Professional Documents
Culture Documents
TEKNOLOGI PENCELUPAN I
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh jenis zat warna naftol dan jenis garam
diazonium terhadap arah warna dan ketuaan warna hasil pencelupan kain kapas
dengan zat warna naftol.
a. Stuktur Kimia
Menurut struktur kimianya, zat warna naftol dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Poligenetik
Poligenetik berasal dari BON acid :
- Arilamida dari asam orto-hidroksikarboksilat untuk semua warna
kecuali warna kuning.
- Arilida dari BON acid untuk warna-warna jingga, merah, ungu, dan
biru.
- Arilida dari asam 2-hidroantracen-3-karboksilat untuk warna hijau.
- Arilida dari asam 3-hidroksibenzofuran-2-karboksilat dan asam 2-
hidrosikarbasol-3-karboksilat untuk warna coklat.
- Arilida dari asam 2-hidroksi-alfa-benzokarbasol-3-karboksilat
untuk warna hitam.
2. Monogenetik
Monogenetik berasal dari arilamida-arilamida asam asilasetat untuk
warna kuning.
OH O- Na+
+ NaOH + H2O
R R
Tidak larut dalam air (ZW Naftol) Larut dalam air (Naftolat)
Bahan kapas yang telah dicelup dengan naftol dan basa masih belum
bangkit warnanya. Untuk menimbulkan warna pada bahan tersebut, maka
harus dilakukan pengerjaan diazotasi dan pembangkitan.
Proses Pembangkitan
N = N - Ar
O- Na+ OH
+ Cl - N = N – Ar + NaCl
R R
ZW jenis AZO
III. PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
a) Alat
Gelas piala 500 ml Nampan plastik
Gelas piala 100 ml Neraca digital
Gelas ukur 100 ml Mesin padder
Batang pengaduk Mesin stenter
Pipet ukur 10 ml Kompor gas
b) Bahan
Kain kapas NaOH keripik
Zat warna Naftol AS-BO (poli) Pembasah
Zat warna Naftol AS D 80% (poli) NaCl
Garam diazonium kuning KGL Na2CO3
Garam diazonium merah (MB) Asam asetat (CH3COOH)
3.2. Diagram Alir
3.3. Resep
3.3.1. Resep Pencelupan (Pad I)
Zat warna naftol : 0,25 g/ 200 mL
NaOH Kripik : 1 g/ 200 mL
Pembasah : 0,25 mL/ 200mL
NaCl : 40 g/L = 8 g/200 mL
Na2CO3 : 2 g/L = 0,4 g/200 mL
WPU : 70%
Padding : 2 dip 2 nip
3.3.2. Resep Pembangkitan Warna/ Kopling (Pad II)
Garam diazonium : 10 ml/L = 2 mL/ 200 mL = 1 g/ 200 mL
Asam asetat : 2 mL/L = 0,4 mL/ 200 mL
WPU : 70%
Padding : 2 dip 2 nip
Keterangan:
- Padding I : Naftolat, NaOH, Pembasah, Na2CO3, NaCl
- Padding II: Pembangkitan warna (garam diazonium, CH3COOH)
3.6. Cara Kerja
Persiapan Larutan Celup
1. Persiapkan alat dan bahan.
2. Timbang kebutuhan zat dan siapkan air yang akan digunakan.
3. Memasukkan 0,25 gram naftolat, 1 gram NaOH kripik, 0,25ml
pembasah, 8 gram NaCl, 0,4 gram Na 2CO3, kemudian larutkan dengan
200 ml air.
4. Rendam larutan yang telah dibuat ke dalam sebuah nampan plastik.
5. Lalu lakukan proses padding I (WPU 70%) yaitu proses penaftolan
dimana zat pembantunya yang ada pada point 3 diatas. Lakukan 2 dip 2
nip.
6. Buat larutan untuk pembangkitan warna (kopling), yaitu dengan garam
diazonium 1 gram, dan asam asetat 0,4 ml dalam 200 ml air.
7. Rendam larutan kopling ke dalam nampan plastik.
8. Lakukan proses padding II (WPU 70%) yaitu proses pembangkitan
warna (kopling).
9. Lalu dilakukan proses drying (fiksasi).
Proses Pencucian
Menyiapkan larutan untuk proses pencucian yaitu Na2CO3 dan sabun
tambahkan air 200 ml.
Memasukkan kain kedalam larutan dan dipanaskan pada suhu 80°C atau
melakukan proses dengan air dengan suhu 80°C agar tidak dilakukan
pemanasan.
Lakukan proses pencucian selama 15 menit.
Membilas kain dengan air dingin.
Mengeringkan kain.
Evaluasi kain.
