You are on page 1of 11

Laboratorium Fenomena Dasar Mesin

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu perpindahan panas tidak hanya mencoba menjelaskan bagaimana


energi kalor itu berpindah dari suatu benda ke benda lain, tetapi juga dapat
meramalkan laju perpindahan panas yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu.
Kenyataan bahwa di sini yang menjadi sasaran analisis adalah masalah
laju perpindahan panas pada suatu bahan agar kita dapat menganalisa nilai
konduktivitas pada suatu material atau suatu alat pengantar panas. Untuk
mendapatkan nilai dan harga konduktivitas suatu bahan dapat diselesaikan
dengan persamaan-persamaan yang merupakan persamaan dasar tentang
konduktivitas thermal.
Berdasarkan rumusan itu maka dapat dilaksanakan pengukuran dalam
percobaan untuk menentukan konduktivitas thermal berbagai bahan.
Untuk mendapatkan nilai dan harga konduktivitas suatu bahan dapat
diselesaikan dengan persamaan-persamaan dasar tentang konduktivitas thermal.

RIKI IRWANDI 1210017211019


Laboratorium Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

1.2 Tujuan Percobaan


- Untuk menentukan konduktivitas panas bahan.
- Untuk mengetahui karakteristik dan fenomena yang terjadi pada
mekanisme perpindahan panas secara konduksi.
- Untuk mengetahui karakteristik dari alat uji konduktivitas panas bahan.

RIKI IRWANDI 1210017211019


Laboratorium Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar


Perpindahan panas secara konduksi. Perpindahan panas merupakan
perpindahan energi akibat adanya perbedaan temperatur (T), dimana energi
tersebut berpindah karena adanya interaksi sistem terhadap lingkungan
sekelilingnya. Secara umum laju perpindahan panas yang terjadi akan sebanding
dengan perubahan temperatur, jika perubahan temperatur yang terjadi cukup
besar, maka laju perpindahan panas yang terjadi juga besar dan begitu juga
sebaliknya. Mekanisme perpindahan panas yang terjadi pada pengujian ini
fenomena adalah secara konduksi dan konveksi, tetapi pada percobaan ini
fenomena yang diperhatikan adalah mekanisme perpindahan panas secara
konduksi.

Konduktivitas Termal

Konduktivitas Termal (λ) adalah properti intrinsik dari suatu material yang
berkaitan kemampuannya untuk melakukan panas. Perpindahan panas secara
konduksi melibatkan transfer energi dalam material tanpa gerak material secara
keseluruhan.
Konduksi terjadi ketika gradien suhu ada dalam media padat ( stasioner
cairan). aliran panas konduktif terjadi di arah penurunan suhu karena suhu yang
lebih tinggi setara dengan energi molekul yang lebih tinggi atau gerakan molekul
lebih.
Energi yang ditransfer dari lebih energik ke molekul kurang energik ketika
tetangga molekul bertabrakan. Konduktivitas termal didefinisikan sebagai jumlah
panas (Q) ditularkan melalui ketebalan unit (L) dalam arah normal ke arah
permukaan satuan luas (A) karena suhu gradien unit (Δ T) dalam kondisi steady
state dan pada saat perpindahan panas hanya tergantung pada gradien suhu. Dalam
bentuk persamaan ini menjadi sebagai berikut:

RIKI IRWANDI 1210017211019


Laboratorium Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

Konduktivitas termal = panas × jarak / (luas × gradien suhu)

λ = Q × L / (A x ΔT)

Kelebihan dari konduktivitas termal resistivitas termal, biasanya diukur


dalam kelvin-meter per watt (°K m/W). Ketika berhadapan dengan jumlah yang
diketahui bahan, konduktansi termal dan properti timbal balik, tahan panas,
dapat diuraikan.

