You are on page 1of 24

LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN ANALITIK

PRAKTIKUM SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE


(SPEKTROFOTOMETER LABO)
PEMBIMBING : Dra. Ari Marlina, MS

Tanggal Praktikum : 27 April 2017

Tanggal Penyerahan Laporan : 6 Maret 2017

Oleh :
Kelompok :5
Nama Kelompok : - Revian Prisca Erninda
- Rezza Lingga Permana
- Rheynna Ayunita Pranatha
- Riski Eka Fahira
Kelas : 1B – Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
PRAKTIKUM SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

I. TUJUAN

Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu :


 Menentukan Konsentrasi Fe Total
 Menggunakan spektrofotometer ‘Spektrofotometer Labo’
 Membuat kurva kalibrasi Besi (Fe) dengan benar

II. LANDASAN TEORI

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang


digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang
digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud
dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom
dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.
Dalam analisis dengan spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi pada
daerah sinar tampak, yaitu pada panjang gelombang 380-750 nm. Spektrum yang
diperoleh akan lebih ideal, yaitu dengan lebar pita kurang 1 nm. Hal ini dikarenakan
instrument yang digunakan (spektrofotometer) dilengkapi dengan system optic (yang
dapat menghasilkan sebaran/dispers radiasi elektromagnetik yang masuk) dan alat
untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan.

Tabel 1. Hubungan antara Warna dengan Warna Komplementer


Panjang Gelombang Warna
Warna
(nm) Komplementer
400-435 Ungu Hijau kekuningan
435-480 Biru Kuning
480-490 Biru kehijauan Jingga
490-500 Hijau kebiruan Merah
500-560 Hijau Ungu kemerahan
560-580 Hijau kekuningan Ungu
595-610 Jingga Biru kehijauan
610-680 Merah Hijau kebiruan
680-700 Ungu kemerahan Hijau

Hukum dasar dari Spektrofotometri diterangkan oleh Lambert dan Beer, sehingga
hukum atau persamaan yang digunakan dikenal dengan “hukum Lambert-Beer”.
Gambar 1. Hukum Lambert - Beer

Ir
It
C C
CV
V V
Ia

Io Io = Ia + Ir + It

Bila cahaya jatuh pada suatu medium homogen, maka sebagian cahaya tersebut
akan dipantulkan, sebagian diserap dalam media dan sisanya diteruskan. Jika
intensitas cahaya yang masuk dinyatakan dengan Io, intensitas cahaya yang
dipantulkan Ir, intensitas cahaya yang diserap Ia dan intensitas cahaya yang diteruskan
It, maka :

IO = Ia + I r + It

Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat penggunaan sel kaca, cahaya yang
dipantulkan hanya sekitar 4%, sehingga Ir biasanya terhapus dengan penggunaan
suatu control (misalnya dengan sel pembanding atau blanko, jadi :

Io = Ia + It

Lambert menjelaskan bahwa serapan cahaya merupakan fungsi ketebalan medium,


sedangkan Beer menjelaskan bahwa serapan cahaya sebagai fungsi konsentrasi larutan
yang bersangkutan.

A=kbc

Dengan, A adalah absorbansi, b adalah ketebalan medium, c adalah konsentrasi


larutan dan k adalah tetapan dan koefisien absorpsi yang tergantung pada satuan
konsentrasi yang digunakan. K dinyatakan sebagai absorptivitas serapan (=a) jika
konsentrasi larutan dalam satuan gram/liter dan k dinyatakan sebagai absorptivitas
molar atau ekstingsi molar (=E), jika konsentrasi dalam satuan mol/liter.

A = a b c (gram/liter)
A = E b c (mol/liter)
Io It
Log = A dengan T =
It Io

(T adalah cahaya yang diteruskan atau transmitansi)


1
Sehingga A = log T
Syarat hukum Lambert-Beer dapat digunakan , apabila :

1. larutan yang hendak dianalisis encer


2. sifat kimia, yaitu : zat pengabsorbsi tidak terdisosiasi, berasosiasi/ bereaksi
dengan pelarut, sehingga menghasilkan suatu produk pengabsorbsi spectra
yang berbeda dari zat yang dianalisis.
3. Sumber cahaya : monokromatis
4. Syarat kejernihan : kekeruhan larutan yang disebabkan oleh partikel-partikel
dapat menyebabkan penyimpangan hokum lambert beer.

Dari persamaan Lambert-Beer di atas menunjukan bahwa absorbansi (A)


berbanding lurus dengan konsentrasi larutan (c). Jika dibuat suatu kurva antara
absorbansi (A) lawan konsentrasi (c), maka akan diperoleh suatu kurva garis lurus
(linier). Kurva linier tersebut biasa dikenal dengan dengan kurva kalibrasi atau kurva
standar, yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan uji (sample)
setelah absorbansi dari larutan uji tersebut diukur.

Gambar 2. Kurva Kalibrasi


Absorbansi

Absorbansi
Cuplikan

Konsentrasi
Cuplikan

Konsentrasi (ppm)

Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber cahaya biasanya menggunakan


lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram merupakan salah satu
unsur kimia, dalam tabel periodik unsur wolfram termasuk golongan unsur transisi
tepatnya golongan VIB atau golongan 6 dengan simbol W dan nomor atom 74.
Wolfram digunakan sebagai lampu pada spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya
yang memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni 5930 °C.

Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single beam


dan spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer ini hanya
pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya melewati satu arah
sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan.
Berbeda dengan single-beam, pada spektrofotometer double-beam, nilai blanko dapat
langsung diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses
yang sama. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang
kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan
suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding.

Berikut alur prinsip kerja dari suatu spektrofotometer :

Gambar 3. Prinsip Kerja Spektrofotometer

Inilah dasar prinsip kerja dari alat spektrofotometer : “adanya interaksi antara
materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu”

Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul


umumnya menghasilkan eksitasi electron bonding, akibatnya panjang gelombang
absorpsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam
molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi serapan molekul
berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu
molekul. Akan tetapi yang lebih penting adalah penggunaan spektroskopi serapan
ultraviolet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang
mengandung gugus-gugus pengabsorpsi.

Metode spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh


suatu larutan berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode
kalorimetri. Hanya larutan senyawa yang berwarna yang dapat ditentukan dengan
metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya
dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna. Contohnya ion Fe3+ dengan
ion CNS- menghasilkan larutan berwarna merah. Lazimnya kalorimetri dilakukan
dengan membandingkan larutan standar dengan cuplikan yang dibuat pada keadaan
yang sama. Dengan kalorimetri elektronik (canggih) jumlah cahaya yang diserap (A)
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini sering digunakan untuk
menentukan kadar besi dalam air minum.
Pada metode spektroskopi ultraviolet, cahaya yang diserap bukan cahaya
tampak tapi cahaya ultraviolet. Dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur,
contoh aseton dan asetaldehid. Pada spektroskopi ini energi cahaya terserap
digunakan untuk transisi electron. Karena energi cahaya UV lebih besar dari energy
cahaya tampak maka energi UV dapat menyebabkan transisi electron s dan p ( Kimia
Analitik Instrumen,1994: 4-5).

Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks


berwarna antara besi (II) dengan orto-fenantrolin yang dapat menyerap sinar tampak
secara maksimal pada panjang gelombang tertentu.

Kadar besi dalam suatu sample yang diproduksi akan cukup kecil dapat
dilakukan dengan teknik spektrofotometri UV-Vis menggunakan pengompleksan
orto-fenantrolin. Dasar penentu kadar besi (II) dengan orto-Fenantrolin. Senyawa ini
memiliki warna sangat kuat dan kestabilan relatif lama dapat menyerap sinar tampak
secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Pada persiapan larutan, sebelum
pengembangan warna perlu ditambahkan didalamnya pereduksi seperti
hidroksilamina. HCl yang akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. pH larutan harus
dijaga pada 6-7 dengan cara menambahkkan ammonia dan natrium asetat
(Hendayana, S, dkk, 2001 : 22).

Dengan menggunakan penentuan kadar konsentrasi , suatu senyawa dilakukan


dengan membandingkan kekuatan serapan cahaya oleh larutan contoh terhadap
terhadap larutan standar yang telah diketahui kunsentrasinya. Terdapat dua cara
standar adisi , pada cara yang pertama dibuat dahulu sederetan larutan standar, diukur
serapannya, kemudian tentukan konsentrasinya dengan menggunakan cara kalibrasi.
Cara yang kedua dilakukan dengan menambahjkan sejumlah larutan contoh yang
sama kedalam larutan standar (Hendayana, S, dkk,2001 : 12).

Instrumen pada spektrofotometri UV-Vis terdiri dari 6 komponen


pokok, yaitu:

5. Sumber Radiasi
· Lampu deuterium (λ= 190nm-380nm, umur pemakaian 500 jam)
· Lampu tungsten, merupakan campuran dari flamen tungsten dan gas iodine.
Pengukurannya pada daerah visible 380-900nm.
· Lampu merkuri, untuk mengecek atau kalibrasi panjang gelombang pada
spectra UV-VIS pada 365 nm.

6. Monokromator

Alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi


dengan satu panjang gelombang. Monokromator untuk UV-VIS dan IR
serupa, yaitu mempunyai celah, lensa, cermin dan prisma atau grating.
Gambar 4. Elemen Pendispersi Prisma

1. Wadah Sampel (Sel Atau Kuvet)

Wadah sampel umumnya disebut kuvet. Berikut jenis-jenis kuvet yang bisa
digunakan:

a. Gelas

Umum digunakan (pada 340-1000 nm) Biasanya memiliki panjang 1


cm (atau 0,1, 0,2 , 0,5 , 2 atau 4 cm)

b. Kwarsa

Mahal, range (190-1000nm) (c) Cell otomatis (flow through cells)

c. Matched cells
d. Polystyrene range ( 340-1000nm) throw away type
e. Micro cells.

2. Detektor

Radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor yang akan
mengubahnya menjadi besaran terukur. Berikut jenis-jenis detektor dalam
spektrofotometer UV-VIS.

a. Barrier layer cell (photo cell atau photo voltaic cell)


b. Photo tube, lebih sensitif daripada photo cell, memerlukan power suplai
yang stabil dan amplifier
c. Photo multipliers, sangat sensitif, respons cepat digunakan pada instrumen
double beam penguatan internal

7. Recorder

Radiasi yang ditangkap detektor kemudian diubah menjadi arus listrik oleh
recorder dan terbaca dalam bentuk transmitansi.

