You are on page 1of 13

ANALISIS KUANTITATIF BAHAN BAKU PARACETAMOL

DENGAN METODE TITRASI NITRIMETRI


Ina Widia
Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor,
Sumedang

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan analisis kuantitatif paracetamol dengan dengan
menggunakan metode titrasi nitrimetri. Prinsip titrasi nitrimetri adalah adanya
reaksi antara senyawa yang mempunyai gugus amin aromatik primer dengan
NaNO2 dalam suasana asam (dengan penambahan HCl) menghasilkan garam
diazonium . Paracetamol merupakan suatu obat yang mempunyai gugus amin
aromatik primer. Dalam titrasi nitrimetri, NaNO2 digunakan sebagai titran yang
akan mentitrasi sampel paracetamol. Hasil akhir titrasi dapat ditentukan ketika
larutan yang dititrasi digoreskan pada pasta kanji iodida akan menghasilkan warna
ungu kehijauan.
Kata kunci : paracetamol, titrasi nitrimetri, gugus amin aromatik primer,
NaNO2, HCl, garam diazonium.

ABSTRACT
Experiments have been conducted quantitative analysis of paracetamol using the
nitrimetri titration method. Nitrimetri titration principle is the reaction between
compounds that have a primary aromatic amine group with NaNO2 under acidic
conditions (with the addition of HCl) to produce the diazonium salt. Paracetamol
is a drug that has a primary aromatic amine groups. In nitrimetri titration, NaNO2
was used as titrant will titrate a sample of paracetamol. The final result of the
titration can be determined when a solution is titrated scratched on starch iodide
will produce greenish purple color.
Keywords: paracetamol, titration nitrimetri, primary aromatic amine groups,
NaNO2, HCl, diazonium salt.
I. PENDAHULUAN Penetapan Kadar Paracetamol dengan
Parasetamol atau asetaminofen Titrasi Nitrimetri, zat yang dapat
adalah obat yang dapat digunakan dititrasi dengan nitrimetri adalah zat
untuk mengurangi rasa sakit yang mengandung gugus –NH2 (amin
meredakan demam. Parasetamol aromatik primer) atau zat lain yang
aman dan dapat memberikan efek bila dapat dihidrolisis / direduksi menjadi
diberikan dalam dosis standar, tetapi amin aromatik primer (Setyawati,
karena mudah didapati, overdosis 2010). (3) Paracetamol.
obat baik sengaja atau tidak sengaja
sering terjadi. Untuk mengetahui
seberapa kandungan atau jumlah zat
paracetamol dalam suatu obat, maka Nama lain : acetaminophen / N-
perlu dilakukan penetapan kadar acetyl-4-aminofenol (C8H9NO2).
parasetamol dengan menggunakan Pemerian : hablur atau serbuk hablur
metode titrasi nitrimetri (Hendayana, tidak berwarna ; tidak berbau ; rasa
1994). pahit. Kelarutan : larut dalam 70
Tujuan percobaan ini adalah bagian air, dalam 7 bagian etanol
mampu menerapkan prinsip titrasi (95%) P, dalam 13 bagian aseton P,
nitrimetri dan mampu menetapkan dalam 40 bagian gliserol P dan dalam
kadar paracetamol dengan 9 bagian propilenglikol P ; larut
menggunakan metode titrasi dalam larutan alkali hidroksida.
