You are on page 1of 12

EKSTRAKSI ALGINAT

Oleh :
Nama : Afra Nabila
NIM : B1A015087
Kelompok : 4
Rombongan : I
Asisten : Diah Nanda Utari

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan pada


kegiatan revitalisasi perikanan yang prospektif. Rumput laut memiliki
kandungan metabolit primer dan sekunder. Kandungan metabolit primer seperti
vitamin, mineral, serat, alginat, karaginan dan agar banyak dimanfaatkan sebagai
bahan kosmetik untuk pemeliharaan kulit. Selain kandungan primernya yang bernilai
ekonomis, kandungan metabolit sekunder dari rumput laut berpotensi sebagai
produser metabolit bioaktif yang beragam dengan aktivitas yang sangat luas sebagai
antibakteri, antivirus, anti jamur dan sitotastik (Zainudin & Malina, 2009). Rumput
laut hijau, merah ataupun coklat merupakan sumber potensial senyawa bioaktif yang
sangat bermanfaat bagi pengembangan (1) industri farmasi seperti sebagai anti
bakteri, anti tumor, anti kanker atau sebagai reversal agent dan (2) industri agrokimia
terutama untuk antifeedant, fungisida dan herbisida (Bachtiar, 2007).
Sargassum sp. yang merupakan salah satu jenis dari kelas Phaeophyceae.
Rumput laut Sargassum sp. tumbuh berumpun dengan panjang thalli mencapai 1–3
m yang dilengkapi gelembung udara yang disebut “bladder” berguna untuk
menopang cabang thalli ke arah permukaan air untuk mendapatkan intensitas cahaya
matahari. Warna dari Sargassum sp. adalah coklat tua atau coklat muda dengan
tinggi rumpun mencapai 60 cm dan tipe dari Sargassum sp. dapat dikenal dari
morfologi daunnya yang berbentuk seperti cangkir dan gelembung sebagai perekat.
Rumput laut Sargassum sp. dikenal sebagai penghasil alginat (Istiani et al., 2006).
Sumber alginat potensial terdapat pada makroalga laut coklat. Spesies-spesies
utama adalah Ascophyllum sp., Ecklonia sp., Durvillaea sp., Laminaria sp., Lessonia
sp., Macrocystis sp., Sargassum sp., dan Turbinaria sp. Daerah yang beriklim dingin
spesies yang terpenting adalah Laminaria sp., Macrocystis sp., dan Ascophyllum sp.
Daerah tropis marga Sargassum sp., Turbinaria sp., dan Hormophysa sp. merupakan
spesies utama penghasil alginat. Penyebaran alga coklat di Indonesia tumbuh
menempati hampir di sepanjang pantai pulau-pulaunya. Pemanfaatan mikroalga
coklat masih dalam kalangan terbatas, sedangkan manfaat pada produk hilirnya telah
tersebar seperti produk minuman, kosmetik, tekstil, kertas, makanan dan obat-obatan
(Murtini et al., 2000).
B. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui hasil rendemen dan proses
ekstraksi alginat dari rumput laut Sargassum sp.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kompor, panci, nampan,
spatula pengaduk, kain saring, kertas pH, gelas ukur, masker, dan gloves.
Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 50 g Sargassum sp.,
KOH 0,7%, HCl 5%, Na2CO3 7%, NaOCl 13%, dan NaOH 2%.
B. Metode

Rumput laut Sargassum sp. direndam KOH 0,7%

Dicuci di air mengalir

Direndam HCL 5%

Dicuci di air mengalir

Rumput laut ditimbang sebanyak 50g

Ditambahkan 500 ml Na2CO3 7% dan


direbus 15 menit

Ditambahkan 300 ml NaOCl 15% dan


direbus 15 menit

Ditambahkan 500 ml HCl 5% dan


direbus 15 menit

Ditambahkan NaOH 2% dan diukur


hingga pH 7

Dituang kedalam baki dan dijemur


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Hasil rendemen alginat rombongan I

Kelompok Rendemen Alginat

1 1,04

2 1,64

3 1,38

4 1,01

Gambar 3.1. Gambar 3.2. Gambar 3.3.


