You are on page 1of 9

Eksakta Vol.18 No.

2 Oktober 2017
http://eksakta.ppj.unp.ac.id
E-ISSN : 2549-7464
P-ISSN : 1411-3724

SIFAT FISIK DAN KIMIA MARMALADE JERUK KALAMANSI (Citrus


microcarpa) : KAJIAN KONSENTRASI PEKTIN DAN SUKROSA
Physical and Chemical Properties of Marmalade Citrus of Calamondin (Citrus
microcarpa) : Study of Pectin and Sucrose Concentrations

Tita Novita, Tuti Tutuarima, dan Hasanuddin


Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
tutitutuarima@unib.ac.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of pectin and sucrose on the
physical and chemical properties of marmalade citrus of calamondin and get the best
treatment combination on making marmalade made from calamondin. This study used
Randomized Block Design with 2 different factors. The first factor is the addition of pectin
that is the level 1.75%, 2%, and 2.25%. While the second factor is the concentration of
sucrose is 75%, 85%, and 95%. Each treatment was repeated 3 times to obtain 27 units of
experiment. The process of making marmalade using heating time for 20 minutes at 70 oC.
The analyzes include viscosity, ability to spread of jam, moisture content, pH, and total
dissolved solids. The analysis was conducted at Agricultural Technology Laboratory of
Bengkulu University. The results showed that marmalade with the use of pectin 2.25% and
95% sucrose resulted the optimal in viscosity, ability to spread of jam, and total dissolved
solids. For the results of moisture content and optimal pH obtained at the use of pectin
1.75% and 75% sucrose.
Keywords: citrus of calamondin, marmalade, pectin, sucrose

