You are on page 1of 54

Tugas : Maternitas I

Dosen : Ireni Siampa, S. Kep.Ns.,M.Kes

PERSALINAN BERISIKO

OLEH KELOMPOK IV

Desy Alpionita Alepu (NH0116036) Ebi Saiful (NH0116040)

Dina Masbaitubun (NH0116037) Ellen Dit Resok F (NH0116041)

Dinda Cindy P (NH0116038) Erlia Cici (NH0116045)

Elza Pratiwi (NH0116044)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
DISTOSIA

A. DEFINISI
Distosia adalah persalinan abnormal atau sulit yang di tandai dengan
kelambatan atau tidak adanya kemajuan proses persalinan dalam waktu tertentu.
(Achadiat M. C. 2004)
Persalinan disfungsional (Distosia) adalah suatu persalinan yang ditandai
dengan aktivitas uterus yang tidak mempengaruhi penipisan progresif dan dilatasi
serviks serta turunnya bagian presentasi. (Supriyadi. T, dan Gunawan.J. 1994)

B. KLASIFIKASI
Penyebab distosia dapat dibagi dalam 3 golongan besar yaitu:
1. Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak tidak memadai,
yaitu:
a. Kelainan his merupakan penyebab terpenting dan tersering dari distosia.
Baik tidaknya his dapat dinilai dari:
1) Kemajuan persalinan
2) Sifat-sifat his : frekuensi, kekuatan, dan lamanya his. Kekuatan his
dinilain dengan cara menekan dinding Rahim pada puncak kontraksi.
3) Besarnya caput succedaneum.
b. Kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya kelainan dinding perut , atau
kelainan keadaan umum ibu seperti sesak napas atau adanya kelainan ibu.
2. Distosia karena adanya kelainan letak janin atau kelainan fisik janin.
Kelainan posis (Positio Occipito Posterior Persistens), Penyebabnya
tidak terjadi putaran paksi ialah panggul anthropoid, panggul android,
kesempitan bidang tengah pangul, ketuban pecah sebelum waktunya, fleksi
kepala kurang dan inersia uteri.
3. Distosia karena danya kelainan jalan lahir baik bagian keras (tulang) seperti
panggul sempit, kelainan bawaan pada panggul maupun bagian lunak seperti
adanya tumor-tumor baik pada bagian genetalia interna maupun pada visera
lain di daerah panggul yang menghalangi jalan lahir. (Sastrawinata.
S,dkk.2005)

Dalam buku ilmu kebidanan Sarwono Prawiroharjo, sebab-sebab dari


persalinan lama (Distosia) dapat dibagi dalam 3 golongan:
1. Kelainan tenaga (kelainan His). His yang tidak normal dalam kekuatan atau
sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdpat pada
setiap persalinan tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami
hambatan atau kemacetan.
2. Kelainan janin Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.
3. Kelinan jalan Lahir. Kelainan atau ukuran dalam bentuk jalan lahir bisa
menghalangi kemajuan persalinan. (Saifuddin A.B,dkk.2014)

Sebelum membicarakan kelainan His ada baiknya diperhatikan kontraksi


uterus pada persalinan biasa. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa his yang
normal mulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar
merata simetris keseluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada
fundus uteri dimana lapisan otot paling dominan kemudian mengadakan
relaksasi secara merata dan menyeluruh.

C. ETIOLOGI
Kelainan His terutama ditemukan pada primigravida (kehamilan pertama),
khususnya primagravida tua. Pada multipara (kehamilan selanjutnya) lebih
banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Faktor Herediter mungkin
memegang peranan pula dalam kelahiran His. Sampai seberapa jauh factor emosi
(ketakutan dan lain-lain) mempengaruhi kelinan His, khususnya inersia uteri
ialah apabila bagian bawah janin tidak berhubungan dengan segmen bawah
uterus seperti pada kelainan letak janin atau pada disproposri sefalopelvik.
Peregangan Rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda ataupun hidramnion
juga dapat merupakan penyebab inersia uteri yang murni. Akhirnya gangguan
dalam pembentukan uterus pada masa embrional misalnya uterus bikornis
unikolis dapat pula mengakibatkan kelainan his. Akan tetapi pada sebagian besar
kasus kurang lebih separuhnya, penyebab inersia uteri tidak diketahui.

Sebab-sebab terjadinya partus tak maju ini sangat kompleks dan tergantung
pada pengawasan saat hamil, pertolongan persalinan yang baik dan
penatalaksanaannya (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
Faktor-faktor penyebabnya adalah:
a. Kelainan letak janin.
b. Kelainan-kelainan panggul.
c. Kelainan his.
d. Pimpin partus yang salah.
e. Janin besar atau ada kelainan congenital.
f. Primitua.
g. Perut gantung, grandemulti.
h. Ketuban pecah dini.

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Purwaningsih & Fatmawati (2010) manifestasi klinik partus tak maju
yaitu:
1. Pada ibu
a) Gelisah, letih, suhu badan meningkat, nadi cepat, pernafasan cepat,
meteorismus.
b) Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks, cairan
ketuban berbau, terdapat mekonium.
2. Pada janin
a) Denyut jantung janin cepat/tidak teratur, bahkan negatif, air ketuban
terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
b) Kaput suksadenum yang membesar.
c) Moulage kepala yang hebat.
d) Kematian janin dalam kandungan.

E. PATOFISIOLOGI
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian
menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi
kekuatan pada fundus uteri di mana lapisan otot uterus paling dominan,
kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan
dalam ruang amnion balik ke asalnya ± 10 mmHg.
Incoordinate uterine action yaitu sifat His yang berubah. Tonus otot uterus
meningkat, juga di luar His dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa
karena tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi
antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan His tidak efisien
dalam mengadakan pembukaan. Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik
menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dapat pula
menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga di sebut sebagai Incoordinate
hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan
ketuban yang sudah lama pecah, kelainan His ini menyebabkan spasmus sirkuler
setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini
dinamakan lingkaran kontraksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-
mana, tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen
bawah uterus. Lingkaran kontraksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan
dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap sehingga tangan dapat
dimasukkan ke dalam kavum uteri. (Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit).
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu
memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul lebih
dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan paksi luar, bahu
posterior berada di cekungan tulang sakrum atu disekitar spina ischiadika, dan
memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul
melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen obturator. Apabila bahu
berada dalam posisi antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul,
maka bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan
tulang pubis. Dalam keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan akan tidak
dapat melakukan putaran paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang
terjadi antara bahu posterior dengan kepala (disebut dengan turtle sign)
(Prawirohardjo, 2009).

