You are on page 1of 75

Renungan

Keingintahuan orang buta dalam Injil itu merupakan sebuah sikap awal dan titik
berangkat baginya untuk berproses sampai menerima kesembuhan dan akhirnya
mengikuti Yesus. Seandainya dirinya tidak ingin tahu dan bersikap masa bodoh
mengenai siapa yang sedang lewat, kesembuhan dan pengenalan akan Yesus tidak
akan terjadi.

Salah satu faktor yang menjadi dorongan untuk maju dan berkembang adalah
keinginan untuk tahu. Keinginan itu menjadi pendorong untuk mencari informasi dan
mendapat jawabannya. Tidak adanya rasa ingin tahu akan menjadi salah satu
penghambat perkembangan. Apa yang ingin diketahui itulah yang perlu
dipertimbangkan karena di situlah letak fokus perhatian. Seorang ilmuwan memiliki
dorongan besar untuk mengetahui lebih banyak tentang ilmu yang diminati. Seorang
dokter ingin mencari tahu perkembangan terakhir tentang penyakit dan cara
pengobatannya serta alatalat medis model terbaru. Seorang sastrawan memfokuskan
diri pada pendalaman terhadap buku-buku baik klasik maupun terbitan terakhir dan
berusaha menuangkan ide dan gagasannya melalui tulisan-tulisannya. Orang beriman
mestinya juga terdorong untuk mengetahui lebih banyak dan mendalami isi iman Katolik
dan ajaran Gereja. Jika tidak demikian, pemahaman iman tidak akan bertambah dan
perkembangan iman pun akan tersendat.

Orang Katolik yang tidak memiliki keinginan untuk mengetahui isi iman Katolik lebih
lanjut, akan tetap pada keadaannya dan tidak berkembang. Lebih parah lagi kalau
seseorang merasa diri sudah tahu banyak tentang isi iman, dan merasa tidak perlu
belajar lagi. Sikap seperti itu akan membuatnya berhenti bertumbuh dan tetap pada
ketidaktahuannya dalam banyak hal berkenaan dengan iman. Tidak jarang keadaan
seperti itu menyebabkan rapuhnya hidup iman dan membuatnya mudah goyah dan
terkadang jatuh. Tidak sedikit orang Katolik yang berpindah keyakinan, karenap
engaruh hal-hal kecil yang sebenarnya disebabkan oleh kekurangtahuan mengenai
iman Katolik yang begitu kaya dan indah.

Pengetahuan akan isi iman Katolik jelas belum cukup secara bekal untuk berkembang
dalam kehidupan iman, karena mesti mengembangkan relasi dengan Allah dan
mewujudkannya dalam hidup sehari-hari. Seperti dikisahkan dalam Injil, si orang buta
memiliki keinginan besar untuk dekat dengan Yesus dan menerima rahmat dari-Nya
dengan berseru, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Seruan itu menunjukkan sikap
dasar imannya yaitu percaya bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan
kebutaannya, sehingga berani menyerahkan diri kepada-Nya. Pada akhirnya, yang
disembuhkan bukan hanya kebutaan matanya, tetapi sekaligus kebutaan mata
imannya. Atas kesembuhan yang dialaminya, ia mengambil sikap yang sangat tegas
dan jelas, yaitu menjadi pengikut Yesus. Sikap dasar inilah yang diperlukan untuk bisa
berkembang dalam iman, yaitu relasi yang semakin dekat dengan Yesus yang diimani
dan mewujudkannya dalam kehidupan.

Antifon Komuni (Why 2:4-5)


Aku mencela kalian, karena telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu
sabarlah, betapa dalamnya kalian jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah apa yang
kalian lakukan semula.

Renungan

Dalam hidup ini, orang beriman dihadapkan pada dua pilihan, yakni berbuat baik dan dikasihi
Tuhan atau berbuat jahat dan jauh dari jalan Tuhan. Secara teoritis orang Katolik tidak sulit
memilihnya. Nabi Maleakhi menyebut bahwa orang yang gegabah dan berbuat fasik akan
terbakar oleh hari Tuhan, sedangkan orang yang takut akan nama Tuhan akan merasakan
surya kebenaran (Mal 4:1-2). Dalam kenyataan, berbuat baik kadang lebih sulit dilakukan
daripada berbuat jahat. Menahan keinginan yang buruk juga lebih sulit daripada membiarkan
hal yang baik menguap.

Rasul Paulus memberi teladan untuk menghindari hal-hal negatif dengan bekerja dan berjerih
payah siang malam agar tidak makan rezeki orang dengan cuma-cuma dan "jangan menjadi
beban bagi siapapun" (2Tes 3:8). Ia memperingatkan orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak
bekerja. Tidak ada orang yang dilahirkan untuk menjadi pengangguran yang luntang-lantung ke
sana kemari berbuat iseng, bertindak kriminal atau sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna.
Setiap mahluk hidup dilahirkan untuk bisa mencari makan sendiri secara alamiah. Kemampuan
untuk bekerja sudah ada dalam diri manusia dan setiap orang usia produktif selayaknya mau
bekerja dan makan dari hasil jerih payahnya sendiri. Setiap orang Katolik juga sepatutnya
memilih dan menjalankan pekerjaan yang positif dan tidak bertentangan dengan hukum pidana
atau perdata.

Tentu saja tidak setiap pekerjaan mendatangkan uang dan kenyamanan duniawi. Pekerjaan
yang ditawarkan oleh Yesus bisa membuat kita dibenci semua orang (Luk 21:17). Menjadi
pengikut Kristus dan mewartakan nama-Nya tidak serta merta mendatangkan kebahagiaan.
Pengikut Kristus awali hidup dalam situasi perang dan penjajahan. Mereka akan melihat
kehancuran Yerusalem dan Bait Allah yang mereka kagumi. Mereka akan menyaksikan
penyesatan, perang dan pemberontakan, penyakit sampar dan kelaparan. Mereka akan
ditangkap, dianiaya dan dimasukkan ke dalam penjara. Bahkan mereka akan diserahkan oleh
keluarga sendiri untuk dibunuh. Sungguh mengerikan risiko menjadi saksi Kristus saat itu
meskipun Yesus sendiri memberi mereka kata-kata hikmat dan menjamin mereka dengan
bersabda, "Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu" (ay. 19)

Para ssaudara terkasih, situasi orang Katolik di Indonesia saat ini mungkin tidak semencekam
seperti yang dinubuatkan oleh Yesus. Namun bukan berarti kita menjadi malas untuk bersaksi
tentang Dia. Kita harus rajin mewartakan kasih Tuhan dalam pekerjaan dan jerih payah kita
sehari-hari.

Renungan
Saudara-saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Bacaan Injil hari ini, mengingatkan kita bahwa kedatangan Kerajaan Allah tanpa tanda-tanda.
Karena itu, manusia perlu senantiasa waspada dan berjaga-jaga. Namun pada dasarnya
manusia itu hidup menurut gerakan pikirannya sendiri, bertindak seturut yang dikehendakinya.
Namun, tanpa sadar hidup menurut yang kebanyakan orang lakukan: mengejar kekayaan,
kesenangan, naluri serta nafsunya. Sebagai pengikut Kristus, sebagai umat Kristiani, kita
dituntut mengambil sikap, tinggal dan berpegang pada ajaran Kristus. Kita tidak jarang tetarik
memilih yang lain, yang duniawi; karena kita memiliki kelemahan insani, kita mudah jatuh pada
dosa. Oleh karena itu kita perlu teguh mempertahankan kebenaran. Sering kita merasa lebih
enak dan mudah ikut yang dilakukan orang, ketimbang berjuang sendiri dan menghadapi
tantangan, kesulitan dan perbedaan.

Saudara-saudari terkasih.

Kita diundang untuk membela Yesus. bahkan kendati harus kehilangan nyawa. Sebab Yesus
sendiri berkata: "Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya ia akan kehilangan nyawanya,
dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. Maksud Yesus ialah
kehilangan nyawanya karena cintanya dan setianya kepada Yesus. Bukan kehilangan
nyawanya karena bodohnya dan salahnya sendiri. Tidak jarang kata-kata Yesus ini disalah
artikan. Beranikah kita kehilangan nyawa demi cinta dan setia kita pada Yesus? Tidak harus
mati, sihhh... Tetapi rela menanggung yang tidak enak, yang pahit, yang menyakitkan hati dan
melukai batin kita. Kemartiran kita hayati dalam arti kerelaan untuk berkorban demi Kristus, apa
pun bentuk perngorbanan itu. Salah satunya ialah tidak ada yang kekal di dunia ini. Apa yang
kita anggap milik kita, di dunia ini: ayah dan ibu, suami, isteri, anak, saudara, sahabat, teman
bahkan nyawa kita sendiri pun akan kita tinggalkan. Tidak ada yang bisa kita pertahankan
sebagai milik, karena semuanya tidak abadi.

Saudara-saudari terkasih.

Allah adalah abadi. Allah adalah tujuan hidup kita. Kita sering dikacaukan oleh tujuan dan
prioritas yang semu. Kita ikut berlomba-lomba mengejar dan mempertahankan yang tidak pasti
dan meninggalkan yang pasti. Marilah kita bijak menentukan prioritas hidup kita. Tuhan Yesus
memberikan nasehat kepada murid-muridNya, tentang yang harus dilakukan ketika Anak
Manusia datang kedua kalinya. Yaitu daripada kita menjadi panik, kebingungan, gelisah tak
menentu; lebih baik kita bersikap tenang. Bila kita mampu tetap tenang, kita akan mudah
berdoa dan berserah diri pada Tuhan. Tuhan Yesus ingin mengajak kita untuk menjadi pribadi-
pribadi yang hidup dalam roh dan berjiwa besar, yang siap kapan saja Tuhan memanggil kita
dari dunia ini. Marilah kita menjalani hidup ini dengan banyak berdoa dan berbuat baik. Karena
itulah yang diperlukan oleh roh, yang diperlukan oleh jiwa kita. Bukan tubuh atau badan kita
yang akan masuk sorga, melainkan roh kita, jiwa kita!

REFLEKSI:

Pernahkah kita mengalami ditolak dan apakah kita menjadi sakit hati, jadi kering rohani kita,
dan goyah iman kita? (Lumen 2000)

Pengantar

Hari ini kita merayakan Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran. Basilika agung ini
didirikan oleh Kaisar Konstantinus Agung, putra Santa Helena, pada tahun 324. Dalam
konteks sejarah Kristiani, Basilika ini merupakan Basilika agung yang pertama, yang
melambangkan kemerdekaan dan perdamaian di dalam Gereja setelah tiga-abad lebih
berada di dalam kancah penghambatan dan penganiayaan kaisar-kaisar Romawi yang
kafir. Pemberkatannya yang kita peringati pada hari ini merupakan peringatan akan
kemerdekaan dan perdamaian itu. Basilika Lateran merupakan Takhta Paus, bukan
Basilika St. Petrus sebagaimana yang anda kira selama ini. Ketika Paus menetapkan
dogma, Beliau berbicara dari Takhtanya di Basilika Lateran ini. Di Basilika Lateran inilah
Kursi Petrus berada. Mula-mula pesta ini hanya dirayakan di Roma, namun lama
kelamaan menjadi pesta bagi seluruh Gereja. Dalam pesta ini, selain kita mengenang
dan memperingati kemerdekaan dan perdamaian yang dialami Gereja, kita juga mau
mengungkapkan cinta kasih dan kesatuan kita dengan Uskup Roma, yang sekaligus
menjabat sebagai Paus, pemersatu seluruh Gereja dalam cinta kasih Kristus. Gereja,
tempat kita berkumpul merupakan tanda dan lambang Gereja, Umat Allah.

Doa Pagi

Ya Allah, dari batu-batu hidup dan terpilih Engkau telah menyiapkan tempat tinggal
yang kekal bagi keagungan-Mu. Lipatgandakanlah di dalam Gereja-Mu anugerah Roh
yang telah Engkau berikan, agar umat yang setia kepada-Mu senantiasa bertambah.
Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau
dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin.

Yehezkiel dibawa Malaikat Tuhan dan melihat air yang mengalir dari tempat kudus. Ke
mana saja air ini mengalir, di sana segalanya bertumbuh subur dan segar serta
mendapatkan kembali kehidupan.

Bacaan dari Nubuat Yehezkiel (47:1-2.8-9.12)

"Aku melihat air mengalir dari dalam Bait Suci; ke mana saja air itu mengalir,
semua yang ada di sana hidup."
Sekali peristiwa aku dibawa malaikat Tuhan ke gerbang Bait Suci, dan sungguh, ada air
keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci itu, mengalir menuju timur, sebab Bait Suci
itu juga menghadap ke timur. Air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan dari
Bait Suci, sebelah selatan mezbah. Lalu malaikat itu menuntun aku keluar melalui pintu
gerbang utara, dan dibawanya aku berkeliling dari luar menuju pintu gerbang luar yang
menghadap ke timur. Sungguh, air itu membual dari sebelah selatan. Lalu malaikat itu
berkata kepadaku, "Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, menurun ke Araba-
Yordan, dan bermuara di Laut Asin; maka air laut yang mengandung banyak garam itu
menjadi tawar. Ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk yang berkeriapan di
dalamnya akan hidup. Ikan-ikan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu
sampai, air laut di situ menjadi tawar, dan ke mana saja sungai itu mengalir, semua
yang ada di sana hidup. Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon
buah-buahan, yang daunnya tidak pernah layu, dan buahnya tidak habis-habis. Tiap
bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat
kudus. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = c, 2/4, PS 847


Ref. Tuhan penjaga dan benteng perkasa dalam lindungan-Nya aman sentosa.
Ayat. (Mzm 46:2-3.5-6.8-9; R: 5)
1. Allah itu tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan
sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun
gunung-gunung goncang di dalam laut.
2. Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, di sukakan oleh aliran-aliran sungai. Allah
ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi.
3. Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Pergilah,
pandanglah pekerjaan Tuhan. Yang mengadakan permusuhan di bumi.

Rasul Paulus mengajak Jemaat Korintus untuk membangun diri di atas dasar Kristus.
Dengan demikian, hidup mereka bagaikan Bait Allah dan Roh Kudus diam dalam diri
mereka.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (1Kor 3:9b-
11,6-17)

"Kamu adalah tempat kediaman Allah."

Saudara-saudara, kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. Sesuai dengan kasih
karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang
cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-
tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena
tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah
diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan
bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah,
maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu
ialah kamu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = d, 2/2, PS 953


Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (2Taw 7:16, 2/4)
Tempat ini telah Kupilih dan Kukuduskan. Supaya nama-Ku tinggal di sana
sepanjang masa.

Yesus marah dan mengusir orang-orang yang berjual beli di pelataran Rumah Tuhan.
Lalu, Yesus mau menyadarkan mereka bahwa Bait Allah yang sesungguhnya adalah
Tubuh-Nya sendiri.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (2:13-22)

"Bait Allah yang dimaksudkan Yesus ialah tubuh-Nya sendiri."

Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem.
Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan
merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu
mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu
mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka
dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini
dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." Maka
teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu
menghanguskan Aku. Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah
dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"
Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan
mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam
tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga
hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-
murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab
Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Bagi Yesus, Bait Allah adalah tempat yang harus sungguh-sungguh dipakai sebagai
sarana membangun relasi dengan Allah. Berbagai hal yang tidak sesuai dengan fungsi
Bait Allah itu mesti dibersihkan. Salah satu yang disoroti Yesus adalah adanya
kegiatan-kegiatan yang justru membuat Bait Allah tidak lagi sesuai dengan fungsinya.
Ada cukup banyak hal yang seringkali membuat kita terkontaminasi sehingga tidak
menjadikan diri kita semakin dekat kepada Allah. Oleh karena itu, kita juga diajak untuk
membersihkan diri kita supaya semakin layak bagi Allah. (RUAH)

Setiap ada perjumpaan, pasti ada perpisahan…Itu adalah sunatulloh yg mesti terjadi…Layaknya
roda yg berputar, kadang ia diatas kadang di bawah, kadang ada senang kadang juga ada
sedih…Begitupun dengan sebuah perpisahan dan pertemuan…Seiring berjalannya sang waktu,
ada saatnya kita harus siap dan rela serta ikhlas kehilangan orang-orang yg kita sayangi..baik
untuk sebuah perpisahan sementara di dunia ini, ataupun perpisahan untuk selamanya
(meninggal)..Tiap diri kita harus siap kapan saja untuk ditinggalkan atau meninggalkan
mereka. orang2 yg kita sayangi…Yah..waktu akan terus berputar, dan suatu saat sampailah kita
pada satu titik tersebut..titik yang mungkin sangat mengharukan dan bahkan mungkin
terbesit keinginan untuk tidak pernah mengalaminya…Suatu moment yang mungkin akan
menyesakkan dada dan ada tetesan air mata yang tdk sanggup ditahan untuk keluar…Dan setelah
perpisahan, pasti ada yang lain…tiada lagi orang yang selama ini menjadi teman setia kita
berbagi cerita suka dan duka, tiada lagi peneguh langkah dan motivator jiwa yang gersang ini,
tiada lagi sahabat dan saudara yang menuntun jejak kaki mengarungi kerasnya medan kehidupan
ini…yang jelas tiada lagi ‘dia’ yang selama ini bersama kita…seakan ada yg telah hilang dan
hampa Namun, janganlah sekali-kali kita berlarut2 dalam kesedihan karena perpisahan
tersebut…Tetaplah tegar dan tabah menghadapinya, karena ini adalah salah satu bagian
rangkaian alur perjalanan hidup yang telah diskenariokanNya untuk kita,,Yakinlah bahwa semua
yg ditetapkanNya pasti itu yang terbaik untuk semua..pasti ada hikmah dibalik semua kejadian,
termasuk hikmah dalam sebuah perpisahan..Ingatlah, masih ada satu pengikat diantara kita yang
saling terpisah oleh jarak dan waktu..Pengikat yang akan terus mengikatkan ikatan hati dan
mengeratkan hubungan kita meski kita terpisah..Yah..ikatan hati dalam sebuah lantunan doa.. “
Ya Alloh, Engkau tahu bahwa hati2 ini telah berhimpun dalam kecintaan kepadaMu, telah
berjumpa dalam menaatiMu, telah bersatu dalam dakwah kepadaMu, telah terjalin dalam
membela syariatMu, Maka teguhkanlah Ya Alloh ikatannya, kekalkanlah kasih sayangnya…”
Berikut ini kami sajikan kumpulan kata-kata mutiara perpisahan yang paling mengharukan dan
bisa jadi bikin Anda mewek. Nah, ini dia kata-kata dan ucapan perpisahan sekolah paling
mengharukan, untuk teman dan guru yang kami kutip dari berbagai sumber terpercaya :

===

===
Kekasihku…
Dirimu adalah segalanya bagiku, inspirasi atas segala inovasiku, nafas dalam kehidupanku,
semangat dalam lemahku, gairah dalam kelesuanku.
Kasihku padamu seperti kasihmu padaku yang tak akan pudar dimakan waktu, meski senja tlah
berlalu tunggu aku diujung jalan itu…
tempat dimana kita pernah bersatu…
Saudaraku, kerabatku, handaitolanku…
buat apa aku pergi bila kesedihan menyelimutimu… Sepeninggalku jadikan semangat yang telah
terbina selama ini sebagai cambuk untuk terus berkarya.
Untuk semuanya… Terima kasih atas kasih dan sayangmu…
Selamat tinggal… doakan aku segera kembali dan kita bisa berinovasi demi negeri tercinta ini…

(sumber: jefripasa2.blogspot)

===
Kadangkala aku merenung
Dengan keadaan ini
Kita telah menghabiskan waktu bersama
Baik susah maupun senang kita lalui

===

Keadaan ini memaksa untuk mengucap


Kata selamat tinggal padamu kawan
Akan ada secercah hadapan di esok hari
Tetaplah bermimpi, gapai cita-citamu
Mimpi kita dahulu akan terwujud kelak
Bersama riang canda disaat pertemuan itu
Mungkin keadaan telah berbeda
Mungkin segalanya akan berubah
Namun yakin persahabatan ini akan kekal

(sumber :katasindiran)

Ucapan perpisahan untuk guru


===
Guruku! Dengan apa ku membalas jasamu. Kau korbankan waktu dan tenagamu untuk mendidik
dan mengajariku. Tiada kau bedakan siapa diriku ini, apakah orang lemah, kuat, miskin atau
kaya. Kau kerahkan seluruh tenaga dan pikiranmu demi kebaikanku. Demi masa depanku agar
aku benar-benar menjadi orang yang berguna, bagi umat manusia, bangsa, dan negara. Kini kita
kan berpisah! Hanya ucapan terima kasih dan do’a yang bisa kupanjatkan. Aku berharap, kau
kan selalu dalam lindungan-Nya. Aku berharap, kau kan selalu bersabar dalam menhadapi anak-
anak didikmu.’

===

‘Jika ada yang bertanya, siapa orang yang paling banyak jasanya bagi diriku. Tentu aku akana
menjawab, orang tuaku dan guru-guruku. Karena sejatinya mereka semua adalah orang tuaku.
Tiada mereka menginginkan dariku melainkan agar aku menjadi orang yang benar dan berguna
bagi semua. Guruku juga orang tuaku. Meskipun suatu saat nanti aku tidak bersamanya, tapi aku
tak akan pernah bisa melupakan jasa-jasanya, sebagaimana aku tak akan bisa melupakan orang
tuaku’

===

‘Kini aku harus berpisah meninggalkan sekolah tercinta ini. Tapi hatiku tak kan berubah. Guruku
tetap guruku. Guruku tetap orang tuaku. Meski jarak memisahkan kita. Aku mungkin saja
melupakan pelajaran-pelajaran yang pernah kau ajarkan. Tapi aku tak akan pernah lupa dengan
semua jasa yang pernah kau berikan. Terima kasih guruku.’

===

Sobat, Dialah yang Maha Mengatur. Dia yang Maha Memberi keputusan.
Perpisahan ini akan menjadi yang terbaik untuk kita berdua.

===

Renungkanlah setiap detik penuh makna, setiap menit diiringi canda tawa, kini waktu telah
memisahkan kita. Semoga persahabatan kita selalu terjaga selamanya.

===

Sudah sekian lama kita rajut kisah dan masa-masa terindah, kini saatnya kita berpisah. masa lalu
memang telah menghilang tetapi kau akan selamanya ada di kehidupanku wahai sahabat.

===

Lama kita berjalan di atas kebahagiaan yang penuh kegembiraan. Kini saatnya ucapkan selamat
tinggal untuk sahabatku yang kubanggakan. Selamat berpisah sahabat, kita akan bertemu suatu
saat kelak.

===

Kebahagiaan yang dulu kita banggakan kini hilang entah kemana, tapi ini yang terbaik bagi kita
bersama menuju sebuah kehidupan nan sesungguhnya. Semoga kita sukses bersama sobat.
(sumber : kata-mutiara-id.blogspot)

Demikian kata-kata perpisahan yang kami bagikan. Anda bisa mengirimnya via SMS, broadcast
maupun di status akun nsosial media Anda.

Perpisahan Sekolah dan Kelulusan Sekolah merupakan sebuah momen dimana anda harus
berpisah dari teman teman, sahabat, teman seperjuangan, teman satu angkatan, teman satu kelas,
dan bahkan keluarga anda ketika mencari dan menggali ilmu berada di sekolah, Tentunya anda
pasti akan sedih karena anda akan merasakan suasana yang berbeda setelah perpisahan di
sekolah. Anda tidak bisa bolos sekolah, tertawa bersama ketika tak ada guru, dan yang paling
sedih anda tidak akan bertemu sahabat anda secara rutin lagi. karena Anda akan mulai hidup ke
dunia nyata secara benar benar berdiri sendiri dan tanpa teman teman anda lagi. Karena memang
jalan hidup anda dan teman sekelas anda kini sudah berbeda.

Google Image- kata mutiara Perpisahan sekolah

Selain sedih, perpisahan sekolah juga pasti sangat mengharukan karena setelah anda lulus anda
tidak akan bertemu lagi dengan orang orang yang berada di sekolah secara rutin lagi. Ini pasti
sangat berat karena anda tidak lagi duduk dan diajarkan pelajaran sekolah oleh bapak ibu guru
anda lagi, Anda juga tidak akan bisa makan dan jajan di kantin secara rutin lagi seperti biasanya.
Hal tersebut memang menyedihkan tapi bagaimana lagi, masa dan waktu sudah berubah jadi
tetaplah semangat untuk menjalani hidup. Oleh sebab pada kesempatan ini saya akan
memberikan beberapa Kata Kata Mutiara tentang Perpisahan dan Kelulusan Sekolah dalam
Bahasa Inggris dan Artinya. Semoga bermanfaat.

Kata Kata Mutiara tentang Perpisahan dan Kelulusan Sekolah dalam Bahasa
Inggris dan Artinya

You have brains in your head. You have feet in your shoes. You can steer yourself any
direction you choose. – Dr seuss.
Anda memiliki otak di kepala Anda. Anda memiliki kaki di sepatu Anda. Anda dapat
mengarahkan diri sendiri setiap arah yang Anda pilih. - Dr Seuss

As we go on, we remember all the times we spent together and as our lives change come
whatever, we will still be friends forever.
Seperti kita pergi, kita ingat semua waktu yang kita habiskan bersama dan sebagai hidup kita
berubah menjadi apa pun, kita masih akan menjadi teman selamanya.

Graduation is like the day of reckoning. You will be judge based on what you have planted.
Hari kelulusan adalah seperti hari perhitungan . Anda akan menjadi penentu berdasarkan apa
yang telah Anda tanamkan.

There is no appropriate word to be spoken, O friend. only nodes are always scattered
patter to say goodbye . please continue your struggle toward the other , the new place ,
which would be the distance for our friendship .
Tidak ada kata yang tepat untuk diucapkan , wahai teman . hanya hening yang selalu tersebar
derai untuk mengucapkan selamat tinggal . silakan lanjutkan perjuanganmu ke arah lain , tempat
baru , yang akan menjadi jarak untuk persahabatan kita.
Today, our soul and instinct become injured on parting body at this time. But believe me

Kata Kata Perpisahan Paling Mengharukan


Kata Kata Perpisahan Paling Mengharukan – Sahabat sekalian pada kesempatan kali ini Kata
Ilmu akan share artikel koleksi kata kata perpisahan paling menyedihkan dan mengharukan
tentunya Oh ya Kata kata sedih ini kami bersumber dari internet dan akan di republish di blog
Kata Indah ini. Langsung saja disimak gan, tapi sebelumnya, siapkan Baskom dan handuk yang
tuk menampung dan melap air mata agan, solanya kata kata pilu ini menyedihkan bangeetttzzz .

Kata Kata Perpisahan terbaru 2014

Air mata membersihkan hati dari penyakit untuk membenci dan mengajari manusia untuk
berbagi penderitaan dengan mereka yang patah hati
Perasaan memang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, perasaan hanya bisa diungkapkan dari

hati ke hati

Sejuta harapan akan terucap saat malam gelap bertabur bintang. Sejuta cinta akan tercurah saat
hati gelap bertabur sayang
Cinta itu seperti crayon, warnailah hidup mu dengan sesukamu dengan cinta, hitam putih pun

adalah warna cinta yang indah yang klasik namun abadi

Bukannya hati ini tak sakit dan bukannya hati ini tak hancur, bukan pula hati ini tak perih,
namun hanya kepasrahan yang mengiringi
Seseorang tidak melakukan hal yang benar di satu bagian kehidupannya sementara dia sibuk

melakukan hal yang salah di bagian lain mana pun dari kehidupannya. Hidup adalah sebuah

kesatuan yang tak terbagi-bagi

Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab apa yang paling kalian kasihi
darinya mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan – seperti gunung yang nampak lebih
agung terlihat dari padang dan dataran
Senandung hati ku tak pernah mengatakan "sayang" untukmu. Itu karena aku begitu sulit untuk

memahami dirimu. Bila kau tau disini aku selalu mengharap kau mengerti aku

Jangan cemas dengan selamat tinggal. Perpisahan diperlukan sebelum Anda dapat bertemu lagi.
Dan bertemu lagi setelah sesaat atau seumur hidup, sudah pasti bagi para sahabatnya.
Sahabat….. selamat melanjutkan langkahmu, selamat berjumpa lagi di tangga kesuksesan, dalam

senyum yang lebih indah

Sahabat….. biarkan aliran airmata ini jatuh sesukanya, biarkan dia mengalir, mengucap kata
seindah-indahnya. Biarkan dia, karena airmata tak berarti sedih, airmata tak berarti duka, airmata
adalah juga lambang bahagianya hati. Biarkan dia menemani kita di hari ini. Biarkan…..Karena
dia memang hadir untuk ini, untuk sebuah perpisahan
Sahabat….. segala rindu yang akan muncul, segala nafas yang akan berhembus, segala harapan

yang akan kita raih, segala langkah yang akan kita ayunkan, yakinlah disana ada sukses. Di sana

ada keberkahan, dan di sana pasti ada cinta.

