You are on page 1of 22

LAPORAN

Judul Proposal :
PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG TELUR SEBAGAI UPAYA DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS SUSU SAPI PERAH

PENYUSUN

IMAN INDAH SUCI NADILLAWATI (165050101111002)

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS LAPORAN UTS

Kami menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Laporan UTS untuk Mata Kuliah Metode

Penelitian dan Karya Ilmiah adalah original sesuai dengan soal UTS, dan tidak ada copy

atau plagiasi dari orang lain. Apabila terdapat copy atau plagiasi, maka kami siap

digugurkan dari mata kuliah ini serta diproses sesuai dengan aturan yang berlaku.

Malang, 29 Maret 2018

Tanda Tangan

Nama : Iman Indah Suci


Nadillawati
NIM : 165050101111002
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas susu peternakan rakyat di Indonesia sebagian besar belum memenuhi
persyaratan mutu yang telah ditentukan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN),
sehingga banyak yang kalah bersaing dengan susu produk perusahaan besar. Salah satu
penyebab buruknya kualitas susu peternakan rakyat adalah karena peternak tidak
memperhatikan imbangan antara konsentrat dan hijauan dalam ransum ternak sapi perah.
Cangkang telur merupakan limbah rumah tangga yang belum dimanfaatkan secara
maksimal. Saat ini cangkang telur hanya digunakan sebagai bahan baku industri
kerajinan tangan. Sampai saat ini pemanfaatan limbah berupa cangkang telur belum
menunjukkan hasil yang maksimal. Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa
limbah ini ternyata memiliki kandungan kalsium yang tinggi. Kandungan yang ada
didalam cangkang telur terdiri dari 94% kalsium karbonat, 1% kalium phospat, dan 1%
magnesium karbonat (Nakano,Ikawa and Ozimek, 2003).
Pemberian konsentrat 8 kg dan silase secara adlibitum menghasilkan produksi susu,
lemak, protein dan laktosa susu lebih tinggi dibandingkan sapi yang diberi konsentrat 4kg
dan silase adlibitum (Mcnamara,Omara,Rath and Murphy, 2003). Oleh karena itu untuk
mengurangi penggunaan konsentrat karena semakin mahalnya harga konsentrat, maka
akan dilakukan penelitian pencampuran konsentrat dengan limbah cangkang telur untuk
meningkatkan kualitas susu dari sapi perah tersebut.

1.2 Permasalahan
1. Banyaknya limbah cangkang telur seiring meningkatnya konsumsi telur
2. Kualitas susu yang masih belum memenuhi mutu

1.3 Tujuan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan para peternak sapi dapat memanfaatkan
limbah cangkang telur yang memiliki kandungan kalsium tinggi untuk bahan campuran
pakan sapi.
1.4 Manfaat
Dengan adanya pemanfaatan limbah cangkang telur yang nantinya akan diolah dan
ditambahkan dengan pakan sapi diharapkan dapat meningkatkan kualitas susu dari sapi
perah.

1.5 Konsep Penelitian

Tepung
cangkang telur

Pencampuran
Analisa kandungan
dengan konsentrat

Uji kualitas
susu

Penjelasan :

Variabel utama dalam riset ini adalah tepung cangkang telur dengan variabel yang diteliti
meliputi analisa kandungan dari cangkang telur, pencampuran dengan konsentrat, dan uji
kualitas susu setelah konsentrat diberi campuran tepung cangkang telur. Tepung
cangkang telur memiliki pengaruh yang sangat baik ketika diberikan pada unggas. Untuk
itu dalam riset ini tepung cangkang telur akan dicoba diberikan sebagai pakan campuran
sapi perah. Setelah diberikan pada sapi akan dilakukan uji kualitas susu. Apakah setelah
diberikan tepung cangkang telur kualitas susu semakin baik atau tetap.
1.6 Hipotesis
Tepung cangkang telur mampu meningkatkan kandungan mineral pada pakan dan mampu
meningkatkan metabolisme tubuh ternak. Sehingga dapat dipastikan tepung cangkang
telur juga dapat meningkatkan kualitas susu sapi perah.
Pertanyaan Khusus Bab I Pendahuluan

K1. Ide menarik yang didapat dari jurnal adalah mengetahui bahwa limbah cangkang telur
masih memiliki kandungan yang tinggi terutama kalsium.

K2. Judul Penelitian yang dipilih “Pemanfaatan Limbah Cangkang Telur Sebagai Upaya
Dalam Meningkatkan Kualitas Susu Sapi Perah”

K3. Alasan mengapa tertarik terhadap judul tersebut, Karena ingin mengetahui kualitas dan
efek yang diberikan dari tepung cangkang telur sebagai pakan campuran sapi perah
terhadap kualitas susu yang dihasilkan.