F. PENATALAKSANAAN

1. Antisipasi, ACOG menyatakan bahwa pelahiran sesaria profilaksis dapat


dipilih sebagai cara pelahiran untuk wanita diabetik yang janinnya dicurigai
memiliki taksiran berat janin >4500gram atau untuk bayi dari wanita non-
diabetik, yang taksiran berat janinnya >5000 gram. Wanita dengan pelahiran
per vaginam harus berpartisipasi dalam setiap pembuatan keputusan sebelum
kelahiran. Personel yang tepat disiagakan dan hadir untuk pelahiran, kandung
kemih dikosongkan, anastesi diberikan, dan episiotomi dapat dilakukan.

2. Upayakan pelahiran dengan usaha mengeluarkan dari ibu

3. Untuk “bahu kecil”, ubah posisi wanita ke posisi bertumpu tangan lutut untuk
memudahkan pelahiran bahu posterior.

4. Perasat sekrup kayu.


5. Perasat Hibbard.

6. Patahkan klavikula dengan menekannya terhadap ramus pelvis (Sinclair,


2003).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Adapun untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan seperti sebagai

berikut (Mochtar, 1989) :


1. Pemeriksaan panggul: panggul luar dan panggul dalam.
2. Pemeriksaan radiologik: untuk pelvimetri dibuat 2 foto yaitu :
a) Foto pintu atas panggul: ibu dalam posisi setengah duduk, sehingga
tabung Ro tegak lurus atas pintu atas panggul.
b) Foto lateral: ibu dalam posisi berdiri, tabung Ro diarahkan horizontal
pada trochanter major dari samping.
3. Palpasi dan Balotemen: Leopold I : teraba kepala (balotemen) di fundus
uteri.
4. Vaginal Toucher : teraba bokong yang lunak dan iregular.
5. X-ray : Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan pemeriksaan ini
penting untuk menentukan jenis presentasi sungsang dan jumlah kehamilan
serta adanya kelainan kongenital lain.
6. Ultrasonografi: Pemeriksaan USG yang dilakukan oleh operator
berpengalaman dapat menentukan :
a) Presentasi janin
b) Ukuran
c) Jumlah kehamilan
d) Lokasi plasenta (Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan)
e) Jumlah cairan amnion
f) Malformasi jaringan lunak atau tulang janin
H. DAMPAK PERSALINAN LAMA PADA IBU-JANIN
Pada persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah
satu atau keduanya sekaligus.
1. Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius mengancam ibu dan janinnya pada
partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan
amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi
bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin.
2. Reptura Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius
selama partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada
mereka dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala
janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tdk cakap dan tidak
terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang kemudian
dapat menyebabkan reptura.
3. Cincin Retraksi Patologis.
Walaupun sangat jarang dan timbul konstriksi atau cincin local uterus
pada persalinan yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin
retraksi patologis Bandl, yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang
berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini cincin dapat
terlihat jelas sebagai suatu indentasi abdomen dan menandakan ancaman
akan rupturnya segmen segmen bawah uterus.
4. Pembentukan Fistula
Apabila bagian bawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi
tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir akan
teretak diantaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan
berlebihan.
5. Cedera otot-otot dasar Panggul
Suatu anggapan yang telah lama dipegang adalah bahwa cedera otot-otot
dasar panggul atau persarafan atau fasia penghubungnya merupakan
konsekuensi yang tidak terelakkan pada persalinan pervaginam, terutama
apabila persalinanya sulit. Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat
tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya
mengejan ibu. (Sastrawinata. S,dkk.2005)

Partus lama itu sendiri dapat merugikan. Apabila panggul sempit dan juga
terjadi ketuban pecah lama serta infeksi intrauterus, risiko janin dan ibu akan
muncul. Infeksi intrapartum bukan saja merupakan penyulit yang serius pada ibu,
tetapi juga merupakan penyebab penting kematian janin dan neonates. Hal ini
disebabkan bakteri didalam cairan amnion menembus selaput amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi bakterimia pada ibu
dan janin. Pneumonia janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi adalah
konsekuensi serius lainnya.

1. Kaput Suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput
suksedaneum yang besar di bagian terbwaha kepala janin. Kaput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostic yang serius.
Kaput dapat hamper mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri
belum cakap. Dokter yang kurang berpengalaman dapat melakukan upaya
secara premature dan tidak bijak untuk melakukan ekstraksi forceps.
Biasanya kaput suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun, akan
menghilang dalam beberapa hari.
2. Molase Kepala Janin

Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak


saling bertumpang tindih satu sama lain di suara-suara besar, suatu proses
yang disebut molase (molding, moulage). Biasanya batas median tulang
parietal yang berkontrak dengan promontorium bertumpang bertumpang
tindih dengan tulang di sebelahnya; hal yang sama terjadi pada tulang-
tulang frontal. Namun, tulang oksipital terdorong ke bawah tulang parietal.
Parubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang
nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat
menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan
perdarahan intracranial pada janin.

Sorbe dan Dahlgren mengukur diameter kepala janin saat lahir dan
membandingkannya dengan pengukuran yang dilakukan 3 hari kemudian.
Molase paling besar terjadi pada diameter suboksipitobregmatika dan
besarnya rata-rata 0,3 cm dengan kisaran sampai 1,5 cm. Diameter
biparietal tidak dipengaruhi oleh molase kepala janin. Factor-faktor yang
berkaitan dengan molase adalah nuliparitas, stimulasi persalinan dengan
oksitosin, dan pengeluaran janin dengan ekstraksi vakum. Carlan, dkk.
Melaporkan suatu mekanisme penguncian (locking mechanism) saat tepi-
tepi bebas tulang cranium saling terdorong kea rah yang lainnya, mencegah
molase lebih lanjut dan mungkin melindungi otak janin. Mereka juga
mengamati bahwa molase kepala janin yang parah dapat terjadi sebelum
persalinan. Holland melihat bahwa molase yang parah dapat menyebabkan
tentorium serebeli. Robekan semacam ini dijumpai baik pada persalinan
dengan komplikasi maupun persalinan normal.

Bersamaan dengan molase, tulang parietal, yang berkontrak dengan


promontorium, memperlihatkan tanda-tanda mendapat tekanan besar,
kadang-kadang bahkan menjadi dasar. Akomodasi lebih mudah terjadi
apabila tulang-tulang kepala belum mengalami osifikasi sempurna. Proses
penting ini mungkin dapat menjadi salah satu penjelasan adanya perbedaan
dalam proses persalinan dari dua kasus yang tampak serupa dengan ukuran-
ukuran panggul dan kepala identik. Pada satu kasus, kepala lebih lunak dan
mudah mengalami molase sehingga janin dapat lahir spontan. Pada yang
lain, kepala mengalami osifikasi tahap lanjut tetap mempertahankan
bentuknya sehingga terjadi distoria.