nitrimetri. Kegunaan : analgetikum dan
Prinsip percobaan ini adalah (1) antipiretikum. Penyimpanan : dalam
Nitrimetri, adalah metode titrasi yang wadah tertutup baik, terlindung dari
menggunakan NaNO2 sebagai pentiter cahaya (Depkes RI, 1979).
dalam suasana asam. Pada suasana Titrasi nitrimetri merupakan
asam, NaNO2 berubah menjadi HNO2 titrasi yang dipergunakan dalam
(asam nitrit) yang akan bereaksi analisa senyawa-senyawa organik,
dengan sampel yang dititrasi khususnya untuk persenyawaan amina
membentuk garam diazonium primer. Penetapan kuantitas zat
(Gandjar, 2007). (2) Pembentukan didasari oleh reaksi antara fenil amina
primer (aromatic) dengan natrium diaduk lalu di add hingga 100 ml.
nitrit dalam suasana asam menbentuk Larutan amilum dipanaskan beberapa
garam diazonium. Reaksi ini dikenal menit, kemudian didinginkan (Depkes
dengan reaksi diazotasi. Reaksi ini RI, 1979). (2) Pembuatan pasta kanji
tidak stabil dalam suhu kamar, karena iodida, dilakukan dengan cara KI
garam diazonium yang terbentu ditimbang sebanyak 10 gram. KI
mudah tergedradasi sehingga reaksi dilarutkan dalam aquadest 95 ml. Ke
dilakukan pada suhu 15oC. Reaksi dalam larutan KI ditambahkan larutan
diazotasi dapat dipercepat dengan amilum sebanyak 5 ml (Depkes RI,
panambahan garam kalium bromida 1979). (3) Pembuatan larutan NaNO2,
(Hamdani, 2013). dilakukan dengan cara NaNO2
ditimbang sebanyak 15 gram,
II. METODE kemudian dilarutkan dalam 2 liter
Alat yang digunakan dalam aquadest (Depkes RI, 1979). (4)
percobaan diantaranya baskom, Pembakuan NaNO2 dengan
batang pengaduk, beaker glass, buret, menggunakan sulfanilamid, dilakukan
erlenmeyer, es batu, garam, gelas dengan cara sulfanilamid ditimbang
ukur, kaleng, kertas perkamen, neraca sebanyak 500 mg dan dimasukkan ke
analitik, penangas air, pipet tetes, plat dalam beaker glass. Ditambahkan 50
tetes, spatel, statif, dan termometer. ml aquadest dan 10 ml HCl 6 N lalu
Bahan yang digunakan dalam diaduk hingga larut. KBr
percobaan diantaranya amilum, asam ditambahkan sebanyak 250 mg.
klorida (HCl) 6N, aquadest, kalium Kemudian larutan didinginkan hingga
bromida (KBr), kalium iodida (KI), suhu 15oC. Larutan dititrasi dengan
paracetamol, natrium nitrit (NaNO2) NaNO2 secara perlahan-lahan dan
0,1 N, sulfanilamid. aduk kuat hingga larutan yang
Prosedur percobaan dilakukan dititrasi ketika digoreskan ke dalam
dengan (1) Pembuatan larutan amilum, pasta kanji iodida akan menghasilkan
dilakukan dengan cara amilum warna ungu kehijauan (Depkes RI,
ditimbang sebanyak 500 mg. 1979). (5) Penetapan kadar
Dilarutkan dalam aquadest 5 ml, paracetamol, dilakukan dengan cara
paracetamol ditimbang sebanyak 300 hingga 100
mg dimasukkan ke dalam beaker ml
glass. Kemudian ditambahkan 24 ml 3 Larutan Larutan
HCl 6 N dan 36 ml aquadest lalu di amilum amilum
refluks selama 1 jam. Setelah di dipanaskan menjadi
refluks, pH larutan di cek ( pH larutan beberapa lebih