K4. Dasar penulisan hipotesis berasal dari teori dan penelitian terdahulu. Banyak teori yang
menjelaskan bahwa limbah cangkang telur sangat bermanfaat bagi ternak, dan penelitian
terdahulu menjelaskan bahwa cangkang telur mampu meningkatkan metabolisme dan
produksi.

K5. Jurnal yang digunakan pada bab 1 ini adalah jurnal internasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


Salah satu unsur penting dalam pengembangan persusuan nasional adalah
pengembangan sapi perah baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Banyak hal
yang menyebabkan produksi susu nasional semakin menurun antara lain sulitnya
pakan hijauan, mahalnya harga bahan baku pakan konsentrat, penurunan genetik
sapi perah dan manajemen peternakan yang belum optimal. Menurunnya produksi
susu nasional lebih karena menurunnya kualitas sapi perah itu sendiri. Karena jika
kualitas sapinya saja sudah kurang baik maka bukan tidak mungkin produksinya juga
akan menurun. Sulitnya mencari pakan hijauan serta harga pakan konsentrat yang
mengalami kenaikan juga merupakan salah satu faktor turunnya kualitas, karena
petani pun terkadang mengurangi kadar konsentrat untuk pakan ternaknya.
Akibatnya terjadi penurunan genetik dari sapi tersebut (Suwandi, 2016). Produktivitas
yang rendah juga terjadi karena sebagian besar peternak sapi di Indonesia berternak
dalam skala kecil, yaitu rata-rata dua hingga tiga sapi ekor. Berbeda dengan peternak
sapi di Australia dan Selandia Baru di mana satu peternak bisa mengelola 50-60 sapi
perah. Tak hanya itu, pola pengelolaan pun masih tradisional, alias peternak masih
banyak memerah dengan menggunakan tangan, tanpa bantuan mesin. Karenanya, dalam
meningkatkan produksi susu, peternak membutuhkan pakan ternak yang unggul dan
pengelolaan yang berkualitas. Akan tetapi, biasanya itu baru memungkinkan dilakukan
oleh peternak sapi skala besar yang telah memiliki modal mumpuni. Tak heran, dengan
produksi dan kualitas yang rendah, harga susu sapi perah di level peternak lokal cukup
rendah, berkisar Rp 5.000 hingga Rp 5.500 per liter. Hal ini lah yang memicu
pemerintah untuk segera menetapkan harga dasar (floor price) susu segar nasional di
level peternak. Tujuannya untuk menstimulus gairah peternak agar memproduksi susu
sapi lebih banyak lagi.
Jika harga jual susu tetap rendah, selamanya peternak sapi perah tidak akan maju.
Pasalnya, semakin lama harga pakan dan biaya operasional lain di peternakan semakin
meningkat. Tentunya sulit bagi peternak untuk meningkatkan kualitas susu yang
dihasilkannya jika harga jual susunya rendah atau tidak sesuai dengan kualitasnya
(Syarif dan Bagus, 2011).
Telur merupakan salah satu bahan makanan yang sudah akrab dengan masyarakat
Indonesia. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain,
kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan,
daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari
oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan
makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah
dan mudah ditemukan. Hampir semua orang membutuhkan telur.
Telur yang sudah diolah menjadi bahan makanan, cangkang atau kulit telurnya tentu
sudah tidak terpakai lagi. Masyarakat umumnya membuang limbah cangkang kulit
tersebut tanpa memanfaatkannya terlebih dahulu. Di Indonesia produksi kulit telur akan
terus berlimpah selama telur diproduksi di bidang peternakan serta digunakan di
restoran, pabrik roti dan mie sebagai bahan baku pembuatan makanan.
Rasyaf (1991) mengatakan bahwa limbah dari telur tersebut dapat menimbulkan
dampak-dampak yang buruk bagi lingkungan, yaitu :
1. Pencemaran udara
Kulit telur mengandung sisa-sisa dari isinya yang memiliki bau yang tidak sedap
2. Pencemaran air
Jika terjadi hujan dan kulit telur terbawa oleh air berarti air terkontaminasi dengan
sisa-sisa isi telur yang masih menempel dikulitnya
3. Dapat menjadi sarang penyakit
Ada beberapa bakteri yang senang dan bisa hidup di dalam kulit telur.
Untuk mengatasi masalah limbah cangkang telur yang melimpah dapat dilakukan
pengolahan ataupun pemanfaat cangkang telur sebagai campuran pakan ternak. Karena
didalam cangkang telur memiliki banyak sekali kandungan, salah satunya adalah
kalsium. Jadi akan sangat disayangkan apabila limbah cangkang telur tersebut tidak
dimanfaatkan, karena akan sangat bermanfaat untuk produksi maupun kualitas ternak.
Selama ini potensi limbah kerabang (cangkang) telur di Indonesia cukup besar.
Sayangnya, potensi tersebut hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal
khususnya sebagai pakan unggas dan hanya dimanfaatkan untuk hiasan kerajinan. Hal
ini disebabkan karena sejauh ini limbah tersebut mudah terkontaminasi mikrobia dan
kecernaan mineral kalsiumnya yang masih rendah. Disamping itu, keberadaannya dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan karena sulit didegradasi oleh mikrobia tanah.
Metode pengolahan yang dapat dilakukan dalam prosesing limbah cangkang telur