8. Read out
a. Null balance, menggunakan prinsip null balance potentiometer, tidak
nyaman, banyak diganti dengan pembacaan langsung dan pembacaan
digital
b. Direct readers, %T, A atau C dibaca langsung dari skala
c. Pembacaan digital, mengubah sinyal analog ke digital dan menampilkan
peraga angka Light emitting diode (LED) sebagai A, %T atau C. Dengan
pembacaan meter seperti gambar, akan lebih mudah dibaca skala
transmitannya, kemudian menentukan absorbansi dengan A = - log T.

(sumber:http://tjahkimiaunnes.blogspot.com/2010/03/instrumentasi-pada-
spektrofotometer-uv.html)

Wadah sampel umumnya disebut sel/kuvet. Kuvet yang terbuat dari kuarsa baik
untuk spektrosokopi UV dan juga untuk spektroskopi sinar tampak. Kuvet plastik
dapat digunakan untuk spektroskopi sinar tampak.

Radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor yang berguna
untuk mendeteksi cahaya yang melewati sampel tersebut. Cahaya yang melewati
detektor diubah enjadi arus listrik yang dapat dibaca melalui recorder dalam bentuk
transmitansi absorbansi atau konsentrasi (Hendayana, S, dkk, 2001 : 67).

Reaksi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ adalah :

𝟐𝑭𝒆𝟑 + 𝟒𝑵𝑯𝟐 𝑶𝑯 + 𝟐𝑶𝑯− 𝟐𝑭𝒆𝟐+ + 𝑵𝟐 + 𝟒𝑯𝟐

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Spektofotometer Labo
2. Pipet Tetes
3. Pipet Ukur 5 ml dan 10 ml
4. 9 buah Labu takar 50 ml
5. Botol Semprot
6. Gelas Kimia 250 ml dan 150 ml
7. Bola Hisap

B. Bahan
1. Larutan induk 𝐹𝑒 3+ 100 ppm (=Metoda Nessler)
2. Larutan Hidroksilamin – HCl 10%
3. Larutan Na Asetat 10%
4. Larutan O – fenantrolin 0,1%
5. Aquades

IV. SKEMA KERJA


A. Persiapan Larutan
1. Siapkan 9 buah labu takar ukuran 50 ml
2. Membuat sederet larutan standar dengan komposisi sebagai berikut :
Tabel 2. Larutan Standar
O–
Fe (II) Hidrosilamin Na Asetat Aquades
fenantrolin
NO 100 ppm – HCl 10% 10% hingga
0,1%
(ml) (ml) (ml) (ml)
(ml)
1 0,0 0,5 5 5 50
2 1,0 0,5 5 5 50
3 1,5 0,5 5 5 50
4 2,0 0,5 5 5 50
5 2,5 0,5 5 5 50
6 3,0 0,5 5 5 50
7 3,5 0,5 5 5 50
8 4,0 0,5 5 5 50
Sampel
9 0,5 5 5 50
(25 ml)

3. Encerkan hingga tanda batas dan kocok

B. Pengukuran dengan Spektrofotometer Labo

• Mengukur menggunakan spektrofotometer labo dengan rentang


panjang gelombang 380-780 nm (cahaya tampak).

• Mengisi logbook spektrofotometer labo sebelum digunakan.

• Periksa kesesuaian besar tegangan spektrofotometer dengan sumber


tegangan listrik.
• Sambungkan neraca analitik ke sumber tegangan.

• Menyalakan spektrofotometer dengan menekan tombol on yang ada


pada kiri belakang alat..

• Memanaskan spektrofotometer selama 15 menit.

• Membersihkan kuvet untuk labo dengan air suling.

• Membilas kuvet yang ingin digunakan dengan larutan yang akan


diukur.

• Mengisi kuvet yang ingin digunakan dengan blanko dan larutan yang
akan diukur.
• Membersihkan dinding luar kuvet dari kotoran ataupun larutan yang
tertinggal.

• Membuka tutup tempat kuvet pada spektrofotometer labo.

• Memasukan kuvet yang telah dibersihkan tersebut ke dalam sel (tempat


mengukur larutan).

• Menutup kembali tutup tempat kuvet pada spektrofotometer.

• Memposisikan kuvet yang berisi blanko berada di jalur keluaran cahaya


elektromagnetik.

• Menentukan pengukuran menggunakan %T atau absorbansi dengan


menekan tombol mode.
• Menentukan panjang gelombang yang akan digunakan.

• Tekan 100 ketika menggunakan %T ataupun tekan 0 ketika


menggunakan absorbansi.

• Tunggu hingga adanya muncul bacaan ‘bla” dan kemudian menunjukan


nilai 100,00 untuk %T dan 0,00 untuk absorbansi.

• Menarik tuas pada alat spektrofotometer labo untuk memindahkan


posisi kuvet, dari yang berisi blanko dengan yang berisi larutan yang
akan diukur agar tepat di jalur keluaran cahaya elektromagnetik.

• Nilai terukur akan muncul pada display.

• Mencatat nilai yang didapatkan dan mengeluarkan kuvet yang telah


digunakan.
• Membersihkan kembali kuvet yang telah digunakan dan menyimpan
pada wadah kuvet.

• Menutup kembali kuvet pada spektrofotometer labo.

• Mematikan alat dengan menekan tombol yang ada di belakang kiri alat.

• Memutuskan sambungan listrik.

• Memastikan labo dalam keadaan bersih.

• Mengisi logbook spektrofotometer labo setelah digunakan.

