You are on page 1of 10

Gizi Indon 2018, 41(1):49-58

GIZI INDONESIA
Journal of The Indonesian Nutrition Association
p-ISSN: 0436-0265 e-ISSN: 2528-5874
http://ejournal.persagi.org/index.php/Gizi_Indon

GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK USIA 0,5-1,9 TAHUN


TERKAIT DENGAN ASUPAN MAKANAN DAN PENGASUHAN YANG KURANG
Growth and Development Disorders in Children Aged 0.5-1.9 Years Associated with Improper
Food Intake and Caring for Children
Heryudarini Harahap1,3, Basuki Budiman2,3, Yekti Widodo2,3
1BadanPenelitian dan Pengembangan Provinsi Riau, Indonesia
2Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Indonesia
3Tim SEANUTS Indonesia/Persatuan Ahli Gizi Indonesia

E-mail: yudariniharahap@yahoo.com

Diterima: 28-12-2017 Direvisi: 13-03-2018 Disetujui terbit: 13-03-2018

ABSTRACT
Growth and development of children affected by various risk factors include malnutrition, poverty, and a
less stimulated home environment. The objective of this analysis was to calculate the proportion of
growth and development disorder and to determine the association of food intake and care for children
with children’s growth and development. Samples were 247 children aged of 0.5-1.9 years who
participated in the South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) in 2011. Growth was assesed by height
for age in Z-score of WHO standard. Development was measured using Denver II test. Children were
divided into four groups: 1).normal height with normal development (NH-ND); 2).stunting with normal
development (S-ND), 3).normal height with suspected underdevelopment (NH-SD), and 4).stunting with
suspected underdevelopment (S-SD). Protein intake was divided into adequate (≥80% RDA) and
inadequate (<80% RDA). Care for children was measured by the length of carrying them, categorized into
≤2 hours or >2 hours. Socio-economic status was categorized into low and high based on quintile. Age
was categorized into 0.5–0.9 years and 1.0–1.9 years. Data analysis employed multi-nomial logistic
regression. Proportions of NH-SD, S-ND, NH-SD and S-SD were 53.6%, 17.9%, 19.4%, and 9.1%,
respectively. S-ND was associated with protein intake (OR=2.2;95%CI:1.1-4.6), aged 1.0–1.9 years (OR=6.9:
95%CI:2.2-22.1). NH-SD was associated with aged 1–1.9 years (OR=0.3; 95%CI:0.1-0.6). S-SD was
associated with inadequate protein intake (OR=3.1; 95%CI:1.2-8.2), low SES and duration of carrying them
more than 2 hours (OR=6.9; 95%CI:2.5-19.0). Protein intake, SES and care for children were risk factors for
growth and development of children.
Keywords: child development, food consumption, care for children, nutritional status

ABSTRAK
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko diantaranya kekurangan
gizi, kemiskinan, dan lingkungan rumah yang kurang stimulasi. Tujuan analisis adalah mengetahui
proporsi gangguan pertumbuhan dan perkembangan dan mempelajari asosiasi asupan makanan dan
pengasuhan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sampel adalah 247 anak, berusia 0,5–1,9
tahun dari penelitian South East Asian Nutrition Study tahun 2011. Pertumbuhan dinilai melalui Z-skor
tinggi badan (TB) menurut umur standar WHO. Perkembangan diukur menggunakan test Denver II. Anak
dikelompokkan menjadi: 1).TB dan perkembangan normal (NH-ND), 2).stunting tetapi perkembangan
normal (S-ND), 3).TB normal tetapi perkembangan terganggu (NH-SD), dan 4). stunting dan perkembangan
terganggu (S-SD). Asupan protein dikelompokkan atas cukup (≥80% RDA) dan kurang (<80% RDA).
Pengasuhan diukur dari lama anak digendong, dikelompokkan menjadi ≤2 jam atau >2 jam. Status sosial
ekonomi dikategorikan menjadi rendah dan tinggi. Analisis yang digunakan adalah multi-nomial logistic
regression. Proporsi NH-ND, S-ND, NH-SD dan S-SD berturut-turut adalah 53,6%, 17,9%, 19,4%, dan 9,1%.
S-ND berhubungan dengan kurang asupan protein (OR=2,2;95%CI:1,1-4,6), umur 1–1,9 tahun (OR=6,9:
95%CI:2,2-22,1). NH-SD berhubungan dengan umur 1,0–1,9 tahun (OR=0,3; 95%CI:0,1-0,6). S-SD
berhubungan dengan kurang asupan protein (OR=3,1; 95%CI:1,2-8,2), SES rendah dan anak digendong > 2
jam (OR=6,9; 95%CI:2,5-19,0). Asupan protein, sosial ekonomi status dan pengasuhan anak merupakan
faktor risiko untuk terjadinya pertumbuhan dan hambatan perkembangan pada anak.
Kata kunci: konsumsi makanan, pengasuhan anak, perkembangan anak, status gizi

49
Gizi Indon 2018, 41(1):49-58 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan… Heryudarini Harahap, dkk.

PENDAHULUAN dibandingkan dengan anak yang cukup.