sendiri antara lain : (1) perendaman cangkang telur dengan air panas 80oC selama 15-30
menit, (2) pembersihan dan pengeringan, (3) perendaman dalam asam fosfat dengan
beberapa konsentrasi dan (4) proses penepungan. Limbah cangkang telur yang telah
menjadi tepung, kemudian dicampur dengan bahan baku pakan lain seperti jagung giling,
bekatul, bungkil kedelai dan lain-lain (Jamila,2014)
Cangkang telur dari itik yang telah menetas dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
bahan campuran pakan, untuk meningkatkan kandungan mineral pada pakan. Caranya,
hancurkan cangkang telur menjadi remahan kecil-kecil, lalu campurkan ke dalam pakan
itik. Kulit cangkang telur sebagai sumber Ca, bisa menggantikan mineral dalam ransum
pakan, dosis pakai 1-2 kg tiap percampuran pakan 100 kg. (Wakhid, 2010).
Sistem peternakan sapi perah yang ada di Indonesia masih merupakan jenis
peternakan rakyat yang hanya berskala kecil dan masih merujuk pada sistem
pemeliharaan yang konvensional. Banyak permasalahan yang timbul seperti
permasalahan pakan, reproduksi dan kasus klinik. Agar permasalahan tersebut dapat
ditangani dengan baik, diperlukan adanya perubahan pendekatan dari pengobatan
menjadi bentuk pencegahan dan dari pelayanan individu menjadi bentuk pelayanan
kelompok. Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari keterpaduan
langkah terutama di bidang pembibitan (Breeding), pakan, (feeding), dan tata laksana
(management). Ketiga bidang tersebut kelihatannya belum dapat dilaksanakan dengan
baik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan ketrampilan peternak serta masih
melekatnya budaya pola berfikir jangka pendek tanpa memperhatikan kelangsungan
usaha sapi perah jangka panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan pengetahuan
dan pemahaman peternak tentang manajemen sapi perah yang baik sehingga akan
berdampak pada peningkatan produksi dan ekonomi. Menurut Sutardi (1981)
manajemen yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik pula. Hal-hal yang perlu
diperhatikan terkait peningkatan kualitas susu antara lain manajemen pemberian pakan.
Pakan sangat berpengaruh terhadap kualitas susu yang dihasilkan. Bahan kering pada
susu dihasilkan hasil dari penyerapan nutrisi pakan yang mengalir dalam darah. Pakan
sapi terdiri dari hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun
tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi
dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali
perhari pada pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan sebelum pemerahan sedangkan
rumput diberikan setelah pemerahan. . Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan
sebanyak 30-50 kg/ekor/hari.
Peningkatan konsumsi konsentrat diikuti peningkatan produksi air susu. Pakan
konsentrat merupakan pakan untk melengkapi kebutuhan nutrisi, yang pada umumnya
mengandung protein lebih dari 20% dan serat kasar kurang dari 18%. Konsentrat
biasanya diberikan bersama hijauan untuk meningkatkan keseimbangan gizi dari
keseluruhan pakan. Konsentrat berfungsi sebagai suplai energi tambahan dan protein.
Protein konsentrat bercampur dalam rumen dengan protein hijauannya.
Kulit telur kering mengandung sekitar 95% kalsium karbonat dengan berat 5,5 gram.
Menurut Rasyaf (1991) melaporkan bahwa kulit telur terdiri atas 97% kalsium karbonat.
Selain itu, rerata dari kulit telur mengandung 3% fosfor dan 3% terdiri atas magnesium,
natrium, kalium, seng, mangan, besi, dan tembaga. Kandungan kalsium yang cukup
besar berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman.
Hasil analisis kandungan kulit telur di Laboratorium tanah menunjukkan kandungan
kalsium terdiri atas kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium, masing-masing sebesar
0,121; 8,977; 0,394; 10,541%. Kalsium (Ca) pada tanaman berperan untuk merangsang
pembentukan bulu akar, mengeraskan batang tanaman, dan merangsang pembentukan
biji. Kalsium pada daun dan batang berkhasiat menetralkan senyawa atau menyebabkan
suasana yang tidak menguntungkan pada tanah (Wakhid, 2010).
2.2 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Hampir semua zat
yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Konsumsi susu yang rendah, juga
dipengaruhi oleh produksi dan kualitas susu di Indonesia yang masih kurang baik.
Banyak peternak yang masih kurang memperhatikan manajemen pakan ternak, yang
menyebabkan produksi dan kualitas susu rendah. Kualitas pada susu dapat dibedakan
menjadi kualitas fisik dan kimia. Kualitas fisik dan kimia susu sapi segar dipengaruhi
oleh faktor bangsa sapi perah, pakan, sistem pemberian pakan, frekuensi pemerahan,
metode pemerahan, perubahan musim dan periode laktasi. Pakan yang dikonsumsi
harus mengandung nutrisi yang baik untuk menghasilkan kualitas susu yang baik pula.
Kebutuhan sapi perah terdiri atas kebutuhan pokok, pertumbuhan, reproduksi dan
produksi. Nutrien pada pakan harus seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan.