V. MSDS
A. Fe (II)
Sifat Kimia dan Sifat Fisika
1. Nama Kimia : Fe atau Ferrum
2. Nomor Atom : 26
3. Warna : Logam berwarna perak abu-abu, yang bersifat reaktif
dengan oksigen dan air,sehingga mudah membentuk
karat.
4. Jumlah : Besi adalah elemen nomor 4 terbesar di kerak bumi.
5. Sifat : Besi murni bersifat lunak( lebih lunak dari
alumunium), tetapi dapat diperkeras dan diperkuat
dengan campuran lain seperti carbon dengan proses
smelting.

Bahaya Besi bagi Kesehatan

1. Besi adalah mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk pembentukan
hemoglobin.
2. Besi dapat ditemukan di sumber makanan daging dan sayur-sayuran.
3. Besi dapat menimbulkan masalah kesehatan conjunctivitis, choroiditis,
retinitis jika kontak dan besi tetap permanen didalamnya.
4. Inhalasi kronik debu atau fume dari besi oksida bisa menimbulkan masalah
kesehatan pneumoconiosis jinak yang dinamakan siderosis dan meningkatkan
resiko kanker paru-paru.
5. LD 50 ( oral, rat ) : 30 gm/kg

Bahaya Lingkungan Besi

Iron ( III )-O-arsenite, pentahydrate dapat berbahaya untuk lingkungan,


terutama terhadap tumbuh-tumbuhan, air dan udara. Sangat direkomendasikan
supaya lingkungan tidak tercemar oleh kimia ini.

Aplikasi Kesehatan Kerja Besi

1. Pig iron untuk industri : kompor, pipa, radiator, rel kereta api.
2. Stainless steel untuk : alat rumah tangga, alat kesehatan.

B. Hikdrosilamin – HCl
Sifat Kimia
1. Nama Kimia : Hydroxylamine Hydrochloride
2. Rumus Kimia : NH2OH.HCl

Identifikasi Bahaya
1. Mata : Menyebabkan iritasi pada mata, kerusakan pada mata,
dan kebutaan
2. Kulit : Menyebabkan peradangan pada kulit dan
menimbulkan kegatalan
3. Inhalasi : Menghirup debu akan menghasilkan iritasi pada
saluran gastro-intestinal atau saluran pernapasan, yang
ditandai dengan pembakaran, bersin dan batuk.

Pertolongan Pertama
1. Kontak Mata : Cek dan lepas jika menggukan kontak lensa. Bilas
dengan air mengalir selama 15 menit.
2. Kulit : Bilas bagian kulit yang terkena zat dengan air
mengalir selama 15 menit. Lepas dan cuci pakaian yang
terkena zat. Gunakan krim anti – bakterial bila
diperlukan. Hubungi dokter apabila terjadi iritasi serius.
3. Inhalasi : Bawa korban ke udara segar, beri korban beberapa
gelas susu atau air. Bila diperlukan beri korban oksigen.
Hubungi dokter.

Penanganan Kebakaran
1. Titik nyala : 152°C (305.6°F).
2. Media pemadam : Bila terjadi kebakaran kecil gunakan bubuk kimia
kering. Apabila terjadi kebakaran besar gunakan
semprotan air, kabut atau busa.
C. Na Asetat
Sifat Kimia
1. Nama Kimia : Sodium acetate
2. Rumus Kimia : CH3COONa

Identifikasi Bahaya
1. Mata : Menyebabkan iritasi pada mata, kerusakan pada mata,
dan kebutaan
2. Kulit : Menyebabkan peradangan pada kulit dan
menimbulkan kegatalan
3. Inhalasi : Menghirup debu akan menghasilkan iritasi pada
saluran gastro-intestinal atau saluran pernapasan, yang
ditandai dengan pembakaran, bersin dan batuk.
Pertolongan Pertama
1. Kontak mata : Periksa dan lepaskan lensa kontak. Dalam kasus
kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama
minimal 15 menit. Air dingin dapat digunakan.
Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi.
2. Kontak Kulit : Cuci dengan sabun dan air. Tutupi kulit yang teriritasi
dengan emolien. Dapatkan bantuan medis jika terjadi
iritasi. Air dingin dapat digunakan.
3. Inhalasi : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak
bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit
bernapas, berikan oksigen. Dapatkan medis
perhatian jika gejala muncul.
4. Proses menelan : Jangan memaksakan muntah kecuali diarahkan untuk
melakukannya oleh tenaga medis. Tidak pernah
memberikan apapun melalui mulut kepada sadar
orang. Kendurkan pakaian ketat seperti kerah, dasi, ikat
pinggang atau pinggang. Dapatkan bantuan medis jika
gejala muncul.
D. O – Fenantrolin
Sifat Kimia
1. Nama Produk : Phenanthroline monohydrate
2. Rumus Kimia : C12H8N2.H2O