PENDAHULUAN produk yang telah dikembangkan


Buah jeruk pada umumnya Philipina. Di Philipina, produk-produk
dikonsumsi dalam bentuk segar, namun berbahan baku kalamansi telah dikemas
ada beberapa jenis buah jeruk yang secara baik di pasar dalam bentuk pangan
kurang disukai karena rasanya terlalu maupun non pangan seperti minuman
asam seperti jeruk kalamansi (Cornellia, siap saji, flavour makanan, selai, permen
dkk. 2014). Di Provinsi Bengkulu, jeruk jelly bahkan sebagai bahan tambahan
kalamansi (Citrofortunella microcarpa) pada kosmetik. Pengembangan produk
dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan olahan laindari bahan baku jeruk
sirup yang dikembangkan oleh kalamansi perlu dilakukan agar
masyarakat sebagai salah satu potensi pemanfaatan buah ini lebih optimal untuk
ekonomi kreatif yang berasal dari industri mendukung Gerakan One Village One
rumahan. Menurut Junaidi (2011) produk Product (OVOP).Salah satu olahan yang
kalamansi yang dikembangkan di Kota bisa dikembangkan adalah marmalade.
Bengkulu jauh ketinggalan dengan
Eksakta Vol. 18 No. 2 Oktober 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
Marmalade merupakan makanan gula, makin padat produk yang
semi padat yang terbuat dari sari buah dihasilkan. Pada umumnya pektin larut
jeruk sebagaibahan utamanya dengan dalam air panas dan tidak larut dalam
penambahan sukrosa, asam sitrat, pektin pelarut organik. Pada dasarnya
dan menggunakanpotongankulit jeruk pembuatan marmalade tidak
sebagai pembentuk gel. Umumnya membutuhkan pektin jika bahan baku
pembuatan marmalade menggunakan yang digunakan memiliki kandungan
jeruknipis, lemon dan sirsak. Marmalade pektin yang tinggi.
memiliki tekstur menyerupai selai. Sama Pemanfaatan pektin pada bahan
seperti halnya selai campuran daging pangan seperti marmalade merupakan
buah, albedo, gula dan pektin dikentalkan salah satu alternatif yang bisa dilakukan
hingga membentuk struktur gel, dengan khususnya pada bahan yang kandungan
standar yang sama tetapi dengan pektinnya sedikit seperti jeruk kalamansi.
penambahan irisan kulit jeruk (Siregar, Jeruk kalamansi diperkirakan memiliki
2009). nilai kandungan pektin yang masih
Ada dua jenis kategori rendah. Hal ini dilihat dari albedo yang
marmalade, kedua jenis ini termasuk dimiliki kulit jeruk kalamansi sangat tipis
marmalade buah gellified dan non dibandingkan dengan buah jeruk lainya
gellified. Marmalade buah gellified seperti jeruk lemon, jeruk pontianak dan
adalah marmalade yang menggunakan jeruk bali yang memilikialbedo yang
penambahan gula saat perebusan, tebal. Menurut Hariati (2006), jeruk
sedangkan marmalade non gellified lemon (Citrus medica) memiliki kadar
adalah produk marmalade yang tanpa pektin sebesar 23,12%, jeruk pontianak
penambahan gula saat proses (Citrus nobilis) 16,32%. Pektin dari buah
pengolahanya (Ajala dan Ajao, 2012). jeruk bali(Citrus maxima) 26,70%
Komposisi dari buah jeruk yang (Sulihono, dkk. 2012) dan pektin dari
digunakan pada saat jeruk nipis yaitu 32% (Puspitasari, dkk.
pengolahanmarmalade biasanya 20% 2008). Menurut BPOM (2013)
serta komposisi gula 55%-75%, dengan penggunaan pektin pada pembuatan
kandungan total padatanterlarut minimal pangan tidak memiliki proporsi yang
65% (BSN, 1998). Untuk mendapatkan tetap, penggunaanya dapat disesuaikan
gel yang baik, pada saat dengan kebutuhan yang digunakan pada
pembuatanmarmalade beberapa faktor saat pembuatan produk. Kondisi standar
perlu di perhatikan seperti kandungan untuk menghasilkan gel pada marmalade
pektin, gula, asam, sertalama pemanasan. yaitu kandungan pektin kurang dari 2,5
Pektin adalah senyawa polimer %, sukrosa 55% - 68% (Siregar, 2009).
yang dapat mengikat air, membentuk gel
ataumengentalkan cairan bersama gula METODE PENELITIAN
dan asam (Puspitasari, dkk. 2008). Tempat dan Waktu Penelitian
Menurut Siregar (2009) penambahan gula Penelitian dilaksanakan pada bulan
akan mempengaruhi keseimbangan pektin Januari – Februari 2017 di Laboratorium
dan air, pektin akan menggumpaldan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
membentuk suatu serabut halus, Universitas Bengkulu.
kontinuitas dan kepadatan ditentukan oleh
banyaknyakadar pektin dan gula yang Alat dan Bahan
digunakan. Makin tinggi kadar pektin dan

Tita Novita, Tuti Tutuarima, dan Hasanuddin Hal 165


Eksakta Vol. 18 No. 2 Oktober 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
Alat yang digunakan adalah : timbangan Penelitian pendahuluan yang
duduk dengan kapasitas maksimum 2 kg, telahdilakukan sebelumnya menjadi
saringan, baskom, pisau, panci, kompor acuan dalampembuatan marmalade jeruk
gas rinai, sendok pengaduk, sendok kalamansiselanjutnya. Bahan baku berupa
makan, wadah saji, serbet, tisu, talenan, sari jeruk murniditimbang beratnya 200
gunting, oven kirin dengan suhu gr kemudian ditambahkan air sebanyak
maksimal mencapai 250o dan waktu 100 gr, setelah ituditambah sukrosa dan
maksimal 60 menit, pH meter luckystone, pektin sesuai denganperlakuan. Sebelum
neraca analitik ohaus dengan tingkat dipanaskan bahan yangdicampurkan
ketelitian 10 mg, alumunium foil, gelas dihomogenkan terlebih dahulu
piala pyrex, kertas saring whatman laludimasak selama 20 menit pada suhu
dengan ukuran porositas 0,45 μm, kaca 70oC.Kemudian dilakukan analisis
arloji, kertas label, corong, viskometer JIS meliputi kekentalan,daya oles, kadar air,
Z8809 dengan tingkat kekentalan pH, serta total padatan terlarut.
maksimal 330 cP, labu ukur pyrex,
desikator, termometer Yenaco dengan Analisa Data
suhu maksimal mencapai 200OC, jangka Data yang telah dikumpulkan dari
sorong dengan tingkat ketelitian 0,05 penelitian diolah dengan analisis
mm. Bahan yang digunakan pada keragamanANOVA pada taraf 5%,
penelitian ini adalah buah jeruk apabila terdapat perbedaan analisis
kalamansi, sukrosa, air, pektin, aquades, dilanjutkan dengan Duncan’sMultiple
dan larutan buffer. Range Test (DMRT).