Tanda-tanda khas penekanan dapat terbentuk di kulit kepala pada


bagian yang melewati promontorium. Dari lokasi tanda-tanda tersebut, kita
sering dapat memastikan gerakan yang dialami kepala sewaktu melewati
pintu atas panggul. Walapupun jarang, tanda-tanda serupa timbul dibagian
kepala yang pernah berkontrak dengan simfisis pubis. Tanda-tanda ini
biasanya lenyap dalam beberapa hari.

Fraktur rengkorak kadang-kadang dijumpai, biasanya setelah


dilakukan upaya paksa pada persalinan. Fraktur ini juga dapat terjadi pada
persalinan spontan atau bahkan seksio sesarea. Fraktur mungkin tampak
sebagai alur dangkal atau cekungan berbentuk sendok tepat di posterior
sutura koronaria. Alur dangkal relative sering dijumpai, tetapi karena hanya
mengenai lempeng tulang eksternal, fraktur ini tidak berbahaya. Namun,
yang berbentuk sendok, apabila tidak diperbaiki secara bedah dapat
menyebabkan kematian neonates karena fraktur ini meluas mengenai
seluruh ketebalan tengkorak dan membentuk tonjolan-tonjolan permukaan
dalam yang melukai otak. Pada kasus ini, bagian tengkorak yang cekung
sebaiknya dielevasi atau dihilangkan. (Sastrawinata. S,dkk.2005)
ASUHAN KEPERAWATAN DISTOSIA

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Adapun
pengkajian ibu dengan distosia meliputi hal-hal berikut ini
1. Identitas
Nama, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan, kehamilan, dan lama perkawinan serta data demografi.
2. Keluhan Utama
Proses persalinan yang lama dan panjang menyebabkan adanya keluhan nyeri,
letih dan cemas.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti kelainan
letak janin (lintang, sunsang) apa yang menjadi presentasi, dll.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat distosia sebelumnya dan juga biasanya ada
penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul
sempit, ada riwayat DM, biasanya ada riwayat hamil kembar dll.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah,
DM, eklamsi dan pre eklamsi.
4. Pemeriksaan Fisik
 Kepala
Rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe
 Mata
Biasanya konjungtiva anemis
 Thorak
Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasany ada
bagian paru yang tertinggal saat pernafasan 21
 Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang
semenjak awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi,
letak, presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau
lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaan pada simpisis
biasanya blas penuh/tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan
kandung kemih. Pemeriksaan leopod dan DJJ juga berperan penting unuk
mengetahui status dan kemajuan perslinan.
 Vulva dan Vagina
Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada
vulva/servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan
persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi
adanya plasenta previa.
 Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk
panggul dan kelainan tulang belakang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera
2. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama
3. Risiko tinggi infeksi ditandai dengan Prosedur Invasif.( Herdman T.H &
Kamitsuru Shigemi, 2015)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa NOC(Moorhead NIC (Bulechek Rasional
Nyeri akut See,dkk,2013) M.G,dkk.2013)
berhubungan 1. Control Nyeri 1. Berikan 1. teknik
dengan Agen 2. Tingkat Nyeri kebutuhan relaksasi dapat
kenyamanan
cedera. Outcome mengalihkan
dan aktifitas
Definisi : batasan lain yang perhatian dari
pengalaman karakteristik
dapat rasa nyeri.
sensori dan membantu
emosional tidak 1. Status
kenyamanan: relaksasi
menyenangkan
fisik untuk 2. membantu
yang muncul
akibat kerusakan 2. Tingkat memfasilitasi dalam
actual atau ketidaknyaman penurunan
an mendiagnosis
potensial atau nyeri
yang 3. Pergerakan dan memilih
digambarkan 4. Nyeri: respon
psikologis 2. Tentukan tindakan,
sebagai
kerusakan; tambahan lokasi, penekanan
awitan yang tiba- 5. Nyeri: efek karakteristik,
yang kualitas dan kepala pada
tiba atau lambat
dari intensitas mengganggu keparahan serviks yang
ringan hingga nyeri berlangsung
berat dan akhir Outcome factor sebelum
yang di dapat di yang lama akan
mengobati
antisipasi atau berhubungan
pasien menyebabkna
diprediksi 1. Keparahan
Cedera Fisik 3. Kuatkan nyeri.
2. Pengetahuan: dukungan 3. Dengan
manajemen sosial/ kehadiran
Nyeri keluarga akan
dukungan
membuat ibu
keluarga. rasa nyaman
dan dapat
megurangi
tingkat
kecemasan
dalam
melewati
persalinan,
perhatian
terhadap nyeri
akan
terhindari.

Diagnosa NIC Rasional


NOC
Ansietas 1. Instruksikan 1. mengintruksikan
1. Tingkat
berhubungan pasien untuk pasien
Kecemasan
dengan menggunakan menggunakan
2. Tingkat
persalinan lama teknik teknik relaksasi.
Kecemasan
relaksasi 2. Mengurangi
social.
Definisi: sesuai dengan kecemasan
perasaan yang tentang kondisi
Outcome kebutuhan.
tidak nyaman
atau Batasan 2. Beri / keadaan janin.
kekhawatiran Karakteristik
penjelasan 3. Untuk
yang samar 1. Control
diserta respon kecemasan tentang mengeksternalis
otonom, perasaan Diri asikan
kondisi janin.
takut yang 2. Konsentrasi
disebabkan 3. Anjurkan kecemasan yang
3. Tingkat Rasa
antisipasi Takut dirasakan.
klilen untuk
terhadap bahaya.
4. Tanda-Tanda
Hal ini mengemukaka
merupakan Vital
n hal-hal yang
isyarat
kewaspadaan Outcome Faktor dicemaskan.
yang Yang
memperingatkan Berhubungan
individu akan 1. Status
adanya bahaya Kenyamanan
dan 2. Status
memampukan Kenyamanan:
individu untuk Lingkungan
bertindak
3. Status
menghadapi
ancaman. Kenyamanan:
Fisik

Diagnosa NOC NIC Rasional

1. Untuk
Risiko tinggi 1. Keparahan 1. Cuci tangan
mencegah
infeksi ditandai infeksi dengan
kontaminasi
dengan Prosedur 2. Keparahan sabun anti
mikroba.
Invasif infeksi : baru mikroba
2. Mengurangi
Definisi lahir 2. Gunakan
transmisi
Rentan Outcome factor universal
mikroba
mengalami invasi berhubungan precaution
sebagai
dan multiplikasi 1. Status dan sarung
pencegahan
organisme imunitas tangan steril
infeksi.
patogenik yang 2. Control risisko jika
dapat 3. Control melakukan
mengganggu risisko: proses Vaginal
kesehatan infeksi Toucher
D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan atau implementasi dapat dilakukakn dengan tindakan mandiri
atau kolaborasi. Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata
berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai
hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan
yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik
secara umum maupun secara khusus pada klien gagal jantung. Pada pelaksanaan
ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen dan
dependen. . (Rini Susilo.2016)