Perkuat langkahmu sahabat….. yakinkan diri dan hatimu, hari esok pasti lebih cerah, hari esok
adalah harapan yang harus diraih. Pandang senyumannya yang lebar, tatap wajahnya yang ceria,
hari esok adalah bahagia. Yakinlah sahabat, cinta dan cita kita selalu bersatu. Kita akan bersatu
selamanya, dalam cahaya persahabatan ini.
Tidak usah terlalu bersedih, sahabat….. berbahagialah, karena engkau akan menemukan suasana

yang baru, bukan disini lagi, tapi disana. Cukuplah setiap kenangan yang telah kita tanam, akan

menjadi kenangan yang tumbuh subur, menyemaikan benih-benih cita diantara kita. Karena kita
tak harus disini, kita tak harus selalu bersama, kita harus melanjutkan langkah ini, mungkin ke

tempat yang lain, yang siap untuk kita tapaki.

Hari ini, jiwa dan naluri kita kembali terluka atas perpisahan raga. Namun percayalah sahabat…..
hati kita akan selalu terikat. Jalinan ukhuwahnya akan semakin erat, semakin jauh ragamu
melangkah, semakin hatimu mendekat.
Tak ada kata yang pantas terucap sahabat….. hanya derai bening yang selalu bertaburan,

mengucap selamat jalan, silakan lanjutkan perjuanganmu ke arah yang lain, ditempat yang baru,

yang akan menjadi jarak pertemuan kita.

Perpisahan itu akan selalu ada, karena kita pernah berjumpa, bersama, dalam canda tawa dan
bahagia. Setiap tetes airmata yang tertumpah di hari ini, akan menjadi saksi atas jalinan ukhuwah
yang selama ini kita simpul seerat-eratnya.
Mantap kata2nya… tapi smua telah terjadi.. harus gimana lagi,… yang terbaik sekarang pikirin

masa depan… ok…

Aku ingin kembali lg bersamanya tp kmungkinan itu kecil sekali,,, aku hanya berdoa dgn
perpisahan aku dpt hikmah dlm kegagalan dlm cinta
Tapi aku berusaha bertahan tanpa cinta yg merupakan semangat dlm hidupku tuk mraih masa

depanku…

Perpisahan buat aku merasa ga ada gunanya hidup didunia tanpa cinta..
Ada saatnya untuk berjumpa, ada saatnya pula untuk berpisah. yang mau kirim-kirim salam

perpisahan silahkan masuk sini.

Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan dan yang
mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan
Mereka yang tidak dapat mengingat masa lampau ditakdirkan untuk mengulanginya.

Demikianlah artikel koleksi kata kata perpisahan paling menyedihkan, semoga artikel diatas

dapat memberikan inspirasi bagi kita semua.[ki]


jika memang demikian perlu kita sadari bahwa adanya perpisahan akan ada pertemuan entah
dengannya atau dgn yg lain . Karena tuhan selalu punya rahasia terbaik untuk tidak di ketahui oleh siapa
pun, jika mencari kata kata perpishan sebaiknya anda memilih rangkaian kata yg telah di sajikan . selain
perpisahan kata gombal berikut mudah mudahan dapat membatu anda mencari pasangan bar

tak perduli seberapa jauh kau pergi


aku akan tetap menunggu & aku tau kau
akan kembali tertawa bersamaku

ku tak sanggup tuk. . .berpisah kepada


kalian semua. . ,
krna tak mau meningglkn kengan yg
indah saat dgan kalian….

Aku ingin melupakanmu dengan sederhana


Seperti tatapan terakhir
yang menyembunyikan sedikit airmata

Sahabat adalah dia yang tahu apa yang


dia miliki ketika bersamamu, bukan dia
yang menyadari siapa dirimu setelah dia
kehilanganmu

putus cinta itu tidak sakit yg sakit itu


sudah putus tapi masih cinta

Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang


mesti terpenuhi. Dialah ladang hati,
yang kautaburi dengan kasih dan kau
panen dengan penuh rasa terima kasih

Sepi menyeka tawa dan air mata


Saat rindu mulai membelenggu jiwa
Lagu terindah sekalipun tak mampu
redamkan hati yang terus mengukir
namanya Kubingkai kembali kenangan
yang pernah terjadi Tergambar
jelas tawamu yang pernah menghiasi hari
Memupus duka yang kini membelenggu
hati Hingga aku sadar kau tak lagi disini
Lbih baik memiliki satu sahabat yg
mengerti arti air mata ku dari pada
seribu sahabat yg tdak mengerti arti air
mataku

Janganlah menangis sahabatku..


Janganlah menangis dan
berbahagialah,karena kita diikat
bersama dalam cinta & sayang.
Hanya dengan cinta yang indah,
kita dapat bertahan terhadap
derita kemiskinan, pahitnya
kesedihan, dan duka

Perpisahan akan
ebih mengertikan kita
tentang arti pertemuan..

Saat kau pergi, tiada hari hari yg istimewa.


Tiada goresan tawa. Tiada canda.
Semua berjalan biasa biasa aja.
Sepi, sendiri, & sedih. Namun sejuta sesal yg ku punya,
takan membuat mu kembali padaku.
Kasih ku.. Jelang lh kebahagian mu
bersama nya.

Mungkin di wajah seseorang terlihat


bahagia… tapi di lain sisi ada hal yang
membuat seseorang itu sedih, seperti
halnya waktu yang terus berjalan dan
seiring berjalannya waktu maka akan
berganti hari selamat jalan kawan

Seandai nya engkau di laut akan ku


kejar dngan kapal seandai nya engkau
ada di dalam batu akan ku pecah batu
itu dan apa bila engkau berada di
pelukan orang lain hanya air mata yang
mengiringi kepergian mu

Halaman1 2
Renungan
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

Saudara-saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Hari ini Gereja Katolik merayakan pesta Santo Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung.
Meraka adalah Malaikat Allah. Dan Allah sendiri sebagai Hakim Agung. Bacaan hari ini
mengajak kita untuk introspeksi diri, sejauh mana kita telah menjadi murid Yesus sejati.
Malaikat Agung Allah yang cukup terkenal di dalam Gereja Katolik. Dengan menjadi orang
Kristiani sejati, kita akan melihat kemuliaan Allah di sorga. Maka adakah hal-hal konkrit yang
sudah kita lakukan, sebagai usaha kita untuk menjadi orang Kristiani sejati? Tuhan Yesus
memuji Natanael sebagai seorang Israel sejati, yang tidak memiliki kepalsuan. Yesus juga
menyatakan, bahwa ia akan melihat malaikat-malaikat Allah, turun naik kepada Anak Manusia.
Sekarang inilah saatnya bagi kita, untuk mewujudkan iman serta kasih kita kepada sesama,
seperti dikehendaki oleh Yesus.

Saudara-saudari terkasih.

Pada ketiga Malaikat Agung Allah ini, kita mendapatkan keterangan. Mereka adalah utusan
Allah. Mereka mengabdi Allah di surga dan malaksanakan perintah-Nya di dunia ini. Sebagai
utusan Allah, mereka menyatakan firman Tuhan kepada kita, melindungi dan menyampaikan
permohonan kita kepada Allah. Nama mereka mencerminkan tugas yang diemban. Mikael,
artinya siapa menyemai Allah? Gabriel, artinya Utusan Allah. Rafael artinya Allah
menyembuhkan. Dalam Injil, Yesus melukiskan Natanael melihat langit terbuka dan malaikat-
malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia. Yesus mempersatukan yang di atas dan yang
dibawah, yang ilahi dan yang duniawi. Para malaikat Allah memuji dan mewartakan keagungan
Allah. Jika hidup kita murni, Allah akan memperkenankan kita mengalami sorga abadi, tempat
tinggal para penghuni sorga. Kita tahu, bahwa berada di dunia ini tidaklah selamanya, tetapi
hanyalah sementara saja. Namun ada banyak orang lupa, termasuk kita orang- orang Kristiani.

Saudara-saudari terkasih.

Dalam pembicaraan sehari-hari, sering secara spontan berkata: "Syukurlah, aku dilindungi oleh
malaikat pelindung." Atau orang lain yang berkata: "Aku bisa sampai di sini karena dibimbing
oleh Malaikat Tuhan." Memang orang Katolik cukup akrab dengan para malaikat Allah. Mereka
ini diutus Allah untuk mnenyertai dan melindungi perjalanan kita. Sepantasnyalah kita bersyukur
dan berterimakasih kepada para Malaikat Agung Allah: Mikael, Gabriel dan Rafael. Mikael
berjasa sebagai pelindung dan pemimpin para malaikat yang setia kepada Allah. Gabriel,
adalah pewarta khabar gembira kepada Perawan Maria dan Zakaria. Rafael, sebagai pelindung
dan penunjuk dalam perjalanan. Bila kita masih tetap bisa selamat sebagai orang-orang
Kristiani hingga saat ini, kalau kita masih bisa ke gereja untuk ikut misa kudus setiap hari atau
setiap minggu, maka itulah jasa dan bantuan para malaikat agung dan malaikat-malaikat Allah
lainnya. Tentang para malaikat Allah, bisa menjadi bahan mawas diri bagi kita orang Katolik.
Sejauh manakah pengalaman rohani kita sehubungan para malaikat Allah?

Saudara-saudari terkasih.

Pada suatu kesempatan, setelah perayaan Ekaristi di lingkungan, seorang warga bertanya
kepada Romo: "Romo, mengapa urutan menyebut nama Malaikat Agung selalu Mikael, Gabriel
dan baru Rafael?" Romo menjawab: "Mungkin, jawabannya bisa dicari dari arti harafiahnya.
Mikael berarti siapa seperti Allah? Allah itu Maha: kasih, besar dan kuasa. Gabriel berarti Allah
adalah kuat, besar atau akbar, pembawa kabar gembira Allah. Rafael berarti sang pemimpin
perang melawan kejahatan. Karena sangat mungkin pada waktu itu, manusia terlukai." Seorang
bapak lain bertanya: "Romo, saya pernah mendengar ada malaikat Lucifer. Betulkah itu?"
Jawab Romo: "Lucifer itu awal mulanya "malaikat Allah." Tetapi karena Lucifer menolak untuk
menyembah, berbakti dan memuliakan Allah; maka oleh Allah dia diusir dari hadapan Allah.
Lalu menjadi "kepala" setan. Memimpin setan-setan lainnya memberontak, melawan Allah."

KATA-KATA YANG MENJADI NYATA

Inkarnasi berarti Allah memasuki jasad manusia dan membentuk sebuah kehidupan sempurna
dalam diri Yesus, Putra Maria. Tetapi jasad ibu bukanlah debu fana, melainkan yang bekerja
sama dengan sempurna dengan cita-cita ilahi. Itulah sebabnya Gereja mengakui bahwa Yesus
adalah seorang manusia sempurna, sekaligus juga adalah Allah yang sempurna. Gereja bukannya
memberi predikat baru kepada seorang manusia Nazareth itu dengan menyebutNya sebagai Anak
Allah. Sebab pada dasarnya, jasad itu sempurna sejak dari terbentuk secara istimewa dalam
rahim seorang perawan. Gerja juga tidak merendahkan Allah dengan menyebut bahwa Allah
mengambil rupa seorang manusia untuk bisa bergaul dengan gaya bahasa manusia.
Allah yang tak terbatas, tak dimengerti akal budi secara tuntas, akhirnya datang dan
membimbing manusia untuk mengerti apa yang sebenarnya dikehendakiNya. Bahasa ilahi
memang tidak mudah dimengerti atau bahkan tidak mungkin dimengerti. Namun, kehadiran
seorang manusia ilahi telah membuka pengertian manusiawi, bahwa Allah memang amat jauh
dan sempurna, sekaligus juga amat dekat dengan kita manusia karena Dia hadir dengan memakai
bahasa manusiawi.
Yesus adalah seorang manusia yang menjadi bukti konkrit bahwa Firman Allah bukan hanya ada
di awang-awang. Firman itu dapat dilihat, dapat disentuh, dapat diajak berdialog dan seterusnya.
Yesus adalah wujud “kata-kata ilahi yang menjadi nyata”. Itulah inkarnasi yang memang tidak
dapat dibahasakan dengan baik dalam budaya yang beragam.
Bulan Desember, adalah kesempatan yang baik bagi kita untuk merenungkan bahwa Firman
Allah, Sabda Allah bukanlah Sabda isapan jempol belaka. Sabda itu telah terkristal menjadi
sosok pribadi manusia sempurna. Maka, marilah kita merenungkan misteri kehadiran ilahi dalam
perkataanNya, SabdaNya. Mari kita bersahabat dengan Sabda yang menjelma menjadi manusia.
Selamat mempersiapkan diri menyambut hadirnya Firman yang tidak pernah menjadi kata-kata
bohong belaka.

Semoga

Salam dalam Sang Sabda


NUBUAT YESUS

Peristiwa tsunami yang pernah melanda Aceh dan beberapa negara di Asia masih membekas
dalam ingatan kita. Tinggi gelombang air laut mencapai 8 meter. Hempasan air laut ke darat
mencapai beberapa kilometer. Rumah-rumah roboh. Mobil-mobil terhanyut. Banyak kapal
terdampar. Nyawa ribuan manusia direnggut dan ribuan hewan mati binasa. Banyak yang
mencoba menyelamatkan diri, tetapi tidak sempat. Kita merasa sangat ngeri dan bingung melihat
tragedi yang sangat dahsyat itu. Banyak orang mengira akhir zaman sudah tiba. Padahal
peristiwa itu baru menimpa beberapa titik di permukaan bumi ini dan belum mencakup seluruh
dunia. Coba bayangkan apa yang akan terjadi kalau hal itu menimpa seluruh dunia pada saat
yang sama. Bisakah Anda membayangkan apa yang akan terjadi pada akhir zaman?
Hari ini, lewat Injil, Yesus bernubuat tentang kehancuran kota Yerusalem. Ia mengatakan:”Akan
ada tanda-tanda pada matahari, bulan dan bintang. Bangsa-bangsa di bumi akan takut dan
bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang mati ketakutan karena kecemasan berhubung
dengan segala apa yang sedang menimpa bumi, sebab kuasa-kuasa langit akan guncang.”
Membayangkan apa yang akan menimpa Yerusalem membuat kita merasa sangat ngeri. Nubuat
Yesus sudah terpenuhi pada saat kejatuhan Yerusalem kedalam tangan penjajah Romawi.
Nubuat Yesus tentang kehancuran Yerusalem menjadi sebuah gambaran akan kedatanganNya
pada akhir zaman. Kata Yesus, seluruh tatanan kosmos, di langit dan di bumi akan
dijungkirbalikan. Kekuatan jahat akan diporak-porandakan. Sesungguhnya, kekacauan dan
kebinasaan akan menimpa seluruh dunia pada saat yang bersamaan.
Pada saat yang sangat menakutkan itu, Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan dan
kekuasaan. Kedatangan-Nya justru bukan untuk menghancurkan atau membinasakan dunia,
melainkan untuk menyelamatkan orang-orang yang percaya kepadaNya. Orang-orang fasik akan
mengakhiri hidup mereka dalam kebinasaan abadi. Sedangkan orang-orang benar akan
memperoleh kehidupan kekal. Sudah siapkah Anda menghadapi akhir zaman?

Marilah berdoa,Ya Tuhan, ajarilah aku untuk selalu berlaku kudus dan jujur di hadapanMu. Bila
Engkau datang dalam kekuasaan dan kemuliaan, semoga aku didapati layak bagiMu. Amin.

Minggu 2 Desember 2007


Pekan Adven I
Yes 2:1-5; Rm 13:11-14a; Mat 24:37-44
=====================================================================
======

LEBIH DARI SEKEDAR LAWATAN

Hari ini kita memulai masa adven. Kata adventus adalah kata bahasa Latin. Kata itu adalah
gabungan dari kata ad (pada atau kepada) dan venire (datang). Jadi, secara harafiah kata advent
berarti datang kepada. Siapa datang kepada siapa? Siapa melawat siapa? Pertama, Tuhan datang
kepada kita, manusia. Tuhan selalu yang mulai bernisiatif mengunjungi, melawat umatNya.
Tuhan datang kepada kita milik kepunyaanNya. Tuhan yang mahamulia, mahakudus, mahaakbar
sudi mengunjungi kita. Dia tidak hanya sekedar lewat, tetapi melawat. Dia juga tidak hanya
sekedar melawat, tetapi lebih dari itu. Ia sendiri mau tinggal bersama dan menyertai kita. Tempat
tinggal yang paling layak bagi Tuhan adalah hati kita yang suci.
Yesus melawat kita dengan tujuan khusus. Ia datang untuk menyelamatkan kita dari maut dan
dosa. Tetapi kedatanganNya tidak disambut baik oleh manusia. Yohanes Penginjil menulis
bahwa Yesus “datang kepada milikNya, namun bangsa milikNya tidak menerima Dia.” Saat ini
Tuhan sedang melawat kita dan ingin tinggal bersama kita. Apakah kita mau menerima Dia?
Kedua, kita datang kepada Tuhan. Artinya kita harus membuka hati untuk menerima Dia.
Kedatangan kita kepada Tuhan tidak boleh terjadi hanya pada saat kita membutuhkan dan
meminta sesuatu kepadaNya. Setiap saat kita harus selalu hadir padaNya. Kita terus-menerus
membuka hati dan mengizinkan Tuhan berkarya dalam diri dan seluruh hidup kita. Kedatangan
kita kepada Tuhan ditunjukkan juga dengan kemauan untuk melaksanakan ajaran-ajaranNya.
Kita datang kepada Tuhan, karena Dialah harapan kita. Dialah andalan kita. Hanya padaNyalah
keselamatan dan kebahagiaan kita.
Apakah saya ada, hadir ketika Tuhan melawat? Apakah saya siap menyambut lawatanNya?
Apakah saya selalu datang kepada Tuhan dan merindukan persatuan dengan Dia? Atau apakah
saya suka datang kepada allah-allah lain yang tak mampu menyelamatkan?

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, aku siap menanti kedatanganMu. Aku mau menerima Engkau dalam hatiku. Ajarilah
aku untuk datang dan merindukan Dirimu. Amin.

Senin, 3 Desember 2007


Pesta St. Fransiskus Xaverius
1 Kor 9: 16-19. 22-23; Mrk 16: 15-20
=====================================================================
======

BERITAKANLAH INJIL

Pada saat seorang imam misionaris menerima pengutusan untuk menjalankan tugas misinya,
maka pesan yang diterimanya adalah pergi untuk memberitakan injil, warta keselamatan Kristus
dan bukan mewartakan diri sendiri. Tapi jika dicermati pesan seperti ini seharusnya bukan hanya
untuk pada misionaris melainkan untuk semua orang kristiani.
Yesus menyadari bahwa keselamatan yang dibawanya bukan hanya untuk orang-orang Yahudi,
melainkan untuk seluruh bangsa dan untuk semua mahluk. Untuk itu dia memanggil para murid
dan memberikan tugas kepada mereka untuk mewartakan Injil. Injil adalah warta keselamatan
Yesus sendiri. Hal ini mengandaikan para murid sungguh sudah paham dan mengerti maksud
dan tujuan warta keselamatan itu sendiri, sehingga mereka tidak mewartakan diri sendiri.
Untuk kita saat ini bagaimana tugas para murid itu harus kita teruskan? Apakah kita hanya sibuk
dengan kegiatan kerohanian dalam paroki saja? Atau kita harus keluar dari lingkungan eksklusif
kita kepada masyarakat kita dengan menjadi garam dan terang? Hal ini menuntut setiap kita
untuk sungguh mengalami keselamatan Kristus dan mau berbagi pengalaman iman kita kepada
dunia dan sesama. Kita harus sungguh memiliki iman yang teguh dan relasi yang akrab dengan
Yesus sendiri sehingga mampu memberitakan injil ditengah kehidupan dengan sikap hidup kita
yang nyata.
Jika kita mau jujur, masih banyak sekali pengikut Kristus yang sibuk dengan dirinya sendiri dan
bukan mewartakan keselamatan Kristus melainkan mewartakan diri sendiri sendiri dengan segala
aktivitas di paroki, lingkungan dan masyarakat. Mewartakan Injil adalah tugas kita semua
sebagai pengikut ktistus. Tidak hanya menjadi tugas para gembala, biarawan-biarawati atau
katekis. Tetapi tugas kita semua.
Bagaimana dengan anda? Sudahkah anda memberitakan injil dalam hidup anda? Dengan segala
sikap, tutur kata dan perbuatan dimana anda tinggal, bekerja dan belajar?

Marilah berdoa:
Allah yang kuasa dan rahim, kuatkanlah kami untuk mempu mewartakan injilMu
Dalam hidup dan kehiduan kami. Amin

Selasa, 4 Desember 2007


Yes 11:1-10
Luk 10:21-24
=====================================================================
======

BERGEMBIRA

Seorang anak tampak sangat gembira dengan penuh keriangan karena ia mendapat hadiah sepeda
mini di hari ulangtahunnya dari sang ayah. Ia memeluk ayahnya dengan penuh sukacita dan
kehangatan. Hal itu membuat semua anggota keluarga turut bersuka dan bergembira. Orang yang
gembira menandakan ia mengalami damai dan kebahagiaan dalam hidup.
Yesus juga mengalami sukacita dan kegembiraan atas karya Allah dalam diri para murid dan
orang-orang yang dilayaniNya. Yesus bergembira dalam Roh Kudus. Yesus bergembira atas
karya besar Allah terhadap orang-orang sederhana dan miskin yang menerima kabar
keselamatannya dengan sukacita dan tulus. Sehingga kita juga layak bergembira bersama Yesus
karena kita boleh menerima keselamatan dariNya.
Ada banyak alasan orang boleh bergembira dan bersukacita. Lebih sering orang bersukacita
karena keberhasilan, karena hadiah dan karena apa yang boleh diterima. Akan jauh lebih dalam
kegembiraan kita kalau kita mampu memberi dari apa yang kita miliki untuk orang lain, tentunya
itu membutuhkan iman dan rahmat dari Allah.
Allah telah memberi Yesus PutraNya sebagai tebusan keselamatan kita maka kita harus
bergembira dan bersyukur atas hal ini, melalui sikap hidup kita yang baik dan benar sebagai
orang kristiani. Kita harus bersyukur karena Allah memberi dengan tulus tanpa menuntut balasan
dari kita. KasihNya begitu besar kepada kita sehingga hal inilah yang harus menjadi alasan untuk
kita bersyukur dan bergembira setiap hari.
Bagaimana dengan anda, gembirakah anda atas segala sesuatu yang sudah anda terima sebagai
anugerah dari kasih Allah? Masihkah anda hidup dalam keluhan dan sungut-sungut karena kasih
Allah? Marilah kita bergembira selalu dalam Kristus Yesus sang penyelamat kita.

Marilah berdoa:
Ya Allah, kami bersyukur dan bergembira atas keselamatan yang Kau anugerahkan kepada kami
Melalui Yeus Kristus PuteraMu. Amin

Rabu, 5 Desember 2007


Yes 25:6-10a
Mat 15:29-37
=====================================================================
======

BELAS KASIHAN TAK DAPAT DIKEKANG

Belum lama ini di Jakarta muncul kontroversi mengenai akan diberlakukannya raperda tentang
Ketertiban Umum. Salah satu pasal yang menimbulkan perdebatan ialah larangan bagi warga
untuk membeli barang dagangan pengasong dan memberikan uang kepada pengemis. Ada juga
pihak yang menganggap raperda tersebut lucu, mosok orang dilarang beramal. Namun ada pula
yang menyatakan bahwa raperda itu perlu didukung karena memang terbukti bahwa kebanyakan
pengemis dan peminta-minta itu sebenarnya menjadikan pengemis dan peminta-minta sebagai
profesi. Untuk menghapuskan profesi itu, salah satunya adalah dengan menutup sumber
penghasilannya.
Mungkin fenomena itu menunjukkan bahwa Pemda sudah kehabisan cara untuk membersihkan
pengemis dan peminta-minta yang bertebaran di setiap sudut keramaian Jakarta. Aparat
pemerintah adalah yang paling bertanggung jawab dan berkompeten untuk mewujudkan
ketertiban umum. Tentu saja warga pun tidak boleh cuek bebek. Kontribusi warga untuk
mewujudkan ketertiban umum juga sangat diperlukan. Namun, apakah sampai segitunya,
sampai-sampai ada aturan tidak boleh memberi dan membeli dari para pedagang asongan dan
peminta-minta?
Ada orang yang memberi karena hatinya digerakkan oleh belas kasihan. Meskipun demikian,
selalu ada kontroversi dan serba salahnya. Yesus juga mengalami dilema itu ketika suatu kali ia
melihat ribuan orang kelaparan. Hatinya digerakkan oleh belas kasihan karena orang-orang
tersebut telah mengikutiNya selama 3 hari dan mereka tak membawa makanan. Yesus tak mau
menyuruh mereka pulang begitu saja, nanti mereka pingsan di tengah jalan. Oleh karena itu
Yesus ingin memberi mereka makan. Dengan tujuh roti dan beberapa ikan kecil, Yesus
mewujudkan belas kasihannya itu dan akhirnya terjadilan mujizat. Mereka semua makan sampai
kenyang dan bahkan tersisalah potongan-potongan roti sampai 7 bakul banyaknya.
Dilema yang dihadapi Yesus setelah itu ialah, orang banyak yang telah menikmati belas kasihan
Yesus itu memaksa diriNya menjadi raja atas mereka, agar dengan demikian mereka tidak perlu
bekerja lagi mencari makan, cukuplah mengandalkan Yesus yang dapat menggandakan roti.
Tentu saja Yesus menolak sebab Dia bukanlah mesin pembuat roti. Ia hanya ingin menunjukkan
belas kasihanNya.
Mungkin fenomena orang yang meminta-minta dan mengandalkan hidup dari pemberian orang
lain tak mudah dihapus. Yang semakin langka adalah orang-orang yang dapat meneladan Yesus,
yakni berbelas kasih kepada orang yang menderita. Adakah kita sudah meneladani Yesus dalam
berbelas kasih?

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami dapat meniru teladanMu dalam menunjukkan belas kasihan kepada
setiap orang yang kami jumpai. Amin.

Kamis, 6 Desember 2007


Yes 26:1-6
Mat 7:2124-27
=====================================================================
======

MEMBANGUN DASAR KOKOH SECARA BIJAKSANA

Setiap orang apalagi yang sudah berkeluarga merindukan tempat tinggal sendiri. Mereka tidak
mau terus menumpang di rumah mertua, ataupun berpindah-pindah kontrakan. Menempati
rumah kediaman sekalipun kecil dan sederhana adalah impian. Tentu saja hal seperti itu normal-
normal saja. Beberapa developer di kota-kota besar tahu betul kondisi psikologis manusia seperti
itu. Mereka juga tahu bahwa tidak mudah mendapatkan lahan untuk mendirikan pemukiman.
Oleh karena itu apartemen menjadi sebuah gaya hidup baru. Memiliki rumah tanpa harus
langsung berpijak pada tanah, tapi mengudara ke atas. Space untuk mendirikan rumah tak harus
melebar, tapi bisa juga meninggi.
Tentu saja para pekerja di bidang apartemen ini harus berjuang gigih mengubah mind-set
kebanyakan orang yang masih lebih sreg tinggal di rumah di atas tanah daripada di atas udara.
Dan itu memang terbukti, sewaktu ada gempa yang juga dirasakan di sebagian kota Jakarta
kapan lalu, banyak orang yang tinggal di apartemen terbirit-birit menyelamatkan diri. Memang,
tinggal di apartemen resikonya lebih tinggi terhadap gempa daripada di rumah biasa. Tapi rumah
biasa pun memiliki resiko tinggi, terutama terhadap banjir. Jadi ada sisi yang menguntungkan
maupun yang merugikan baik bertempat tinggal di apartemen maupun rumah biasa di atas tanah.
Yesus dalam Injil hari ini berbicara tentang orang yang bijaksana. Ukuran kebijaksanaan itu
adalah melakukan apa yang didengar dari perkataanNya. Yang mendasarkan perilaku dan
perbuatan pada firman Yesus akan memperoleh dasar yang kokoh, seperti diumpamakan dengan
orang yang mendirikan rumah di atas batu. Ketika hujan dan banjir melanda, rumah itu tidak
roboh sebab dasarnya kuat. Sebaliknya, orang yang sekalipun tahu dan mendengar
perkataanNya, tapi tidak melakukannya, ia seumpama dengan orang bodoh yang mendirikan
rumah di atas pasir. Sewaktu hujan dan banjir, rumah itu roboh dan hebatlah kerusakannya.
Apa yang dikatakan Yesus itu jelas sekali artinya. Yang merupakan dasar kokoh untuk setiap
perilaku dan tindakan kita adalah perkataanNya sendiri. Dasar kokoh dalam hidup ini bukan
ditentukan oleh uang, nama besar, kuasa ataupun besarnya investasi serta kesuksesan duniawi.
Semuanya itu adalah bersifat fana, sesewaktu dapat musnah dan lenyat seketika tanpa sisa.
Sementara itu firmanNya adalah kekal abadi. Yesaya menggambarkan indah dan kuatnya firman
Allah itu. “Seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan
mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih
kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firmanKu yang keluar dari
mulutKu: ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang
Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yes 55:10-11).
Sudahkah kita menjadi orang yang bijaksana yang mendasarkan hidup kita pada firman Allah?