Identifikasi Bahaya
Sangat berbahaya dalam kasus menelan. Berbahaya dalam kasus kontak
kulit (iritan), kontak mata (iritan), inhalasi. Sedikit berbahaya dalam kasus kontak
kulit (permeator). Parah over-exposure dapat mengakibatkan kematian.
Pertolongan Pertama
1. Kontak mata : Periksa dan lepaskan lensa kontak. segera siram mata
dengan air yang mengalir sedikitnya 15 menit, dengan
kelopak mata tetap dibuka. Air dingin dapat digunakan.
Jangan gunakan salep mata. Mencari bantuan medis.
2. Kontak Kulit : Setelah kontak dengan kulit, segera cuci dengan
banyak air. Lembut dan benar-benar mencuci kulit
terkontaminasi dengan berjalan air dan sabun non-
abrasif. Sangat berhati-hati untuk membersihkan
lipatan, celah-celah, lipatan dan pangkal paha. Tutupi
kulit yang teriritasi dengan yang melunakkan. Jika
terjadi iritasi, mencari perhatian medis. Cuci pakaian
yang terkontaminasi sebelum menggunakan kembali.
Bila terjadi iritasi serius cuci dengan sabun desinfektan
dan menutupi kulit terkontaminasi dengan krim anti-
bakteri. Hubungi dokter.
3. Inhalasi : Biarkan korban untuk beristirahat di area yang
berventilasi. Mencaribantuan medis segera. Bila terjadi
inhalasi serius evakuasi korban ke daerah yang aman
secepatnya. Kendurkan pakaian ketat seperti kerah,
dasi, ikat pinggang atau pinggang. Jika sulit bernafas,
berikan oksigen. Jika korban tidak bernafas, melakukan
mulut ke mulut. Hubungi dokter
4. Proses menelan : Jangan memaksakan muntah. Periksa bibir dan mulut
untuk memastikan apakah jaringan yang rusak, indikasi
kemungkinan bahwa bahan beracun tertelan; tidak
adanya tanda-tanda seperti itu, bagaimanapun, tidak
konklusif. Kendurkan pakaian ketat seperti leher, dasi,
ikat pinggang atau pinggang. Jika korban tidak
bernafas, melakukan mulut ke mulut. Mencari perhatian
medis segera.
VI. DATA PENGAMATAN
A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Tabel 3. Panjang Gelombang
Panjang Gelombang
No A
(nm)
1 400 0,085
2 410 0,103
3 420 0,128
4 430 0,145
5 440 0,159
6 450 0,163
7 460 0,178
8 470 0,177
9 480 0,202
10 485 0,206 Panjang
11 490 0,202 Gelombang
12 500 0,215 Maksimum
13 510 0,222
14 520 0,202
15 530 0,215
16 540 0,209
17 550 0,176
18 560 0,124
19 570 0,07
20 560 0,041

Panjang Gelombang vs Absorbansi


0.250

0,206
0.200

0.150
Absorbansi

Series
1

0.100
Poly.
(Series
0.050 1)

0.000
0 100 200 300 400 500 600
Panjang Gelombang (nm)

B. Penentuan Kurva Kalibrasi ( ʎ maks = 485 nm )


Tabel 4. Kurva Kalibrasi

No Konsentrasi (ppm) A
1 0 0
2 2 0,075
3 3 0,104
4 4 0,134
5 5 0,173
6 6 0,207
7 7 0,238
8 8 0,278
9 Sampel (25 ml) 0,139

C. Penentuan Konsentrasi Sampel


A = 0,139
Untuk menentukan konsentrasi sampel, harga A sampel interlpolasikan ke
dalam kurva kalibrasi

0.3
Absorbansi vs Panjang Gelombang
0.278

0.25
0.238

Absorbansi Cuplikan 0.207


Absorbansi

0.2

0.173
Series1
0.15
0,139 Linear (Series1)
0.134
Linear (Series1)
0.1 0.104
y = 0.0342x + 0.0015
0.075 Konsentrasi Cuplikan R² = 0.9989
0.05

0 0
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi (ppm)

VII. PENGOLAHAN DATA


1. Pembuatan larutan baku Fe(II) 100 mL air dari garam Fe (NH4OH)2SO4

𝑀𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎
392 𝑔𝑟𝑎𝑚 3,5 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄
= 56 = 7 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 500 𝑚𝑙
𝐴𝑟 𝐹𝑒
2. Pembuatan O – Fenantrolin 0,1 % untuk 500 ml
0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄
Artinya massa O – Fenantrolin = 100 𝑚𝑙
Jadi untuk membuat 500 ml dibutuhkan o – fenantrolin sebanyak 0,5 gram

3. Pembuatan Na – Asetat 10 % untuk 500 ml

10 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄
Artinya massa Na – Asetat = 100 𝑚𝑙
Jadi untuk membuat larutan 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎 500 ml dibutuhkan Na – Asetat sebanyak
50 gram

4. Pembuatan Hidroksilamin 10% untuk 250 ml


25 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄
Artinya massa Na – Asetat = 100 𝑚𝑙
Jadi untuk membuat Hidroksilamin 250 ml dibutuhkan sebanyak 25 gram

5. Mengubah Konsentrasi Fe (II) menjadi 100 ppm


𝑉1 x 𝑝𝑝𝑚1 = 𝑉2 x 𝑝𝑝𝑚2
𝑉1 𝑥 1000 = 250 x 100
𝑉1 = 25 ml

6. Menghitung Konsentrasi (ppm)


 Fe (II) 0 ml  Fe (II) 2,5 ml
𝑉1 x 𝑝𝑝𝑚1 = 𝑉2 x 𝑝𝑝𝑚2 𝑉1 x 𝑝𝑝𝑚1 = 𝑉2 x 𝑝𝑝𝑚2
0 x 100 = 50 x 𝑝𝑝𝑚2 2,5 𝑥 100 = 50 x 𝑝𝑝𝑚2
𝑝𝑝𝑚2 = 0 ppm 𝑝𝑝𝑚2 = 5 ppm