±2). KBr ditambahkan sebanyak 150 menit larut
mg. Larutan didinginkan hingga suhu dan
15oC. Larutan dititrasi dengan larutan panas
NaNO2 yang sudah dibakukan. Titik 4 Larutan Larutan
akhir titrasi ditandai dengan ketika amilum amilum
larutan yang dititrasi digoreskan ke didinginkan menjadi
dalam pasta kanji iodida akan dingin
menghasilkan warna ungu kehijauan
(WHO, 2015).
3.2. Pembuatan Pasta Kanji
III. HASIL Iodida
3.1. Pembuatan Larutan No Perlakuan Hasil Gambar
Amilum 1 KI KI 10
No Perlakuan Hasil Gambar ditimbang gr
1 Amilum Amilum sebanyak 10
ditimbang 500 mg gr
sebanyak
2 KI Larut
500 mg
dilarutkan an KI
dalam 95 ml
2 Amilum Larutan aquadest
dilarutkan amilum
dalam
aquades 5
ml, diaduk
lalu di add
3 Ditambahka Pasta 2 Ditambahka Sulfanil
n larutan kanji n 50 ml amid
amilum ke iodida aquadest bercam
dalam dan 10 ml pur
larutan KI HCl 6 N dengan
lalu diaduk 50 ml
3.3.Pembuatan Larutan NaNO2 hingga aquades
No Perlakuan Hasil Gambar larut. t dan
1 NaNO2 NaNO2 dan 10
ditimbang 17 gr ml HCl
sebanyak 17 6N
gr 3 KBr KBr
ditambahka bercam
2 NaNO2 Larutan n sebanyak pur
dilarutkan NaNO2 250 mg. dengan
dalam 0,1 N larutan
aquadest 2
4 Larutan Larutan
liter
didinginkan menjadi
hingga suhu dingin
3.4. Pembakuan NaNO2 dengan
15oC. dan
Sulfanilamid
bersuhu
N Perlakuan Hasil Gambar
15oC
o
5 Larutan Larutan
1 Sulfanilami Sulfanil
dititrasi yang
d ditimbang amid
dengan dititrasi
sebanyak sebanya
NaNO2 menjadi
500 mg, k 500
secara berwar
dimasukkan mg
perlahan- na
ke dalam dalam
lahan dan kuning
beaker glass beaker
aduk kuat dan
glass
hingga ketika 1 Ditimbang Paracet
larutan yang digores paracetamo amol
dititrasi kan ke l sebanyak sebanya
menjadi dalam 300 mg, k 300
berwarna pasta dimasukka mg
kuning dan kanji n ke dalam dalam
ketika iodida beaker beaker
digoreskan akan glass glass
ke dalam mengha 2 Kemudian Paracet
pasta kanji silkan ditambahk amol
iodida akan warna an 24 ml bercam
menghasilk ungu HCl 6 N pur
an warna kehijau dan 36 ml dengan
ungu an aquadest 24 ml
kehijauan lalu di HCl 6
6 Volume Vrata-rata refluks N dan
NaNO2 NaNO2 selama 1 36 ml
yang = 23,2 jam. aquades
digunakan ml t
dicatat dan 3 pH larutan pH
dihitung N di cek larutan
normalitasn NaNO2 dengan dicek
ya = 0,125 mengguna dengan
N kan pH menggu
indikator nakan
3.5.Penetapan Kadar ( pH pH
Paracetamol larutan ±2) indikat
No Perlakuan Hasil Gambar or
sebesar
1
4 KBr KBr ke dalam an
ditambahk bercam pasta kanji
an pur iodida akan
sebanyak dengan menghasilk
150 mg larutan an warna
yang ungu
sudah kehijauan
di
refluks 7 Volume V
5 Larutan Larutan NaNO2 NaNO2
didinginka menjadi yang = 6 ml
n hingga dingin digunakan
suhu 15oC. bersuhu dicatat dan Kadar
15oC dihitung paracet
kadar amol =
6 Larutan Larutan
paracetamo 37,79%
dititrasi yang
lnya
dengan dititrasi
larutan ketika
Perhitungan :
NaNO2 digores
 Konversi HCl 6 N, aquadest dan
yang sudah kan ke
KBr untuk paracetamol
dibakukan. dalam
300 𝑥
HCl = 250 =
Titik akhir pasta 10