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami senantiasa meyakini betapa dahsyatnya firmanMu dalam hidup kami.
Amin.

Jumat, 7 Desember 2007


PW St. Ambrosius, Uskup Pujangga Gereja
Yes 29:17-24; Mat 9:27-31
=====================================================================
======

ORANG CACAT MEMBUTUHKAN PENGHARGAAN DARI SESAMANYA

Orang yang dilahirkan buta, tentu tidak dapat mengembangkan diri secara maksimal
sebagaimana orang yang melek. Dalam kehidupan hariannya, mereka membutuhkan bantuan
orang lain, misalnya untuk menuntunnya waktu berjalan atau menyiapkan makanan dan
minumannya. Karena kekurangsempurnaan fisiknya, mereka sering diejek atau dicemooh oleh
orang lain. Apalagi bila untuk bisa hidup, mereka harus mengemis, meminta belaskasih dari
sesamanya.
Teriakan dua orang buta untuk meminta belas kasih dari Yesus adalah permohonan yang sangat
wajar dari siapapun yang lahir cacat. Namun teriakan mereka bukan untuk meminta uang atau
makanan dari Yesus karena diberi uang atau makanan pun tidak akan mengubah hidup mereka.
Mereka berteriak minta tolong kepada Yesus supaya memberi mereka sesuatu yang lebih penting
bagi hidupnya yaitu penglihatan, mata yang melek. Dengan itu, mereka dapat berdikari
membangun hidupnya dan tidak menggantungkan diri pada belas kasih orang lain. Dan lebih dari
itu, mereka dihargai sebagai manusia yang bermartabat sama seperti orang lain.
Yesus dengan cepat menanggapi permintaan dua orang buta itu. Pertama, karena Yesus
menghargai mereka sebagai manusia yang sama martabatnya dengan orang-orang yang sehat;
kedua, karena Yesus melihat bahwa mereka memiliki iman akan DiriNya sebagai Putera Daud,
sebagai Mesias yang dijanjikan dan sekarang telah hadir di tengah manusia untuk membawa
damai sejahtera. Iman itu nyata kelihatan ketika Yesus bertanya, “Percayakah kamu bahwa Aku
dapat melakukannya?” Dengan tegas dan mantap mereka menjawab, “Ya Tuhan, kami percaya.”
Dulunya mereka hidup bergantung dari belaskasihan orang lain, malah sering diolok dan
dicemooh, sekarang bisa berdikari membangun diri dan bisa beramal bagkti bagi sesama, dan
lebih dari semua itu, mereka dihargai sebagai manusia yang bermartabat seperti orang lain.
Bagaimana sikap kita menghadapi orang cacat? Apakah kita mampu menerima mereka sebagai
manusia yang sama martabat dengan kita? Ataukah kita ikut-ikutan mencibir dan mencemooh
mereka; pertama, karena ketidaksempurnaan fisiknya, atau kedua, karena ketergantungan nya
pada orang lain?
Dalam Injil tadi, Yesus telah mengajarkan kita bagaimana sikap yang benar menghadapi orang
cacat. Semoga kita dapat mengamalkannya dalam hidup kita secara konkrit menghargai orang
cacat, karena merekapun orang kecintaan Allah, sama seperti kita.

Marilah berdoa,
Bapa yang maharahim, buatlah kami mampu melihat gambaran rupaMu dalam diri orang-orang
cacat, sehingga kami mampu menerima mereka apa adanya. Amin.

Sabtu, 8 Desember 2007


HR St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa
Kej 3:9-15,20; Ef 1:3-6,11-12; Luk 1:26-38
=====================================================================
======

MARIA PERCAYA AKAN PENYELENGGARAAN ALLAH

Perkembangan dunia ilmu pengetahuan sangat pesat. Manusia berusaha untuk menjelaskan
segala sesuatu dari segi ilmu. Bahkan berbagai peristiwa yang terjadi di dunia dianalisa dari segi
ilmu. Oleh karena itu, orang sulit menerima sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan ilmu
pengetahuan. Maka seringkali orang tidak percaya akan hal-hal ilahi, karena tidak bisa dicerna
dengan akal sehat. Itulah sebabnya manusia modern banyak yang menjadi atheis, tidak percaya
akan Allah dan penyelenggaraanNya dalam hidup manusia. Itulah sebabnya, manusia modern
semakin acuh tak acuh terhadap ajaran agama yang mengandalkan iman daripada ilmu
pengetahuan.
Maria, ibu Yesus adalah satu sosok yang berbeda. Ia hidup dalam lingkungan masyarakat yang
menjunjung tinggi nilai-nilai rohani dan percaya akan penyelenggaraan Allah dalam sejarah
hidupnya. Oleh sebab itu, ketika Malaikat Gabriel datang menyampaikan berita bahwa ia akan
mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang harus diberi nama Yesus, Maria pun
percaya. Ia percaya walaupun ia tidak mengerti. Ia percaya walaupun peristiwa itu tidak dapat
dijelaskan dengan akal budi. Ia percaya karena ia memiliki iman yang teguh akan Allah dan ia
yakin akan penyelenggaraan Allah bagi diriNya. Maka ia menjawab dengan penuh penyerahan
diri, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Maria disiapkan oleh Allah menjadi ibunda Yesus Kristus,
PuteraNya. Geraja percaya bahwa Allah telah mempersiapkan Maria sejak awal hidupnya
sebagai seorang kudus, yang tidak dicemari dosa asal. Oleh karen itu, Gereja merayakan hari ini
sebagai Hari Raya Perawan Maria Dikandung Tanpa dosa. Maria disiapkan sebagai Tabernakel,
tempat kudus, tempat Yesus bersemayam sebelum dilahirkan ke dunia dan tinggal di antara kita
sebagai Immanuel yang berarti Allah menyertai umatNya.
Bagaimana dengan kita sendiri? Apakah kita percaya juga akan penyelenggaraan Allah dalam
hidup kita? Apakah kita menerima kehendak Allah bagi hidup kita walaupun kita tidak mengerti,
walaupun tidak dapat dijelaskan dengan akal budi? Semoga peristiawa yang terjadi dalam
kehidupan bunda Maria, meneguhkan iman kita kepada Allah dan karyaNya yang agung dalam
hidup kita. Dan semoga kita berani menerima karya Allah dalam hidup kita itu dengan berkata
seperti bunda Maria, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu itu.”

Marilah berdoa,
Bapa Maharahim, bukalah hati kamu untuk mampu menerima penyelenggaraanMu dalam hidup
kami seperti yang dijalani oleh Bunda Maria dalam hidupnya. Amin.
Minggu, 9 Desember 2007
Pekan Adven II
Yes 11: 1-10; Rm 15: 4-9; Mat 3: 1-12
=====================================================================
======

KECAMAN TIDAK KENAL TEBANG PILIH

Kita bangga karena pernah memiliki seorang pemimpin nasional yang sangat disegani oleh dunia
internasional. Siapa dia itu kalau bukan Bung Karno! Seorang tokoh karismatis yang mampu
menyatupadukan nusantara dari Sabang sampai Merauke. Pidatonya bagaikan gelora api tak
terpadamkan membakar semangat rakyat untuk bersatu-padu mengusir penjajah Belanda yang
menginjak-injak martabat bangsanya. Rakyat terpesona dan tersihir oleh pernyataannya bahwa
kemerdekaan yang diperjuangkan dan direbut dengan darah para pahlawan adalah jembatan
emas menuju gerbang Indonesia yang aman tenteram, sejahtera lahir batin. Hanya dari mulutnya
meluncur seruan yang sangat menyengat ini: “Inggris kita linggis, Amerika kita seterika dan
Malaysia kita ganyang!” Kapankah sang ibu pertiwi akan melahirkan lagi pemimpin seperti
Bung Karno?
Israel adalah bangsa terpilih. Tuhan Allah tidak menghendaki bangsaNya hidup dalam situasi
amburadul. Pemimpin demi pemimpin telah diutusNya untuk memimpin dan membebaskan
bangsaNya dari kehancuran, tetapi semuanya gagal. Para pemimpin itu sibuk dengan diri sendiri.
Rakyat dibiarkan hidup terlantar. Hak mereka tidak diperjuangkan oleh para pemimpin itu.
Rakyat bagaikan domba-domba tanpa gembala. Dalam situasi yang memprihatinkan itu Tuhan
Allah mengutus Yohanes Pemandi. Dia seorang nabi dan tokoh yang sangat karismatis. Dia
menyaksikan kemunafikan, ketidakadilan, pemerasan, korupsi, penyalahgunaan jabatan dan
kebejatan moral perkawinan meraja-lela. Kemunculan Yohanes Pemandi dengan kecamannya
yang tidak kenal tebang pilih bagaikan buldozer raksasa yang mengobrak-abrik. Dari segala
jurusan orang berduyun-duyun datang kepadanya untuk mengaku dosa dan minta dibaptis,
termasuk para rohaniwan yang sok saleh, para pejabat yang suka main korupsi dan para serdadu
yang sering mengancam dan menakut-nakuti rakyat dengan senjatanya. Mereka dituntutnya agar
berhenti sok suci dan main korupsi; berhenti memeras, mengancam dan menyalahgunakan
senjata. Raja Herodes yang merampas isteri saudaranya juga tidak lolos dari api hardikannya.
Yohanes Pemandi memang hebat! Tidak gentar terhadap siapapun dalam rangka menyiapkan
jalan lebar dan lurus bagi kedatangan Juruselamat.
Pewartaan Yohanes Pemandi dalam Injil hari ini juga ditujukan kepada kita. Sungguh keras
memang. Menyiapkan kedatangan Tuhan tidak boleh setengah-setengah. Kedatangan
Juruselamat yang begitu menentukan keselamatan kita memang harus ditanggapi dengan sikap
dan tindakan tobat yang tuntas.

Marilah berdoa,
Tuhan Yesus,kami mohon agar gelora api warta Yohanes Pemandi membakar ludes sampah
yang mengotori hidup kami, yakni sampah kemunafikan, sok suci, ketidakadilan, pemerasan,
korupsi, salahgunakan jabatan, ketidaksetiaan dalam hidup perkawinan dan pelbagai kebejatan
moral lainnya. Amin.

Senin, 10 Desember 2007


Yes 35: 1-10;
Luk 5: 17 – 26
=====================================================================
======

BERANI MENGAMBIL RISIKO

Saudara-saudariku terkasih, masih mungkinkah negeri kita ini melahirkan calon pemimpin yang
berani mengambil risiko demi tegaknya martabat bangsa ini yang semakin terpuruk di mata
dunia internasional? Sungguh memalukan, bangsa kita yang begini besar jatuh martabatnya di
negara tetangga. Jutaan warga bangsa kita dicemooh sebagai PRT yang bodoh, pekerja yang
malas; ada yang diperlakukan sewenang-wenang, dikejar-kejar, ditangkap, dipukul, dipenjarakan
dan diperkosa. Yang lebih menyakitkan lagi ketika tiba di tanah air ada sama saudara sebangsa
tega memeras dan bahkan merampok mereka. Maka lengkaplah sudah duka derita saudara-
saudari kita tersebut. Bagaimana sikap para pemimpin kita? Betapa susahnya dewasa ini
menemukan pemimpin yang berani mengambil risiko menentang perlakuan tidak manusiawi
negara tetangga terhadap saudara-saudari kita yang mengadu nasib di sana .
Injil hari ini memberi kita inspirasi untuk berani mengambil risiko menolong saudara-saudari
kita yang terlantar dan terpuruk nasibnya. Seorang lumpuh ditolong oleh empat temannya.
Mereka begitu yakin hanya Yesus saja yang bisa menyembuhkan. Mereka nekat menjebol atap
rumah dan menurunkan orang lumpuh itu ke bawah tepat di depan Yesus. Mereka tahu betul
tindakan menjebol atap rumah memang keterlaluan. Mereka berani mengambil risiko demi
keselamatan teman mereka. Iman mereka sungguh mengagumkan. Yesus menghargai iman
semcam itu. Justru berkat iman mereka yang begitu nekat, Yesus dengan sigap
menganugerahkan dua karunia sekaligus kepada si lumpuh, yakni pengampunan atas dosa-
dosanya dan penyembuhan fisik yang prima.
Dalam masyarakat kita begitu banyak saudara-saudari kita yang lumpuh, sakit, menderita,
terlantar, melarat, tergusur, tertindas, terpuruk, tak berdaya, terinjak-injak martabatnya. Mereka
sesungguhnya sangat membutuhkan sesama yang cepat tergerak hatinya dan bahkan yang berani
mengambil risiko untuk membantu dan menyelamatkan mereka tanpa pamrih dan tanpa pandang
bulu (diskriminasi). Kita sebagai pengikut Yesus Kristus seharusnya menjadi orang pertama
mengambil inisiatip menyingsingkan lengan baju menyelamatkan sudara-saudari kita itu. Sigap
membantu dan menyelamatkan saudara-saudari kita yang malang itulah yang sebetulnya menjadi
identitas kita sebagai pengikut Yesus Kristus yang sejati. Hanya berpangku tangan, asyik
menyaksikan dan berdiskusi tentang penderitaan mereka sampai mulut berbusa-busa adalah
pengkhianatan dan penyangkalan terhadap identitas kita sebagai orang kristiani.

Marilah berdoa,
Tuhan Yesus, pasti Engkau sangat kecewa karena saya sering bersikap tak peduli dengan
saudara-saudari yang menderita. Saya membiarkan mereka terlantar. Maafkan saya, mulai saat
ini saya bertekad dan sigap untuk membantu dan menyelamatkan mereka. Berikan saya kekuatan
untuk itu. Amin.

Selasa, 11 Desember 2007


Yes 40:1-11
Mat 18:12-14
=====================================================================
======

TIDAK MAU KEHILANGAN

Terbetik berita di ibukota, seorang ibu panik dan kebingungan setengah mati karena kepadanya
diserahkan tas, dompet dan identitas puterinya ditemukan di pinggir jalan. Ibu itu mengira anak
gadisnya telah menjadi korban penculikan. Mobil yang dibawa anaknya ditemukan di tempat
parkir sebuah hotel berdasarkan petunjuk kartu parkir di dalam tas yang ditemukan itu. Tapi si
gadis tidak ditemukan. Usut punya usut ternyata si gadis ditemukan di rumah temannya, segar
bugar tanpa kurang suatu apa pun. Ibu itu lega karena anaknya tidak menjadi korban penculikan.
Rupanya tas si gadis itu sengaja dicuri oleh teman cowok yang baru dikenalnya, lalu si cowok
membuang begitu saja di pinggir jalan karena merasa jengkel dengan si gadis tidak memberi
respon padanya.
Sikap ibu itu sangat dapat dipahami. Ia kebingungan kehilangan anaknya. Bisa jadi si anak telah
berbuat salah, oleh karena itu ia takut kembali ke rumahnya sendiri. Anak itu mirip seperti
domba yang sengaja keluar dari kawanan. Akhirnya ia tersesat. Akibatnya sang ibu kelabakan
dan mencari kesana kemari.
Bagaimanapun, naluri seorang ibu tidak akan tega kehilangan anak yang dikasihinya. Demikian
pula Allah. Ia tak menghendaki seorangpun dari anak-anakNya hilang. Segala daya dan upaya
akan dilakukan supaya anak domba yang hilang itu ditemukan. Dasar semua itu tidak lain adalah
kasih dan cintaNya yang besar.
Jika sesuatu yang amat dikasihi telah hilang dan akhirnya ditemukan, niscaya akan membawa
kegembiraan besar. Pertobatan orang yang telah sesat dan mengaku salah akan menyenangkan
dan menggembirakan Tuhan.
Ketika kita berbuat salah, acapkali kita takut bertemu dengan kawanan kita yang tak berbuat
salah. Tentu saja ada rasa malu, sungkan dan segan dari pihak kita karena kita telah bersalah.
Tapi tindakan menjauh dari kawanan bukanlah sesuatu yang berkenan di hati Allah. Hilangnya
kita dari kawanan akan memprihatinkan Allah.
Dalam situasi lain, kita yang selama ini merasa diri dalam kawanan yang benar tak berbuat salah
hendaknya juga mau meniru teladan sang gembala yang baik, yakni gembira dan bahagia
menerima anggota yang kembali ke kawanan kita. Mereka yang merasa berbuat salah dan ingin
kembali ke kawanan hendaknya kita terima dengan suka cita. Janganlah menekan dan
mencemoohkan mereka, karena perbuatan salah itu belum lah tentu karena keinginan mereka.
Memiliki apa yang seperti Allah punya, yakni “tidak menghendaki sesama kita hilang”, adalah
tidak mudah. Itulah tantangan bagi kita semua.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami memiliki kasih yang besar terhadap sesama kami yang ingin kembali
kepada kawanan kami. Amin.

Rabu, 12 Desember 2007


Yes 40:25-31
Mat 11:28-30
=====================================================================
======

SUMBER KELEGAAN

Seiring dengan pembangunan jalur bus Transjakarta, dikeluhkan kemacetan di mana-mana.


Situasi itu menimbulkan kekacauan karena setiap orang saling serobot. Perilaku para pengendara
juga semakin beringas. Seorang pengamat psikologi massa memperingatkan situasi semacam itu
akan meningkatkan kadar stress setiap orang. Kalau banyak orang stress, situasi lalu lintas
semakin kacau, produktivitas menurun dan perilaku orang juga semakin tidak sabar.
Semua itu berawal dari satu fenomena, kemacetan di jalan. Belum lagi kalau hendak dilihat, ada
banyak lagi penyebab yang menjadi sumber stress: pengangguran, kenaikan harga, premanisme
dan lain-lain. Sungguh tidak mudah hidup di kota besar seperti Jakarta. Kemungkinan
mendapatkan stress lebih besar daripada yang hidup di kampung. Dan stress yang akut dan terus-
menerus tak pelak lagi akan berpengaruh pada kesehatan jiwa dan badan. Stress semakin parah,
kematian pun cepat menghadang.
Ada banyak cara untuk meredakan stress. Sebagian orang suka akan kehidupan malam, minum-
minum dan mengkonsumsi narkoba. Banyak pula yang pergi ke luar kota setiap kali week end.
Apakah kita pernah berpikir bahwa tanpa semua itu, sesungguhnya kita telah memiliki obat
stress yang cespleng (manjur)?
Ya, Tuhan Yesus telah menyediakan dirinya menjadi obat stress dalam kehidupan kita. Ia
bersabda, “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi
kelegaan padamu.” Datang padaNya akan memberikan jaminan bahwa setiap beban stress kita
akan diringankan.
Kita tak perlu lagi meringankan tekanan hidup kita dengan cara-cara yang tidak benar: mabuk-
mabukan dan narkoba. Juga week end ke puncak atau luar kota tidak terlalu perlu jika kita betul-
betul memanfaatkan dengan sungguh kewajiban kita ikut misa setiap hari Minggu. Datang
kepada Tuhan mengikuti Ekaristi pada hari Minggu adalah kesempatan yang istimewa. Kita
menghadap Tuhan dan menyampaikan setiap beban hidup kita. Apakah kita dapat merasakan
manfaat dari misa yang kita ikuti setiap Minggu?
Mungkin selama ini kita merasa sia-sia saja ke gereja pada hari Minggu. Tidak mendapat
penghiburan rohani, kotbah pastor kering, liturgi monoton, dsb. Tapi kita lupa, kita adalah ibarat
keranjang bambu kotor. Datang ke gereja dan ikut misa ibaratnya keranjang itu dicelupkan ke
dalam air. Lama kelamaan, percayalah: keranjang itu akan bersih. Kita pun demikian. Kalau kita
tekun mengikuti misa hari Minggu, hati kita dibersihkan. Ketegangan jiwa kita dikendorkan,
sebab Yesus sendiri lah air yang menyejukkan, Dia lah oase rohani kita yang sejati.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, bukalah mata kami akan rahmat istimewa yang ditawarkan Yesus PuteraMu sebagai
obat rohani segala beban hidup kami. Amin.

Kamis, 13 Desember 2007


Yes 41:13-20
Mat 11:11-15
=====================================================================
======

ALLAH BENTENG HIDUPKU

Nabi Yesaya yang hidup di pembuangan bersama sejumlah umat pilihan Allah menghadapi
situasi krisis. Penderitaan dan kesulitan yang dialami umat di pembuangan membuat umat
beranggapan bahwa Allah telah meninggalkan mereka dan tidak lagi berpihak kepada mereka.
Mereka merasakan bahwa hidup ini seolah tanpa harapan. Kesetiaan kepada Allah semakin
lemah. Bahkan ada yang mulai meninggalkan imannya dan mengadaptasi diri dengan kultur-
kultur kafir. Umat mengalihkan harapannya dari Allah dan menaruh harapan kepada yang bukan
Allah.
Berhadapan dengan situasi di atas, Nabi Yesaya menubuatkan tentang Allah yang senantiasa
setia menyertai umat dan melindungi umat. Yesaya meyakinkan umat bahwa tidak ada
kekuasaan dan kekuatan manapun yang berdaya di hadapan Allah. Tentang ini dilukiskan sangat
indah oleh Nabi Yesaya dalam bukunya 41:8-20.
Allah yang berkuasa dan yang terus bertindak menyelamatkan umat hadir secara nyata dalam diri
Yesus Kristus Putra tunggal-Nya. Karena itu Matius sang penginjil mengutip pesan-pesan Yesus
dan menuliskannya lagi untuk kita. “…jika kamu menerimanya yaitu Elia yang akan datang itu.
Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar! (Mateus 11:14-15).
Yang mau dikatakan dengan pesan ini adalah penyertaan Allah dan rahmat keselamatan
dialami/diterima oleh orang-orang yang mau menerima Tuhan Yesus Kristus dan yang
senantiasa mendengarkan-Nya.
Hidup dalam penyertaan Allah bukanlah hidup tanpa kesulitan dan tantangan. Maka tidak bisa
disimpulkan secara sederhana bahwa kalau ada kesulitan seolah Allah tidak menyertai.
Sebaliknya, sebagai orang beriman sikap berserah kepada Allah harus semakin dinyatakan; sebab
dalam pengalaman yang paling sulit hanya Allah sendiri yang tetap setia menyertai.
Benar bahwa orang tidak ingin hidup dalam kesulitan. Tetapi apabila kesulitan itu datang,
hendaknya orang menghadapinya. Kesulitan bisa dihadapi dengan sikap optimis apabila orang
menyadari dan mengimani bahwa Allah menyertainya. Sebaliknya, kalau orang tidak yakin akan
penyertaan Allah dia akan terjerumus dalam sikap pesimis. Hal ini mengakibatkan lemahnya
daya juang untuk bangkit dari kesulitan itu. Bisa juga dia mencari jalan keluar lain yang
bertentangan dengan iman yang dihayatinya. Akibat yang diterima oleh orang seperti ini adalah
dia tidak hanya kehilangan harta tetapi juga kehilangan hidup.
Bagaimana dengan kita sendiri ketika menghadapi pengalaman sulit. Adakah kita mengandalkan
Allah dan tetap menyadari bahwa Allah sensntiasa setia menyertai.

Marilah berdoa,
Allah sumber kehidupan, terangilah budi dan hati kami
agar selalu menyadari kehadiran dan pernyataan-Mu dalam segala bentuk pengalaman hidup.
Amin.

Jumat, 14 Desember 2007


Yes 48:17-19
Mat 11:16-19
=====================================================================
======

ALLAH PENUNTUN KEHIDUPAN

Nabi Yesaya dalam nubuatnya menggarisbawahi peran Allah sebagai penuntun sejarah hidup.
Dalam kitabnya 48:17-19 dikatakan: “Beginilah firman Tuhan, Penebusmu, yang Mahakudus,
Allah Israel: Akulah Tuhan Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah,
yang menuntun engkau di jalan yang harus kau tempuh. Sekiranya engkau memperhatikan
perintah-perintah-Ku itu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering,
dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah
berhenti. Maka keturunanmu akan seperti pasir, dan anak cucumu seperti kersik banyaknya;
nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Mu.”
Sebagai penuntun sejarah hidup umat manusia, Allah tidak hanya mengundang agar manusia
mengikuti jalan-Nya. Di sini Allah juga menghendaki agar manusia menanggapi dengan serius
undangan Allah itu. Allah menjanjikan juga bahwa siapapun yang menanggapi undangan-Nya
dan mengikuti jalan-Nya, akan dikaruniai berkat melimpah dalam semua segi kehidupan.
Sadar akan kemurahan Allah dan sadar pula bahwa Allah selalu menepati janji-Nya, maka
manusia tidak henti-hentinya memohon berkat kepada Allah. Dalam kebiasaan memohon kepada
Allah, dijumpai ada dua tipe orang/pemohon, yaitu pertama: orang/pemohon yang setia
mengindahkan jalan Allah. Orang macam ini biasanya memahami pengalaman hidup (entah
pengalaman yang menyenangkan atau pengalaman yang tidak menyenangkan) dalam konteks
rencana Allah. Karena itu selalu optimis dan terus berjuang. Hidupnya diwarnai dengan sikap
syukur.
Kedua: orang/pemohon yang tidak mengindahkan jalan Allah. Orang macam ini cenderung
menuntut. Tidak melihat hikmah dalam semua pengalaman hidup. Kalau apa yang diinginkannya
tidak diperoleh, lalu menganggap Allah tidak mendengarkan doanya. Apa yang dipikirkannya
baik untuk dirinya itulah yang dianggapnya hal terbaik. Padahal sebagai orang beriman kita
semua tahu bahwa yang terbaik bagi manusia adalah apa yang dirancang oleh Allah sendiri.
Ajakan agar manusia mengikuti jalan-Nya tentu saja agar manusia memahami rancangan Allah
itu. Pemohon tipe kedua seringkali tergoda untuk bersikap skeptis dan pesimis. Akibatnya sangat
minim dalam sikap syukur.
Hal ideal yang semestinya tetap manusia perjuangkan adalah menjadi pemohon yang selalu setia
mengindahkan jalan Allah. Allah sendiri pun menghendaki demikian. Karena ketika para utusan-
Nya (para nabi misalnya) kurang didengar, Allah akhirnya mengutus Putra Tunggal-Nya sendiri
Yesus Kristus untuk mengajarkan dan menuntun manusia ke jalan Allah.
Kesetiaan Allah dalam menuntun umat melalui Yesus Kristus Putra-Nya tidak cukup ditanggapi
umat manusia. Karena itu melalui perumpamaan Tuhan Yesus katakan: “Dengan apakah akan
Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru
kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu tetapi kamu tidak menari, kami
menyanyikan kidung duka tetapi kamu tidak berkabung. Karena Yohanes datang, ia tidak makan,
dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia
makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat
pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.”
Bagaimana dengan kita, apakah selalu setia mengikuti jalan Allah?

Marilah berdoa,
Ya Allah, melalui Yesus Kristus Putra-Mu, Engkau menunjukkan jalan hidup kepada kami.
Sadarkanlah kami agar dengan setia mengikut jalan yang telah ditetapkan-Nya. Amin.

