang tua dengan guru kepercayaan, dan pola perilaku yang
dalam membicarakan perilaku emosional berbeda. Dalam menghadapi variasi budaya
anak, maka semakin berkurang (terkendali) di komunikasi interpersonal, kaitannya

421
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015

dengan komunikasi antara guru dengan orang Selain faktor - faktor dukungan, yakni guru
anak, maka setiap individu perlu saling dengan orang tua dapat saling memecahkan
menyadari dan mengenali budaya-budaya lain masalah dalam persoalan anak kaitannya
selain budaya yang kita miliki, olehnya itu dengan perilaku emosional anak, serta
diperlukan pengenalan perbedaan-perbedaan kesamaan yakni adanya kesamaan
antar budaya baik dalam skala kecil maupun pemahaman antara guru dengan orang tua
besar. Faktor yang cukup kuat sehingga khususnya mengenai cara mengendalikan
komunikasi antara tatap muka menjadi favorit perilaku emosional anak.
di antaranya adalah tiap individu butuh Dengan demikian dalam memelihara dan
dipahami dan memahami dari berbagai latar memperteguh hubungan interpersonal ini
belakang tergantung pada karakteristik masing-masing
Hasil pengamatan terhadap praktek individu dan situasi dan kondisi atau
komunikasi antara guru dengan orang tua lingkungannya. Semakin akrab hubungan-
siswa, nampaknya penggunaan media tatap hubungan tersebut maka komunikasi lebih
muka paling sering digunakan. Para efektif dan komunikatif.
komunikan berupaya saling memahami secara Hasil penelitian ini cukup relevan teori
pribadi, bukan latar belakang budayanya, pertukaran sosial, yang terkait hubungan
berkomunikasi sesuai situasi, kondisi, dan dengan orang lain. Sehubungan dengan ini,
pribadi masing-masing. Komunikan guru dengan perannya sebagai pengajar, dapat
senantiasa mengingat tiap orang mungkin mengarahkan siswa ke arah yang lebih baik,
memiliki pola interaksi yang berbeda-beda selanjutnya orang tua sebagai salah satu
sesuai kulturnya. bagian dari pertukaran sosial tersebut
Tingkat pendidikan perlu diperhatikan dalam menghadapi hak dan kewajibannya kaitannya
melaksanakan komunikasi interpersonal. dengan tugas dan kewajibannya.
Dalam hal ini, guru di TK lokasi penelitian Teori pertukaran sosial yang diterapkan
senantiasa menggunakan bahasa-bahasa yang disekolah, merupakan bagian dari teori
dapat dipahami dengan baik yang diupayakan komunikasi interpersonal yang menjabarkan
sesuai dengan tingkat pendidikan antaupun bagaimana seseorang tinggal dan memasuki
pemahaman orang tua anak. Dengan suatu interaksi sosial dengan
pemahaman seperti ini, maka terdapat mempertimbangkan konsekuensi yang
komunikasi yang saling terbuka, saling didapatkan dari suatu interaksi interpersonal
memahami dan saling mengerti sehingga tersebut. Kaitan dengan ini maka terjadi
persoalan sebenarnya dari anak dapat pertukaran antara guru dengan orang tua
diselesaikan dengan baik. siswa dengan hak dan kewajiban masing-
Kondisi lain yang sangat dipahami oleh guru masing.
TK di Kecamatan Birngkanaya adalah kondisi Penerapan teori pertukaran sosial dalam dunia
guru yang sebagian besar adalah pekerja pada pendidikan di Taman Kanak-Kanak, memiliki
sektor informal. Dengan kondisi seperti ini, asumsi bahwa guru dan orang tua akan secara
maka pihak guru dapat memahami dan sukarela memasuki dan tinggal dalam suatu
mengerti perilaku kerja sehari-hari orang tua interaksi sosial dengan mempertimbangkan
dalam membimbing anak-anaknya. konsekuensi yang terjadi yaitu untung rugi.
Pemahaman karakter tersebut, dapat Pada dasarnya, dalam membangun sebuah
menjadikan komunikasi antar pribadi antara interaksi sosial yang memungkinkan individu
orang tua dan guru dapat berjalan dengan baik untuk memaksimalkan keuntungan yang
dengan mengedepankan aspek saling diperoleh.
mengerti dan memahami. Sehubungan dengan pertukaran sosial yang