titrasi kanji x = 12 ml
300 𝑦
ditandai iodida Aquadest = =
250 30
dengan akan y = 36 ml
ketika mengha 300 𝑚𝑔
KBr = = 150 𝑚𝑔
2
larutan silkan
 Pengenceran HCl 12 6 menjadi
yang warna
HCl 6 N
dititrasi ungu
- Untuk penetapan kadar
digoreskan kehijau
Paracetamol
V1 x N1 = V2 x N2 IV. PEMBAHASAN
12 ml x 12 N = V2 x 6 N Analisis kuantitatif bahan
V2 = 24 ml baku paracetamol sangatlah penting
- Untuk pembakuan larutan dilakukan mengingat paracetamol
NaNO2 adalah obat yang sering dikonsumsi
V1 x N1 = V2 x N2 oleh pasien dan mempunyai efek yang
12 ml x 12 N = V2 x 6 N berbahaya jika dosisnya berlebih.
V2 = 24 ml Analisis bahan baku paracetamol
dilakukan dengan menggunakan
 Pembakuan Larutan NaNO2 metode titrasi nitrimetri. Metode
No Berat Volume titrasi nitrimetri disebut juga titrasi
Sulfonamid NaNO2 diazotasi yakni metode penetapan
1 0,500 gr 23 ml kadar secara kuantitatif dengan
2 0,500 gr 23,4 ml menggunakan larutan baku natrium
Rata- 0,500 gr 23,3 ml nitrit. Titrasi nitrimetri didasarkan
rata pada pembentukan garam diazonium
dari gugusan amino aromatis bebas
𝑔𝑟 1000 yang direaksikan dengan asam nitrit.
N sulfonamid = 𝐵𝐸 𝑥 𝑉
Sebelum melakukan penetapan
0,500 1000
= 172,21 𝑥 50 kadar paracetamol, dilakukan
= 0,058 pembuatan pasta kanji iodida terlebih
V1 x N1 = V2 x N2 dahulu, yaitu dengan melarutkan
50 ml x 0,058 N = 23,2 ml x N2 amilum dalam 100 ml aquadest.
N2 = 0,125 ml Karena amilum tidak mudah larut
dalam air maka amilum dan aquadest
 % Kadar Paracetamol sampel no. dipanaskan agar cepat larut. Setelah
17 itu KI dilarutkan dalam 95 ml
𝑉 𝑁𝑎𝑁𝑂2 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑁𝑂2 𝑥 𝐵𝐸
= 𝑥 100% aquadest kemudian ditambahkan
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
larutan amilum, aduk hingga
= 37,79
terbentuk pasta kanji iodida.
Selanjutnya dilakukan pembuatan sebanyak 1 ml larutan dalam
larutan natrium nitrit 0,1 N, dengan erlenmeyer dikocok kuat. Hal ini
cara natrium nitrit ditimbang dilakukan untuk memperjelas adanya
sebanyak 15 gram kemudian perubahan warna. Titik akhir titrasi
dilarutkan dalam 2 liter aquadest. ditandai ketika larutan yang dititrasi
Natrium nitrit (sebagai larutan berubah menjadi warna kuning dan
baku sekunder) sebelum digunakan ketika digoreskan pada pasta kanji
untuk penentuan kadar parasetamol, amilum menghasilkan perubahan
harus dilakukan pembakuan terlebih warna ungu kehijauan. Warna ini
dahulu dengan sulfanilamid (larutan terjadi karena adanya reaksi warna
baku primer). Sebanyak 500 mg antara asam nitrit berlebih dengan KI
sulfanilamid ditambahkan 10 ml HCl pada pasta kanji iodida :
6 N dan aquadest 36 ml. HCl 2HI + 2HNO2 → I2 + 2NO + 2H2O
digunakan sebagai pengasam susana I2 + kanji → kanji iod (ungu
agar terjadi reaksi antara natrium kehijauan). Iodida diubah menjadi
nitrit dan HCl membentuk asam nitrit. iodium ketika bertemu dan kanji.
Asam nirit inilah yang akan Titrasi dilakukan secara duplo. Rata-
digunakan sebagai prekursor untuk rata volume titran larutan asam nitrit
reaksi pembentukan garam diazotasi. yang terpakai adalah sebesar 23,2 ml
Sedangkan aquadest digunakan kemudian dihitung normalitasnya,