Konduktansi
Untuk penggunaan ilmiah umum, konduktansi termal adalah jumlah
panas yang lewat di satuan waktu melalui sepiring daerah tertentu dan ketebalan
ketika menghadapi lawannya berbeda pada suhu dengan satu kelvin. Untuk
sepiring konduktivitas panas, A luas dan ketebalan L ini kA / L, diukur dalam W
o K -1 (setara dengan: W / ° C).
Ada juga ukuran dikenal sebagai koefisien perpindahan panas : jumlah
panas yang lewat di satuan waktu melalui satuan luas sepiring ketebalan tertentu
ketika lawannya berbeda pada suhu dengan satu kelvin, timbal balik ini
insulance termal.
Singkatnya
 konduktansi termal = kA / L,
 tahan panas = L / (Ka)
 perpindahan panas k
 insulance termal = L / k

Transmitansi

Sebuah istilah ketiga, transmitansi termal, menggabungkan konduktansi


termal struktur bersama dengan perpindahan panas akibat konveksi dan radiasi
.Hal ini diukur dalam satuan yang sama dengan konduktansi termal dan
kadang-kadang dikenal sebagai konduktansi termal komposit.

RIKI IRWANDI 1210017211019


Laboratorium Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

Pengukuran konduktivitas termal

Ada beberapa cara yang mungkin untuk mengukur konduktivitas termal,


masing-masing dari mereka cocok untuk berbagai bahan terbatas, tergantung
pada sifat termal dan temperatur menengah. Dua kelas metode ada untuk
mengukur konduktivitas termal dari sampel: kondisi mapan dan metode non-
steady-state.

Metode Steady
Secara umum, kondisi-kondisi teknik melakukan pengukuran ketika suhu
bahan yang diukur tidak berubah dengan waktu. Hal ini membuat analisis
sinyal langsung (steady state menyiratkan sinyal konstan). Kerugiannya adalah
setup percobaan baik direkayasa biasanya diperlukan.
Dalam geologi dan geofisika , dengan metode yang paling umum untuk contoh
batuan konsolidasian adalah bar dibagi .
Ada berbagai modifikasi perangkat ini tergantung pada suhu dan tekanan
yang dibutuhkan serta ukuran sampel.
Contoh konduktivitas diketahui ditempatkan di antara dua sampel
konduktivitas dikenal (biasanya pelat kuningan). Setiap vertikal dengan pelat
kuningan panas di atas, sampel di antara maka plat kuningan dingin di bagian
bawah. Panas diberikan di bagian atas dan dibuat untuk berpindah ke bawah
untuk menghentikan konveksi manapun dalam sampel. Pengukuran diambil
setelah sampel telah mencapai kesetimbangan (panas yang sama lebih dari
seluruh sampel), ini biasanya memakan waktu sekitar 10 menit.

Metode Transien

Teknik transien melakukan pengukuran selama proses memanas.


Keuntungannya adalah bahwa pengukuran dapat dilakukan relatif cepat.
metode Transient biasanya dilakukan oleh jarum probe.

Non-steady-state metode untuk mengukur konduktivitas termal tidak


memerlukan sinyal untuk mendapatkan nilai konstan. Sebaliknya, sinyal

RIKI IRWANDI 1210017211019


Laboratorium Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

dipelajari sebagai fungsi dari waktu. Keuntungan metode ini adalah bahwa
mereka dapat melakukan lebih cepat, karena tidak perlu menunggu situasi
kondisi mapan. Kerugiannya adalah bahwa analisis matematis dari data secara
umum lebih sulit.

Perpindahan Panas Konduksi


Perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses
pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan.
Arah aliran energi kalor, adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah.
Sudah diketahui bahwa tidak semua bahan dapat menghantar kalor sama
sempurnanya. Dengan demikian, umpamanya seorang tukang hembus kaca dapat
memegang suatu barang kaca, yang beberapa cm lebih jauh dari tempat
pegangan itu adalah demikian panasnya, sehingga bentuknya dapat berubah.

Gambar 2.1 Perpindahan panas konduksi

Sudah diketahui bahwa tidak semua bahan dapat menghantar kalor sama
sempurnanya. Dengan demikian, umpamanya seorang tukang hembus kaca
dapat memegang suatu barang kaca, yang beberapa cm lebih jauh dari tempat
pegangan itu adalah demikian panasnya, sehingga bentuknya dapat berubah.
Akan tetapi seorang pandai tempa harus pandai memegang benda yang akan
ditempa dengan sebuah tang. Bahan yang dapat menghantar ka1or dengan baik
dinamakan dengan konduktor.

