You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENCELUPAN I

PENGARUH JENIS ZAT WARNA NAFTOL DAN GARAM DIAZONIUM PADA


PROSES PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT WARNA NAFTOL METODA
PADDING

Disusun Oleh Kelompok 8


Rd. Kurnianti (15020051)
Nada Zakiyya Zahra (16020069)
Moch Iklil Hamdani (16020082)
Novia Nurfajrianty (16020089)
Grup : 2K3
Dosen : Ikhwanul Muslim, S.ST., M.T.
Asisten : 1. Yayu E. Y., S.ST.
2. Samuel M., S.ST.

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2018
PENGARUH JENIS ZAT WARNA NAFTOL DAN GARAM DIAZONIUM PADA
PROSES PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT WARNA NAFTOL METODA
PADDING

I. MAKSUD DAN TUJUAN


1.1. Maksud
Untuk memberikan warna pada kain kapas dengan zat warna naftol secara
permanen dan merata, serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh jenis zat warna naftol dan jenis garam
diazonium terhadap arah warna dan ketuaan warna hasil pencelupan kain kapas
dengan zat warna naftol.

II. DASAR TEORI


2.1. Serat Kapas
Kapas adalah bentuk alami murni selulosa. Selulosa adalah molekul
yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen, dan ditemukan dalam struktur
selular hampir semua materi tanaman. Selulosa adalah komponen utama dari
dinding sel tumbuhan, dan bahan bangunan dasar bagi banyak tekstil dan
kertas.
Serat selulosa merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa
polimer selubiosa, dengan derajat polimerisasi (DP) bervariasi, contoh DP
kapas sekitar 3000. Makin rendah DP daya serap airnya makin besar, contoh :
moisture regain (MR) kapas 7 -8 %.
Struktur serat selulosa adalah sebagai berikut,

Gambar 1 - Molekul Selulosa


Serat selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan suasana
asam, sehingga pengerjaan proses persiapan penyempurnaan dan
pencelupannya lazim dilakukan dalam suasana netral atau alkali.

Sifat Kimia Serat Kapas


1. Terhidrolisis dalam asam kuat sehingga kekuatan turun
2. Oksidator berlebih menghasilkan oksiselulosa.
3. Menggembung dalam larutan alkali(dimanfaatkan pada proses merserisasi)

Sifat Fisika Serat Kapas

1. Warna kapas tidak sepenuhnya putih,biasanya sedikit krem


2. 2 – 3 gram/denier, kekuatan akan meningkat 10 % ketika basah
3. Mulur berkisar antara 4-13 % bergantung pada jenisnya dengan mulur rata-
rata 7 %.
4. MR 7 – 8,5%
5. Mudah kusut , Untuk mengatasi kekusutan dapat dicampur serat poliester.

2.2. Zat Warna Naftol


Zat warna naftol merupakan zat warna yang terbentuk dalam serat pada
waktu pencelupan dan merupakan hasil reaksi antara senyawa naftol dengan
garam diazonium (kopling). Zat warna ini tidak larut dalam air. Golongan zat
warna ini untuk mewarnai serat selulosa dengan warna-warna cerah terutama
warna merah. Ketahanannya baik kecuali tahan gosoknya.
Sifat-sifat umum dari zat warna naftol :
 tidak luntur dalam air
 luntur dalam piridin pekat mendidih
 bersifat poligenetik dan monogenetik
 karena mengandung gugus azo, maka tidak tahan terhadap reduktor
Zat warna naftol atau azoic sering disebut ingrain colours karena
terbentuk dalam serat dan tak larut dalam air. Zat warna ini juga disebut azoic
colours karena senyawa yang terbentuk mempunyai gugus azo. Para-red
merupakan zat warna naftol yang pertama dikenal orang dan merupakan hasil
reaksi kopling senyawa beta-naftol yang telah dicelup pada bahan tekstil kapas
dengan base para-nitro anilin yang diazotasikan. Dalam reaksi diazotasi kerap
kali memerlukan es untuk memperoleh temperature yang rendah. Maka, zat
warna golongan ini sering disebut zat warna es atau es colours.
Beberapa zat warna naftol yang kemudian ditemukan dan mempunyai
kesubstantifan terhadap serat selulosa adalah asam beta aksinaftoat (BON acid)
dan Naftol AS.