Rancangan Penelitian HASIL & PEMBAHASAN


Penelitian ini menggunakan Rancangan Kekentalan
Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor Kekentalan merupakan suatu sifat zat cair
beda. Faktor pertama adalah penambahan (fluida) yang menyatakan besar kecilnya
pektin dengan taraf 1,75%, 2%, dan gesekan di dalam fluida. Makin tinggi
2,25%. Sedangkan faktor kedua adalah kekentalan pada suatu fluida, maka makin
konsentrasi sukrosa yaitu 75%, 85%, dan sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit
95%. Setiap perlakuan diulang sebanyak suatu benda bergerak di dalam cairan
3 kali sehingga diperoleh 27 unit (fluida) tersebut. Gambar 1 menunjukkan
percobaan. bahwa kekentalan marmalade kalamansi
berkisar antara 81,667 cP – 305 cP.
Penelitian Pendahuluan Kekentalan terendah diperoleh pada
Penelitian pendahuluan ini penggunaan sukrosa 75% dan pektin
bertujuanuntuk menentukan suhu, waktu 1,75% yaitu 81,667 cP sedangkan
dan presentasisukrosa serta pektin yang kekentalan tertinggi diperoleh pada
akan digunakan untukmendapatkan kombinasi sukrosa 95% dan pektin 2,25%
teknik pengolahan marmalade yangtepat. yaitu sebesar 305 cP. Hal ini disebabkan
Dari penelitian pendahuluan didapatkan karena pektin dapat membantu dalam
konsentrasi pektin 2%, sukrosa 95% pembentukan gel pada buah-buahan yang
denganwaktu pemanasan selama 20 menit kandungan pektinya rendah dan sifat gula
pada suhu70oC. yang dapat mengikat air pada bahan
sehingga kekentalan pada produk dapat
Penelitian Utama

Tita Novita, Tuti Tutuarima, dan Hasanuddin Hal 166


Eksakta Vol. 18 No. 2 Oktober 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
terbentuk dengan baik (Sundari dan Komari. 2014)

Gambar 1. Kekentalan marmalade jeruk kalamansi

Kekentalan terbaik pada penelitian ini selain itu berperanpenting untuk menjaga
diperoleh dari kombinasi pektin 2,25% konsistensi tekstur. Gambar 2
dan sukrosa 95%. Penelitian ini sejalan menunjukkan bahwa kadar air
dengan penelitian yang dilakukan oleh yangdihasilkan berkisar antara 42,93% –
Ikhwal, dkk (2014) dimana hasil 55,13%. Kadar air terendah pada
kekentalan terbaik yaitu pada penggunaan penambahan pektin1,75% dan sukrosa
pektin tertinggi untuk range konsentrasi 75% yaitu 42,93%, sedangkan kadar air
yang digunakan 0,25%, 0,50%, 0,75% tertinggi pada penggunaan pektin2,25%
dan 1,00%. Hal ini disebabkan karena dan sukrosa 95% sebesar 55,13%.
pektin merupakan komponen fungsional Menurut Fahrizal dan Fadhil (2014),
yang memiliki kemampuan sebagai semakin tinggipenambahan pektin maka
pembentuk gel. Pembentukan gel dari kadar air akan semakin tinggi, hal ini
pektin dengan derajat metilisasi tinggi disebabkan sifat pektin dangula yang
dipengaruhi juga oleh konsentrasi pektin, mampu memerangkap air bersama asam
sukrosa, dan pH. Semakin besar dalam bentuk gel pada saat
konsentrasi pektin, semakin keras gel posespembuatan. Hasil penelitian ini
yang terbentuk (Hariati, 2006). sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fahrizal dan Fadhil (2014). Kadar
Kadar Air air tertinggi diperoleh pada konsentrasi
Air merupakan komponen penting dalam pektin 1,5 % yaitu sebesar 54,62 %
bahan, kandungan air didalam bahan dengan konsentrasi pektin yang
pangan mempengaruhi daya tahan digunakan 0%, 0,5%, 1%, 1,5%.
makanan terhadap serangan mikroba