Penambahan 500 ml Penambahan 300 ml Penambahan 500 ml
Na2CO3 7% NaOCl 15% HCl 5%

Gambar 3.4.
Penambahan NaOH
2% dan diukur hingga
pH 7
Perhitungan rendemen karagenan

1,01 - 0,9 = 0,11 gram


Produk akhir (g)
Rendemen (%) = x 100%
Bahan baku (g)

0,11
= x 100%
50
= 0,22%
B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum ekstraksi alginat, didapatkan hasil persentase rendemen


alginat dari kelompok 4 rombongan I sebesar 0,22 %. Hasil yang didapat tidak sesuai
dengan pernyataan Anggadiredja et al., (1996) yang menyatakan bahwa kisaran
rendemen alginat yang baik yaitu 8 hingga 32 % tergantung jenis, musim dan kondisi
perairan tempat tumbuhnya Sargassum sp. Kondisi lingkungan tersebut
mempengaruhi laju fotosintesis rumput laut sehingga berpengaruh pada pertumbuhan
rumput laut yang pada akhirnya juga berpengaruh pada alginat yang dihasilkan. Hal
ini ditegaskan oleh Soviyeti (1990), yang menyatakan bahwa pertumbuhan rumput
laut ditentukan oleh tempat tumbuhnya. Laju pertumbuhan, fotosintesis dan respirasi
pada rumput laut cenderung berkorelasi dengan suhu, cahaya, pH dan nutrien tempat
tumbuhnya. Suhu berpengaruh terhadap hasil rendemen alginat. Warna coklat
senyawa alginat yang dihasilkan oleh Sargasum sp.
Alginat merupakan polisakarida berstruktur anionik yang terdapat dalam matriks
alga perang dan lazimnya digunakan sebagai agen penggelan, pengemulsi dan
penstabil dalam industri makanan. Alginat merupakan polisakarida yang terdiri
daripada komponen β-D-acid manuronik (M) dan α-L-acid guluronik (G). Alginat
telah banyak digunakan dalam industri farmaseutik, kesihatan dan percetakan tekstil.
Dalam industri makanan, alginat digunakan sebagai penstabil dan pengemulsi yang
boleh mengubah kelikatan dan membentuk gel dalam produk-produk seperti jeli dan
jem (Lim et al., 2017). Menurut Latifi et al. (2015), alginat merupakan struktur
utama polisakarida yang ditemukan pada rumput laut Phaeophyceae, mereka
merupakan kopolimer linear dari (1 → 4) α-L-asam guluronic (G) dan (1 → 4) β-D-
asam mannuronic (M). Sumber biologis, pertumbuhan, dan kondisi stasioner
merupakan tiga faktor penting yang dapat efektif didalam komposisi dan urutan dari
unit M dan G.
Menurut (Rasyid, 2010), alginat adalah salah salah satu jenis polisakarida yang
terdapat dalam dinding sel alga coklat dengan kadar mencapai 40% dari total berat
kering dan memegang peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan sel
alga. Alginat terdapat pada dinding sel alga coklat yang berperan memberikan sifat
fleksibilitas (kelenturan) terhadap alga itu sendiri. Itulah sebabnya, alga coklat yang
tumbuh di perairan yang beriak (turbulen) biasanya memiliki kandungan alginat yang
lebih tinggi dibanding yang tumbuh di perairan yang relatif tenang.
Alginat dalam pemanfaatannya berupa garam alginat dan garam ini larut dalam
air. Alginat dalam pasarannya sebagian besar berupa natrium alginat, yaitu suatu
garam alginat yang larut dalam air. Jenis alginat lain yang larut dalam air ialah
kalium atau ammonium alginat. Sedang, alginat yang tidak larut dalam air adalah
kalsium alginat dan asam alginat dan derivat atau produk turunan yang terpenting
adalah propylene glycol alginat (Zailanie et al., 2001).
Tahapan ekstraksi alginat adalah pencucian dan pembersihan, perendaman dan
pemucatan, pelembutan, penghancuran, pemasakan (ekstraksi), pendinginan,
pengepresan, pengeringan, dan perhitungan rendemen alginat. Perubahan-perubahan
dalam hal warna, tekstur dan bau terjadi selama proses ekstraksi. Proses ekstraksi
rumput laut coklat dilakukan dalam suasana basa bertujuan untuk memisahkan
selulosa dan alginat. Bahan pengekstrak yang dapat digunakan adalah Na2CO3 dan
NaOH (Basmal et al., 2001). Na2CO3 berfungsi untuk mengekstrak kandungan
alginat yang terdapat didalam talus rumput laut coklat. Kecepatan ekstraksi alginat
yang ada dalam talus sangat tergantung pada konsentrasi Na2CO3, suhu, dan lama
waktu ekstraksi yang diberikan. NaOH yang merupakan salah satu golongan
senyawa alkali dalam proses ekstraksi rumput laut berfungsi membentuk natrium
alginat dari asam alginat (Basmal et al., 2001).
Proses ekstraksi alginat juga menggunakan HCl yang berfungsi dalam
demineralisasi (Susanto et al., 2001). Standar mutu secara umum dari algin adalah
pH 3,5-10, viskositas 10-5000 cps per 1% larutan air, kadar air 5-20%, logam
berbahaya, arsen negatif. Penilaian lainnya yaitu mutunya tergantung penggunaan.
Algin yang kan digunakan untuk campuran makanan harus bebas dari selulosa,
berwarna putih terang. Algin dalam proses farmasi juga harus bebas dari selulosa dan
berwarna putih bersih. Algin dalam industri lain dapat mengandung sedikit selulosa
dan berwarna coklat sampai jernih (Indriani & Sumiarsih, 1999).
Bahan yang digunakan dalam proses ekstraksi alginat adalah H2O2 6%
berfungsi untuk memutihkan alginat dari coklat menjadi coklat keputihan. NaOH
0,5% berfungsi untuk menghilangkan kotoran. Na2CO3 5% berfungsi untuk
mengekstrak kandungan alginat yang terdapat didalam thalus rumput laut coklat.
KOH 2% berfungsi untuk melunakkan dinding sel. KOH 10% berfungsi untuk
mengendapkan kalsium alginat. HCl 0,5% berfungsi untuk mengurangi garam-garam
mineral, sedangkan HCl 5% berfungsi sebagai agen demineralisasi dan hirdolisis
(Susanto et al., 2001).
Alginat yang dipakai dalam industri makanan dan farmasi harus memenuhi
persyaratan bebas dari selulosa dan warnanya sudah dipucatkan sehingga berwarna
putih dan terang (Winarno, 1990). Standar mutu internasional untuk asam alginat dan
natrium alginat sesuai dengan Food Chemical Codex dapat dilihat pada tabel standar
mutu asam alginat dan natrium alginat sebagai berikut (FAO, 1981):