sebagai pelarut. Percobaan ini didapatkan hasil normalitas asam
dilakukan pada suhu kurang dari 15oC, nitrit sebesar 0,125N.
hal ini dilakukan karena asam nitrit Selanjutnya dilakukan
tidak stabil. sehingga reaksi dilakukan penetapan kadar paracetamol.
pada suhu 15 oC. Reaksi diazotasi Sebanyak 300 mg paracetamol
dapat dipercepat dengan panambahan ditambahkan 24 ml HCL 6 N dan 36
garam kalium bromida. Kemudian ml aquadest. Kemudian direfluks
larutan dititrasi dengan larutan selama 1 jam. Tujuan refluks dan
natrium nitrit 0,1 N sebagai titran. penambahan HCl ini adalah untuk
Titrasi dilakukan secara perlahan, menghidrolisis paracetamol dari
setiap dititrasi dengan larutan natrium gugus amin aromatik sekunder
menjadi amin aromatik primer. dititrasi dengan menggunakan larutan
Setelah direfluks pH larutan di cek natrium nitrit yang sudah
dengan menggunakan pH indikator, distandarisasi sebagai titran. Titrasi
yaitu 1. pH larutan seharusnya ±2, ini dilakukan secara perlahan, setiap
terjadi akibat penambahan HCl dititrasi dengan larutan natrium
dengan volume yang tidak tepat sebanyak 1 ml larutan dalam
sehingga larutan menjadi lebih erlenmeyer dikocok kuat. Hal ini
asam.Bila indikator tergantung dari dilakukan untuk memperjelas adanya
pH, maka juga harus diusahakan agar perubahan warna. Titik akhir titrasi
pH tidak berubah selama titrasi ditandai ketika larutan yang dititrasi
berlangsung. Kemudian ke dalam berubah menjadi warna kuning dan
larutan ditambahkan 150 mg KBr, ketika digoreskan pada pasta kanji
banyaknya KBr yang ditambahkan amilum menghasilkan perubahan
adalah setengahnya dari jumlah bahan warna ungu kehijauan. Warna ini
baku. Fungsi penambahan KBr ini terjadi karena adanya reaksi warna
adalah sebagai katalisator yang dapat antara asam nitrit berlebih dengan KI
mempercepat reaksi. Kemudian pada pasta kanji iodida :
larutan didinginkan hingga suhu 15oC 2HI + 2HNO2 → I2 + 2NO + 2H2O
karena garam diazonium mempunyai I2 + kanji → kanji iod (ungu
sifat tidak stabil. Apabila garam kehijauan). Iodida diubah menjadi
diazonium berada pada suhu lebih iodium ketika bertemu dan kanji.
dari 15oC maka akan terjadi reaksi Penetapan kadar amina aromatik
hidrolisis, dimana gugus N akan lepas primer secara nitrimetri memakai
dan gugus OH akan masuk sehingga indikator luar adalah merupakan cara
menghasilkan senyawa fenol. yang paling umum. Keuntungan
Sedangkan apabila garam diazonium pemakaian indikator luar seperti pasta
berada pada suhu di bawah 5oC akan kanji iodida adalah perubahan warna
terjadi reaksi coupling, dimana gugus jelas sedangkan kerugiannya antara
H akan lepas dan menghasilkan lain adalah pelaksanaan tidak praktis
senyawa azo yang merupakan karena kita harus menggoreskan,
senyawa berwarna. Kemudian larutan larutan yang akan dititer harus
didinginkan, memerlukan reaksi klorida. Asam nitrit merupakan
orientasi untuk memperkirakan titik senyawa yang tidak dapat diperoleh
akhir reaksi. Selain itu indikator lain dengan sendirinya melainkan
yang dapat digunakan adalah jenis diperoleh dengan cara mereaksikan
indikator dalam, yaitu indikator natrium nitrit dengan suatu asam