a. Stuktur Kimia
Menurut struktur kimianya, zat warna naftol dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Poligenetik
Poligenetik berasal dari BON acid :
- Arilamida dari asam orto-hidroksikarboksilat untuk semua warna
kecuali warna kuning.
- Arilida dari BON acid untuk warna-warna jingga, merah, ungu, dan
biru.
- Arilida dari asam 2-hidroantracen-3-karboksilat untuk warna hijau.
- Arilida dari asam 3-hidroksibenzofuran-2-karboksilat dan asam 2-
hidrosikarbasol-3-karboksilat untuk warna coklat.
- Arilida dari asam 2-hidroksi-alfa-benzokarbasol-3-karboksilat
untuk warna hitam.

2. Monogenetik
Monogenetik berasal dari arilamida-arilamida asam asilasetat untuk
warna kuning.

2.3. Mekanisme Pencelupan Kapas dengan Zat Warna Naftol


Zat warna naftol tidak larut dalam air, oleh karena itu dibuat larut dulu
dengan cara menambahkan soda kostik (NaOH). Naftol yang sudah larut ini
dinamakan naftolat. Naftolat dengan CO2 dan H2O dari udara yang bereaksi
membentuk Naftol kembali. Untuk mencegah terjadinya reaksi tersebut
(hidrolisa) maka ke dalam larutan naftolat ditambahkan formaldehid.
Proses pelarutan zat warna naftol (membuat naftolat)

OH O- Na+
+ NaOH + H2O
R R

Tidak larut dalam air (ZW Naftol) Larut dalam air (Naftolat)

Bahan kapas yang telah dicelup dengan naftol dan basa masih belum
bangkit warnanya. Untuk menimbulkan warna pada bahan tersebut, maka
harus dilakukan pengerjaan diazotasi dan pembangkitan.

Proses Pembangkitan
N = N - Ar
O- Na+ OH
+ Cl - N = N – Ar + NaCl
R R
ZW jenis AZO

Setelah reaksi kopling (pembangkitan warna) selesai bahan tekstil yang


telah tercelup perlu dikerjakan proses penyabunan dengan larutan sabun pada
tempertur 60o C.
Tahap-tahap pencelupan pada umumnya :
1) Difusi zat warna dari fasa ruah ke fasa larutan
Pada tahap ini, zat warna dilarutkan dan diusahakan agar larutan zat
warna bergerak menempel pada bahan. Zat warna dalam larutan
mempunyai muatan listrik sehingga dapat bergerak kian kemari. Gerakan
tersebut menimbulkan tekanan osmosis yang berusaha untuk mencapai
keseimbangan konsentrasi, sehingga terjadi difusi dari bagian larutan
dengan konsentrasi tinggi menuju konsentrasi rendah. Bagian dengan
konsentrasi rendah terletak di permukaan serat, yaitu pada kapiler serat.
Jadi zat warna akan bergerak mendekati permukaan serat.
2) Adsorpsi
Peristiwa difusi yang dijelaskan di atas menyebabkan zat warna berkumpul
pada permukaan serat. Daya adsorpsi akan terpusat pada permukaan serat,
sehingga zat warna akan terserap menempel pada bahan.
3) Absorpsi
Peristiwa ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi zat warna di
permukaan serat dengan konsentrasi zat warna di dalam serat. Karena
konsentrasi di permukaan lebih tinggi, maka zat warna akan terserap
masuk ke dalam serat.
4) Fiksasi
Fiksasi terjadi karena adanya ikatan antara molekul zat warna dengan serat,
yaitu ikatan antara gugus auksokrom dengan serat.

III. PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
a) Alat
 Gelas piala 500 ml  Nampan plastik
 Gelas piala 100 ml  Neraca digital
 Gelas ukur 100 ml  Mesin padder
 Batang pengaduk  Mesin stenter
 Pipet ukur 10 ml  Kompor gas

b) Bahan
 Kain kapas  NaOH keripik
 Zat warna Naftol AS-BO (poli)  Pembasah
 Zat warna Naftol AS D 80% (poli)  NaCl
 Garam diazonium kuning KGL  Na2CO3
 Garam diazonium merah (MB)  Asam asetat (CH3COOH)
3.2. Diagram Alir

3.3. Resep
3.3.1. Resep Pencelupan (Pad I)
Zat warna naftol : 0,25 g/ 200 mL
NaOH Kripik : 1 g/ 200 mL
Pembasah : 0,25 mL/ 200mL
NaCl : 40 g/L = 8 g/200 mL
Na2CO3 : 2 g/L = 0,4 g/200 mL
WPU : 70%
Padding : 2 dip 2 nip
3.3.2. Resep Pembangkitan Warna/ Kopling (Pad II)
Garam diazonium : 10 ml/L = 2 mL/ 200 mL = 1 g/ 200 mL
Asam asetat : 2 mL/L = 0,4 mL/ 200 mL
WPU : 70%
Padding : 2 dip 2 nip

3.3.3. Resep Pencucian


Sabun : 1 g/L
Na2CO3 : 1 g/L
Vlot : 1:20
Suhu : 80oC
Waktu : 15 menit

3.4. Fungsi Zat


3.4.1. Fungsi Zat Pencelupan
 Naftolat :
Larutan yang larut dalam air yang mempunyai afinitas terhadap serat
selulosa yang akan masuk ke dalam pori-pori serat kapas
 NaOH
Untuk mengubah naftol yang tidak larut menjadi naftolat yang larut
dalam air
 Pembasah :
Untuk meratakan dan mempercepat proses pembasahan kain dengan cara
menurunkan tegangan permukaan kain
 NaCl
Untuk mendorong penyerapan zat warna yang bekerja pada kain dengan
cara mengurangi muatan negatif pada serat dengan cara mengurangi
ionisasi
 Na2CO3
Untuk mendapatkan suasana pencelupan alkali agar naftolat tetap stabil
(naftolat kurang stabil terhadap pengaruh udara)
3.4.2. Fungsi Zat pada Proses Pembangkitan Warna (Proses Kopling)
 Garam diazonium :
Zat yang berfungsi untuk membangkitkan warna yang berikatan dengan
naftolat berupa ikatan hidrogen dan ikatan Van der Waals.
 Asam asetat (CH3COOH) :
Untuk menstabilkan garam diazonium yang bersifat kurang stabil (namun
jika terlalu asam, garam diazonium akan rusak).

3.4.3. Fungsi Zat pada Pencucian


 Sabun :
Sabun untuk proses pencucian setelah proses pencelupan guna
menghilangkan zat warna naftol yang menempel dipermukaan serat hasil
pencelupan.
 Na2CO3 :
Untuk mengaktifkan kinerja sabun yang bekerja dalam suasana alkali.
Untuk menyabunkan kotoran (zat warna yang masih menempel pada
permukaan kain yang dianggap sebagai kotoran), agar proses safonifikasi
lebih sempurna.

3.5. Skema Proses

Keterangan:
- Padding I : Naftolat, NaOH, Pembasah, Na2CO3, NaCl
- Padding II: Pembangkitan warna (garam diazonium, CH3COOH)
3.6. Cara Kerja
Persiapan Larutan Celup
1. Persiapkan alat dan bahan.
2. Timbang kebutuhan zat dan siapkan air yang akan digunakan.
3. Memasukkan 0,25 gram naftolat, 1 gram NaOH kripik, 0,25ml
pembasah, 8 gram NaCl, 0,4 gram Na 2CO3, kemudian larutkan dengan
200 ml air.
4. Rendam larutan yang telah dibuat ke dalam sebuah nampan plastik.
5. Lalu lakukan proses padding I (WPU 70%) yaitu proses penaftolan
dimana zat pembantunya yang ada pada point 3 diatas. Lakukan 2 dip 2
nip.
6. Buat larutan untuk pembangkitan warna (kopling), yaitu dengan garam
diazonium 1 gram, dan asam asetat 0,4 ml dalam 200 ml air.
7. Rendam larutan kopling ke dalam nampan plastik.
8. Lakukan proses padding II (WPU 70%) yaitu proses pembangkitan
warna (kopling).
9. Lalu dilakukan proses drying (fiksasi).