Sabtu, 15 Desember 2007


Sir 48:1-4,9-11
Mat 17:10-13
=====================================================================
======

TOKOH ADVENTUS

Yohanes Pembaptis adalah salah satu tokoh terbesar Adventus. Ia sering dikatakan sebagai nabi
terakhir Perjanjian Lama. Ia menjadi jembatan yang menghubungkan Perjanjian Lama dengan
Perjanjian Baru. Pola hidupnya radikal dan eksentrik, sama seperti para nabi Perjanjian Lama.
Meski demikian Yohanes tahu diri, siapakah dirinya dan apa tugas utamanya. Yang menonjol
dari hidupnya adalah kerendahan hatinya. Ia sama sekali tidak menganggap dirinya lebih besar
daripada Yesus. Yohanes hanya bertugas mempersiapkan jalan bagi Sang Putera.
Mesias yang akan datang membawa penebusan dan pembebasan harus didahului oleh
kedatangan Elia. Itulah prinsip yang dipegang teguh oleh Taurat. Nubuat itu diterima lurus-lurus
oleh para ahli Taurat untuk menolak Mesianitas Yesus. Yesus pasti bukan Mesias, karena Elia
sudah lama tiada.
Tentu saja pandangan semacam itu sangat picik dan sempit. Kebenaran Taurat tetap dapat
dipertanggungjawabkan kalau mereka peka terhadap tanda-tanda zaman, bahwa Yohanes tidak
lain dan tidak bukan adalah Elia yang baru. Elia dikenal sebagai nabi yang membawa
pembaharuan. Demikian juga Yohanes. Ia memulihkan segala sesuatu, mewartakan pertobatan
dan membaptis orang di Sungai Yordan untuk membaharui cara hidup orang banyak pada
zamannya. Bukankah itu semua merupakan hakikat tugas Elia juga?
Yesus menyatakan diriNya sebagai Mesias dengan legitimasi kehadiran Yohanes sebagai Elia
yang baru. Ini merupakan fakta yang tak terbantahkan. Hanya orang-orang yang keras hati
sajalah yang tak mau dan tak mampu melihat kehadiran Yesus sebagai Mesias.
Agar kita dapat memandang Yesus, perbaharuilah diri kita. Bertobatlah dan persiapkan diri kita
seperti yang diwartakan oleh Yohanes Pembaptis. Kalau hati kita sudah lurus, tidak berkelok-
kelok, maka Tuhan akan melewati kita dan menyelamatkan kita. Mari kita jalani masa penantian
ini dengan sungguh-sungguh merindukan kedatangan Yesus sang Mesias dalam hidup kita.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan semoga kami selalu rendah hati seperti Yohanes, yang dengan tekun dan terus-
menerus merindukan kehadiran PuteraMu Sang Penyelamat. Amin.

Minggu, 16 Desember 2007


Pekan Adven III
Yes 35:1-6a,10; Yak 5:7-10; Mat 11:2-11
=====================================================================
======

KRISIS

Sudah terbukti dalam sejarah dan kisah hidup manusia, penjara tak jarang menjadi sebuah tempat
pemurnian. Paulus menghasilkan surat-surat pastoralnya yang hebat, dan itu ditulisnya dalam
penjara. Santo Yohanes dari Salib, tokoh kontemplatif yang memiliki nama besar sebagai
pembaharu kehidupan kontemplatif, menulis karya-karyanya di penjara biara. Arswendo
Atmowiloto, penulis yang hebat itu, menemukan jati diri dan imannya pada Kristus pada saat ia
dipenjara karena kasus tabloid Monitor. Dan banyak lagi tokoh yang menjadi besar dan terkenal
justru karena pernah mengalami kehidupan di penjara.
Mengapa demikian? Sebab situasi di penjara hampir pasti merupakan situasi kritis. Segala jati
diri, baik masa lalu maupun masa depan dibongkar untuk direkonstruksi ulang. Makna hidup
menjadi sebuah pertanyaan serius. Segala yang telah dilakukan diteropong secara kritis, dicabut
dan dibongkar serta diberi makna baru. Itu semua merupakan pergolakan berat dalam batin.
Itulah yang disebut masa krisis.
Yohanes pun mengalami krisis yang hebat ketika di penjara. Ia mulai mempertanyakan apa yang
telah diperbuatnya. Ia juga menjadi putus asa apakah ia telah menghasilkan buah-buah atas
kesaksian hidupnya selama ia masih menjadi manusia bebas di luar penjara. Ia juga
mempertanyakan apakah Yesus memang Mesias yang ia harapkan selama ini. Krisis yang
dialami Yohanes sedemikian hebat, sampai-sampai ia menyuruh murid-muridnya bertanya
kepada Yesus: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?”
Pertanyaan semacam itu menunjukkan betapa hebat krisis yang dialami Yohanes. Ia merasakan
juga kesia-siaan atas segala yang telah dilakukannya. Yohanes merasa menjadi seseorang yang
tidak berarti sama sekali.
Tetapi Yesus memberikan peneguhan kepada Yohanes. Yesus menitipkan pesan kepada Yohanes
bahwa orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli
mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Deskripsi
itu menekankan bahwa Mesias itu sungguh telah datang dan ada dalam diri Yesus. Oleh karena
itu Yohanes tidak perlu merasa kecil hati. Yesus justru memuji Yohanes, di antara yang pernah
lahir dari seorang perempuan, tak ada yang lebih besar daripada Yohanes.
Krisis, kehilangan arah dan jati diri seringkali mengerdilkan kita. Namun bagi yang tekun dan
tidak menolak Yesus, niscaya itu akan menjadi sesuatu yang besar dalam Kerajaan Surga.
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari setiap krisis yang kita alami dalam hidup kita
sehari-hari.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami tidak mudah putus asa dalam setiap krisis yang kami alami. Semoga
kami selalu peka melihat tanda-tanda kehadiranMu dalam diri Yesus, juruselamat kami. Amin.

Senin, 17 Desember 2007


Kej 49:2,8-10
Mat 1:1-17
=====================================================================
======

KETURUNAN ORANG BERDOSA

Pernahkah Anda mengunjungi keraton Kasunanan Solo? Jika Anda pergi ke sana, di salah satu
sudut museum keraton akan Anda jumpai seorang abdi yang menunggui stand suvenir dan di
sana dijual lembaran silsilah raja-raja Jawa. Di situ dituliskan dengan lengkap raja-raja
Nusantara yang berakhir pada raja yang saat ini berkuasa.
Mungkin hanya segelintir orang saja yang suka akan silsilah rumit semacam itu. Daftar silsilah
tidak mungkin mencantumkan semua daftar nama anak dan keturunan raja-raja. Yang masuk
silsilah adalah orang-orang yang besar dan dikenal saja. Mengapa tidak dicantumkan semua
keturunan? Alasan pertama adalah karena banyaknya anak dan keturunan raja yang lahir juga
dari selir-selir. Alasan kedua adalah karena tidak semua anak-anak dan keturunan raja menjadi
raja dan orang besar yang mudah diingat oleh orang banyak. Jadi, mau tidak mau, sebuah daftar
silsilah adalah rekayasa tergantung tujuan tertentu yang hendak dicapai oleh penulis silsilah itu.
Penulis silsilah bisa saja menghapus daftar orang-orang yang tak disukainya. Dalam ilmu
sejarah, hal semacam itu biasa terjadi, yakni tulisan-tulisan historis tidak pernah dapat dilepaskan
dari penilaian subyektif penulisnya.
Daftar silsilah Yesus juga ditulis dalam konteks seperti itu. Matius membuat daftar silsilah Yesus
bukan semata-mata demi tujuan historis. Ada aspek subyektif yang hendak disampaikan oleh
Matius. Perhatikanlah daftar silsilah Yesus itu. Ada sesuatu yang menarik, bahwa Matius
mencantumkan nama-nama perempuan yang dalam sejarah Israel dikenal sebagai bukan
perempuan baik-baik. Tamar adalah perempuan sundal yang berselingkuh dengan mertuanya
sendiri yakni Yehuda (Kej 38:6-30). Sementara itu Rahab juga adalah perempuan sundal yang
berjasa bagi orang-orang Israel sewaktu mengintai kota Yerikho (Yos 6:25). Perempuan lain
yang bukan keturunan Israel adalah Rut, seorang perempuan Moab yang diperistri Boas (Rut
4:13). Dan jangan lupa, perempuan selingkuhan raja Daud, yakni Batsyeba istri Uria juga disebut
dalam silsilah itu.
Matius bukan hendak mengotori silsilah Yesus dengan mencantumkan perempuan-perempuan
sundal dan kafir. Ia hendak menyatakan bahwa sekalipun kita berdosa dan berasal dari kalangan
luar Israel, toh kita menjadi bagian dari sejarah keselamatan yang berpuncak pada Yesus. Matius
telah melakukan sesuatu yang tidak biasa dalam menuliskan silsilah keturunan, yakni memberi
tempat kepada kaum pendosa. Apakah kita juga memberi tempat dalam hati kita bagi mereka
yang berdosa?

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga hati kami juga terbuka untuk memberi kesempatan kepada setiap orang untuk
berperan dalam peristiwa keselamatanMu. Amin.

Selasa, 18 Desember 2007


Yer 23:5-8
Mat 1:18-24
=====================================================================
======

YUSUF YANG LEMBUT HATI DAN PEKA

Nama Yesus berarti Yahwe yang menyelamatkan. Nama tersebut sama dengan Yosua yang
dalam perjanjian lama dikenal sebagai tokoh yang membawa orang Israel ke tanah perjanjian.
Arti sebuah nama dalam Perjanjian Baru biasanya dapat dikaitkan dengan ketokohan sebuah
nama dalam perjanjian lama yang memiliki ciri dan kharisma yang khusus.
Lantas, bagaimana dengan nama Yusuf yang adalah bapa angkat Yesus? Adakah tokoh
perjanjian lama yang memiliki kekhususan sama seperti Yusuf bapa Yesus? Ya, Yusuf dalam
perjanjian lama adalah salah satu anak Israel yang memiliki kharisma khusus menafsirkan
mimpi. Sepuluh kakanya sangat membenci dia dan menjuluki Yusuf sebagai tukang mimpi (Kej
37:4-11). Sejarah hidup Yesus diwarnai oleh fenomena mimpi, bagaimana ia dijual sebagai
budak oleh kakak-kakanya, sampai ke Mesir menjadi tahanan dan akhirnya karirnya menanjak
sebagai pejabat Mesir karena kemampuannya menafsirkan mimpi Firaun. Yusuf akhirnya
menjadi penyelamat bagi kaum keluarganya dari bahaya kelaparan karena kharisma khususnya
menafsirkan mimpi yang sesuai dengan kehendak Allah.
Demikian pula Yusuf suami Maria. Sejarah keselamatan dibingkai dalam kisah mimpi yang
dialami Yusuf. Ketika ia hendak melepaskan diri dari peran sejarah keselamatan dengan menjadi
bapa angkat bagi Yesus yang tidak diperanakkannya secara biologis, Yusuf menerima pesan dari
Allah melalui mimpi. Ia taat pada perintah Allah, sekalipun pesan itu disampaikan lewat mimpi.
Juga ketika setelah kelahiran Yesus, nyawa anak itu terancam oleh Herodes, Yusuf disuruh
mengungsi ke Mesir, dan pesan itu diterimanya lewat mimpi.
Dalam diri Yusuf perjanjian lama dan perjanjian baru, mimpi mendapatkan arti serius sebagai
media komunikasi Allah. Mimpi bukan sekedar bunga tidur tanpa makna. Apa jadinya jika
Yusuf menganggap remeh mimpi-mimpi itu? Mungkin sejarah keselamatan tidak akan berjalan
seperti skenario Allah jika mimpi ilahi tersebut diabaikan.
Memang, tidak semua mimpi mengandung kebenaran ilahi. Kemampuan mendistingsi, memilah-
milah dan menafsirkan mimpi secara akurat tidak dimiliki oleh setiap orang. Kemampuan itu
membutuhkan kelembutan dan kepekaan hati. Yusuf versi perjanjian lama maupun Yusuf
perjanjian baru memiliki kesamaan karakter itu, yakni keduanya sangat tulus dan lembut hati.
Kepekaan menafsirkan mimpi hanya dapat disemai di atas sikap tulus, peka dan lembut hati.
Sudahkah kita memiliki keutamaan-keutamaan itu?

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami selalu peka terhadap tanda-tanda pesan dan kehendakMu yang
Kausampaikan dengan cara apapun sesuai kehendakMu. Amin.

Rabu, 19 Desember 2007


Hak 13:2-7.24-25a
Luk 1:5-25
=====================================================================
======

YOHANES PENUH DENGAN ROH KUDUS

Kelahiran Yohanes Pembaptis tergolong unik dan di luar dugaan manusia. Secara manusiawi hal
itu tidak mungkin karena Zakharia dan Elisabeth istrinya sudah lanjut usia dan mandul. Namun
karya dan rencana Tuhan berbeda dengan apa yang dipikirkan manusia. Sebagai mana yang
difirmankan Tuhan “Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalanKu”
(Yes 55:8).
Dalam sejarah kelahiran Yohanes Pembaptis yang terbilang unik dan aneh itu sangat nampak
rencana dan karya Allah untuk membahagiakan, menggembirakan dan menyelamatkan umatNya.
Ini sangat jelas dari pernyataan malaikat kepada Zakharia bahwa “Ia akan membuat banyak
orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka” (Luk 1:16). Pernyataan itu menjadi sangat
nyata lewat peran yang dipercayakan kepada Yohanes sebagai utusan Allah untuk menyiapkan
jalan bagi datangnya Tuhan dan menghantar umat Allah untuk bertemu dengan Tuhan yang akan
datang. Yohanes mempersiapkan umat untuk menyambut kedatangan Tuhan, Sang Mesias.
Karena itu, Yohanes menyerukan pertobatan dan mengajak umat untuk berbalik kepada Allah.
Figur Yohanes Pembaptis masih sangat dibutuhkan saat ini. Ketika peperangan, pembunuhan,
perdagangan anak dan perempuan, pemerasan, pelanggaran HAM, korupsi, penipuan, kekerasan
dalam rumah tangga semakin merajalela, setiap orang pasti mendambakan hidup yang tenang,
damai dan bahagia. Untuk mewujudkan suasana hidup seperti ini harus ada orang yang berani
untuk diutus seperti Yohanes Pembaptis. Maka, apakah masing-masing kita rela dan mau
menjadi Yohanes Pembaptis zaman ini yang berani membuat dan menghantar banyak orang
berbalik kepada Allah? Apakah kita rela menjadi sarana yang mendatangkan rahmat Tuhan bagi
banyak orang?
Sang Raja Damai akan segera datang. Sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menyambutNya?
Damai adalah warta gembira yang menjadi ciri khas pesta Natal, sebab bayi Yesus yang lahir di
kandang hewan kota Betlehem itu adalah Sang Raja Damai. Maka, mari kita persiapkan diri dan
batin kita untuk menyambutNya, sehingga Damai yang dibawaNya pada pesta Natal sungguh-
sungguh menjiwai dan memenuhi seluruh hidup kita. Semoga setiap kita bersedia untuk menjadi
Yohanes-Yohanes kecil dalam hidup sehari-hari, untuk membawa sesama yang lain bertemu
dengan Yesus, Sang Raja Damai.

Marilah berdoa,
Tuhan Yesus, sebentar lagi kami merayakan pesta kelahiranMu. Jadikan hati kami layak untuk
menjadi tempat kelahiranMu. Amin.

Kamis, 20 Desember 2007


Yes 7:10-14
Luk 1:26-38
=====================================================================
======

PASRAH PADA TUHAN KARENA IMAN

Injil hari ini mengisahkan tentang Maria yang mendapat tamu agung, namanya Gabriel. Gabriel
adalah utusan Allah, datang untuk membawa warta kepada Maria bahwa ia akan mengandung.
Warta tersebut meskipun kelihatannya menyenangkan, namun penuh resiko. Karena itu Maria
diminta untuk jangan takut, sebab Allah sendiri yang berkenan menyatakannya. Bahwa Roh
Kudus akan berkarya di dalamnya. Tapi sebagai manusia, tetap saja Maria belum percaya dan
mencoba untuk mengelak. Ketika Gabriel mengatakan bahwa Allah menyertaimu, barulah Maria
percaya dan bersedia menerima tawaran tersebut.
Mungkin kita bertanya-tanya mengapa Maria pasrah dan mau melakukan apa yang dikehendaki
Allah? Tidak lain karena Maria melihat bahwa apa yang mustahil di mata manusia, merupakan
hal biasa bagi Allah. Roh Kudus memberi kekuatan pada Maria untuk menerima dan
melaksanakan rencana Allah itu. Karena itu, dalam iman Maria berpasrah diri pada Tuhan untuk
melaksanakan kehendakNya.
Dalam pengalaman hidup kita pun, masih banyak orang yang hidup dalam bayangan-bayangan
ketakutan. Dalam situasi seperti itu kita perlu untuk memohon kedatangan Roh Kudus sebagai
penghibur untuk menguatkan, memberdayakan dan membela kita. Kita mohon Roh Kudus untuk
meyakinkan kita bahwa setiap rencana Tuhan atas diri dan hidup kita adalah baik, sehingga kita
tidak perlu takut untuk menerima dan melaksanakannya. Untuk itu kita harus memiliki iman
seperti Maria.
Jawaban Maria “sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”,
hendaknya menjadi jawaban kita semua atas setiap rencana dan kehendak Tuhan dalam hidup
sehari-hari. Sebab dengan berpasrah pada Allah, Maria setiap pada jalan hidupnya, bahkan Maria
setia menyertai puteranya sampai di puncak Golgota. Itu karena ia yakin bahwa Tuhan memilih
yang terbaik untuknya walaupun jalam menuju yang terbaik itu sangat menyakitkan. Namun
ganjaran kemuliaan telah menantinya karena ia menjalani semua itu dengan hati gembira. Sikap
pasrah dalam iman seperti ini pula yang hendaknya kita bangun dalam diri kita dalam
menantikan kedatangan Yesus, Sang Mesias, Raja Damai. Semoga dengan hati gembira dan jiwa
yang bersih kita menyambut Sang Juru Selamat.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga Roh KudusMu selalu menerangi langkah hidup kami, sehingga pantas untuk
menyambut kedatangan Yesus Sang Juru Selamat .Amin.

Jumat, 21 Desember 2007


Kid 2:8-14
Luk 1:39-45
=====================================================================
======

PENDIDIKAN SEJAK DARI KANDUNGAN

Dalam tradisi dan budaya Jawa, ada suatu kepercayaan luhur seperti ini: Jika seorang istri sedang
mengandung, maka ia beserta suaminya harus menjaga diri. Banyak hal yang tidak boleh
dilakukan atau berpantang. Tidak boleh berkata-kata kasar, tidak diperkenankan membunuh
hewan dan seabreg pantangan lainnya. Tujuannya sebenarnya hanya satu, yakni agar jabang bayi
dalam kandungan tidak terpengaruh energi negatif yang dihasilkan dari ibu dan bapanya. Segala
produk kata-kata dan perbuatan yang dihasilkan oleh orang tua memiliki konsekuensi terhadap
anak yang ada dalam kandungan. Itulah makna yang terkandung dalam adat dan tradisi tersebut.
Mungkin ada banyak nilai-nilai dan kebijaksanaan yang senada di tempat lain. Bukti bahwa adat
dan tradisi ternyata menyimpan mutiara kehidupan yang berharga. Dengan aturan adat semacam
itu, terdapat pengakuan bahwa kehidupan itu sesungguhnya sudah ada sekalipun masih dalam
kandungan. Aneka aturan adat itu juga hendak menyatakan bahwa proses pendidikan yang sejati
sesungguhnya dimulai sejak si anak ada dalam kandungan.
Teori modern pada dasarnya sepaham dengan adat yang kelihatannya kuno itu. Buktinya adalah:
semakin banyak pada zaman modern ini, ibu-ibu dan keluarga muda yang meyakini bahwa anak
dalam kandungan dapat menjadi cerdas kalau diterapi dengan musik klasik karangan Mozart.
Psikologi menganjurkan perlunya ibu-ibu hamil menjaga dan dijaga perasaan dan suasana
hatinya agar anak yang di dalam kandungan bertumbuh dengan baik dan cerdas. Tentu saja
nutrisi dan gizi juga sangat menentukan baik tidaknya pertumbuhan anak dalam kandungan.
Pertemuan dua calon ibu, yakni Maria dan Elisabet sangat menarik. Ketika Elisabet yang sudah
mengandung Yohanes disapa oleh Maria, maka melonjaklah janin Yohanes. Sungguh indah
pertemuan itu. Terjadi komunikasi rohani yang luar biasa, Yohanes melonjak kegirangan ketika
menyambut kedatangan Sang Penebus di dalam rahim ibuNya. Salam yang diucapkan oleh
Maria menghasilkan energi rohani yang menggerakkan janin Yohanes.
Kata-kata yang baik, doa-doa dan kata-kata penuh berkat adalah ibarat nutrisi rohani yang akan
menjadikan seorang anak dalam kandungan bertumbuh menjadi orang yang baik. Jangan
sepelekan fakta tersebut. Didiklah anak-anak sedari kandungan, ajarkan segala sesuatu yang baik
kepada anak-anak sekalipun masih dalam kandungan. Jaga perilaku dan perkataan, sebab itu
semua berefek pada anak yang ada dalam kandungan.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan berkatilah semua wanita yang tengah mengandung. Kiranya mereka dan suami-suami
mereka mampu menjaga diri dalam perkataan dan perbuatan sehingga anak-anak yang ada
dikandung dapat bertumbuh sesuai dengan kehendakMu. Amin.

Sabtu, 22 Desember 2007


1Sam 1:24-28
Luk 1:46-56
=====================================================================
======

MAGNIFICAT

Setelah Maria menerima warta dari malaikat bahwa ia akan mengandung Yesus, Roh Kudus
menggerakkan Maria untuk mengunjungi Elisabeth saudarinya. Saat itu juga sudah tersiar berita
bahwa Elisabeth mengandung di masa tuanya. Itu merupakan sesuatu yang luar biasa, bahwa
tanda belas kasih Allah turun atas wanita saleh istri Zakharia tersebut.
Sementara itu Maria juga merasakan kegembiraan luar biasa karena diberi kepercayaan
mengandung Sang Juruselamat. Maria adalah gadis sederhana. Namun ternyata apa yang
sederhana di mata manusia, memperoleh kehormatan besar di mata Allah. Ketika orang-orang
kecil golongan kaum anawim memperoleh kegembiraan, itu menjadi tanda bahwa Allah telah
memperhatikan kerendahan hamba-hambaNya.
Maria tidak kehilangan harga dirinya sebagai orang kecil dan sederhana. Perbuatan besar telah
dilakukan Allah yang menjungkirbalikkan dominasi orang kaya dan congkak hatinya. Inilah saat
bagi orang kecil seperti Maria mengungkapkan harga dirinya, bahwa justru yang kecil dan
rendah ditinggikan oleh Tuhan. Ia juga memberi peneguhan kepada Elisabeth yang selama itu
mendapat penilaian dari masyarakat sebagai wanita tak berguna, mandul dan seolah-olah tidak
diberkati Allah. Lihatlah, apa yang direndahkan oleh manusia dan masyarakat, ternyata
mendapat tempat istimewa di hadapan Allah.
Apakah yang bisa dibanggakan oleh orang kecil seperti Maria? Tidak lain dan tidak bukan
adalah perhatian dan belas kasih Allah. Oleh karenanya, Maria mengagungkan Allah. Itulah arti
dari kidung Magnificat, artinya adalah dia [Maria] mengagungkan [Tuhan].
Tidak banyak orang yang dapat bersikap rendah hati seperti Maria. Setiap kita seringkali suka
dipuji oleh sesama manusia karena prestasi, harta dan penampilan mewah kita. Semua itu
mempresentasikan keberhasilan dan usaha kita. Siapapun tak suka dianggap kecil, tak berarti dan
miskin. Sekalipun de facto kita miskin, acapkali kita menutupi kekurangan kita itu dengan
penampilan dan gaya hidup kita yang serba wah. Adalah berat bagi kita mengakui kekerdilan,
kelemahan dan kekurangan kita.
Kidung yang diucapkan Maria memberikan bagi kita pelajaran: tak ada salahnya kita sadar diri
akan kelemahan, kekurangan dan kemiskinan kita. Karena justru dalam semua itu, Allah semakin
diagungkan. Dengan demikian kita masih tetap dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah,
sebab Allah takkan membela dan melindungi orang yang merasa diri kuat oleh kemampuannya
sendiri.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami semakin bersandar pada kemurahan dan kekuatanMu. Diluhurkan dan
dimuliakanlah namaMu yang Agung, kini dan sepanjang masa. Amin.

Minggu, 23 Desember 2007


Hari Minggu Adven IV
Yes 7.10-14; Rm 1.1-7; Mat 1.18-24
=====================================================================
======

KESETIAAN YUSUF

Kisah kelahiran Yesus Kristus, bila boleh dibandingkan, ibarat ceritera-ceritera dalam sinetron,
agak aneh namun nyata. Sebelum Maria yang bertunangan dengan Yusuf hidup bersama sebagai
suami dan istri, ketahuan kalau Maria telah mengandung. Tapi untunglah Yusuf seorang laki-laki
yang baik hati. Karena tidak ingin tunangannya, Maria, kehilangan muka di depan umum, ia
bermaksud menceraikannya secara diam-diam. Namun niatnya tidak kesampaian, karena dalam
mimpi dikatakan bahwa anak yang dikandung tunangannya berasal dari Roh Kudus. Bahkan bila
lahir nanti Ia harus dinamai Yesus, Imanuel, yang artinya Allah menyertai kita. Tanpa pikir
panjang, Yusuf pun lalu menjadikan Maria sebagai istrinya.
Ceritera kelahiran Yesus tidak bisa dilepaskan bukan saja dari jawaban ‘ya’ Maria terhadap
undangan Allah, tetapi juga kesediaan Yusuf untuk ikut ambil bagian dalam rencana
penyelamatan tersebut. Tanpa keterlibatan Yusuf, alur kisah kelahiran Yesus tentu akan menjadi
lain. Yusuf bukanlah figur penentu dalam lakon tersebut, tetapi perannya tidaklah boleh
dikesampingkan begitu saja. Sebenarnya wajar dan masuk akal bila Yusuf bermaksud untuk
menceraikan Maria. Hati lelaki siapa yang tidak hancur ketika mengetahui bahwa orang yang
sangat dicintainya telah mengandung tanpa diketahui siapa yang menyebabkannya. Akan tetapi
niatnya itu tidak jadi dilakukannya karena ia terbuka dan percaya terhadap rencana Allah.
Dengan tulus ia menerima Maria apa adanya. Suatu sikap yang tidak otomatis dimiliki oleh
semua orang.
Yusuf rela mengesampingkan egonya, agar rencana penyelamatan Allah menjadi nyata di dunia
ini. Dia berbesar hati bukan saja dengan menjadikan Maria sebagai istrinya, melainkan juga
bersedia untuk menerima anak yang dilahirkan oleh tunangannya. Dengan segala kerendahan
hati dan tanpa banyak bicara, dia rela membesarkan dan mendidik anak yang telah dipercayakan
kepadanya. Kesetiaannya sungguh luar biasa. Kesetiaannya terhadap janjinya kepada Tuhan
untuk menjaga Maria dan Yesus bukan saja diucapkannya dengan kata-kata kosong, tetapi lebih
dari itu, dia mewujudkannya dalam tindakan nyata. Dia menjaga Maria dan Yesus sama seperti
dia menjaga dirinya sendiri. Segala macam bahaya dia jalani demi menjaga keselamatan Maria
dan Yesus.
Suatu pengorbanan yang luar biasa dari Yusuf. Seandainya saja kita mau bersikap seperti Yusuf,
yang rela menerima orang lain apa adanya, yang rendah hati dan tidak egois, yang setia dan mau
berkorban. Pasti dunia kita akan menjadi lebih aman, damai dan tenteram.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami berani meneladan ketulusan hati Yusuf dalam menerima kehendakMu
sekalipun terasa tak mengenakkan hati kami. Amin.