Resep
Orang Orang Orang Orang Rata-rata
Variasi Jenis Jumlah
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 (10-100)
Naftol/Garam diazonium
Naftol AS-BO dan Garam
40 50 50 60 200 50
diazo kuning KGL
Naftol AS D 80% dan
70 70 70 70 280 70
Garam diazo kuning KGL
Naftol AS-BO dan Garam
80 80 80 80 320 80
diazo merah (MB)
Naftol AS D 80% dan
70 60 70 60 260 65
Garam diazo merah (MB)
V. DISKUSI
Pada praktikum kali ini yaitu proses pencelupan kain kapas menggunakan zat
warna naftol, dilakukan variasi zat warna naftol beserta garam diazoniumnya untuk
mengetahui pengaruh dari zat warna naftol dan garam diazoniumnya terhadap arah
warna dan ketuaan warnanya. Proses pencelupan dilakukan metoda padding agar
penyerapan zat warna dan kerataannya baik. Pada padding I dilakukan perendaman
kain didalam naftolat (zat warna naftol yang dilarutkan dalam NaOH lalu ditambahkan
Na2CO3, pembasah dan NaCl untuk memperbesar penyerapan), sedangkan dalam
padding II dilakukan proses diazotasi atau pembangkitan warna yaitu dengan
menggunakan garam diazonium dalam suasana asam.
Menurut teori, pencelupan kain kapas dengan zat warna naftol akan
menghasilkan warna sesuai dengan garam diazonium nya. Misalnya jika garam
diazonium tersebut berwarna merah maka hasil pencelupan nya akan berwarna merah
pula.
Pada kain 1 dilakukan proses pencelupan kain kapas menggunakan zat warna
Naftol AS-BO dan Garam diazo kuning KGL yang menghasilkan warna kuning. Pada
kain 2 dilakukan proses pencelupan kain kapas menggunakan zat warna Naftol AS D
80% dan Garam diazo kuning KGL yang menghasilkan warna kuning. Pada kain 3
dilakukan proses pencelupan kain kapas menggunakan zat warna Naftol AS-BO dan
Garam diazo merah (MB) yang menghasilkan warna merah dan pada kain 4 dilakukan
proses pencelupan kain kapas menggunakan zat warna Naftol AS D 80% dan Garam
diazo merah (MB) yang menghasilkan warna merah. Hal ini telah terbukti bahwa arah
warna dari hasil pencelupan zat warna naftol akan bergantung pada jenis zat garam
diazoniumnya, dan kedua zat warna naftol tersebut merupakan jenis zat warna naftol
poligenetik atau polikromatik yang warna dari hasil pencelupan nya mengarah lebih
dari satu arah warna sesuai dengan garam diazonium yang digunakan.
Untuk membandingkan hasil pencelupan yang dilihat dari segi ketuaan warna.
Maka dilakukan pada kain yang dilakukan proses diazotasi menggunakan garam
diazonium yang sama. Hal ini merupakan persyaratan dari menilai ketuaan warna
yaitu bahwa warna yang akan dibandingkan berada dalam arah warna yang sama atau
berada dalam panjang gelombang maksimum yang sama. Berdasarkan pernyataan
tersebut maka dilakukan proses penilaian ketuaan warna yaitu dengan
membandingkan kain 1 dan kain 2, dan membandingkan kain 3 dan kain 4. Untuk kain
1 dan kain 2 dapat diperoleh nilai ketuaan warna yang tinggi yaitu pada kain 2 yaitu
proses pencelupan kain kapas menggunakan zat warna Naftol AS D 80% dan Garam
diazo kuning KGL, maka hal ini menunjukkan bahwa zat warna naftol AS D 80 %
tersebut memiliki substantivitas yang tinggi terhadap garam diazonium kuning KGL.
Sedangkan untuk kain 3 dan 4 dapat diperoleh nilai ketuaan warna yang tinggi yaitu
pada kain 3 yaitu proses pencelupan kain kapas menggunakan zat warna Naftol AS-
BO dan Garam diazo merah (MB), maka hal ini menunjukkan bahwa zat warna Naftol
AS-BO memiliki substantivitas yang tinggi terhadap garam diazonium merah (MB).
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa
hasil pencelupan dengan zat warna Naftol AS-D 80% dan Naftol AS-BO diperoleh
nilai arah warna sesuai dengan garam diazonium yang digunakan. Sedangkan jika
dilihat dari nilai ketuaan warna, pencelupan dengan zat warna naftol AS-D 80%
menghasilkan warna yang tua dengan menggunakan garam diazonium kuning KGL;
dan pencelupan dengan zat warna naftol AS-BO menghasilkan warna yang tua dengan
menggunakan garam diazonium merah (MB).
Isminingsih, dkk. 1978. Kimia Zat Warna. Bandung: Institut Teknologi Tekstil