E. EVALUASI
Evaluasi diperlukan untuk mengetahui keberhasilan yang diberikan. Evaluasi
keefektifan asuhan yang diberikan apakah tindakan yang diberikan sudah sesuai
dengan perencanaan. Rencana tersebut dapat dikatakan efektif jika memang
efektif pelaksanaanya. (Rini Susilo.2016)
PREMATUR

A. DEFINISI
Menurut WHO persalinan premature adalah persalinan dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500g. kematian
perinatal yang tinggi (70%) disebabkan oleh persalinan preatur, bayi premature,
karena tumbuh kembang organ vitalnya menyebabkan ia masih belum mampu
hidup diluar kandungan, sehingga sering mengalami kegagalan adaptasi yang
dapat menimbulkan morbiditas bahkan mortalitas yang tinggi (prof. Dr. mnuaba,
2003).

Persalinan yang berlangsung pada usia kehamilan 20-37 minggu


dipertimbangkan sebagai persalinan premature dan terjadi pada kurang lebih 10%
persalinan di Amerika Serikat, kendati program pencegahan persalinan premature
(Renata Komalasari, 2009).

Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong
2004).
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari
mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan
memendek. Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara
bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir.
Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas
neonatus.
Persalinan bayi premature dapat berbahaya karena paru bayi dan system
tubuh lainnya mungkin belum siap untuk berfungsi sendiri.
B. ETIOLOGI

Penyebab persalinan premature tidak diketahui dan tampaknya disebabkan


oleh banyak factor. Pada beberapa kasus persalinan ini tidak dapat dicegah dan
berhubungan dengan PJT (Renata Komalasari, 2009).

1. Faktor Maternal
Toksemia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus
kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak
mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan
plasenta dan infark dari plasenta
2. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi autosomal), fetus multi ganda, cidera
radiasi (Sacharin. 1996)
Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :
a. Kehamilan
- Malformasi Uterus
- Kehamilan ganda
- TI. Servik Inkompeten
- KPD
- Pre eklamsia
- Riwayat kelahiran premature
- Kelainan Rh
b. Penyakit
- Diabetes Maternal
- Hipertensi Kronik
- UTI
- Penyakit akut lain
c. Sosial Ekonomi
- Tidak melakukan perawatan prenatal
- Status sosial ekonomi rendah
- Malnutrisi
- Kehamilan remaja
Faktor Resiko Persalinan Prematur: (Bobak, Ed 4. 2005)
a. Resiko Demografik
- Ras
- Usia (<> 40 tahun)
- Status sosio ekonomi rendah
- Belum menikah
- Tingkat pendidikan rendah
b. Resiko Medis
- Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
- Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif)
- Anomali uterus
- Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
- Resiko kehamilan saat ini :
Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-
masalah plasenta (misal : plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan
abdomen, infeksi (misal : pielonefritis, UTI), inkompetensia serviks, KPD,
anomaly janin
c. Resiko Perilaku dan Lingkungan
- Nutrisi buruk
- Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
- Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
- Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
d. Faktor Resiko Potensial
- Stres
- Iritabilitas uterus
- Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
- Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
- Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
- Defisiensi progesteron
- Infeksi

C. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui secara jelas.
Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang
memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada
ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan
nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi
obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil
dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan
mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor
tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa
bayiuntuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi
yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur
memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk memungkinkan bayi
beradaptasi dengan lingkungan luar.

Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor


atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan
pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok
lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus
pada trimester I lebih dari 2 kali
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali
uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat
abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi
konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko
mayor atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya.
(Aeif Mansjoer, 2000).
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Bayi prematur digaris batas
a. 37 mg, masa gestasi
b. 2500 gr, 3250 gr
c. 16 % seluruh kelahiran hidup
d. Biasanya normal
e. Masalah :
- Ketidak stabilan
- Kesulitan menyusu
- Ikterik
- RDS mungkin muncul
Penampilan :
- Lipatan pada kaki sedikit
- Payudara lebih kecil
- Lanugo banyak
- Genitalia kurang berkembang
2. Bayi Prematur Sedang
a. 31 mg – 36 gestasi
b. 1500 gr – 2500 gram
c. 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup
d. Masalah :
- Ketidak stabilan
- Pengaturan glukosa
- RDS mungkin muncul (respiratori distress syindrome)
- Ikterik
- Anemia
- Infeksi
- Kesulitan menyusu
Penampilan :
- Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah
- Kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak
3. Bayi Sangat Prematur
a. 24 mg – 30 mg gestasi
b. 500 gr – 1400 gr
c. 0,8 % seluruh kelahiran hidup
d. Masalah : semua
e. Penampilan :
- Kecil tidak memiliki lemak
- Kulit sangat tipis
- Kedua mata mungkin berdempetan (Bobak. Ed 4. 2005)