Senin, 24 Desember 2007


Malam Kelahiran Tuhan Yesus
2 sam 7,1-5.8b-12.16; Luk 1,67-79
=====================================================================
======

KIDUNG ZAKHARIA

Ceritera tentang kelahiran Yesus tidak bisa dilepaskan begitu saja dari ceritera mengenai
kelahiran Yohanes. Ceritera tentang keduanya bahkan mempunyai kemiripan. Berita kelahiran
mereka sama-sama disampaikan oleh Malaikat. Bedanya: Maria di masa mudanya, sedangkan
Elisabeth di masa tuanya. Yusuf hampir menceraikan Maria ketika mengetahui kehamilan
tunangannya, Zakharia dibuat bisu karena tidak mempercayai omongan Malaikat. Kabar gembira
kelahiran Yesus dikumandangkan dengan penuh sukacita oleh para malaikat yang lalu
menyampaikannya kepada para gembala, kelahiran Yohanes dimuliakan oleh Zakharia, ayahnya,
yang kebisuannya disembuhkan secara ajaib oleh Tuhan.
Zakharia bersuka ria karena Allah telah menggenapi Sabda-Nya yang telah disampaikan oleh
para nabi. Allah telah berjanji untuk menyelamatkan umatNya dan kini janjiNya itu Ia tepati. Ia
tidak pernah ingkar terhadap janjiNya. Ia menyelamatkan umatNya dengan mengutus PuteraNya
yang tunggal. Dan kedatanganNya itu dipersiapkan oleh Yohanes.
Di mata Zakharia, puteranya adalah nabi Allah yang maha tinggi. Ia adalah pembuka jalan bagi
kedatangan Tuhan. Karena perkataan dan perbuatannya, umat Allah berbalik dari dosa mereka
dan menyerahkan diri mereka sepenuhnya ke dalam belas kasih Allah. Karena ajakannya, banyak
orang bertobat dari segala dosa dan kesalahan mereka dan membiarkan diri mereka dibaptis.
Zakharia telah ‘dihukum’ Allah karena ketidakpercayaannya dan kini setelah mengalami
kebaikan Allah, tidak ada alasan baginya untuk tidak memuliakan Allah. Pujiannya berasal dari
pengalamannya akan Allah. Pengalaman akan Allah yang berbelaskasih, pengalaman akan Allah
yang maha pengampun dan maha rahim. Allah telah membuatnya tidak berdaya dihadapanNya
tetapi kemudian memulihkannya dan kini menjadi tugasnya untuk mewartakan kemurahan
Tuhan tersebut.
Setiap hari, setiap saat, Allah telah berbuat baik kepada kita. Menjadi tugas kita sekarang untuk
bersyukur dan berterima kasih untuk apa yang telah kita peroleh itu. Bukan saja dengan
perkataan, bukan saja dengan pujian, tetapi terlebih dengan perbuatan. Berbuat baik kepada
semua orang yang datang membutuhkan bantuan kita.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, seperti Zakharia semoga kami dapat memahami dengan ikhlas rahasia
penyelenggaraanMu atas hidup kami. Amin.

Selasa, 25 Desember 2007


HR Natal
Yes 52:7-10; Ibr:1-6; Yoh 1:1-18
=====================================================================
======

FIRMAN ITU TELAH MENJADI MANUSIA

Inkarnasi adalah rahasia agung Allah, di mana Allah yang bersifat ilahi sudi masuk dalam daging
dan menjadi manusia (in=masuk, caro=daging). Mengapa Allah sudi bertindak demikian? Itu
semua karena besarnya kasihNya kepada kita manusia, sehingga Ia rela mengaruniakan
PuteraNya menjadi manusia. Inkarnasi Allah dalam diri Yesus adalah puncak segala rahasia
cinta Allah. Ia menjadi sama seperti manusia, berbicara dan berkomunikasi sebagai manusia dan
bahkan mengalami kesakitan dan kematian secara manusia.
Natal sebagai peristiwa inkarnasi tidak mudah dipahami oleh rasio dan budi manusia. Bagaimana
mungkin Allah sudi meninggalkan segala kemewahan surgawi dan menjadi manusia dalam
keluarga miskin Nazareth?
Jelas sekali logika dan rahasia Natal berbeda sekali dengan apa yang biasa dipikirkan manusia.
Yang umum terjadi pada manusia adalah: tidak mau miskin dan menderita, tak sudi gagal dan
direndahkan orang lain, dan kalau bisa hidup kaya dan tak berkekurangan. Kalau setiap ditanya:
“Jika diberi kesempatan lahir kembali, kelahiran macam apa yang diinginkan?” Jawabannya
jelas: Ya kalau bisa lahir di tengah keluarga orang kaya, cantik, pintar dan terpandang.
Semua naluri manusia akan kesuksesan, kekayaan dan gemerlapnya impian hidup manusia
diruntuhkan oleh kelahiran Yesus, Sang Putera Allah. Dia yang memiliki hak kemuliaan surgawi
dan kemewahan kekal sudi turun turun ke dunia menjadi manusia. Dia yang dapat memilih
dilahirkan sebagai putera raja penguasa bala tentara yang bergelimang kemewahan, tidak
memanfaatkan peluang itu. Hanya lahir sebagai Putera Maria dan Josef yang miskin, yang
bahkan tidak mendapatkan tempat untuk penginapan pada saat sensus waktu itu, dijenguk oleh
para gembala miskin, itulah Yesus yang adalah Putera Allah. Sungguh kontras dengan hakikat
diriNya yang adalah Putera Allah yang Mahaagung.
NatalNya adalah teguran bagi kita sekalian yang masih diliputi oleh napsu dunia. KehadiranNya
mengingatkan kita bahwa bergelimang harta dan kuasa bukanlah segala-galanya. Justru
kesederhanaan dan kerendahan hati, itulah yang harus menjadi bagian kehidupan kita. Dengan
demikian Natal adalah peringatan juga bagi setiap orang yang sombong dan congkak hati,
sekaligus penghiburan bagi mereka yang menderita, terusir dan terpinggirkan dalam masyarakat.
Warna Natal bukanlah pesta pora, melainkan syukur bahwa Allah sudi solider dengan kita
manusia yang bergelimang dosa. Ia datang membawa damai sejahtera. Ia tinggal di antara kita
dan menjadi bagian dari kehidupan kita. Selamat datang Tuhan Yesus, tinggalah beserta kami.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami juga melihat kehadiranMu dalam diri setiap orang yang menderita di
sekitar kami. Amin.

Rabu, 26 Desember 2007


PW Stefanus, Martir Pertama
Kis 6:8-10; Mat 10:17-22
=====================================================================
======

MARTIR STEFANUS

Pernah suatu kali saya ditanya umat. “Romo, mengapa liturgi Gereja menempatkan peringatan
St. Stefanus dekat sekali dengan Natal? Rasanya kurang sreg, masih dalam suasana kelahiran dan
kegembiraan Natal, kok tiba-tiba diwarnai oleh kematian dan darah.”
Ya, kesan itu mungkin benar. Kematian dan darah yang tertumpah merusak suasana kebahagiaan
kelahiran Tuhan. Tapi, itu bukan berarti bahwa Allah kita itu mencintai pertumpahan darah,
sekalipun penebusan oleh Yesus pun pada akhirnya diwarnai oleh salibNya yang berdarah.
Stefanus mendapat julukan sebagai martir pertama karena dari segi kronologi waktu, dialah salah
satu murid yang mati dibunuh karena membela imannya. Tidak lama setelah Yesus wafat, para
pengikutNya bergiat menyebarkan Injil. Stefanus termasuk dalam bilangan para diakon yakni
sekelompok orang yang secara khusus melayani orang miskin dan para janda. Konsentrasi
tugasnya bukan seperti para murid lain yang berkotbah dan mengajar firman. Tugasnya lebih
bersifat sosial dan berkaitan dengan anggota jemaat yang miskin.
Ketika Stefanus ditangkap dan dihadapkan pada mahkamah agama karena aktivitasnya sebagai
pengikut Kristus, sesuatu yang luar biasa terjadi. Stefanus dengan lantang dan berani berbicara
membela imannya pada Kristus. Sambil menengadah ke langit, Stefanus meneriakkan kesaksian
imannya, siap mati demi Tuhan Yesus. Kotbah dan kesaksian Stefanus itu luar biasa karena
diucapkan secara terang-terangan di hadapan mahkamah agama yang sangat membenci
penyebaran Injil oleh para murid Yesus. Dalam diri Stefanus yang kharisma dasarnya hanya
melayani dan bukan berkotbah, terpenuhilah apa yang dikatakan Injil Matius: “Apabila mereka
menyerahkan kamu, janganlah kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan,
karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga; karena bukan kamu yang
berkata-kata, melainkan Roh Bapamu, Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.”
Kesaksian iman yang indah seperti yang dilakukan oleh Stefanus itu, sekalipun harus dihiasi
dengan darahnya yang tertumpah, tidak merusak suasana kegembiraan Natal. Justru pertumpahan
darah yang terjadi di seputar perayaan Natal mengingatkan kita bahwa salib dan darah adalah
mahkota mulia penyelamatan dan kehadiran Yesus.
Sama halnya setiap ibu yang melahirkan anak pasti harus disertai oleh jerit kesakitan dan darah,
demikian halnya kelahiran Yesus pun disertai oleh darah martirnya. Tertumpahnya darah tidak
akan dirasakan sebagai penderitaan setelah kelahiran. Yang ada hanyalah sukacita karena justru
dari darah yang tertumpah itu, dimulailah kehidupan baru yang membahagiakan.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami semakin dapat memahami rahasia kehidupan baru dalam setiap derita
yang kami alami setiap hari. Amin.

Kamis, 27 Desember 2007


Pesta St. Yohanes Rasul
1Yoh 1:1-4; Yoh 20:2-8
=====================================================================
======

YANG DIKASIHI TUHAN

Tantangan dan godaan yang sangat sulit menjadi orang tua yang baik adalah menyingkirkan
perasaan lebih mengasihi salah satu anaknya daripada anak yang lain. Kecenderungan semacam
itu sangat biasa terjadi, juga dalam kehidupan yang lebih luas, misalnya dalam konteks
pendidikan sekolah, dunia kerja dan bahkan pemerintahan. Inilah yang disebut dengan fenomena
anak emas.
Di antara anak, peserta didik, karyawan ataupun anggota suatu perkumpulan, biasanya ada yang
lebih disayangi dibandingkan yang lain oleh pemimpinnya. Mengapa seseorang dapat menjadi
anak emas? Bisa jadi karena anak atau orang tersebut memiliki sifat penurut, tak suka
membantah, pintar dan pendiam. Kriteria anak emas sangat relatif tergantung pada sifat yang
cocok dan disukai oleh orang tua atau pimpinan.
Di antara para rasul Yesus pun, sudah menjadi rahasia umum bahwa ada anak emas. Murid ini
sangat dekat dengan Yesus. Ia tak banyak ulah, pendiam dan pintar. Ya, dia lah rasul Yohanes.
Arti nama Yohanes adalah yang dikasihi Allah. Dalam perilaku hidupnya, rasul Yohanes telah
menunjukkan dirinya sebagai orang yang pantas menyandang nama itu. Ia memiliki relasi yang
sangat dekat dengan Yesus, tekun merenungkan firmanNya. Yohanes adalah pribadi yang
tenang, kontemplatif dan tidak meledak-ledak. Manakala Yesus ditangkap dan menjalani
penderitaanNya di salib, hanya dialah yang hadir di dekat Yesus, sementara rasul-rasul yang lain
lari ketakutan.
Dan ketika Yesus bangkit dari mati, dialah yang pertama-tama melihat bahwa kubur Yesus telah
kosong, tinggal kain kapanNya saja. Pada situasi itu, sebelum Petrus menyadari apa yang terjadi,
Yohanes seketika itu juga menjadi percaya, bahwa Tuhan telah bangkit dari mati.
Yohanes membuktikan dirinya sebagai murid yang sangat cepat memahami ajaran Yesus dan
yang paling cepat melihat kehadiran Tuhan. Keistimewaan lain yang dimiliki oleh Yohanes
adalah cara kematiannya. Ia tidak mati sebagai martir seperti para rasul yang lain, melainkan
mati dalam usia tua sebagai orang yang merasakan kasih Tuhan sepenuh hidupnya. Injil dan
surat-surat yang ditulisnya menunjukkan ciri khas yang berbeda dengan Injil Sinoptik, yakni
bukan sekedar kumpulan kisah dan sabda Yesus, melainkan Injil kontemplatif yang puitis dan
penuh simbol.
Sesungguhnya Yohanes sendiri tak merasa lebih istimewa atau sebagai anak emas dibandingkan
teman-teman rasul yang lain. Ia menghendaki setiap pengikut Yesus menjadi murid yang juga
dikasihi Yesus. Dan lebih penting dari itu ialah, agar setiap pembaca Injilnya memperoleh hidup
yang kekal bersama Yesus. Bagaimanakah kita? Apakah kita juga sudah berusaha menjadi
pengikut Yesus yang layak dikasihiNya?

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami mendapatkan kehidupan kekal dalam pengenalan yang semakin
mendalam akan Yesus PuteraMu. Amin.

Jumat, 28 Desember 2007


Pesta Kanak-kanak Suci
1 Yoh 1 : 5 – 2 : 2; Mat 2 : 13 – 18
=====================================================================
======

AGEN KEHIDUPAN

Kita sering mendengar berita kematian tragis anak-anak yang kelahiran mereka tidak diinginkan
atau berita anak-anak yang lahir lalu ditelantarkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Dan, hampir pasti anak-anak itu lahir dari mereka yang belum menikah secara sah baik menurut
agama, adat maupun sipil. Tindakan-tindakan seperti ini dilakukan untuk menutup malu dan
untuk menghindar dari tanggung jawab berkeluarga. Kenyataan ini mau mengatakan bahwa
orang tidak menyadari betapa pentingnya sebuah kehidupan dan orang sama sekali tidak
menghargainya sebagai ciptaan Tuhan.
Pada hari ini, Gereja katolik merayakan pesta kanak-kanak suci untuk mengenang kanak-kanak
yang meninggal karena ulah orang lain sejak zaman Yesus lahir hingga saat ini termasuk kanak-
kanak yang meninggal oleh cakar ibunya sendiri. Gereja secara khusus mengenang mereka
karena mereka adalah juga anak-anak Allah yang dilahirkan ke dunia dari rahim yang diciptakan
oleh Allah. Mereka adalah anak-anak Allah yang masih polos dan suci, belum mengenal
perbuatan-perbuatan kotor dan dosa.
Bacaan hari ini pun secara jelas mengelompokan anak-anak tersebut dalam kelompok yang patut
dikasihi oleh semua orang, karena anak-anak tersebut dikorbankan demi kepentingan orang
tertentu. Pada zaman Yesus lahir, Herodes tidak mau ada orang lain yang lahir untuk
menggantikan posisinya sebagai raja. Karena itu, ia berusaha agar bayi yang telah ditakdirkan
untuk menjadi raja tersebut dibunuh. Herodes mempertahankan kedudukannya dengan cara yang
paling keji yakni membunuh semua bayi yang berumur dua tahun ke bawah. Ramalan tentang
kelahiran Yesus yang disampaikan oleh para majus dianggapnya sebagai ancaman baginya
sehingga dengan kekuasaannya ia bisa berbuat apa saja untuk mempertahankan posisinya
sebagai raja.
Kembali kepada kehidupan kita zaman sekarang. Seringkali orang lebih mementingkan diri
sendiri, privilese dan jabatan dalam masyarakat sehingga apapun bisa dilakukan untuk
menjaganya, bahkan dengan cara yang keji sekalipun. Orang tidak segan membunuh demi
kepentingannya dan yang sering menjadi korban adalah anak-anak yang tidak berdosa. Kita
sering mendengar tentang aborsi. Aborsi dilakukan oleh orang yang hanya mementingkan diri
sendiri. Ia lebih mementingkan nama baiknya, jabatannya, karier dan kehidupan pribadinya.
Orang lebih memilih menghindar dari rasa malu dan tanggung jawab dari pada harus memelihara
sebuah kehidupan. Orang menjadi lupa akan karya penciptaan Allah, yakni kehidupan.
Gereja katolik melalui injil hari ini mengingatkan kepada kita untuk lebih mencintai kehidupan
yang diberikan oleh Allah kepada kita. Oleh karena itu, dengan kepedulian kita akan kehidupan,
kita menjadi rekan kerja Allah untuk meneruskan karya penciptaannya. Kita berusaha agar bisa
menjadi orang yang mencintai kehidupan dan dijauhkan dari ego untuk mementingkan diri
sendiri.

Marilah berdoa:
Ya Tuhan Allah sumber kehidupan, ajarlah kami agar semakin mencintai kehidupan yang Kau
berikan kepada kami dan menyadari bahwa kami adalah penerus karya penciptaanMu di dunia.
Amin.

Sabtu, 29 Desember 2007


1 Yoh 2 : 3 – 11
Luk 2 : 22 – 35
=====================================================================
======

MATAKU TELAH MELIHAT KESELAMATAN

Ketika mendekati bulan Desember, lagu-lagu natal mulai berkumandang dan hiasan-hiasan pun
mulai bermunculan di mana-mana. Hal ini tanpa sadar seringkali dilakukan karena kebiasaan
atau tradisi setempat. Natal menjadi suatu ritus yang harus diadakan setiap tahun dan orang lebih
memperhatikan kemeriahan acaranya. Panitia natal lebih memperhatikan koor yang bagus dan
semua orang mengidealkan natal yang berlangsung di parokinya berlangsung semeriah mungkin,
sehingga tidak salah orang menyebutnya pesta natal.
Pada hari ini, Simeon mengajarkan kepada kita hal yang paling penting dari peristiwa natal.
Peristiwa kelahiran Yesus merupakan peristiwa datangnya Sang Juruselamat. Simeon
mengungkapkan imannya yang kokoh akan keselamatan yang dijanjikan oleh Allah kepada
bangsa Israel, bahkan ia menanti keselamatan selama hidupnya di dunia. Hal ini diungkapkan
dengan kata-kata, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera,
sesuai dengan firmanMu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari padaMu”.
Bagi Simeon, natal merupakan puncak dari penantiannya. Selama hidupnya ia menantikan
datangnya penyelamat yang telah dijanjikan oleh Allah sendiri. Namun, penyelamat itu bukan
hanya ditujukan kepada bangsa Israel tetapi juga kepada segala bangsa. Keselamatan yang
datang dari Allah itu diperuntukkan bagi semua orang yang mau menerimaNya. Dikatakan
demikian karena Simeon juga tahu bahwa ada yang menerima dan ada juga yang menentangNya.
“Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di
Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan”.
Kesaksian Simeon tentang Yesus ini mau mengingatkan kepada kita agar lebih memahami
makna peristiwa natal itu sendiri. Selain kita mempersiapkan perayaan yang meriah, kita juga
menyiapkan hati kita untuk menerima Sang Juruselamat yang datang dalam hidup kita, sehingga
kita pun dengan suka cita mewartakan, “Mataku telah melihat keselamatan”

Marilah berdoa:
Ya Tuhan, Sang Juru selamat, kini Kau hadir dalam hidup kami untuk mengangkat kami dari
kenistaan karena dosa. Bukalah mata kami untuk melihat keselamatan yang tawarkan dalam
hidup kami dan kuatkan kami untuk menjadi saksi tentang karya keselamatanMu. Amin.

Minggu, 30 Desember 2007


Pesta Keluarga Kudus
1 Sam 1 : 20 – 22. 24 – 28; Luk 2 : 41 – 52
=====================================================================
======

KELUARGA KUDUS NAZARETH

Hari Minggu ini, sesudah kita merayakan pesta kelahiran Yesus, kita juga diingatkan bahwa
Yesus, Sang Penebus lahir dalam satu keluarga, basis utama dalam hidup bermasyarakat.
Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengajak kita untuk hidup sebagai anak-anak Allah dalam
keluarga. Semua anggota keluarga hendaknya menyembah Allah yang hidup. Hidup sebagai
anak-anak Allah ditandai atau diwarnai oleh suasana kerelaan untuk saling mendengarkan, saling
menghargai dan saling mendukung pertumbuhan iman menjadi dewasa.
Kedewasaan iman dapat dialami dan dilihat secara jelas dari sikap menerima diri apa adanya,
juga kelebihan dan kekurangan anggota keluarga yang lain. Kata-kata, “Saya mohon maaf dan
saya berterima kasih kepadamu.....” menjadi kata-kata yang berkekuatan magis untuk
mencairkan kembali suasana keluarga yang sedang beku oleh rasa kecewa, rasa cemburu atas
kegagalan dan kesuksesan anggota keluarga lain.
Ketulusan memohon maaf dan mengucapkan terima kasih akan membuat setiap anggota
keluarga merasa dihargai, diterima dan didukung. Dengan demikian, suasana hidup surgawi dan
kedamaian yang sejati dapat dialami dalam hidup berkeluarga. Orang tidak perlu mencari
kebahagiaan itu di tempat lain, tetapi bisa mengalaminya di dalam keluarga sendiri. Dan, teladan
hidup kekeluargaan ini ada dalam keluarga kudus Nasareth.

Marilah berdoa:
Ya Tuhan, Engkau berkenan lahir ke dunia melalui keluarga kudus Nasareth.
Ajarilah kami selalu untuk meneladani kehidupan keluarga kudusMu, sehingga kami bisa
bertumbuh dan kelak bisa bergabung dalam keluarga abadi di surga. Amin.

Senin, 31 Desember 2007


1Yoh 2: 18-21
Yoh 1: 1-18
=====================================================================
======

SOLIDARITAS, HADIAH, PERCAYA: NILAI-NILAI KESELAMATAN KITA

Memasuki hari ketujuh dalam Oktaf Natal, bersama Santo Yohanes Penginjil kita diundang
untuk menangkap kembali makna terdalam peristiwa penjelmaan Allah menjadi Manusia bagi
hidup kita.
Ada tiga pokok pikiran yang hendak saya sheringkan. Pertama, peristiwa Natal yang telah kita
rayakan adalah peristiwa Solidaritas, Penjelmaan Firman menjadi manusia lemah, rapuh dan tak
berdaya. “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita” (Yoh 1:14). Inilah “cara
Allah menyelamatkan dunia ciptaan-Nya.” Allah menyelamatkan kita lewat Yesus Putera-Nya,
yang hadir di tengah kita dalam rupa manusia lemah dan tak berdaya. Inilah pula tanda nyata
solidaritas Allah. Allah solider, menyatu dengan mereka yang tersisih, tersingkirkan dan
terpuruk. Ke-Allah-an menampak dalam wajah manusia rapuh. Tuhan dengan itu
membangunkan kembali harga diri mereka yang sering tidak didengarkan suaranya, yang kecil
dan tak berdaya.
Kedua, peristiwa penjelmaan Allah menjadi Manusia dalam diri Yesus Kristus adalah peristiwa
hadiah Allah yang cuma-cuma bagi kita manusia. Lagi-lagi Santu Yohanes menulis: “Karena
dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia..” (Yoh 1:16).
Yohanes dengan ini mau mengungkapkan satu kebenaran utama keselamatan kita yang bermula
dari anugerah gratis, hadiah cuma-cuma. Allah dengan inisiatip sendiri mau turun, mendatangi
manusia berdosa dan menawarkan hubungan baru tanpa bicara apa pun, tentang syarat, apalagi
tuntutan. Paulus dengan keyakinan iman mengatakan, “di mana dosa bertambah banyak, di sana
kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” (Rm 5:20). Inilah kelimpahan, malahan keanehan
kasih Allah, mengatasi keterbatasan dan dosa manusia. Kebaikan adalah kata akhir segala
sesuatu. Inilah pesan Yesus dan praktek hidup-Nya. Pada Tuhan hanya ada kebaikan, hadiah
cuma-cuma.
Ketiga, dalam peristiwa penjelmaan itu kita melihat bahwa arti keselamatan ialah Menerima atau
Percaya. “Tetapi semua orang yang menerima-Nya, diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak
Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Yoh 1:12). Kemampuan menjadi anak
Allah, menghayati hidup baru, itu karena anda dan saya memiliki sikap menerima, karena rela
percaya, karena beriman. Dan ini benar atau berlaku bukan hanya untuk keselamatan abadi
dalam hubungan dengan Tuhan, melainkan untuk kehidupan biasa sehari-hari antara kita. Mutlak
perlu iklim percaya, saling menerima agar kehidupan dapat bertumbuh, agar kebahagiaan dapat
tercipta, agar keselamatan terwujud. Betapa berat rasanya hidup ini, jika tidak ada sikap
menerima, sikap percaya antara manusia, jika yang ada hanyalah rasa curiga. Pengabdian
terbesar yang dapat kita tawarkan untuk sesama ialah menerima dan memungkinkan mereka
merasa berbahagia karena memberi. Sebagian terbesar kebahagiaan dalam hidup kita justru
datang dari kenyataan bahwa sesama kita bersedia menerima pemberian kita dan menjadikannya
bagian hidup mereka.
Melalui prolognya, Santo Yohanes Penginjil mengajak kita untuk menghidupkan kembali nilai-
nilai luhur keselamatan kita. Kita diingatkan kembali tentang apa yang sebenarnya membuat
hidup kita bahagia dan selamat. Nilai-nilai itu ialah, solidaritas lewat kehadiran, kehidupan
sebagai hadiah cuma-cuma, sikap menerima dan percaya yang mutlak perlu bagi kehidupan.
Ternyata nilai-nilai itu adalah nilai-nilai yang biasa yang kita jumpai setiap hari dalam hidup kita
yang biasa: hidup sebagai hadiah, solidaritas karena senasib, dan saling percaya. Agar kehidupan
kita tumbuh, dan terus berkembang, perlu rasa solidaritas, perlu hadiah dan perlu sikap percaya.
Maka juga di masa krisis ini masih selalu ada dasar untuk senantiasa bersyukur dan memuji
kedermawanan Allah bagi kita manusia. Semoga.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan semoga nilai-nilai luhur peristiwa kelahiran PuteraMu semakin kami hidupi sehari-
hari. Amin.

Diposkan oleh RENUNGAN HARIAN JPIC SVD JAKARTA di 07.34 Tidak ada komentar:
Kamis, 11 Oktober 2007
RENUNGAN BULAN NOVEMBER 2007

MENUJU ISTIRAHAT ABADI

Seorang bapak memberikan kesaksian pada suatu upacara misa dan kremasi. Ia berkata, “Romo,
saya sudah melihat banyak tempat dan bertemu dengan banyak orang di perbagai negeri. Saat ini,
ketika kami melepaspergikan ayah yang sangat kami kasihi, tidak bisa tidak saya mengakui
bahwa Katolik itu luar biasa. Tidak ada agama manapun seluar biasa Katolik yang sangat
menghargai orang yang sudah meninggal. Upacara pemakaman Katolik sangat agung dan
sungguh menghibur dan memberi pengharapan bahwa kehidupan abadi nan membahagiakan
terbentang bagi kita semua.”
Demikianlah kesaksian seseorang yang menegaskan arti sesungguhnya kematian bagi kita orang
Katolik. Bapak itu telah memahami arti kematian karena pengalaman hidupnya berjumpa dengan
banyak kebiasaan dalam menghadapi kematian. Itu pulalah yang menjadi ajaran Gereja, bahwa
kematian yang pasti dialami oleh setiap orang sesungguhnya bukan akhir dari kehidupan. Kita
yang telah percaya pada Kristus tidak akan mati, sekalipun badan dan jiwa kita dipisahkan oleh
maut. Dengan kematian, hidup kita hanya diubah. Dari kehidupan yang terikat dengan raga
duniawi menjadi hidup dalam roh. Sekalipun mati, kita tetap hidup dalam keabadian.
Gereja Katolik tidak pernah menganggap orang yang sudah mati sebagai sesuatu yang tidak ada.
Mereka tetap ada dan memiliki relasi dengan orang-orang terkasih yang masih hidup di dunia.
Oleh karena itu, ada dalam kebiasaan Gereja Katolik praktek mendoakan arwah mereka yang
sudah meninggal.
Ada banyak ungkapan yang lazim kita pakai dalam doa-doa untuk yang sudah meninggal, di
antaranya adalah: mohon agar Tuhan memberi istirahat abadi di surga; mohon ketenteraman
jiwa; mohon dosa-dosanya semasa hidupnya di dunia diampuni Tuhan; mohon diberi jalan yang
lancar ke surga; mohon dibebaskan dari api pencucian; mohon tempat yang layak di sisi Bapa di
surga; dan sebagainya. Semuanya itu benar dan baik, sebab itulah yang menjadi harapan kita
semua, yakni hidup dalam keabadian bersama Yesus.
Renungan Harian JPIC Distrik Jakarta kali ini hadir kembali di hadapan Anda untuk mengajak
berziarah bersama Gereja yang pada bulan November ini mengkhususkan diri mendoakan para
arwah. Indulgensi, yaitu penghapusan denda hukuman dosa, dapat diperoleh secara penuh
dengan mengunjungi makam dan/atau mendoakan arwah orang yang meninggal itu dari tgl. 1
sampai 8 November. Jika kegiatan itu dilaksanakan pada hari-hari lain sepanjang bulan
November, indulgensi yang diperoleh hanya sebagian.
Betapa murah hati Gereja Katolik. Mari kita manfaatkan anugerah istimewa itu dengan sebaik-
baiknya. Jalin dan binalah relasi baik kita dengan mereka yang sudah meninggal. Doakanlah
mereka, kasihilah mereka sebab mereka juga hidup dalam hati dan kenangan kita.