Perkembangan (motor atau mental anak

D
i Asia Selatan dan sub-Sahara Afrika, dipengaruhi oleh status gizi anak, stimulasi
sekurang-kurang 165 juta anak mental dan kualitas makanan anak.8,9
mengalami stunting dan 52 juta anak Penelitian-penelitian yang telah dilakukan
wasting pada tahun 2011.1 Di dunia, lebih dari dalam tumbuh kembang anak adalah tentang
200 juta anak di bawah 5 tahun gagal mencapai faktor-faktor yang berhubungan dengan
potensi dalam perkembangan kognitif.2 Di pertumbuhan atau perkembangan anak seperti
Indonesia, prevalensi anak yang pendek atau hubungan asupan makanan dengan
stunting pada balita meningkat dari 35,6 persen pertumbuhan atau perkembangan anak, dalam
pada tahun 2010 menjadi 37,2 persen pada analisis ini dipelajari hubungan konsumsi
tahun 2013.3,4 Prevalensi keterlambatan makanan dan pengasuhan dengan
perkembangan pada anak usia 0,5 – 5,9 tahun pertumbuhan dan perkembangan anak secara
berdasarkan studi SEANUT adalah 21,6 persen, bersama.
yang terdiri dari 11,5 persen, 14,5 persen, 11,8
METODE PENELITIAN
persen dan 15,8 persen masing-masing untuk
perkembangan motorik kasar, sosial personal, Data yang diolah berasal dari data
motorik halus dan perkembangan bahasa.5 penelitian South_East Asian Nutrition Surveys
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran (SEANUTS) yang dilaksanakan pada tahun
dan jumlah sel di seluruh bagian tubuh yang 2011 dan telah mendapatkan persetujuan etik
secara kuantitatif dapat diukur, seperti tinggi (ethical clearance) dari Komisi Etik, Badan
badan, berat badan, dan lingkar kepala. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Perkembangan adalah perubahan psikologis Kemenkes nomor LB.03.02/KE/6430/2010,
dan biologis pada anak yaitu transisi dari anak persetujuan pelaksanaan penelitian dari
yang bergantung kepada orang lain sampai Kementerian Dalam Negeri nomor
pada remaja otonom. Perubahan ini mencakup 440.02/1751.D.I serta disetujui oleh the
perkembangan bahasa, kemampuan kognitif Netherlands Trial Registry nomor NTR2462.
(pemikiran simbolis, memori, dan logika), Sebagian data yang digunakan sudah dalam
ketrampilan sosial-emosional (empati dan bentuk pra-analisis. Beberapa analisis dengan
bagaimana berinteraksi dengan orang lain) dan menggunakan data SEANUTS telah dilakukan
keterampilan motorik (duduk, berlari, dan dan disajikan dalam makalah yang telah dimuat
gerakan yang lebih kompleks).6 di jurnal ilmiah5 dan Asian Congress of Nutrition
10 dan pertemuan ilmiah SEANUTS 2011,
Pertumbuhan dan perkembangan anak
yang optimum dipengaruhi oleh pemberian ASI namun belum ada makalah yang mengaitkan
ekslusif, konsumsi makanan yang kaya gizi, pertumbuhan dan perkembangan mental anak
pemberian makanan secara rutin, kurangnya 0,5–1,9 tahun dengan konsumsi dan metode
penyakit infeksi dan stimulasi mental antara lain analisis statistik yang disajikan pada makalah
pola asuh makan yang baik.1 Asupan gizi yang yang telah terbit berbeda dengan yang
cukup dan stimulasi mental diperlukan untuk dilakukan pada makalah ini.
perkembangan otak yang normal. Pemenuhan SEANUTS adalah survei dengan desain
kebutuhan zat gizi dan stimulasi mental sangat potong lintang (cross-sectional). Lokasi
penting selama kehamilan dan bayi, yang penelitian, jumlah sampel, data yang
merupakan periode penting untuk dasar dikumpulkan dan metoda pengumpulan data
pembentukan perkembangan kognitif, motorik, disajikan pada makalah terdahulu.11 Analisis ini
dan sosio-emosional, keterampilan sepanjang menggunakan data anak usia 0,5 sampai 1,9
masa dan dewasa. Kekurangan zat gizi selama tahun, dengan total jumlah sampel adalah 247
kehamilan dan minimnya stimulasi mental anak yang tercakup dalam SEANUTS
kepada bayi akan memengaruhi kognisi,
perilaku, dan produktivitas pada usia sekolah Pengukuran tinggi badan, berat
dan dewasa.7 badan.perkembangan mental dan penilaian
Berbagai penelitian menunjukkan anak status gizi anak
dengan asupan makanan yang kurang Pengukuran berat badan anak dilakukan
mempunyai berat badan yang lebih rendah dengan menggunakan timbangan digital yang