422
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015

terjadi pada Pendidikan Anak TK, maka pihak orang tua senantiasa dihadapkan pada
orang tua dan pihak guru masing-masing perbandingan-perbandingan yang ada, baik
memiliki konsekuensi atau pengorbanan yang membandingkan antara TK dengan TK
diberikan dalam rangka kesuksesan anak. lainnya, atau antara anak dengan anak lainnya
Pihak guru akan mengorbankan waktu, ilmu ataupun membandingkan dengan dengan
dan tenaganya dalam rangka mencerdaskan standar-standar pengajaran yang telah
anak serta mendapatkan imbalan atau disepakati sebelumnya.
kompensasi yang telah disepakati sebelumnya
oleh sistem tertentu. Demikian pula, orang tua Teori pertukaran sosial merupakan teori yang
akan berkorban di antaranya biaya, dalam memandang hubungan interpersonal sebagai
rangka mendapatkan haknya melihat anaknya suatu transaksi dagang. Jadi, orang
tumbuh dengan baik dan dapat menjadi berhubungan dengan orang lain karena
harapan bangsa dan negara di masa yang akan mengharapkan sesuatu yang memenuhi
datang. kebutuhannya. Perumusan tersebut
mengasumsikan bahwa interaksi manusia
Prinsip dasar pertukaran sosial adalah yakni melibatkan pertukaran barang dan jasa. Jika
adanya suatu aturan yang mengatakan bahwa imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih
sebuah imbalan harus sebanding dengan banyak dari biaya atau pengeluaran, maka
investasi. Dalam teori pertukaran sosial yang interaksi kelompok akan diakhiri atau
menggunakan ekonomi sebagai landasan individu-individu yang terlibat akan
teorinya bahwa orang berusaha membangun mengubah perilaku mereka untuk melindungi
hubungan persahabatan atau percintaan yang imbalan apa pun yang mereka cari.
hanya akan memberikan keuntungan yang
lebih besar. Bagi orang tua, mengorbankan Pendekatan pertukaran sosial ini penting
dana yang besar akan dilakukan dalam rangka karena berusaha menjelaskan fenomena
melihat anak mereka tumbuh dengan baik, kelompok dalam lingkup konsep-konsep
sementara guru mengorbankan waktu dan ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan
tenaga dalam rangka mendapatkan kepuasan imbalan. Makin tinggi nilai hasil suatu
dan kompensasi yang dipandangnya setara perbuatan bagi seseorang, makin besar pula
atau layak. kemungkinan perbuatan itu diulanginya
kembali. Asumsi teori pertukaran sosial
Di setiap kehidupan manusia sebagai individu mengenai keadaan manusia (human nature)
memiliki berbagai alternatif dari comparison (a) manusia mencari keuntungan dan
level sebagai perbandingan dari keuntungan menghindari hukuman, (b) manusia sebagai
yang diperoleh dalam suatu interaksi sosial. mahluk rasional, dan (c) standar-standar
Dengan pemahaman lain bahwa jika dalam manusia menggunakan evaluasi biaya dan
suatu interaksi sosial orang akan melihat dan keuntungan dari waktu ke waktu dan dari
meyakini bahwa ada keuntungan dari sebuah orang per orang.
interaksi sosial berikutnya. Maka orang akan Komunikasi antara guru dengan orang tua
memutuskan hubungan yang dilakukan begitu penting dalam kehidupan sehari-hari
sekarang dan mengambil keputusan untuk kaitannya dengan perkembangan emosional
mengambil keputusan untuk memasuki suatu anak, beberapa faktor penyebabnya, di
hubungan baru yang lebih memberikan antaranya adalah :
keuntungan.
Demikian pula dengan pertukaran sosial yang a). Dalam masa perkembangan anak itu, dua
terjadi pada sekolah TK, dimana guru dan hal yang menjadi sumber pelajaran bagi anak