RIKI IRWANDI 1210017211019


Laboratorium Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

Penghantar yang buruk disebut isolator. Sifat bahan yang digunakan


untuk menyatakan bahwa bahan tersebut merupakan suatu isolator atau
konduktor ialah koefisien konduksi termal. Apabila nilai koefisien ini tinggi,
maka bahan mempunyai kemampuan mengalirkan kalor dengan cepat. Untuk
bahan isolator, koefisien ini bernilai kecil.
Pada umumnya, bahan yang dapat menghantar arus listrik dengan
sempurna (logam) merupakan penghantar yang baik juga untuk kalor dan
sebaliknya. Selanjutnya bila diandaikan sebatang besi atau sembarang jenis
logam dan salah satu ujungnya diulurkan ke dalam nyala api. Dapat
diperhatikan bagaimana kalor dipindahkan dari ujung yang panas ke ujung
yang dingin.
Persoalan yang patut diajukan pada pengamatan ini ialah mengapa kadar
alir energi kalor adalah berbeda. Hal ini disebabkan karena susunan molekul
dan juga atom di dalam setiap bahan adalah berbeda.
Untuk satu bahan berfasa padat molekulnya tersusun rapat, berbeda
dengan satu bahan berfasa gas seperti udara. Molekul udara adalalah renggang
seka1i. Tetapi dibandingkan dengan bahan padat seperti kayu, dan besi , maka
molekul besi adalah lebih rapat susunannya daripada molekul kayu. Bahan
kayu terdiri dari gabungan bahan kimia seperti karbon, uap air, dan udara yang
terperangkat. Besi adalah besi. Kalaupun ada bahan asing, bahan kimia unsur
besi adalah lebih banyak.
Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu (temperatur gradien) maka
menurut pengalamaan akan terjadi perpindahan energi dari bagian yang
bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu rendah. Kita katakan bahwa energi
berpindahan secara konduksi atau hantaran, dan bahwa laju perpindahan kalor
itu berbanding dengan gradien bersuhu normalnya.
Jika dimasukan konstanta proposionalitas atau tatapan kesebandingan :
dt
q  K .A
dx

Dimana q adalah laju perpindahan panas dan dt/dx merupakan gradien


suhu ke arah perpindahan kalor, konstanta konduktivitas positif k disebut

RIKI IRWANDI 1210017211019


Laboratorium Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

konduktivitas atau hantaran thermal benda itu, sedangkan tanda minus


diselipkan agar memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu bahwa kalor
mengalir ke tempat yang lebih rendah.

Dimana pada persamaan di atas merupakan persamaan dasar dan


konduktivitas normal dan bahwa satuan k ialah Watt/meter/derajat celcius.
Dengan memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu bahwa kalor mengalir
ke tempat yang lebih rendah. di atas dapatlah kita menentukan persamaan
dasar yang mengatur perpindahan kalor dalam zat padat.

Dimana nilai konduktivitas thermal bahan tergantung pada :

 Komposisi bahan kimia


Jika bahan merupakan Fe maka itu merupakan bahan yang baik untuk
memindahkan panas secara konduksi atau lebih dikenal dengan
konduktor. Sedangkan bahan yang tidak baik untuk memindahkan panas
disebut isolator.
 Fasa zat saat itu (gas cair atau padat).
 Struktur kristal jika zat itu padat.
 Temperatur dan tekanan yang dialami bahan.
 Apakah materialnya homogen atau heterogen.

Nilai konduktivitas panas bahan pada gas lebih besar pada fasa cair dan
fasa padat. Hal ini disebabkan pada fasa gas lebih berjauhan antara molekul
dan gerakannya acak (random). Hal ini berarti transfer energi melalui
tabrakan antar molekul lebih lambat dari fasa cair dimana geraknya molekul
masih acak, tetapi jarak antara molekulnya relatif lebih dekat.

