You are on page 1of 34

LAPORAN KASUS

Oleh :
Devita Wardani
Intan Siti Hulaima

Pembimbing :
dr. Tendry Septa, Sp.KJ(K)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

LAPORAN KASUS 3

A. IDENTITAS PASIEN 3
B. RIWAYAT PSIKIATRI 3
1. Keluhan Utama 3
2. Riwayat Penyakit Sekarang
3
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya 4
a. Riwayat Gangguan Psikiatri 5
b. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
5
c. Riwayat Penyakit Medis Umum 5
4. Riwayat Kehidupan Pribadi 5
a. Periode Prenatal dan Perinatal 5

b. Periode Bayi dan Balita 5

c. Periode Masa Kanak-Kanak (6-12 tahun) 5

d. Periode Remaja ( 12-18 tahun) 5

e. Periode Dewasa 5
5. Riwayat Pendidikan 5
6. Riwayat Pekerjaan 6
7. Riwayat Perkawinan 6
8. Riwayat Kehidupan Beragama 6
9. Riwayat Keluarga 6
10. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga
7
11. Situasi Kehidupan Sekarang
7

1
12. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai
7
C. STATUS MENTAL 7
1. Deskripsi Umum 7
2. Pembicaraan 7
3. Keadaan Afektif 8
4. Persepsi 8
5. Proses pikir 8
6. Kesadaran dan Kognisi 8
7. Pengendalian Impuls 9
8. Daya Nilai 9
9. Tilikan 9
10. Taraf dapat dipercaya
9
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT 9
1. Status Generalis 9
2. Status Internus 9
3. Status Neurologis 9
4. Laboratorium Darah dan Fungsi Hati 10
E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA 10
F. FORMULASI DIAGNOSIS 11
G. EVALUASI MULTIAKSIAL 14
H. DAFTAR MASALAH 14
I. RENCANA TERAPI 14
J. PROGNOSIS 15
K. DISKUSI
15
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 24

2
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Tn. S, pria, 23 tahun, lahir 28 November 1994, Islam, belum menikah,
berhenti dari pekerjaan, pendidikan terakhir SD, Suku Jawa, Alamat
Teluk Betung, datang berobat ke Poli kejiwaan Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Lampung pada tanggal 15 Januari 2018 dengan nomor CM
033XXX. Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 15 Januari 2018 pada
pukul 14.30 WIB.

B.RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 15 Januari 2018
dari Tn. S, 23 tahun, pendidikan terakhir SD.

1.Keluhan Utama
Cemas dan merasa takut

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Psikiatri Rumah Sakit Jiwa (RSJ)
Provinsi Lampung pada tanggal 15 Januari 2018
bersama temannya dengan keluhan cemas dan takut
yang memberat sejak 1 tahun terakhir. Pasien datang

3
bersama temannya namun saat diwawancarai pasien
tidak ingin ditemani temannya. Pasien sudah sering
merasakan gejala cemas, sulit tidur, gelisah dan
ketakutan sejak 10 tahun yang lalu, namun sempat
hilang timbul. Pasien mengatakan merasakan cemas
dan ketakutan apabila berada di tempat umum seperti
saat keluar rumah.

Pasien merasa cemas dan takut apabila berada di


tempat yang ramai dan juga saat berpergian dari
rumah. Pasien merasa cemas dan tidak nyaman di
tempat ramai, merasa takut orang-orang tidak dapat
menolong dirinya apabila pasien dalam keadaan
terancam. Pasien lebih memilih berada di rumah,
walaupun di rumah pasien sendirian. Pasien lebih
merasa nyaman berada di rumah dan tidak merasa
cemas maupun takut. Pasien sempat menolak
menemani pacarnya untuk ikut kondangan karena takut
bertemu dengan orang banyak. Pasien juga merasa
tidak nyaman apabila berada di kendaraan umum
seperti berada di dalam bus. Namun tidak ada perasaan
putus asa. Nafsu makan baik dan pasien masih dapat
mengurus dirinya dengan baik. Untuk menjalankan aktivitas
sehari-hari pasien masih bisa melakukannya dengan baik. Pasien
menyangkal mendengar suara bisikan-bisikan atau melihat adanya
bayangan, atau keinginan bunuh diri.

Untuk menjalankan aktivitas sehari-hari pasien masih bisa


melakukannya dengan baik, namun pasien mengundurkan diri dari
pekerjaannya karena rasa cemas dan takut yang dialaminya.
Sosialisasi dengan keluarga baik, namun dengan tetangganya sedikit
berkurang. Oleh karena itu pasien berinisiatif untuk berobat untuk

4
menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Pasien sebelumnya belum
pernah berobat

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya


a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya.

b. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien merokok dan pernah mengonsumsi ganja dan
alkohol, namun sudah tidak mengonsumsi lagi sejak
10 tahun yang lalu

c. Riwayat Penyakit Medis Umum


Riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat trauma
(-), riwayat kejang (-), dan riwayat alergi obat (-).

4.Riwayat Kehidupan Pribadi


a. Periode Prenatal dan Perinatal
Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara, kehamilan dan
kelahirannya direncanakan dan diinginkan. Ibu pasien hamil cukup
bulan, lahir spontan, ditolong oleh bidan, tidak ada penyulit
maupun penyakit pada masa kehamilan dan proses melahirkan.

b. Periode Bayi dan Balita

Pasien dirawat oleh orang tua kandung, diberikan ASI oleh ibu
kandung, imunisasi lengkap, gizi cukup, tumbuh kembang sesuai
usia.