423
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015

yakni guru di sekolah dan orang tua di rumah, bergaul dengan orang-orang di
dimana semuanya menggunakan komunikasi lingkungannya, baik orang tua, saudara,
sebagai sarana menyampaikan informasi. teman sebaya, atau orang dewasa lainnya.
Apabila lingkungan sosial seperti orang tua,
b). Pada dasarnya semua anak memiliki sanak keluarga memfasilitasi atau
permasalahan emosional baik di rumah memberikan peluang terhadap perkembangan
maupun di sekolah, walaupun kadarnya kecil. secara positif maka anak akan dapat mencapai
Komunikasi yang baik antara guru dan orang perkembangan sosialnya secara matang,
tua merupakan solusi dalam rangka apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif,
menyelesaikan permasalahan-permasalahan seperti perlakuan orang tua yang kasar, sering
anak tersebut. memarahi anak, acuh tak acuh, tidak
memberikan teladan, tidak membiasakan
c). Setiap orang tua memiliki harapan yang terhadap anak dalam menerapkan norma-
besar terhadap anak-anaknya, dimana guru norma baik agama, maupun budi pekerti
cukup memahami metode atau teknik dalam cenderung menampilkan perilaku
rangka pengembangan kemampuan anak. maladjustment, seperti senang menyendiri,
Olehnya itu, komunikasi yang baik antara kurang tenggang rasa, bersifat minder, kurang
keduanya dapat menjadi sarana yang dapat memperdulikan norma dalam berperilaku.
mengoptimalkan kemampuan anak di masa Kemampuan untuk bereaksi secara emosional
yang akan datang. sudah ada sejak anak dilahirkan, namun
perkembangan emosional berikutnya tidaklah
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional berjalan dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi
sudah ada sejak anak dilahirkan, namun oleh kematangan, dan peran proses belajar
perkembangan emosional berikutnya tidaklah yang dilakukan. Dalam kenyataan. kehidupan
berjalan dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi pengendalian emosional sangat berpengaruh
oleh kematangan, dan peran proses belajar terhadap penyesuaian pribadi yang pada
yang dilakukan. Dalam kenyataan. kehidupan gilirannya akan mempengaruhi perkembangan
pengendalian emosional sangat berpengaruh aspek psikologis yang lain.
terhadap penyesuaian pribadi yang pada
gilirannya akan mempengaruhi perkembangan Perilaku Agresivitas Anak
aspek psikologis yang lain.
Pada dasarnya, terdapat 2 fungsi emosi pada Perilaku agresivitas pada anak merupakan
anak usia dini, yakni sebagai pendorong, dan suatu jenis perilaku yang kurang baik bagi
sebagai alat komunikasi, sebagai pendorong seorang anak. Agresivitas berkaitan dengan
emosi akan menentukan perilaku anak dengan adanya perasaan-perasaan marah atau
melakukan sesuatu. Selanjutnya fungsi emosi permusuhan atau tindakan melukai orang lain
sebagai alat komunikasi, dengan reaksi emosi dengan tindakan kekerasan secara fisik,
anak akan memperlihatkan apa yang verbal, maupun menggunakan ekspresi wajah
dirasakannya dan gerakan tubuh yang mengancam atau
Anak dilahirkan belum bersifat sosial, dalam merendahkan. Perilaku agresivitas yang
arti anak belum memiliki kemampuan untuk banyak dilakukan oleh anak marah, memukul,
bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai menyerang, melempar dan lain sebagainya.
kematangan sosial, anak harus belajar tentang Agresif merupakan tingkah laku menyerang
cara-cara menyesuaikan diri dengan orang baik secara fisik maupun verbal atau
lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui melakukan ancaman sebagai pernyataan
berbagai kesempatan atau pengalaman adanya rasa permusuhan.