Karakteristik Asam Alginat Natrium Alginat


Kemurnian (% 91-104% 90,8-106%
berat kering)
Rendemen <20% <18%
Kadar CO2 <23% <21%
Kadar As <3ppm <3 ppm
Kadar Pb <0,004% <0,004%
Kadar abu <4% 18-27%
Susut Pengeringan <15% <15%

Penelitian mengenai alginat dilakukan oleh Maharani et al. (2017), metode


ekstraksi alginat dari rumput laut berpengaruh pada viskositas dan rendemen yang
dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode ekstraksi
terhadap karakteristik dan kualitas natrium alginat Sargassum fluitans serta biaya
ekstraksi yang diperlukan. Penelitian ini menggunakan dua metode ekstraksi yang
berbeda yaitu metode ekstraksi asam dan kalsium. Parameter kualitas yang dilakukan
pengujian meliputi rendemen, kadar air, kadar abu, viskositas, pH, derajat putih, dan
analisis gugus fungsi, serta dilakukan pula analisis biaya ekstraksi. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa ekstraksi alginat S. fluitans metode asam menghasilkan natrium
alginat dengan kualitas yang lebih baik dari metode kalsium namun mengeluarkan
biaya yang lebih tinggi. Natrium alginat yang dihasilkan dengan metode asam
memiliki nilai viskositas 127,17±11,50 cps dengan rendemen 9,95±0,31% serta
kadar air dan kadar abu yang dihasilkan cukup rendah yaitu 9,35±0,31% dan
21,88±0,41%.
IV.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai


berikut :
1. Tahapan ekstraksi meliputi pencucian dan pembersihan, pengeringan,
perendaman dan pemucatan, pelembutan, penghancuran, pemasakan (ekstraksi),
pengepresan, pendinginan, pengeringan, dan perhitungan rendemen agar
2. Hasil rendemen alginat kelompok 4 rombongan I adalah 0,22 %