E. PENYEBAB PERSALINAN PREMATUR (glade B. Curtis, 1997)


1. Rahim dengan bentuk abnormal
2. Hidramnion (kelebihan air ketuban)
3. Plasenta abnormal
4. Ketuban pecah dini
5. Serviks inkompeten (serviks menjadi lemah atau dilatasi/terbuka sehingga
meningkatkan resiko keguguran)
6. Janin kembar
7. Abnormalitas janin
8. Kematian janin
9. Perkiraan usia kehamilan yang tidak tepat
F. PENYEBAB PERSALINAN PREMATUR (Renata Komalasari, 2009)
1. Factor demografis, ibu dari ras kulit hitam, status sosioekonomi yang rendah
usia <18 tahun atau >40 tahun.
2. Kesehatan umum, stress pribadi tinggi, nutrisi buruk, berat ibu sebelum hamil
rendah, anemia, bekteriuria, kondisi-kondisi medis, seperti diabetes, asma, dan
piolonefritis, dan penyakit jantung pada ibu.
3. Pekerjaan, pekerjaan yang banyak menuntut kemampuan fisik, berdiri terlalu
lama, bekerja dalam shift, dan bekerja di malam hari.
4. Kondisi uterus, kelainan, cedera pada serviks atau abnormalitas, fibroid, atau
kontraksi uterus yang berlebihan, infeksi.
5. Factor obsterktik, persalinan premature sebelumnya pada kehamilan usia
antara 16 dan 36 minggu (2-3x risiko: semakin sering mengalami persalinan
premature, semakin dini usia kehamilan semakin besar risiko mengalami
persalinan premature-hasil yang diperoleh pada persalinan terakhir merupakan
alat yang lebih akurat untuk menentukan perkiraan hasil persalinan, kelainan
janin, perdarahan per vaginam setelah trimester pertama, perawatan parental
kurang atau tidak ada sema sekali
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi
sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bai yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan
berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan
lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan
lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat
konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal.
Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat
badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat badan 2 –
2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta mempertahankan suhu tubuh sekitar 37
˚C. Kelembapan incubator berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang
lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan.
Suhu incubator dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat
badan 2 kg dan secara berangsur – angsur ia dapat di letakkan di dalam
tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila incubator
tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang
lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan
memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam
incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas karena radiasi.
Akhir – akhir ini telah mulai digunakan incubator yang dilengkapi dengan
alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit
bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini
suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan
sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang
rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk
pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna
kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita
dapat dikenal sedini – dininya dan tindakan serta pengobatan dapat
dilaksanakan secepatnya.
b. Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan
oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang
dihasilkan ibu yang melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI
yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini
berlangsung selama kurang lebih 4 minggu.
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan
premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah,
kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi prematur refleks
hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi untuk menghisap kurang,
volume gaster kurang, sering terjadi refluks, peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI
perlu dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan
menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur
dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung.
1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi)
dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama
kalau ASI belum mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok /
cangkir 8 – 10 kali sehari.
2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu),
refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan ASI
perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali sehari. Bayi prematur dengan
berat lahir 1250 – 1500 gram (30 – 31 minggu), refleks hisap dan
menelan belum ada, perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik
12X sehari.
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase
masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi
kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah sebaik – baiknya.
Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian
minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan
cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia
esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga
dilakukan setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada umumnya
bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya.
Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap
air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari – hari pertama, maka bayi
diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam
dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam.
Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari
dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Jumlah sel darah putih 18.000/mm3, netrophil meningkat sampai 23.000 -
24.000/mm3 hari pertama setelah lahir (menurun jika terjadi sepsis).
b. Hematokrit (HT): 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau menandakan
polisitemia, penurunan kadar mennunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal).
c. Bilirubin total: 6mg/dL. (kadar lebih rendah behubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan).
d. Bilirubin total: 6mg/dL pada hari pertama kehidupan, 8mg/dL 1-2 hari, dan 12
mg/dL pada hari ke 3-5.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran,
rata-rata 40-50 mg/dL meningkat 60-70 mg/dL pada hari ke-3.
f. Pemantauan elektrolit (Na+, K+, CL-) biasanya normal pada awalnya.
g. Pemeriksaan analisa gas darah
I. PENGEKAJIAN
a. Anamnase
 Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,


pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.

 Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

b. Pengkajian fisik
i. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120 sampai
160 dpm) murmur jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten
(PDA)
ii. Makanan / Cairan
Berat badan kurang dari 2500 g
iii. Neurosensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura mungkin
mudah di gerakan, fontanel mungkin besar / terbuka lebar
Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat
Reflek tergantung pada usia gestasi
iv. Pernafasan
Apgar score mungkin rendah
Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-
60 x/mnt) mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal
subternal, sianosis ada.
Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres
pernafasan (RDS)
v. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah
Menangis mungkin lemah
Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum
Kulit transparan
Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
Ekstremitas tampak edema
Garis telapak kaki terlihat
Kuku pendek
vi. Seksualitas
Persalinan / kelahiran tergesa-gesa
Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan kritoris
menonjol testis pria tidak turun, rugae mungkin banyak / tidak ada pada
skrotum
vii. Data Penunjang :
a. Pengobatan :
- Cettrazidine 2 x 75 mg
- Aminophylin 2 x 0,15 /IV
- Mikasin 2 x 10 mg
- Aminosteril 15 cc
b. Perhatian Khusus:
- O2
- Observasi TTV
c. Laboratorium pada tanggal 27 September 2005 :
- Ht : 46 vol %
- Hb : 15,7 gr/dl
- Leukosit : 11 900 ul
- Clorida darah : 112 mEq
- Natrium darah : 140
- Kalium : 4,1
- GDS : 63
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
kadar Hb dalam darah.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penurunan
produksi surfaktan.
c. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit anaknya

K. INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
1 Ketidakefektifan 1. Perfusi jaringan: a. Periksa kulit 1. Untuk
perfusi jaringan perifer dan selaput mengetahui
perifer Batasan lendir terkait penyebab
berhubungan karakteristik: dengan adanya kerusakan
dengan 1. Keparahan cairan kemerahan, kulit
penurunan kadar berlebihan kehangatan 2. Mengetahui
HB dalam darah 2. Integritas eksteim, dan perkembanga
Definisi: jaringan: edema n kulit
penurunan kulit&membran b. Monitor warna
sirkulasi darah ke mukosa dan suhu kulit.
perifer yang dapat faktor yang
mengganggu berhubungan
kesehatan. 3. Koagulasi darah
Pengetahuan:
manajemen
penyakit arteri
perifer
pergerakan

2. Ketidakefektifan Outcome batasan a. Observasi 1. Mengetahui


bersihan jalan karakteristik: pernapasan status
nafas 1. Tingkat klien: suara pernapasan
berhubungan kecemasan napas, klien
dengan 2. Status frekuensi 2. Membantu
penurunan pernapasan: napas pengeluaran
produksi ventilasi b. Lakukan sekret
sufraktan 3. Tanda-tanda vital fisioterapi 3. Membantu
Definisi: Outcome batasan dada dengan mengeluarkan
ketidakmampuan karakteristik menepuk- sekret dan
membersihkan 1. Kontrol nepuk dada melancarkan
sekresi atau kecemasan diri atau punggung jalan napas
obstruksi dari 2. Tingkat pasien dengan pasien
saluran nafas kelelahan 2 jari perawat
untuk 3. Tingkat rasa c. Kolaborasi
mempertahankan takut suction untuk
bersihan jalan 4. Kontrol mual & mengeluarkan
nafas. muntah sekret pada
5. Keluyuran yang pasien
aman
3. Ansietas 1. Tingkat a. Gunakan a. Memberikan
berhubungan kecemasan pendekatan pengarahan
dengan prognosis 2. Tingkat yang tenang pada klien
penyakit anaknya kecemasan: sosial dan b. Untuk
Definisi: Outcome faktor meyakinkan membantu
perasaan tidak yang berhubungan b. Nyatakan klien
nyaman atau 1. Menahan diri dengan jelas mengurangi
kekhawatiran dari agresifitas harapan kecemasan
yang samar 2. Status terhadap c. Memberikan
disertai respon kenyamanan: perilaku klien rasa aman
otonom (sumber lingkungan c. Berikan objek pada klien
yang sering kali 3. Kesadaran diri yang
tidak spesifik atau 4. Harga diri menunjukkan
tidak diketahui 5. Kesehatan perasaan aman
oleh individu) spiritual
perasaan takut 6. Kontrol gejala
yang disebabkan
oleh anstisipasi
terhadap bahaya.
Hal ini
merupakan
isyarat
kewaspadaan
yang
memperingatkan
individu akan
adanya bahaya
dan
memampukan
individu untuk
bertindak
menghadapi
ancaman.

L. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan atau implementasi dapat dilakukakn dengan tindakan mandiri
atau kolaborasi. Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata
berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai
hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan
yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik
secara umum maupun secara khusus pada klien gagal jantung. Pada pelaksanaan
ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen dan
dependen. . (Rini Susilo.2016)
M. EVALUASI
Evaluasi diperlukan untuk mengetahui keberhasilan yang diberikan. Evaluasi
keefektifan asuhan yang diberikan apakah tindakan yang diberikan sudah sesuai
dengan perencanaan. Rencana tersebut dapat dikatakan efektif jika memang
efektif pelaksanaanya. (Rini Susilo.2016)
POSTMATUR

A. DEFINISI
Postmatur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu
lengkap,. Diagnose usia kehamilan didapatkan dengan prhitungan usia kehamilan
dengan rumus Naegele atau dengan perhitungan tinggi fundus uteri.
Menurut Achadiat kehamilan postmatur lebih mengacu pada janinnya,
dimana dijumpai tanda-tanda seperti kuku panjang, kulit keriput, plasenta creases
yang sangat jelas, tali pusat layu dan terwarnai oleh meconium (Varney Helen,
2007)
B. ETIOLOGI
Etiologi belum diketahui secara pasti namun factor yang dikemukakan adalah
hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walupun kehamilan telah
cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Factor lain
seperti herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada keluarga tertentu
(rustam, 1998)
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesterone,peningkatan oksitosin
tubuh dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot Rahim semakin sensitif
terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot Rahim
tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan
pada Rahim (manuaba, 1998)

Beberapa factor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut :

1. Kesalahan dalam penangganan,merupakan penyebab yang paling sering


2. Tidak diketahui
3. Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan
4. Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus,merupakan penyebab yang
jarang terjadi
5. Jenis kelaminan janin laki-laki juga merupakan predisposisi
6. Factor genetic juga dapat memainkan peran

C. TANDA DAN GEJALA


1. Gerakan janin jarang (secara subjektif kurang dari 7x/20 menit atau secara
objektif kurang dari 10x/menit
2. Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari :
a) Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit menjadi kering,rapuh dan mudah terkelupas.
b) Stadium II : seperti stadium I ditambah dengan pewarnaan mekoneum
kehijauan di kulit
c) Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna pada kuku,
kulit dan tali pusat
3. Berat badan bayi lebihberat dari bayi matur
4. Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur
5. Rambut kepala lebih tebal

D. PATOFISIOLOGI
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga
tidak menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko

Asfiksia sampai kematian dalam Rahim (Manuaba, 1998).


Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan
terkelupas, tubuh panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang , wajah
seperti orang tua, kuku panjang,tali pusat selaput ketuban berwarna kehijaua.
Funsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 34-36 minggu dan
setelah it uterus mengalami penuruna. Pada kehamilan postterm dapat terjadi
penurunan fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan gawat janin.
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga
tidak menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan.
Permasalahan kehamilan leawat waktu adalah plasenta tidak sanggup
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai
resiko asfiksia sampai kematian dalam Rahim

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Usg
2. Kardiotokografi
3. Amnioskopi
4. Uji oksitisin
5. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine
6. Pemeriksaan sitology vagina

F. PENATALAKSANAAN
1. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang terpenting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta,persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat.
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik, apabila
sudah matang,boleh dilakukan induksi persalinan
4. Persalinan pervagina harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan
disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu
janin postmatur lebih peka terhadap sedative
G. KOMPLIKASI
Kemungkinan komplikasi pada bayi postmatur
1. Hipoksia
2. Hipovolemia
3. Asidosis
4. Sindrom gawat napas
5. Hipoglikemia
6. Hipofungsi adrenal

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, pekerjaan, status kewarganegaraan, suku
bangsa, pendidikan alamat.
2. Keluhan utama
a. Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu
b. Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali
c. Berat badan ibu mendatar atau menurun
d. Air ketuban terasa kembung
e. Gerak janin menurun
3. Riwayat menstruasi
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit
4. Riwayat obstetric
Mengkaji riwayat obstetri dahulu meliputi krhamilan, persalinan, nifas,
anak serta KB yang pernah digunakan
5. Riwayat kehamilan sekarang
Mengkaji keluhan yang dirasakan pasien selama kehamilan ini. Digunakan
sebagai identifikasi masalah pasien, banyaknya pemeriksaan antenatal yang
dilakukan.
6. Riwayat kesehatan
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi postterm
7. Riwayat kesehatan keluarga
Mendeteksi masalah yang berkaitan dengan faktor genetik, sebagai indikasi
penyakit yang diturunkan oleh orang tua.
8. Pola kehidupan
Meliputi kebiasaan sehari-hari yang dilakukan pasien.

1) Pemeriksaan umum
Secara umum ditemukan gambaran kesadaran umum, dimana kesadaran
pasien sangat penting dinilai dengan melakukan anamnesa. Selain itu pasien
sadar akan menunjukkan tidak adanya kelainan psikologis dan kesadaran
umum juga mencakup pemeriksaan tanda-tanda vital, berat badan, tinggi
badan, lingkar atas yang bertujuan untuk mengetahui keadaan gizi pasien.
2) Pemeriksaan fisik
Inspeksi

Mata : periksa konjungtiva dan sclera untuk menentukan apakah ibu anemia
atau tidak

Muka : edema atau tidak

Leher : apakah terdapat pembesaran kelenjar baik kelenjar tiroid maupun


limfe

Dada : bagaimana keadaan putting susu, ada tidaknya teraba massa atau tumor

Abdomen : dilihat pembesaran perut yang sesuai dengan usia kehamilan, luka
bekas operasi

Genitalia : dilihat genetalia bagian luar oedem atau tidak serta pengeluaran
pervagina
Palpasi

Abdomen : gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama


sekali

Leopold I :

Untuk menentukan TFU dan apa yang terdapat dibagian fundus (TFU dalam
cm) dan kemungkinana teraba kepala atau bokong lainnya, normal pada
fundus teraba bulat,tidak melenting,lunak yang kemungkinan adalah bokong
janin

Leopold II :

Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-bagian


kecilnya. Pada dinding perut klien sebelah kiri maupun kanan kemungkinan
teraba,punggung,anggota gerak,bokong atau kepala.