50
Gizi Indon 2018, 41(1):49-58 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan… Heryudarini Harahap, dkk

ketelitiannya 50 gram (0,05Kg), sudah ditera, memprediksi defisiensi zat gizi dan energi16,
dan anak mengenakan pakaian seminimal dikategorikan menjadi 1) baik yaitu makan
mungkin. Tim enumerator dibekali dengan sumber karbohidrat dan daging/ikan dan
celana pendek dan baju ringan bila diperlukan. sayuran kaya vitamin A dengan jenis bahan
Berat badan bayi merupakan selisih hasil makanan lebih dari 4, 2) cukup yaitu makan
penimbangan berat ibu yeng menggendong sumber karbohidrat dan daging/ikan dan
bayi dengan berat badan ibu tersebut. sayuran kaya vitamin A dengan jenis bahan
Anak/bayi diukur tinggi/panjang badannya makanan maksimal 4, 3) kurang yaitu sangat
dengan alat pengukur panjang badan yang kurang yaitu hanya makan sumber karbohidrat
didisain secara khusus. Status gizi dihitung dari dan daging/ikan, dan atau sayuran sumber
nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) vitamin A dengan jenis bahan makanan lebih
dibandingkan dengan WHO Child Growth dari 3 jenis, dan 4) sangat kurang yaitu hanya
Standards 2005.12 Anak dikategorikan menjadi makan sumber karbohidrat dan daging/ikan,
stunting jika TB/U < -2 SD dan tinggi badan dan atau sayuran sumber vitamin dengan jenis
normal jika TB/U ≥ -2 SD.13 Pengukuran bahan makanan < 3.
perkembangan adalah dengan menggunakan
Denver Development Screening Test (DDST) Pengukuran pengasuhan dan status sosial
II.6 Berdasarkan kategori status gizi dan ekonomi keluarga
perkembangan mental, anak dikelompokkan Umur anak dikategorikan menjadi dua yaitu
menjadi 1) tinggi badan normal dengan umur 0,5 - < 1 tahun dan 1,0 – 1,9 tahun. Pola
perkembangan normal (NH-ND), 2) stunting pengasuhan mempunyai banyak definisi17,18,
dengan perkembangan normal (S-ND), 3) tinggi namun pada intinya adalah corak atau cara
badan normal dan hambatan perkembangan kerja dalam mendidik, merawat, membantu,
(NH-SD) dan 4) stunting dengan hambatan melatih fisik, emosi dan sosial anak serta
perkembangan (S-SD). melindunginya agar tumbuh dan berkembang
secara optimal sehingga dapat bertahan hidup
Pengukuran konsumsi energi dan dengan baik. Dalam makalah ini yang dianalisis
Keragaman konsumsi pangan adalah rerata lama anak dalam gendongan
Konsumsi makanan ditanyakan dengan pengasuh setiap harinya. Lama anak digendong
metode recall 1x24 jam yang lalu sebelumnya. menggambarkan cara pengasuhan terutama
Enumerator dilengkapi dengan timbangan dalam melindungi fisik, emosi dan sosial anak.
makanan dan uang untuk membeli makanan Meta analisis uji psikologi mengungkapkan
jadi setempat dan food model untuk bahwa keterampilan motorik yang yang paling
memperkirakan dengan berat makanan. kuat korelasinya dengan pengasuhan.
Berdasarkan wawancara recall 1x24 jam Pengumpulan data ini adalah cara ini paling
tersebut dihitung jumlah zat gizi yang mudah dan dapat dilakukan oleh enumerator.
dikonsumsi dalam sehari dengan menggunakan Data dikumpulkan dengan menanyakan berapa
software komputer Nutrisoft14 yang database- lama anak digendong dalam satu hari, dan
nya diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan kemudian dikategorikan menjadi 1) ≤ 2 jam dan
Makanan (DKBM) Indonesia.15 Oleh karena 2) > 2 jam dalam sehari
recall konsumsi makanan 1x 24 jam tidak Kuesioner terstruktur digunakan untuk
menggambarkan konsumsi individu, hasil mengumpulkan data sosial ekonomi sampel
asupan makanan tidak langsung dihubungkan yang meliputi jenis kelamin, umur, tempat
dengan sepenuhnya pertumbuhan dan tinggal, dan kepemilikan barang berharga.
perkembangan tetapi dikategorikan dalam dua Status sosial ekonomi dikategorikan menjadi
kelompok yaitu rendah dan normal. Konsumsi tinggi (quintil 3 – 5) dan rendah (quintil 1 – 2).
energi dikategorikan menjadi rendah (< 70%
RDA) dan normal (≥ 70% RDA), konsumsi Analisis data
protein dikategorikan menjadi rendah (< 80% Sebagai variabel terikat adalah
RDA) dan normal (≥ 80% RDA). pertumbuhan dan perkembangan (empat
Individual dietary diversity score (IDDS) kategori) dan variabel bebas adalah asupan
adalah cara mengukur keragaman makanan energi dan protein, IDDS, lama anak digendong,
yang dikembangkan oleh FAO/WFP untuk umur, tempat tinggal dan status sosial ekonomi.