Nutrien yang diperhitungkan dalam pemenuhan kebutuhan ternak dinyatakan dalam
bentuk energi (Schaafsma,Pakan,Hofstede,Muskiet,Van and Vries, 2000).
Defisiensi energi dalam pakan akan mengakibatkan menurunnya produksi susu,
laju pertumbuhan, kondisi tubuh dan kualitas susu. Kebutuhan pakan pada akan
energi bervariasi berdasarkan bobot hidup, laju pertumbuhan, produksi susu dan kadar
lemak susu. Kualitas susu, salah satunya adalah kualitas nutrisi susu tidak kalah
pentingnya untuk diperhatikan. Kualitas nutrisi susu ditentukan oleh persentase dari
masing-masing komponennya yang terdiri dari air, protein, lemak, laktosa, vitamin dan
konstituen susu lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi susu adalah
genetik, tahap laktasi, umur, nutrisi, lingkungan dan prosedur pemerahan. Kualitas susu
merupakan sifat kuantitatif yang dikendalikan oleh gen dan ekspresinya yang
merupakan akumulasi dari pengaruh genetik, lingkungan dan interaksi keduanya.
Seleksi keunggulan genetik melalui identifikasi gen yang diprediksi berasosiasi kuat
dengan sifat produksi dan kualitas susu akan sangat mendukung bagi program
perbaikan sapi Friesian Holstein (FH) domestic. Salah satu gen yang mempengaruhi
kualitas susu adalah gen kappa kasein (Firmansyah, 2010). Faktor yang mempengaruhi
kualitas, kuantitas dan susunan susu sapi perah adalah bangsa sapi, lama bunting, masa
laktasi, besar sapi, estrus atau birahi, umur sapi, selang beranak, masa kering,
frekuensi pemerahan, dan tata laksana pemberian pakan.
Kualitas susu menjadi dasar pembayaran harga susu. Ketentuan pembayaran susu
terus mengalami perkembangan dimana sejak Agustus 2004, harga susu ditentukan
berdasarkan pada lemak, solid non fat (SNF), total solid (TS), total plate count (TPC)
dan kandungan antibiotik. Susu yang memiliki TS kurang dari 11% akan ditolak
koperasi, sedangkan susu yang memiliki TS antara 11-11,2% akan mendapatkan penalti
dan susu yang memiliki TS lebih dari 11,3% akan mendapatkan bonus. TPC di bawah
106 cfu/ml akan mendapatkan bonus, TPC di atas 15x106 cfu/ml akan dijatuhkan
penalti dan susuyang positif mengandung antibiotik akan dikenakan penalti sebesar
Rp 200/kg. Peternak harus memperhatikan ketentuan ini agar kualitas susu yang
dihasilkan memiliki standar yang tinggi, berdaya saing serta aman dikonsumsi
(Utami,Lilik dan Puguh, 2010).
Majedi, dkk (2013) menjelaskan bahwa cangkang telur merupakan lapisan luar dari
telur yang berfungsi untuk melindungi semua bagian telur dari luka atau kerusakan,
mineral yang terkandung didalamnya sebagian besar yaitu kalsium dan sebagian kecil
terdapat seperti Magnesium(Mg), Fosfor(P), Zat besi (Fe) dan Sulfur(S). Cangkang
telur ayam ras dan ayam kampung dibersihkan dan dijemur sampai kering di
bawah sinar matahari langsung dan setelah itu dijadikan serbuk dengan menggunakan
blender, setelah itu disaring agar berat dan bentuk serbuk sama besar dan masing-
masing serbuk disimpan pada tempat kedap udara.
Cangkang telur merupakan limbah rumah tangga yang dapat diolah dan dijadikan
bahan pengganti kapur untuk meningkatkan pH tanah. Tepung cangkang telur
mengandung kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) yang dapat meningkatkan pH
tanah dan kompos keladi mengandung bahan organik yang dapat menambah unsur hara
pada tanah alluvial (Aminah and Wulandari, 2010). Cangkang telur mengandung hampir
95,1% terdiri atas garam-garam organik, 3,3% bahan organik (terutama protein), dan
1,6% air. Sebagian besar bahan organik terdiri atas persenyawaan Calsium karbonat
(CaCO3) sekitar 98,5% dan Magnesium karbonat (MgCO3) sekitar 0,85%. Jumlah
mineral didalam cangkang telur beratnya 2,25 gram yang terdiri dari 2,21 gram
kalsium, 0,02 gram magnesium, 0,02 gram fosfor serta sedikit besi dan Sulfur
(Nurjayanti,Zulfita dan Raharjo, 2012). Pemanfaatan limbah cangkang telur saat ini
belum menunjukkan hasil yang maksimal, Limbah cangkang telur baru mulai banyak
dimanfaatkan dalam bidang kerajinan. Selain untuk kerajinan limbah cangkang telur
juga akan memberikan nilai ekonomi yang tinggi jika dikelola dengan baik akan
menjadi salah satu sumber pakan untuk ternak unggas (burung puyuh), dengan
melihat dari komposisi nutrisi, kerabang telur yang mempunyai nilai mineral yang
cukup tinggi seperti kalsium dan fosfor yang berfungsi untuk metabolisme tubuh ternak
unggas (Caner,2005).
Mineral banyak terdapat dalam cangkang telur adalah Calsium. Defisiensi Calsium
dapat menyebabkan kerabang telur tipis dan produksi telur akan menurun.
Cangkang telur terdiri dari 4 lapisan berbeda yang dapat digambarkan sebagai
struktur terorganisasi dengan baik, yaitu (dari dalam ke luar) 1), lapisan membran,
lapisan mamilary, lapisan busa, dan lapisan kurtikula 2), Cangkang telur ayam yang
membungkus telur memiliki berat 9-12% dari berat telur total dan mengandung 94%
kalsium karbonat, 1% kalium phospat, dan 1% magnesium karbonat 3), Kalsium
dari cangkang telur merupakan suplemen yang sempurna untuk bahan pangan.