Leopold III :

Untuk menentukan apa yang terdapat dibagian bawah perut ibu dan apakah
BTJ sudah terpegang oleh PAP, dan normalnya pada bagian bawah perut ibu
adalah kepala.

Leopold IV :

Untuk menentukan seberapa jauh masuknya BTJ ke daalam rongga panggul


dan dilakukan perlimaan untuk menentukan seberapa masuknya ke PAP.

Auskultasi

Untuk mendengar DJJ dengan frekuensi normsl 120-160kali/menit,irama


teratur atau tidak,intensitas kuat,sedang atau lemah. Apabila persalinan
disertai gawat janin, maka DJJ bisa kurang dari 110 kali/menit atau lebih dari
160 kali/menit dengan tidak teratur.

Perkusi

Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan dengan kekurangan
vitamin B atau penyakit saraf, intoksikasi magnesium sulfat

B. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan faktor keturunan, krisis situasional stress,
perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri,
kurang pengetahuan dan hospitalis
2. Nyeri akut Berhubungan dengan agen injuri (biologi,kimia,fisik,
psikologis)keruskan jaringan
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
interpretasi terhadap informasi yang salah
4. Kerusakan integritas kulit
C. INTERVENSI
Diagnosa NOC NIC
N Keperawaan
o
1 Ansietas NOC : NIC :
berhubungan -kontrol kecemasan Ansietas reduction
dengan faktor -koping (penurunan
keturunan, krisis  Klien mampu kecemasan)
situasional stress, mengidentifikasi  Gunakan
perubahan status dan pendekatan
kesehatan, mengungkapkan yangmenengk
ancaman kematian, gejala cemas an
perubahan konsep  Mengindentifikasi  Nyatakan
diri, kurang mengkungkapkan dengan jelas
pengetahuan dan dan menunjukkan harapan
hospitalis teknik untuk terhadap
DO/DS mengontrol cemas pelaku pasien
- Insomnia  Vital sign dalam  Jelaskan
- Kontak batas normal semua
mata kurang  Postur tubuh, prosedur dan
- Kurang ekspresi apa yang
istirahat wajah,bahasa dirasakan
- Berfokus tubuh dan tingkat selama
pada diri aktivitas
sendiri menunjukkan prosedur
- Iritabilitas berkurangnya  Temani pasien
- Takut kecemasan untuk
- Nyeri perut memberikan
- Penurunan keamanan dan
TD dan mengurangi
denyut nadi takut
- Gemetar  Berikan
- Anoreksia informasi
mulut factual
kering mengenai
- Kesulitan diagnosis
bernapas tindakan
- Sulit prognosis
berkonsentr  Libatkan
asi keluarga
untuk
mendampingi
klien
 Instruksikan
pada pasien
untuk
menggunakan
teknik
relaksasi
 Dengarkan
dengan penuh
perhatian
 Identifikasi
tingkat
kecemasan
 Bantu pasien
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
 Dorong psien
untuk
mengungkapk
an perasaan
,ketakutan,per
sepsi
2 Nyeri akut NOC : NIC :
Berhubungan  Pain level  Lakukan
dengan agen injuri  Pain control pengkajian
(biologi,kimia,fisik,  Comfort level nyeri secara
psikologis)keruska  Mampu komprehensif
n jaringan mengontrol nyeri, termasuk
DS mampu lokasi,
-laporkan secara menggunakan karakteristik,
verbal teknik durasi,
DO nonfarmakologi frekuensi,
-posisi untuk untuk mengurangi kualitas dan
menahan nyeri nyeri, mencari faktor
-tingkah laku bantuan) presipitasi
berhati-hati  Melaporkan bahwa  Observasi
-Gangguan tidur nyeri berkurang reaksi
(mata dengan nonverbal dari
sayup,tampak menggunkan ketidaknyama
capek, sulit atau manajemen nyeri nan
gerakan kacau  Mampu mengenali  Bantu pasien
menyeringai) nyeri dan keluarga
-terfokus pada diri (skala,intensitas, untuk mencari
sendiri frekuensi dan dan
-fokus menyempit tanda nyeri) menemukan
(penurunan dukungan
persepsi waktu  Control
kerusakan proses lingkungan
berpikir,penurunan yang dapat
interkasi dengan mempengaruh
orang dan i nyeri seperti
lingkungan) suhu ruangan,
-tingkah laku penchayaaan
distraksi contoh : dan
jalan-jalan kebisingan
menemui orang  Kurangi
lain dan/aktivitas- faktor
aktivitas berulang- presipitasi
ulang) nyeri
-respon autonom  Kaji tipe dan
dalam tonus otot sumber nyeri
(mungkin dalam untuk
rentang dari lemah menentukan
ke kaku) intervensi
-perubahan dalam  Ajarkan
nafsu makan dan tentang teknik
minum nonfarmakolo
gi napas
dada,relaksasi,
distraksi,
kompres
hangat/dingin
 Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
 Tingkatkan
istirahat
3 Kurang NOC : NIC :
pengetahuan  Knowlwdge :  Kaji tingkat
berhubungan disease process pengetahuan
dengan  Knowledge : pasien dan
keterbatasan health behavior keluarga
kognitif interpretasi  Pasien dan  Jelaskan
terhadap informasi keluarag patofisiologi
yang salah, menyatakan dari penyakit
kurangnya pemahaman dan
keinginan utuk tentang bagaimana hal
mencari informasi penyakit,kondisi, ini
tidak mengetahui prognosis dan berhubungan
sumber-sumber program dengan
informasi pengobatan anatomi dan
DS :  Pasien dan fisiologi,
Menyatakan secara keluarga mampu dengsn cara
verbal adanya melaksanakan yang tepat.
masalah prosedur yang  Gambarkan
DO : dijelaskan secara tanda dan
Ketidakakuratan benar gejala yang
mengikuti intruksi biasa muncul
perilaku tidak pada penyakit,
sesuai dengan cara
yang tepat.
 Gambarkan
proses
penyakit
dengan cara
yang tepat
 Identifikasi
kemungkinan
penyebab
dengan cara
yang tepat
 Sediakan bagi
keluarga
informasi
tentang
kemajuan
pasien dengan
cara yang
tepat
 Diskusikan
pilihan terapi
atau
penanganan
4 Kerusakan NOC : NIC : pressure
integritas kulit Tissue integrity : skin and management
Berhubungan mucous membranes  Anjurkan
dengan eksternal : Wound healing : primer pasien untuk
-hipertermia atau dan sekunder menggunakan
hipotermia  Integritas kulit pakaian yang
-subtansi kimia yang baik bisa longgar
-kelembaban dipertahankan  Hindari
-immobilitas fisik (sensasi,elastisitas, kerutan pada
-radiasi temperature,hidrasi tempat tidur
-usia yang ekstrim , pigmentasi)  Mobilisasi
-kelembaban kulit  Tidak ada luka/lesi pasien (ubah
-obat-obatan pada kulit posisi
Internal  Perfusi jaringan pasien)setiap
-perubahan status baik dua jam sekali
metabolic  Menunjukkan  Monitor kulit
-tonjolan tulang pemahaman dalam akan adanya
-defisit imunologi proses perbaikan kemerahan
-berhubungan kulit dan  Oleskan lotion
dengan mencegah atau
perkembangan terjadinya sedera minyak/baby
-perubahan sensasi berulang oil pada
-perubahan status  Mampu daerah yang
nutrisi melindungi kulit tertekan
(obesitas,kekurusan dan  Monitor
) mempertahankan aktivitas dan
kelembaban kulit mobilisasi
dan perawatan pasien
alami  Monitor status
menunjukkan nutrisi pasien
terjadinya proses  Memandikan
penyembuhan luka pasien dengan
sabun dan air
hangat
 Kaji
lingkungan
dan peralatan
yang
menyebabkan
tekanan
 Observasi
luka:
lokasi,dimensi
, kedalaman
luka,
karakteristik
warna cairan,
granulasi,
jaringan
nekrotik,
tanda-tanda
infeksi lokasi,
informasi
traktus
 Ajarkan pada
keluarga
tentang luka
dan perawatan
luka.
Rasional