424
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan pengawasan guru. Guru berada dalam


bahwa gejala perilaku agresivitas yang lingkungan yang dekat. Dengan demikian
ditunjukkan anak dalam kehidupan sehari-hari dapat dikatakan bahwa seorang guru cukup
di sekolah di antaranya adalah (a) Sering besar pengaruhnya dalam pembentukan
mendorong, memukul, atau berkelahi, (b) patokan-patokan hidup, sikap-sikap dan
menyerang dengan menggunakan kaki, tingkah-laku yang dicita-citakan.
tangan, tubuhnya untuk mengganggu Melihat pentingnya peranan guru dalam
permainan yang dilakukan teman-teman, (c) perkembangan aspek intelek dan kepribadian
menyerang dalam bentuk verbal seperti; anak, maka guru perlu menyadari kedudukan
mencaci, mengejek, mengolok-olok, berbicara dan sikap-sikap maupun kepribadiannya.
kotor dengan teman dan (d) tingkah laku Guru, di samping menambah pengetahuan
mengganggu muncul karena ingin anak, juga menambah dan mengubah sifat-
menunjukkan kekuatan kelompok. Biasanya sifat kepribadian anak dalam proses
melanggar aturan atau norma yang berlaku di identifikasi. Lebih-lebih jika guru dianggap,
sekolah seperti; berkelahi, merusak alat dipilih sebagai tokoh identifikasi anak
permainan milik teman, mengganggu anak tersebut.
lain. Kecemasan yang dilakukan oleh anak TK di
Hasil wawancara sederhana, baik dengan guru Kecamatan Biringkaya Kota Makassar,
TK, maupun dengan orangtua anak, maka termasuk di antaranya adalah apabila objek
dapat disimpulkan beberapa penyebab anak yang menjadi sumber kecemasan telah berlalu
mengalami permasalahan agresivitas di atau bahkan sebenarnya tidak ada, tapi
sekolah di antaranya adalah (a) pola asuh atau kecemasan tetap dirasakan,.maka dapat
komunikasi yang keliru (melakukan dikatakan hal tersebut bisa dikategorikan
kekerasan terhadap anak, otoriter terhadap tidak wajar atau berlebihan. Pada anak-anak,
anak dan terlalu protektif, terlalu memanjakan indikator lainnya ialah ia mengalami
anak (orang tua selalu mengijinkan atau kecemasan berlebihan adalah ketika rasa
membenarkan permintaan anak), (b) reaksi cemasnya sudah tidak sesuai dengan tahap
emosi terhadap frustasi (banyaknya larangan usia perkembangannya. Anak-anak usia 1-4
yang dibuat guru atau orang tua (kecemasan tahun wajar merasa cemas jika hendak
yang berlebihan), sementara anak melakukan ditinggalkan orangtuanya. Namun, jika
kegiatan yang sesuai dengan kebutuhannya) kecemasan yang sama masih timbul pada
dan (c) tingkah laku agresif sebelumnya anak usia 8 tahun, maka dapat dikatakan hal
(tingkah laku agresif yang pernah dilakukan tersebut sudah tidak wajar dan perlu
anak mendapat penguatan dari keluarga atau mendapat perhatian dari orangtua.
guru). Hasil wawancara dengan berbagai sumber di
lapangan menunjukkan bahwa berbagai
Perilaku Kecemasan Anak sumber penyebab timbulnya kecemasan pada
anak-anak, seperti faktor neurobiologis, faktor
Seorang anak kira-kira 5 jam sehari berada genetik, dan lain sebagainya. Tak jarang
lingkungan sekolah. Apalagi kalau dipikirkan orangtua yang pencemas juga berpotensi
bahwa seorang anak setiap hari tidur selama 9 mengakibatkan anak yang pencemas. Ibu
Jam, maka 15 jam dalam keadaan tidak tidur, yang diliputi kecemasan saat mengandung,
di mana 1/3 dari waktunya ditempuh di akan melahirkan anak-anak yang cenderung
lingkungan sekolah. Dari 5 atau 6 jam di pencemas. Tapi pada prakteknya, faktor dari
sekolah, anak hanya 1/2 jam istirahat, jadi 4 keluargalah yang paling sering menjadi
1/2 atau 5 jam anak berada di bawah penyebab rentannya anak-anak mengalami

425
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015

kecemasan. Dimulai dari proses pembentukan pendengar yang baik, (d) Melibatkan diri
attachment yang tidak baik pada anak di dengan anak- anak, (e) Dorong mereka untuk
bawah usia 2 tahun, misalnya anak bicara, (f) mendongeng atau bercerita, (g)
ditelantarkan atau diperlakukan secara kasar, Jaga ekspresi dan (h) Mereka adalah kita.
maka ia akan mengembangkan sikap insecure
terhadap lingkungan dan dunia di sekitarnya. Perilaku takut Berlebihan Pada Anak