Kalsium dari cangkang telur berfungsi meningkatkan densitas mineral dalam tulang
untuk penderita osteoporosis 4), Bioavabilitas kalsium dari cangkang telur ini cukup
tinggi, yaitu sebesar 93.80% (Gari, 2016).
Lemak merupakan salah satu penyusun yang menentukan kualitas susu sapi. Fungsi
lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi, bagian dari membran sel, mediator
aktivitas biologis antar sel, isolator dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh, serta
pelarut vitamin A, D, E, dan K (Sorhaug and Stepaniak,1997). Di dalam tubuh, lemak
menghasilkan energi yang lebih besar dari protein dan karbohidrat. Sumber lemak
pada pakan terdapat pada hijauan, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, dan bungkil
kedelai. Selain menjadi sumber energi, lemak juga menentukan produksi dan kualitas
susu dalam kadar lemak susu dengan asetat sebagai indikator yang merupakan hasil
metabolisme lemak serta glukosa pada pakan. Lemak susu dapat diolah menjadi
berbagai produk, diantaranya susu bubuk, mentega, keju, dan yoghurt (Utami,Lilik dan
Puguh, 2010)
Menurut SNI No. 3144.1: 2011 tentang syarat mutu susu segar, susu segar yang baik
untuk dikonsumsi harus memenuhi persyaratan dalam hal kandungan gizi dan juga
keamanan pangan. Terdapat syarat cemaran, kandungan mikroba maksimum, residu
antibiotika, dan cemaran logam berbahaya maksimum yang telah ditetapkan. Untuk
memperoleh susu segar yang baik, maka semua usaha harus ditujukan untuk memperkecil
jumlah bakteri yang ada pada susu dengan memperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas susu tersebut misalnya sanitasi dan kebersihan kandang,
kesehatan dan kebersihan penjamah, kesehatan dan kebersihan hewan, kebersihan
peralatan pemerah dan mempertahankan kemurnian susu segar (Navyanti dan Retno,
2015).
Sidqi,dkk (2014) menyatakan bahwa ransum dalam usaha peternakan merupakan
bagian yang penting dan menentukan tinggi rendahnya produksi, pertumbuhan, juga besar
kecilnya keuntungan peternak. Dalam usaha peternakan sapi perah, 70-80% dari biaya
produksi adalah biaya untuk ransum. Di Indonesia persentase biaya produksi itu cukup
besar, sehingga sangat memberatkan bagi usaha peternakan sapi perah. Di Negara- negara
yang sudah maju dalam usaha peternakan dari seluruh pengeluaran ternak perah biaya
produksi berkisar antara 60-60,5%, sangat berbeda keadaanya seperti di Indonesia. Pada
usaha ternak sapi perah, pola pemberian ransum yang dilakukan masih bervariasi antara
lain pemberian hijauan sepenuhnya dan pemberian hijauan ditambah konsentrat sebagai
pelengkap. Sejauh ini pemberian ransum oleh peternak hanyalah ditujukan untuk
peningkatan produksi susu saja tanpa mempertimbangkan efisiensi teknis yang
sebenarnya sangat penting dalam peningkatan usaha peternakan. Efisiensi teknis dalam
sistem pemberian ransum tersebut dapat diketahui diantaranya berdasarkan efisiensi
produksi susu. Efisiensi teknis dalam peternakan sapi perah rakyat merupakan salah satu
cara yang dapat ditempuh guna peningkatan efisiensi ekonomis sehingga keuntungan
yang maksimal pun dapat dicapai.
Pertanyaan Khusus Bab II Tinjauan Pustaka
K1. Tipus dengan judul sangat terkait, karena pada dasarnya memang benar bahwa limbah
cangkang telur masih dapat dimanfaatkan karena memiliki kandungan kalsium yang
tinggi, sehingga nantinya akan dapat membantu meningkatkan kualitas susu sapi perah.
Sudah terbukti juga dengan adanya penelitian pemberian tepung cangkang telur untuk
unggas, dan itu berhasil meningkatkan metabolisme dan produksi dari unggas tersebut
K2. Dengan adanya penelitian pemanfaatan limbah cangkang telur sebelumnya, yang terbukti
memiliki banyak manfaat dan terbukti dapat meningkatkan metabolisme dan produksi
unggas. Hal ini dapat lebih meyakinkan para peternak bahwa limbah cangkang telur
masih berguna dan dapat dimanfaatkan untuk pakan campuran ternak sapi perah untuk
meningkatkan kualitas susu.
K3. Tidak. Ada juga pustaka yang dibawah tahun 2005, pada tinjauan pustaka penelitian ini
pustaka paling lama yakni tahun 1981.
K4. Jurnal Internasional berjumlah 4 jurnal
K5. Jurnal Nasional berjumlah 6 jurnal
K6. Dalam tinjauan pustaka penelitian ini terdiri dari kajian teori yang digunakan sebagai
acuan penelitian dengan pustaka 6 buku dan juga terdapat kajian hasil penelitian
terdahulu dengan total 10 pustaka yang terdiri dari jurnal internasional, jurnal nasional,
skripsi, dan jurnal hasil seminar internasional.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap pertama berupa pengambilan
sampel limbah cangkang telur di salah satu pedagang yang menjual makanan menggunakan
bahan dasar telur, karena pasti akan ada banyak sekali limbah cangkang telur. Dan tahap
kedua adalah proses pembuatan cangkang telur menjadi bahan pakan tambahan untuk sapi
perah di Laboratorium Lapang Sumber Sekar milik Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai bulan Agustus sampai
dengan bulan November 2019.