5
c. Periode Masa Kanak-Kanak (6-12 tahun)

Pasien tinggal bersama kedua orang tua kandung. Menurut pasien


masa kanak-kanak pasien tidak berbeda dengan masa kanak-kanak
lainnya. Pasien cenderung pendiam dan hanya memiliki beberapa
teman. Selama masa pendidikan di usia ini, pasien mampu
mengikuti dengan baik dan tidak pernah tinggal kelas.

d. Periode Remaja ( 12-18 tahun)

Menurut pasien hubungan interaksi eksternal (teman-teman) dan


internal (keluarga) pasien terkesan baik. Pasien memiliki teman di
lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan lingkungan kerja.

e. Periode Dewasa

Menurut pasien hubungan bersama teman dan keluarga terkesan


baik. Tidak ada masalah yang besar ketika periode ini.

5. Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan pendidikan SD tepat waktu dan tidak pernah
tinggal kelas.

6. Riwayat Pekerjaan
Sebelum berhenti bekerja, pasien bekerja sebagai seorang anak buah
kapal sejak kurang lebih 5 tahun. Menurut pasien selama bekerja
sebagai anak buah kapal, pasien merasa tidak nyaman dan selalu
merasa cemas dan takut yang berlebihan.

7. Riwayat Perkawinan
Pasien sampai saat ini belum menikah.

6
8. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Pasien telah diajari ilmu agama oleh kedua
orang tuanya sejak kecil. Menurut pasien, pasien masih menjalani
ibadah sholat 5 waktu sampai saat ini walaupun terkadang masih suka
terlewatkan.

9. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara,
tinggal dirumah bersama orang tuanya (tidak
mengontrak), ekonomi keluarga didapat dari orang tua
pasien. Dari keluarga tidak ada yang memiliki gangguan
seperti yang dialami oleh pasien atau gangguan
kejiwaan lainnya.

Diagram Keluarga

Wanita Pasien

Pria

10. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga


Pasien tinggal bersama keluarga inti. Kehidupan ekonomi di dalam
keluarga, pasien merupakan tulang punggung keluarganya. Pasien
memiliki tingkat ekonomi yang cukup.

11. Situasi Kehidupan Sekarang

7
Pasien tinggal bersama kedua orang tua di rumah milik
orang tua. Pasien merasa hidup cukup untuk memenuhi
kebutuhan harian. Hubungan dalam rumah menurut pasien
harmonis dan dengan tetangga terbilang baik.

12. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai


Pasien memiliki penilaian tentang agama, sosial dan budaya yang
cukup baik.

C.STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
Kesadaran : jernih (compos mentis)
Penampilan : terlihat sesuai usianya, berpakaian rapi
dengan kemeja dan celana panjang, rambut disisir rapi,
berkumis dan tidak berjenggot, kulit sawo matang,
kuku pendek dan memakai sepatu sandal.
Perilaku dan aktivitas psikomotor : selama wawancara
pasien duduk dengan tenang dan dapat menjawab
semua pertanyaan dengan baik. Kontak mata dengan
pemeriksa baik. Pasien terlihat tidak tertekan.
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

2. Pembicaraan
Spontan, lancar, volume cukup, artikulasi jelas,
amplitudo sesuai, menjawab sesuai dengan
pertanyaan, kuantitas dan kualitas cukup.

3. Keadaan Afektif
Mood : Eutimia
Afek : Terbatas
Keserasian : Serasi

8
4. Persepsi :
Halusinasi : tidak ada
Ilusi : tidak ada
Depersonalisasi : tidak ada
Derealisasi : tidak ada

5. Proses pikir:
Arus Pikiran : produktivitas baik, kontinuitas relevan,
hendaya berbahasa tidak ditemukan
Isi pikiran : tidak ada waham

6. Kesadaran dan Kognisi

Kesadaran : Compos mentis


Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : baik
Daya ingat : segera baik, jangka pendek baik, jangka
menengah baik, jangka panjang baik
Konsentrasi dan Perhatian : baik
Kemampuan membaca dan menulis: Pasien dapat
membaca dan menulis
Kemampuan visuospasial : baik
Abstraksi : Pasien dapat menyebutkan persamaan
antara bis dengan sepeda motor
Intelegensi : Pasien mengetahui nama presiden RI saat
ini
Kemampuan menolong diri sendiri : Pasien dapat
melakukan aktivitas sehari-hari sendiri

7. Pengendalian Impuls

9
Pasien dapat mengendalikan emosi selama wawancara.
Pasien dapat mengendalikan impuls untuk tetap
kooperatif saat wawancara.

8. Daya Nilai
Norma sosial : baik (Pasien mengatakan tidak
ingin merepotkan keluarganya)
Uji daya nilai : baik (Pasien tidak mau
mengambil barang yang bukan miliknya)
Penilaian realitas : baik (Pasien menyadari
kenyataan yang sesungguhnya pada diri dan
lingkungan, tidak ada waham maupun halusinasi)

9. Tilikan
Tilikan 6

10.Taraf dapat dipercaya


Secara umum semua jawaban dapat dipercaya

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


1. Status Generalis
Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, berat
badan 60kg, tinggi badan 160cm.
Tanda-tanda vital: tensi 120/80 mmHg, nadi 82x/menit, RR
22x/menit, suhu 36,9°C.