51
Gizi Indon 2018, 41(1):49-58 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan… Heryudarini Harahap, dkk

Regresi multinomial logistik regression umur 1.0 – 1.9 tahun. Faktor risiko gangguan
digunakan dalam analisis ini karena variabel pertumbuhan dan perkembangan (S-SD) adalah
dependen lebih dari dua kategori. asupan energi < 70% AKG, asupan protein <
Referens untuk variabel independen adalah 80% AKG, lama digendong > 2 jam sehari,
anak dengan pertumbuhan baik dan tempat tinggal di desa, dan status sosial
perkembangan normal. Dilakukan analisis ekonomi rendah (quintil 1 dan 2).
interaksi pada variabel independen yang Tabel 3 menunjukkan analisis multivariate
bermakna dan diduga berhubungan yaitu 1) polynomial logistic regression. Faktor risiko
umur dan lama anak digendong, 2) SES dan gangguan pertumbuhan adalah umur, dan
lama anak digendong, 2) SES dan asupan intake protein. Anak yang berusia 1,0 – 1,9
protein. Weighted (pembobotan) dilakukan tahun berisiko 6,9 kali mengalami stunting
dalam analisis data. dibanding anak yang berusia 0,5 – 0,9 tahun.
Anak dengan konsumsi protein <80% AKG
HASIL berisiko 2,2 kali untuk menjadi stunting
dibanding anak dengan konsumsi protein ≥
Tabel 1 menggambarkan karakteristik 80%.
subjek. Proporsi antara anak laki-laki dan Gangguan perkembangan hanya
perempuan tidak jauh berbeda. Proporsi anak berhubungan dengan usia anak. Usia 1,0–1,9
yang bertempat tinggal di daerah perkotaan tahun sebagai faktor protektif terhadap
sedikit lebih banyak dari yang tinggal di gangguan perkembangan, dengan kata lain
perdesaan.Sebagian besar anak dengan anak yang berusia 0,5 – 0,9 tahun lebih berisiko
pekerjaan ayah tidak tetap dan pendidikan ibu mengalami gangguan perkembangan dibanding
SMP kebawah, lebih dari separuh anak dengan anak yang berusia 1,0 – 1,9 tahun.
tingkat kepemilikan barang berharga sangat Gangguan pertumbuhan dan
rendah dan rendah. Hal ini menunjukkan perkembangan berhubungan dengan konsumsi
sebagian besar sampel berasal dari sosial protein dan interaksi status sosial ekonomi
ekonomi menengah ke bawah. Proporsi anak (SES) dan digendong > 2 jam sehari. Anak
yang mengalami gangguan perkembangan dengan konsumsi protein < 80% AKG berisiko
(28,3%) dan pertumbuhan hampir sama 3,1 kali untuk menjadi stunting dan terganggu
(27,7%). Hampir separuh anak (46,3%) perkembangannya dibanding anak dengan
mengalami gangguan dalam pertumbuhan (S- konsumsi protein ≥ 80%. Anak dari SES rendah
ND) atau perkembangan (NH-SD) atau dan digendong > 2 jam sehari berisiko
keduanya (S-SD). mengalami stunting dan gangguan
Tabel 2 adalah hasil analisis bivariate yang perkembangan 6,9 kali dibanding anak dari SES
menggambarkan hubungan antara asupan tinggi dan digendong < 2 jam sehari.
energi dan protein, keragaman makanan, lama Jadi risiko terjadinya stunting adalah
digendong, umur, gender, tempat tinggal dan konsumsi protein yang tidak mencukupi
status sosial ekonomi dengan tumbuh kembang kebutuhan anak mulai umur 0,5 tahun (6 bulan)
anak. Faktor risiko gangguan pertumbuhan dalam lingkungan kemiskinan dan diperberat
saja atau stunting (S-ND) adalah asupan energi ketika pengasuhan yang tidak tepat. Tabel 3
< 70% AKG, asupan protein < 80% AKG, umur juga menyajikan bukti bahwa pertumbuhan janin
1,0–1,9 tahun dan faktor protektif adalah lama sejak kehamilan berisiko terhadap
digendong > 2 jam sehari. Faktor protektif perkembangan mental anak.
gangguan perkembangan saja (NH-SD) adalah