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya alat untuk praktikum
disediakan secukupnya sesuai dengan jumlah kelompok agar praktikan tidak harus
bergantian dan menunggu giliran dalam menggunakan alat sehingga perlakuan akan
menjadi tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan yang akhirnya akan
berakibat pada hasil yang menjadi tidak maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Soviyeti, B., 1990. Laju Pertumbuhn Dan Persentase Berat Kering Dari Alga Merah
pada Metode Penanaman Rakit Terapung dan lepas Dasar di Perairan Pantai
Geger, Nusa Dua Bali. Skripsi. Institute Pertanian, Bogor.

Latifi, A. M., Nejad, E. S., & Babavalian, H., 2015. Comparison of Extraction
Different Methods of Sodium Alginate from Brown Algae Sargassum sp.
Localized in the Southern of Iran. Journal of Applied Biology Reports. 2(2), pp.
251-255

Lim, S. L., Khalafu, S.H.S., Mustapha, W.A.W., & Lim, S.J., 2017. Kesan Kaedah
Pemendakan Berbeza Terhadap Ciri Fizikokimia dan Aktiviti Antioksidan
Alginat daripada Sargassum sp. Malaysiana. 46(10), pp. 1807-1816.

Maharani, A. A., Husni, A., & Ekantari, N., 2017. Karakteristik Natrium Alginat
Rumput Laut Cokelat Sargassum fluitans Dengan Metode Ekstraksi Yang
Berbeda. JPHPI, 20(3), pp. 478-485.

Susanto, T., S. Rakhmadino, dan Muljianto., 2001. Karakterisasi Ekstrak Alginat dari
Padina sp. Jurnal Teknologi Pertanian, 2 (2), pp. 96-109.

Indriani, H & Sumiarsih., 1994. Budidaya, Pengelolaan serta Pemasaran Rumput


Laut. Jakarta: Penebar Swadaya.

Basmal, J., Y. Sekarasih, dan T.K. Bunasor., 2001. Pengaruh Konsentrasi Bahan
Pemucat dan Jenis Bahan Pengendap Terhadap Pembentukan Sodium Alginat
dari Rumput Laut Cokelat Sargassum filipendula C. Agarth. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 7(4), pp. 74-81.

Rasyid, A., 2010. Ekstraksi Natrium Alginat dari Alga Coklat Sargassum
echinocarphum. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 36 (3), pp. 393-400.
Zailanie, K., Susanto, T., & Simon, B.W., 2001. Ekstraksi dan Pemurnian Alginat
dari Sargassum filipendula Kajian dari Bagian Tanaman, Lama Ekstraksi dan
Konsentrasi Isopropanol. Jurnal Teknologi Pertanian. 2(1), pp. 10-27.

Istiani, S., Zatnika, A. & Suhaimi. 2006. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut.
Jakarta: Erlangga

Murtini, J. T., Hak, N. & Yunizal. 2000. Pengaruh Perlakuan Asam Klorida dan
Formaldehid pada Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum illicifolium
Terhadap Sifat Fisiko-Kimia Natrium Alginat. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan. 318-328.

Zainuddin, E. N & Malina, A, C. 2009. Skrining Rumput Laut Asal Sulawesi Selatan
sebagai Antibiotik Melawan Bakteri Patogen pada Ikan. Research Grant,
Biaya IMHERE-DIKTI.

Bachtiar, A. 2007. Penelusuran Sumber Daya Hayati Laut (Alga) Sebagai Biotarget
Industri. Jatinagor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran

You might also like