Proses Pencucian
 Menyiapkan larutan untuk proses pencucian yaitu Na2CO3 dan sabun
tambahkan air 200 ml.
 Memasukkan kain kedalam larutan dan dipanaskan pada suhu 80°C atau
melakukan proses dengan air dengan suhu 80°C agar tidak dilakukan
pemanasan.
 Lakukan proses pencucian selama 15 menit.
 Membilas kain dengan air dingin.
 Mengeringkan kain.
 Evaluasi kain.

3.7. Evaluasi Hasil Pencelupan


Evaluasi hasil pencelupan dinilai berdasarkan arah warna dan ketuaan warna.
Di bawah ini merupakan cara evaluasi baik untuk ketuaan warna yaitu
dengan metoda ranking.
Pengujian pengamatan visual ini dilakukan oleh empat orang pengamat.
Pengamat melukan pengamatannya tanpa tekanan atau bujukan dari pihak lain,
kecuali penjelasan arti dari penulis. Dengan menggunakan metode perangkingan
terhadap kain contoh uji didapatkan kain dengan hasil yang optimum.
1. Contoh uji disiapkan berukuran 4x4 cm dan diberi label huruf secara acak
tanpa diketahui oleh calon pengamat.
2. Pengamat berjumlah empat orang dan melakukan pengamatan secara
perorangan dan terpisah.
3. Pengamat melakukan pengamatan terhadap warna dari kain kapas dan
menentukan rangking.
Nilai hasil pengamatan visual dari empat orang pengamat dijumlahkan
dan dirangking secara ulang sesuai dengan variasi. Hasil nilai dijumlahkan
sehingga diperoleh hasil akhir. Jumlah nilai yang paling besar merupakan ketuaan
warna yang optimum dan paling baik.
Rangking untuk ketuaan adalah 10-100, dengan nilai 100 untuk ketuaan
warna yang paling baik dan nilai 10 untuk ketuaan warna yang kurang baik.
IV. DATA PENGAMATAN
4.1. Kain Hasil Pencelupan

Variasi Kain Hasil Celup

Naftol AS-BO dan Garam


diazo kuning KGL

Naftol AS D 80% dan


Garam diazo kuning KGL

Naftol AS-BO dan Garam


diazo merah (MB)

Naftol AS D 80% dan


Garam diazo merah (MB)
4.2. Data Pengamatan Evaluasi Ketuaan Warna

Resep
Orang Orang Orang Orang Rata-rata
Variasi Jenis Jumlah
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 (10-100)
Naftol/Garam diazonium
Naftol AS-BO dan Garam
40 50 50 60 200 50
diazo kuning KGL
Naftol AS D 80% dan
70 70 70 70 280 70
Garam diazo kuning KGL
Naftol AS-BO dan Garam
80 80 80 80 320 80
diazo merah (MB)
Naftol AS D 80% dan
70 60 70 60 260 65
Garam diazo merah (MB)