Salam dan Berkah Tuhan untuk Anda Semua


Pengelola

Kamis, 1 November 2007


Hari Raya Semua Orang Kudus
Why 7: 2-4.9-14;1 Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a
=====================================================================
======

BERBAHAGIA YANG SUCI HATINYA

Hari ini kita merayakan pesta semua orang kudus. Mereka disebut kudus karena mereka telah
masuk ke dalam Kerajaan Surga dan menikmati kebahagiaan bersama Tuhan. Surga dilukiskan
oleh Yohanes sebagai suasana penuh kebahagiaan dan bebas dari penderitaan. Ia menulis:
“Mereka tidak menderita lapar dan dahaga lagi. Matahari atau panas terik tidak akan menimpa
mereka lagi. Sebab Anak Domba akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan
menghapus segala air mata dari mata mereka” (Why 7:16-17).
Hidup di hadirat Allah atau memandang wajah Allah merupakan tujuan hidup kita. Kita akan
diubah menjadi serupa dengan Yesus, gambar Allah yang paling sempurna. Yohanes
mengatakan: “Apabila Kristus menyatakan diriNya, kita akan menjadi sama seperti Dia” (1Yoh
3:2).
Supaya bisa menjadi serupa dengan Kristus dan bisa memandang wajah Allah hati kita harus
suci, bersih dari dosa-dosa. Kata Yesus: ”Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka
akan melihat Allah (Mat 5:1). Dosa-dosa menghalangi pertemuan kita dengan Allah. Yesus
menyebut mereka yang suci hatinya berbahagia. AlasanNya, karena dengan hati yang murni
mereka dapat memandang Allah dalam keadaan yang sebenarnya
Memandang wajah Allah adalah privilese dari anak-anak Allah. Kita mengambil bagian dalam
hak keputraan Yesus yaitu ada bersama BapaNya. Itulah tujuan tertinggi dari seluruh hidup kita.
Kita tidak diciptakan untuk berada di bumi selama-lamanya. Tidak! Kita tercipta untuk hidup
dalam keabadian bersama Allah Tritunggal Mahakudus.
Pada hari ini, kita tidak hanya merayakan pesta semua orang Kudus yang sudah berada di surga.
Kita juga merayakan eksistensi kita sebagai orang yang sedang dalam proses menjadi kudus.
Mengapa? Kita semua dipanggil oleh Allah untuk menjadi kudus seperti Allah sendiri adalah
kudus.

Marilah berdoa,
Ya Bapa yang mahakasih, kami bersyukur karena Engkau telah memilih para santo dan santa
untuk menjadi teladan dan pedoa kami. Berikanklah kami karunia kesucian hati agar boleh
memandang Engkau. Amin.
Jumat, 2 November 2007
Peringatan Arwah Semua Orang Beriman
2Kor 4:14-5:1; Luk 23:33.39-43
=====================================================================
======

TENDA ATAU RUMAH?

Kemah atau tenda adalah tempat bernaung sementara. Para pencinta alam biasa memakai tenda
atau kemah untuk melindungi diri dari terik matahari, hujan dan angin. Mereka tidak pernah
menetap sampai selamanya. Paling-paling mereka berkemah beberapa hari, lalu kembali ke
rumah. Tenda tidak selalu abadi. Tenda itu mudah dipasang, tetapi juga mudah dibongkar.
Bahan-bahannya pun sederhana, tidak permanent. Tenda itu mudah roboh karena angin yang
kencang atau hujan lebat. Tinggal di tenda tidak senyaman tinggal di rumah sendiri. Semuanya
bersifat sementara.
Beda sekali antara tenda dengan sebuah rumah. Rumah selalu dibangun di atas dasar yang kuat.
Targetnya rumah dapat dipakai bertahun-tahun lamanya. Ya, bila perlu selamanya. Bila sudah
mempunyai rumah, kita lebih senang menetap daripada berpindah-pindah. Ada kamar-kamar
yang baik, tempat tidur, dll. Rumah adalah tempat dimana hati berada, kata peribahasa.
Santo Paulus mengatakan bahwa hidup kita di dunia ini adalah ibarat seorang pencinta alam atau
gembala yang berkemah. Hidup kita di sini singkat. Setelah “menginap” atau berkemah sebentar
di dunia ini, kita akan pindah ke tempat lain. Tenda kehidupan di dunia sini akan dibongkar.
Tetapi Tuhan menyediakan sebuah rumah untuk kita. Yesus menyebut rumah itu Surga. Ia
kadang menyebutnya “Rumah BapaKu”.
Surga, kata Paulus, tidak dibuat oleh tangan manusia. Artinya, bukan manusia yang
membangunnya, tetapi Allah. Allah sendirilah yang menyediakan rumah itu. Surga bertahan
sampai selama-lamanya. Hanya ada satu Surga, dan tidak ada yang lain. Surga yang akan kita
huni tidak bisa dibongkar atau dipindahkan oleh siapa pun. Allah itu kekal adanya, maka rumah
kediamanNya pun abadi. Di Surga tidak ada duka dan derita. Tangis pun tidak ada lagi. Yang
ada hanyalah sukacita dan kebahagiaan kekal.
Mengapa Anda begitu sibuk membangun kemah-kemah hidup yang bersifat sementara?

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, berilah kami rakhmatMu agar kami merindukan rumah abadiMu. Amin.

Sabtu, 3 November 2007


Rm 11:1-2a. 11-12. 25-29
Luk 14: 1. 7-11
=====================================================================
======

MERENDAHKAN DIRI

Setiap individu merindukan penghargaan dan apresiasi dari orang lain yang ada disekitarnya.
Dewasa ini ada kecenderungan orang berburu penghargaan dengan hal-hal yang kurang pantas,
sehingga tampak seperti ada “gila hormat”. Orang berlomba untuk mencari penghormatan dan
penghargaan dengan segala cara. Ketika hal itu tidak diraih maka yanga ada adalah stress dan
frustrasi dan gila yang sesungguhnya.
Yesus mengajarkan sesuatu yang berbeda kepada para murid. Merendahkan diri dalam segala hal
baik yang dilakukan. Tidak mengejar kehormatan dan penghargaan tetapi tekun dan setia
melakukan kebajikan dan kebaikan. Jika hal itu sudah dilaksanakan secara tekun dan konsekwen
secara langsung buahnya adalah penghargaan dan apresiasi baik dari orang lain. Penghormatan
akan diberikan atas kebajikan yang kita lakukan, dan itu adalah buah dari perbuatan.
Penghormatan dan penghargaan bukan tujuan tetapi buah dari karya dan perbuatan.
Merendahkan diri menuntut orang untuk sabar, tekun dan setia pada apa yang baik yang sedang
dan akan dilaksanakan. Merendahkan diri bukan berarti minder atau rendah diri. Merendahkan
diri adalah sebuah kearifan fan kebajikan dalam berelasi yang bersumber dari kematangan
pribadi secara rohani dan sosial. Orang yang rendah hati tidak menuntut melainkan memberi
dalam ketulusan, tidak kecewa bila diperlakukan tidak adil tetapi terbuka untuk memaafkan.
Orang yang rendah hati akan memancarkan damai dan kasih dalah seluruh kehidupannya.
Bagaimana dengan kita? Yesus telah mengajarkan hal itu. Ia merendahkan dirinya sampai
serendah-rendahnya dengan menjadi manusia sama seperti kita kecuali dalam hal dosa dan
menderita sengsara dan wadat di salib. Apakah kita sudah sungguh meneladan kerendahan hati
Yesus, atau kita hidup dalam keangkuhan, kesombongan dan gilla hormat? Orang dihargai bukan
karena kehormatannya tetapi karena perbuatan kasihnya.

Marilah berdoa,
Ya Allah, kuatkan kami dalam mengamalkan kasih dan kebajikanMu,
Dan jadikan kami orang yang mampu merendahkan diri seperti Yesus.
Amin.

Minggu, 4 November 2007


Hari Minggu Biasa XXXI
Keb 11:22-12:2 ; 2Tes 1:11-2:2; Luk 19:1-10
=====================================================================
======

ZAKHEUS

Tokoh yang satu ini sungguh tidak asing lagi di telinga kita. Kisahnya dalam injil begitu sering
kita dengar dan kita renungkan. Tetapi apa yang kemudian membuat tokoh ini menarik untuk
direnungkan. Apakah karena kekayaan dan jabatannya atau karena badannya yang gemuk dan
pendek? Yang manarik adalah kerinduannya yang luar biasa untuk bertemu dengan Yesus dan
pertobatannya setelah berjumpa dengan Yesus.
Zakheus adalah gambaran orang berdosa yang menerima belaskasih dan kerahiman Allah yang
menghatarnya pada pertobatan. Perjumpaannya dengan Yesus mengubah seluruh hidupNya dan
juga pandangan orang Yahudi. Yesus menunjukkan misi perutusannya dalam diri Zakhesus.
Yesus datang bukan untuk mencari dan menyelamatkan orang benar melainkan untuk mencari
dan menyelamatkan orang berdosa seperti Zakheus.
Zakheus menerima perlakuan tidak adil dari orang-orang sebangsanya karena pekerjaan dan
jabatannya, sehingga ia di cap sebagai penghianat bangsa dan orang berdosa sehingga Yesus pun
dianggap oleh orang Yahudi tidak layak untuk berkunjung ke rumahnya. Orang Yahudi
berpangangan bahwa Zakheus tidak layak menerima anugerah keselamatan dalam pertobatan dan
layak untuk menerima hukuman. Tapi kasih Allah mengatasi sungut-sungut orang Yahudi dalam
diri Yesus yang mempertobatkan dan menyelamatkan Zakheus.
Ditengah kehidupan harian kita ada banyak orang seperti Zakheus, diperlakukan seperti Zakheus.
Perlakuan itu justru datang dari kita yang merasa diri suci, kudus dan dekat dengan Allah dalam
segala aktivitas kerohanian kita. Sehingga kita merasa bahwa hanya kita yang layak menerima
kunjungan Yesus dan diselamatkan. Kita menghakimi dan mengucilkan orang-orang seperti
Zakheus. Padalah Yesus sudah memeberi contoh dan teladan bahwa kita harus datang kepada
mereka dan menuntun mereka kepada pertobatan dan keselamatan.
Bagaimana dengan kita saat ini, apakah kita sama seperti orang Yahudi yang suka menghakimi
dan mengadili orang berdosa dengan segala sungut-sungut dan keangkuhan rohani kita? Atau
sudahkan kita seperti Yesus menuntun orang berdosa kepada pertobatan dan keselamatan?

Marilah berdoa,
Ya Allah, buatlah kami mampu menghantar dan menuntun kembali saudara-saudari kami
yang hidup dalam dosa dan bahaya maut.
Amin.

Senin, 5 November 2007


Rm 11:29-36
Luk 14:12-14
=====================================================================
======

UNDANGAN PESTA

Musim adalah suatu waktu tertentu di mana sesuatu ada atau terjadi lebih banyak dan lebih
sering dari hari-hari biasa. Ketika banyak buah mangga di pasaran, kita katakan sekarang musim
mangga. Atau saat hujan sering terjadi, kita namakan musim hujan.
Dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat ada pula yang disebut musim pesta. Dalam
bulan tertentu banyak orang mengundang pesta, entah itu pesta nikah, sunatan atau pesta dengan
intensi yang lain. Tentu saja bagi banyak keluarga, musim pesta tersebut berarti pula tambahan
pengeluaran, sebab menghadiri pesta berarti juga harus memberikan kado atau amplop
sumbangan.
Banyak di antara kita direpotkan ketika diundang pesta. Selain harus memikirkan bingkisan dan
sejumlah uang, kadang kita juga harus memikirkan busana pesta yang akan kita kenakan. Kita
tak mau mengecewakan orang yang telah mengundang kita. Dan keinginan untuk tampil prima,
glamour dan pantas itulah yang seringkali merepotkan kita.
Pesta adalah suatu bentuk perjumpaan sosial setua usia manusia. Aneka tradisi dan kebudayaan
memiliki nilai dan karakteristik pesta yang berbeda satu sama lain. Pesta di Afrika misalnya,
selalu diwarnai dengan tari-tarian dan tetabuhan gendang. Sementara pada kebudayaan lain pesta
diwarnai dengan musik dan dansa lembut. Yang relatif sama dari pelbagai macam jenis pesta
adalah adanya makanan berlimpah. Kenyataan ini hampir tak terbantahkan. Pesta pasti identik
dengan makan berlimpah.
Orang mengundang pesta sama artinya mengundang orang lain untuk makan. Tindakan
mengundang pesta adalah sesuatu yang sangat baik. Bagi Yesus, tindakan yang baik itu dinilai
tidak baik kalau di balik undangan itu ada keinginan untuk mendapat balasan. Saya mengundang
pesta supaya saya pun diundang pesta.
Motivasi semacam itu bagi Yesus tidak tepat, sebab tindakan dan perbuatan baik bukanlah
komoditas yang bisa dipertukarkan. Perbuatan baik semestinya terbebas dari keinginan agar
orang lain juga melakukan yang baik bagi kita. Dalam tataran nilai manusiawi balas-membalas
perbuatan baik adalah hal yang lumrah sekali.
Tetapi tataran nilai Kerajaan Allah yang ditawarkan Yesus melebihi nilai manusiawi. Menjadi
murid Yesus harus rela melakukan perbuatan baik tanpa berharap balasan dari orang lain.
Kongkretnya, kalau hendak mengadakan pesta, undanglah orang-orang miskin, cacat, lumpuh
dan buta. Kita akan merasakan kebahagiaan, bukan karena mereka miskin. Kita berbahagia
karena dengan demikian kita dibebaskan dari hasrat menerima pembalasan perbuatan baik dari
mereka yang kita undang. Dalam hal ini, ada suatu nilai yang lebih tinggi yakni pembalasan
Tuhan pada hari kebangkitan orang-orang benar. Pembalasan Tuhan adalah lebih bernilai
daripada pembalasan manusia. Jadi, prioritaskan nilai-nilai surgawi dari Tuhan dalam setiap
perbuatan baik yang kita lakukan.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami dibersihkan dari motivasi mendapatkan penghargaan dari dunia ini.
Amin.

Selasa, 6 November 2007


Rm 12:5-16a
Luk 14:15-24
=====================================================================
======

UNDANGAN ISTIMEWA

Masih dalam konteks pesta perjamuan, perumpamaan yang disampaikan Yesus kali ini berkaitan
dengan dalih atau alasan untuk tidak menghadiri pesta. Undangan merupakan satu hal sangat
penting diperhatikan kalau kita mengadakan pesta.
Saya pernah mendengar sebuah Event Ornganizer (EO) berpromo di sebuah radio. Salah satu tip
yang diberikan untuk pendengar adalah hal menyiapkan undangan. Dinasihatkan oleh EO
tersebut agar daftar orang-orang yang akan diundang pesta disiapkan jauh-jauh hari. Lagipula
nama dan alamat orang yang akan diundang harus ditulis dengan benar, kalau perlu dengan gelar
dan jabatan. Sedapat mungkin tidak boleh salah dalam menuliskan nama dan alamat yang akan
diundang, karena kalau salah ada kemungkinan orang tersebut tidak mau datang. Ada banyak
orang yang cukup sensitif berkaitan dengan penulisan nama diri. Bahkan ada orang yang tak mau
menerima undangan pesta hanya karena ada kesalahan eja dalam penulisan nama dan alamat,
meski sebenarnya orang yang dimaksud tidak salah.
Tentu, orang yang diundang pesta adalah orang istimewa bagi pembuat pesta. Dalam prakteknya,
daftar orang yang diundang pesta memiliki kategori tertentu. List yang paling atas biasanya
bersifat Very Very Importan Person (VVIP), kemudian VIP dan seterusnya yang biasa-biasa saja
atau kelas ekonomi. Dan tak dapat disangkal, undangan yang selalu rewel biasanya justru adalah
yang termasuk kategori VVIP dan VIP.
Orang-orang yang merasa diri masuk dalam kategori VVIP atau VIP selalu menuntut macam-
macam, termasuk merasa leluasa terlambat ikut acara atau pesta. Bahkan ia juga bisa merasa tak
bersalah atau biasa saja kalau tidak datang pada moment pesta itu.
Perumpamaan tentang undangan yang berdalih dengan rupa-rupa alasan untuk tidak hadir dalam
pesta yang diajarkan oleh Yesus berkaitan dengan sikap arogan dan ketidakpedulian orang-orang
merasa dalam kategori VVIP dan VIP. Bagi mereka pesta perjamuan yang diadakan oleh tuan
pesta tidak lah lebih penting daripada urusan dan bisnis mereka sehari-hari: melihat ladang yang
baru dibeli, mencoba lima pasang lembu kebiri yang baru saja dibeli dan juga urusan kesenangan
diri karena baru saja kawin. Karena pesta itu mengganggu acara bisnis dan kesenangan diri,
mereka tidak mau datang.
Orang-orang yang berdalih itu sebenarnya diistimewakan oleh tuan pesta. Sama halnya bangsa
Israel adalah orang-orang VIP dan istimewa. Mereka ditempatkan sebagai prioritas pertama
dalam sejarah keselamatan yang ditawarkan Allah. Tapi karena mereka terang-terangan tak mau
menerima undangan itu, maka Allah sebagai tuan pesta membuka pintu perjamuanNya bagi
bangsa-bangsa lain yang tidak diprioritaskan. Ruang perjamuan Allah harus penuh, itulah
program dan rencana Allah. Maukah kita datang dan menjawab undangan Allah dalam
pestaNya? Tanggalkanlah egoisme dan mentalitas VVIP kita, maka kita akan suka cita
menjawabi undangan pestaNya.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami boleh menghadiri pesta perjamuanMu. Bantulah kami menanggalkan
egoisme dan kecenderungan memperhatikan urusan kami sendiri. Amin.

Rabu, 7 November 2007


Rm 13:8-10
Luk 14:25-33
=====================================================================
======

PERTIMBANGAN SEBELUM MENGAMBIL KEPUTUSAN

Pertimbangan matang sangat dibutuhkan untuk mengambil keputusan penting dalam hidup.
Bagaimana cara mewujudkan keputusan itu dan juga efek dan akibat-akibat yang akan
ditimbulkan oleh terjadinya keputusan itu harus dipikirkan matang-matang. Antisipasi
merupakan tindakan yang perlu dibuat untuk menghadapi suatu keputusan. Salah-salah
mengambil keputusan, hidup akan berubah total; mungkin lebih baik, atau justru makin terpuruk.
Keputusan mengikuti Yesus adalah tindakan serius. Orang yang mengambil keputusan mengikuti
Yesus dan sanggup memikul salibNya harus siap berhadapan dengan totalitas. Ungkapan yang
dipakai Yesus untuk menggambarkan situasi mengikuti diriNya sangat keras: “Barangsiapa tidak
membenci ibu-bapanya, istri, anak-anak serta saudara-saudaranya, bahkan nyawanya sendiri
tidak dapat menjadi muridKu.”
Kata “benci” adalah simbol sebuah jarak. Yang dimaksud oleh Yesus adalah prasyarat tidak
terikat dengan orang-orang terdekat, sebab mengikuti Dia harus dengan totalitas. Oleh karena itu
adalah suatu hal yang wajar kalau sebelum mengambil keputusan menjadi murid Kristus itu
harus dipertimbangkan sungguh-sungguh. Kita harus juga melihat kemampuan diri kita sendiri,
sama seperti seorang raja yang hendak memutuskan berperang atau tidak. Atau sama halnya
dengan orang yang berencana membangun rumah.
Apakah kita memiliki kemampuan yang sepadan dengan resiko-resiko yang akan kita hadapi?
Banyak kali terjadi kita menjadi kecewa karena sesuatu yang kita harapkan tidak terwujud.
Mungkin kita mempersalahkan faktor-faktor lain di luar diri kita sebagai penentu kegagalan kita.
Tetapi benarkah demikian? Bisa jadi kekurangan dan ketaksanggupan di dalam diri kita
memberikan kontribusi terhadap kegagalan yang kita alami itu. Semestinyalah kita bertanya ke
dalam diri sendiri, mungkin ada sesuatu dalam diri kita yang memang tak memenuhi syarat
untuk mewujudkan rencana kita tersebut.
Jangan sampai kita dianggap orang sebagai orang yang hanya memiliki napsu kuat, tenaga loyo.
Lakukan analisis kemampuan diri, pemetaan diri dan ambillah keputusan penting dalam hidup
ini dengan semakin banyak informasi diri sebagai back up cita-cita kita. Kebahagiaan kita
ditentukan oleh kemampuan kita mewujudkan suatu harapan yang kita inginkan. Janganlah kita
menyiksa diri melakukan sesuatu yang tak sanggup kita laksanakan.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan berilah kami kerendahan hati untuk melihat kekurangan dan kemampuan diri kami
untuk mencapai sesuatu yang berharga bagiku dan bagiMu. Amin.

Kamis, 8 November 2007


Rm 14:7-12
Luk 15:1-10
=====================================================================
======

BERSUKACITALAH BERSAMA-SAMA AKU

Menjelang hari raya lebaran, kita mendengar banyak kasus kejahatan pencurian. Pada saat-saat
seperti itu kita tak bisa membiarkan barang berharga tergeletak menganggur, sebab mata banyak
orang sangat peka untuk mengambil sesuatu yang secara cepat dapat dijadikan uang. Ketika
terjadi pencurian barang berharga karena ketakwaspadaan, kita menjadi terpukul. Apalagi kalau
barang yang dicuri itu adalah sesuatu yang sangat penting, misalnya handphone atau laptop.
Pernah terjadi di suatu sudut rumah, penghuni rumah mendapati laptopnya tergeletak. Padahal
seharusnya laptop itu ada di dalam kamar. Rupanya laptop itu hendak dicuri, tapi entah kenapa si
pencuri menyimpannya di situ untuk menunggu waktu yang tepat supaya dapat dibawa lari.
Mungkin juga si pencuri kepergok orang lain dan kesiangan.
Pemilik rumah itu bersyukur bahwa laptop yang hendak dicuri itu tak jadi hilang. Semua data
informasi penting yang dia miliki tak jadi lenyap. Hanya satu yang menggelisahkan hatinya,
siapakah pencuri itu? Pastilah si pencuri itu bukan orang yang asing dengan rumahnya. Ia
menjadi penasaran sekali tapi juga tak dapat serta-merta menuduh orang-orang di rumahnya itu
tanpa bukti. Hanya untuk mengetahui siapa yang mencoba mencuri itu, si pemilik rumah
berusaha keras mencari “orang pintar”; meminta petunjuk siapakah pencuri laptop itu.
Barang berharga yang telah ditemukan, ternyata tidak membuat pemilik rumah itu bahagia.
Justru sebaliknya ia menjadi begitu penasaran dan penuh tanda tanya yang menyiksa batin untuk
mengetahui dengan pasti pencuri yang gagal mengambil barang berharga. Perumpamaan yang
disampaikan oleh Yesus tentang domba yang hilang; dirham yang terselip; yang akhirnya
ditemukan hendak menyampaikan suatu pesan singkat. Jangan kita terlalu repot mencari-cari
kesalahan orang lain. Bahwa kita mendapati kembalinya barang berharga yang sangat kita
butuhkan, seharusnya itu yang harus sangat disyukuri.
Apakah kita sudah memiliki rasa syukur seperti yang ditunjukkan gembala yang kehilangan
domba dan wanita yang kehilangan dirham itu? Jika kita kehilangan barang, entah karena
kelalaian kita ataupun karena diambil orang lain; hal kembalinya barang berharga itulah yang
harus menjadi fokus syukur kita. Hendaknya kita dapat meniru perumpamaan Injil:
“Bersukacitalah bersama-sama aku, sebab barang berhargaku yang hilang itu telah kutemukan.”

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami tidak tergoda untuk mencari-cari kesalahan orang lain, tapi senantiasa
bersyukur atas ditemukannya harta mutiara kami yang hilang. Amin.

Jumat, 9 November 2007


Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran
Yeh.47: 1-2.8-9.12; 1 Kor.3:9b-11.16-17; Yoh 2: 13-22
=====================================================================
======

YESUS BISA MARAH, MENGAPA TIDAK?

Seorang pastor pernah membikin umatnya terperangah. Pastor itu sudah di altar untuk memulai
perayaan ekaristi. Dari altar dia meminta umatnya mengikuti perayaan ekaristi dengan tenang
dan khidmat. Menyaksikan banyak umat datang terlambat, tidak tertib masuk gereja, lalu lalang
dalam gereja sambil ngobrol, Pastor itu mendadak menghentikan misa langsung sesudah Doa
Pembukaan dan kembali ke sakristi. Umat yang ditinggalkan dalam gereja terperangah. Kusuk-
kasak dalam gereja tak terhindarkan. Ada umat yang bertanya keheranan ‘ada apa? Apa Pastor
kita sakit? Ada pula umat yang karena sebal berucap: ‘Mungkin Pastor kita sudah gila,ya! Sudah
keterlaluan,coba bersabarlah dengan kami yang bodoh-bodoh ini!’
Bukan rahasia lagi suasana tenang dan khidmat pada saat merayakan ekaristi agak merosot.
Umat yang sudah lebih dahulu ke gereja tidak bisa mengikuti perayaan dengan khuzuk karena
ada saja umat yang datangnya terlambat. Lebih parah lagi ada anak-anak muda suka ngobrol
selama perayaan berlangsung. Cara umat berpakaian yang kurang senonoh juga mengusik
kekhidmatan suasana perayaan.
Tindakan Pastor yang secara mendadak menghentikan misa tentu mengecewakan umat yang
sudah datang pada waktunya. Hanya segelintir umat yang datang terlambat dan kurang
menunjukkan sikap hormat di saat berlangsungnya perayaan. Tetapi ternyata tindakan Pastor itu
telah membawa dampak yang menggembirakan. Dalam kesempatan perayaan ekaristi pada hari-
hari minggu sesudahnya nampak sekali umat semakin sadar: datang pada waktunya dan
mengikuti perayaan dengan khidmat.
Tindakan Yesus mengobrak-abrik tempat jualan para pedagang di pelataran bait Allah dan
menghalau mereka dengan cemeti sungguh menggemparkan. Para pedagang lari tunggang
langgang ketakutan. Biar mereka kapok. Yesus sungguh marah, mengapa tidak!? Yesus dengan
gigih membela kekudusan Bait Allah. Bait Allah rumah BapaNya, tidak boleh menjadi tempat
berjualan atau sarang penyamun. Bait Allah adalah tempat suci, tempat manusia berjumpa
dengan Allah Sang Penciptanya.
Bagaimana tanggapan anda terhadap tindakan Yesus? Yesus minta anda segera menghentikan
kebiasaan datang terlambat ke gereja. Anda ke gereja untuk berjumpa dengan Tuhan. Jangan
suka ngobrol dengan teman di saat perayaan berlangsung. Ikutlah perayaan ekaristi dengan
khidmat. Dari rumah kenakanlah pakaian yang senonoh. Ingatlah: tubuh anda dari ujung kaki
sampai ujung rambut adalah tempat kediaman Roh Kudus. Pakaian yang kurang senonoh dapat
merendahkan martabat anda dan membangkit-bangkitkan selera tak senonoh dalam diri sesama
umat yang memandangnya.

Marilah berdoa,
Tuhan Yesus, ampunilah saya. Saya sering suka terlambat ke gerej, suka ngobrol di gereja.
Sering pula mengenakan pakaian yang kurang senonoh. Saya bertobat dan tidak mengulanginya
lagi. Amin.