52
Gizi Indon 2018, 41(1):49-58 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan… Heryudarini Harahap, dkk

Tabel 1
Karakteristik Subjek

Variabel n ( 247) %
Jenis kelamin
 Laki-laki 121 49,0
 Perempuan 126 51,0
Tempat tinggal
 Kota 106 42,9
 Desa 141 57,1
Pekerjaan Ayah
 Pekerjaan tetap 39 15,8
 Pekerjaan tidak tetap 207 84,2
Pendidikan ibu
 SMA ke atas 65 26,3
 SMP ke bawah 182 73,7
Tingkat kepemilikan (SES)
 Sangat rendah 78 31,6
 Rendah 55 22,3
 Sedang 48 19,4
 Tinggi 34 13,7
 Sangat tinggi 32 13,0
Pertumbuhan
 Tinggi badan normal 181 73,3
 Stunting 66 27,7
Perkembangan
 Normal 177 71,7
 Tertunda 70 28,3
Pertumbuhan dan Perkembangan
 Tinggi normal – perkembangan baik (NH-ND) 132 53,7
 Stunting – perkembangan baik (S-ND) 44 17,9
 Tinggi normal – hambatan perkembangan (NH-SD) 48 19,4
 Stunting – hambatan perkembangan (S-SD) 22 9,1

53
Gizi Indon 2018, 41(1):49-58 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan… Heryudarini Harahap, dkk.

Tabel 2
Analisis Bivariat Hubungan Asupan Makanan dan Pengasuhan dengan Tumbuh Kembang

Tumbuh dan kembang anak


Tinggi badan &
Stunting – perkembangan Tinggi badan normal – Stunting - gangguan
perkembangan
normal gangguan perkembangan perkembangan
normal
N (S-ND) (NH-SD) (S-SD)
Variabel (NH-ND)
% % OR 95%CI % OR 95%CI % OR 95%CI
Asupan energi
- ≥ 70 % 190 56,8 14,2 21,6 7,4
- <70 % 57 42,4 30,5 2,9 1,4 – 6,1 11,9 0,8 0,3 – 1,9 15,3 2,7 1,0 – 7,1
Asupan protein
≥ 80 % 141 62,4 14,9 17,0 5,7
< 80 % 106 42,9 21,9 2,1 1,0 – 4,2 21,9 1,9 0,9 – 3,7 13,3 3,5 1,4 – 9,0
Keragaman makanan
- Cukup/baik 54 55,6 22,2 14,8 7,4
- Sangat kurang/kurang 193 52,8 16,6 0,8 0,4 – 1,8 20,7 1,4 0,6 – 3,3 9,8 1,5 0,5 – 5,0
Lama digendong
- ≤ 2 jam 141 55,3 24,1 15,6 5,0
- > 2 jam 106 50,9 9,4 0,4 0,2 – 0,9 24,5 1,7 0,9 – 3,3 15,1 3,4 3,4 – 9,1
Umur
- < 1 tahun 93 52,1 4,3 34,0 9,6
- 1.0 – 1.9 tahun 154 53,9 26,6 6,7 2,2 – 21,1 10,4 0,3 0,1 – 0,6 9,1 0,9 0,4 – 2,4
Gender
- Laki-laki 121 49,2 18,3 24,2 8,3
- Perempuan 126 57,9 17,5 0,8 0,4 – 1,6 15,1 0,5 0,3 – 1,0 9,5 0,9 0,4 – 2,3
Tempat tinggal
- Kota 106 58,5 16,0 20,8 4,7
- Desa 141 50,4 19,1 1,4 0,7 – 2,7 18,4 1,0 0,5 – 2,0 12,1 3,1 1,1 – 8,9
Status sosial ekonomi (SES)
- Tinggi 114 62,8 15,0 19,5 2,7
- Rendah 133 46,2 20,5 1,9 0,9 – 3,7 18,9 1,3 0,7 – 2,6 4,4 7,7 2,2 – 27,2

54
Gizi Indon 2018, 41(1):49-58 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan… Heryudarini Harahap, dkk.

Tabel 3
Hasil Analisis Multinomial Logistik Regression Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pertumbuhan dan Perkembangan

95%CI
Status Gizi dan
Variabel Sig. Exp(B) Lower Upper
Perkembangan
Bound Bound
Gangguan Intake protein < 80% AKG 0,028 2,226 1,088 4,555
Pertumbuhan S-ND) SES rendah dan
0,904 0,942 0,358 2,480
digendong > 2 jam sehari
Umur 1,0 – 1,9 tahun 0,001 6,915 2,161 22,123

Gangguan Intake protein < 80% AKG 0,108 1,768 0,883 3,538
perkembangan (NH- SES rendah dan
SD) 0,956 0,978 0,440 2,172
digendong > 2 jam sehari
Umur 1,0 – 1,9 tahun 0,001 0,293 0,142 ,603

Gangguan Intake protein < 80% AKG 0,023 3,092 1,169 8,177
Pertumbuhan SES rendah dan
dan perkembangan 0,000 6,867 2,483 18,993
digendong > 2 jam sehari
(S-SD) Umur 1,0 – 1,9 tahun 0,336 1,653 0,594 4,598
Keterangan: pada variabel dependen sebagai referensi adalah anak dengan pertumbuhan dan perkembangan normal, jenis
kelamin sebagai faktor co-variate. Nagelkerke = 25,6%