Bila tahanan thermal dari aliran panas dianalogikan dengan aliran listrik,
maka persamaan laju aliran panas dapat ditulis sebagai berikut :

T T
qk  
R x
KA
Sehingga laju perpindahan panas yang terjadi adalah :

RIKI IRWANDI 1210017211019


Laboratorium Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

T T1  T2
qk  
 Rth L1 .A  L2 A  L3 . A
K1 K2 K3
Persamaan yang digunakan :

1. Beda temperatur rata-rata

T1.2  T2.3  T7.8  T8.9


TR 
6
dimana :

T1.2  T1  T2


T2.3  T2  T3
T7.8  T7  T8
T8.9  T8  T9

2. Pada temperatur rata-rata (Tx) spesimen :

T4.5  T5.6
Tx 
2
3. Nilai konduktivitas bahan spesimen :

TR . Lx . Kr
Kx 
Tx . LR
dengan :

Kx : Konduktivitas thermal spesimen

Kr : Konduktivitas panas bahan standar (379 W/m oC)

Lx : Panjang spesimen (30 mm)

Lr : Panjang bahan standar diukur dari titik sensor 1-9 dikurangi


dengan bahan spesimen (50 mm)

TR : Benda temperatur rata-rata bahan standar

Tx : Pada temperatur rata-rata spesimen

RIKI IRWANDI 1210017211019


Laboratorium Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

Perpindahan Panas Konveksi


Merupakan perpindahan panas yang terjadi antara fluida dengan
permukaan (benda) padat, dimana fluida berfungsi sebagai zat pembawa
panas.

Perpindahan panas secara konveksi terdiri dari dua mekanisme, yaitu


perpindahan energi sebagai akibat dari perpindahan atau pergerakan molekul
secara acak, dan juga energi yang dipindahkan oleh pergerakan secara
makroskopis dari fluida. Perpindahan panas konveksi tergantung pada keadaan
aliran.

1. Konveksi paksa
Konveksi yang disebabkan oleh beberapa cara aliran yang berasal dari luar.
Contoh : Fan, pompa atau tiupan angin.

2. Konveksi bebas
Konveksi yang disebabkan oleh gaya bouyancy dalam fluida, dan aliran
fluida bergerak dengan bebas.

Contoh : Jalan aspal yang panas keudara di hari yang tenang tanpa angin.

Laju perpindahan panas konveksi dapat ditulis sebagai berikut :

Qc = h . A . ( Tw – Tf )

dimana :

H : Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.ok)

A : Luas permukaan (m2)

Tw : Temperatur dingin 0K

Tf : Temperatur fluida 0K

2.2 Perpindahan Panas Radiasi

Perpindahan panas radiasi (pancaran) ia1ah perpindahan ka1or mela1ui


gelombang dari suatu zat ke zat yang lain. Semua benda memancarkan ka1or.

RIKI IRWANDI 1210017211019


Laboratorium Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

Keadaan ini baru terbukti setelah suhu meningkat. Pada hakekatnya proses
perpindahan ka1or radiasi terjadi dengan perantaraan foton dan juga
gelombang elektromagnet.
Terdapat dua teori yang berbeda untuk menerangkan bagaimana proses radiasi
itu terjadi. Semua bahan pada suhu mutlak tertentu akan menyinari sejumlah
energi ka1or tertentu. Semakin tinggi suhu bahan tadi maka semakin tinggi
pula energy ka1or yang dipindahkan.
Proses radiasi adalah fenomena permukaan. Proses radiasi tidak terjadi
pada bagian da1am bahan. Tetapi suatu bahan apabila menerima sinar, maka
banyak ha1 yang boleh terjadi. Apabila sejumlah energi ka1or menimpa suatu
permukaan, sebahagian akan dipantulkan, sebahagian akan diserap ke da1am
bahan, dan sebagian akan menembusi bahan dan terus ke luar. Jadi da1am
mempelajari perpindahan ka1or radiasi akan dilibatkan suatu fisik permukaan.

Model Konduktivitas Bahan Bakar Terdispersi

Struktur bahan. Bahan yang dipelajari merupakan komposit matriks logam


terdiri dari dispersa homogen dalam matriks logam.
Untuk sistem U3Si2-AI dispersa U3Si2 maupun matriks sendiri
merupakan dispersi, ialah dispersa merupakan submatriks yang mengandung
dispersa gelembung gas dalam fasa padat sedangkan matriks logam masih
mengandung pori, dispersa tipe lain. Subdispersi dapat mengalami perubahan
terutama oleh pembentukan gas dan gelembung gas hasil belah.

Geometri komponen dispersa dianggap seragam untuk sistem maupun


subsistem. Fasa dispersa dan subdispersa berbentuk bola.
Sifat mekanik dan termik dari penyusun bola bahan.
partikel dispersa utama bersifat relative kaku terhadap fasa kontinyu

RIKI IRWANDI 1210017211019

You might also like