Sabtu, 10 November 2007


PW. St. Leo Agung, Paus Pujangga Gereja
Rom. 16: 3-9.16.22-27; Luk 16: 9-15
=====================================================================
======

WEJANGAN YANG MENOHOK DAYA JUANG DAN HARGA DIRI

Saudara-saudariku terkasih, sebagai putera-puteri kesayangan Allah Bapa dan sahabat-sahabat


pilihan Tuhan Yesus, kita wajib berdoa untuk semua orang termasuk para koruptor. Doa untuk
para koruptor, misalnya sebagai berikut: “Ya, Allah Sang Pencipta yang mahakuasa, para
koruptor juga telah Kauciptakan menurut citraMu. Engkau begitu baik. Engkau tidak punya niat
sedikitpun untuk mencabut atau menghapus citraMu itu dari diri mereka. CitraMu itu nampak
antara lain dalam bentuk daya juang mereka yang gigih untuk memperoleh apa yang mereka
inginkan. Kepandaian dan kecerdikan yang mereka miliki, mereka tidak sia-siakan; kami mohon
agar kepandaian dan kecerdikan mereka, juga dapat mendatangkan berkat dan kesejahteraan bagi
orang-orang miskin.
Wejangan Yesus dalam Injil hari ini bermuatan beberapa pesan penting yang harus diperhatikan
baik oleh murid-muridNya maupun oleh orang-orang Farisi yang telanjur memiliki atau
menghayati pandangan keliru tentang kekayaan atau Mamon. Kekayaan atau Mamon yang
dimiliki oleh orang-orang kaya termasuk oleh orang-orang Farisi merupakan kenyataan yang
memang harus diakui keberadaannya. Kekayaan atau Mamon itu baik yang diperoleh secara
halal/jujur maupun dengan cara yang tidak jujur (korupsi) sesungguhnya bermanfaat untuk
kesejahteraan manusia. Yesus sendiri bahkan menyuruh orang-orang yang mendapatnya dengan
mengatakan : “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya
jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi”. Suruhan ini
kiranya menunjukkan bahwa Yesus sama sekali tidak membenci kekayaan atau Mamon
betapapun diperoleh dengan cara tidak jujur.
Apakah dengan itu Yesus membenarkan kita untuk ikut-ikutan mencari kekayaan atau Mamon
dengan cara yang tidak jujur? Sama sekali tidak! Tetapi Yesus tetap menuntut agar kekayaan
atau Mamon yang telanjur diperoleh dengan cara yang tidak jujur wajib dibagi-bagikan kepada
orang-orang yang sangat membutuhkannya, misalnya untuk menolong anak-anak yatim piatu,
para janda, lansia, yayasan sosial atau lembaga-lembaga pendidikan untuk memajukan warga
masyarakat yang tertinggal.
Sebagai murid-muridNya Yesus menuntut kita untuk setiap saat bertindak jujur dan setia mulai
dengan hal-hal kecil. Untuk memperoleh sesuatu betapapun nilainya kecil, dituntut kerja keras
dan daya juang. Selalu siap memberikan tanggung jawab secara benar dan jujur atas segala
sesuatu yang kita peroleh. Kekayaan yang kita peroleh secara jujur, hasil kerja keras/daya juang
tidak boleh ditumpuk-tumpukkan untuk kesenangan dan kebanggaan pribadi atau demi harga diri
sampai melupakan Tuhan pemberi segala anugerah. Semuanya itu hendaknya dilihat dengan
mata iman sebagai anugerah dari Tuhan yang harus selalu disyukuri dan dengan ikhlas
dimanfaatkan untuk kesejahteraan banyak orang.

Marilah berdoa,
Tuhan Yesus, doaku singkat saja. Jauhkan saya dari ancaman cengkeraman Mamon yang
mencelakakan kesetiaanku kepadaMu. Amin.

Minggu, 11 November 2007


Pekan Biasa XXXII
2Mak 7:1-2. 9-14; 2Tes 2:16 – 3:5; Luk 20:27-38
=====================================================================
======

KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN

Setiap orang menjalani kehidupannya menurut keyakinannya sendiri. Seorang pengikut Kristus
juga menjalani kehidupannya dengan mencampurkan pemahaman Kristiani dengan pemahaman
dan daya tangkapnya masing-masing. Belum ada orang yang bisa mengikuti Kristus dengan
sama persis dan itu tidak akan pernah ada. Demikianpun halnya dengan kehidupan setelah
kematian. Setiap orang memiliki pemahaman tersendiri walaupun ada ajaran yang disampaikan
untuk banyak orang. Ajaran yang sama, diterima secara berbeda.
Ada berbagai cerita orang tentang kehidupan setelah kematian. Ada beragam gambaran tentang
adanya imbalan, ganjaran dan hukuman. Tetapi ada juga orang yang mengakui bahwa kehidupan
hanya terjadi saat ini, di sini. Itulah sebabnya banyak orang dengan tanpa sadar berusaha
menikmati hidup yang sekarang ini dengan slogan “hidup cuma sekali. Kalau tidak dinikmati
sekarang, kapan lagi?”
Orang-orang Saduki juga memiliki paham seperti itu. Hidup hanya ada di tempat ini. Tidak ada
kebangkitan. Namun Yesus membantah pengertian itu. Yesus, manusia yang berasal dari
kehidupan kekal, mengajarkan bahwa ada hukum ganjaran dan pembalasan. Jiwa yang berasal
dari Allah, tidak dapat mati. Jiwa hanya dapat mengalami kehidupan sesuai dengan hukum
kehidupan Allah sendiri. Maka gambaran surga yang dipenuhi dengan malaikat, diwarnai
sukacita, atau gambaran tentang neraka yang diwarnai dengan hukuman dan api yang menyiksa,
mungkin baru salah satu gambaran tentang kehidupan setelah kematian. Bagaimanapun juga,
setiap agama menyadari bahwa jiwa akan tetap hidup, entah hidup untuk menderita karena
dihukum atau hidup kekal dalam bahagia. “Kalian benar-benar sesat,” itulah teguran Yesus
terhadap mereka yang berusaha menafsirkan kehidupan setelah kematian. Yang perlu dipahami
adalah adanya kehidupan setelah kematian badani, dan bahwa kehidupan setelah kematian amat
berbeda dengan kehidupan dalam dunia badan. Kebahagiaan dalam alam setelah kematian amat
berbeda dengan kebahagiaan dalam dunia badan. Kehidupan bahagia itu hanya bisa dikatakan
dengan istilah “visio beatifica”.. bahagia karena memandang wajah Allah secara kekal, bersatu
dengan kehidupan Ilahi secara kekal. Itulah kebahagiaan yang tak terlukiskan dalam alam hidup
insani.

Marilah berdoa,
Ya Yesus, semoga aku berusaha meraih kehidupan bahagia kekal bersamaMu. Memandang
wajah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, tempat jiwaku hidup kekal.
Amin.

Senin, 12 November 2007


Pw. S. Yosafat, Uskup dan Martir
Keb 1:1-7; Luk 17:1-6
=====================================================================
======

MEMANFAATKAN KETIDAKTAHUAN

Menipu orang bodoh amat mudah. Orang yang tidak banyak tahu bisa dikelabui dengan berbagai
macam hal. Demi sebuah kepentingan, selembar kertas kosong dapat ditandatangani orang yang
tidak berpikir lebih jauh. Hal seperti itu kerap terjadi di tengah bangsa ini. Karena tidak tahu,
atau tidak mau repot, banyak orang mengalami kerugian yang seharusnya tidak mereka alami.
Sialnya, banyak orang pintar yang memanfaatkan ketidaktahuan orang-orang tertentu demi
mendapat keuntungan bagi dirinya sendiri.
Kemampuan bersilat kata, kemampuan mengelabui orang, kemampuan meyakinkan orang, dapat
membuat orang lain jatuh dalam kerugian sementara orang yang melakukannya, dapat
memperoleh keuntungan. Cerdik, licik demi sebuah kepentingan. “Tidak mungkin tidak akan ada
penyesatan”, demikian kata Yesus, “tetapi celakalah orang yang menyesatkan orang lain.” Bagi
para penyesat, lebih baik mereka dibuang dari tengah kehidupan bersama.
Pengalaman di dunia bisnis, dunia perdagangan mungkin juga bisa menjadi contoh dalam hal ini.
Ada pedagang yang dengan sengaja menjual barang yang asli dengan harga sedikit lebih murah
daripada barang yang palsu. Barang palsu dijual sedikit lebih mahal. Seorang pembeli yang tidak
mengerti yang mana asli, yang mana palsu, mungkin akan terkecoh dan cenderung memilih yang
asli karena harganya tidak jauh berbeda dengan yang palsu. Dengan cara seperti itu, banyak
pedangang justru mendapat keuntungan berlipat. Ketidaktahuan orang akan harga-harga juga
bisa dimanfaatkan oleh mereka yang memiliki kepentingan. Tentu ini baru merupakan satu
contoh.
Contoh lain bisa kita renungkan dan kita tarik dari dunia hidup bersama. Orang tua yang tidak
banyak tahu perkembangan, dengan mudah dapat dikelabui oleh anaknya sendiri. Anak yang
tidak banyak pengalaman, juga dapat dikelabui dengan berbagai macam alasan dan fakta fiktif.
Ketidaktahuan atau menyangka orang lain tidak tahu, membuka peluang untuk memanfaatkan
orang itu. Itu salah satu godaan memanfaatkan orang lain dengan membodohi mereka. Bukankah
bertahun-tahun kita terlambat sadar bahwa kita seperti kerbau cocok hidung, yang dengan mudah
diarahkan ke manapun? Maka alangkah baiknya bila kita menjadi orang yang banyak tahu,
bukan sok tahu. Dan bila kita menjadi orang yang lebih tahu, semoga kita tidak tergoda untuk
membodohi orang lain.

Marilah berdoa,
Ya Yesus, semoga kami siap untuk belajar dan tidak tertarik untuk membodohi dan menyesatkan
orang lain. Amin.

Selasa, 13 November 2007


Keb 223-3:9
Luk 17:7-10
=====================================================================
======

BERSIKAP SEPERTI HAMBA, SUATU TUNTUTAN DALAM PELAYANAN

Orang bijak mengatakan: “Hidup yang bermakna adalah hidup yang diabdikan untuk
kepentingan banyak orang dan demi kemuliaan Tuhan.” Pengabdian diungkapkan dengan
melayani. Dan kesungguhan dalam melayani terlihat ketika seseorang melakukannya dengan
penuh kesungguhan dan kesetiaan seperti seorang hamba melayani tuannya. Hal ini menuntut
sikap tanggung jawab dan kerendahan hati.
Perlu pula diingat bahwa pelayanan yang dilakukan seseorang merupakan bentuk pertanggungan
jawab terhadap panggilan Tuhan. Tentang panggilan Tuhan ini, St. Paulus mengatakan: “Ada
banyak karunia tetapi hanya ada satu Roh dan ada banyak karya, tetapi hanya satu Tuhan.”
Pernyataan St. Paulus ini bukan sekadar mengatakan bahwa ada aneka karunia/talenta yang
Tuhan berikan kepada manusia. Bukan juga sekadar mengatakan bahwa ada banyak
karya/pekerjaan yang Tuhan berikan kepada manusia. Yang penting untuk disadari bahwa
apapun karunia/talenta yang kita miliki dan pekerjaan apapun yang kita jalankan, sumbernya ada
pada Tuhan sendiri. Maka dalam perspektif iman, hendaknya kita memandang pekerjaan yang
kita jalankan sebagai perwujudan dari kehendak Tuhan dalam melayani sesama.
Ketika seseorang semakin mampu mengembangkan talenta yang ada pada dirinya, dan ketika
pekerjaan yang ditanganinya mampu memenuhi kebutuhan banyak orang, di sana arti pelayanan
ditemukannya. Apabila seseorang mempunyai pengalaman seperti ini, maka layaklah untuk
bersyukur; karena dalam banyak keterbatasan sebagai manusia, masih mampu mewujudkan
kehendak Allah dalam hidup.
Godaan yang paling besar, yang seringkali menimpa orang-orang sukses, adalah merasa diri
hebat dan pandai. Hal semacam ini cenderung menjerumuskan manusia ke dalam sikap sombong
dan tinggi hati. Biasanya orang semacam ini sangat lemah penghargaannya terhadap sesama. Di
samping itu semakin lemah pemahamannya tentang peran Allah (Sang Sumber Hidup) dalam
segenap perjalanan hidup.
Tuhan Yesus melalui Injil Lukas 17 : 7 – 10 mengingatkan, hendaknya bersikap rendah hati
seperti hamba yang senantiasa setia dan tekun melayani. Bahkan ketika suatu pekerjaan telah
dijalankan dengan baik, katakanlah: ”Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami
hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.” Maka ingatlah: “Apapun pekerjaan yang kita
lakukan bukan semata-mata karena kita mau, tetapi karena Allah menghendakiNya.”

Marilah berdoa,
Allah Bapa di Surga, utuslah RohMu dan tuntunlah hidupku agar aku bersikap rendah hati
seperti hamba, setia dan tekun dalam pekerjaan sebagai wujud pelayananku, kini dan sepanjang
masa. Amin.

Rabu, 14 November 2007


Keb 6:2-11
Luk 17:11-19
=====================================================================
======

BERSYUKUR, UNGKAPAN PENGHARGAAN ATAS MARTABAT HIDUP

Dalam pengalaman sehari-hari, apabila seseorang mengalami kesulitan atau berada dalam
kondisi tidak berdaya, hasrat untuk mencari Tuhan amat kuat. Ketidakberdayaannya seolah
menyadarkan dia tentang pentingnya campur tangan Allah dalam hidup. Sebaliknya juga, apabila
kondisi seseorang baik dan lebih beruntung, seringkali hasrat untuk mencari Tuhan lemah.
Bahkan ada yang melupakan Tuhan sama sekali.
Tuhan Yesus mengalami hal semacam ini, ketika Dia berhadapan dengan sepuluh orang kusta.
Pada waktu itu sepuluh orang yang diceritakan dalam Injil mengidap penyakit kusta, demikian
besar kerinduan mereka untuk bertemu Tuhan Yesus. Dan pada saat mereka benar-benar
berjumpa dengan Tuhan Yesus, dengan penuh kerendahan hati mereka minta dikasihani. Mereka
mengharapkan rahmat kesembuhan dari Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mendengarkan keluhan itu
dan mereka pun disembuhkan. Tentu saja rahmat kesembuhan yang mereka peroleh dari Tuhan
Yesus, bukan semata-mata karena mereka memintanya, tetapi lebih-lebih karena Tuhan
mencintai dan berbelas kasih.
Akhirnya mereka pergi sebagai orang yang mengalami hidup baru. Sebelum jumpa Tuhan Yesus,
mereka berpenyakit kusta, dijauhkan banyak orang karena dianggap najis, hidup dalam
komunitas terasing, hidup tanpa harapan, menerima perlakuan yang tidak layak dari sesamanya.
Setelah berjumpa dengan Tuhan Yesus, mereka tidak lagi berpenyakit kusta karena Tuhan telah
menyembuhkannya, bebas dari hidup keterasingan, tidak lagi dianggap najis, mempunyai
peluang untuk menata hidup yang lebih baik (hidup dalam pengharapan), menemukan lagi
martabat hidup.
Perubahan hidup seperti yang dialami sepuluh orang kusta adalah nilai dan karya yang tidak bisa
diukur dengan uang dan harta apapun. Perubahan itu hanya bisa dimengerti dalam kasih Allah,
yang telah mengangkat keterpurukan manusia dan menempatkannya sejajar dengan setiap orang
yang bermartabat.
Bagaimana keluhuran martabat bisa dikembangkan oleh sepuluh orang kusta itu? Injil bercerita,
hanya satu yang kembali kepada Yesus untuk bersyukur. Orang itu adalah orang Samaria (orang
Yahudi menyebut orang Samaria sebagai orang kafir). Sembilan yang lain (dari turunan bangsa
pilihan) justru tidak pernah kembali lagi kepada Yesus untuk bersyukur. Sikap tidak tahu
bersyukur tidak hanya mencerminkan kepribadian yang sombong dan tidak peduli; lebih dalam
dari itu, tidak tahu bersyukur adalah gambaran dari ketumpulan hati nurani serta rendahnya
pemahanan atas martabat hidup. Karena itu, kesembilan orang kusta yang telah sembuh, tetapi
tidak tahu berterima kasih, hanya mengalami kesembuhan secara fisik, tetapi tidak pernah
menemukan makna hidup dalam kebesaran kasih Tuhan.
Belajar dari kesepuluh orang kusta itu, seharusnya kita menjadi paham bahwa perjumpaan
dengan Tuhan dan pengalaman mendapat berkat dari Dia, akan selalu membawa perubahan
dalam hidup. Karena itu, jangan pernah berhenti datang kepadaNya. Jangan juga mencariNya
hanya di kala susah, di waktu senang pun kita harus berjuang untuk tetap dekat dengan Dia.
Sebab martabat hidup akan semakin dipahami dalam pengalaman kasih Allah.

Marilah berdoa,
Bapa di Surga, curahkan RohMu kepada kami agar kami memahami kehendakMu. Tumbuhkan
dalam diri kami sikap syukur kepadaMu, karena apapun yang baik
dan indah dalam hidup ini, Engkau sendirilah yang memberikanNya.
Kami puji namaMu kini dan sepanjang masa. Amin.

Kamis, 15 November 2007


Keb 7:22 – 8:1
Luk 17:20-25
=====================================================================
======

DATANG TANPA TANDA-TANDA

Seringkali kita diajak merenung tentang datangnya kerajaan Allah. Kerajaan Allah itu sering
pula dimengerti sebagai hari kiamat. Melihat, merenungkan dan menilai zaman ini, ada orang
yang berkata, kehancuran bumi sudah makin dekat. Gempa, bencana, kecelakaan dan
sebagainya, seringkali dikaitkan dengan tanda-tanda datangnya kerajaan Allah itu. Bila
datangnya Kerajaan Allah disempitkan hanya sebatas datangnya kiamat, mungkin kita akan
dengan mudah mencoba menarik kesimpulan bahwa petaka dan bencana adalah tanda zaman
datangnya kiamat itu.
Kerajaan Allah tidak sesempit pengertian kiamat atau kehancuran bumi seluruhnya. Kerajaan
Allah jauh lebih luas maknanya daripada hanya sekedar kiamat. Kiamat atau hari akhir, tidak
bisa diputuskan datangnya dengan melihat petaka dan bencana. “Kerajaan Allah datang tanpa
tanda-tanda lahiriah” demikian ucapan Yesus. (Luk 17:20). Walaupun petaka dan bencana
menjadi sarana yang baik bagi kita untuk berefleksi, tetapi bencana itu belum menjadi tanda
lahiriah hadirnya Kerajaan Allah. Dengan memperhatikan kejadian yang ada, peristiwa
kehidupan dan sebagainya, kita belajar untuk semakin memahami apa kehendak dan
penyelenggaraan Ilahi di dalamnya. Namun toh kita belum bisa mengambil kesimpulan bahwa
petaka itupun belum tentu menjadi alat penghukum bagi manusia yang jahat. Perhatian yang
ditekankan oleh Yesus dalam Injil hari ini bukan pada tanda-tanda lahiriah. Sebab ketika kita
memperhatikan dan mencari tanda, kerap terlupakan apa yang sebenarnya hadir. “Sesungguhnya
Kerajaan Allah ada di antara kamu” (Luk 17:21). Maka hendaknya kita bertanya lebih lanjut,
sebenarnya Kerajaan Allah itu apa? Benarkah sudah hadir di antara kita?
Kerajaan Allah dalam gambaran atau bahasa manusiawi, mungkin terlukiskan dengan kata
“bahagia”. Kebahagiaan sejati. Bukan kebahagiaan parsial atau sementara. Bagaimana kita
menjadi bahagia di dalam setiap situasi kehidupan. Bukan hanya pada saat senang. Memang jauh
lebih gampang menjadi bahagia di saat senang. Namun, bagaimana caranya melihat kehadiran
kebahagiaan Kerajaan Allah dalam peristiwa salib hidup harian, itulah tanda-tanda yang tak
tampak. Kerajaan Allah hadir tanpa tanda lahir “senang”, “tertawa” dan sebagainya. Kerajaan
Allah hadir dalam situasi batin manusiawi walaupun hadirnya belum seluruhnya. Maka alangkah
indahnya Kerajaan Allah yang hadir di tengah kita walaupun tanpa tanda yang dapat diketahui
orang lain.

Marilah berdoa,
Ya Yesus, semoga kami semakin mengerti bahwa KerajaanMu hadir di tengah kami, saat ini.
Amin.

Jumat, 16 November 2007


Keb 13:1-9
Luk 17:26-37
=====================================================================
======

DATANG TAK TERDUGA

Kematian, datang tanpa diminta. Demikian juga kelahiran. Tanpa minta dilahirkan, kita telah
terlahir. Tanpa minta kematianpun, mau tidak mau, kita pasti akan mengalami kematian. Dua
titik penting dalam kehidupan manusiawi ini tak bisa kita ceritakan secara pribadi, bagaimana
kita dilahirkan, bagaimana pula ketika kita mati.
Kematian menjemput setiap orang yang pernah lahir. Sering orang berkata bahwa hanya
kematianlah yang sebenarnya paling pasti dalam kehidupan kita. Bahwa kita pasti akan mati.
Semua kita tahu itu. Caranya bermacam-macam. Ada yang dijemput ketika sedang tidur berdua,
ada yang dijemput di ladang, ada yang dijemput di lantai atas dan seterusnya. Peristiwa itu
terjadi begitu saja. Mereka yang masih hidup, akan menjadi saksi kematian seseorang.
Menghadapi kematian itu, Yesus mengingatkan kita untuk tidak mengikuti cara istri Lot. Istri
Lot menyayangi kota dan isi dari perjuangannya di tengah kota itu. Yesus mengajarkan kita
untuk lebih mengutamakan pemeliharaan jiwa daripada pemeliharaan atau menyelamatkan harta
benda. Ketika terjadi hujan belerang yang menghancurkan Sodom dan Gomora, istri Lot memilih
mencintai kota dan harta benda yang ditinggalkannya. Tanpa disangkanya, ternyata dia menjadi
tiang garam yang tidak bisa bergerak lagi alias mati.
Kematian, adalah satu-satunya hal yang pasti di depan kita. Kita pasti akan mati. Kapan dan di
mana, bagaimana caranya, mungkin kita tidak bisa memilih. Namun marilah kita sadari hal ini.
Bahwa Tuhan akan mengambil teman-teman dan sahabat kita satu persatu. Tidak ada yang akan
tersisa. Lalu apa yang perlu kita lakukan? Menolak kematian? Tentu itu mustahil. Maka, mari
kita bersikap seperti ajakan Yesus yakni, memelihara nyawa, memelihara jiwa, karena nyata
bahwa jiwa akan tetap hidup walaupun badan ini telah mati. Segala harta benda tidak akan
berfaedah lagi untuk jiwa yang terlepas dari badan. Padahal hidup jiwa setelah terpisah dari
badan, jauh lebih panjang daripada hidup jiwa di dalam badan yang terbatas ini.

Marilah berdoa,
Ya Yesus, beranikan kami untuk memelihara jiwa kami melebihi pemeliharaan badan kami.
Amin.

Sabtu, 17 November 2007


PW. St. Elisabeth dari Hungaria
Keb 18:14-16,19:6-9; Luk 18:1-8

Marilah berdoa,
Tuhan, bukalah mata hati dan iman kami agar dapat melihat Engkau dalam setiap peristiwa
hidup yang kami jumpai, semoga lewat peristiwa itu kami semakin erat bersatu dengan Dikau.
Amin.

Selasa, 20 November 2007


2 Mak 6:18-31
Luk 19:1-10
=====================================================================
====

ZAKEUS MENERIMA YESUS DENGAN SUKACITA

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan orang yang selalu menganggap dirinya
paling baik dan orang lain paling buruk. Biasanya orang seperti itu jarang mau bergaul dengan
orang lain, apalagi dengan orang yang mempunyai kebiasaan buruk. Mereka membentengi diri
dengan bermacam-macam alasan. Zakheus, kepala cukai yang dikisahkan dalam Injil tadi
mendapat perlakuan tidak manusiawi dari sesamanya. Zakheus divonis sebagai pendosa karena
telah “memakan” uang rakyat. Karena tuduhan itu Zakheus dikucilkan dalam pergaulan. Ia
disingkirkan dari kehidupan bersama. Penolakan itu tentu sangat menyakitkan.
Namun demikian, Yesus menemukaan sisi-sisi kebaikan dalam diri Zakheus. Kerinduan Zakheus
untuk bertemu dengan Yesus merupakan langkah awal pembaharuan bagi hidupnya. Kerinduan
itu nyata dalam usahanya, ia memanjat pohon hanya untuk melihat Yesus. Suatu tindakan yang
tidak masuk akal dilakukan oleh seorang pejabat terhormat. Tapi itulah cara Zakheus
mengungkapkan isi hatinya yang paling dalam untuk bertemu dengan Yesus. Tindakan itu
menadapat simpati dari Yesus yang lewat di depannya. Yesus menyapa dia, “Zakheus segeralah
turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu”. Bayangkan, Zakheus yang dianggap
berdosa oleh sesamanya, mendapat tempat di hati Yesus. Yesus makan bersama mereka.
Keterbukaan Zakheus untuk menjamu Yesus di rumahnya menghantar dia pada pertobatan.
Pertobatan itu nyata dalam sikap dan perbuatannya. Katanya, “Tuhan, setengah dari milikku
akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang
akan kukembalikan empat kali lipat”. Kepolosan dan kejujuran untuk mengungkapkan diri apa
adanya di hadapan Yesus mendatangkan rahmat yang tak berhingga. Yesus memuji
kejujurannya. “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak
Abraham”. Keselamatan dinyatakan pertama-tama karena pertobatan Zakheus. Hal itu
mengingkatkan kita akan sabda Yesus bahwa “akan ada sukacita di surga karena satu orang
berdosa yang bertobat lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang
tidak memerlukan pertobatan” (bdk. Luk 15:7).
Pertobatan mutlak perlu bagi suatu pembaharuan hidup. Namun, orang bisa bertobat kalau
dengan jujur ia melihat dirinya. Bahaya, kalau orang menganggap dirinya selalu benar dan tidak
bercacat. Orang seperti ini masuk dalam kategori 99 orang benar yang tidak memerlukan
pertobatan. Apa iya? Ingat bahwa kita bukanlah malaikat. Bisa saja kita pernah jatuh dalam dosa.
Dari kita pun dituntut untuk bertobat, dan seperti Zakheus dengan jujur mengungkapkan diri apa
adanya di hadapan Tuhan. Semoga kita dapat memperlakukan setiap orang dengan hormat dan
baik, sebab dalam diri merekalah kita menemukan Tuhan. Karena itu, kita harus berani untuk
membongkar tembok-tembok pemisah dalam membangun relasi dengan Tuhan dan sesama.
Menyambut sesama dengan baik berarti menyambut Kristus sendiri. Cara Zakheus menyambut
Yesus bisa menjadi contoh bagi kita di dalam menerima sesama dalam pergaulan sehari-hari.
Mari kita membuka pintu rumah hati kita lebar-lebar untuk menyambut Tuhan dan sesama
dengan penuh sukacita.

Marilah berdoa,
Tuhan Yesus, sudilah Engkau menjadi tamu dalam keluarga dan komunitasku setiap hari,
sebagai mana dahulu Engkau sudi mendatangi rumah Zakheus. Amin.