2. Status Internus
Kepala, mata, tht, leher, paru, jantung, abdomen, ekstremitas dalam
batas normal.

3. Status Neurologis
a. Sistem sensorik : dalam batas normal

10
b. Sistem motorik : dalam batas normal
c. Fungsi luhur : dalam batas normal

4. Laboratorium Darah dan Fungsi Hati


 Hemoglobin: 15,7 g/dl
 Eritrosit: 4,5 juta sel/mm3
 Leukosit: 8.300 sel/mm3
 Trombosit: 275.000 sel/mm3
 Hitung Jenis:
Basofil 0%, eosinofil 0%, batang: 0%, segmen: 60%,
limfosit: 23%, monosit: 7%
 Hematokrit 44%
 SGOT : 31 U/l
 SGPT : 30 U/l
Kesan: Normal

E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien Tn. S, berumur 23 tahun, beragama Islam, suku
Jawa, tinggal bersama kedua orangtuanya.
Keluhan utama: cemas, ketakutan dan sulit tidur yang
memberat sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat stressor: tempat umum, tempat yang ramai
orang
Riwayat penyakit sekarang: 10 tahun yang lalu, pasien
merasakan gejala cemas, takut yang berlebihan dan sulit
tidur. Keluhan dirasakan kadang hilang timbul dan
memberat sejak 1 tahun terakhir.
Keluhan. Pasien merasa cemas dan takut apabila berada
di tempat yang ramai dan juga saat berpergian dari
rumah. Pasien merasa cemas dan tidak nyaman di
tempat ramai, merasa takut orang-orang tidak dapat

11
menolong dirinya apabila pasien dalam keadaan
terancam. Pasien lebih memilih berada di rumah,
walaupun di rumah pasien sendirian. Pasien lebih merasa
nyaman berada di rumah dan tidak merasa cemas
maupun takut. Pasien sempat menolak menemani
pacarnya untuk ikut kondangan karena takut bertemu
dengan orang banyak. Pasien juga merasa tidak nyaman
apabila berada di kendaraan umum seperti berada di
dalam bus. Pasien mengundurkan diri dari pekerjaannya
karena perasaan cemas dan takut yang dialaminya.
Namun tidak ada perasaan putus asa. Nafsu makan baik
dan pasien masih dapat mengurus dirinya dengan baik.
Untuk menjalankan aktivitas sehari-hari pasien masih bisa
melakukannya dengan baik. Pasien menyangkal mendengar suara
bisikan-bisikan atau melihat adanya bayangan, atau keinginan bunuh diri

Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada.


Riwayat pengobatan: Pasien sebelumnya belum pernah berobat

Saat wawancara, keadaan umum pasien compos mentis, penampilan


sesuai usia, pasien duduk tenang dengan posisi sedikit membungkuk dan
dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik, kontak mata dengan
pemeriksa kurang dan terlihat tidak tertekan. Pasien bersikap kooperatif
selama wawancara. Pembicaraan spontan, lancar, artikulasi cukup jelas,
intonasi baik, kualitas dan kuantitas cukup. Pada pasien didapatkan
mood eutimia, afek terbatas dan serasi. Gangguan persepsi tidak
ditemukan. Pada arus pikir didapatkan produktivitas menurun,
kontinuitas relevan, hendaya berbahasa tidak ditemukan dan tidak ada
waham. Daya konsentrasi baik, memori segera, jangka pendek, dan
menengah baik. Namun memori jangka panjang kurang baik. Orientasi
tempat, waktu dan orang baik. Kemampuan visuospasial baik. Tilikan 6.

12
F. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status
mental, maka kasus ini termasuk gangguan jiwa karena
menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien serta
terdapat hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan
aktivitas sosial.

Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang, tidak ditemukan riwayat trauma
kepala, demam tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik
lainnya yang dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum gangguan jiwa.
Hal tersebut dapat menjadi dasar untuk
menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik
(F0). Dari anamnesis diketahui bahwa pasien pernah mengkonsumsi
alkohol dan zat psikoaktif lainnya namun sudah tidak mengonsumsi lagi
sejak 10 tahun terakhir, berdasarkan hal tersebut, pasien bukan
termasuk penderita gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lainnya (F1).

Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis pasien. Pada pasien tidak


didapatkan halusinasi auditorik, visual, olfaktorik, gustatorik dan taktil.
Pasien juga tidak dijumpai adanya keluhan yang berhubungan dengan
gangguan isi pikir perihal waham. Hal ini dapat menjadi dasar
untuk menyingkirkan diagnosis skizofrenia, gangguan skizotipal
dan gangguan waham (F2).

Pada pasien tidak didapatkan ada keluhan berupa mudah lelah,


penurunan minat dan semangat beraktivitas, maupun nafsu makan yang
terganggu. Selain itu, juga tidak ditemukan adanya gejala
somatik yang berhubungan dengan episode depresi yaitu
sering merasa jantung berdebar-debar tanpa sebab,
gemetaran, mual dan kepala pusing. Hal ini dapat menjadi

13
dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan suasana perasaan
dan mood (F3)

Pada pasien didapatkan ada keluhan berupa cemas, takut, gelisah dan
sulit tidur. Keluhan ini telah berlangsung sekitar 10 tahun yang lalu, dan
memberat sejak 1 tahun terakhir. Menurut pasien, keluhan ini dapat
muncul pada saat pasien berada dalam keramaian seperti saat ingin
keluar rumah, bertemu dengan orang banyak. Pasien merasa tidak
nyaman karena pasien takut tidak ada yang menolong dirinya pada saat
pasien mengalami kesulitan atau terancam. Pasien merasa lebih nyaman
saat berada di rumah walaupun sendirian. Tidak ada perasaan putus asa
dan keinginan bunuh diri. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
pasien ini dapat didiagnosis sebagai agorafobia tanpa gangguan panik
(F40.00) sebagai diagnosis aksis I.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan


fungsi kognitif baik, pengetahuan baik, dan pada pasien tidak ditemukan
tanda-tanda gangguan kepribadian sehingga sampai saat ini tidak ada
diagnosis aksis II.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaaan fisik tidak ditemukan tanda-


tanda kelainan ataupun kondisi medis yang bermakna sehingga tidak
ada diagnosis aksis III.