 Fe (II) 1 ml  Fe (II) 3 ml
𝑉1 x 𝑝𝑝𝑚1 = 𝑉2 x 𝑝𝑝𝑚2 𝑉1 x 𝑝𝑝𝑚1 = 𝑉2 x 𝑝𝑝𝑚2
1,0 𝑥 100 = 50 x 𝑝𝑝𝑚2 3 𝑥 100 = 50 x 𝑝𝑝𝑚2
𝑝𝑝𝑚2 = 2 ppm 𝑝𝑝𝑚2 = 6 ppm

 Fe (II) 1,5 ml  Fe (II) 3,5 ml


𝑉1 x 𝑝𝑝𝑚1 = 𝑉2 x 𝑝𝑝𝑚2 𝑉1 x 𝑝𝑝𝑚1 = 𝑉2 x 𝑝𝑝𝑚2
1,5 𝑥 100 = 50 x 𝑝𝑝𝑚2 3,5 𝑥 100 = 50 x 𝑝𝑝𝑚2
𝑝𝑝𝑚2 = 3 ppm 𝑝𝑝𝑚2 = 7 ppm

 Fe (II) 2 ml  Fe (II) 4 ml
𝑉1 x 𝑝𝑝𝑚1 = 𝑉2 x 𝑝𝑝𝑚2 𝑉1 x 𝑝𝑝𝑚1 = 𝑉2 x 𝑝𝑝𝑚2
2 𝑥 100 = 50 x 𝑝𝑝𝑚2 4 𝑥 100 = 50 x 𝑝𝑝𝑚2
𝑝𝑝𝑚2 = 4 ppm 𝑝𝑝𝑚2 = 8 ppm

7. Perhitungan konsentrasi Fe dalam sample sampel air

Hasil Pengukuran Absorbansi sample ( Y ) = 0,206


Persamaan garis yang diperoleh Y = 0,0342x
Konsentrasi Fe dalam sample (x) adalah sebagai berikut :
Y = 0,0342x

0,139 = 0,0342x → x = 4,06 ppm

VIII. PEMBAHASAN
a. Revian Prisca Erninda (161411049)
Pada praktikum ini dilakukan untuk menguji konsentrasi Fe total dengan
menggunakan Spektrofotometer Labo. Spektrofotometer Labo ini menggunakan teknik sinar
tampak atau visibel (dengan panjang gelombang 380 – 780 nm). Larutan besi digunakan
sebagai bahan percobaan. Larutan besi merupakan larutan yang tidak berwarna. Maka larutan
besi harus dibuat berwarna terlebih dahulu sebelum diukur absorbannya dengan
spektrofotometer Labo. Agar larutan besi dapat berwarna, maka direaksikan dengan orto -
fenantrolin, karena orto - fenantrolin dapat membentuk kompleks warna merah dari 𝐹𝑒 2+
Adapun reaksinya adalah:

𝐹𝑒 2+ + 3𝐶12 𝐻8 𝑁2 → [(𝐶12 𝐻8 𝑁2 )3 𝐹𝑒 ]2+

Adapun alasan penggunaan larutan o- fenantrolin adalah:


1. O - fenantrolin dapat bereaksi secara selektif dengan larutan uji.
2. Mampu menghasilkan warna yang mempunyai absorbtivitas molar besar, sehingga
larutan uji dapat ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan panjang gelombang
tertentu
3. Intensitas warna kompleks tidak terpengaruh oleh pH (pada selang pH 2 - 9).
4. Kompleks yang dihasilkan sangat stabil dan intensitas warnanya tidak berubah dalam
waktu yang lama.

Kemudian selain o-fenantrolin juga dilakukan penambahan Hidroksilamin


hidroklorida dan Natrium Asetat. Fungsi dari penambahan hidroksilamin hidroklorid adalah
untuk 𝐹𝑒 3+ menjadi 𝐹𝑒 2+ serta menjaga besi dalam keadaan besi (II). Reaksinya:

2𝐹𝑒 3+ + 2𝑁𝐻4 𝑂𝐻 + 2𝑂𝐻 − 2𝐹𝑒 2+ + 𝑁2 + 4𝐻2 𝑂

Sementara penambahan Natrium asetat adalah untuk mempertahankan pH agar


tetap stabil pada selang pH 6-9.
Saat akan melakukan pengukuran panjang gelombang, larutan blanko terlebih dahulu
dilakukan pengukuran. Larutan blanko yang digunakan pada praktikum ini adalah pereaksi
antara Hidroksilamin, Na – Asetat dan o-fenantrolin (tanpa ditambah dengan Fe). Larutan
blanko ini digunakan untuk menganalisis kadar Fe sebagai nilai absorbansi larutan standar
dikurangi dengan serapan pereaksinya. Panjang gelombang diukur dari mulai 400 nm. Pada
panjang gelombang 400 – 460 nm terjadi kenaikan nilai Absorbansi, hal ini terjadi karena
semakin besar panjang gelombang yang diberikan semakin besar pula absorbansinya.
Kenaikan panjang gelombang stabil pada panjang gelombang 480 dan 490 nm, maka
dari itu dilakukan pengukuran kembali pada panjang gelombang 485 nm untuk memperoleh
nilai absorbansi untuk memperoleh panjang gelombang maksimum. Tetapi, terjadi penurunan
dan kenaikan dalam pengukuran absorbansi yaitu pada panjang gelombang 470 nm, titik ini
disebut dengan titik ekstrim.
Dari pembuatan grafik hubungan antara absorbansi lawan konsentrasi (spektrum
absorbsi), diperoleh absorbansi maksimum yang dalam percobaan didapatkan pada panjang
gelombang 485 nm. Padahal menurut literatur disebutkan bahwa penetapan kadar Fe dengan
fenantrolin akan mencapai absorbsi maksimum pada panjang gelombang antara 470 - 480
nm.
Selanjutnya dibuat kurva interpolasi antara absorbansi dengan konsentrasi dan
diperoleh nilai absorbansi sampel adalah 0,139. Dari kurva tersebut dapat diketahui nilai
konsetrasi Fe yaitu 4,06 ppm.
b. Rezza Lingga Permana (161411050)
Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran besi dimana besi yang terukur adalah besi
total. Besi ini dalam suasana asam akan bereaksi dengan Natrium Asetat dan
hidroxilamin yang berwarna merah yang diukur pada panjang gelombang maksimum Fe yaitu
pada 480 nm. Untuk menganalisis besi ini digunakan alat spektrofotometer laboo. Pada
spektrofotometer ini menggunakan sinar visible atau tampak (380 nm-780 nm) Langkah-
langkah utama dalam analisis dengan sinar tampak adalah :