Perilaku Menarik Diri Anak Takut yang berlebihan seringkali


digambarkan sebagai kondisi yang dialami
Menarik diri merupakan salah satu tipe individu berupa perasaan tidak senang yang
emotional yang diarahkan kedalam diri, diikuti dengan tanda-tanda fisik seperti,
perilaku ini merupakan permasalahan emosi berkeringat, detak jaunting yang meningkat,
yang diarahkan kedalam diri dengan dan gemetar. Perasaan takut ini biasanya
kecendrungan menarik diri dari interaksi muncul karena adnya peristiwa atau situasi
sosial. Anak yang mengalami masalah ini yang dianggap berbahaya. Terdapat beberap
akan mengalami permasalahan di antaranya sumber takut yang biasa dialami oleh
adalah (a) tidak mau bersosialisasi atau individu, yaitu hewan (serangga, ngengat, dan
bergaul selain dengan keluarga, (b) pendiam ulat), benda-benda berbahaya seperti listrik,
rendah diri, malu takut, tidak banyak bicara, mobil, senjata atau tempat-tempat tertentu.
dan bermain sendiri, (c) sering melamun, Jenis ketakutan yang sering kali terjadi pada
menyendiri, dan tidak suka keramaian, (d) anak adalah takut perpisahan, takut orang
sibuk dengan kegiatannya sendiri dan kadang baru, takut kegelapan, takut mandi dll.
(d) menjadi bahan olok-olokan teman sebaya; Adapun bagi anda sebagai orang tua perlu
Hasil wawancara dengan berbagai pihak anda ketahui bahwa ketakutan pada anak
didapatkan bahwa terdapat beberapa disebabkan oleh beberapa hal baik secara fisik
penyebab perilaku menarik diri pada anak, di maupun psikis, ancaman, ketidaknyamanan
antaranya adalah factor lingkungan yang seperti suntikan atau pada anak diatas usia 4
kurang memberi stimulasi dan dorongan tahun telah memiliki fantasi sendiri, salah
untuk bersosialisasi. Komunikasi merupakan satunya adalah objek bayangan yang
cara untuk membangun ikatan yang kuat ditakutinya seperti monster.
dengan orang-orang di sekitar kita, termasuk Adapun beberapa kiat dalam menghilangkan
anak-anak kita. Dengan adanya komunikasi, rasa takut bagi orang tua atau anak dapat
kita juga bisa belajar memahami apa yang dengan cara cara berikut (a). Menjelaskan
mereka perlukan dan atau inginkan. ketakutan yang dialaminya, (b) Membutuhkan
Komunikasi yang baik antara guru dengan waktu, (c). Perbanyak aktifitas yang
anak ataupun antara orang tua dengan anak, melibatkan orang lain, (d) Hindari
merupakan salah satu metode yang baik menertawakan reaksi takut, (e). Hindari
dalam rangka membangun rasa percaya diri membicarakan rasa takut anak pada orang lain
anak, sehingga nantinya anak tumbuh
kembang dengan sebaik-baiknya. KESIMPULAN
Hasil wawancara, pengamatan dan penelaan
penulis tentang komunikasi yang tepat agar Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
anak tidak menarik diri dalam pergaulan, maka kesimpulan dalam penelitian ini:
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan 1. Hasil gambaran perilaku emosional anak
(a) kasih sayang dan perhatian, (b) Tk di kec. Biringkanya kota Makassar
meluangkan waktu untuk anak, (c) Menjadi adalah (a) Perilaku agresivitas yang