Berdasarkan anamnesis yang dilakukan terhadap pasien, pasien


memiliki masalah terhadap masalah ekonomi dan lingkungan sosial,
namun tidak memiliki masalah terhadap keluarga, pendidikan,
perumahan, dan hukum. Oleh karena itu pada aksis IV terdapat
masalah terkait ekonomi dan lingkungan sosial.

Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam


kehidupannya menggunakan GAF (Global Assessment of Functioning)
Scale. Menurut PPDGJ III, pada aksis V didapatkan GAF saat berobat

14
(GAF current) adalah 70-61 yaitu gejala ringan dan menetap,
disabilitas dalam fungsi, secara umum masih baik. GAF HLPY
(Highest Level Past Year) adalah 80-71, yaitu gejala sementara dan
dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dan
lain-lain.

G. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Agorafobia tanpa gangguan panik
Aksis II : Belum ada diagnosis
Aksis III : Belum ada diagnosis
Aksis IV : Masalah terkait ekonomi dan lingkungan sosial
Aksis V : GAF (current) 70-61
GAF HLPY (Highest Level Past Year) adalah 80-71

H. DAFTAR MASALAH
 Organobiologik: Tidak ditemukan adanya kelainan
fisik yang bermakna berupa jantung berdebar-
debar, gemetar, mual dan sakit kepala.
 Psikologik : Ditemukan adanya kecemasan
berlebih, takut kesulitan tidur saat berada di
keramaian.
 Sosiologik: Ditemukan hendaya dalam bekerja.

I. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka :
 Fluoxetine 1x10 mg
 Melopram 1x1mg

2. Psikoterapi
 Psikoterapi suportif
Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan kepada pasien

15
 Psikoterapi kognitif
Psikoterapi ini dilakukan dengan memberikan informasi tentang
penilaian situasi dan stres, anggapan tentang diri sendiri,
lingkungan dan masa depan. Memberikan informasi kepada
pasien dan edukasi mengenai penyakit yang dideritanya, gejala-
gejala, dampak, faktor-faktor penyebab, pengobatan, komplikasi,
prognosis, risiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum
obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa
dikemudian hari.
 Psikoterapi perilaku
Psikoterapi ini dilakukan dengan menerapkan prinsip belajar
untuk mengubah tingkah laku ke arah yang lebih adaptif

J. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : Bonam
b. Quo ad functionam: dubia ad bonam
c. Quo ad sanationam : Bonam

K. DISKUSI
Gangguan neurotik, gangguan somatoform dan
gangguan terkait stres dikelompokkan menjadi satu
dengan alasan bahwa dalam sejarahnya ada hubungan
dengan perkembangan konsep neurosis dan berbagai
kemungkinan penyebab psikologis (psychological
causation). Konsep mengenai neurosis secara prinsip
tidak lagi digunakan sebagai patokan dalam pengaturan
penggolongan, meskipun dalam beberapa hal masih
diperhitungkan untuk memudahkan bagi mereka yang
terbiasa menggunakan istilah neurotik dalam
mengidentifikasi berbagai gangguan tersebut.1

Ansietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang


jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya

16
pada saat kejadian ini tidak membahayakan. Kondisi lain
(dari nidividu itu sendiri) seperti perasaan akan adanya
penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan
bentuk badan (dismorfofobia) yang tak realistik
dimasukkan dalam kalsifikasi F45.2 (gangguan
hipokondrik).1

Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari


atau dihadapi dengan rasa terancam. Secara subjektif,
fisiologik dan tampilan perilaku, ansietas fobik tidak
berbeda dari ansietas yang lain dan dapat dalam bentuk
yang ringan sampai yang berat (serangan panik).
Ansietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan
depresi. Suatu episode depresif seringkali memperburuk
keadaan ansietas fobik yang sudah ada sebelumnya.
Beberapa episode depresif dapat disertai ansietas fobik
yang temporer, sebaliknya afek depresif seringkali
meyertai berbagai fobia, khususnya agorafobia.
Pembuatan diagnosis tergantung dari mana yang jelas-
jelas timbul lebih dahulu dan mana yang lebih dominan
pada saat pemeriksaan.1

Fobia adalah suatu ketakutan irasional yang jelas,


menetap dan berlebihan terhadap suatu objek spesifik,
keadaan atau situasi. Berasal dari bahasa Yunani, yaitu
fobos yang berarti ketakutan. Fobia merupakan suatu
gangguan jiwa, yang merupakan salah satu tipe dari
gangguan ansietas, dan dibedakan kedalam tiga jenis
berdasarkan objek atau situasi ketakutan yaitu
agorafobia, fobia spesifik dan fobia sosial.2

Agorafobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka,


orang banyak serta adanya kesulitan untuk segera
menyingkir ke tempat aman. Menurut DSM-IV-TR,

17
agorafobia berhubungan erat dengan gangguan panik,
namun ICD 10 tidak mengaitkan gangguan panik dengan
agorafobia dan kasus-kasus agorafobia didapati dengan
atau tanpa gangguan panik. Diperkirakan prevalensi
agorafobia adalah 2-6%. Walaupun fobia sering dijumpai
namun sebagian besar pasien tidak mencari bantuan
untuk mengatasinya atau tidak terdiagnosis secara
medis.2