Nilai Nagelkerke dari persamaan ini adalah Secara nasional, prevalensi stunting (TB/U)
25,6 persen yang berarti variabel independen pada balita pada tahun 2013 adalah 37,2
umur, intake protein dan interaksi SES dengan persen.4 Hasil penelitian ini menemukan
lama anak digendong dapat menjelas proporsi stunting adalah 27,0 persen, angka
pertumbuhan dan perkembangan anak sebesar prevalensi berbeda cukup besar karena rentang
25,6 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh usia yang berbeda. Proporsi anak usia 0,5–1,9
variabel lain yang tidak diteliti. tahun yang mengalami keterlambatan
perkembangan dalam penelitian ini cukup tinggi
BAHASAN yaitu 28,5 persen, angka ini tidak berbeda jauh
dibanding penelitian sebelumnya yaitu 27, 2
Data tentang pertumbuhan anak secara persen.20
periodik dikumpulkan pada institusi yang paling Gangguan pertumbuhan berhubungan
dasar yaitu Posyandu maupun pada tingkat dengan asupan protein <80% angka kecukupan
nasional. Sebaliknya data perkembangan tidak gizi (AKG). Pertumbuhan anak yang
dikumpulkan secara periodik. Pendidikan anak digambarkan dengan kejadian stunting yang
usia dini (PAUD) merupakan program menunjukkan bahwa anak dengan konsumsi
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah protein <80% berisiko 2,2 kali untuk menjadi
yang membina anak di bawah enam tahun stunting dibanding anak dengan konsumsi ≥
dengan cara memberikan rangsangan (stimuli) 80%. Salah satu fungsi protein adalah untuk
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan pembentukan tulang dan otot pada anak-anak
perkembangan agar anak memiliki kesiapan yang sedang dalam masa pertumbuhan. Selain
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. itu protein juga berfungsi sebagai 1) sumber
Program ini sudah berjalan secara nasional energi dan sebagai cadangan makanan, 2)
namun data yang terintegrasi secara nasional pembentukan dan perbaikan sel dan jaringan,
belum terkumpul seperti posyandu.19 Program 3) pengatur keseimbangan kadar asam basa
ini mungkin dapat menjelaskan mengapa anak dalam sel, 4) sintesis hormon, enzim, dan
berumur 1,0-1,9 tahun terproteksi antibodi, 4) menjaga kekebalan tubuh21,
perkembangannya. sehingga kekurangan protein pada masa