Tita Novita, Tuti Tutuarima, dan Hasanuddin Hal 167


Eksakta Vol. 18 No. 2 Oktober 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724

Gambar 2. Kadar air marmalade kalamansi

Daya Oles nilai persentase daya oles.Nilai rata-rata


Daya oles merupakan salah satu uji fisik daya oles yang diperoleh pada penelitian
yang bertujuan untuk mengukur ini berkisar antara 4,86 cm - 8,26
konsistensidan tekstur selai atau cm.Daya oles terpanjang diperoleh pada
marmalade pada saat dioleskan pada roti. konsentrasi pektin 2,25% dan sukrosa
Selai yang berkualitas baik yaitu selai 95%, sedangkandaya oles terpendek
dengankonsistensi dan tekstur yang diperoleh pada konsentrasi pektin 1,75%
tinggi, hal ini bisa ditunjukkan dengan dan sukrosa 75%.

Gambar 3. Daya oles marmalade kalamansi

Daya oles terbaik (paling panjang) pada dan sukrosa yang tepat akan
penelitian ini diperoleh pada penambahan mempengaruhi keseimbangan pektin dan
pektin 2,25% dan sukrosa 95%. Hal ini air, selain itu dapat mengurangi
disebabkan karena penambahan pektin kemantapan pektin dalam membentuk

Tita Novita, Tuti Tutuarima, dan Hasanuddin Hal 168


Eksakta Vol. 18 No. 2 Oktober 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
serabut halus sehingga gel yang terbentuk keasamanatau kebasaan yang dimiliki
tidak keras dan daya oles yang dihasilkan oleh suatu larutan. Hasil pengujian
menjadi lebih panjang (Fahrizal dan terhadap pH marmaladedisajikan pada
Fadhil, 2014). Hasil penelitian ini sejalan gambar 4. Nilai pH yang diperoleh pada
dengan penelitian yang dilakukan Harto penelitian ini berkisar antara 2,3 –
(2014) pada pembuatan selai sawo. Daya 2,5.Hubungan perbandingan konsentrasi
oles terpanjang diperoleh pada kombinasi pektin dan sukrosa terhadap pH terlihat
pektin 0,7% dan sukrosa 55%, dengan adanyakecenderungan penurunan nilai
konsentrasi pektin yang digunakan (0,5%, pH, nilai pH tertinggi diperoleh pada
0,7%) dan konsentrasi sukrosa (35%, penggunaan pektin1,75% dan sukrosa
45%, 55%). 75% yaitu 2,5, sedangkan nilai pH
terendah diperoleh pada
pH penggunaanpektin 2,25% dan sukrosa
pH adalah derajat keasaman yang 95% sebesar 2,3.
digunakan untuk menyatakan tingkat

Gambar 4. pH marmalade kalamansi

Nilai pH tertinggi pada penelitian ini dengan hasil penelitian yang dilakukan
diperoleh pada penambahan pektin 1,75% oleh Ajala dan Ajao(2012) pada
dansukrosa 75% yaitu sebesar 2,5, pembuatan marmalade pisang dengan
sedangkan pada penggunaan pektin menggunakan kombinasi jahe,
2,25% dansukrosa 95% menghasilkan marmaladedengan bahan baku 100%
nilai pH terendah dan keasaman tertinggi pisang yang ditambah 60% sukrosa, 1%
yaitu 2,3. Hal ini didugakarena pada saat pektin dan 0,1% asamsitrat memiliki nilai
pembuatan marmalade pektin terhidrolisis keasaman yang paling tinggi dan angka
menjadi asam pektat dan asampektinat pH yang paling rendah. Samahalnya
yang membuat marmalade memiliki dengan hasil penelitian yang dilakukan
tingkat keasaman yang tinggi (Ikhwal, oleh Fahrizal dan Fadhil (2014) nilai
dkk. 2014). Hasil penelitian ini sejalan pHtertinggi diperoleh pada perlakuan