Sebagian besar kasus agorafobia diperkirakan dicetuskan


oleh gangguan panik. Bila gangguan panik diobati,
seringkali agorafobianya akan membaik. Dengan terapi
perilaku, penyembuhan cepat dari agorafobia dapat
terjadi. Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik sering
menjadi kronis, adanya gangguan depresi dan
ketergantungan alkohol akan memperberat perjalanan
agorafobia.2

Pasien dengan agorafobia menghindari situasi pada saat


sulit untuk mendapatkan bantuan, lebih suka ditemani
kawan atau anggota keluarga di tempat tertentu, seperti
jalan yang ramai, toko yang padat, ruang tertutup
(seperti terowongan, jembatan, lift), kendaraan tertutup
(seperti kereta bawah tanah, bus dan pesawat terbang).
Mereka menghendaki ditemani setiap kali harus keluar
rumah. Perilaku tersebut sering menyebabkan konflik
perkawinan dan keliru didiagnosis sebagai masalah
primer. Pada keadaan parah mereka menolak keluar
rumah dan mungkin ketakutan akan menjadi gila.2

Kriteria diagnosis agorafobia menurut PPDGJ-III


a. Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk
diagnosis pasti

18
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang
timbul harus merupakan manifestasi primer dari
ansietas nya dan bukan sekunder dari gejala-gejala
lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
b. Ansietas yang timbul harus terbatas pada
(terutama terjadi dalam hubungan dengan)
setidaknya dua dari situasi berikut: banyak
orang/keramaian, tempat umum, berpergian keluar
rumah, dan berpergian sendiri dan
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah
merupakan gejala yang menonjol (penderita
menjadi housebound).1

Diagnosis agorafobia menurut DSM-IV-TR adalah:


a. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi
darinya kemungkinan meloloskan diri adalah sulit
(atau merasa malu) atau saat mungkin tidak terdapat
pertolongan jika mendapat serangan panik atau gejala
mirip panik yang tidak diharapkan atau secara
situasional. Ketakutan agorafobia biasanya mengenai
kelompok karakteristik situasi seperti di luar rumah
sendirian, berada di tempat ramai atau beridiri di
sebuah barisan, ebrada di atas jembatan atau
bepergian dengan bis, kereta atau mobil.
Catatan: pertimbangkan diagnosis fobia spesifik jika
penghindaran adalah terbatas pada situasi sosial.
b. Situasi dihindari (misalnya jarang berpergian) atau jika
dilakukan dengan penderitaan yang jelas atau dengan
kecemasan mendapat serangan panik atau gejala
mirip panik atau perlu didampingi teman.
c. Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain seperti fobia

19
sosial (misalnya penghindaran terbatas pada situasi
sosial karena takut dipermalukan), fobia spesifik
(misalnya penghindaran terbatas situasi lift),
gangguan obsesif kompulsif (misalnya menghindari
kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang
kontaminasi), gangguan stres paska trauma (misalnya
menghindari stimuli yang berhubungan dengan stresor
yang berat) atau gangguan cemas perpisahan
(misalnya menghindari meninggalkan rumah atau
sanak keluarga).
Catatan: agorafobia bukanlah suatu gangguan yang
diberi kode. Catatlah diagnosis yang spesifik saat
agorafobia terjadi misalnya gangguan panik dengan
agorafobia atau agorafobia tanpa riwayat gangguan
panik. (3-6)

Pada pasien ditemukan bahwa ansietas timbul terbatas


pada situasi banyak orang/keramaian, tempat umum,
berpergian keluar rumah dan berpergian sendiri. Pasien
cenderung merasa nyaman berada di rumah, kalaupun
harus keluar rumah pasien tidak merasa nyaman jika
harus berpergian sendiri. Pasien menyatakan khawatir
jika berpergian sendiri tidak akan ada orang yang akan
menolong/memberikan bantuan saat pasien mengalami
kesulitan/terancam. Pada saat di anamnesis pasein
mengaku datang dengan teman dan merasa tidak
nyaman karena di ruang tunggu terdapat banyak orang
(ramai). Pasien juga mengaku tidak nyaman berada di
tempat kerja sehingga pada akhirnya pasien
memutuskan untuk berhenti kerja (mengundurkan diri).
Dengan demikian gejala-gejala pada pasien sudah

20
memenuhi kriteria agorafobia menurut PPDGJ-III dan
DSM-IV-TR. (1,3-6)

Pasien menyangkal adanya keluhan nafas pendek, sesak


nafas, tremor, pusing, merasa panas atau dingin, ada
depersonalisasi dan derealisasi pada saat berada di
keramaian. Pasien juga menyangkal adanya satu periode
ketakutan sangat hebat atau kegelisahan dimana 4
(empat) atau lebih gejala-gejala dibawah ini dapat
ditemukan dan mencapai puncaknya dalam waktu 10
menit diantaranya palpitasi, jantung terasa berat dan
peningkatan denyut jantung; keringat banyak; menggigil
atau gemetaran; perasaan nafasnya pendek atau
tertahan-tahan; merasa tercekik; nyeri dada; mual atau
rasa tidak nyaman diperut; merasa pusing, goyang /
hoyong, kepala terasa ringan atau nyeri; derealisasi
(merasa tidak didunia realita), atau depersonalisasi
(merasa terpisah dari diri sendiri); takut kehilangan
kendali diri atau menjadi gila; takut mati; parestesia
(menurunnya sensasi); merasa kedinginan atau merah
kepanasan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
pasien menderita agorafobia tanpa gangguan panik. 1