1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap yang dapat menyerap sinar tampak.

2. Pemilihan panjang gelombang maksimum.

3. Pembuatan kurva kalibrasi.

Penentuan konsentrasi besi dari sampel dapat ditentukan dengan menginterpolasikan


kedalam kurva kalibrasi besi. Pada pengerjaan awal, dibuat terlebih dahulu membuat larutan
deret standar besi. Dari larutan induk 100 ppm ini dibuat larutan deret standar 0, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8 ppm. Setelah pemipetan larutan induk, kemudian larutan ditambahkan larutan
hidroxilamin dan natrium asetat, Reaksi antara besi dengan orto-fenantrolin merupakan reaksi
kesetimbangan dan berlangsung pada pH 6 sampai 8. Karena alasan tersebut, pH larutan
harus dijaga tetap dengan cara menambahkan garam natrium asetat.

Pada spektrofotometer ini terdapat 4 kotak tempat penyimpanan kuvet. Dimana pada
spektrofotometer labu ini dapat diisi lebih dari satu kuvet dimana pengukuran setiap kuvetnya
dapat digeser-geser kedepan dan kebelakang. Kuvet yang akan diukur digeser hingga ke
tengah-tengah, sedangkan kuvet yang ada didepannya maupun dibelakangnya tidak akan ikut
terukur. Larutan yang terukur adalah yang berada pada kuvet yang digeser hingga ketengah
tepat terlewati sinar monokromatis. Pada percobaan ini kotak yang terisi adalah sebanyak 2
kotak yang diisi oleh 2 kuvet. Setelah itu langkah selanjutnya yang dilakukan dalam
percobaan ini adalah memilih panjang gelombang maksimum pada larutan standar Fe.
Semakin besar panjang gelombang maka akan semakin besar absorbansinya. Tapi dalam
kondisi tertentu, absorbansi akan kembali turun saat bertambahnya panjang gelombang.
Setiap pergantian pengukuran panjang gelombang selalu diukur terlebih dahulu larutan
blanko, dimana larutan blanko % transmitansinya harus 100. Larutan blanko yang digunakan
adalah pereaksi yang digunakan (tanpa sampel atau larutan Fe). Fungsi dari blanko sendiri
adalah mengukur serapan pereaksi yang digunakan untuk analisis kadar Fe sehingga jumlah
serapan Fe sendiri adalah nilai absorbansi larutan standar atau sampel (mengandung pereaksi
dan Fe) dikurangi serapan pereaksinya. Sehingga absorbansi yang didapat pada pengukuran
ini adalah serapan untuk Fe dalam sampel. Pada panjang gelombang 420-460 nm kemampuan
zat menyerap cahaya meningkat, namun kembali turun dalam penyerapan cahayanya pada
panjang gelombang 470 nm yang mana titik tersebut di sebut dengan titik ekstrim.

Panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal, dilakukan dengan


membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan
standar pada konsentrasi tertentu. Berdasarkan grafik pengukuran yang dihasilkan panjang
gelombang yang dikur dari 400 nm hingga 540 nm didapatkan panjang gelombang
maksimalnya pada daerah 485 nm, maka panjang gelombang yang absorbansinya terbesar
yang diambil untuk pengukuran Fe yaitu 485 nm dengan konsentrasi 4,06 ppm.
Untuk selanjutnya adalah dengan membuat kurva interpolasi antara konsentrasi dan
absorbansinya dan regresi yang di hasilkannya adalah 0.0342. Semakin tinggi konsentrasi
maka semkain besar pula nilai absorbansinya.

c. Rheynna Ayunita Pranatha (161411051)


Analisis penentuan kadar besi (Fe) dalam larutan sampel kali ini menggunakan
metode spektrofotometri. Metode spektrofotometri ini merupakan metode penelitian visual
yang lebih rinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi kimia. Pengabsorpsian sinar
tampak oleh molekul kimia biasanya akan menyebabkan elektron bereksitasi dan
menyebabkan panjang gelombang maksimum yang dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan
yang terdapat dalam senyawa tersebut.