Tita Novita, Tuti Tutuarima, dan Hasanuddin Hal 169


Eksakta Vol. 18 No. 2 Oktober 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
pektin 0,5% dan pH terendah pada darisemua zat-zat anorganik dan organik
perlakuan pektin 1,5%dengan taraf pektin yang terdapat pada suatu bahan makanan
yang digunakan (0%, 0,5%, 1,0%, 1,5%). (Fahrizal danFadhil. 2014). Hasil total
Berdasarkan gambar 4, hasil pengukuran padatan terlarut pada penelitian ini
pH dengan penggunaan pektin berkisar antara 44,45% -65,32%. Gambar
dansukrosa (2% : 75%), (2% : 85%) dan 5 menunjukan bahwa padatan terlarut
(2,25% : 85%) memiliki nilai pH yang yang dihasilkan berkisar antara44,45% –
sama yaitu 2,4.Hal ini memiliki kesamaan 65,32%. Total padatan terlarut terendah
dengan hasil penelitian yang dilakukan yaitu 44,453 % pada penggunaan
oleh Ajala dan Ajao(2012). Pada pektin1,75% dan sukrosa 85%.
penggunaan jahe 1% dan pisang 99% Sedangkan total padatan terlarut tertinggi
serta penggunaan pisang 100% 65,32% pada penggunaanpektin 2,25%
tanpapenambahan jahe menghasilkan dan sukrosa 95%. Hal ini diduga karena
angka pH yang sama yaitu 3,5667. Hal ini pektin dan sukrosa merupakankomponen
bisa disebabkankarena produk yang penyusun total padatan terlarut. Total
diukur berbentuk gel sehingga tingkat padatan terlarut yang diperoleh
keasaman tidak terukur denganteliti oleh marmaladeberbahan baku jeruk
pH meter sehingga menghasilkan nilai kalamansi pada penggunaanpektin 2,25%
yang sama. dan sukrosa 95%sudah sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan SNI01-
Total Padatan Terlarut 4467-1998 tentangmarmalade yaitu
Total padatan terlarut (TPT) merupakan minimal 65 %.
suatu ukuran kandungan kombinasi

Gambar 4. Total padatan terlarut marmalade jeruk kalamansi

Hasil penelitian yangdiperoleh ini sejalan padatan terlarut tertinggi diperoleh pada
dengan hasil penelitan yang dilakukan konsentrasi pektin 1,5% dengan taraf
oleh Fahrizal dan Fadhil (2014).Total yangdigunakan 0%, 0,5%, 1,0% dan