Fobia sosial yang merupakan diagnosis banding dari


agorafobia dapat disingkirkan karena dari anamnesis
pasien menyangkal adanya perasaan takut bahwa ia
akan berprilaku memalukan atau bersikap merendahkan
dirinya saat berada di keramaian. Sedangkan untuk
kecurigaan adanya gangguan kepribadian menghindar
dapat disingkirkan karena tidak terpenuhinya diagnosis 3
dari 6 ciri-ciri gangguan kepribadian menghindar menurut
PPDGJ-III diantaranya:

21
a. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif
b. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih
rendah dari orang lain
c. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolakan dalam situasi sosial
d. Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali
merasa yakin akan disukai
e. Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan
keamanan fisik
f. Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang
banyak melibatkan kontak itnerpersonal karena takut
dikritik, tidak didukung atau ditolak. 1

Terapi agorafobia adalah sama seperti terapi gangguan


ansietas, terdiri dari obat-obat anti-ansietas,
antidepresan dan psikoterapi khususnya terapi kognitif
perilaku.2 Anti-ansietas yang diberikan untuk pasien ini
adalah fluoxetin dengan dosis 1 x 10 mg per hari.
Fluoxetin adalah salah satu golongan obat selective
serotonin reuptake inhibitor yang berkerja dengan
menghambat re-uptake serotonin (5-hydroxytryptamine;
5-HT) pada celah sinap pada SSP sehingga pada awalnya
akan terjadi peningkatan serotonin dan sensitivitas
reseptor, sekitar 2-4 minggu, kemudian seiring dengan
peningkatan serotonin akan terjadi penurunan
sensitivitas reseptor (down regulation). Penurunan
sensitivitas reseptor tersebut berkaitan dengan
penurunan serangan panik (adrenergic overactivity).
Penurunan hipersensitivitas melalui dua fase ini dikenal
sebagai efek bifasik.. Fluoxetine maupun metabolit
aktifnya norfluoxetine memiliki farmakokinetik yang
berbeda, tapi sama-sama berperan dalam menghambat

22
re-uptake Serotonin. Absorbsi per-oral (80-95%), tidak
dipengaruhi makanan dalam lambung, kadar puncak
dicapai dalam waktu 6-8 jam, waktu paruh Fluoxetine :
1,9 hari, Norfluoxetine : 7 hari. 60-80% akan
diekskresikan melalui urin dan 15% melalui Dosis awal
yang dianjurkan adalah 10 mg perhari (1 x 1 kapsul
perhari) pagi atau malam hari. Dosis dapat ditingkatkan
menjadi 40 mg perhari (1 x 2 kapsul) hingga 80 mg
perhari, diberikan 1x kali sehari atau dosis terbagi,
tergantung respon pasien. Efektivitas Fluoxetine terlihat
dalam 5 - 6 minggu. Pemberian fluoxetin tidak perlu
menyesuaikan dosis pada orang tua dan orang gemuk.
Pada gangguan hati (sirosis hati) dan gangguan ginjal
ringan sampai sedang perlu menyesuaikan dosis yaitu 1 x
½ kapsul. Dosis pemeliharaan selama beberapa bulan.7

Pasien ini juga diberikan merlopam 1x1 tab. Merlopam


memiliki kandungan berupa lorazepam, salah satu
golongan benzodiazepine yang diindikasikan sebagai
pengobatan jangka pendek untuk gangguan ansietas baik
yang behubungan dengan gejala depresi maupun tidak.
Lorazepam beraksi dengan reseptornya yang akan
menghambat the inhibitory action of GABA neuron,
sehingga hiperaktivitas sistem limbik yang terdiri dari
dopaminergic, noradrenergic, seretoninergic yang
dikendalikan oleh GABA-ergic yang merupakan suatu
inhibitory neurotransmitter dalam kemunculan sindrom
ansietas mereda. Dosis anjuran yang diberikan untuk
pasien yang mengalami insomnia karena ansietas ringan
adalah 1-2 mg/hari dosis tunggal menjelang tidur.
Merlopam tersedia dalam kemasan tablet salut selaput 2
mg.7

23
Pendekatan psikoterapi pada pasien ini sesuai dengan
pendekatan dinamik (Karen Horney) berupa reorganizing
dan redirecting menuju real self. Caranya dengan
menggunakan pendekatan terapi perilaku dan kognitif.
Psikoterapi dengan teknik terapi kognitif dan perilaku
terbagi atas berbagai langkah:
a. Membangun dan membina rapport dan empati.
b. Mempersiapkan pasien dalam terapi: menilai motivasi
pasien, menjelaskan tujuan terapi dan cara
pendekatan terapi, membuat kontrak terapi.
c. Mengidentifikasi masalah.
d. Menentukan target terapi sesuai masalahnya.
e. Memberikan penilaian dan menentukan konsekuensi
emosi dan perilaku (consequences of emotion and
behaviour = C).
f. Memberikan penilaian dan menentukan suatu keadaan
sebagai pencetus bagi pasien (activating event = A).
g. Memberikan penilaian dan tentukan adanya persepsi,
asumsi, dan kepercayaan (beliefs = B). º Cari
hubungan antara B yang irasional dan C.
h. Memberikan pertanyaan dan argumentasi untuk
mengoyahkan B yang irasional.
i. Menyiapkan pasien untuk selalu memakai B yang
rasional.
j. Meminta pasien menerapkan B yang baru dalam
kehidupan sehari-hari.
k. Memberikan pekerjaan rumah (tugas dan latihan)
melakukan hal di atas.
l. Memeriksa hasil dan apa yang dirasakan serta apa
yang menjadi penghalang pada pertemuan berikutnya.