Dalam penentuan kadar besi kali ini, digunakan 7 larutan deret standar, blangko dan
larutan sampel. Larutan deret standar berisi campuran larutan Fe, hidroksilamin, larutan Na
Asetat, orto-fenantrolin, dan aquadest. Hidroksilamin ditambahkan ke dalam larutan
berfungsi agar ion besi tetap stabil berada pada keadaan bilangan oksidasi 2+. Natrium asetat
merupakan suatu garam yang bersifat basa yang merupakan penyangga. Keberadaan natrium
asetat dalam larutan menyebabkan larutan berada pada pH optimal untuk pembentukan
kompleks besi fenantrolin, yaitu pada kisaran pH 6-8. pH harus tetap dijaga dalam kondisi
optimal karena dikhawatirkan jika pH terlalu besar, akan terjadi endapan-endapan misalnya
Fe(OH)2. Kemudian, orto-phenantrolin dalam percobaan ini berfungsi sebagai pembentuk
senyawa kompleks sehingga dalam bentuk senyawa kompleks, ion besi dapat memberikan
warna yang dapat dianalisis dengan metode spektrofotometri dengan memperhitungkan besar
absorbansinya. Adapun dalam keadaan dasar, larutan besi tidak berwarna.

Untuk menganalisis kadar besi di dalam larutan digunakan panjang gelombang 485
nm karena pada panjang gelombang ini absorbansi sinar mempunyai nilai maksimal. Panjang
gelombang ini juga termasuk dalam rentang panjang gelombang yang diserap warna biru
kehijauan (480-490 nm) yang merupakan warna komplementer dari larutan yang dianalisis
yaitu warna jingga.

Panjang gelombang maksimun tersebut didapatkan dengan menguji larutan standar 2


ppm di berbagai panjang gelombang dalam rentang 400-540 nm. Pada saat pengujian, dengan
semakin meningkatnya nilai panjang gelombang maka akan semakin meningkat nilai
absorbansinya. Namun pada beberapa titik dalam pengujian terdapat nilai absorbansi yang
ekstrem, yaitu pada panjang gelombang 470 nm (terjadi penurunan) dan pada panjang
gelombang 510 nm (terjadi kenaikan kembali). Hal tersebut terjadi karena kurang tepat dalam
mengatur panjang gelombang yang diinginkan. Kemudian, pada panjang gelombang 480 nm
dan 490 nm tertera nilai absorbansi yang sama, selanjutnya dilakukanlah pengujian pada
panjang gelombang 485 nm dan mendapat nilai absorbansi sebesar 0,206 atau 20,6% cahaya
yang diserap.

Pengujian dilanjutkan pada setiap larutan deret standar dengan menggunakan panjang
gelombang 485 nm dimulai dari larutan standar 1 dengan 0,5 ppm. Dengan dilakukan
pengujian dari laturan standar 1 hingga 7 didapatkan nilai absorbansi yang meningkat. Maka,
didapatkan kurva kalibrasi dan dalam perhitungan kadar besi didapatkan 4,06 ppm

d. Riski Eka Fahira (161411052)


Pada praktikum kali ini, dilakukan analisis penentuan konsentrasi Fe total dalam
larutan dengan teknik spektrofotometer visible. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Menggunakan
spektrofotometer visible karena larutan berwarna. Dan alat yang digunakan adalah
spektrofotometri labo.

Larutan yang digunakan yaitu larutan besi dengan kosentrasi 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5
ppm, 6 ppm, 7ppm, dan 8 ppm yang masing-masing ditambahkan 0,5 ml larutan
hidroksilamin 10%, 5 ml larutan fenantrolin 0,1% dan 5 ml natrium asetat 10%. Tujuan
ditambahkan fenantrolin adalah untuk membentuk senyawa kompleks yang berwarna
sehingga dapat diukur absorbansinya. Sementara penambahahan natrium
asetat bertujuan untuk mempertahankan pH larutan.

Setiap melalukan pengukuran, alat spektrofotometri ini harus dinolkan dengan larutan
blanko. Larutan blanko ini berisi 0 ppm besi, 0,5 ml hidroksilamin, 5 ml larutan fenantrolin,
dan 5 ml natrium asetat. Larutan ini hanya sebagai pembanding.

Pada saat praktikum kami mendapatkan panjang gelombang maksimum Fe yaitu 485
nm. Sedangkan menurut literatur panjang gelombang maksimum Fe adalah 470-480 nm.
Sehingga hasil dari percobaan kami tidak jauh berbeda dengan literatur. Dan didapatkan
konsentrasi Fe total sebesar 4,06 ppm.

IX. KESIMPULAN

1. Untuk menetapkan kadar besi maka dilakukan reaksi antara ion besi (II) dengan o-
fenantrolin hingga terbentuk kompleks merah.

2. Reaksi yang terjadi pada percobaan :


2𝐹𝑒 3+ + 2𝑁𝐻4 𝑂𝐻 + 2𝑂𝐻 − 2𝐹𝑒 2+ + 𝑁2 + 4𝐻2 𝑂
3. Fungsi penambahan zat :
a. O-fenantrolin sebagai pembentuk kompleks warna merah yang stabil
b. Hidroksilamin hidroklorid sebagai perefuksi dari ion 𝐹𝑒 3+ menjadi ion 𝐹𝑒 2+
c. Natrium asetat untuk menjaga pH agar tetap stabil dalam selang pH 6-0.

4. Diperoleh panjang gelombang maksimum Fe adalah 485 nm dengan kadar konsentrasi


Fe total adalah 4,06 ppm.

You might also like