Tita Novita, Tuti Tutuarima, dan Hasanuddin Hal 170


Eksakta Vol. 18 No. 2 Oktober 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
1,5%. Selain itu hasil total padatan Development. Issue 2. Vol. 7 : 579-
terlarut yang dihasilkanpada penelitian ini 584
sama dengan hasil penelitian yang Badan Pengawas Obat dan Makanan
dilakukan oleh Inam, dkk (2012) Republik Indonesia. 2013.
totalpadatan terlarut terbesar diperoleh Peraturan BPOM No.202013. Batas
pada produk yang memiliki kadar air Maksimum Penggunaan Bahan
tinggi dan nilai pHyang rendah yaitu Tambahan Pangan
sebesar 67,5%. Pengemulsi.Jakarta
Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI
KESIMPULAN 1-4467-1998 tentangMarmalade.
Dari penelitian yang telah dilakukan Jakarta
maka dapat disimpulkan bahwa : Cornellia, M., M. Manulang, dan Lieta.
1. Penggunaan pektin terhadap sifat 2014. Studi Tentang Kondisi Proses
fisik dan kimia marmalade jeruk Dan FormulasiPembuatan Sirup
kalamansi berpengaruh terhadap Jeruk Kasturi (Citrus mitis). Jurnal
kekentalan, kadar air, daya oles, pH, ilmu dan teknologi pangan.Vol. 2,
total padatan terlarut. Penambahan No. 4 : 55-74
sukrosa terhadap sifat fisik dan kimia Fahrizal dan Fadhil, 2014. Kajian Fisiko
marmalade berpengaruh pada Kimia dan Daya Terima
kekentalan, daya oles, dan total Organoleptik Selai Nenasyang
padatan terlarut, namun tidak Menggunakan Pektin dari Limbah
berpengaruh terhadap kadar air dan Kulit Kakao. Jurnal Teknologi dan
pH. IndustriPertanian. Vol.6, No.3 : Hal
2. Marmalade dengan penggunaan 14-17
pektin 2,25% dan sukrosa 95% Hariati, N, M. 2006. Ekstraksi Dan
menghasilkan kekentalan, daya oles, Karakterisasi Pektin Dari Limbah
total padatan terlarut yang optimal. Proses PengolahanJeruk Pontianak
Untuk hasilkadar air dan pH optimal (Citrus nobilis var microcarpa).
diperoleh pada penggunaan pektin Sripsi. Fakultas
1,75% dan sukrosa 75%. TeknologiPertanian. Institut
Perlu dilakukan penelitian lanjutan Pertanian Bogor, Bogor.
mengenai penggunaan kombinasi buah Harto, Y., 2014. Pengaruh Penambahan
buahan yang memiliki kandungan Pektin Dan Sukrosa Terhadap Mutu
glukosa yang lebih tinggi agar Selai Sawo(Acharas zapota, L).
penggunaan konsentrasi sukrosa dapat Skripsi. Fakultas Pertanian.
diminimalkan. Untuk meningkatkan total Universitas Bengkulu,
padatan terlarut penggunaan konsentrasi Bengkulu(Tidak dipublikasikan)
pektin dapat lebih ditingkatkan. Ikhwal, A., Z. Lubis, dan G. Sentosa.
2014. Pengaruh konsentrasi Pektin
DAFTAR PUSTAKA dan LamaPenyimpanan terhadap
Ajala AS dan Ajao LA. 2012. Production Mutu Selai Nanas lembaran. Jurnal
and Quality Evaluation of Ginger – Rekayasa Pangan danPertanian.
Flavoured Banana Marmalade. Vol.2, No.4 : 62-68
International Journal of Emerging Inam,A.K, Hossain. M.M, Siddiqui, A.A,
Trends in Engineering and dan Easdani, M. 2012. Studies on
the Developmentof Mixed Fruit

Tita Novita, Tuti Tutuarima, dan Hasanuddin Hal 171


Eksakta Vol. 18 No. 2 Oktober 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
Marmalade. J.Environ.Sci & Marmalade Sirsak (Anona muricata
Natural Resources. 5(2) : 315 – 322 L). Skripsi.
Junaidi, A., 2011. Pengembangan produk FakultasPertanian.Universitas
unggulan jeruk kalamansi kota Sumatra Utara, Medan
Bengkulu denganpendekatan Ovop. Sulihono, A., B., Tarihoran, dan T., E,
Jurnal INFOKOP. Vol. 19 : 163- Agustina. 2012. Pengaruh Waktu,
183 Temperatur, danJenis Pelarut
Puspitasari, D., N., Datti, dan L., Terhadap Ekstraksi Pektin Dari
Edahwati. 2008. Pengolahan Kulit Jeruk Bali. Jurnal
Sumber Daya Alam DanEnergi TeknikKimia. Vol.18, No.4 : 1 – 8.
Terbarukan (Ektraksi Pektin dari Sundari, D., dan Komari. 2010.
Ampas Nanas). Surabaya, Formulasi Selai Pisang Raja Bulu
MakalahSeminar Nasional Dengan Tempe Dan
Soebardjo Brotohardjono, 18 Juni DayaSimpannya. Puslitbang Gizi
2008 dan Makanan, Badan Litbangkes,
Siregar, R., 2009. Pengaruh Konsentrasi Kemankes RI. Vol.33 (1) No. 1 :
Natrium Benzoat dan Lama 93-101.
PenyimpananTerhadap Mutu

Tita Novita, Tuti Tutuarima, dan Hasanuddin Hal 172

You might also like