3.2 Materi Penelitian

Pengumpulan Pembuatan tepung


limbah cangkang cangkang telur
telur

Pencampuran
tepung dengan
pakan sapi

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cangkang telur,
detergen untuk mencuci limbah cangkang telur, asam fosfat 5% untuk mengurangi mikroba
dan starch 1500.
Sedangkan untuk alat-alat yang digunakan adalah tray dryer dengan kapasitas
produksi 240 kg per siklusnya, boiler sebagai sumber panas, hammer mill dengan kapasitas
produksi 200-250 kg/jam dan fluidized bed sebagai pengering campuran.
Cara pembuatan:
1. Pengumpulan limbah cangkang telur
Limbah cangkang telur diperoleh dari pedagang (penjual) makanan yang
menggunakan bahan telur, seperti penjual martabak telur atau nasi goreng. Nantinya
akan disediakan TPL yaitu Tempat Penampungan Limbah untuk pengumpulan
cangkang telur.
2. Pembuatan tepung cangkang telur
Pencucian limbah cangkang telur tidak menggunakan mesin, melainkan
dengan cara manual menggunakan tangan. Limbah cangkang telur dicuci dengan
menggunakan air detergen, kemudian diakhiri dengan pembilasan menggunakan air
besih. Selanjutnya dilakukan perendaman dengan menggunakan asam fosfat 5%.
Perendaman ini bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kuantitas mikroba
yang berada pada limbah sehingga memperkecil tingkat kontaminasi pada produksi
susu sapi perah nantinya. Menurut Kismiati, et al (2012) konsentrasi asam fosfat juga
berpengaruh terhadap jumlah bakteri, semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi
kemampuannya untuk membunuh bakteri. Perendaman dengan asam fosfat 5% ini
lebih efektif dibandingkan dengan perendaman menggunakan air panas saja. Jumlah
limbah cangkang telur sebagai umpan sebanyak 240 kg dalam satu siklusnya, jumlah
ini sesuai dengan kapasitas produksi tray dryer. Selanjutnya untuk penghancuran
cangkang telur menggunakan hammer mill dengan kapasitas produksi 200-250
kg/jam.
Untuk pencampuran antara tepung cangkang telur dengan starch 1500 dengan
kapasitas produksinya 400 kg dengan padatan yang dihasilkan sebesar 257,45 kg.
Yang terakhir untuk pengeringan campuran menggunakan fluidized bed dengan
kapasitas produksinya 200-300 kg/batch dengan padatan yang dihasilkan sebesar
257,44 kg.
3. Pencampuran tepung cangkang telur dengan pakan sapi
Untuk cara pemberiannya adalah dengan mencampurkan sedikit konsentrat
dengan limbah cangkang telur yang telah dihaluskan kemudian diberi sedikit air.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan untuk pengumpulan data primer adalah eksperimental dengan
rangkaian uji penelitian secara langsung dengan jenis rancangan percobaan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan guna mendapatkan data dan
informasi yang valid. Perlakuan pertama pakan tidak ditambah tepung cangkang telur,
perlakuan kedua pakan ditambah tepung cangkang telur 3%, perlakuan ketiga pakan
ditambah tepung cangkang telur 5%, dan perlakuan keempat pakan ditambah tepung
cangkang telur 7%. Sementara metode pengumpulan data sekunder dengan
mengumpulkan dan mengkaji hasil penelitian terdahulu bersumber dari jurnal dan buku
sebagai pembanding.
Variabel dalam penelitian dalam penelitian ini, meliputi :
a) Tepung cangkang telur : Variabel utama yang akan diteliti
b) Analisa kandungan : kandungan apa saja yang ada pada limbah cangkang telur
c) Pencampuran dengan pakan konsentrat : karena konsentrat sebagai pakan utama
d) Uji kualitas susu : pengujian kualitas susu sebelum dan setelah pencampuran
konsentrat dengan tepung cangkang telur