tropeolin OO dan metilen biru. (secara in situ). Hal ini dilakukan
Tropeolin OO merupakan indicator karena asam nitrit sangat tidak stabil.
asam-basa yang berwarna merah Asam nitrit sangat mudah teroksidasi
dalam suasana asam dan berwarna menjadi asam nitrat oleh udara.
kuning bila dioksidasi oleh adanya Reaksi antara asam nitrit dengan
kelebihan asam nitrit, sedangkan senyawa asam yaitu HCl adalah
metilen biru sebagai pengkontras sebagai berikut :
warna sehingga pada titik akhir titrasi Gugus O- pada senyawa asam nitrit
akan terjadi perubahan dari ungu bersifat elektrofilik dan akan
menjadi biru sampai hijau. Metilen menyerang gugus H+ pada HCl yang
blue harus di tambahkan karena titik bersifat nukleofilik, sehingga reaksi
akhir dari indikator Tropeolin OO ini antara keduanya akan membentuk
transparan sehingga harus ditabahkan asam nitrat (HNO2). Sedangkan gugus
pengontras warna. Setelah titrasi Na+ pada asam nitrit akan lepas dan
selesai volume titran larutan NaNO2
yang terpakai dicatat yaitu sebesar 6
ml kemudian kadar paracetamol dapat
dihitung. Didapat hasil persen kadar berikatan dengan Cl- membentuk
paracetamol dalam sampel nomor 17 senyawa garam NaCl. Selanjutnya
adalah sebesar 37,79%. Hasil ini karena asam nitrit yang terbentuk
sesuai dengan yang semestinya. tidak dapat bereaksi dengan amin
Reaksi-reaksi yang terjadi aromatik primer, maka akan bereaksi
selama penetapan kadar paracetamol kembali dengan HCl dan membentuk
adalah pertama reaksi pembentukan ion nitrosonium, dimana gugus O-
asam nitrit yang berasal dari reaksi akan menyerang kembali H+ yang
antara natrium nitrit dengan asam
bersifat nukleofilik. Reaksi adalah paracetamol akan bereaksi
sebagai berikut : dengan titran larutan NaNO2
dalam keadaan asam sehingga
membentuk garam diazonium.
5.2. Dapat menetapkan kadar
Ion nitrosonium inilah yang akan paracetamol dalam sampel no.
bereaksi dengan amin aromatik 17 dengan metode titrasi
primer. Karena H2O tidak stabil maka nitrimetri yaitu sebesar
akan terjadi pemutusan H dan 37,37%.
membentuk nitrosoamin (produk
antara). Reaksinya adalah sebagai VI. DAFTAR PUSTAKA
berikut : Depkes RI. 1979. Farmakope
Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta : Depkes.
Gandjar, I.G dan Abdul R. 2007.

Nitrosoamin akan bereaksi dengan Kimia Farmasi Analisis.

HCl, dimana gugus H lepas, gugus N Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

menjadi negatif, kemudian gugus H Hamdani. 2013. Nitrimetri.

menempel pada OH dan Available online at

menghasilkan garam diazonium http://catatankimia.com/catata

(produk akhir). Reaksinya adalah n/nitrimetri.html [Diakses

sebagai berikut : pada tanggal 19 Maret 2016].


Hendayana, Sumar. 1994. KIMIA
ANALTIK INSTRUMEN.
Semarang: IKIP Semarang
Press.

V. SIMPULAN Setyawati, H. Dan Marwani I.K.

5.1. Dapat menerapkan prinsip 2010. Sintesis dan

titrasi nitrimetri, dimana zat Karakterisasi Senyawa

yang mengandung gugus NH2 Kompleks Besi (III)-EDTA.

(amin aromatik primer) seperti Surabaya : ITS.


WHO. 2015. The International
Pharmacopeia Fifth Edition.
Available online at
http://apps.who.int/phint/en/do
cf/ [Diakses pada tanggal 15
Maret 2016].

You might also like