24
Pendekatan direncanakan 8-10 kali dengan jarak 1
minggu; evaluasi kemajuan pasien diakhir proses terapi
dan tentukan kembali rencana langkah selanjutnya.8

Prognosis merujuk pada pengaruh penyakit terhadap kehidupan pasien


ini adalah bonam. Pasien tidak pernah memiliki keinginan untuk bunuh
diri. Prognosis merujuk pada pengaruh penyakit terhadap
fungsi organ atau fungsi pasien dalam melakukan
tugasnya sebagai manusia adalah dubia ad bonam
karena pasien sendiri mengaku telah meninggalkan
pekerjaannya dikarenakan perasaan tidak nyaman ketika
bertemu banyak orang di tempat kerja. Namun hal ini
diharapkan dapat mereda seiring dengan pemberian
terapi psikofarmaka dan psikoterapi. Prognosis merujuk
pada kemungkinan penyakit untuk sembuh sempurna
tanpa sekuel dan kemungkinan kambuh adalah bonam.
Pasien memiliki keluarga dan teman-teman yang
mendukung pengobatan dan kesembuhan pasien.

25
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Indonesia, Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik: Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa Di Indonesia III, 1993, hal :173-179.
2. Elvira SD, dan Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2013.
3. Sadock, BJ.; Sadock, VA : Panik Disorder and Agoraphobia
in Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry, Xth ED, Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia- USA, 2007. p: 587-597.
4. Shelton, RC. ANXIETY DISORDERS In CURRENT Diagnosis
& Treatment Psychiatry. Second Edition; edited by
Michael H.Ebert MD, Barry Nurombe MD, Peter T loosen
MD PhD, James F.Leckman MD, The McGrawHill
Companies Inc. Singapore. 2008. p: 351-378.
5. Taylor CT, Pollack MH, LeBeau RT, and Simon NM. Anxiety
Disorder: Panik, Social Anxiey, and Generalized Anxiety
in Massachusetts General Hospital Comprehensive
Clinical Psychiatry. Mosby Inc. 2008. p : 429-433.
6. Han J, Park M, Hales RE. Anxiety Disorders in Lippincott’s
Primary Care Psyc; hiatry edited by: Robert M. McCarron,
Glen LX, James A.Bourgeois, Lippincott Yaslinda Y.
Gangguan Panik Dengan Agorafobia. Williams & Wilkins.
Philadelphia. 2009. p: 61-79.
7. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta: EGC.
2010.
8. Busch FN, Milod BL, Singer M. Theory and Technique in
Psychodynamic Treatment of Panic Disorder. J
Psychotherapy Pract Res. 1999. 8(3)

26
LAMPIRAN

27
AUTOANAMNESIS TANGGAL 15 JANUARI 2018

D : Selamat siang mas. Perkenalkan kami dokter muda disini. Kita


ngobrol-ngobrol sebentar ya mas, boleh?
P : Iya, boleh.
D : Maaf mas sebelumnya boleh tau nama mas?
P : Sarbeni
D : Usianya berapa mas?
P : 23 tahun
D : Alamat tinggalnya dimana mas?
P : Teluk Betung
D : Pendidikan terakhirnya apa ya mas?
P : SD dok.
D : Mas sarbeni suku apa?
P : Jawa dok
D : Apakah mas bekerja, pekerjaannya apa ya mas?
P : Udah ngga kerja dok, tadinya kerja di kapal
D : Mas tinggal dengan siapa?
P : Dengan orang tua dok
D : Mas tau sekarang ada dimana?
P : Ya diruang pemeriksaan rumah sakit jiwa
D : Mas tau sekarang jam berapa pak?
P : Sekitar jam setengah 3an
D : Mas datang kesini dengan siapa? Sendirian saja?
P : Dengan teman saya dok
D : Boleh diajak masuk temannya?
P : Tidak usah dokter
D : Mas tau gak saya siapa?
P : Dokter dok
D : Sudah pernah dirawat atau berobat disini sebelumnya?
P : Belum pernah dok
D : Mas kenapa kesini? Apa yang dirasakan?

28
P : Saya suka cemas dok
D : Cemasnya memikirkan apa mas?
P : Tidak memikirkan apa-apa dok, saya ini suka cemas aja kalau banyak
orang.
D : Cemas yang bagaimana mas?
P : Ya takut gitu dok, sampai pacar saya mengajak saya kondangan aja,
saya menolak dok
D : Takut kenapa mas?
P : Saya takut dok. Saya juga ngga tahu takutnya kenapa
D : Kamu merasa minder? Kamu merasa lebih buruk dari orang lain?
P : Ngga minder dok, cuma takut gitu, takut tanpa alasan yang jelas
D : Kamu sering merasa tidak nyaman kalau di depan orang banyak?
P : Iya dok, apalagi kalau dilihat orang ramai
D : Kalau kamu sendirian, pergi dari rumah, kamu nyaman tidak?
P : Tidak dok
D : Kerumunan juga bikin kamu tidak nyaman? Kalau kamu berada di
rumah bagaimana?
P : Iya dok, tidak nyaman. Kalau di rumah, saya nyaman dok, lebih baik
saya di rumah
D : Walaupun sendirian nyaman ya?
P : Iya dok
D : Tapi kalau di luar takut ya? Takut pingsan, takut tidak ada yang
menolong?
P : Iya dok
D : Itu cemasnya saat berada di luar? Di kerumunan orang, saat antri
begitu takut tidak?
P : Ya takut dok
D : Kalau naik kendaraan umum? Seperti naik bis merasa nyaman tidak?
P : Nyaman
D : Itu tadi sampai menolak menemani pacar ke kondangan ya, kalau
sampai harus pacarmu minta ditemenin, sampai deg-degan? Sampai
keringat dingin?