3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian


Variabel merupakan segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Variabel
dapat memudahkan untuk menentukan jenis dan sumber data yang digunakan. Nilai dari
variabel dapat digunakan untuk pengukuran baik kuantitatif maupun kualitatif.
Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel bebas dan terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu pengaruh penambahan tepung cangkang telur sebagai pakan campuran
sapi perah. Sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah efek yang diberikan
dengan penambahan tepung cangkang telur ke dalam pakan sapi perah berdasarkan
perlakuan yang berbeda.
Definisi operasional variabel penelitian ini meliputi :
a) Tepung cangkang telur : Variabel utama yang akan diteliti
b) Analisa kandungan : kandungan apa saja yang ada pada limbah cangkang telur
c) Pencampuran dengan pakan konsentrat : karena konsentrat sebagai pakan utama
d) Uji kualitas susu : pengujian kualitas susu sebelum dan setelah pencampuran
konsentrat dengan tepung cangkang telur
Pengukuran terhadap variabel dilakukan dengan uji RAL, kemudian hasil dari uji
tersebut dianalisis dijadikan berupa data dan diuraikan secara deskriptif untuk kemudian
digunakan dalam menarik kesimpulan.

3.5 Analisis Data


Perlakuan dalam penelitian penggunaan tepung cangkang telur sebagai pakan
campuran dalam pakan sapi perah dengan jenis rancangan percobaan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan, yaitu :
P0 : Tanpa menggunakan tambahan tepung cangkang telur
P1 : Penggunaan tepung cangkang telur 3 % dari takaran konsentrat
P2 : Penggunaan tepung cangkang telur 5 % dari takaran konsentrat
P3 : Penggunaan tepung cangkang telur 7 % dari takaran konsentrat
Hasil uji RAL dianalisis dengan metode analisis deskriptif, karena penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa banyak efek yang dihasilkan tepung cangkang
telur pada kualitas susu sapi perah. Analisis data juga digunakan sebagai kunci untuk
menarik kesimpulan suatu penelitian.

3.6 Batasan Istilah


a. Batasan istilah : cangkang telur, kandungan cangkang telur, kualitas susu, RAL
b. Batasan istilah dibuat dengan tujuan memudahkan pembaca untuk memahami apa isi
dan inti dari penelitian ini dan memudahkan pembaca dalam memahami kalimat yang
sulit dimengerti.
Pertanyaan Khusus Bab III Metodologi Riset

K1. Ya. Lokasi penelitian yang saya pilih mewakili populasi secara general (umum) dan
sesuai dengan studi kasus yang sedang diteliti.

K2. Saya membuat sampling frame, sampling frame berisi tahap-tahap sampling dan metode
pengambian sampel apa yang digunakan

K3. Tidak, hanya beberapa saja yang mencantumkan pustaka

K4. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 4 ekor sapi perah.
Sampel tersebut sudah mewakili populasi yang ada, karena sampel diambil secara acak.

K5. Ya. Pada penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan dari metode
eksperimen menggunakan uji Rancangan Acak Lengkap (RAL)

K6. Perlu. Penelitian ini juga perlu menggunakan data sekunder berupa penelitian terdahulu
karena digunakan sebagai pembanding.