55
Gizi Indon 2018, 41(1):49-58 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan… Heryudarini Harahap, dkk

pertumbuhan akan menyebabkan terjadinya apatis yang mengakibatkan terjadinya


stunting. gangguan pertumbuhan. Pengasuh dari anak
Gangguan pertumbuhan dan yang kurang gizi cenderung memberikan
perkembangan juga berhubungan dengan stimulasi yang lebih sedikit pada anak kurang
asupan protein, interaksi antara SES serta lama gizi walaupun belum jelas apakah perilaku
digendong dan usia. Zat gizi yang memiliki efek pengasuh sebelum anak kurang gizi atau reaksi
lebih besar pada perkembangan otak daripada terhadap anak kurang gizi.
yang lainnya adalah protein, energi, lemak Teori yang lebih baru dari Walker27
tertentu, zat besi, seng, tembaga, yodium, mengemukakan teori tentang kemiskinan
selenium, vitamin A, kolin, dan folat.22 Zat gizi dengan perkembangan anak. Perkembangan
ini yang secara bersama-sama mempengaruhi anak dipengaruhi oleh perkembangan dan
perkembangan kognitif dan sosio emosional.23 fungsi susunan syaraf pusat, faktor risiko
Kekurangan gizi pada masa kanak-kanak dapat psikososial dan faktor biologi. Kedua faktor
mempengaruhi tidak hanya fungsi susunan risiko ini juga mempengaruhi perkembangan
syaraf pusat (SSP) tetapi juga pengembangan dan fungsi SSP. Risiko psikososial meliputi
struktural SSP22 dan pengembangan sistem faktor pengasuhan, ibu yang depresi dan
neurotransmitter.23 Anak dengan SES rendah terpapar terhadap kekerasan. Risiko biologis
dan digendong > 2 jam sehari berisiko meliputi pertumbuhan prenatal dan postnatal,
mengalami stunting dan gangguan defisiensi gizi, penyakit menular, dan
perkembangan 6,9 kali dibanding anak dari SES lingkungan yang tidak sehat. Kemiskinan
tinggi dan digendong < 2 jam sehari. berpengaruh terhadap faktor risiko psikososial
Menggendong anak adalah mengangkat anak dan biologi dan berinteraksi dengan faktor risiko
dengan tangan kemudian memegangnya pada sosial budaya (ketidaksetaraan jender,
bagian depan atau belakang tubuh ibu atau rendahnya pendidikan ibu, dan kurangnya
pengasuh dengan menggunakan alat atau tidak. akses terhadap pelayanan). Konsekuensi dari
Menggendong anak biasanya dilakukan ketika kerusakan pada perkembangan anak
memberikan makan, menidurkan atau ketika cenderung bersifat antar generasi. Anak-anak
anak menangis. Pada tahun pertama dengan perkembangan yang buruk cenderung
kehidupan, sebagian besar orang tua tetap berada dalam kemiskinan ketika dewasa.
menggendong anaknya 1 – 3,5 jam perhari Analisis ini juga menemukan bahwa
dengan menggunakan alat gendong24. Lama gangguan pertumbuhan terjadi pada anak usia
anak digendong ketika tidur atau menangis 1,0 – 1,9 tahun, gangguan perkembangan
pada usia 6 bulan adalah 61 menit, turun terjadi pada anak yang berusia lebih muda yaitu
menjadi 17 menit ketika anak berusia 1 tahun25. 0,5–0,9 tahun, namun tidak ada hubungan umur
Wachs26 menyatakan bahwa bayi gizi buruk dengan gangguan pertumbuhan dan
kemungkinan mendapatkan jenis pola perkembangan. Stimulasi perkembangan perlu
pengasuhan unsecure infant-mother lebih diperhatikan pada anak yang berusia lebih
attachments. Pengembangan relasi yang aman muda, sedangkan pola asuh makan yang baik
menyediakan konteks yang memungkinkan bayi perlu diperhatikan pada anak pada usia yang
menjelajahi dunia mereka, belajar bagaimana lebih tua.
caranya mengatur emosi mereka, dan belajar
bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
SIMPULAN DAN SARAN
Anak yang terlalu lama digendong (> 2 jam
sehari) dan tidak diberikan stimulasi akan
menyebabkan anak tidak dapat mengeksplorasi Simpulan
lingkungan dan melatih gerakan motorik. Pertumbuhan dan perkembangan anak
Grantham-McGregor8 mengemukakan berhubungan dengan asupan makanan dan
hubungan antara kekurangan gizi dan pengasuhan pada anak. Lebih dari 40 persen
gangguan pertumbuhan melalui teori yang anak Indonesia mengalami gangguan
dikemukakan oleh Levitsky pada tahun 1979 pertumbuhan dan perkembangan. Gangguan
yaitu functional isalation. Pada teori ini perkembangan terjadi ketika masih dalam
dikemukakan perilaku anak yang kurang gizi kandungan. Oleh karena itu kesehatan ibu
adalah kurang gerak, mengeksplorasi dan hamil sangat penting untuk diperhatikan.

56
Gizi Indon 2018, 41(1):49-58 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan… Heryudarini Harahap, dkk

Setelah lahir, risiko kejadian stunting dimulai Anak Indonesia: Hasil SEANUTS
umur 0,5 tahun. Indonesia. Gizi Indon 203; 36(2):153-160.
6. Fernald LCH, Kariger P, Engle P, Raikes
Saran Examining Early Child Development in
Pemantauan perkembangan anak perlu Low-Income Countries:A Toolkit for the
dilaksanakan secara rutin dengan Assessment of Children in the First Five
menggunakan alat yang sudah tersedia di Years of Life. Washington DC 20433: The
Posyandu terutama pada anak yang berumur International Bank for Reconstruction and
satu tahun ke bawah. Pengumpulan data Development/The World Bank,2009.
perkembangan anak juga perlu dimasukkan 7. Prado EL and Dewey KG. Nutrition and
kedalam riset yang berskala nasional seperti brain development in early life. Nutrition
Riset Kesehatan Dasar. Kepada tenaga Reviews, 2014; 72(4):267–284.
kesehatan yang terlibat dalam pembinaan 8. Grantham-McGregor S and Baker-
Posyandu supaya dapat memberikan konseling Henningham H. Review of the evidence
tentang pengasuhan anak, pertumbuhan dan linking protein and energy to mental
perkembangan anak kepada ibu balita. development. Public Health Nutrition 2005;
8(7A):1191–1201.
UCAPAN TERIMA KASIH 9. Larson LM, Young MF, Ramakrishnan
U,Girard AW, Verma P,Chaudhuri I,
Terima kasih kami sampaikan kepada Srikantiah S, Martorell R. A Cross-Sectional
FrisianCampina yang telah mendukung Survey in Rural Bihar, India,Indicates That
penelitian ini. DPP Persagi Pusat, dan berbagai Nutritional Status, Diet, andStimulation Are
pihak yang telah berpartisipasi dalam Studi Associated with Motor andMental
SEANUTS. Development in Young Children.
Nutr2017;147:1578–85.
10. Harahap H, Budiman B, Sandjaja, Syarief
RUJUKAN
NS. Risk Factors Associated With Mental
DevelopmentOf Indonesian Children
1. Black RE, Victora CG, Walker SP, Bhutta Under-Five Years Old. Proceeding of 12th
ZA, Christian P, de Onis M, Ezzati M, Asian Conggress of Nutrition. Yokohama –
Grantham-McGregor S, Katz J, Martorell R, Japan: Federation of Asian Nutrition
Uauy R. Maternal and child undernutrition Societies (FANS), 2015
and overweight in low-income and middle- 11. Sandjaja, Budiman B, Harahap H, Ernawati
income countries. Lancet 2013; 382:427- E, Soekatri MYE, Widodo Y, Sumedi E,
451. DOI: 10.1016/S0140-6736(13)60937- Sofia G, Effendi R, Syarief H, Minarto.
X Desain Penelitian South-East Asian
2. Grantham-McGregor S, Cheung YB, Cueto Nutrition Survey (Seanuts) di Indonesia.
S, Glewwe P, Richter L, Strupp B, and the Gizi Indon 2013, 36(2):75-88.
International Child Development Steering 12. World Health Organization. WHO Child
Group. Child development in developing Growth Standards: Length/Height-for-Age,
countries 1 : Developmental potential in the Weight-for-Age, Weightfor-Length, Weight-
fi rst 5 years for children in developing for-Height and Body Mass Index-for-Age:
countries. Lancet 2007; 369: 60–70 Methods and Development 2006. World
3. Departemen Kesehatan, Badan Penelitian Health Organization: Geneva, Switzerland,
dan Pengembangan Kesehatan. Riset 2006. Available online:
Kesehatan Dasar 2013. Laporan Nasional. http://www.who.int/childgrowth/standards/
Jakarta: Departemen Kesehatan, 2013. Technical_reports.pdf . Diakses 20 Juli
4. Departemen Kesehatan, Badan Penelitian 2016.
dan Pengembangan Kesehatan. Riset 13. World Health Organization. Training course
Kesehatan Dasar 2010. Laporan Nasional. on child growth assessment WHO child
Jakarta: Departemen Kesehatan, 2011. growth standards: Module C - Interpreting
5. Budiman B, Syarief NS, Soekatri MYE. Growth Indicators. World Health
2013. Perkembangan Mental Bayi dan Organization: Geneva, Switzerland, 2008.