29
P : Ngga si dok.
D : Pernah tidak merasa deg-degan sampai ingin pingsan, ingin mati?
P : Kalau perasaan ingin mati tidak dok
D : Merasa seperti akan gila?
P : Perasaan cemas itu muncul karena sedang berada di sini dok, banyak
orang di sini dok
D : Mas pernah merasa terancam? Tercekik lehernya?
P : Tidak dok, kalau di fisik saya tidak merasa apa-apa, makanya saya
heran. Tidak ada yang sakit
D : Mas punya sakit apa selama ini?
P : Tidak ada dok, mungkin maag saja.
D : Keluhan seperti ini sudah sejak kapan mas?
P : Sudah sejak 10 tahun, tapi paling beratnya 1 tahun terakhir dok
D : Terus tadi bilang udah berhenti bekerja ya mas? Kenapa? Ada masalah
sama teman-teman?
P : Tidak dok, saya cuma mengundurkan diri karena perasaan cemas dan
takut kalau di keramaian tadi dok.
D : Pernah tidak mas merasakan sesuatu hal yang tidak
lazim seperti mendengar suara-suara bisikan atau
berbicara tapi gak ada orangnya?
P : Oh nggak dok
D : Kalau melihat sesuatu yang tidak dilihat orang lain?
P : Tidak dok.
D : Kalau lagi sendiri, pernah ngerasa ada yang megang-
megang atau ngeraba gak?
P : Tidak dok
D : Kalau mencium bau busuk atau wangi tapi gak ada
sumbernya pernah gak?
P : Tidak juga dok
D : Kalau menelan ludah rasanya aneh gak?
P : Biasa saja dok, tidak ada rasa
D : Mas tau gak ini apa? (Memperlihatkan pena)

30
P : Pulpen dok
D : Fungsinya buat apa mas?
P : Buat nulis dok
D : Pernah tidak melihat tangan mas Beni berubah seperti lebih panjang?
P : Gak pernah dok
D : Kalau misal mas Beni lagi di kamar, terus merasa kamarnya berubah?
P : Gak pernah dok
D : Mas Beni merasa punya kelebihan dibandingkan orang
lain?
P : Tidak dok, biasa saja
D : Mas pernah tidak merasa seperti orang-orang sedang membicarakan
mas?
P : Tidak dok
D : Jadi mas Beni tidak pernah merasa kalo orang-orang berbicara
buruk tentang mas ya?
P : Iya dok
D : Mas Beni pernah merasa ada yang mau membunuh atau mengejar-
ngejar bapak gak?
P : Tidak dok
D : Kalo ngerasa orang lain bisa baca pikiran mas pernah
gak?
P : Tidak pernah dok
D : Mas agamanya apa?
P : Islam dok
D : Kalau dalam agama mencuri diperbolehkan atau tidak?
P : Tidak boleh dok
D : Kalau misalnya, mas Beni sangat ingin merokok tapi
tidak punya uang untuk beli. Kemudian mas melihat
rokok sebungkus di tempat mas biasanya istirahat. Apa
yang mas lakukan? Mas ambil gak rokoknya?
P : Tidak dok, karna bukan punya saya
D : Kalau ibu mas sakit, apa yang mas rasakan?

31
P : Kasian dok
D : Kalau mas Beni dapet undian hadiahnya mobil, kira kira senang tidak
mas?
P : Ya Alhamdulillah kalo bisa dapet mobil gratis.
D : Lalu misalkan mas Beni hari ini dapat upah 200 ribu,
esok harinya 150 ribu. Duit yang terkumpul di mas Beni
berapa?
P : 350 ribu dok
D : Mas Beni, sekarang saya sebutkan 3 benda, bapak
diinget-inget ya pak, nanti saya tanya lagi bendanya.
Buku, pena, meja. Coba ulangi pak!
P : Buku, pena, meja
D : Waktu SD temen yang mas inget siapa namanya?
P : Ari, wahyu, Berri
D : Mas Beni tadi pagi makan apa?
P : Makan nasi sama telur
D : Coba mas Beni sebutkan 3 benda yang tadi saya kasih
tau mas Beni tadi!
P : Buku, pena, meja
D : Iya benar pak. Coba mas gambar begini, bisa gak pak?
P : Iya bisa kok dok
D : Mas Beni tau gak persamaan mobil dan motor?
P : Sama-sama kendaraan
D : Presiden kita yang sekarang siapa mas?
P : Pak Jokowi
D : Kalau yang sebelum pak Jokowi siapa?
P : SBY dok.
D : Coba Mas Beni dieja nama bapak dari huruf paling
belakang!
P : INEBRAS
D : Iya benar. Mas Beni pernah minum alkohol gak?
P : Pernah dok

32
D : Kalau merokok?
P : Saya merokok dok.
D : Ya sudah, begitu saja dulu ngobrol-ngobrolnya ya pak.
Jangan lupa diminum obatnya biar lekas sembuh.
Makasih ya pak. Ada yang ingin ditanyakan?
P : Iya sama-sama dok. Nggak kok dok
Pasien merasakan keluhan
Pasien pernah Pasien mulai memberat sejak 1 tahun
mengonsumsi alkohol bekerja terakhir

1994 1995 2004 2007 2012 sekarang

0-1 thn 1-3 thn 3-12thn 12-17thn 18 thn 23thn

Pasien berhenti
Tahun 2007, pasien mulai
dari pekerjaan
merasakan cemas dan takut yang
berlebihan bila berada dalam
keramaian

33

You might also like