K7. Ya. Dalam metode penelitian ini saya membuat definisi operasional variabel yang
betujuan untuk memudahkan variabel apa saja yang digunakan pada penelitian.

K8. Bisa. Karena dari hasil analisis data dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dan
dari kesimpulan ini kita dapat mengetahui apakah kesimpulan tersebut sesuai dengan
tujuan dan hipotesis atau tidak.

K9. Batasan istilah pada penelitian ini adalah cangkang telur, kandungan cangkang telur,
kualitas susu, RAL. Dengan batasan istilah tersebut pembaca dapat terfokuskan dengan
inti dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aminah,Siti and Wulandari Meikawati. 2010. The Enrichment of Calcium with Duck
Eggshell and Sensory Characteristic on Product Based on Corn Sprout Flour and
Soybean Sprout Flour. International Seminar on Education and Technology.77-78
Caner,Cengiz. 2005. The Effect Of Edible Eggshell Coatings On Egg Quality And Consumer
Perception. Journal of the Science of Food and Agriculture. 85:1897 – 1902.
Firmansyah,Fauzi. 2010. Performa Produksi Dan Kualitas Susu Sapi Fh Pada Laktasi,
Waktu Pemerahan Dan Genotipe Kappa Kasein (Κ-Kasein) Berbeda Di Lembang
Bandung. Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi Peternakan.
Gari, Muhamad Doni. 2016. Pengaruh Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras
Dalam Ransum Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Penampilan Burung Puyuh.
Skripsi. Kendari: Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo.
Jamila. 2014. Pemanfaatan Limbah Cangkang Telur. Program Studi Peternakan
Kismiati,S., T. Yuwanta, Zuprizal and Supadmo. 2012. The Performance Of Laying Hens
Fed Different Calcium Source. J.Indonesian Trop.Anim.Agric. 37(4):263-270.
Majedi, Muhammad Aminullah, Erlina Sih Mahanani dan Dyah Triswari. 2013. Perbedaan
Efektivitas Penambahan Bubuk Cangkang Telur Ayam Ras dengan Ayam Kampung
Terhadap Durasi Perdarahan (In Vivo). IDJ. 2(1):73-79.
McNamara, S. Omara, S.P.M. Rath and J. J. Murphy. 2003. Effects Of Different Transition
Diets On Dry Matter Intake, Milk Production, And Milk Composition In Dairy Cows.
J. Dairy Sci. 86:2397–2408.
Nakano, T., N. I. Ikawa and L. Ozimek. 2003. Chemical Composition of Chicken Eggshell
and Shell Membranes. Poultry Science. 82:510–514.
Navyanti, Feryalin dan Retno Adriyani. 2015. Higiene Sanitasi, Kualitas Fisik Dan
Bakteriologi Susu Sapi Segar Perusahaan Susu X Di Surabaya. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 8(1):36-47.
Nurjayanti, Dwi Zulfita dan Dwi Raharjo. 2012. Pemanfaatan Tepung Cangkang Telur
Sebagai Substitusi Kapur Dan Kompos Keladi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Cabai Merah Pada Tanah Aluvial. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian. 1(1):16-21.
Rasyaf,Muhammad. 1991. Pengelolaan Produksi Telur. Yogyakarta:Penerbit Kanisius.
Schaafsma,A., I. Pakan, G.J.H. Hofstede, F.A.J. Muskiet, E. Van Der Veer, and P.J.F. De
Vries. 2000. Mineral, AminoAcid, and Hormonal Composition of Chicken Eggshell
Powder and the Evaluation of its Use in Human Nutrition. Poultry Science. 79:1833–
1838.
Sidqi, Risyad, Moch Makin dan Dwi Suharwanto. 2014. Pengaruh Pemberian Konsentrat
Basah Dan Kering Terhadap Efisiensi Produksi Susu Dan Efisiensi Ransum Terhadap
Sapi Perah Peranakan Fh. 3(4):1-10.
Sorhaug,T. and L. Stepaniak. 1997. Psychrotrophs And Their Enzymes In Milk And Dairy
Products: Quality Aspects. Trends in Food Science & Technology. 8(2):35-41.
Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Bogor:Departemen Ilmu
Makanan Ternak, Fak. Peternakan IPB.
Suwandi. 2016. Outlook Susu. Jakarta : Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.
Syarif,Erif Kemal dan Bagus Harianto. 2011. Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Jakarta
Selatan: PT AgroMedia Pustaka.
Utami,Kartika Budi, Lilik Eka Radiati dan Puguh Surjowardojo. 2010. Kajian Kualitas Susu
Sapi Perah PFH (Studi Kasus Pada Anggota Koperasi Agro Niaga Di Kecamatan
Jabung Kabupaten Malang). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 24 (2): 58 - 66
Wakhid,Abdul. 2010. Beternak dan Bisnis Itik. Jakarta Selatan: PT AgroMedia Pustaka.

You might also like