57
Gizi Indon 2018, 41(1):49-58 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan… Heryudarini Harahap, dkk

Available online: 20. Herlina S. Pertumbuhan dan


http://www.who.int/childgrowth/training/mod Perkembangan Bayi yang Mendapatkan
ule_c_ interpreting_indicators.pdf. Diakses ASI Ekslusif. Pekanbaru: STIKES
20 Juli 2016. Hangtuah, 2016. Thesis.
14. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. 21. Brody T. Nutritional Biochemistry, 2nd Ed.
Software: Program Nutrisoft Konsumsi San Diego: Academic Press, 1999.
Makanan. Pusat Penelitian dan 22. Georgieff MK. Nutrition and the developing
Pengembangan Gizi, Bogor, Indonesia, brain: nutrient priorities and measurement.
2008. Am J Clin Nutr 2007;85(suppl):614S–20S.
15. Badan Penelitian dan Pengembangan 23. Beard JL, Connor JR. Iron status and
Kesehatan. Pedoman entri data konsumsi neural functioning. Annu Rev Nutr
makanan. Badan Penelitian dan 2003;23:41–58.
Pengembangan Kesehatan, Jakarta, 24. Schön RA. Natural Parenting - Back to
Indonesia, 2007. Basics in Infant Care. Evolutionary
16. Kennedy G, Ballard T, Dop MC. Guidelines Psychology. 2007; 5(1): 102-183.
for Measuring Household and Individual 25. Baildam EM, Hillier VF, Menon S, Bannister
Dietary Diversity. FAO, Viale delle Terme di RP, Bamford FN, Moore WMO, and Ward
Caracalla, 00153 Rome, Italy. 2011 BS. Attention to infants in the first year.
17. Brrok JB. Parenting. India:Mayfield Child: Care, Health and Development,
Publ.Co, 2000. Diakses dari 2000; 26:199–216.
okvina.wordpress.com tanggal 1 Maret 26. Wachs TD. Models linking nutritional
2018 deficiencies to maternal and child mental
18. Hoghughi MS, Long N. Hand Book of health. Am J Clin Nutr 2009;89
Parenting: Theory and Research for (suppl):935S–9S.
Practice. India: Sage Publ, 2004. Diakses 27. Walker SP, Wachs TD, Gardner JM, Lozoff
dari okvina.wordpress.com tanggal 1 Maret B, Wasserman GA, Pollitt E, Carter JA, and
2018. the International Child Development
19. Kemendikbud. Permendikbud Nomor 137 Steering Group. Child development in
Tahun 2014 Tentang standar PAUD. developing countries 2Child development:
Diakses melalui Wikipedia dengan judul risk factors for adverse outcomes in
Pendidikan anak usia dini- bagian dari developing countries. Lancet 2007; 369:
Pendidikan di Indonesia. Tersedia di 145–57.
https://id.m.wikipedia.org>wiki>pendidikan
tanggal 28 Maret 2018

58

You might also like