Rabu, 21 November 2007


PW. St. Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah
2Mak 7:1,20-31; Luk 19:11-28
=====================================================================
======

MELIPATGANDAKAN MINA

Pemimpin, entah pemimpin daerah, negara ataupun pemimpin lembaga dan perkumpulan selalu
berganti. Proses penggantian pemimpin dapat bermacam-macam cara. Ada yang melalui
pemungutan suara atau pemilihan umum, atau ditunjuk begitu saja. Apapun caranya pergantian
pemimpin itu, yang dipimpin mau tidak mau harus menerimanya.
Yesus sudah mendekati Yerusalem, demikian Lukas berkisah tentang perjalanan Yesus.
Sejumlah orang mengikuti Dia. Tak dapat dihindari idealisme dan harapan bergelayut di dada
orang-orang yang mengikuti Yesus itu. Yang sempat dirasakan oleh Yesus adalah: orang banyak
tersebut telah mabuk akan pemimpin duniawi yang akan membawa pembebasan bagi mereka.
Kerajaan Allah sudah kelihatan. Artinya, Yesus siap dinobatkan menjadi raja.
Dan memang demikian adanya. Yerusalem adalah puncak perjalanan Yesus. Di sanalah Ia akan
dinobatkan, tapi bukan sebagai raja duniawi, pemimpin revolusioner dan pembebas kaum
tertindas. Yesus akan secara definitif melengkapi Mesianitasnya di Yerusalem sebagai kurban
dan Anak Domba yang tak berdaya di hadapan pembantaiNya. Tidak semua orang dapat
menerima pengangkatan Yesus sebagai Raja Tersalib.
Sama halnya dalam pergantian pemimpin atau raja, tidak semua orang dapat menerima
kepemimpinan orang yang baru diangkat tersebut. Sekalipun itu di kalangan terdekat, dapat
terjadi sikap pembangkangan dan pemberontakan terhadap pemimpin atau raja yang baru.
Dalam perumpamaan yang diajarkan Yesus, sikap kontra itu ditunjukkan oleh hamba-hamba
yang menerima mina dari raja yang baru saja dilantik. Hamba-hamba yang baik dan setia
melipatgandakan satu mina yang diterimanya hingga menjadi sepuluh atau lima mina. Perbuatan
itu dipandang baik oleh sang raja. Hamba-hamba tersebut menerima imbalan kekuasaan atas
sepuluh atau lima kota. Lalu datanglah menghadap seorang hamba yang hanya menyimpan mina
itu dalam sapu tangannya. Ia tak melipatgandakan mina tersebut. Ia bahkan berkata mengkritik
tuannya: aku takut akan tuan karena tuan adalah manusia yang keras; yang mengambil apa yang
tak pernah tuan taruh dan menuai apa yang tak pernah tuan tabur. Dengan kata lain, hamba itu
mengatai tuan dan rajanya sebagai pemeras!
Akibatnya jelas. Raja tersebut marah hebat pada hamba yang malas itu. Jelas sekali hamba itu
tidak suka tuannya itu menjadi raja. Lebih dari itu, hamba itu dihukum berat karena tidak
melipatgandakan anugerah yang telah ia terima. Jadi, tidak melipatgandakan apa yang telah kita
terima dari Tuhan adalah sebuah kesalahan fatal. Tidak menerima Dia sebagai raja kita, adalah
juga kesalahan besar.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga kami berusaha senantiasa melipatgandakan apapun yang telah kami terima
sebagai anugerah dariMu. Amin.

Kamis, 22 November 2007


PW. St. Sesilia, Perawan dan Martir
1Mak 2:15-29; Luk 19:41-44
=====================================================================
======

RATAPAN CINTA

Sebelum memasuki Yerusalem, dikisahkan oleh Lukas bahwa Yesus menangisi kota Yerusalem.
Dalam tangisan dan ratapan itu, Yesus meramalkan kehancuran kota Yerusalem. Dan
ramalanNya itu terbukti. Tahun 70 ekspedisi militer Romawi yang dipimpin panglima perang
Titus memporakporandakan Yerusalem dan menceraiberaikan penduduk Yerusalem. Kota itu
rata dengan tanah. Itu terjadi karena penduduk Yerusalem tidak mau mengerti apa yang perlu
untuk damai sejahtera yang diberikan Allah untuk mereka. Dan damai sejahtera itu ada dalam
diri Yesus. Yang menolak Yesus sebagai damai sejahtera, niscaya akan porak poranda, demikian
inti pesan ratapan Yesus atas kota Yerusalem.
Namun, menerima Yesus juga tidak mudah. Itu terjadi pada jemaat kristen pada abad-abad awal
di Roma. Orang-orang kristen harus melakukan ibadat secara sembunyi-sembunyi karena
dimusuhi negara. Masa-masa awal kekristenan diawali dengan darah para martir yang rela
menumpahkan darah untuk mempertahankan iman kepada Yesus.
Para martir berasal dari pelbagai kalangan. Ada yang dari kalangan pemimpin, uskup, dan
bahkan anak-anak dan para gadis. Salah satu gadis yang terkenal sebagai martir adalah Sesilia. Ia
telah menyerahkan hidupnya untuk menjadi mempelai Kristus. Ia adalah gadis cantik yang
diincar oleh seorang bangsawan kaya raya. Namun karena bangsawan tersebut tidak percaya
pada Kristus dan lagipula Sesilia telah berikrar untuk hidup perawan demi Kristus, ia menolak
pinangan tersebut. Ia tidak silau oleh gemerlapnya harta dan kekayaan duniawi. Tentu saja
penolakan tersebut menimbulkan amarah besar si bangsawan kaya raya. Kemudian ia
memerintahkan prajuritnya agar Sesilia ditangkap dan disiksa untuk menyangkal imannya dan
mau diperistrinya.
Pelbagai cara penyiksaan dialami Secilia. Tapi ia tetap bertahan pada imannya. Akhirnya ia
menerima hukuman dengan api. Tubuhnya dibakar sampai mati. Menurut tradisi, ketika jiwanya
diangkat ke surga saat mengalami kematian, terdengar paduan merdu surgawi yang
menyambutnya dengan penuh kemuliaan. Selanjutnya Santa Secilia dijadikan orang kudus
pelindung paduan suara gerejawi.
Tubuh Sesilia telah hancur dan porak poranda dan itu tak perlu diratapi. Sebaliknya justru Sesilia
menerima alunan merdu paduan suara surgawi karena ia telah setia pada Kristus yang telah
diimaninya. Bagi orang yang mau menerima Yesus sebagai pokok damai sejahtera, memang
harus rela pula menghancurkan godaan dan tawaran kekayaan duniawi. Hilangnya kekayaan
duniwai tak perlu diratapi, tapi ketidakmauan menerima Yesus sebagai damai sejahtera lah yang
harus diratapi.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan ajarilah kami untuk tetap setia pada Yesus PuteraMu. Amin.

Jumat, 23 November 2007


1Mak 4:36-37,52-59
Luk 19:45-48
=====================================================================
======

RUMAH TUHAN RUMAH DOA

Salah satu dari sedikit perikop dalam Injil yang memperlihatkan “kemarahan” Yesus adalah
perikop tentang “penyucian Bait Allah”. “Kemarahan” Yesus bermula ketika Ia masuk ke Bait
Allah. Yang didapati-Nya di sana bukan orang yang sedang berdoa, melainkan para pedagang
yang sedang menjajakan barang jualan mereka. Melihat itu, wajar bila Yesus menjadi ‚geram‘
dan mengusir mereka semua ke luar dari sana. Siapa di antara kita yang tidak marah, bila rumah
kediamannya dijadikan tempat berdagang? Apalagi yang dijadikan tempat berdagang tersebut
adalah rumah yang dikuduskan bagi Allah?
Rumah Tuhan (Gereja) adalah rumah yang dikhususkan bagi Tuhan. Rumah Tuhan adalah
tempat dimana kita bisa “bertemu” secara pribadi dengan Tuhan dan “bercakap-cakap” dengan
Dia dari hati ke hati. Di sana kita bukan saja bertemu dengan Tuhan, tetapi juga dengan sahabat
dan kenalan kita, dengan sesama kita, dengan orang-orang yang seiman dengan kita. Di dalam
Rumah Tuhan, kita berjumpa dengan begitu banyak orang, yang seperti kita, sama-sama ingin
bertemu dan mencari pertolongan Tuhan. Rumah Tuhan adalah rumah doa. Di sana, di dalam
keheningan bathin, orang dapat menemukan kedamaian yang tidak bisa dia temukan di dalam
dunia. Karena itu wajar, bila kita diminta untuk menghormati Rumah Tuhan. Sebab itu masuk
akal, bila Yesus ‚berang‘ dengan segelintir orang Yahudi yang tidak menghormati Rumah Bapa-
Nya. Barang siapa yang menghormati Rumah Tuhan, secara tidak langsung dia telah
menghormati “Dia” yang mendiami rumah tersebut.
Semoga tindakan Yesus hari ini, menjadi peringatan juga bagi kita, supaya kita, bukan saja
semakin hari semakin menghormati Rumah Tuhan, tetapi lebih dari itu, agar kita sungguh-
sungguh menjadikan Rumah Tuhan sebagai rumah Doa dan rumah, dimana semua orang bisa
mengalami dan merasakan kasih dan kebaikan hati Allah.

Sabtu, 24 November 2007


PW. St. Andreas Dung-Lac, Imam dkk Martir Vietnam
1Mak 6:1-13; Luk 20:27-40
=====================================================================
======

BANGKIT UNTUK HIDUP BARU

Salah satu pertanyaan yang selalu dipersoalkan dan sering didiskusikan oleh banyak orang,
bukan saja oleh para ahli tetapi juga oleh kaum awam adalah pertanyaan mengenai kebangkitan
orang mati. Apakah benar ada kebangkitan orang mati? Bukan saja orang-orang pada jaman ini
yang memperdebatkan masalah tersebut, bahkan orang-orang pada jaman Yesus pun sudah ramai
memperbincangkannya. Bahkan dua kelompok yang paling berpengaruh dalam kehidupan orang
Yahudi pun terpecah pendapatnya ketika berbicara tentang kebangkitan orang mati. Di satu
pihak, orang-orang Saduki sama sekali tidak mengakui adanya kebangkitan orang mati, bahkan
mereka menganggap hal itu sebagai sesuatu yang tidak masuk akal. Di lain pihak, orang-orang
Farisi percaya bahwa ada hidup sesudah kematian, mereka yakin bahwa setiap orang akan
dibangkitkan pada akhir jaman.
Ketika Yesus datang ke dunia dan mulai mengajar tentang akhir jaman, orang-orang Saduki yang
didorong oleh rasa ingin tahu dan penasaran, bertanya kepada-Nya, bagaimanakah bentuk
kehidupan sesudah kematian? Bila ada, bagaimanakah bentuk kehidupan itu, apakah sama
seperti kehidupan kita di dunia ini?
Bagi Yesus, pemahaman orang-orang Saduki akan kebangkitan itu keliru, karena mereka selalu
membayangkan atau membandingkan kehidupan setelah mati dengan kehidupan di dunia ini.
Mereka berpikir bahwa apa yang terjadi di dalam dunia ini, akan berlanjut terus dalam kehidupan
setelah kebangkitan. Padahal, menurut Yesus, apa yang terjadi dalam kehidupan kita di dunia ini
sekarang, sangat berbeda jauh dengan kehidupan setelah mati. Setelah bangkit dari alam maut,
orang tidak akan lagi makan dan minum, orang tidak akan lagi kawin dan dikawinkan.
Satu-satunya hal yang dilakukan oleh manusia setelah ia dibangkitkan dari alam maut adalah
bersama-sama dengan para malaikat memuji dan memuliakan Allah, untuk selama-lamanya.
Kebangkitan adala awal untuk hidup baru, hidup baru bersama-sama dengan Allah dalam
Kerajaan-Nya.
Minggu, 25 November 2007
HR. Tuhan Yesus Raja Semesta Alam
1 Sam 5:1-3; Kol 1:12-20; Luk 23:35-43
=====================================================================
======

KRISTUS ADALAH RAJA CINTA KASIH SEJATI

Rasanya tidak ada yang lebih tepat untuk menggambarkan siapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang
kita rayakan hari ini sebagai Kristus Raja Semesta Alam, sebagai Raja Cinta Kasih. Walau
sebutan atau istilah raja langsung membawa kita ke sosok penguasa, penuh wibawa, kuat dan
perkasa, berdiam di istana gemerlapan, duduk di takhta berbalutkan emas dan perak, serta
bermahkotakan ratna-mutu manikam dan serba kemewahan, namun Kristus yang kita sembah
dan kasihi sebagai Raja, jauh dari bayangan akan penampilan yang demikian itu. Lukas,
penginjil menunjukkan sisi yang sebaliknya siapa itu Kristus yang adalah Raja Semesta Alam.
Istananya adalah bukit tengkorak, tahktanya adalah salib palang penghinaan, dan mahkotanya
adalah lingkaran duri-duri tajam yang menancap-merobek kulit kepala sehingga menetes darah
yang mengalir membasahi wajah dan seluruh tubuhNya. Dan yang mengelilingiNya bukanlah
para punggawa dan prajurit siap sedia menjaga dan menyembah hormat kepadaNya serta
mengelu-elukan Dia, melainkan para prajurit yang memukul, meludahi, memakuNya pada
palang penghinaan dan terus-menerus mengolok-mengejekNya. Betapa ironisnya tampilan
Kristus Sang Raja Semesta Alam ini.
Namun justru di sinilah letak keistimewaan-misteri Kristus. Dia memang Raja semesta alam,
namun Dia adalah Sang Raja Kasih, Sang Raja Cinta yang sempurna. Di istana Golgota, ia
menunjukkan cinta yang sehabis-habisnya...”menyerahkan nyawa bagi manusia dan dunia yang
dicintaiNya”. Dari atas tahkta salib, Dia menunjukkan bahwa dasar terdalam cinta kasih antar
manusia dan perdamaian antara bangsa hanya mungkin dimulai dari kerelaan untuk mengampuni
tanpa batas. Dan dari atas mahkota yang melingkari kepalaNya, bukanlah pancaran kilau-
kemilau emas, perak dan segala keindahan dunia, melainkan mengalir tetes-tetes darah kasih suci
untuk membersihkan dan menghapus noda-noda dosa manusia. Lalu, dari atas takhta itulah dunia
boleh berharap untuk mendengarkan seruan jaminan keselamatan kekal...”Hari ini juga engkau
akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus!” untuk setiap kita yang sadar diri bahwa
kita adalah orang-orang berdosa.
Pesona Kristus Sang Raja Cinta Kasih sejati ini teramat dalam dan menggetarkan, kalau
direfleksikan dalam keheningan batin kita. Betapa nada-nada kasih suci itu tidak terdengar di
kala remang-remang pesona sentimentil dan kata-kata cinta berbusa karena dilanda asmara
bergelora; dia tidak hadir di pojok-pojok kafe dan restoran-restoran metropolitan yang
berselimutkan warna-warni lampu yang mempesona; pun dia bukan terjadi dalam alunan-alunan
syair-syair cinta yang sering mengikat pribadi-pribadi dalam rindu dendam oleh egoisme dan
kepuasaan diri dari mereguk kenikmatan fana yang bertabur dosa... Namun pesona kasih suci dan
sejati dari Kristus Sang Raja, terbentang tragis dalam kepasrahan total kepada kehendak Bapa,
yang mencitakan keselamatan dan kebahagian abadi semua insan ciptaanNya. Itulah misteri cinta
ilahi, yang hanya mungkin dipahami dalam pasrah-iman yang total dan mendalam, di dalam
keheningan adaku, adamu, ada kita sebagai ciptaanNya. Di hadapan Sang Raja Cintakasih sejati,
mungkin cuma seru ini bisa keluar dari dasar hati:
Marilah berdoa,
“Trimakasih Tuhan, karena kasih-cintaMu semulia dan seagung itu. Rajailah hatiku, agar
kasihmu mekar dan bertumbuh subur dalam hati dan hidupku. Dan terpujilah Engkau Kristus
Raja, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Amin.”

Senin, 26 Nopember 2007


Dan 1:1-6,8-20
Luk 21:1-4
=====================================================================
======

MAKNA SEBUAH PEMBERIAN TERLETAK PADA PEMBERI

Sukar memang di jaman kita untuk membuat penilaian yang tepat terhadap pemberian yang kita
terima. Banyak sisi pandang yang bisa dipakai untuk memaknai sebuah hadiah atau pemberian.
Ada orang yang melihat sebuah hadiah dari sisi harga, artinya mahal-murahnya apa yang
diberikan; orang lain melihat dari sisi artistik atau keindahan, sebuah pemberian bermakna pada
indah tidaknya apa yang diberikan; ada juga orang lain yang menilai dari segi jangka waktu,
maksudnya kalau bisa dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lama berarti lebih bermakna, dan
sebaliknya. Tiga sisi pandang di atas adalah memberi penilaian atau makna sesuai hadiah pada
apa yang dihadiahkan itu sendiri. Pola penilaian yang demikian adalah yang lumrah dalam
pandangan manusia. Artinya orang akan merasa sesuatu itu bernilai terletak pada besar-kecilnya,
indah-tidaknya dan murah mahalnya apa yang diberikan. Hal ini juga dipakai atau diterapkan
dalam kehidupan keagamaan dengan praktek pemberian kolekte atau sumbangan (wajib) dalam
Gereja.
Kisah injil Lukas hari ini menceriterakan kepada kita bagaimana Tuhan memberi penilain kepada
kolekte atau persembahan yang diserahkan oleh orang-orang Yahudi. Bertolak belakang dengan
pandangan umum orang Yahudi yang begitu menjunjung tinggi nilai suatu derma pada segi
kuantitas, Yesus mengajak mereka untuk menilai derma itu dengan kacamata Tuhan, yang justru
tidak melihat dan menghargai pemberian atau derma itu pada apa yang didermakan, tetapi pada
orang yang menyampaikan pemberian/derma tersebut. Yang dimaknai Tuhan Yesus adalah nilai
kerelaan, ketulusan orang yang menyampaikan derma itu dan bukan pada jumlah atau aspek lain
dari derma yang diserahkan. Persembahan, derma atau kolekte ‘dua peser’ dari janda miskin,
tidak ada artinya di mata manusia, apalagi dibandingkan dengan orang-orang kaya yang bisa
menyerahkan berdinar-dinar. Namun di mata Tuhan, ‘dua peser’ derma janda miskin itu adalah
ungkapan kerelaan dan ketulusannya untuk mensyukuri anugerah dan berkat kehidupan yang
telah diterimaNya dari Tuhan. ‘Dua peser’ itu bukan lagi sekedar uang, tetapi itu adalah nafkah
dan hidupnya, dia serahkan dengan rela dan tulus, kepada Tuhan. Yesus tidak menilai barang,
uang yang kita berikan, tetapi Dia menilai siapa kita, apa disposisi batin, niat dan suasana hati
kita, ketika kita menyampaikan persembahan kepada Tuhan. Sebenarnya hal ini tidak sulit untuk
dipahami. Kita sering terjebak, dan salah paham dalam hal pemberian/persembahan kita kepada
Tuhan. Kita berpikir, mungkin tanpa sadar, seolah-olah persembahan itu adalah seperti hadiah
yang biasa kita berikan kepada sesama kita. Kita lupa bahwa persembahan, derma atau kolekte
itu adalah pemberian kita untuk Tuhan. Jadi Tuhan melihat isi hati kita, Dia menilai ketulusan
dan kerelaan kita dalam memberikan persembahan tersebut, Dia tidak berkepentingan dengan
jumlah atau kualitas persembahan kita. Pemahaman yang demikianlah yang mendasari kebijakan
dalam Gereja Katolik kita, untuk tidak menentukan jumlah kolekte yang harus kita serahkan
setiap minggu. Kita bebas dan boleh menyerahkan berapa saja, sesuai dengan kesanggupan kita
masing-masing. Karena Tuhan sendirilah yang akan menilai perbuatan dan maksud hati kita.
Ingat! Makna pemberian atau persembahan di mata Tuhan tidak terletak pada apa yang kita
berikan, tetapi pada siapa kita yang memberikan persembahan itu.

Marilah berdoa,
Tuhan ajarilah kami untuk mengharagai rahmat dan setiap anugerah yang kami terima dalam
hidup ini. Bantulah kami untuk tahu berterimakasih kepadaMu lewat persembahan yang kami
bawa. Amin.

Selasa, 27 November 2007


Dan 2:31-45
Luk 21:5-11
=====================================================================
======

KEINDAHAN MATERI TAK KEKAL

Emas adalah logam mulia yang tidak bereaksi dengan zat asam. Orang menganggap bahwa emas
adalah standar ukuran karena tidak berubah-ubah kadarnya. Tetapi keindahan emas tidak
selamanya menarik semua orang. ada orang yang tidak bisa menikmati indahnya emas. Bahkan
ada orang yang menganggap bahwa gigi buaya, jauh lebih mahal daripada emas. Indah atau tidak
adalah hal yang relatif. Ukuran keindahan setiap orang tidak sama.
Seorang yang dihadiahi sebuah handphone oleh seseorang, tidak mau mengganti handphone itu,
walaupun sudah tampak hancur karena sering terjatuh. Nilai sebuah handphone atau sebuah
benda tidak diukur dari penampilan yang kelihatan itu. Benda yang nyaris hancur itu, lebih
bernilai daripada handphone tipe terbaru karena ada nilai lain yang mengikutinya.
Keindahan bait Allah Yerusalem yang sempat dikagumi pada zaman Yesus, menjadi bahan
pewartaan Yesus. Keindahan hasil karya tangan manusia memang bisa saja mengundang
perhatian orang. Tetapi Yesus mengingatkan, keindahan itu tak akan bertahan lama. Ada saat
kehancuran. Layak bila kita bertanya, untuk apa sebuah keindahan dibangun? Untuk apa kota-
kota besar dibangun dengan konsep macam-macam? Malahan zaman sekarang, banyak gedung
gereja besar dan indah di Eropa yang tidak lagi dipakai dan akhirnya dijual karena biaya
pemeliharaan gedungnya amat mahal?
Keindahan dapat membantu kita untuk hidup lebih baik. Namun bila hanya keindahan semata
yang diutamakan, rupanya kata-kata Yesus perlu diperdengarkan lagi, bahwa keindahan, pada
saatnya akan hancur. Jika demikian, untuk apa sebuah keindahan? Untuk apa sebuah kecantikan
dan perawatannya? Apakah untuk hari ini saja? Untuk minggu depan? Atau untuk kehidupan
indah setelah melewati pintu gerbang kematian?

Marilah berdoa,
Ya Yesus, ajarkan kami untuk hanya mengagumi Engkau Sendiri, Allah yang Maha Indah,
Agung dan Dahsyat. Amin.

Rabu, 28 November 2007


Dan 5 : 1 – 6. 13 – 14. 16 – 17. 23 – 28
Luk 21 : 12 – 19
=====================================================================
======

SETIA DALAM IMAN KITA

Dalam kehidupan kita setiap hari seringkali kita mengalami atau mendengar masalah yang
berkaitan dengan agama, bahkan masalah ini akhir-akhir ini menjadi marak diberitakan di
televisi swasta kita. Ada gejala bahwa orang lebih cenderung mencari kekurangan-kekurangan
dari orang lain ketimbang hal-hal yang baik. Hal ini juga masuk dalam cara berpikir kita tentang
agama. Orang cenderung mencari kekurangan-kekurangan dalam suatu praktik beragama
kemudian menilainya sebagai sesat atau kafir.
Dalam injil Lukas hari ini, Yesus mengingatkan para pengikutNya akan persoalan ini. “Kamu
akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara,
dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena namaKu” (Luk
21 : 12). Tetapi, ironisnya Yesus tidak menyuruh para murid untuk menghindar dari kenyataan
ini, melainkan mengatakan bahwa justru itulah kesempatan untuk bersaksi tentangNya. Tentu
kita bertanya “Mengapa?”
Yesus bukannya memberikan solusi bila para murid menghadapi kenyataan ini malah yang
ditawarkan justru akan memberatkan hukuman bagi murid yang tertangkap. Secara logis, kita
pasti berpikir bahwa kenyataan ini akan membuat hukuman menjadi semakin berat. Dan, yang
pasti kita akan ketakutan. Sebagai manusia biasa, kita pasti berusaha menghindar bila akan
tertangkap atau paling kurang berusaha untuk memberikan pembelaan agar selamat dari
hukuman penjara.
Suatu hal yang ironis, namun nyata. Yesus berkata “Tetapi tidak sehelaipun dari rambut
kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.” Hal ini
memang sulit. Yesus sendiri membuktikan kebenaran kata-kataNya melalui peristiwa salib dan
kebangkitanNya. Yesus mengajak kita menyangkal kekuatan manusiawi kita dan mengandalkan
kekuatanNya. Secara tidak langsung, Yesus mau mengatakan bahwa bila dalam suatu persoalan
kita tidak tetap berpegang teguh pada keyakinan kita akan Yesus sebagai Juru Selamat kita,
maka kita pasti akan binasa. Kalau kita berusaha untuk mempertahankan iman tetapi tidak
percaya kepada Tuhan dan mengandalkan kekuatan sendiri, maka kita tidak bisa diselamatkan.
Yesus meminta kita untuk tetap teguh beriman dan bersaksi tentang Dia, meskipun dalam situasi
sulit dan tertekan karena Yesus sendiri yang akan memberikan jaminan keselamatan. Amin.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan dalam setiap situasi apapun yang menekan kami, semoga kami tetap setia padaMu.
Amin.

Kamis, 29 November 2007


Dan 6 : 12 – 28
Luk 21 : 20 – 28
=====================================================================
======

YERUSALEM

Ada dua berita yang bisa kita simak dalam bacaan injil hari ini, yakni berita buruk dan berita
gembira. Pertama, berita buruknya bahwa akan ada keruntuhan Yerusalem oleh bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah. Pada masa sekarang, kita bisa mengerti “Yerusalem” sebagai orang-
orang yang mengikuti Tuhan. Yerusalem adalah orang-orang yang percaya kepada Tuhan,
karena itu yang menjadi berita buruk bagi kita, yakni orang yang tidak percaya kepada Tuhan
akan bangkit dan menyerang kita. Dalam hal ini kita bisa mengerti sebagai suatu tantangan bagi
kita yang percaya kepada Kristus bahwa ada orang lain yang tidak bisa menerima Kristus dalam
hidupnya. Dengan kata lain, tidak mengakui Kristus sebagai Allah. Dan, itulah tantangan bagi
kita untuk menghadapinya. Berita kedua, yaitu berita gembira. “Apabila semuanya itu mulai
terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatmu sudah dekat.”
Sebagai orang katolik kita percaya pada kedatangan Anak Manusia untuk kedua kalinya. Kita
percaya bahwa kedatanganNya akan membawa keselamatan bagi semua orang yang percaya
kepadaNya. Ia datang sebagai penyelamat. Yesus akan datang menyelamatkan kita dari
kebinasaan.
Kalau kita menyimak bacaan injil hari ini, akan timbul pertanyaan bagi kita, “mengapa harus ada
keruntuhan seperti yang dialami Yerusalem sebelum Anak Manusia datang?” Pertanyaan ini
akan terus mengganggu bila kita tidak yakin kepada Kristus sebagai penyelamat kita. Kalau kita
percaya bahwa Kristus akan menyelamatkan kita, maka kita tidak akan merasa gentar karena
pada saatnya Kristus akan menyelamatkan kita dari kebinasaan. Sebagai orang yang percaya
kepada Kristus, kita yakin bahwa jiwa kita akan diselamatkan meskipun kita akan kehilangan
hidup di dunia ini.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, arahkanlah perjuangan hidup kami menujuk Yerusalem surgawi, saat PuteraMu
datang dan memulihkan kami semua dalam kebahagiaan kekal. Amin.

Jumat, 30 November 2007


Pesta St. Andreas, Rasul
Rm 10 : 9 – 18, Mat 4 : 18 – 22
=====================================================================
======
KEPASTIAN
Ramalan Badan Metereologi dan Geofisika tentang cuaca dan gejala alam lainnya sering tidak
menjadi kenyataan, tetapi menggugah hati dan pikiran kita untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi peristiwa-peristiwa alam yang akan terjadi tersebut. Orang menyiapkan payung
kalau hari akan hujan, atau menyiapkan segala sesuatu untuk mengungsi bila akan terjadi
tsunami dan gempa bumi.
Kita mudah memperhatikan gejala-gejala alam, tetapi kurang memberi perhatian pada gejala atau
tanda-tanda yang ada dalam pikiran dan hati kita, seperti pikiran yang kalut, perasaan hati yang
tak enak, gelisah, kuatir, rasa tak puas dan lain-lain.
Gejala-gejala batiniah ini sebenarnya dapat menunjukkan situasi rohani yang ada dalam diri kita
dan sejauh mana kesiapan hati kita untuk bertemu dengan Yesus.
Maka, kita boleh bertanya dalam hati kita masing-masing, sudah berapa lama saya enggan
menerima sakramen tobat? Apakah karena saya merasa malas atau menganggap dosa sebagai
suatu hal yang biasa-biasa saja?
Andaikata kita mau berusaha mengenal suasana batin kita, kita pasti menyiapkan seluruh diri kita
untuk menerima kehadiran Yesus dengan kuasa kasihNya. Kita tahun bahwa ramalan tentang
cuaca atau peristiwa alam lainnya sering tidak menjadi kenyataan, tetapi sabda Tuhan itu pasti
akan terjadi entah ada tanda-tanda alam atau tidak. Dalam kitab Kejadian, Tuhan bersabda dan
semuanya itu terjadi (Kej 1 : 1 – 3).
“Langit dan bumi akan berlalu tetapi SabdaKu tak akan berlalu” (Luk 21 : 33). Sabda Tuhan itu
selalu pasti, mengapa harus berpaling ke hal-hal lain di luar Allah?

Marilah berdoa,
Ya Tuhan semoga kami menjadi lebih peka pada tanda-tanda rohani di sekitar kami. Amin.

You might also like