426
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015

paling menonjol adalah marah (80,36%), di TK di Kecamatan Biringkanaya Kota


kemudian disusul dengan perilaku Makassar. Terdapat sekitar 32,8%
memukul yakni sebesar (13,10%), pengendalian perilaku emosional anak
menendang, hanya dilakukan oleh disebabkan oleh faktor intensitas
(2,98%) anak dan perilaku yang suka komunikasi antara orang tua dengan guru
menggunakan kata-kata kotor, hanya dalam membicarakan masalah perilaku
(2,38%) ,sedangkan perilaku lainnya, emosional anak di TK Biringkanaya Kota
hampir tidak ada yang melakukannya, Makassar.
karena hanya (1,19%). (b) Perilaku
kecemasan yang paling dominan adalah DAFTAR RUJUKAN
menangis (48,21%), Kemudian disusul
dengan perilaku tidak mau ditinggal Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu
sendiri yakni (28,57%), gelisah dan Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada:
perilaku sulit makan hanya dilakukan Jakarta.
masing-masing (12,50%) dan (8,93%), DeVito, Josef A. 2011. Komunikasi
sedangkan perilaku lainnya hanya dipilih antarmanusia. Karisma Publishing Group:
oleh (1,79%) responden. (c) Perilaku Tangerang Selatan.
menarik diri yang paling dominan adalah Goleman, Daniel. 2002. Kecerdasan
tidak banyak bicara (48,21%) kemudian Emosional. PT. Gramedia Pustaka. Utama
disusul dengan perilaku sibuk sendiri : Jakarta.
yakni 28,57%, tidak dapat bersosialisasi Gunarsa, S.D & Gunarsa, Y.S.D. 2004.
hanya dilakukan oleh 16,07% anak dan Psikologi Praktis Anak, Remaja dan
anak menjadi sumber olok-olokan hanya Keluarga. PT. BPK Gunung Mulia, Cet. 7:
dilakukan oleh 7,14%. (d) serta perilaku Jakarta.
takut berlebihan yang paling menonjol Harapan, Edi & Ahmad, Syarwani. 2014.
adalah takut terhadap orang asing Komunikasi Antarpribadi: Perilaku Insani
(36,3%), kemudian disusul dengan Dalam Organisasi Pendidikan. PT. Raja
perilaku takut terhadap tempat-tempat Grafindo Persada : Jakarta
tertentu yakni sebesar 29,17%, takut Izzaty, R.E. 2005. Prediktor Permasalahan
terhadap benda-benda tertentu dan takut Perilaku Anak Usia Taman Kanak-kanak.
terhadap binatang hanya dipilih masing- Tesis, tidak diterbitkan Program Pasca
masing 18,45% dan 13,69% saja. Sarjana Universitas Gadjah Mada :
2. Komunikasi yang dilakukan antara guru Yogyakarta
dengan orang tua dalam menangani Mashar, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini
permasalahan perilaku emosional anak dan Strategi Pengembangannya. Kencana
yang paling menonjol adalah tatap muka , Prenada Media group: Jakarta.
yang pada umumnya dilakukan sekali Muliyadi, Seto. 2004. Membantu Anak Balita
dalam rentang waktu sekitar 10 -19 menit Mengelola Amarahnya. Erlangga : Jakarta.
setiap pertemuannya. Prahasty, Dina. 2009. Jurnal Efektifitas
3. Terdapat korelasi yang signifikan antara Komunikasi Antarpribadi dalam
intensitas komunikasi dengan perilaku Mengendalikan emosi anak pra sekolah di
anak. Pengaruh yang terjadi adalah playgroup caterpillar super kids Lebak
negatif, artinya semakin baik intensitas bulus. UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.
komunikasi antara guru dengan orang Rakhmat, Jalaluddin Drs. M.Sc. 1988.
tua, maka semakin mampu Psikologi Komunikasi. CV. Remaja Karya:
mengendalikan perilaku emosional anak Bandung.

427
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015

Setyowati, Yuli. 2005. Jurnal Pola Sulaesih, Ule. 2010. Komunikasi Orangtua
Komunikasi Keluarga dan Perkembangan dengan Guru Dalam Membangun
Emosi Anak (Studi Kasus Penerapan Pola Kemandirian Siswa Di TK Bait Qur’any
Komunikasi Keluarga dan Pengaruhnya At-Tafkir Ciputat-Tangerang. UIN Syarif
terhadap Perkembangan Emosi Anak pada Hidayatullah: Jakarta.
Keluarga Jawa). Program Ilmu Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Komunikasi STPMD “APMD”: PT. Grasindo: Jakarta
Yogyakarta

428
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015

429
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015

430
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015

431
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015

432
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015

433
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015

434

You might also like