V. DISKUSI
Pada praktikum kali ini yaitu proses pencelupan kain kapas menggunakan zat
warna naftol, dilakukan variasi zat warna naftol beserta garam diazoniumnya untuk
mengetahui pengaruh dari zat warna naftol dan garam diazoniumnya terhadap arah
warna dan ketuaan warnanya. Proses pencelupan dilakukan metoda padding agar
penyerapan zat warna dan kerataannya baik. Pada padding I dilakukan perendaman
kain didalam naftolat (zat warna naftol yang dilarutkan dalam NaOH lalu ditambahkan
Na2CO3, pembasah dan NaCl untuk memperbesar penyerapan), sedangkan dalam
padding II dilakukan proses diazotasi atau pembangkitan warna yaitu dengan
menggunakan garam diazonium dalam suasana asam.
Menurut teori, pencelupan kain kapas dengan zat warna naftol akan
menghasilkan warna sesuai dengan garam diazonium nya. Misalnya jika garam
diazonium tersebut berwarna merah maka hasil pencelupan nya akan berwarna merah
pula.
Pada kain 1 dilakukan proses pencelupan kain kapas menggunakan zat warna
Naftol AS-BO dan Garam diazo kuning KGL yang menghasilkan warna kuning. Pada
kain 2 dilakukan proses pencelupan kain kapas menggunakan zat warna Naftol AS D
80% dan Garam diazo kuning KGL yang menghasilkan warna kuning. Pada kain 3
dilakukan proses pencelupan kain kapas menggunakan zat warna Naftol AS-BO dan
Garam diazo merah (MB) yang menghasilkan warna merah dan pada kain 4 dilakukan
proses pencelupan kain kapas menggunakan zat warna Naftol AS D 80% dan Garam
diazo merah (MB) yang menghasilkan warna merah. Hal ini telah terbukti bahwa arah
warna dari hasil pencelupan zat warna naftol akan bergantung pada jenis zat garam
diazoniumnya, dan kedua zat warna naftol tersebut merupakan jenis zat warna naftol
poligenetik atau polikromatik yang warna dari hasil pencelupan nya mengarah lebih
dari satu arah warna sesuai dengan garam diazonium yang digunakan.
Untuk membandingkan hasil pencelupan yang dilihat dari segi ketuaan warna.
Maka dilakukan pada kain yang dilakukan proses diazotasi menggunakan garam
diazonium yang sama. Hal ini merupakan persyaratan dari menilai ketuaan warna
yaitu bahwa warna yang akan dibandingkan berada dalam arah warna yang sama atau
berada dalam panjang gelombang maksimum yang sama. Berdasarkan pernyataan
tersebut maka dilakukan proses penilaian ketuaan warna yaitu dengan
membandingkan kain 1 dan kain 2, dan membandingkan kain 3 dan kain 4. Untuk kain
1 dan kain 2 dapat diperoleh nilai ketuaan warna yang tinggi yaitu pada kain 2 yaitu
proses pencelupan kain kapas menggunakan zat warna Naftol AS D 80% dan Garam
diazo kuning KGL, maka hal ini menunjukkan bahwa zat warna naftol AS D 80 %
tersebut memiliki substantivitas yang tinggi terhadap garam diazonium kuning KGL.
Sedangkan untuk kain 3 dan 4 dapat diperoleh nilai ketuaan warna yang tinggi yaitu
pada kain 3 yaitu proses pencelupan kain kapas menggunakan zat warna Naftol AS-
BO dan Garam diazo merah (MB), maka hal ini menunjukkan bahwa zat warna Naftol
AS-BO memiliki substantivitas yang tinggi terhadap garam diazonium merah (MB).

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa
hasil pencelupan dengan zat warna Naftol AS-D 80% dan Naftol AS-BO diperoleh
nilai arah warna sesuai dengan garam diazonium yang digunakan. Sedangkan jika
dilihat dari nilai ketuaan warna, pencelupan dengan zat warna naftol AS-D 80%
menghasilkan warna yang tua dengan menggunakan garam diazonium kuning KGL;
dan pencelupan dengan zat warna naftol AS-BO menghasilkan warna yang tua dengan
menggunakan garam diazonium merah (MB).

VII. DAFTAR PUSTAKA

Djufri, Rasjid dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan.


Bandung: Institut Teknologi Tekstil

Isminingsih, dkk. 1978. Kimia Zat Warna. Bandung: Institut Teknologi Tekstil

Karyana, Dede, dkk. 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan I. Bandung:


Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Syafi’I, Imam. 2012. Mengenal Serat Kapas. Tersedia:


http://www.imamsyafii.id/2012/11/mengenal-serat-kapas.html [7 April 2018]

You might also like