A. Ansietas
1. Gunakan teknik yang dapat menyenangkan
2. Melakukan yang terbaik untuk pasien
3. Menjelaskan tindakan selama melakukan prosedur
4. Dengan menemani pasien saat melakukan tindakan supaya pasien tidak
takut
5. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan secara tepat
6. Dengan kehadiran keluarga akan membuat ibu rasa nyaman dan dapat
mengurangi tingkat kecemasan
7. Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
8. Mengistruksikan pasien menggunkan teknik relaksasi
9. Menjelaskan pasien siruasi yang ada disekitarnya agar tidak menimbulkan
kecemasan
10. Memberi pasien mengungkapkan perasaan yang telah dialami agar pasien
plog agar tidak ketakutan
B. Nyeri akut
1. Membantu dalam mendiagnosis dimana bagian rasa nyeri yang dirasakan
2. Melihat tingkah laku pasien saat berada di lingkungan dimana ia
ditempatkan
3. Dengan dukungan dari keluarga pasien akan membuat rasa nyaman dan
dapat mengurangi tingkat kecemasan
4. Melihat situasi ruangan agar pasien nyaman saat berada diruangan
tertentu
5. Menanyakan kepada pasien dimana letak nyeri yang dirasakan untuk
malakukan tindakan yang diinstruksikan
6. Mengajarkan kepada pasien teknik-teknik cara melakukan npas dalam
yang benar untuk meminimalkan cara bernapas
7. Memberikan cara meminum obat dengan benar agar reaksi obat cepat
bereaksi
8. Menginstruksikan agar pasien beristirahat yang cukup
C.Kerusakan integritas kulit
1. menganjurkan pasien agar memakai pakaian yang longgar agar pasein
nyaman saat diperiksa
2. memberikan pengarahan tentang posisi tidur yang baik agar pasien nyaman
3. memonitori keadaan kulit pasien pada saat pasien selalu keseringan baring
4. menganjurkan kepada pasien supaya mengunakan lotion agar kulit pasien
tidak mengalami kemerahan
5. memonitori aktivitas pasien saat dilakukan pengarahan agar pasien
mengerti tindakan yang dilakukan.
6. memenuhi personal hygine pasien
7. memberikan pengetahuan kepada keluarga

D. IMPLEMENTASI
Lakukanlah seluruh intervensi-intervensi yang telah di buat dan di
rencanakan.
E. EVALUASI
Dari setiap tindakan yang dilakuakan secara paripurna untuk mengatasi
masalah keperawatan akan didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai/masalah teratasi
2. Tujuan tercapai sebagian/lanjutkan intervensi
3. Tujuan belum tercapai/ masalah belum teratasi, dilakukan reasesmen

DAFTAR PUSTAKA

Donna L & wong 2003. Pedoman klinis keperawatan pediatric edisi 4, 2003 ,
EGC, Jakarta

Rustam mochtar Sinopsis Obstetri jilid 1 Edisi 2, EGC Jakarta 1998

Helen & Varney Buku Ajar Asuhan Kebidanan 2007, Edisi 4 volume 2 EGC,
Jakarta
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat M. C. 2004. Prosedur Tetap Obsterti dan Ginekologi. Jakarta. EGC

Bulechek M.G, dkk. Nursing Intervention Clasification.Elsevier; Singapore,


2013

Donna L & wong 2003. Pedoman klinis keperawatan pediatric edisi 4, 2003 ,
EGC, Jakarta

Helen & Varney Buku Ajar Asuhan Kebidanan 2007, Edisi 4 volume 2 EGC,
Jakarta

Herdman T.H & Kamitsuru Shigemi, 2015. Nanda International Inc, Diagnosis
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta; EGC.

Mochtar. 1989. Sinopsis Obsterti, Obsterti fisiologi, Obsterti Patologi. Edisi 2.


Jakarta

Moorhead Sue, dkk. Nursing Outcome Clasification. Elsevier; Singapore, 2013.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.


Jakarta: PT Bina Pustaka

Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit.Edisi ke 6. Jakarta:EGC
Purwaningsih, W dan Fatmawati, S. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rustam mochtar Sinopsis Obstetri jilid 1 Edisi 2, EGC Jakarta 1998

Rini Susilo.2016. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based


Practice.Yogyakarta; Deepublish.
Saifuddin A.B,dkk.2014. Ilmu Kebidanan Surwono Prawiroharjo. Jakarta

Sastrawinata. S,dkk.2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.


Jakarta.EGC

Sinclair, Constance. Buku Saku Kebidanan. 2003. Alih bahasa oleh Eny Meiliya
& Esty Wahyuningsih. Jakarta: EGC

Supriyadi. T, dan Gunawan.J. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obsterti dan


Ginekologi. Jakarta. EGC

Komalasari Renata, Dkk. 2009. Buku Saku Kebidanan/Constance Sinclair. Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.

Manuaba, Dkk. 2003. Pengantar Kuliah Obsterti. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Curtis Glade B. 1997. Kehamilan di Aatas usia 30. Arcan. Jakarta

You might also like